Anda di halaman 1dari 7

Budidaya Perairan Mei 2018 Vol. 6 No.

2: 61 - 67

Konservasi penyu di Pulau Talise, Gangga dan Bangka


Kabupaten Minahasa Utara

(Turtle Conservation in Talise, Gangga and Bangka Islands,


North Minahasa Regency)

Preti Arunde1, Farnis B. Boneka2, Billy Th. Wagey2, Gustaf Mamangkey2,


Indri Manembu2, Alex Kambey3
1)
Mahasiswa Program Studi Ilmu Kelautan FPIK Unsrat Manado
2)
Staf pengajar pada Program Studi Ilmu Kelautan FPIK Unsrat Manado
3)
Staf pengajar pada Program Studi Manajemen Sumberdaya Perairan
FPIK Unsrat Manado
Email :pretiarunde@gmail.com

Generally, this study was intended to examine the problems or implementation of


turtle conservation in Talise, Gangga and Bangka Islands and specifically with a
number of objectives to: know the introduction of sea turtle, to know sea turtle fishing
and turtle exploitation, to know the knowledge of the people about turtle as a protected
animal. Survey results on Talise Island, Gangga and Bangka showed that people who
had seen turtles directly: Talise Island 94%, Gangga 58%, and Bangka 92%. Local
residents of Talise, Gangga and Bangka Islands know well the turtles even see directly
in their habitat and spawning time. In Talise, Gangga and Bangka Islands, turtles are
still commonly caught, traded and consumed by local people. People's awareness about
turtles as protected animals is lacking.

Keywords: Turtle, Talise Island, Gangga and Bangka.

PENDAHULUAN Nomor 7 tahun 1999 tentang Pengawetan


Penyu merupakan golongan reptil jenis-jenis Tumbuhan dan Satwa yang
yang hidup di laut, bernafas dengan paru- dilindungi, dan (b) UU Nomor 5 Tahun
paru, bertulang belakang dan berkembang 1990 tentang Konservasi Sumber Daya
biak dengan meletakkan telur di pantai Alam Hayati dan Ekosistemnya. Secara
berpasir. Satwa ini termasuk dalam ordo Internasional, penyu masuk ke dalam
Testudines yang memiliki bentuk daftar merah (red list) IUCN (International
morfologi tubuh terdiri bagian atas Union for Nature and Natural Resources)
(punggung) yang disebut kerapas dan dan Appendix I CITES (Convention on
bagian dada dinamakan plastron International Trade in Endangered
(Romimohtarto dan Juwana, 2001). Species) (DKP, 2009).
Kini penyu dinyatakan sebagai satwa Dilaporkan bahwa populasi penyu
yang dilindungi. Konservasi penyu diatur terus menurun dan tempat bertelur lokasi
melalui konvensi Internasional dan lingkungan darat terus mengalami
peraturan oleh Pemerintah Indonesia perubahan. Pelestarian atau kegiatan
antara lain dituangkan dalam (a) PP konservasi penyu masih mengalami
berbagai kendala, antara lain karena

61
Budidaya Perairan Mei 2018 Vol. 6 No.2: 61 - 67

sebagian nelayan masih aktif memburu dan bahan seperti yang tertera pada Tabel
penyu untuk bahan makanan dan sebagian 1.
besar tempat bertelur dikonversi untuk
berbagai keperluan (Balaira dkk., 2017).
Untuk itu, perlu secara terus menerus
dilakukan penyuluhan atau penyebaran
informasi tentang konservasi penyu kepada
masyarakat yang tinggal di wilayah pesisir.
Sulawesi Utara merupakan wilayah
perkembangbiakan penyu di Indonesia.
Oleh karena itu penelitian tentang penyu
wilayah ini penting dilakukan dalam
rangka penyediaan informasi ilmiah bagi
pengelolaan dan inventarisasi kendala
dalam implementasi peraturan pelestarian
kehidupan penyu.
Gambar 1. Peta Pulau Talise, Gangga dan
Secara umum penelitian ini Bangka.
dimaksudkan untuk menelaah
permasalahan pelaksanaan konservasi Tabel 1. Alat dan bahan yang digunakan
penyu di Pulau Talise, Gangga dan Bangka dalam penelitian
dan secara khusus untuk sejumlah tujuan No Alat dan Fungsi
yakni untuk: Mengetahui pengenalan Bahan
1. Kusioer (300 Sebagai panduan
warga tentang penyu, Mengetahui tempat
Lembar) pengumpulan
bertelur penyu, Mengetahui kegiatan Pulau Talise data
penangkapan penyu dan pemanfaatan 100, Pulau
penyu dan Mengetahui pengetahuan warga Ganga 100
tentang penyu sebagai satwa lindung. dan Pulau
Bangka 100
METODE PENELITIAN 2. Kamera Sebagai
(Samsung J2) dokumentasi
Pengambilan data di wilayah pesisir lokasi penelitian
Pulau, Talise, Gangga dan Bangka, 3. Laptop Acer mengolah data
Kabupaten Minahasa Utara (Gambar 1) (725-C7) hasil penelitian
dilaksanakan pada Bulan Maret 2017. 4. Perahu pelang Sebagai sarana
(Sarana transportasi laut
Survey dilaksanakan pada sepuluh desa di
apung)
tiga pulau tersebut. 5. GPS (Global Untuk
Dalam rangka mencapai tujuan Position mengetahui letak
penelitian, diperlukan sejumlah data yakni System) posisi geografis
pengetahuan masyarakat tentang penyu (Magellan) lokasi penelitian.
sebagai hewan yang dilindungi, tempat 6. Meteran 50 m mengukur
panjang pantai
bertelur penyu, aktivitas penangkapan dan
tempat bertelur
pemamfaatan penyu sebagai bahan penyu
makanan oleh masyarakat setempat. Untuk
memperoleh data tersebut diperlukan alat

62
Budidaya Perairan Mei 2018 Vol. 6 No.2: 61 - 67

Jenis Data Diperlukan kenyataan yang dilihat selama penelitian


Data yang dikumpulkan terdiri dari berlangsung (Soleh, 2005).
data primer dan data sekunder. Data
Metode Analisis Data
primer diperoleh langsung dari sumber-
Data yang diperoleh diolah dan
sumber data, misalnya tentang konservasi
dianalisis dengan menggunakan metode
penyu di Pulau Talise, Gangga, dan
deskriptif. Analisis deskriptif adalah
Bangka Kabupaten Minahasa Utara, yang
analisis yang menggambarkan bagaimana
dikumpulkan melalui wawancara dan
merangkumkan sekumpulan data dalam
observasi langsung. Data sekunder adalah
bentuk yang mudah dibaca dan cepat
data yang telah tersedia pada suatu instansi
memberikan informasi. Tujuan analisis
misalnya, peta, demografis Pulau Talise,
deskriptif untuk membuat gambaran secara
Gangga dan Bangka yang tersedia
sistematika data yang faktual dan akurat
distatistik desa atau BPS Kabupaten
memgenai fakta-fakta serta hubungan
Minahasa Utara peraturan pemerintah atau
antara fenomena yang diselidiki atau
konvensi yang dikeluarkan oleh lembaga
diteliti (Riduwan dan Akdon, 2006).
Internasional atau literatur hasil penelitian.
Deskriptif meliputi, tabulasi peta atau
Data sekunder merupakan data penunjang
sketsa dan histrogram.
penelitian.
Tabulasi adalah proses penempatan
Teknik Pengumpulan data dalam bentuk tabel dengan cara
DataTeknik pengumpulan data membuat tabel yang berisikan data sesuai
digunakan terdiri dari wawancara dan dengan kebutuhan analisis (Agung, 2004).
observasi. Wawancara adalah Setelah dianalisis, data mengenai
mengumpulkan data dengan melakukan konservasi penyu di Pulau Talise, Gangga,
tanya jawab secara langsung terhadap dan Bangka dipresentasikan dalam bentuk
masyarakat Pulau Talise, Gangga dan histogram. Histogram adalah sebuah
Bangka dengan menggunakan kuesioner penyajian grafik dari suatu distribusi
sebagai panduan. Pertanyaan yang frekuensi dan dibangun dengan diagram
disampaikan dalam wawancara dengan balok (bar) pada setiap interval (Algifari,
para nelayan, kepala desa, perangkat desa, 1999).
dan juga tokoh masyarakat yang
dipandang sebagai informan kunci. Pulau HASIL DAN PEMBAHASAN
Talise terdapat empat desa kuesioner yang
Pengenalan Tentang Penyu
terpakai pada setiap desa yaitu: di Desa Hasil survey tentang pemahaman
Talise 35, Tambun 25, Aerbanua 20, dan warga Pulau Talise, Gangga, dan Bangka
Wawunian 20. Pulau Gangga Desa Gangga tentang penyu disajikan dalam Gambar 2.
satu 45, dan Gangga dua 55. Pulau Bangka Sebagian warga di ketiga pulau mengenal
Desa Kahuku 41, Ehe 36, dan Libas 23. dengan baik penyu bahkan pernah melihat
Kuesioner digunakan pada tiap pulau secara langsung. Penyu ditemukan saat
berjumlah 100 kuesioner. berada di habitatnya di laut maupun waktu
Observasi adalah suatu teknik meletakkan telur di pantai. Lebih lanjut
pengumpulan data di mana peneliti pemahaman tentang penyu melalui hasil
mencatat setiap informasi sesuai dengan observasi yang telah dilakukan di tiga
pulau diperoleh hasilnya yaitu di pulau

63
Budidaya Perairan Mei 2018 Vol. 6 No.2: 61 - 67

Talise persentasi masyarakat yang pernah tersebut, pemamfaatan satwa dilindungi


melihat penyu secara langsung 94%, di dan bagian-bagianya adalah dilarang
Pulau Gangga yang pernah melihat penyu termasuk penyu. Pelanggar dari ketentuan
58%, dan di Pulau Bangka hasil survey ini dapat dikenakan ancaman penjara
yang diperoleh sebesar 92% masyarakat maksimum 5 tahun penjara dan denda Rp
yang pernah melihat penyu. Dengan 100 juta.
demikian warga pesisir Pulau Talise,
Gangga dan Bangka (Gambar 2) sangat
mengenal penyu dilingkungan sekitar.

Gambar 3. Respon masyarakat dengan


pertanyaan “Pernah Menangkap Penyu.?”

Alat Penangkap Penyu


Gambar 2. Respon Masyarakat Dengan
Pertanyaan “Pernah Melihat Penyu Secara Hasil dokumentasi alat dan cara
Langsung.?” menangkap penyu di Pulau Talise, Gangga
dan Bangka telah ditemukan dua alat
Penangkapan Penyu tradisional sering digunakan nelayan untuk
Respon warga terkait dengan menangkap penyu. Alat tersebut yaitu Lote
pertanyaan “pernahkah menangkap dan Panah atau dengan nama lokal Jubi.
penyu”?” warga di Pulau Talise, Gangga Lote merupakan alat tradisional yang
dan Bangka, menunjukkan bahwa tingkat menyerupai tombak dengan ukuran
aktifitas penangkapan penyu masih sangat berkisar 90 – 240 cm dan berat 4 – 12 kg,
tinggi sebagaimana ditunjukan pada bagian ujung dinamakan pengait (sangga)
Gambar 3. Lebih dari 60% warga di Pulau yang terbuat dari besi yang sangat tajam
Talise dan Bangka pernah menangkap dan bagian badan terbuat dari kayu yang
penyu sebagai bahan makanan. Sedangkan dibungkus oleh tima dengan panjang tali
warga Pulau Gangga menunjukan proporsi sekitar 15 m. Alat tersebut dibuat oleh
relatif rendah yakni 25% yang menyatakan nelayan itu sendiri sehingga sulit untuk
menangkap penyu. diawasi (Gambar 4). Lebih lanjut sesuai
Warga setempat masih memiliki dengan informasi dari nelayan yang
kebiasaan menangkap penyu, dan aktifitas menangkap penyu dalam pengoperasian
tergolong melawan hukum karena alat tersebut harus memakai perahu untuk
berkaitanya dengan UU 5 Tahun 1990 mencari penyu, dan teknik penangkapan
tentang Konservasi Sumber Daya Alam penyu tergantung keahlian masing-masing
Hayati dan Ekosistemnya. Menurut UU nelayan saat melihat penyu pada posisi

64
Budidaya Perairan Mei 2018 Vol. 6 No.2: 61 - 67

diam kenudian alat tersebut dijatuhkan m dengan panjang tali sekitar 6 m


tepat pada punggung penyu, jenis penyu tergantung nelayan yang memakainya
yang ditangkap menggunakan alat ini yaitu (Gambar 5).
penyu hijau dan penyu sisik atau
masyarakat lokal menyebutnya dengan
nama lenno dan kihha.

Gambar 5. Panah Atau Jubi


Alat panah untuk menangkap penyu
Gambar 4. Lote. dilakukan dengan cara sipenangkap penyu
Menurut informasi yang diperoleh menyelam pada kedalaman 5 – 15 m untuk
keberadaan alat ini khusus menangkap mencari penyu. Kemudian setelah penyu
penyu yang sudah sejak dahulu diwariskan ditemukan alat pana tersebut diarakan
turun-temurun dari suku Bajo. Lebih lanjut tepat pada leher penyu dan sipenangkap
sesuai dengan informasi dari nelayan yang langsung melepaskan tembakannya. Alat
menangkap penyu dalam pengoperasian cukup umum digunakan untuk menangkap
alat tersebut harus memakai perahu untuk ikan dan penyu.
mencari penyu, dan teknik penangkapan
Penyu Sebagai Bahan Makanan
penyu tergantung keahlian masing-masing
Respon warga terkait dengan
nelayan saat melihat penyu pada posisi
pertanyaan ”Mengkonsumsi daging
diam alat tersebut dijatuhkan tepat pada
penyu” diperoleh hasil bahwa warga
punggung penyu lalu sipenangkap menarik
setempat menyatakan pernah dan masih
penyu dari atas perahu. Alat bentuk dan
mengkonsumsi penyu, di Talise 88% di
cara operasinya seperti digunakan warga
Pulau Gangga 75% dan di Bangka 67%
Talaud (Balaira dkk., 2017).
(Gambar 6). Hasil ini menunjukkan bahwa
Sebutan panah dengan nama lokal
masyarakat di ketiga pulau tersebut masih
Jubi adalah alat tangkap tradisional yang
umum mengkomsumsi daging penyu.
sering digunakan masyarakat lokal untuk
Daging penyu biasanya diolah menjadi
menangkap ikan, tetapi ada sebagian
makanan tradisional disebut masakan
nelayan menggunakan panah untuk
“tuturuga” yakni rempah-rempah lokal
menangkap penyu. Panah yang digunakan
dengan santan kelapa.
oleh nelayan terbuat dari kayu dengan
ujung besi yang sangat tajam yang
memiliki pengait (sangga). Panah yang
digunakan biasanya berukuran 2 m - 2,50

65
Budidaya Perairan Mei 2018 Vol. 6 No.2: 61 - 67

Penyu Sebagai Hewan yang Dilindungi


Responden di Pulau Gangga
sebagian besar sudah mengetahui penyu
merupakan hewan yang dilindungi UU
yaitu sebesar 71%. Pada saat ini kegiatan
menangkapan penyu sudah mulai
berkurang karena umumnya masyarakat
sudah mengetahui bahwa penyu
merupakan hewan yang dilindungi UU
sehingga pemanfaatannya mulai menurun
jika dibandingkan dengan 20 tahun yang
lalu. Masyarakat Pulau Bangka secara
Gambar 6. Respon Masyarakat Dengan umum telah mengetahui bahwa penyu
Pertanyaan “Pernah Memakan Daging adalah hewan yang dilindungi oleh UU
Penyu?” (Gambar 8) sebagaimana respon sebesar
83% menyatakan “ya” pada pertanyaan
Jual Beli Daging Penyu tersebut. Sayangnya pengetahuan
Sesuai hasil wawancara di Pulau masyarakat Pulau Bangka tersebut tidak
Gangga, 63% responden menyatakan menjadi suatu acuan bagi mereka untuk
bahwa mereka pernah menjual daging tidak lagi menangkap penyu.
penyu hasil tangkapan sendiri (Gambar 7) Begitu juga dengan masyarakat
dengan harga jual sekitar Rp. 15.000- Pulau Talise, hasil wawancara
20.000/ kg, responden Pulau Bangka menunjukkan 59% diantaranya
hanya 8% dan Talise semua responden mengetahui bahwa penyu adalah hewan
menyatakan tidak pernah terlihat dalam yang dilindungi oleh UU, namun sebagian
jual beli penyu. Dengan demikian, warga besar pengetahuan masyarakat belum bisa
Talise menangkap (Gambar 3) hanya mengatasi konservasi penyu yang ada di
untuk dikomsumsi (Gambar 7) tidak untuk pulau tersebut, sehingga terbukti bahwa
diperjual belikan. pada grafik dalam Gambar 3 sebelumnya
menunjukkan masih besarnya tingkat
penangkapan penyu oleh masyarakat pada
Pulau Talise.

Gambar 7. Respon Masyarakat Dengan Gambar 8. Respon Masyarakat Dengan


Pertanyaan “Pernah Menjual Daging Pertanyaan “Pernakah Mengetahui Penyu
Penyu.?” Sebagi Hewan Yang Dilindungi Melalui
Peraturan Pemerintah ?”

66
Budidaya Perairan Mei 2018 Vol. 6 No.2: 61 - 67

Penyuluhan Tentang Konservasi Penyu kihha dan penyu pipih disebut


Sampai waktu pengambilan data salawaku.
penelitian dilakukan pada Bulan Maret 2. Penyu masih umum ditangkap,
2017, responden menyatakan bahwa diperjualbelikan dan dikomsumsi oleh
penyuluhan tentang konservasi penyu di warga lokal di Pulau Talise, Gangga
Pulau Gangga dan Bangka belum pernah dan Bangka.
dilakukan (100%). Di Pulau Talise, 3. Kesadaran warga tentang penyu
responden (41%) menyatakan bahwa sebagai satwa lindung masih kurang.
penyuluhan tentang konservasi penyu di
wilayah mereka, khususnya di DAFTAR PUSTAKA
desaTambun pernah dilaksanakan oleh
Agung NGI. 2004. Statistika. Penerapan
LSM Manengkel Solidaritas. Akan tetapi
Metode Analisis Untuk Tabulasi
penyuluhan yang dilakukan tidak
Sempurna dan tak sempurna dengan
membawa hasil yang positif bagi
SPSS. PT Raja Grafindo Persada.
masyarakat setempat sehingga terbukti
Jakarta.
bahwa pada grafik dalam Gambar 3
Algifari. 1999. Soal Jawab Statistika
sebelumnya menunjukkan masih besarnya
Deskriptif. BPFE. Yogyakarta, p
tingkat penangkapan penyu oleh
160.
masyarakat pada PulauTalise, Gangga dan
Balaira EN, Boneka FB, Wagey BT. 2017.
Bangka.
Tempat Bertelur Penyu di Pulau
Salibabu Kabupaten Talaud. Jurnal
Pesisir dan Laut Tropis. 1 (2): 20-25.
DKP (Departemen Kelautan dan
Perikanan), 2009. Pedoman Teknis
Pengelolaan Konservasi Penyu.
Diterbitkan Oleh Direktorat
Konservasi dan Taman Nasional
Laut, Direktorat Jenderal Kelautan,
Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil,
Departemen Kelautan dan Perikanan
RI.
Gambar 9. Respon Masyarakat Dengan Riduwan, Akdon. 2006. Rumusan dan
Pertanyaan “Pernakah Ada Penyuluhan Data Dalam Aplikasi Statistika.
Tentang Konservasi Penyu di Wilayah Ini Alfabeta, Bandung, p 299.
?” Romimohtarto K, Juwana S. 2001. Biologi
KESIMPULAN Laut: Ilmu Pengetahuan Tentang
Biota Laut. Djambatan Jakarta, p
1. Warga lokal di Pulau Talise, Gangga 540.
dan Bangka mengenal dengan baik Soleh ZA. 2005. Ilmu statistika:
penyu bahkan melihat secara langsung Pendekatan teoritis dan aplikasi
di habitatnya maupun waktu meletakan disertai contoh Penggunaan SPSS.
telur yakni penyu hijau dengan nama Rekayasa sains, Bandung. p 303.
lokal lenno, penyu sisik nama lokal

67

Anda mungkin juga menyukai