Anda di halaman 1dari 7

I.

TUJUAN
Untuk mengetahui kandungan apiin yang terdapat pada herba tanaman Apium graveolens
L. dibandingkan dengan Baku Pembanding.

II. TEORI DASAR


A. Teori tentang simplisia
1. Nama Tanaman
Tanaman asal : Apium graveolens L.
Simplisia : Apii Graveolentis Folium
Nama daerah : saladri (Sunda), sledri (Jawa).
2. Klasifikasi
Divisi : Spermatophyta
Subdivisi: Angiospermae
Kelas : Dicotyledonae
Ordo : Apiales
Famili : Apiaceae
Genus : Apium
Spesies : Apium graveolens L.
3. Pemerian : ekstrak kental, hijau tua, bau dan rasa khas
4. Identitas
Kandungan kimia : flavonoid dengan komponen utama apiin dan apigenin
minyak atsiri dengan komponen utama isokariofilen, stearaldehid, senyawa kumarin
dengan komponen utama umbelliferon.
5. Morfologi Tanaman
a. Makroskopik
- Batang : tidak berkayu, beralus, beruas, bercabang, tegak, hijau pucat.
- Daun : tipis majemuk meyirip , daun muda melebar atau meluas dari dasar,
hijau mengkilat, segmen dengan hijau pucat, tangkai di semua atau kebayakan
daun merupakan sarung, rapuh, warna hijau tua sampai hijau kecoklatan;
jumlah anak daun 3 sampai 7 helai; panjang anak daun 2 cm sampai 7,5; lebar
2 cm sampai 5 cm; pangkal dan ujung anak daun runcing; panjang ibu tangkai
daun sampai 12,5 cm, terputar, beralur; panjang tangkai anak daun 1 cm
sampai 2,7 cm.
- Daun bunga : putih kehijauan atau putih kekuningan ½ -3/4 mm panjangnya.
- Bunga : tunggal, dengan tangkai yang jelas, sisi kelopak yang tersembunyi,
daun bunga putih kehijauan atau merah jambu pucat denga ujung yang
bengkok. Bunga betina majemuk yang jelas tidak bertangkai atau bertangkai
pendek, sering mempunyai daun berhadapan atau berbatasan dengan tirai
bunga.
- Tirai bunga : tidak bertangkai atau dengan tangkai bunga tidak lebih dari 2 cm
panjangnya.
- Buah : panjangnya sekitar 3 mm, batang angular, berlekuk, sangat
aromatik.
- Akar : tebal
b. Mikroskopik
Pada penampang melintang melalui tulang daun tampak epidermis atas terdiri dari
1 lapis sel, kutikula bergaris-garis, yang pada tulang daun tampak seperti bergerigi.
Epidermis bawah terdiri dari 1 lapis sel, kutikula bergaris-garis serupa dengan
pada epidermis atas. Stomata tipe anomositik, terdapat lebih banyak dari pada
epidermis bagian atas. Mesofil meliputi jaringan palisade yang terdiri dari 1 lapis
sel; jaringan bunga karang terdiri dari 3 sampai 5 lapisan sel berbentuk tidak
beraturan, sel bunga karang di dekat tulang daun tampak lebih besar, berbentuk
bulat telur dan tersusun mendatar. Pada jaringan bunga karang terdapat hablur
kalsium oksalat berbentuk roset. Diantara jaringan parenkim terdapat kelenjar
lisigen. Berkas pembuluh tipe kolateral, pada tulang daun di atas dan di bawah
berkas pembuluh terdapat jaringan kolenkim. Pada sayatan paradermal tampak sel
epidermis atas dan epidermis bawah dengan dinding samping yang berkelok-kelok
dengan stomata tipe anomostitik.
c. Kegunaan dan khasiat
Secara tradisional tanaman seledri digunakan sebagai pemacu enzim pencernaan
atau sebagai penambah nafsu makan, peluruh air seni, dan penurun tekanan darah.
Disamping itu digunakan pula untuk memperlancar keluarnya air seni,
mengurangi rasa sakit pada rematik dan gout, juga digunakan sebagai anti kejang.
Selebihnya daun dan batang seledri digunakan sebagai sayur dan lalap untuk
penyedap masakan. Kandungan apigenin pada seledri (Apii graveolens L.) sangat
bermanfaat untuk mecegah penyempitan pembuluh darah dan tekanan darah
tinggi.
d. Ekstrak kental herba seledri adalah ekstrak yang dibuat dari herba Apium
graveolens L., suku Apiaceae mengandung flavonoid total tidak kurang dari 1,70
% dihitung sebagai apiin.

B. Teori

Dalam poses identifikasi suatu senyawa khususnya senyawa flavonoid di lakukan


proses penentuan struktur dari senyawa yang dihasilkan dari proses identifikasi baik
dengan metode isolasi, ekstraksi, maserasi, dan sebagainya. Proses isolasi dengan
menggunakan metoda atau proses standar tidak semua senyawa akan diperoleh secara
utuh seperti yang terdapat dalam tumbuhan tersebut. Sebagian senyawa ada yang
terlarut dan terpecah selama proses isolasi tersebut dan hasilnya terdapat
pemutusan ikatan glikosida membentuk aglikon dan gula dengan adanya air.
Beberapa metoda standar identifikasi dan elusidasi struktur yang sudah dikenal
untuk menentukan senyawa kimia termasuk derivat-derivatnya antara lain: metoda
spektroskopi (UV, IR, NMR, massa) dan metoda kromatografi (KLT, kromatografi
gas, kolom, dan cair).

Metode KLT-Densitometri merupakan bagian dari metode kromatografi.


Densitometri merupakan metode analisis instrumen yang berdasarkan interaksi
radiasi elektromagnetik dengan analit yang merupakan bercak/ noda pada lempeng
KLT. Metode KLT-Densitometri digunakan untuk analisis kualitatif dan kuantitatif.
Analisis kualitatif dengan KLT-Densitometri dilakukan dengan menggunakan nilai
Retardation factor, Rf yaitu membandingkan Rf analit dengan Rf baku pembanding.
Sedangkan analisis kuantitas yaitu dengan mengukur area/ luas bercak kromatogram.
Analisis kuantitatif dengan cara penentuan area/ luas bercak kromatogram dapat
dilakukan dengan menggunakan baku pembanding eksternal, menggunakan kurva
kalibrasi baku pembanding eksternal.

Sinyal yang dihasilkan dari IR adalah sinyal IR yang diserap oleh molekul untuk
melakukan gerak vibrasi. Dengan menggunakan IR dapat diketahui gugus fungsi
yang terdapat didalam senyawa organik. senyawa flavonoid, memiliki banyak gugus
fungsi, yaitu:

1. Ikatan rangkap karbon – karbon C=C : mempunyai penyerapan cahaya pada


daerah serapan 1500 – 1600 cm-1 dengan intensitas serapan sedang dan
tajam.
2. Ikatan rangkap karbon – oksigen C=O : merupakan salah satu penyerapan
yang sangat berguna, yang bisa ditemukan pada daerah sekitar 1705 –
1725 cm-1 dengan intensitas serapan kuat dan tajam.
3. Ikatan tunggal karbon – oksigen C–O : mempunyai penyerapan dalam
‘daerah sidik jari’, yang yang bisa ditemukan pada daerah sekitar antara
1000 – 1300cm-1,dengan intensitas serapan lemah dan melebar.
4. Ikatan tunggal karbon – hidrogen C – H : mempunyai penyerapan cahaya
yang terjadi pada daerah serapan 3050-3150 cm-1, dengan intensitas serapan
lemah dan tajam akibat rentangan C – H aromatik.
5. Ikatan tunggal oksigen – hidrogen O – H : menyerap sinar yang berbeda-
beda, tergantung pada kondisi lingkungannya. Ikatan O – H ini akan sangat
mudah dikenali dalam sebuah asam karena akan menghasilkan intensitas
serapan lebar atau lembah yang sangat luas pada daerah sekitar 3200-3500
cm-1.

Apigenin merupakan senyawa flavonoid yang termasuk ke dalam golongan flavon.


Secara kimia apigenin didefinisikan sebagai senyawa 4 5,7- ,‫ ׳‬trihidroksiflavon.
Secara umum apigenin memiliki aktivitas anti inflamasi dan merupakan senyawa
yang dapat digunakan sebagai obat penyakit hati serta sebagai antispamodik.

Struktur Apegenin

Spectrum IR Apigenin

III. ALAT DAN BAHAN


 Alat :
- Gelas ukur
- Corong pisah
- Erlenmeyer
- Pipet kapiler
- KLT Densitometer
- Labu tentukur 50 ml
- Silika gel GF 254
- Bejana kromatografi
- Vial

 Bahan
- Ekstrak Apium graveolens L.
- Toluen
- n-butanol
- Asam asetat
- Air

IV. CARA KERJA


1. Ditimbang 50mg ekstrak
2. Dimasukkan kedalam tabung reaksi dan dilarutkan dalam 25ml etanol 96%
3. Jika ada yang tidak larut disaring ke dalam labu tentukur 50ml, kertas saring dibilas
dengan etanol 96% secukupnya sampai tercapai volume 50ml
4. Masing-masing sebanyak 5𝜇𝑙 larutan uji dan larutan apiin baku dalam 96% dengan
4 konsentrasi yang berbeda ditotolkan pada lempeng silika gel 𝐺𝐹254 ,
dikembangkan dengan fase gerak toluen-(n-butanol)-asam asetat-air (1:3:1:5)
diambil fase atas dan diukur dengan KLT-densitometer pada panjang gelombang
370nm dengan pembanding apigenin.
5. Dihitung kadar apiin dalam % b/b dengan membandingkan kurva baku.

V. HASIL PERCOBAAN
Au = 436,8
ABP = 20775,2
Konsentrasi BP apigenin = 0,025%

VI. PERHITUNGAN
Au
% Kadar apiin = x CBP
ABP
436,8
= x 0,025 %
20557,2
= 0,000531 % ( tidak memenuhi syarat )

VII. PEMBAHASAN
 Ekstrak kental daun seledri adalah ekstrak yang dibuat dari herba Apium graveolens
L., suku apiaceae yang mengandung flavonoid total tidak kurang dari 1,70% dihitung
sebagai apiin.
 Dalam praktek diperoleh hasil kadar apiin dalam Apii Graveolentis Folium
0,000531% sehingga hasil tidak memenuhi syarat. Kadar yang tidak memenuhi
syarat disebabkan karena pada pembuatan ekstrak,pada saat proses penyaringan tidak
menggunakan kapas sehingga hasil ekstrak yang diperoleh masih mengandung
serbuk dari simplisia sehingga mempengaruhi kandungan ekstak yang dihasilkan,
maka dari itu mempengaruhi hasil pemeriksaan.
 Faktor lain yang mempengaruhi adalah pada proses maserasi, waktu maserasi yang
kurang lama menyebabkan belum memisah sempurna senyawa yang terkandung
didalam simplisia tersebut, juga dapat disebabkan karena ukuran pratikel dari
simplisia tersebut.
VIII. KESIMPULAN
Kadar apiin dalam Apii Graveolentis Folium adalah 0,000531% (tidak memenuhi
syarat)

IX. PUSTAKA
Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia. 2004. Monografi Ekstrak
Tumbuhan Obat Indonesia.

Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 1989. Materia Medika Indonesia.

Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 1981. Daftar Tanaman Obat. Jakarta :


Direktorat JPO & M.

Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. 2010. Suplemen I Farmakope Herbal


Indonesia.

Redja, I Wayan. 2009. Analisis Instrumental. Jakarta : Fakultas Farmasi Universitas


Pancasila.

http://ccrc.farmasi.ugm.ac.id/?page_id=225
LAPORAN RESMI
PRAKTIKUM TEKNOLOGI BAHAN ALAM
Penetapan Kadar Apiin Pada Apii Graveolentis Folium

Tanggal percobaan : 9 Mei 2016


Disusun oleh :
Mutia Andriyani (2013210150)
Mutia Karlina (2013210152)
Nanny Lodia (2013210158)
Nabella Amulia (2013210153)
Nothi Tiara Putri (2013210168)
Noviana Clarista (2013210171)
Nur Fitrianh (2013210175)
Nur Safitri Andriani (2013210176)
Nurul Aulia (2013210179)

FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS PANCASILA
JAKARTA
2016

Anda mungkin juga menyukai