PENGELOLAAN OBAT
DI UPTD IFK TAHUN 2018
A. PENGELOLAAN OBAT
Tahun 2000 tentang Pemerintah Daerah, maka semua fungsi pengelolaan obat dan
dalam upaya mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Adapun tujuan dari
pengelolaan obat kabupaten adalah tersedianya obat dengan mutu yang baik,
tersebar merata dengan jenis dan jumlah yang sesuai kebutuhan Pelayanan
Kesehatan Dasar (Puskesmas, Pustu dan Polindes). Berikut ini adalah gambaran
Perencanaan Obat
Proses usulan anggaran belanja obat, BMHP, bahan laboratorium dan bahan
kimia dimulai dengan pembuatan draft perencanaan oleh IFK dengan menggunakan
metode konsumsi berdasarkan data RKO (Rencana Kebutuhan Obat) dari Puskesmas.
Unit organisasi yang terlibat dalam perencanaan untuk pengadaan obat PKD
kabupaten adalah Tim Perencanaan Obat Terpadu (TPOT). Namun tim perencanaan
tersebut belum berfungsi dengan baik karena tidak didukung pendanaan yang
memadai dan karena kurangnya koordinasi. Saat ini perencanaan melibatkan semua
bidang yaitu, KESMAS, P2P, dan PSDK. Tujuan dari Perencanaan Obat Terpadu
adalah untuk merangkum alokasi dana obat dari berbagai sumber dan untuk
menghindari tumpang tindih dalam perencanaan obat. Sumber data utama dari
perencanaan obat adalah, sisa stok, rata-rata pemakaian, pola penyakit serta alokasi
pendanaan obat dari berbagai sumber. Jumlah obat yang diusulkan adalah
rencananya akan di buat Formularium Kabupaten yang harapannya akan lebih baik
kimia dilakukan saat sumber dana yang akan digunakan telah tersedia. Anggaran
pengadaan tersebut biasanya bersumber dari Dana Alokasi Khusus dan dana
dan perkiraan kebutuhan obat, BMHP, bahan laboratorium dan bahan kimia di
akurat,
anggaran
tetapi mengadakan dan menggunakan obat diluar pengadaan oleh UPTD IFK
pemesanan
7. selain itu pengadaan e-catalog terdapat banyak kendala antara lain naiknya
nilai mata uang Dollar terhadap rupiah, maka berdampak pada naiknya harga
bahan baku obat yang sebagian besar masih diimpor dari negara lain.
Sehingga saat harga bahan baku naik, maka penyedia bisa saja mengambil
waktu tertentu.
Pengadaan
sebagaimana telah ditetapkan oleh pemerintah pusat. Tapi untuk obat yang tidak
dengan persyaratan sesuai aturan yang telah ditetapkan. Untuk menjamin mutu obat
yang disalurkan pada masyarakat diisyaratkan pula adanya jaminan CPOB (Cara
Pembuatan Obat yang Baik) dari masing-masing obat dan kesediaan rekanan untuk
menarik dan mengganti obat yang jika dikemudian hari ditemukan dibawah standar.
Pengadaan obat, BMHP, bahan laboratorium dan bahan kimia dilaksanakan oleh
Pejabat Pengadaan yang telah ditunjuk. Adapun sumber anggaran pengadaan obat
adalah sbb :
Penyimpanan
pengaruh lembab dan cahaya yang dapat merusak mutu obat. Sistem penyimpanan
obat di gudang farmasi adalah kombinasi, dimana sediaan obat diatur menurut jenis
sediaan, seperti penyimpanan sediaan injeksi yang disimpan terpisah khusus di rak
injeksi, alat kesehatan habis pakai disimpan terpisah di rak tersendiri. Demikian juga
dengan sediaan tablet dan salep, masing – masing disimpan di rak dan disusun
secara alfabetis. Sedangkan beberapa jenis obat disimpan menurut efek terapi,
antara lain paket OAT, obat – obat malaria dan obat – obat untuk penanganan gigi.
Adapun kendala penyimpanan obat, BMHP, bahan laboratorium dan bahan kimia di
UPTD IFK lain: menumpuknya obat kadaluarsa, kurangnya daya listrik untuk
mengoperasikan AC.
Pendistribusian
Puskesmas dengan frekuensi satu kali sebulan. Pengelola obat tiap Puskesmas
melakukan permintaan obat dan BMHP dengan menggunakan blanko LPLPO dan
petugas Instalasi Farmasi menyediakan obat dan BMHP sesuai dengan permintaan
pemakaian bulan lalu dan ketersediaan obat dan BMHP di UPTD IFK. Sedangkan
distribusi obat dan BMHP ke Apotek Puskesmas, Puskesmas Pembantu (Pustu), Pos
Kesehatan Desa (Poskesdes) dan unit pelayanan lain di UPTD Puskesmas dilakukan
dengan menggunakan LPLPO sub unit. Pengeluaran obat dari gudang UPTD IFK
sedapat mungkin menggunakan sistem FEFO (first expired first out) dan FIFO (first in
first out). Berikut adalah data – data terkait distribusi obat dan BMHP di Istalasi
Salah satu sarana strategis Kementrian Kesehatan Tahun 2015 – 2019 adalah
meningkatkan akses kemandirian dan mutu sediaan farmasi dan Bahan Medis Habis
Pakai (BMHP), dimana salah satu target yang akan dicapai pada tahun 2019 adalah
Untuk mencapai target indikator dalam sarana strategis tersebut perlu didukung
manajemen logistik obat,vaksin dan bahan medis habis pakai (BMHP) yang optimal di
dan BMHP dapat ditingkatkan. Pada tiga tahun terakhir, capaian obat dan vaksin
indicator di kabupaten Dompu selalu diatas standar nasional, hal ini dapat dilihat
bentuk aplikasi E-Logistik obat dan BMHP untuk digunakan di semua tingkat
aplikasi E-Logistik ini dapat diakses data pencatatan manajemen logistik obat dan
Obat dan BMHP. Dengan adanya aplikasi ini diharapkan manajemen pengelolaan