Anda di halaman 1dari 6

LAPORAN KEGIATAN

PENGELOLAAN OBAT
DI UPTD IFK TAHUN 2018
A. PENGELOLAAN OBAT

Sejak berlakunya UU No. 22 Tahun 1999 dan Peraturan Pemerintah No. 25

Tahun 2000 tentang Pemerintah Daerah, maka semua fungsi pengelolaan obat dan

manajemen pendukungnya menjadi tanggung jawab pemerintah kabupaten/ kota.

Pengelolaan obat merupakan suatu rangkaian kegiatan yang menyangkut

perencanaan/ seleksi, pengadaan, pendistribusian dan penggunaan obat dan BMHP

dalam upaya mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Adapun tujuan dari

pengelolaan obat kabupaten adalah tersedianya obat dengan mutu yang baik,

tersebar merata dengan jenis dan jumlah yang sesuai kebutuhan Pelayanan

Kesehatan Dasar (Puskesmas, Pustu dan Polindes). Berikut ini adalah gambaran

pengelolaan obat di UPTD IFK Dompu :

 Perencanaan Obat

Proses usulan anggaran belanja obat, BMHP, bahan laboratorium dan bahan

kimia dimulai dengan pembuatan draft perencanaan oleh IFK dengan menggunakan

metode konsumsi berdasarkan data RKO (Rencana Kebutuhan Obat) dari Puskesmas.

Selanjutnya diserahkan ke Subbag Program dan Pelaporan untuk disahkan sebagai

Dokumen Pelaksanaan Anggaran (DPA), kemudian pelaksanaan pengadaan obat dan

BMHP dilakukan berdasarkan DPA tersebut.

Unit organisasi yang terlibat dalam perencanaan untuk pengadaan obat PKD

kabupaten adalah Tim Perencanaan Obat Terpadu (TPOT). Namun tim perencanaan

tersebut belum berfungsi dengan baik karena tidak didukung pendanaan yang

memadai dan karena kurangnya koordinasi. Saat ini perencanaan melibatkan semua

bidang yaitu, KESMAS, P2P, dan PSDK. Tujuan dari Perencanaan Obat Terpadu

adalah untuk merangkum alokasi dana obat dari berbagai sumber dan untuk

menghindari tumpang tindih dalam perencanaan obat. Sumber data utama dari

perencanaan obat adalah, sisa stok, rata-rata pemakaian, pola penyakit serta alokasi

pendanaan obat dari berbagai sumber. Jumlah obat yang diusulkan adalah

kebutuhan selama 18 bulan yang sebagian besar adalah obat generik.

Ketentuan atau pedoman yang dijadikan acuan dalam proses perencanaan

kebutuhan obat untuk Pelayanan Kesehatan Dasar adalah Formularium Nasional


(FORNAS) dan Daftar Obat Esensial Nasional (DOEN). Pada tahun 2019 nanti

rencananya akan di buat Formularium Kabupaten yang harapannya akan lebih baik

dalam mengakomodir semua kebutuhan obat, BMHP, bahan laboratorium serta

bahan kimia terutama di Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama Kabupaten Dompu.

Proses perencanaan kebutuhan obat, BMHP, bahan laboratorium dan bahan

kimia dilakukan saat sumber dana yang akan digunakan telah tersedia. Anggaran

pengadaan tersebut biasanya bersumber dari Dana Alokasi Khusus dan dana

Kapitasi JKN masing – masing Puskesmas.

Masalah dan kendala utama yang dihadapi dalam merumuskan perencanaan

dan perkiraan kebutuhan obat, BMHP, bahan laboratorium dan bahan kimia di

Pelayanan Kesehatan Dasar antara lain:

1. tidak semua Puskesmas mengumpulkan usulan rencana kebutuhannya secara

akurat,

2. Adanya beberapa item obat yang kosong/berlebih persediaannya di awal tahun

anggaran

3. Beberapa item obat yang diadakan di Kab tidak digunakan di Puskesmas

tetapi mengadakan dan menggunakan obat diluar pengadaan oleh UPTD IFK

4. Pembelian mendadak dan tidak terencana

5. Kewajiban satker dan faskes dalam hal pembayaran belum diselesaikan

6. Permasalahan dari penyedia : Permasalahan bahan baku, Persyaratan minimal

order dari penyedia, Penyedia tidak merespons atau tidak memenuhi

pemesanan

7. selain itu pengadaan e-catalog terdapat banyak kendala antara lain naiknya

nilai mata uang Dollar terhadap rupiah, maka berdampak pada naiknya harga

bahan baku obat yang sebagian besar masih diimpor dari negara lain.

Sehingga saat harga bahan baku naik, maka penyedia bisa saja mengambil

keputusan tidak memproduksi obat, demi menghindar dari kerugian yang

besar Secara langsung, kondisi tersebut juga mengakibatkan naiknya harga

obat. sehingga menyebabkan kekosongan beberapa item obat dalam jangka

waktu tertentu.
 Pengadaan

Pengadaan Obat dan BMHP dilaksanakan melalui tender E-Catalog

sebagaimana telah ditetapkan oleh pemerintah pusat. Tapi untuk obat yang tidak

masuk dalam daftar E-Catalog dilaksanakan melalui proses penunjukan langsung

dengan persyaratan sesuai aturan yang telah ditetapkan. Untuk menjamin mutu obat

yang disalurkan pada masyarakat diisyaratkan pula adanya jaminan CPOB (Cara

Pembuatan Obat yang Baik) dari masing-masing obat dan kesediaan rekanan untuk

menarik dan mengganti obat yang jika dikemudian hari ditemukan dibawah standar.

Pengadaan obat, BMHP, bahan laboratorium dan bahan kimia dilaksanakan oleh

Pejabat Pengadaan yang telah ditunjuk. Adapun sumber anggaran pengadaan obat

adalah sbb :

Tabel. Sumber Anggaran Pengadaan Obat 3 (tiga) Tahun Terakhir

SUMBER ANGGARAN 2016 2017 2018

DAK 4.418.079.342,00 3.327.889.978,00 3.363.841.952,00

JKN 0 345.580.000,00 860.198.600,00

Buffer Prop. 331.513.587,75 23.183.500,00 0

Buffer Pusat (Obat 285.900.387,50 479.856.906,00 1.393.716.167,50


Program)

 Penyimpanan

Pelaksanaan penyimpanan obat di gudang farmasi sebelum dilakukan

pendistribusian pada prinsipnya bertujuan untuk menghindari kerusakan obat dari

pengaruh lembab dan cahaya yang dapat merusak mutu obat. Sistem penyimpanan

obat di gudang farmasi adalah kombinasi, dimana sediaan obat diatur menurut jenis

sediaan, seperti penyimpanan sediaan injeksi yang disimpan terpisah khusus di rak

injeksi, alat kesehatan habis pakai disimpan terpisah di rak tersendiri. Demikian juga

dengan sediaan tablet dan salep, masing – masing disimpan di rak dan disusun

secara alfabetis. Sedangkan beberapa jenis obat disimpan menurut efek terapi,

antara lain paket OAT, obat – obat malaria dan obat – obat untuk penanganan gigi.

Adapun kendala penyimpanan obat, BMHP, bahan laboratorium dan bahan kimia di
UPTD IFK lain: menumpuknya obat kadaluarsa, kurangnya daya listrik untuk

mengoperasikan AC.

 Pendistribusian

Pendistribusian dilakukan oleh petugas distribusi dari gudang UPTD IFK ke

Puskesmas dengan frekuensi satu kali sebulan. Pengelola obat tiap Puskesmas

melakukan permintaan obat dan BMHP dengan menggunakan blanko LPLPO dan

petugas Instalasi Farmasi menyediakan obat dan BMHP sesuai dengan permintaan

dari Puskesmas dengan memperhitungkan sisa stok di gudang Puskesmas,

pemakaian bulan lalu dan ketersediaan obat dan BMHP di UPTD IFK. Sedangkan

distribusi obat dan BMHP ke Apotek Puskesmas, Puskesmas Pembantu (Pustu), Pos

Kesehatan Desa (Poskesdes) dan unit pelayanan lain di UPTD Puskesmas dilakukan

dengan menggunakan LPLPO sub unit. Pengeluaran obat dari gudang UPTD IFK

sedapat mungkin menggunakan sistem FEFO (first expired first out) dan FIFO (first in

first out). Berikut adalah data – data terkait distribusi obat dan BMHP di Istalasi

Farmasi Kabupaten Dompu .

 Implementasi Aplikasi E-Logistik

Salah satu sarana strategis Kementrian Kesehatan Tahun 2015 – 2019 adalah

meningkatkan akses kemandirian dan mutu sediaan farmasi dan Bahan Medis Habis

Pakai (BMHP), dimana salah satu target yang akan dicapai pada tahun 2019 adalah

tercapainya indicator ketersediaan obat dan vaksin sebesar 95% di Puskesmas.

Untuk mencapai target indikator dalam sarana strategis tersebut perlu didukung

manajemen logistik obat,vaksin dan bahan medis habis pakai (BMHP) yang optimal di

Instalasi Farmasi Pemerintah, yaitu melalui pemanfaatan sistem manajemen logistik

secara elektronik, sehingga efisiensi dan efektivitas pemantauan ketersediaan obat

dan BMHP dapat ditingkatkan. Pada tiga tahun terakhir, capaian obat dan vaksin

indicator di kabupaten Dompu selalu diatas standar nasional, hal ini dapat dilihat

pada grafik dibawah ini.


Grafik Persentase Puskesmas dengan ketersediaan Obat dan Vaksin
di Kabupaten Dompu

Sistem manajemen logistik secara elektronik telah dikembangkan dalam

bentuk aplikasi E-Logistik obat dan BMHP untuk digunakan di semua tingkat

Instalasi Farmasi Pemerintah, yaitu kabupaten/kota, provinsi dan pusat. Melalui

aplikasi E-Logistik ini dapat diakses data pencatatan manajemen logistik obat dan

BMHP, antara lain penerimaan dan pendistribusian, serta pelaporan ketersediaan

Obat dan BMHP. Dengan adanya aplikasi ini diharapkan manajemen pengelolaan

obat dapat ditingkatkan dan lebih baik lagi.

B. PENGENDALIAN PENGELOLAAN OBAT

Pengendalian pengelolaan obat di kabupaten meliputi Monitoring, Evaluasi,

Pencatatan dan Pelaporan. Monitoring dan Evaluasi yang dilaksanakan bertujuan

untuk menilai tingkat kewajaran dari pengelolaan obat di Puskesmas sehingga

diharapkan obat yang digunakan untuk pelayanan terutama di Fasilitas Kesehatan

Tingkat Pertama dapat dipastikan obat yang mutunya terjamin.

Anda mungkin juga menyukai