Anda di halaman 1dari 10

87

Buana Sains Vol 7 No 1: 87-96, 2007

ANALISIS KELAYAKAN USAHA PENGOLAHAN SELAI


NANGKA DITINJAU DARI JENIS DAN KONSENTRASI
BAHAN PEMBENTUK GEL

Samsuri Tirtosastro dan Sakunda Anggarini


PS Teknologi Industri Pertanian, Fak. Pertanian, Universitas Tribhuwana Tunggadewi, Malang

Abstract
The aims of this research were to elucidate the best concentration of gelling agents
(carragenans, pectins, agaroses) for producing jackfruit jams with best chemical, physical
and organoleptical characteristics, and the financial aspects of the best jackfruit jam
production. Six treatments of gelling agents addition of 0.5% and 0.6% agaroses; 0.3%
and 0.5% pectins and 0.2% and 0.3% carragenans, were arranged in a randomized block
design with three replicates. Analysis factors were performed for water content, texture,
pH, syneresis and capability of performance and also organoleptics i.e. colours, texture
and flavours. Results of this research showed that addition of 0.3% pectins produced
best quality of jackfruits jams.

Key word : jackfruits jams, agarose, pectins, carragenans

Pendahuluan kontinuitas struktur sedangkan tingkat


keasaman dan kadar gula akan
Buah nangka umumnya dikonsumsi
mempengaruhi produk selai. (Desrosier,
dalam bentuk segar. Buah nangka yang
1978).
masak optimal hanya bisa bertahan
Buckle et al. (1987) menjelaskan
sampai satu minggu setelah panen,
bahwa pektin terdapat secara alamiah
setelah itu mengalami penurunan
dalam jaringan buah-buahan sebagai
kualitas dan akhirnya membusuk
hasil dari degradasi protopektin selama
(Rukmana, 2001). Salah satu usaha
pematangan, pektin dapat ditambahkan
pengolahannya adalah dengan mengolah
dalam bentuk padat atau cair untuk
daging buah nangka menjadi selai
melengkapi buah-buahan yang
(Astawan dan Wahyuni, 1991). Proporsi
kekurangan pektin didukung pula oleh
selai adalah 45 bagian berat buah
pendapat, Susanto (1993) bahwa untuk
dengan 55 bagian berat gula, campuran
memenuhi jumlah pektin yang
tersebut dikentalkan sampai kadar
dibutuhkan kadang-kadang
padatan terlarut yang tak kurang 65%.
ditambahkan pektin komersial. Jumlah
Beberapa selai memerlukan kadar
pektin yang ideal untuk pembentuk gel
padatan terlarut 68% untuk mencapai
berkisar 0,75%-1,5%.
kualitasnya yang dikehendaki.
Kadar gula tidak lebih dari 65 %
Kombinasi gula, pektin, asam dan air
dan konsentrasi pektin 1% sudah dapat
akan mempengaruhi kekuatan gel selai,
dihasilkan gel dengan kekerasan yang
kandungan pektin akan mempengaruhi
88
S. Tirtosastro dan S. Anggarini / Buana Sains Vol 7 No 1: 87-96, 2007

cukup baik. Karakter pembentuk gel A2=penambahan agar-agar 0,6%, P1 =


karaginan dengan adanya garam K+ penambahan pektin 0,3%,
(Belitz and Grosch, 1987). Struktur gel P2=penambahan pektin 0,5%,
agar-agar akan terbentuk pada saat K1=penambahan karagenan 0,2%,
larutan didinginkan. Jumlah K2=penambahan karagenan 0,3%.
penggunaannya 6 gram/kg hancuran Proses pembuatan selai nangka, yaitu
buah atau tergantung kepada kandungan buah nangka dipecah (dibelah)
pektin bubur buah (Suhardi, 1999). memanjang menjadi empat bagian,
Namun demikian, tidak hanya teknologi kemudian dipisahkan bagian hati atau
saja yang perlu dikembangkan, juga empulurnya, daging buah diambil satu
diperlukan analisis usaha per satu lalu dicuci, dipotong-potong
pengolahannya, sehingga suatu usaha dan kemudian diblender dan bubur
pengolahan akan dapat didirikan buah selanjutnya dimasak dengan suhu
terutama mulai skala kecil atau skala 103oC–105oC selama ±15 menit. Selama
rumah tangga. pemasakan ditambahkan bahan-bahan
Tujuan penelitian ini adalah untuk tambahan dengan konsentrasi gula
menetapkan jenis bahan pembentuk gel (60%), asam sitrat (5 g), pektin (0,3%,
dan konsentrasinya yang tepat sehingga 0,5 g), karagenan (0,2%, 0,3%), agar-
menghasilkan selai dengan karakteristik agar (0,5%, 0,6%) dan natrium benzoat
kimia, fisik dan organoleptik yang disukai, (0,5 g) semuanya diaduk secara merata
serta untuk mengetahui kelayakan agar selai nangka terbentuk benar-benar
finansial dari produksi selai nangka dari pekat, busa yang terbentuk selama
perlakuan terbaik. proses pemasakan diusahakan untuk
dibuang setelah pemasakan mencapai 15
Bahan dan Metode menit kemudian setelah terbentuk gel
diangkat dan didinginkan kemudian
Penelitian ini dilaksanakan di dimasukan kedalam botol (botol
Laboratorium Rekayasa pangan dan disterilkan) dan langsung ditutup.
Sistem Produksi Teknologi Industri Pengamatan terhadap selai nangka
Pertanian Universitas Tribhuwana meliputi uji kimia yaitu kadar air,
Tunggadewi, dilaksanakan Bulan Mei tekstur, pH dan daya oles, serta uji
sampai Juni 2007. organoleptik meliputi warna, tekstur,
Bahan-bahan yang digunakan dan rasa.
dalam penelitian ini adalah buah nangka,
sedangkan bahan pembantu yang
Hasil dan Pembahasan
digunakan adalah gula pasir, asam sitrat,
natrium benzoat, agar-agar, pektin dan Kadar air
karagenan. Peralatan yang digunakan
yaitu timbangan, blender/pemarut, Kadar air selai nangka terendah
pisau stainless steel, telenan, pengaduk, diperoleh pada perlakuan penambahan
kompor, alat pengukus atau pasteurisasi, agar dengan konsentrasi 0,6% yaitu
wajan stainless steel, baskom dan botol sebesar 30,71%, dan kadar air tertinggi
selai. diperoleh pada perlakuan penambahan
Rancangan Percobaan yang pektin dengan konsentrasi 0,3% yaitu
digunakan dalam penelitian ini adalah sebesar 33,46% (Gambar 1).
Rancangan Acak Kelompok (RAK), Ada kecenderungan kadar air
menggunakan 6 perlakuan yaitu A1 = meningkat akibat pengaruh jenis
penambahan agar-agar 0,5%, pengental dan konsentrasinya. Jenis
89

S. Tirtosastro dan S. Anggarini / Buana Sains Vol 7 No 1: 87-96, 2007

pengental agar menghasilkan kadar air karena semakin meningkatnya


yang lebih rendah daripada karaginan, konsentrasi pengental maka
sedangkan pektin menghasilkan kadar meningkatkan total padatan pada selai
air paling tinggi. Konsentrasi pengental dan menurunkan kadar air karena total
yang lebih tinggi baik pada agar, padatan berbanding terbalik dengan
karaginan dan pektin menghasilkan jumlah air pada bahan. Hal ini sesuai
kadar air yang lebih rendah. Nilai kadar pendapat Winarno (1992) bahwa
air juga mengalami penurunan dengan semakin meningkatnya total padatan
semakin meningkatnya konsentrasi pada akan menurunkan kadar air bahan.
pektin, agar dan karaginan. Hal ini

34

33
kadar air (%)

32

31

30

29
a1 a2 k1 k2 p1 p2
jenis pengental dan konsentrasinya

Gambar 1. Hubungan antara Jenis Pengental dan Konsentrasinya dengan Kadar Air

Tekstur dan pektin 0,5% menghasilkan nilai


tekstur yang lebih rendah, artinya selai
Tekstur selai nangka terendah diperoleh
lebih keras, dibandingkan dengan
pada perlakuan penambahan agar 0,6%
penambahan agar 0,5%, karaginan 0,2%
yaitu sebesar 0,384 mm/gdet dan
dan pektin 0,3%. Jenis dan konsentrasi
tekstur tertinggi diperoleh pada
hidrokoloid berpengaruh sangat besar
perlakuan penambahan pektin 0,3%
pada sistem gel, karena daya serap dan
yaitu sebesar 0,978 mm/gdet (Gambar
kekuatan ikat air yang berbeda-beda.
2). Peningkatan tekstur karena pengaruh
Hal ini karena masing-masing
jenis pengental dan konsentrasinya.
hidrokoloid memiliki jenis dan jumlah
Nilai analisis tekstur yang semakin tinggi
ikatan kimia yang berbeda-beda serta
menunjukkan bahwa tingkat kekerasan
struktur penyusun yang berbeda pula
selai semakin rendah, atau selai lebih
(Eskin et al., 1971).
lunak. Jenis pengental agar
Nilai tekstur juga mengalami
menghasilkan nilai tekstur yang lebih
penurunan dengan semakin
rendah daripada karaginan, yang berarti
meningkatnya konsentrasi pada pektin,
selainya lebih keras (terlalu padat).
agar dan karaginan. Hal ini
Pektin menghasilkan nilai tekstur paling
menunjukkan bahwa makin tinggi
tinggi yang berarti selainya lunak.
konsentrasi pengental, maka tekstur
Konsentrasi pengental yang lebih tinggi
semakin rendah atau produk selai
yaitu pada agar 0,6%, karaginan 0,3%
semakin keras / kenyal. Marlina (2004)
90
S. Tirtosastro dan S. Anggarini / Buana Sains Vol 7 No 1: 87-96, 2007

menyatakan bahwa dalam bahan pangan Dengan terbentuknya jaringan tiga


hidrokoloid berfungsi membantu dimensi itu maka air akan tertahan
pembentukan jaringan tiga dimensi didalamnya sehingga terbentuk tesktur
serupa serabut halus bersama gula dan selai yang kokoh.
asam dalam proporsi yang sesuai.

1.2

0.8
tekstur

0.6

0.4

0.2

0
a1 a2 k1 k2 p1 p2
jenis pengental dan konsentrasinya

Gambar 2. Hubungan antara jenis pengental dan konsentrasinya dengan tekstur

pH Perlakuan agar, karaginan dan pektin


pada konsentrasi yang lebih tinggi
pH selai nangka terendah diperoleh
menghasilkan pH yang tinggi (3,45
pada perlakuan karaginan 0,2% dan
sampai 3,60), sedangkan perlakuan agar,
pektin 0,3% yaitu sebesar 3,26, dan pH
karaginan dan pektin pada konsentrasi
tertinggi diperoleh pada perlakuan agar
lebih rendah menghasilkan pH yang
0,6% yaitu sebesar 3,60 (Gambar 3).
lebih rendah (3,25 sampai 3,44).
Ada kecenderungan pH menurun akibat
Menurut Marlina (2004), pada pH lebih
pengaruh jenis pengental dan
dari 3,5 tidak diperoleh gel, pada pH 3–
konsentrasinya.
3,2 terbentuk gel yang optimum
Jenis pengental agar menghasilkan
sedangkan pada pH yang rendah akan
pH yang lebih tinggi daripada karaginan
diperoleh gel yang mudah pecah.
dan pektin. Konsentrasi pengental yang
Berdasarkan teori diatas, maka pektin
lebih tinggi baik pada agar, karaginan
0,3% dan karaginan 0,2% menghasilkan
dan pektin menghasilkan pH yang lebih
gel optimum yaitu pada pH 3,25.
tinggi atau keasamannya menurun.
91

S. Tirtosastro dan S. Anggarini / Buana Sains Vol 7 No 1: 87-96, 2007

3.7
3.6
3.5
3.4
pH

3.3
3.2
3.1
3
a1 a2 k1 k2 p1 p2
jenis pengental dan konsentrasinya

Gambar 3. Hubungan antara jenis pengental dan konsentrasinya dengan pH

Sineresis (agar, karaginan dan pektin)


ditingkatkan maka terjadi penurunan
Sineresis selai nangka terendah
sineresis. Konsentrasi yang lebih tinggi
diperoleh pada perlakuan agar 0,6%
baik pada agar, karaginan dan pektin
yaitu sebesar 0,1197 g air/g
menurunkan sineresis, atau memperkuat
sampel/menit, dan sineresis tertinggi
kemampuan mengikat air pada selai.
diperoleh pada perlakuan karaginan
Sineresis adalah keluarnya atau
0,2% yaitu sebesar 0,148 g air/sampel/
merembesnya cairan dari dalam bahan
menit (Gambar 4). Ada pola garis lurus
pangan dimana air tidak terikat dengan
dari hubungan antara jenis pengental
kuat oleh komponen bahan yang ada
baik agar, karaginan dan pektin terhadap
(Yuwono dan Susanto, 1998).
sineresis. Apabila konsentrasi pengental

0.16
0.14
0.12
0.1
sineresis

0.08
0.06
0.04
0.02
0
a1 a2 k1 k2 p1 p2
jenis pengental dan konsentrasinya

Gambar 4. Hubungan antara jenis pengental dan konsentrasinya dengan sineresis


92
S. Tirtosastro dan S. Anggarini / Buana Sains Vol 7 No 1: 87-96, 2007

Daya oles selai makin mudah untuk dioles, daya


oles rendah menunjukkan bahawa selai
Daya oles selai nangka terendah
makin sulit untuk dioles atau kualitasnya
diperoleh pada perlakuan agar 0,6%
buruk. Jika dihubungkan dengan
yaitu sebesar 0,1197, dan daya oles
tekstur, nilai tekstur tertinggi (selai
tertinggi diperoleh pada perlakuan
paling lunak) diperoleh pada perlakuan
karaginan 0,2% yaitu sebesar 0,148
pektin 0,3% ternyata menghasilkan daya
(Gambar 5). Grafik berpola meningkat
oles yang paling tinggi. Berarti semakin
dimana agar memberikan daya oles yang
lunak selai maka makin mudah
lebih rendah, sedangkan pektin
dioleskan. Haryati et al. (2001)
menghasilkan daya oles yang lebih
menyatakan bahwa kemampuan oles
tinggi. Apabila konsentrasi ditingkatkan
selai erat kaitannya dengan
baik pada agar, karaginan dan pektin
pembentukan sistem gel yang terjadi
maka menghasilkan daya oles yang lebih
dan dipengaruhi oleh beberapa faktor,
rendah, hal ini tampak pada grafik
antara lain jenis dan konsentrasi
dimana terjadi sedikit penurunan daya
pengental, pH dan kosentrasi gula.
oles pada A2, K2 dan P2. Daya oles
semakin tinggi menunjukkan bahwa

20

15
daya oles

10

0
a1 a2 k1 k2 p1 p2
jenis pengental dan konsentrasinya

Gambar 5. Hubungan antara jenis pengental dan konsentrasinya dengan daya oles

Organoleptik Pektin menghasilkan warna yang disukai


Warna oleh panelis, sedangkan agar
menghasilkan warna yang kurang
Warna selai nangka terendah diperoleh disukai panelis. Perbedaan warna
pada perlakuan agar 0,5% yaitu sebesar mungkin disebabkan oleh warna asal
2,6, dan warna tertinggi diperoleh pada bahan pengental, dimana warna agar
perlakuan karaginan 0,3% yaitu sebesar memang kurang putih dibandingkan
4,25(Gambar 6). Grafik batang berpola karaginan dan pektin. Warna selai yang
meningkat dimana agar memberikan umum disukai di pasaran adalah warna
nilai kesukaan warna yang lebih rendah, kuning oranye terang, warna ini
sedangkan pektin menghasilkan nilai dihasilkan oleh perlakuan pektin dan
kesukaan warna yang lebih tinggi. karaginan.
93

S. Tirtosastro dan S. Anggarini / Buana Sains Vol 7 No 1: 87-96, 2007

rerata kesukaan warna


4

0
a1 a2 k1 k2 p1 p2
jenis pengental dan konsentrasinya

Gambar 6. Hubungan antara jenis pengental dan konsentrasinya dengan warna

Tekstur agak disukai oleh panelis, sedangkan


agar menghasilkan tekstur yang kurang
Kesukaan tekstur selai nangka terendah
disukai panelis. Agar menghasilkan
diperoleh pada perlakuan agar 0,6%
tekstur selai yang terlalu padat sehingga
yaitu sebesar 2,45, dan tekstur tertinggi
mirip agar-agar, karaginan juga
diperoleh pada perlakuan pektin 0,3%
menghasilkan tekstur selai yang padat
yaitu sebesar 3,55 (Gambar 7). Agar
tapi masih lebih lunak daripada agar,
memberikan nilai kesukaan tesktur yang
sedangkan pektin menghasilkan tekstur
lebih rendah, sedangkan karaginan dan
selai yang lunak seperti selai Welco yang
pektin menghasilkan nilai kesukaan
ada di pasaran.
tekstur yang lebih tinggi. Pektin maupun
karaginan menghasilkan tekstur yang
4
3.5
rerata kesukaan tekstur

3
2.5
2
1.5
1
0.5
0
a1 a2 k1 k2 p1 p2
jenis pengental dan konsentrasinya

Gambar 7. Hubungan antara jenis pengental dan konsentrasinya dengan tekstur

Rasa pektin 0,5% yaitu sebesar 3,6. Kesukaan


rasa selai nangka terendah diperoleh
Kesukaan rasa selai nangka terendah
pada perlakuan karaginan 0,2 dan
diperoleh pada perlakuan karaginan
kesukaan rasa tertinggi diperoleh pada
0,2% yaitu sebesar 3,5 dan kesukaan
perlakuan pektin 0,5% (Gambar 8).
rasa tertinggi diperoleh pada perlakuan
94
S. Tirtosastro dan S. Anggarini / Buana Sains Vol 7 No 1: 87-96, 2007

Agar 0,5%, agar 0,6% , karaginan 0,3% kesukaan warna antara 3,5 sampai 3,6
dan pektin 0,3% menghasilkan kesukaan yang berarti agak suka. Rasa yang terdapat
rasa yang sama yaitu 3,55. Agar, pada selai nangka adalah rasa manis
karaginan dan pektin menghasilkan disertai dengan aroma nangka yang khas.

Gambar 8. Hubungan antara jenis pengental dan konsentrasinya dengan rasa

Analisis keputusan menghasilkan selai nangka dengan skor


kesukaan warna 4,25 (suka), skor tekstur
Analisis keputusan dilakukan untuk
3,15 (agak suka), skor rasa 3,6 (agak suka).
memilih perlakuan alternatif yang
terbaik. Metode pengambilan keputusan
yang digunakan adalah metode indeks Tabel 1. Hasil Perhitungan Nilai Produk
efektivitas (De Garmo et al., 1984). Selai Nangka untuk Parameter
Pemilihan perlakuan terbaik pada selai Organoleptik
nangka ditentukan dengan Perlakuan Nilai Produk
membandingkan parameter mutu yang agar 0,5% 0,236363636
meliputi kimia, fisik dan organoleptik. agar 0,6% 0,26022727
Penentuan tingkat kepentingan karaginan 0,2% 0,366035354
dilakukan dengan metode pembobotan karaginan 0,3% 0,5713384
dengan skala 1-3 (mulai dari kurang pektin 0,3% 0,7594697
penting sampai penting) untuk pektin 0,5% 0,87575758 (*)
parameter organoleptik meliputi warna,
tekstur dan rasa; dan skala 1 - 5 (mulai
dari tidak penting sampai penting sekali) Hasil perhitungan dengan metode
untuk parameter fisikokimia meliputi pembobotan untuk menentukan
kadar air, tekstur, pH, sineresis dan daya perlakuan terbaik dari parameter
oles. Hasil perhitungan yang disajikan fisikokimia selai nangka yang disajikan
pada Tabel 1 menunjukkan bahwa pada Tabel 2 menunjukkan bahwa
perlakuan terbaik dengan parameter perlakuan terbaik dengan parameter
organoleptik adalah penambahan pektin organoleptik adalah penambahan pektin
0,5% (tanda *). Perlakuan pektin 0,5% 0,3%. Perlakuan pektin 0,3%
95

S. Tirtosastro dan S. Anggarini / Buana Sains Vol 7 No 1: 87-96, 2007

menghasilkan selai nangka dengan kadar Rp. 51,981,981.99 (bernilai positif


air 33,46%, tekstur 0,978 mm/gdet, pH sehingga layak didirikan).
3,26, sineresis 0,14 g air/g sampel
menit, daya oles 17,87 cm. Perlakuan Kesimpulan
terbaik yang dianalisis kelayakan
usahanya adalah perlakuan pektin 0,3%, Perlakuan terbaik adalah pektin 0,3%
dengan pertimbangan bahwa produk menghasilkan selai nangka dengan kadar
selai nangka dengan perlakuan tersebut air 33,46%, tekstur 0,978 mm/gdet, pH
memenuhi syarat mutu selai yaitu kadar 3,26, sineresis 0,14 g air/g sampel
air maksimum 35%, kadar pektin menit, daya oles 17,87 cm, nilai
maksimum 0,7%, pH optimal antara kesukaan warna 4,1 (suka), tekstur 3,55
3,2-3,4 (Desrosier, 1978), dan memiliki (agak suka), rasa 3,55 (agak suka).
nilai kesukaan warna 4,1 (suka), tekstur Produksi selai nangka layak secara
3,55 (agak suka), rasa 3,55 (agak suka) finansial dengan parameter yaitu Payback
dimana kriteria kesukaan ini sama Period 3.32 tahun, Break Even Point
dengan kriteria pada perlakuan pektin sebesar 10516,3939 unit atau Rp.
0,3%. 58.657.818,69, Internal Rate of Return
42,82%, Net Present Value pada tingkat
bunga 18% Rp. 51.981.981,99.
Tabel 2. Hasil Perhitungan Nilai Produk
Selai Nangka untuk Parameter
Fisikokimia Daftar Pustaka
Perlakuan Nilai Produk Astawan, M dan Wahyuni, M. 1991,
Teknologi Pengolahan Pangan Nabati
agar 0,5% 0,3742968
Tepat Guna, Akademika Pressindo,
agar 0,6% 0,37 Bogor
karaginan 0,2% 0,556981668 Belitz, R.J. and Grosch, H. 1987, Food
karaginan 0,3% 0,5226508 Chemistry, AVI Publ., New York
pektin 0,3% 0,70058824 (*) Buckle, K.A., Edwards, R.A., Fleet, G.H.,
pektin 0,5% 0,56318051 dan Wootton, M. 1987. diterjemahkan
oleh Purnomo dan Adiono, 1987, Ilmu
Pangan, UI-Press, Jakarta
De Garmo, E.P., Sullivan, W.G. and
Analisis kelayakan finansial Canada, J.R. 1984. Engineering
Hasil analisis kelayakan finansial Economy 7th Edition. Mac Millan
terhadap perlakuan terbaik Publishing Company. New York.
menunjukkan bahwa dengan kapasitas Desrosier, N. 1978, Technology of Food
Preservation,4th. Ed., The Avi Publ.
produksi 78000 botol kapasitas 250
Westport, Connecticut
g/tahun, diperoleh Harga Pokok Eskin, N.A.M., Henderson, H.M. and
Penjualan Rp. 3.044,00 dan harga jual Townsend, R.J. 1971. Biochemistry of
Rp. 3.958,00. Foods, AcademicPress, New York
Payback Period dicapai pada tahun ke Haryati, S., Adjisoetopo, G. dan Mufidah,
3,32, Break Even Point sebesar 10516,3939 N.R. 2001, Pengaruh Variasi pH
unit atau Rp. 58.657.818,69, Internal Rate terhadap Kadar Tanin dan Sifat
of Return 42,82 % (pabrik layak didirikan Organoleptik Selai Buah Semu Jambu
karena IRR lebih besar dari suku bunga Mete, Jurnal Teknologi Pertanian, Vol. 2
deposito 9%), Net Present Value (18%) no. 2. Fak. Teknologi Pertanian, Univ.
Brawijaya, Malang
96
S. Tirtosastro dan S. Anggarini / Buana Sains Vol 7 No 1: 87-96, 2007

Marlina, 2004. Pemanfaatan Bunga Rosella Suhardi. 1999. Analisis Pektin, Jurusan
(Hibiscus Sabdariffa,) Sebagai Bahan Teknologi Pengolahan Hasil Pertanian,
Pembentuk Jeli : Kajian Dari Fakultas Teknologi Pertanian,
Konsentrasi Karaginan Dan Pengaturan Universitas Gajah Mada, Yogyakarta
Ph Serta Kelayakan Finansialnya, Susanto, T. 1993, Pengantar Pengolahan
Skripsi, Program Studi Tek. Industri Hasil Pertanian, Fakultas Pertanian,
Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Brawijaya, Malang
Universitas Tribhuwana Tunggadewi, Winarno, F.G. 1992. Kimia Pangan dan
Malang. Gizi, Gramedia, Jakarta
Rukmana. 2001. Pengolahan Nangka dan Yuwono, S.S. dan Susanto, T. 1998,
Limbahnya, Pen. Swadaya, Bogor Pengujian Fisik Pangan, Jurusan THP,
FTP, Unibraw, Malang

Anda mungkin juga menyukai