Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
5. Verifikasi ukuran fuse dan atau PMTdan jenis sesuai dengan gambar dan study koordinasi.
6. Verifikasi bahwa perbandingan trafo arus Tema
danTampilan Dinamis. Diberdayakan oleh Blogger.
0trafoTambahkan
tegangan sesuai dengan gambar.
komentar
7. Amati koneksi baut terhadap tahanan tinggi (hih resistance) dengan menggunakan metode berikut ini.:
(1) Gunakan ohm meter tahanan rendah.
(2) Verifikasi kekencangan baut dengan menggunakan torque-wrench.
(3) Lakukan thermographic survey untuk instalasi yang memungkinkan untuk penggunaan alat tersebut
8. Yakinkan bahwa operasi dan urutannya benar pada sistem electrical dan mechanical interlock.
9. Persyaratan pelumasan
(1) Gunakan pelumas yang cocok untuk bagian bergerak yang dialiri arus
(2) Gunakan pelumas yang cocok untuk bagian permukaan bagian bergerak atau permukaan untuk meluncur.
10. Lakukan pengujian as left Test
11. Amati isolasi terhadap adanya kerusakan fisik atau permukaan yang terkontaminasi.
12. Verifikasi instalasi dan operasi barier dan shutter.
13. Lakukan percobaan kerja komponen-komponen aktifnya.
14. Amati perlengkapan indikasi mekanis dapat bekerja dengan benar.
15. Lakukan inspeksi visual dan mekanikal untuk trafo instrument.
16. Inspeksi kendali trafo daya.
(1) Amati kerusakan fisik, isolasi pecah/retak, kabel yang rusak, kekencangan koneksi, kerusakan pada kawat dan
seluruh kondisi umum lainnya.
(2) Verifikasi bahwa rating fuse di isisi primer dan sekunder atau CB/Fuse sesuai dengan gambar.
(3) Verifikasi fungsi dari alat pemisah draw-out dan kontak pentanahan dan interlocks.
ELECTRICAL TESTS
1. Lakukan pengujian listrik terhadap trafo instrument.
2. Lakukan pengujian resistance terhadap tanah.
3. Lakukan pengukuran resistance melalui koneksi baut dengan menggunakan ohmmeter tahanan rendah.
4. Lakukan pengujian tahanan isolasi pada masing-masing bagian rel (bus) terhadap fasa ke fasa dan fasa ke tanah.
5. Lakukan pengujian tegangan lebih (overpotential) pada masing-masing seksi rel terhadap tanah dengan fasa yang
diuji tidak ditanahkan.
6. Lakukan pengujian tahan isolasi pada kabel penghantar kontrol terhadap tanah. Trapkan tegangan 500 VDC untuk
sistem dengan rating 300 Volt dan tegangan penguji 1000V untuk tegangan kerja kabel 600V.. Lama pengujian hanya
satu menit. Untuk unit-unit dengan komponen solid state atau peralatan kontrrol yang tidak dapat menerima tegangan
yang diterapkan, maka agar dianjurkan untuk mengikuti rekomendasi pabrikan.
7. Lakukan pengujian fungsi sistem.
8. Control Power Transformers
(1). Lakukan pengujian tahanan isolasi (insulation-resistance). Lakukan pengukuran terhadap kumparan ke kumparan
dan masing-masing kumparan ke tanah. Tegangan pengujian harus sesuai dengan sistem tegangan switchgear tersebut
(PT), atau ikuti anjuran pabrikan.
(2). Verifikasi kebenaran fungsi relay pengendali pemindahan yang ditempatkan di switchgear jika ada mempunya
beberapa sumber.
9. Voltage Transformers
(1). Lakukan pengujian tahanan isolasi. Lakukan pengukuran terhadap lilitan ke lilitan dan masing-masing lilitan ke
tanah. Tegangan pengujian harus sesuai dengan sistem tegangannya atau ikuti anjuran pabrikan.
(2). Verifikasi tegangan-tegangan sekundaer.
10. Verifikasi operasi pemanas kompartement switchgear/switchboard.
TEST VALUES
1. Bandingkan resistansi koneksi rel ke nilai dari koneksi yang serupa.
2. Torsi pengencangan baut harus sesuai dengan standar dari ukuran baut tersebut.
3. Nilai-nilai Microhm atau millivolt agar tidak boleh melampaui nilaai-nilai tertingi dari batas normal yang dikeluarkan
pabrikan..
4. Nilai-nilai tahanan isolasi untuk rel dan kontrol trafo-daya agar sesuai dengan data pabrikan. Pengujian over potential
agar tidak dilakukan sampai nilai isolasi mencapai di atas nilai minimum.
5. Isolasi bus agar tahan terhadap pengujian over-potential tegangan yang diterapkan.
6. Kabel kontrol nilai minimum isolasi resistance agar dapat dibandingkan terhadap nilai sebelumnya hasilnya tidak boleh
lebih kecil dari 2 mega ohm.
1 Lihat komentar
Mesin Diesel
Mesin diesel termasuk mesin dengan pembakaran dalam atau disebut dengan motor bakar, ditinjau dari cara
memperoleh energi termalnya (energi panas). Untuk membangkitkan listrik, sebuah mesin diesel dihubungkan dengan
generator dalam satu poros (poros dari mesin diesel dikopel dengan poros generator).
Prime mover atau penggerak mula merupakan peralatan yang berfungsi menghasilkan energi mekanis yang diperlukan
untuk memutar rotor generator. Pada mesin diesel/diesel engine terjadi penyalaan sendiri, karena proses kerjanya
berdasarkan udara murni yang dimampatkan di dalam silinder pada tekanan yang tinggi (± 30 atm), sehingga temperatur
di dalam silinder naik. Dan pada saat itu bahan bakar disemprotkan dalam silinder yang bersuhu dan bertekanan tinggi
melebihi titik nyala bahan bakar sehingga bahan bakar yang diinjeksikan akan terbakar secara otomatis. Penambahan
panas atau energi senantiasa dilakukan pada tekanan yang konstan.
Tekanan gas hasil pembakaran bahan bakar dan udara akan mendorong torak yang dihubungkan dengan poros engkol
menggunakan batang torak, sehingga torak dapat bergerak bolak-balik (reciprocating). Gerak bolak-balik torak akan
diubah menjadi gerak rotasi oleh poros engkol (crank shaft). Dan sebaliknya gerak rotasi poros engkol juga diubah
menjadi gerak bolak-balik torak pada langkah kompresi.
Berdasarkan cara menganalisa sistim kerjanya, motor diesel dibedakan menjadi dua, yaitu motor diesel yang
menggunakan sistim airless injection (solid injection) yang dianalisa dengan siklus dual dan motor diesel yang
menggunakan sistim air injection yang dianalisa dengan siklus diesel (sedangkan motor bensin dianalisa dengan
siklus otto).
Perbedaan antara motor diesel dan motor bensin yang nyata adalah terletak pada proses pembakaran bahan bakar,
pada motor bensin pembakaran bahan bakar terjadi karena adanya loncatan api listrik yang dihasilkan oleh dua
elektroda busi (spark plug), sedangkan pada motor diesel pembakaran terjadi karena kenaikan temperatur campuran
udara dan bahan bakar akibat kompresi torak hingga mencapai temperatur nyala. Karena prinsip penyalaan bahan
bakarnya akibat tekanan maka motor diesel juga disebut compression ignition engine sedangkan motor bensin disebut
spark ignition engine.
Pada mesin diesel, piston melakukan 2 langkah pendek menuju kepala silinder pada setiap langkah daya.
1. Langkah ke atas yang pertama merupakan langkah pemasukan dan penghisapan, di sini udara dan bahan bakar
masuk sedangkan poros engkol berputar ke bawah.
2. Langkah kedua merupakan langkah kompresi, poros engkol terus berputar menyebabkan torak naik dan menekan
bahan bakar sehingga terjadi pembakaran. Kedua proses ini (1 dan 2) termasuk proses pembakaran.
3. Langkah ketiga merupakan langkah ekspansi dan kerja, di sini kedua katup yaitu katup isap dan buang tertutup
sedangkan poros engkol terus berputar dan menarik kembali torak ke bawah.
4. Langkah keempat merupakan langkah pembuangan, disini katup buang terbuka dan menyebabkan gas akibat sisa
pembakaran terbuang keluar. Gas dapat keluar karena pada proses keempat ini torak kembali bergerak naik keatas dan
menyebabkan gas dapat keluar. Kedua proses terakhir ini (3 dan 4) termasuk proses pembuangan.
5. Setelah keempat proses tersebut, maka proses berikutnya akan mengulang kembali proses yang pertama, dimana
udara dan bahan bakar masuk kembali.
Berdasarkan kecepatan proses diatas maka mesin diesel dapat digolongkan menjadi 3 bagian, yaitu:
1. Diesel kecepatan rendah (< 400 rpm)
2. Diesel kecepatan menengah (400 - 1000 rpm)
3. Diesel kecepatan tinggi ( >1000 rpm)
Sistem starting atau proses untuk menghidupkan/menjalankan mesin diesel dibagi menjadi 3 macam sistem starting
yaitu:
(source : dunia-listrik)
1 Lihat komentar
Engine :
1. Calibration all safety devices
a. Over Speed
b. High Temp Cooling Water
c. Low Pressure Lubricant Oil
2. Megger test electro motor penggerak pompa2 yang mendukung kerja mesin
3. Alignment check antara engine dan generator
Generator :
1. Megger Test Main Winding Generator
2. Function Test Generator Protection
3. Fungtion Test On Test Mode Closed and Opened CB
Sedangkan preventive maintenance secara umum dapat kami jelaskan sbb : (sesuaikan dg manual book genset)
A. Daily PM :
1. Pencatatan : running hours
2. Pengukuran : RPM, oil pressure, engine temperature, serta output voltage & frequency.
B. Weekly PM :
1. Periksa secara visual tentang kebersihan, apakah ada leakage, over noise (vibration), corossion.
2. Bersihkan : body engine & air filter.
3. Pengukuran ketinggian level : air radiator coolant, lube oil & fuel tank
4. Periksa V-belt tention
C. Monthly PM :
1. Seluruh aktivitas weekly PM
2. Pengecekan servo motor (governor)
D. Quarterly PM :
1. Seluruh aktivitas monthly PM
2. Pengecekan : Intercooler tubocharger, Element radiator
3. Adjust V-belt tention
2 Lihat komentar
1 Lihat komentar
note :
-only for capacity generator 3600
-for 3300,3400 & 3500 gas engine and 3500 diesel engine will run a maximum 0f 1 hour during a standard package test.
-standby and gas engine sets are only tested for 1 hour maximum at full load
Unless the generator set has oberload capability, in which case the generator set runs for :
- 30 minutes at 50% load
- 30 minutes at 75% load
- 2 hours at 100% load
- 1 hours at 110% load (see note below)
note :
-standby, continuous adn gas engine sets will not be tested above 100% of advertised load.
The data collected includes the same engine data collected during the engine performance testing, in addition to the
following generator data:
1. Amperage
2. Voltage
3. Real Power
4. Imaginary Power
5. Power Factor
6. Frequency
7. Response Check Time
1 Lihat komentar
Penandaan kode pengenal dilengkapi dengan luas penampang penghantar dan tegangan pengenal.
Contoh:
a. NYM -I 4 X 25 rm 300/500 V
Menyatakan suatu kabel berisolasi dan berselubung PVC berinti empat dengan teganganpengenal 300/500 V,
berpenghantar tembaga dipilin bulat berkawat banyak dengan luaspenampang 25 mm2, dengan sistem pengenal warna
inti hijau-kuning.
b. NYM -O 2 X 10 re 300/500 V
Menyatakan kabel berisolasi dan berselubung PVC berinti dua dengan tegangan pengenal300/500 V, berpenghantar
tembaga padat bulat dengan luas penampang 10 mm2 dengan sistem pengenal warna inti tanpa hijau-kuning.
1 Lihat komentar
Scheduled Checks:
1. Cooling system
•Radiator air restriction, hoses, connections, fluid concentration, belts and louver operation
3. Fuel system
•Fuel levels and pump
4. Exhaust system
•Check for leaks, restrictions and flush condensation cap
5. Electrical system
•Review meters and battery fluid
•Recharge if needed
•Annual, semi-annual and quarterly checks
1. Maintenance (annual)
•Change oil, filters
4. Fuel system
•Leaks, water, sediment checks
•Day tank – float switch pump
•Governor linkage
7. Generator
•Diodes, end bearing, brushes and folder
•A.C. wiring, exciter stator, overspeed switch
•Breakers
8. Controls
•Voltage regulator, wiring relays, monitors and bulbs
9. Transfer switch
•Time delays, exerciser clocks (adjust or reset as necessary)
•Clean cabinet
1 Lihat komentar
1 Lihat komentar
0 Tambahkan komentar
Check Nameplate and Test Certificate: Capacity (kVA), High Voltage (kV), Low Voltage (V), Vector Group, Tapping (Off-
load) at HV side. Verify that installed accessories are according to contract such as Thermometer, Oil Level, Buchholz
Relay, Breater (Silica Gel) etc. For conservator type, ensure silica gel has blue color and blocked seal has been removed
If equipped with pressure gauge, ensure transformer pressure within 0.1- 0.4 bar or 1.4 - 6 PSI. Verify that oil level in
Sight Glass or R.I.S is full (maximum pointer). Inspect physical appearance against scratch, damage, fracture, leak, or
any damage that might occurs during transportation.
Provide good air ventilation. Recommended room ambient temperature at 100% load is 30oC. Load should be de-rated if
ambient is higher than 30 oC. Please see user manual.
Provide solid base structure heavier than transformer’s weight to reduce unwanted noise.
Do not place transformer in the room corner, low ceiling height or direct contact with floor as this will boost audible noise
due to acoustic reflective room
Install grounding according to local regulation (PUIL, NEC, etc). Use appropriate cable schoon. Ensure tight contact to
avoid excessive losses and heat. Use cable support / duct for secondary bushing to maintain bushing integrity against
cable forces.
1. Measure hvdc insulation resistance (Megger) HV-LV, HV-G, LV-G. See user manual for recommended minimum Mohm
value.
2. Check with megger for phase to phase connections, they should read 0 MOhm.
0 Tambahkan komentar