Anda di halaman 1dari 15

BAB I

MATERI PEMBAHASAN

A. Pengertian Cairan dan Elektrolit


Cairan tubuh adalah cairan yang terdiri dari air dan zat terlarut (Price, 2006).
Kemudian elektrolit itu sendiri adalah zat kimia yang menghasilkan partikel-partikel
bermuatan listrik yang disebut ion jika berada dalam larutan (Price, Silvia, 2006).
Cairan dan elektrolit sangat diperlukan dalam rangka menjaga kondisi tubuh tetap
sehat.Keseimbangan cairan dan elektrolit di dalam tubuh adalah merupakan salah satu
bagian dari fisiologi homeostatis.
Keseimbangan cairan dan elektrolit melibatkan komposisi dan perpindahan
berbagai cairan tubuh. Cairan dan elektrolit masuk ke dalam tubuh melalui
makanan,minuman,dan cairan intravena (IV) dan di distribusi ke seluruh bagian
tubuh.Keseimbangan cairan dan elektrolit berarti adanya distribusi yang normal dari air
tubuh total dan elektrolit ke dalam seluruh bagian tubuh.Keseimbangan cairan dan
elektrolit saling bergantung satu dengan yang lainnya; jika salah satu terganggu maka
akan berpengaruh pada yang lainnya.

B. Keseimbangan Cairan dan Elektrolit


Tubuh harus mampu memelihara konsentrasi semua elektrolit yang sesuai
didalam cairan tubuh, sehingga tercapai keseimbangan cairan dan elektrolit.
Pengaturan ini penting bagi kehidupan sel karena sel harus secara terus menerus
berada didalam cairan dengan komposisi yang benar, baik cairan didalam
maupun diluar sel.
1. Daya tarik elektrolit terhadap air
Tubuh menggunakan elektrolit untuk mengatur keseimbangan cairan tubuh.
Sel-sel tubuh memilih elektrolit untuk ditempatkan diluar terutama natrium
dan klorida dan didalam sel terutama kalium, magnesium,fosfat, dan sulfat.
2. Air mengikuti elektrolit
Air akan bergerak ke arah larutan elektrolit yang berkonsentrasi lebih tinggi.
Hal ini dilakukan melalui membran sel semipermeable yaitu yang bersifat
permeable untuk air tetapi tidak permeable untuk elektrolit

1
3. Pengaturan keseimbangan cairan dan elektrolit oleh protein
Membran sel mengandung alat transport berupa protein yang mengatur
penyeberangan ion positif dan bahan lain melalui membran sel tersebut.
4. Pemeliharaan keseimbangan cairan tubuh dan elektrolit
Tubuh mempunyai suatu mekanisme yang mengatur agar konsentrasi semua
mineral berada dalam batas-batas normal. Pengaturan ini terutama
dilakukan oleh saluran cerna dan ginjal.

C. Cairan dan Elektolit dalam Tubuh


a. Cairan dalam Tubuh Manusia
Agar dapat mempertahankan kesehatan dan kehidupannya, manusia
membutuhkan cairan dan elektrolit dalam jumlah dan proporsi yang tepat di berbagai
jaringan tubuh. Hal tersebut dapat dicapai dengan serangkaian manuver fisika-kimia
yang kompleks. Air menempati proporsi yang besar dalam tubuh. Seseorang dengan
berat 70 kg bisa memiliki sekitar 50 liter air dalam tubuhnya. Air menyusun 75%
berat badan bayi, 70% berat badan pria dewasa, dan 55% tubuh pria lanjut usia.
Karena wanita memiliki simpanan lemak yang relative banyak (relative bebas-air),
kandungan air dalam tubuh wanita 10% lebih sedikit dibandingkan pria. Air
tersimpan dalam dua kompartemen utama dalam tubuh, yaitu :
Cairan intraselular (CIS). CIS adalah cairan yang berada dalam sel di seluruh
tubuh. Cairan ini berfungsi sebagai media penting dalam proses kimia. Jumlahnya
sekitar 2/3 dari jumlah cairan tubuh atau 40% dari berat badan. Elektrolit kation
terbanyak adalah K+, Mg+, sedikit Na+. Elektolit anion terbanyak adalah HPO42-,
protein-protein, sedikit HCO3-, SO42-, Cl-
Cairan ekstraselular (CES). CES merupakan cairan yang terdapat di luar sel
dan menyusun sekitar 30% dari total cairan tubuh. CES meliputi cairan
intravascular, cairan interstisial, dan cairan transeluler. Cairan interstisial terdapat
dalam ruang antar-sel, plasma darah, cairan serebrospinal, limfe, serta cairan rongga
serosa dan sendi. Akan tetapi, jumlahnya terlalu sedikit untuk berperan dalam
keseimbangan cairan. Guna mempertahankan keseimbangan kimia dan elektrolit
tubuh serta mempertahankan pH yang normal, tubuh melakukan mekanisme
pertukaran dua arah antara CIS dan CES. Elektrolit yang berperan adalah : kation
dan anion.
2
b. Elektrolit Utama Tubuh Manusia
Zat terlarut yang ada dalam cairan tubuh terdiri dari elektrolit dan
nonelektrolit.Non elektrolit adalah zat terlarut yang tidak terurai dalam larutan dan
tidak bermuatan listrik, seperti:protein,urea,glukosa,oksigen,karbon dioksida dan
asam-asam organik.Sedangkan elektrolit tubuh mencakup natrium (Na+),kalium
(K+), Kalsium (Ca++),magnesium (Mg++), Klorida (Cl-), bikarbonat(HCO3-),
fosfat (HPO42-), sulfat (SO42-).
Konsenterasi elektrolit dalam cairan tubuh bervariasi pada satu bagian
denganbagian yang lainnya,tetapi meskipun konsenterasi ion pada tiap-tiap bagian
berbeda, hukum netralitas listrik menyatakan bahwa jumlah muatan-muatan negatif
harus sama dengan jumlah muatan-muatan positif.Komposisi dari elektrolit-
elektrolit tubuh baik pada intarseluler maupun padaplasma terinci dalam tabel di
bawah ini :

N Elektrolit Ekstraseluler Interstitial Intraseluler Plasma


o.
1. Kation :
Natrium (Na+) 144,0 mEq 137,0 mEq 10 mEq
Kalium (K+) 5,0 mEq 4,7 mEq 141 mEq
Kalsium (Ca++) 2,5 mEq 2,4 mEq 0
Magnesium (Mg ++) 1,5 mEq 1,4 mEq 31 mEq
2. . Anion :
Klorida (Cl-) 107,0 mEq 112,7 mEq 4 mEq
Bikarbonat (HCO3-) 27,0 mEq 28,3 mEq 10 mEq
Fosfat (HPO42-)
Sulfat (SO42-) 2,0 mEq 2,0 mEq 11 mEq
Protein
0,5 mEq 0,5 mEq 1 mEq

1,2 mEq 0,2 mEq 4 mEq

3
D. Fungsi Cairan dan Elektrolit dalam Tubuh Manusia
1. Fungsi Cairan dalam Tubuh
a. Dalam proses metabolisme yang terjadi didalam tubuh,air mempunyai 2 fungsi
utama yaitu sebagai pembawa zat-zat nutrisi seperti karbohidrat,vitamin dan
mineral pembawa oksigen ke dalam sel-sel tubuh.
b. Selain itu,air didalam tubuh juga akan berfungsi untuk mengeluarkan produk
samping hasil metabolism juga dapat dikatakan berperan dalam proses
metabolisme seperti karbon dioksida(CO ) dan juga senyawa nitrat
c. sebagai pelembab jaringan-jaringan tubuh seperti mata,mulut dan hidung,
pelumas dalam cairan sendi 02 Sports Science Brief tubuh
d. katalisator reaksi biologik sel,
e. pelindung organ dan jaringan tubuh serta juga akan membantu dalam menjaga
tekanan darah dan konsentrasi zat terlarut.
f. Selain itu sebagai pengatur panas untuk menjaga agar suhu tubuh tetap berada
pada kondisi ideal yaitu ± 37C.

2. Fungsi Elektrolit dalam Tubuh


a. Membantu dalam perpindahan cairan antara ruangan dalam sel dan di luar sel
terutama denga adanya natrrium. Apabila jumlah natrium dalam CES meningkat
maka sejumlah cairan akan berpindah menuju CES untuk keseimbangan cairan.
b. Mengatur keseimbangan asam basa dan menentukan pH darah dengan adanya
sistem bufer.
c. Dengan adanya perbedaan komposisi elektrolit di CES dan CIS maka akan
terjadi perpindahan yang menghasilkan implus – implus saraf dan
mengakibatkan terjadinya kontraksi otot.

E. Pergerakan Cairan Dan Elektrolit Tubuh


Regulasi cairan dalam tubuh meliputi hubungan timbal balik antara sejumlah
komponen, termasuk air dalam tubuh dan cairannya, bagian-bagian cairan, ruang
cairan, membran, sistem transpor, enzim, dan tonisitas. Sirkulasi cairan dan elektolit
terjadi dalam tiga tahap. Pertama, plasma darah begerak di seluruh tubuh melalui
sistem sirkulasi. Kedua, cairan interstisial dan komponennya bergerak di antara
kapiler darah dan sel. Terakhir, cairan dan substansi bergerak dari cairan interstisial

4
ke dalam sel. Sedangkan mekanisme pergerakan cairan tubuh berlangsung dalam
tiga proses, yaitu :
a. Difusi. Difusi adalah perpindahan larutan dari area berkonsentrasi tinggi menuju
area berkonsentrasi rendah dengan melintasi membrane semipermiabel. Pada
proses ini, cairan dan elektrolit masuk melintasi membrane yang memisahkan dua
kompartemen sehingga konsentrasi di kedua kompartemen itu seimbang.
Kecepatan difusi dipenngaruhi oleh tiga hal, yakni ukuran molekul, konsentrasi
larutan dan temperature larutan.
b. Osmosis. Osmosis adalah perpindahan cairan melintasi membrane
semipermiabel dari area berkonsentrasi rendah menuju area yang berkonsentrasi
tinggi. Pada proses ini, cairan melintasi membrane untuk mengencerkan kedua
sisi membrane. Perbedaan osmotic ini salah satunya dipengaruhi oleh distribusi
protein yang tidak merata. Karena ukuran molekulnya yang besar,
ketidakseimbangan tekanan osmotic koloid (tekanan onkotik) sehingga cairan
tertarik ke dalam ruang intravaskular.
c. Transport Aktif. Transport aktif adalah proses pengangkutan yang digunakan
oleh molekul untuk berpindah melintasi membrane selmelawan gradient
konsentrasinya. Dengan kata lain, transport aktif adalah gerakan partikel dari
konsentrasi lain tanpa memandang tingkatannya. Proses ini membutuhkan energy
dalam bentuk adenosine trifosfat (ATP). ATP berguna untuk mempertahankan
konsentrasi ion natrium dan kalium dalam ruang ekstrasel dan intrasel melalui
suatu proses yang disebut pompa “natrium-kalium”.

F. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Keseimbangan Cairan Dan Elektrolit


Faktor-faktor yang mempengaruhi keseimbangan cairan dan elektrolit antara
lain:
a. Usia
Asupan cairan individu bervariasi berdasarkan usia. Dalam hal ini, usia
berpengaruh terhadap proporsi tubuh, luas permukaan tubuh, kebutuhan
metabolik, serta berat badan. Bayi dan anak di masa pertumbuhan memiliki
proporsi cairan tubuh yang lebih besar dibandingkan orang dewasa.Karenanya,
jumlah cairan yang diperlukan dan jumlah cairan yang hilang juga lebih besar
dibandingkan orang dewasa. Besarnya kebutuhan cairan pada bayi dan anak-
anak juga dipengaruhi oleh laju metabolik yang tinggi serta kondisi ginjal
5
mereka yang belum atur dibandingkan ginjal orang dewasa. Kehilangan cairan
dapat terjadi akibat pengeluaran cairan yang besar dari kulit dan pernapasan.
Pada individu lansia, ketidakseimbangan cairan dan elektrolit sering disebabkan
oleh masalah jantung atau gangguan ginjal
b. Aktivitas
Aktivitas hidup seseorang sangat berpengaruh terhadap kebutuhan cairan dan
elektrolit. Aktivitas menyebabkan peningkatan proses metabolisme dalam
tubuh. Hal ini mengakibatkan penigkatan haluaran cairan melalui keringat.
Dengan demikian, jumlah cairan yang dibutuhkan juga meningkat. Selain itu,
kehilangan cairan yang tidak disadari (insensible water loss) juga mengalami
peningkatan laju pernapasan dan aktivasi kelenjar keringat.
c. Iklim
Normalnya, individu yang tinggal di lingkungan yang iklimnya tidak terlalu
panas tidak akan mengalami pengeluaran cairan yang ekstrem melalui kulit dan
pernapasan. Dalam situasi ini, cairan yang keluar umumnya tidak dapat disadari
(insensible water loss, IWL). Besarnya IWL pada tiap individu bervariasi,
dipengaruhi oleh suhu lingkungan, tingkat metabolisme,dan usia. Individu yang
tinggal di lingkungan yang bertsuhu tinggi atau di dearah deangan kelembapan
yang rendah akan lebih sering mengalami kehilangan cairandan elektrolit.
Demikian pula pada orang yang bekerja berat di lingkungan yang bersuhu
tinggi,mereka dapat kehilangan cairan sebanyak lima litet sehaei melalui
keringat. Umumnya, orang yang biasa berada di lingkungan panas akan
kehilangan cairan sebanyak 700 ml per jam saat berada ditempat yang panas,
sedangkan orang yang tidak biasa berada di lingkungan panas dapat kehilangan
cairan hingga dua liter per jam.
d. Diet
Diet seseorang berpengaruh juga terhadap asupan cairan dan elektrolit. Jika
asupan makanan tidak seimbang, tubuh berusaha memcah simpanan protein
dengan terlebih dahulu memecah simpanan lemak dan glikogen. Kondisi ini
menyebabkan penurunan kadar albumin.
e. Stress
Kondisi stress berpengaruh pada kebutuhan cairan dan elektrolit tubuh. Saat
stress, tubuh mengalami peningkatan metabolism seluler, peningkatan
konsentrasi glukosa darah, dan glikolisis otot. Mekanisme ini mengakibatkan
6
retensi air dan natrium.Disamping itu, stress juga menyebabkan peningkatan
produksi hormone anti deuritik yang dapat mengurangi produksi urine.
f. Penyakit
Kondisi sakit sangat berpengaruh terhadap kondisi keseimbangan cairan dan
elektrolit tubuh Misalnya : Trauma seperti luka bakar akan meningkatkan
kehilangan air melalui IWL,penyakit ginjal dan kardiovaskuler sangat
mempengaruhi proses regulator keseimbangan cairan dan elektrolit tubuh
g. Tindakan Medis
Beberapa tindakan medis menimbulkan efek sekunder terhadap kebutuhan
cairan dan elektrolit tubuh. Tindakan pengisapan cairan lambung dapat
menyebabkan penurunan kadar kalsium dan kalium.
h. Pengobatan
Penggunaan beberapa obat seperti Diuretik maupun laksatif secara berlebihan
dapat menyebabkan peningkatan kehilangan cairan dalam tubuh.Akibatnya,
terjadi defist cairan tubuh. Selain itu, penggunan diuretic menyebabkan
kehilangan natrium sehingga kadar kalium akan meningkat. Penggunaan
kortikostreroid dapat pula menyebabkan retensi natrium dan air dalam tubuh.
i. Pembedahan
Klien yang menjalani pembedahan beresiko tinggi mengalami
ketidakseimbangan cairan. Beberapa klien dapat kehilangan banyak darah
selama perode operasi, sedangkan beberapa klien lainya justru mengalami
kelebihan beban cairan akibat asupan cairan berlebih melalui intravena selama
pembedahan atau sekresi hormon ADH selama masa stress akibat obat- obat
anastesia.

G. Gangguan Keseimbangan Cairan dan Elektolit


a. Gangguan Keseimbangan Cairan
Hal ini dapat terjadi apabila mekanisme kompensasi tubuh tidak mampu
mempertahankan homeostatis. Gangguan keseimbangan cairan dapat berupa
defisit volume cairan atau sebaliknya.
1. Defisit volume cairan (fluid volume defisit [FVD])
Defisit volume cairan adalah suatu kondisi ketidakseimbangan yang
ditandai dengan defisiensi cairan dan elektrolit di ruang ekstrasel, namun
proporsi antara keduanya (cairan dan elektrolit) mendekati normal. Kondisi
7
ini dikenal juga dengan istilah hipovolemia. Pada keadaan hipovolemia,
tekanan osmotik mengalami perubahan sehingga cairan interstisial menjadi
kosong dan cairan intrasel masuk ke ruang interstisial sehingga mengganggu
kehidupan sel. Secara umum, kondisi defisit volume cairan (dehidrasi)
terbagi menjadi tiga, yaitu :
a) Dehidrasi isotonik. Ini terjadi apabila jumlah cairan yang hilang
sebanding dengan jumlah elektrolit yang hilang. Kadar Na+ dalam plasma
130-145 mEq/l.
b) Dehidrasi hipertonik. Ini terjadi jika jumlah cairan yang hilang
sebanding dengan jumlah elektrolit yang hilang. Kadar Na+ dalam plasma
130-150 mEq/l.
c) Dehidrasi hipotonik. Ini terjadi apabila jumlah cairan yang hilang lebih
sedikit daripada jumlah elektrolit yang hilang. Kadar Na+ dalam plasma
darah adalah 130 mEq/l.

Kehilangan cairan ekstrasel secara berlebihan dapat menimbulkan


beberapa perubahan. Di antaranya adalah penurunan volume ekstrasel
(hipovolemia) dan perubahan hematokrit. Pada dasarnya, kondisi ini bisa
disebabkan oleh banyak faktor, seperti kurangnya asupan cairan,
tingginya asupan pelarut (mis., protein dan klorida atau natrium) yang
dapat menyebabkan eksresi urine berlebih, berkeringat banyak dalam
waktu yang lama, serta kelainan lain yang menyebabkan pengeluaran
urine berlebih. Lebih lanjut, kondisi dehidrasi dapat digolongkan menurut
derajat keparahan menjadi :
a. Dehidrasi ringan. Pada kondisi ini, kehilangan cairan mencapai 5% dari
berat tubuh atau sekitar 1,5-2 liter. Kehilangan cairan sebesar 5% pada
anak yang lebih besar dan individu dewasa sudah dikategorikan sebagai
dehidrasi berat. Kehilangan cairan yang berlebih dapat berlangsung
melalui kulit, saluran pencernaan, perkemihan, paru-paru, atau pembuluh
darah.
b. Dehidrasi sedang. Kondisi ini terjadi apabila kehilangn cairan mencapai
5-10% dari berat tubuh atau sekitar 2-4 liter. Kaddar natrium serum
berkisar 152-158 mEq/l. Salah satu gejalanya adalah mata cekung.

8
c. Dehidrasi berat. Kondisi ini terjadi apabila kehilangan cairan mencapai
4-6 liter. Kadar natrium serum berkisar 159-166 mEq/l. Pada kondisi ini
penderita dapat mengalami hipotensi.

2. Volume cairan berlebih (fluid volume eccess[FVE])


Volume cairan berlebih (overhidrasi) adalah kondisi ketidakseimbangan
yang ditandai dengan kelebihan (retensi) cairan dan natrium di ruang
ekstrasel. Kondisi ini dikenal juga dengan istilah hipervolemia. Overhidrasi
umumnya disebabkan oleh gangguan pada fungsi ginjal. Manifestasi yang
kerap muncul terkait kondisi ini adalah peningkatan volume darah dan
edema. Edema terjadi akibat peningkatan tekanan hidrostatik dan penurunan
tekanan osmotic. Edema sering muncul di daerah mata, jari, dan pergelangan
kaki. Edema pitting adalah edema yang muncul di daerah perifer. Jika area
tersebut ditekan, akan terbentuk cekungan yang tidak langsung hilang setelah
tekanan dilepaskan. Ini karena perpindahan cairan ke jaringan melalui titik
tekan edema pitting tidak menunjukkan kelebihan cairan yang menyeluruh.
Sebaliknya pada edema non-pitting, cairan di dalam jaringan tidak dapat
dialihkan ke area dengan penekanan jari. Ini karena edema non-pitting tida
menunjukkan kelebihan cairan ekstrasel, melainkan kondisi infeksi dan
trauma yang menyebabkan pengumpulan dan pembekuan cairan di
permukaan jaringan. Kelebihan cairan vascular meningkatkan tekanan
hidrostatik dan tekanan cairan pada permukaan interstisial. Edema anasarka
adalah edema yang terdapat diseluruh tubuh. Manifestasi edema paru antara
lain penumpukan sputum, dispnea, batuk, dan bunyi nafas ronkhi basah.

b. Gangguan keseimbangan elektrolit


Gangguan keseimbangan elektrolit meliputi :
1. Hiponatremia dan hipernatremia
Hiponatremia adalah kekurangan kadar natrium di cairan ekstrasel yang
menyebabkan perubahan tekanan osmotic. Perubahan ini
mengakibatkan pindahnya cairan dari ruang ekstrasel ke intrasel
sehingga sel menjadi bengkak. Hiponatremia umumnya disebabkan oleh
penyakit ginjal, penyakit Addison, kehilangan natrium melalui
pencernaan, pengeluaran keringat berlebih, dieresis, serta asidosis
9
metabolic. Penyebab lain yang berkaitan dengan kelebihan cairan adalah
sindrom ketidaktepatan hormon antidiuretik (syndrome of inappropriate
antidiuretic hormon [SIADH]), peningkatan asupan cairan,
hiperaldosteronisme, ketoasidosis diabetes, oliguria, dan polidipsia
psikogenik. Tanda dan gejala hiponatremia meliputi cemas, hipotensi
postural, postural dizziness, mual, muntah, diare, takikardi, kejang dan
koma. Temuan laboratorium untuk kondisi ini adalah kadar natrium
serum <136 mEq/l dan berat jenis urine <1,010. Hipernatremia adalah
kelabihan kadar natrium di cairan ekstrasel yang menyebabkan
peningkatan tekanan osmotic ekstrasel. Kondisi ini mengakibatkan
berpindahnya cairan intrasel keluar sel. Penyebab hipernatremia
meliputi asupan natrium yang berlebihan, kerusakan sensasi haus,
disfagia, diare, kehilangan cairan berlebih dari paru-paru, poliuria
karena diabetes insipidus. Tanda dan gejalanya meliputi kulit kering,
mukosa bibir kering, pireksia, agitasi, kejang, oliguria, atau anuria.
Temuan laboratorium untuk kondisi ini kadar natrium serum >144
Meq/l, berat jenis urine >11,30.
2. Hipokalemia dan hiperkalemia
Hipokalemia adalah kekurangan kadar kalium di cairan ekstrasel yang
menyebabkan pindahnya kalium keluar sel. Akibatnya, ion hydrogen
dan kalium tertahan di dalam sel dan menyebabkan gangguan atau
perubahan pH plasma. Gejala defisiensi kalium pertama kali terlihat
pada otot, distensi usus, penurunan bising usus, serta denyut nadi yang
tidak teratur. Pada pemeriksaan laboratorium ditemukan nilai kalium
serum <3,0 mEq/l. hiperkalemia adalah kelebihan kadar kalium di
cairan ekstrasel. Kasus ini jarang sekali terjadi, kalaupun ada, tentu akan
sangat membahayakan kehidupan sebab akan menghambat trasmisi
impuls jantung dan menyebabkan serangan jantung. Saat terjadi
hiperkalemia, salah satu upaya yang dapat dilakukan adalah
memberikan insulin sebab insulin dapat membantu mendorong kalium
masuk ke dalam sel. Tanda dan gejala hiperkalemia sendiri meliputi
cemas, iritabilitas, irama jantung ireguler, hipotensi, parastesia, dan
kelemahan. Pada pemeriksaan laboratorium ditemukan nilai kalium

10
serum >5 mEq/l, sedangkan pada pemeriksaan EKG didapat gelombang
T memuncak, QRS melebar, dan PR memanjang.
3. Hipokalsemia dan hiperkalsemia
Hipokalsemia adalah kekurangan kadar kalsium di cairan ekstrasel. Bila
berlangsung lama, kondisi ini dapat menyebabkan osteomalasia sebab
tubuh akan berusaha memenuhi kebutuhan kalsium dengan
mengambilnya dari tulang. Tanda dan gejala hipokalsemia meliputi
spasme dan tetani, peningkatan motilitas gastrointestinal, gangguan
kardiovaskuler, dan osteoporosis. Temuan laboratorium untuk kondisi
ini meliputi kadar kalsium serum <4,5 mEq/l atau 10 mg/100 ml serta
memanjangnya interval Q-T. Selain itu, hipokalsemia juga dapat dikaji
dari tanda Trosseau dan Chvostek positif. Hiperkalsemia adalah
kelebihan kadar kalsium pada cairan ekstrasel. Kondisi ini
menyebabkan penurunan eksitabilitas otot dan saraf yang pada akhirnya
menimbulkan flaksiditas. Tanda dan gejala hiperkalsemia meliputi
penurunan kemampuan otot, anoreksia, mual, muntah, kelemahan dan
letargi, nyeri punggung, dan serangan jantung. Temuan laboratorium
meliputi kadar kalsium serum >5,8 mEq/l atau 10 mg/100 ml dan
peningkatan BUN akibat kekurangan cairan. Hasil rontgen
menunjukkan osteoporosis generalisata serta pembentukan kavitas
tulang yang menyebar.
4. Hipomagnesemia dan hipermagnesemia
Hipomagnesemia terjadi apabila kadar magnesium serum urang dari 1,5
mEq/l. Umumnya, kondisi ini disebabkan oleh konsumsi alohol yang
berlebih, malnutrisi, diabetes mellitus, gagal hati, absorpsi usus yang
buruk. Tanda dan gejalanya meliputi tremor, refleks tendon profunda
yang hiperaktif, konfusi, disorientasi, halusinasi, kejang, takikardi, dan
hipertensi. Temuan laboratorium untuk kondisi ini meliputi kadar
magnesium serum <1,4 mEq/l. Hipermagnesemia adalah kondisi
meningkatnya kadar magnesium di dalam serum. Meski jarang ditemui,
namun kondisi ini dapat menimpa penderita gagal ginjal., terutama yang
mengkonsumsi antasida yang mengandung magnesium. Tanda dan
gejala hipermagnesemia meliputi aritmia jantung, depresi refleks tendon

11
profunda, depresi pernapasan. Temuan laboratorium untuk kondisi ini
meliputi kadar magnesium serum >3,4 mEq/l.
5. Hipokloremia dan hiperkloremia
Hipokloremia adalah penurunan kadar ion klorida dalam serum. Secara
khusus, kondisi ini disebabkan oleh kehilangan sekresi gastrointestinal
yang berlebihan, seperti muntah, diare, dieresis, serta pengisapan
nasogastrik. Tanda dan gejala yang muncul menyerupai alkalosis
metabolic, yaitu apatis, kelemahan, kekacauan mental, kram, dan
pusing. Temuan laboratorium untuk kondisi ini adalah nilai ion
klorida >95 mEq/l. Hiperkloremia adalah peningkatan kadar ion klorida
serum. Kondisi ini kerap dikaitkan dengan hipernatremia, khususnya
saat terdapat dehidrasi dan masalah ginjal. Kondisi hiperkloremia
menyebabkan penurunan bikarbonat sehingga menimbulkan
ketidakseimbangan asam-basa. Lebih lanjut, kondisi ini bisa
menyebabkan kelemahan, letargi, dan pernapasan Kussmaul. Temuan
laboratoriumnya adalah nilai ion klorida >105 mEq/l.
6. Hipofosfatemia dan hiperfosfatemia
Hipofosfatemia adalah penurunan kadar fosfat di dalam serum. Kondisi
ini dapat muncul akibat penurunan absorpsi fosfat di usus, peningkatan
ekskresi fosfat, dan peningkatan ambilan fosfat untuk tulang.
Hipofosfatemia dapat terjadi akibat alkoholisme, malnutrisi,
ketoasidosis diabetes, dan hipertiroidisme. Tanda dan gejalanya
meliputi anoreksia, pusing, parestesia, kelemahan otot, serta gejala
neurologis yang tersamar. Temuan laboratorium untuk kondisi ini
adalah nilai ion fosfat <2,8 mEq/dl. Hiperfosfatemia adalah peningkatan
kadar ion fosfat dalam serum. Kondisi ini dapat muncul pada kasus
gagal ginjal atau saat kadar hormon paratiroid menurun. Selain itu,
hiperfosfatemia juga bisa terjadi akibat asupan fosfat berlebih atau
penyalahgunaan laksatif yang mengandung fosfat. Karena kadar
kalsium berbanding terbalik dengan fosfat, maka tanda dan gejala
hiperfosfatemia hampir sama dengan hipokalsemia yaitu peningkatan
eksibilitas sistem saraf pusat, spasme otot, konvulsi dan tetani,
peningkatan motilitas usus, masalah kardiovaskular seperti penurunan

12
kontraktilitas jantung/gejala gagal jantung, dan osteoporosis. Temuan
laboratoriumnya adalah nilai ion fosfat >4,4 mg/dl atau 3,0 mEq/l.

13
BAB II
PENUTUP
A. Kesimpulan
Cairan tubuh adalah larutan yang terdiri dari air ( pelarut) dan zat tertentu (zat
terlarut). Elektrolit adalah zat kimia yang menghasilkan partikel-partikel bermuatan
listrik yang disebut ion jika berada dalam larutan. Cairan tubuh dibagi dalam dua
kelompok besar yaitu : cairan intraseluler dan cairan ekstraseluler. Total jumlah volume
cairan tubuh (total body water-TBW) kira-kira 60 % dari berat badan pria dan 50 %
dari berat badan wanita. Jumlah volume ini tergantung pada kandungan lemak badan
dan usia.
Mekanisme kerja cairan dan elektrolit dalam tubuh melalui tiga proses yaitu
difusi, osmosis, dan transportasi. Cairan tubuh didistribusikan di antara dua
kompartemen yaitu pada intraseluler dan ekstraseluler. Cairan intraseluler kira-kira 2/3
atau 40 % dari BB, sedangkan cairan ekstraseluler 20 % dari BB. Pengeluaran cairan
terjadi melalui organ tubuh yaitu ginjal, kulit, paru-paru, dan gastrointestinal.
Keseimbangan cairan tubuh dan elektrolit normal adalah akibat dari
keseimbangan dinamis antara makanan dan minuman yang masuk dengan
keseimbangan yang melibatkan sejumlah besar sistem organ. Cairan tubuh dan
elektrolit yang dikonsumsi lebih banyak maka cairan yang dikeluarkan juga lebih
banyak.
Faktor yang mempengaruhi kebutuhan cairan dan elektrolit dalam tubuh ada sembilan
faktor yaitu usia, aktivitas, iklim, diet, stress, penyakit, tindakan medis, pengobatan,
dan pembedahan. Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit dalam tubuh dapat
dipengaruhi oleh dua faktor yaitu kelebihan dan kekurangan cairan dan elektrolit.

14
DAFTAR PUSTAKA

Sunita Almatsier. 2009. “Prinsip Dasar Ilmu Gizi” Jakarta: Gramedia Pustaka Utama
A, Aziz Alimul H.2009:”Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia Buku 2.”Jakarta:
Salemba Medika.
Potter, Perry.2009:”Fundamental Keperawatan, Edisi 7 Buku.” Jakarta: Salemba
Medika.
dr.Jan Tambayong. Patofsiologi untuk keperawatan
Elizabeth J. Corwin Buku Saku Patofisiologi
Tamsuri, Anas. 2009. Seri Asuhan Keperawatan “Klien Gangguan Keseimbangan
Cairan & Elektrolit” . Jakarta: ECG
Syaifudin, Drs. 2012. Anatomi Fisiologi Kurikulum Berbasis Kompetensi Edisi 4.
Jakarta: EGC

15

Anda mungkin juga menyukai