MATERI PEMBAHASAN
1
3. Pengaturan keseimbangan cairan dan elektrolit oleh protein
Membran sel mengandung alat transport berupa protein yang mengatur
penyeberangan ion positif dan bahan lain melalui membran sel tersebut.
4. Pemeliharaan keseimbangan cairan tubuh dan elektrolit
Tubuh mempunyai suatu mekanisme yang mengatur agar konsentrasi semua
mineral berada dalam batas-batas normal. Pengaturan ini terutama
dilakukan oleh saluran cerna dan ginjal.
3
D. Fungsi Cairan dan Elektrolit dalam Tubuh Manusia
1. Fungsi Cairan dalam Tubuh
a. Dalam proses metabolisme yang terjadi didalam tubuh,air mempunyai 2 fungsi
utama yaitu sebagai pembawa zat-zat nutrisi seperti karbohidrat,vitamin dan
mineral pembawa oksigen ke dalam sel-sel tubuh.
b. Selain itu,air didalam tubuh juga akan berfungsi untuk mengeluarkan produk
samping hasil metabolism juga dapat dikatakan berperan dalam proses
metabolisme seperti karbon dioksida(CO ) dan juga senyawa nitrat
c. sebagai pelembab jaringan-jaringan tubuh seperti mata,mulut dan hidung,
pelumas dalam cairan sendi 02 Sports Science Brief tubuh
d. katalisator reaksi biologik sel,
e. pelindung organ dan jaringan tubuh serta juga akan membantu dalam menjaga
tekanan darah dan konsentrasi zat terlarut.
f. Selain itu sebagai pengatur panas untuk menjaga agar suhu tubuh tetap berada
pada kondisi ideal yaitu ± 37C.
4
ke dalam sel. Sedangkan mekanisme pergerakan cairan tubuh berlangsung dalam
tiga proses, yaitu :
a. Difusi. Difusi adalah perpindahan larutan dari area berkonsentrasi tinggi menuju
area berkonsentrasi rendah dengan melintasi membrane semipermiabel. Pada
proses ini, cairan dan elektrolit masuk melintasi membrane yang memisahkan dua
kompartemen sehingga konsentrasi di kedua kompartemen itu seimbang.
Kecepatan difusi dipenngaruhi oleh tiga hal, yakni ukuran molekul, konsentrasi
larutan dan temperature larutan.
b. Osmosis. Osmosis adalah perpindahan cairan melintasi membrane
semipermiabel dari area berkonsentrasi rendah menuju area yang berkonsentrasi
tinggi. Pada proses ini, cairan melintasi membrane untuk mengencerkan kedua
sisi membrane. Perbedaan osmotic ini salah satunya dipengaruhi oleh distribusi
protein yang tidak merata. Karena ukuran molekulnya yang besar,
ketidakseimbangan tekanan osmotic koloid (tekanan onkotik) sehingga cairan
tertarik ke dalam ruang intravaskular.
c. Transport Aktif. Transport aktif adalah proses pengangkutan yang digunakan
oleh molekul untuk berpindah melintasi membrane selmelawan gradient
konsentrasinya. Dengan kata lain, transport aktif adalah gerakan partikel dari
konsentrasi lain tanpa memandang tingkatannya. Proses ini membutuhkan energy
dalam bentuk adenosine trifosfat (ATP). ATP berguna untuk mempertahankan
konsentrasi ion natrium dan kalium dalam ruang ekstrasel dan intrasel melalui
suatu proses yang disebut pompa “natrium-kalium”.
8
c. Dehidrasi berat. Kondisi ini terjadi apabila kehilangan cairan mencapai
4-6 liter. Kadar natrium serum berkisar 159-166 mEq/l. Pada kondisi ini
penderita dapat mengalami hipotensi.
10
serum >5 mEq/l, sedangkan pada pemeriksaan EKG didapat gelombang
T memuncak, QRS melebar, dan PR memanjang.
3. Hipokalsemia dan hiperkalsemia
Hipokalsemia adalah kekurangan kadar kalsium di cairan ekstrasel. Bila
berlangsung lama, kondisi ini dapat menyebabkan osteomalasia sebab
tubuh akan berusaha memenuhi kebutuhan kalsium dengan
mengambilnya dari tulang. Tanda dan gejala hipokalsemia meliputi
spasme dan tetani, peningkatan motilitas gastrointestinal, gangguan
kardiovaskuler, dan osteoporosis. Temuan laboratorium untuk kondisi
ini meliputi kadar kalsium serum <4,5 mEq/l atau 10 mg/100 ml serta
memanjangnya interval Q-T. Selain itu, hipokalsemia juga dapat dikaji
dari tanda Trosseau dan Chvostek positif. Hiperkalsemia adalah
kelebihan kadar kalsium pada cairan ekstrasel. Kondisi ini
menyebabkan penurunan eksitabilitas otot dan saraf yang pada akhirnya
menimbulkan flaksiditas. Tanda dan gejala hiperkalsemia meliputi
penurunan kemampuan otot, anoreksia, mual, muntah, kelemahan dan
letargi, nyeri punggung, dan serangan jantung. Temuan laboratorium
meliputi kadar kalsium serum >5,8 mEq/l atau 10 mg/100 ml dan
peningkatan BUN akibat kekurangan cairan. Hasil rontgen
menunjukkan osteoporosis generalisata serta pembentukan kavitas
tulang yang menyebar.
4. Hipomagnesemia dan hipermagnesemia
Hipomagnesemia terjadi apabila kadar magnesium serum urang dari 1,5
mEq/l. Umumnya, kondisi ini disebabkan oleh konsumsi alohol yang
berlebih, malnutrisi, diabetes mellitus, gagal hati, absorpsi usus yang
buruk. Tanda dan gejalanya meliputi tremor, refleks tendon profunda
yang hiperaktif, konfusi, disorientasi, halusinasi, kejang, takikardi, dan
hipertensi. Temuan laboratorium untuk kondisi ini meliputi kadar
magnesium serum <1,4 mEq/l. Hipermagnesemia adalah kondisi
meningkatnya kadar magnesium di dalam serum. Meski jarang ditemui,
namun kondisi ini dapat menimpa penderita gagal ginjal., terutama yang
mengkonsumsi antasida yang mengandung magnesium. Tanda dan
gejala hipermagnesemia meliputi aritmia jantung, depresi refleks tendon
11
profunda, depresi pernapasan. Temuan laboratorium untuk kondisi ini
meliputi kadar magnesium serum >3,4 mEq/l.
5. Hipokloremia dan hiperkloremia
Hipokloremia adalah penurunan kadar ion klorida dalam serum. Secara
khusus, kondisi ini disebabkan oleh kehilangan sekresi gastrointestinal
yang berlebihan, seperti muntah, diare, dieresis, serta pengisapan
nasogastrik. Tanda dan gejala yang muncul menyerupai alkalosis
metabolic, yaitu apatis, kelemahan, kekacauan mental, kram, dan
pusing. Temuan laboratorium untuk kondisi ini adalah nilai ion
klorida >95 mEq/l. Hiperkloremia adalah peningkatan kadar ion klorida
serum. Kondisi ini kerap dikaitkan dengan hipernatremia, khususnya
saat terdapat dehidrasi dan masalah ginjal. Kondisi hiperkloremia
menyebabkan penurunan bikarbonat sehingga menimbulkan
ketidakseimbangan asam-basa. Lebih lanjut, kondisi ini bisa
menyebabkan kelemahan, letargi, dan pernapasan Kussmaul. Temuan
laboratoriumnya adalah nilai ion klorida >105 mEq/l.
6. Hipofosfatemia dan hiperfosfatemia
Hipofosfatemia adalah penurunan kadar fosfat di dalam serum. Kondisi
ini dapat muncul akibat penurunan absorpsi fosfat di usus, peningkatan
ekskresi fosfat, dan peningkatan ambilan fosfat untuk tulang.
Hipofosfatemia dapat terjadi akibat alkoholisme, malnutrisi,
ketoasidosis diabetes, dan hipertiroidisme. Tanda dan gejalanya
meliputi anoreksia, pusing, parestesia, kelemahan otot, serta gejala
neurologis yang tersamar. Temuan laboratorium untuk kondisi ini
adalah nilai ion fosfat <2,8 mEq/dl. Hiperfosfatemia adalah peningkatan
kadar ion fosfat dalam serum. Kondisi ini dapat muncul pada kasus
gagal ginjal atau saat kadar hormon paratiroid menurun. Selain itu,
hiperfosfatemia juga bisa terjadi akibat asupan fosfat berlebih atau
penyalahgunaan laksatif yang mengandung fosfat. Karena kadar
kalsium berbanding terbalik dengan fosfat, maka tanda dan gejala
hiperfosfatemia hampir sama dengan hipokalsemia yaitu peningkatan
eksibilitas sistem saraf pusat, spasme otot, konvulsi dan tetani,
peningkatan motilitas usus, masalah kardiovaskular seperti penurunan
12
kontraktilitas jantung/gejala gagal jantung, dan osteoporosis. Temuan
laboratoriumnya adalah nilai ion fosfat >4,4 mg/dl atau 3,0 mEq/l.
13
BAB II
PENUTUP
A. Kesimpulan
Cairan tubuh adalah larutan yang terdiri dari air ( pelarut) dan zat tertentu (zat
terlarut). Elektrolit adalah zat kimia yang menghasilkan partikel-partikel bermuatan
listrik yang disebut ion jika berada dalam larutan. Cairan tubuh dibagi dalam dua
kelompok besar yaitu : cairan intraseluler dan cairan ekstraseluler. Total jumlah volume
cairan tubuh (total body water-TBW) kira-kira 60 % dari berat badan pria dan 50 %
dari berat badan wanita. Jumlah volume ini tergantung pada kandungan lemak badan
dan usia.
Mekanisme kerja cairan dan elektrolit dalam tubuh melalui tiga proses yaitu
difusi, osmosis, dan transportasi. Cairan tubuh didistribusikan di antara dua
kompartemen yaitu pada intraseluler dan ekstraseluler. Cairan intraseluler kira-kira 2/3
atau 40 % dari BB, sedangkan cairan ekstraseluler 20 % dari BB. Pengeluaran cairan
terjadi melalui organ tubuh yaitu ginjal, kulit, paru-paru, dan gastrointestinal.
Keseimbangan cairan tubuh dan elektrolit normal adalah akibat dari
keseimbangan dinamis antara makanan dan minuman yang masuk dengan
keseimbangan yang melibatkan sejumlah besar sistem organ. Cairan tubuh dan
elektrolit yang dikonsumsi lebih banyak maka cairan yang dikeluarkan juga lebih
banyak.
Faktor yang mempengaruhi kebutuhan cairan dan elektrolit dalam tubuh ada sembilan
faktor yaitu usia, aktivitas, iklim, diet, stress, penyakit, tindakan medis, pengobatan,
dan pembedahan. Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit dalam tubuh dapat
dipengaruhi oleh dua faktor yaitu kelebihan dan kekurangan cairan dan elektrolit.
14
DAFTAR PUSTAKA
Sunita Almatsier. 2009. “Prinsip Dasar Ilmu Gizi” Jakarta: Gramedia Pustaka Utama
A, Aziz Alimul H.2009:”Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia Buku 2.”Jakarta:
Salemba Medika.
Potter, Perry.2009:”Fundamental Keperawatan, Edisi 7 Buku.” Jakarta: Salemba
Medika.
dr.Jan Tambayong. Patofsiologi untuk keperawatan
Elizabeth J. Corwin Buku Saku Patofisiologi
Tamsuri, Anas. 2009. Seri Asuhan Keperawatan “Klien Gangguan Keseimbangan
Cairan & Elektrolit” . Jakarta: ECG
Syaifudin, Drs. 2012. Anatomi Fisiologi Kurikulum Berbasis Kompetensi Edisi 4.
Jakarta: EGC
15