Memang gerakan literasi ini tampaknya sedikit sulit untuk dijalankan, mengingat istilah budaya
membaca di Indonesia sendiri masihlah belum menjadi kebiasaan. Setidaknya ada beberapa
faktor yang menyebabkan kondisi tersebut terjadi, dan hal inilah yang akan dibahas terlebih
dahulu sebelum kita memulai pembahasan mengenai contoh gerakan literasi sekolah. Adapun
beberapa penyebab rendahnya minat baca masyarakat Indonesia adalah sebagai berikut.
Kebiasaan membaca belum ditanamkan sejak dini. Role model yang biasa berlaku di
tingkat keluarga adalah orang tua dan anak-anak biasanya akan mengikuti kebiasaan dari
orang tuanya tersebut. Sehingga, demi menyelesaikan penyebab yang pertama ini, orang
tua seharusnya mengajarkan kebiasaan membaca pada anak. Sehingga dengan demikian,
anak tidak akan lagi memasukkan kata membaca sebagai hobi mereka dan anak juga
tidak akan menganggap sepele pentingnya membaca.
Kualitas sarana pendidikan yang masih minim dan akses ke fasilitas pendidikan juga
belum merata. Kita pasti sudah pernah melihat fakta bahwa ada banyak anak yang
terpaksa putus sekolah, sarana pendidikan yang bahkan tidak mampu mendukung
kegiatan belajar dan mengajar seta panjangnya rantai birokrasi di dalam dunia pendidikan
di Indonesia. Secara tidak langsung hal tersebut jua bisa menghambat kualitas literasi di
Indonesia untuk berkembang.
Produksi buku di Indonesia masih dianggap kurang. Hal ini terjadi karena penerbt di
daerah belum bekermabng, adanya wajib pajak bagi penulis yang bahkan royaltinya saja
sudah rendah sehingga motivasi mereka untuk menghasilkan karya yang berkualitas
menjadi surut dan insentif bagi para produsen buku yang dinilai masih belum adil.
Baca Inspirasi Lainnya ! Apa itu Resume? Berikut Pengertian Langkah-langkah Cara
Membuat Resume / Ringkasan
Posterisasi Sekolah
Membuat poster-poster yang berisi ajakan, motivasi maupun kata mutiara yang ditempel atau
digantung di beberapa spot di kelas atau di sekolah.
Baca Inspirasi Lainnya ! Momentum Hari Guru Nasional : Merefleksi Diri “Menjadi
Guru Jaman Now” !
Nah, itulah beberapa contoh gerakan literasi di sekolah yang bisa dilakukan. Sebagaimana
disebutkan, beberapa poin tersebut hanya contoh saja dan bila sahabat gurudigital.id memiliki
program lain yang lebih kreatif, boleh banget lhoh untuk bisa di-share disini….
Tetapi, perlu diingat apapun contoh program gerakan literasi di sekolah yang Kita rencanakan
untuk dilaksanakan, namun bila tidak ada kemauan dari seluruh warga sekolah untuk
mensukseskan program tersebut, maka tidak akan ada hasil yang bisa dicapai. Sehingga dalam
hal ini, perlu diperhatikan juga poin-poin berikut ini:
Baca Inspirasi Lainnya ! 20 Film Pendidikan Terbaik Untuk Sumber Inspirasi Guru
Orangtua dan Siswa
Jadi, sekali lagi, apapun contoh program gerakan literasi di sekolah yang hendak dilaksanakan,
pasti membutuhkan komitmen serta perjuangan dari semua pihak yang terlibat di dalam sekolah.
https://gurudigital.id
Diposkan dalam Inspirasi Pendidikan dan dilabeli contoh gerakan literasi, contoh program
literasi, gerakan literasi, literasi. Markahi permalink.
Navigasi pos
← Contoh Alat Peraga Edukatif IPA Fisika Sederhana Yang Mudah Untuk Dibuat
Kupas Tuntas Jenis dan Pengertian Literasi. Literasi Adalah… →
14
Leave a Reply
Kegiatan literasi selama ini identik dengan aktivitas membaca dan menulis.
Namun, Deklarasi Praha pada tahun 2003 menyebutkan bahwa literasi
juga mencakup bagaimana seseorang berkomunikasi dalam masyarakat.
Literasi juga bermakna praktik dan hubungan sosial yang terkait dengan
pengetahuan, bahasa, dan budaya (UNESCO, 2003).
===========================================
===========================================
Dalam pelaksanaannya, pada periode tertentu yang terjadwal, dilakukan
asesmen agar dampak keberadaan Gerakan Literasi Sekolah dapat
diketahui dan terus-menerus dikembangkan. Gerakan Literasi Sekolah
diharapkan mampu menggerakkan warga sekolah, pemangku kepentingan,
dan masyarakat untuk bersama-sama memiliki, melaksanakan, dan
menjadikan gerakan ini sebagai bagian penting dalam kehidupan.
Literasi lebih dari sekadar membaca dan menulis, namun mencakup
keterampilan berpikir menggunakan sumber-sumber pengetahuan dalam
bentuk cetak, visual, digital, dan auditori. Di abad 21 ini, kemampuan ini
disebut sebagai literasi informasi.
Clay (2001) dan Ferguson (www.bibliotech.us/pdfs/InfoLit.pdf)
menjabarkan bahwa komponen literasi informasi terdiri atas literasi dini,
literasi dasar, literasi perpustakaan, literasi media, literasi teknologi, dan
literasi visual. Dalam konteks Indonesia, literasi dini diperlukan sebagai
dasar pemerolehan berliterasi tahap selanjutnya. Komponen literasi
tersebut dijelaskan sebagai berikut:
1. Literasi Dini [Early Literacy (Clay, 2001)], yaitu kemampuan untuk
menyimak, memahami bahasa lisan, dan berkomunikasi melalui gambar
dan lisan yang dibentuk oleh pengalamannya berinteraksi dengan
lingkungan sosialnya di rumah. Pengalaman peserta didik dalam
berkomunikasi dengan bahasa ibu menjadi fondasi perkembangan literasi
dasar.
2. Literasi Dasar (Basic Literacy), yaitu kemampuan untuk mendengarkan,
berbicara, membaca, menulis, dan menghitung (counting) berkaitan
dengan kemampuan analisis untuk memperhitungkan (calculating),
mempersepsikan informasi (perceiving), mengomunikasikan, serta
menggambarkan informasi (drawing) berdasarkan pemahaman dan
pengambilan kesimpulan pribadi.