Anda di halaman 1dari 14

Atresia Ani / Malforasi Anorektal

A. Definisi
Malforasi anorektal atau biasa disebut dengan atresia ani adalah malformais
kongenital pada lubang anorektal. Defek diidentifikasi pada bayi baru lahir. (Terri
Kyle, Susan Cerman. 2014)
Atresia ani adalah tidak komplit perkembangan embronik pada distal usus atau
tertutupnya anus secara abnormal (Suriadi, 2006)
Atresia ani adalah malforasi kongenital dimana rectum tidak mempunyai lubang
luar (Sodikin, 2011)

B. Anatomi Fisiologi
struktur dan fungsi anatomi fisiologi usus besar berisi bakteri kuman dengan
jumlah mencapai triliunan. Mikroba ini bertujuan untuk proses pembusukan. Ada
beberapa bakteri yang dapat mengahasilkan vitamin B dan K. Kegiatan bakteri-
bakteri ini dalam mencerna sisa-sisa protein dapat menghasilkan bau busuk yang
keluar dalam bentuk gas dari dubur. Didalam usus besar, makanan hanya akan
mengalami penyerapan air dan beberapa garam mineral.
Didalam usus makanan sudah dalam bentuk ampas. Adanya bakteri saprofit, yaitu
Eschricia coli menyebabkan ampas makanan akan membusuk yang selanjutnya
akan dikeluarkan dalam bentuk feses.
Jika dalam usus besar terinfeksi, akibatnya penyerapan air tergangu, sehingga
karakteristikfeses dalam keadaan cair yang disebut diare.
Struktur anatomi dan fisiologi anus. Feses akan didorong oleh otot-otot polos di
sekitarnya menuju ke anus dan tertimbun di situ, dan menakan saraf yang akan
memberikan sensari ingin defekasi. Feses yang dihasilkan dipengaruhi oleh jenis
makanan yang dikonsumsi. Makanan yang mengandung serat tumbuhan lebih
banyak menghasilkan feses karena sulit dicerna.
(Syaifuddin, 2011)
C. Epidemiologi
Angka kejadian rata-rata malforasi anorektal diseluruh dunia adalah 1 dalam 5000
kelahiran (Grosfeld, 2006)
Secara umum atresia ani lebih banyak ditemukan pada laki-laki daripada
perempuan.

D. Etiologi
Atresia dapat disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain:
1. Putusnya saluran cerna dari atas dengan daerah dubur sehingga bayi lahir
tanpa lubang dubur.
2. Kegagalan pertumbuhaan bayi dalam kandungan
3. Adanya gangguan perkembangan embriologik didaerah usus, rectum bagian
distal serta traktus urogenitalis, yang terjadi antara minggu keempat sampai
keenam usia kehamilan.
(Terri Kyle, Susan Carman. 2014)

E. Klasifikasi
1. Anal stenosis adalah terjadinya penyempitan daerah anus sehingga feses tidak
dapat keluar.
2. Membranosus atresia adalah terdapat membrane pada anus
3. Anal agenesis adalah memiliki anus tetapi ada daging diantara rectum dengan
anus.
4. Rectal atresia adalah tidak memiliki rectum.
Kelainan Kongenital

Gg. pertumbuhan fisik dan Abnormalitas uretra Agenesia sacral (tulang


pembentukan
F. anus dari dan vagina belakang tumbuh abnormal
tonjolan embrionik

Perkembangan dan migrasi kolon pada fetal usai


7 – 10 mgg tidak sempurna

Pembentukan septum urogenital gagal

Tidak ada pembentukan usus Atresia Ani Hubungan abnormal pada


besar melalui anus vagina dan rektum

Feses tidak bisa keluar Kebocoran isi anus

Penumpukan Feses masuk ureter


feses
Mikroorganisme masuk ke
Tekanan intraabdomen Menekan organ saluran kemih
meningkat lambung
Infeksi saluran kemih
Penangan medis Mual dan muntah

Gg. Eliminasi urin


Ketidak seimbangan nutrisi
kurang dari kebutuhan
tubuh

Pre operasi Post operasi Trauma Jaringan Perawatan luka


tidak adekuat
Kurang Perubahan defekasi Nyeri
Informasi Resiko Infeksi
Defekasi tidak
Ansietas terkontrol

Inkontinensia defekasi
G. Manifestasi Klinis
a. Selama 24 - 48 jam pertama kelahiran, bayi mengalami muntah dan tidak ada
defekasi meconium. Selain itu anus tampak merah
b. Perut kembung kemudian muntah
c. Tampak gambaran gerak usus dan bissing usus meningkat (Hiperperistaltik)
pada auskultasi
d. Tidak ada lubang anus
e. Invertogram dilakukan setelah bayi berusia 12 jam untuk menentukan
tingginya atresia
f. Terkadang tampak ileus obstruktif
g. Dapat terjadi fistel. Pada bayi perempuan sering terjadi fistel rektovaginal,
sedangkan pada bayi laki-laki sering terjadi fistel rektourinal.
Untuk mengetahui kelainan pada bayi baru lahir dilakukan colok dubur dengan
menggunakan jari kelingking atau dengan tidak keluarnya meconium dalam 24
jam sesudah lahir.
(Vivian Nanny Lia Dewi, 2011)

H. Pemeriksaan Diagnostik
Pemeriksaan diagnostic yang dilakukan dengan pemeriksaan radiologi. Pada
pemerikasaan ini akan ditemukan beberapa hal berikut:
a. Udara dalam usus tiba-tiba terhenti. Hal ini menunjukan adanya obstruksi di
daerah tersebut
b. Tidak ada bayangan udara dalam rongga pelvis pada bayi baru lahir.
c. Dibuat foto antero-posterior dan lateral, bayi diangkat dengan kepala dibawah
dan kaki diatas (Wangen Steen dan Rice) pada anus diletakan radio-opak,
sehingga pada poto, daerah antara benda radio opak dengan bayangan udara
yang tertinggi dapat diukur.
(Vivian Nanny Lia Dewi, 2011)
Inspeksi daerah perineum akan mengungkapkan tidak adanya lubang anus yang
normal, kendati demikian, penampakan perineum saja tidak meramalkan secara
akurat tingkat lesi.
Pemeriksaan USG abdomen dilakukan untuk mengevaluasi lebih lanjut malforasi
anatomi. Pemeriksaan IVP (intravenous pyelogram) dan vosing cystourethogram
dilanjutkan pada bayi dengan malforasi letak tinggi untuk mengidentifikasi
anomaly traktus urinarius yang menyertai.
Jika dicurigai terdapat suatu sindrom, pemeriksaan evaluasi jantung dan
pembuatan foto rontgen spinal harus dilakukan untuk menyingkirkan anomaly
yang lain. (Donna L. Wong, 2008).

I. Prognosis
Prognosis jangka panjang dipengaruhi oleh tipe defek, anatomi sekrum, dan
kualitas otot. Umunya, apabila bayi ditemukan dengan alur yang dalam pada garis
tengah,dua belahan bokong yang terbentuk dengan baik, dan lekukan anus,
prognosis bagi pengendalian defekasi akan lebih baik jika dibandingkan dengan
bayi yang memiliki bokong rata atau tanpa alur digaris tengah karena pada
keadaan ini terdapat peemasalahan neurologic (Flake dan Ryckman, 1997).
Sfingter ani bagian interior yang masih sangat berfungsi penting untuk
menghasilkan kontinensia.
Pada keadaan tanpa fungsi sfingter ani ini, mungkin anak memerlukan dukungan
lewat program pelatihan defekasi untuk mencapai kontinensia defekasi yang bias
diterima secara social. Komplikasi potensial lainnya yang terjadi sesudah
tindakan pembedahan meliputi pembentukan striktur, fistula rektourinarius yang
rekuren, prolapses, prolapses mukosa dan konstipasi.

J. Komplikasi
Komplikasi lain yang muncul yaitu:
1. Asidosis hiperkloremia
2. Infeksi saluran kemih berkepanjangan
3. Inkontinensia yang diakibatkan oleh stenosis anal atau impaksi.
4. Fistula karena adanya tegangan di area pembedahandan infeksi.

K. Penatalaksanaan
1. Puasakan bayi dang anti dengan pemberian cairan intravena sesuai dengan
kebutuhan, misalnya glukosa 5 – 10 % atau Na-Bikarbonat 1,5%
2. Pembedahan segera dilakukan, setelah tinggi atresia ditentukan.
3. Eksisi membrane anal.
4. Kolostomi sementara dan lakukan perbaikan total setelah 3 bulan.
(Vivian Nanny Lia Dewi, 2011)

L. Pencegahan
Upaya pencegahan primer dilakukan untuk mencegah ibu hamil agar tidak
mengalami kelahiran dengan kelainan kongenital, yaitu dengan:
1. Tidak melahirkan pada resiko tinggi, seperti usia lebih dari 35 tahun agar
tidak beresiko melahirkan bayi dengan kelainan kongenital.
2. Mengonsumsi asam folat yang cukup bila akan hamil.
3. Antenatal care untuk mengetahui data kesehatan ibu hamil dan perkembangan
bayi intrauterine sehingga dapat dicapai kesehatan yang optimal dalam
menghadapi persalinan. Selain itu pemeriksaan kehamilan dapat mendeteksi
adanya kelainan kongenital
ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN
ATRESIA ANI

A. Pengkajian Keperawatan
1. Lakukan pengkajian bayi baru lahir, terutama pada area perianal
2. Lakukan pengkajian area anus
a. Atur anak dalam posisi tengkurap, lakukan pemeriksaan bokong dan paha
b. Amati kulit sekitar anus terhadap kemerahan dan ruam.
Temuan dan tanda klinis yang didapati berupa:
 Ketidaksimetrisan bokong dan lipat paha, menunjukan dysplasia
pinggung kongenital.
 Kemerahan dan ruam, menunjukan pembersihan tidak adekuat setelah
defekasi, jarang mengganti popok, atau iritasi akubat diare.
c. Periksa anus terhadap tanda-tanda seperti fisura (robek pada mukosa),
prolapse (penonjolan seperti tabung yang lembab), polip (penonjolan
merah terang), dan pertumbuhan keluar yang kecil (skin tag)
Temuan klinis berupa:
 Anus tampak lembab dan tidak berambut
 tanda-tanda bekas garukan menunjukan adanya gatal
 Fisura mungkin menunjukan jalan feses yang keras, defekasi mungkin
disertai dengan perdarahan jika fisura ditemukan
 Prolaps rectum menunjukan sulit defekasi dan disertai kistik fibrosis
yang tidak diobati
 skin tag biasanya menunjukan polip dan biasanya
 Usap area anus untuk menimbulkan reflex anus, anus akan
berkontraksi dengan cepat, sedangkan reflek yang lambat menunjukan
gangguan traktus pyramidal.
B. Pengkajian Keperawatan
3. Lakukan pengkajian bayi baru lahir, terutama pada area perianal
4. Lakukan pengkajian area anus
d. Atur anak dalam posisi tengkurap, lakukan pemeriksaan bokong dan paha
e. Amati kulit sekitar anus terhadap kemerahan dan ruam.
Temuan dan tanda klinis yang didapati berupa:
 Ketidaksimetrisan bokong dan lipat paha, menunjukan dysplasia
pinggung kongenital.
 Kemerahan dan ruam, menunjukan pembersihan tidak adekuat setelah
defekasi, jarang mengganti popok, atau iritasi akubat diare.
f. Periksa anus terhadap tanda-tanda seperti fisura (robek pada mukosa),
prolapse (penonjolan seperti tabung yang lembab), polip (penonjolan
merah terang), dan pertumbuhan keluar yang kecil (skin tag)

C. Diagnosa Keperawatan
1. Konstipasi berhubungan dengan tidak adanya lubang anus
2. Ketidakseimbangan nutrisi berhubungan dengan penurunan nafsu makan
3. Ansietas berhubungan dengan kurang pengetahuan tentang prosedur bedah
4. Nyeri berhubungan dengan tindakan pembedahan
5. Resiko infeksi berhubungan dengan prosedur pembedahan.

D. Intervensi Keperawatan
Diagnosa Keperawatan Tujuan Intervensi Rasional
Ketidakseimbangan Setelah dilakukan 1. Obesevasi 1. Menentukan
nutrisi berhubungan tindakan keperawatan intake dan intervensi
dengan penurunan nafsu selama 2 x 24 jam output selanjutnya
makan masalah keperawatan yang lebih
dapat teratasi dengan ade kuat
kriteria hasil: 2. Miringkan 2. Mencegah
1. Tidak ada pasien bila aspirasi bila
penuruan BB muntah bayi muntah
2. Peningkatan 3. Edukasi ibu 3. Memenuhi
asupan ASI / untuk konsumsi nutrisi yang
MPASI tinggi nutrisi adekuat pada
3. Tidak ada mual, bayi
kembung dan 4. Kolaborasi 4. Pemberian
muntah. dengan DPJP nutrisi yang
untuk adekuat.
pemberian
terapi

Konstipasi berhubungan Setelah dilakukan 1. Obeservasi 1. Mengtahui


dengan tidak adanya tindakan keperawatan intake bayi jumlah intake
lubang anus selama 2 x 24 jam bayi
masalah keperawatan 2. Lakukan huknah 2. Persiapan
dapat teratasi dengan: tindakan
1. Bab 1 kali perhari pembedahan
2. Feses lunak 3. Edukasi tentang 3. Memberikan
3. Tidak ada distensi prosedut pemahaman
abdomen pembedahan ibu tindakan
pembedahan
4. Kolaborasi 4. Mengatasi
dalam tindakan konstipasi
bedah yang
adekuat.
SAP
SATUAN ACARA PEMBELAJARAN

Thema : Atresia Ani


Sub Thema : Pemberian nutrisi pada bayi dengan atresia ani
Tempat : Ruang perawatan anak kamar 221
Hari/ Tanggal : Kamis, 1 November 2018
Jam : 10.00 WIB
Sasaran : Orang tua An. M (Anak dengan ganguan atresia ani)

1. Tujuan
A. Tujuan Umum
Setelah dilakukan penyuluhan selama 45 menit orang tua memahami
pemberian ASI dengan nutrisi yang baik pada bayi dengan diagnose atresia
ani.
B. Tujuan Khusus
a. Orang tua memahi tentang nutrisi
b. Orang tua memahami tentang gizi pada bayi dengan atresia ani.
2. Materi
A. Pengertian diit
B. Manfaat diit
C. Gizi untuk anak dengan diagnosa atresia ani.
3. Sasaran
Orang tua yang memiliki anak dengan diagnose atresia ani. Orang tua An. M
(pasien dengan diagnose atresia ani)
4. Media
A. Lembar balik
B. Leaflet
Nama Kegiatan Waktu Respon Media
Fase Interaksi
Orang tua
1. Memperkenalkan nama
5 menit mendengar- -
2. Menjelaskan tujuan
kan
3. Kontrak waktu
Fase Kerja
1. Menjelaskan pengertian nutrisi
Orang tua
2. Menjelaskan manfaat Lembar
mendengar
pemberian nutrisi 25 menit balik dan
kan dengan
3. Menjelaskan pemberian nutrisi leaflet
antusias
bagi bayi dengan diagnosa
atresia ani.
Fase Penutup
1. Menanyakan pada orang tua
jika ada pertanyaan? Orang tua
2. Meminta orang tua aktif Lebar
menjelaskan kembali materi 15 menit bertanya balik dan
yang diberikan dan leaflet
3. Pemateri mengajukan menjawab
pertanyaan
4. Mengucapkan salam penutup

5. Evaluasi
A. Evaluasi struktur
a. SAP telah siap 1 hari sebelum dilakikan penyuluhan
b. peserta bersedia untuk mengikuti penyuluhan
c. Media dan tempat penyukuhan telah siap1 hari sebelum dilakukan
penyuluhan.
B. Evaluasi Proses
a. Orang tua antusias ketika penyuluhan dilaksanakan
b. Orang tua aktif dalam bertanya.
c. Orang tua mengikuti seminar dari awal hingga akhir.
C. Evaluasi Hasil
a. Prosedur : Tanya jawab
b. Butir soal : 5
 Apa pengertian nutrisi ?
 Apa tujuan pemberian nutrisi pada bayi ?
 sebutkan jenis-jenis gizi yang dibutuhkan pada bayi dengan atresia
ani?
Legal Etis

Autonomi : Meminta persetujuan orang tua sebelum melakukan tindakan


keperawatan maupun tindakan medis yang akan diberikan
Non-maleficience : Perhatikan gelang nama, panggil nama pasien, dan periksa
semua alat dan obat bila akan diberikan kepada bayi. Pastikan kepada semua yang
akan diberikan kepada pasien aman digunakan.
Beneficience : Tetap perlakukan dengan baik dan sopan bagi semua pasien.
Veracity : Berikan penjelasan tentang kondisi pasien yang sebenarnya,
serta berikan kemungkinan yang akan terjadi dialami oleh anak pasca pembedahan.
Justice : Tidak membeda-bedakan pasien baik, semua pasien
diperlakukan sama tanpa memandang derajat dan kondisi pasien.
DAFTAR PUSTAKA

Syaifuddin.2011. Anatomi Fisiologi Untuk Keperawatan. Jakarta: EGC

Dewi, Vivian Nanny Lia. 2011. Asuhan Neonatus Bayi dan Anak Balita. Jakarta:
Salemba Medika

Sodikin. 2011. Asuhan Keperawatan Gangguan Sistem Gastrointestinal dan


Hepatobilier. Jakarta: Salemba Medika

Kyle Terri, Carman Susan. 2014. Buku Ajar KeperawatanPediatri vol. 3 Edisi 2.
Jakarta: EGC

Anda mungkin juga menyukai