Anda di halaman 1dari 11

Sosiologi Lingkungan

BAB I
PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang
Sudah kita ketahui bersama bahwa masalah lingkungan timbul sebagai akibat dari ulah manusia
itu sendiri. Manusia dalam memanfaatkan sumber daya alam akan menimbulkan perubahan
terhadap ekosistem yang akan mempengaruhi kelestarian sumber daya alam itu sendiri.
Pemanfaatan sumber daya alam yang melebihi ambang batas daya dukung lahan dan tanpa
memperhatikan aspek kelestariannya akan mendorong terjadinya erosi dan longsor, seperti yang
banyak terjadi sekarang ini. Akibat dari keadaan tersebut menyebabkan terjadinya degradasi
lahan, pendangkalan sungai, dan terganggunya sistem hidrologi Daerah Aliran Sungai (DAS).
Kebakaran hutan yang sering terjadi akan membumihanguskan habitat satwa, mengurangi
keragaman hayati dan menghilangkan kesuburan tanah, rusaknya siklus hidrologi serta akan
menimbulkan pemanasan global.
Banyak orang yang Mengabaikan Kondisi Lingkungan kita sekarang. Karena Kurangnya
Kesadaran yang Tumbuh di diri mereka sejak dini. Dan Sering terjadi bencana yang secara tidak
sengaja kita timbulkan, dan kita hanya bisa menyalahkan pemerintah. Keruskan tersebut seiring
berjalannya waktu akan semakin bertambah.
Atas dasar tersebut maka perlunya melaksanakan pengelolaan lingkungan hidup untuk
melestarikan dan mengembangkan kemampuan lingkungan hidup yang serasi, selaras dan
seimbang guna menunjang terlaksannya pembangunan berkelanjutan yang berwawasan
lingkungan hidup, dimana penyelenggaraan pengelolaan lingkungan hidup harus didasarkan pada
norma hukum dengan memperhatikan tingkat kesadaran masyarakat dan perkembangan
lingkungan global serta perangkat hukum internasional yang berkaitan dengan lingkungan hidup
Berdasarkan faktor penyebabnya, bentuk kerusakan lingkungan hidup dibedakan menjadi 2 jenis,
yaitu:
1. Bentuk Kerusakan Lingkungan Hidup Akibat Peristiwa Alam
2. Kerusakan Lingkungan Hidup karena Faktor Manusia
Manusia sebagai penguasa lingkungan hidup di bumi berperan besar dalam menentukan
kelestarian lingkungan hidup. Manusia sebagai makhluk ciptaan Tuhan yang berakal budi
mampu merubah wajah dunia dari pola kehidupan sederhana sampai ke bentuk kehidupan
modern seperti sekarang ini.
Jika dikaji lebih lanjut sebenarnya permasalahan kerusakan lingkungan lebih banyak disebabkan
karena faktor manusia. Seorang sosiolog dan juga sebagai pemerhati lingkungan memberikan
analisisnya terhadap lingkungan yaitu memberikan memberikan analisisnya apa yang ada dalam
lingkungan dan apa hubungannya dengan aktivitas manusia. Hubungannya ini tergambar yaitu
kapitalisme, modernisasi, pertumbuhan ekonomi yang mengakibatkan degradasi lingkungan.
Pertumbuhan komplementer antara kapitalisme dengan negara dalam pembangunan. Akumulasi
individual yang mengarah kepada pengorbanan lingkungan. Intensifikasi modal yang dilakukan
oleh pemilik modal. Dan akhirnya mengarah pada krisis ekologi yang berkelanjutan.
I.2 Rumusan Masalah
Berangkat dari latar belakang yang terjadi pada lingkungan sekarang ini dan apa hubungan
analisis schnaiberg dalam menelaah permasalahan. Maka yang menjadi rumusan masalah saya
adalah
1. Bagaimana gambaran analisis Schnaiberg dalam permasalahan lingkungan hidup ?
 Kapitalisme, Modernisasi, Pertumbuhan Ekonomi versus Degradasi Lingkungan
 Pertumbuhan Komplementer antara Kapitalisme dengan negara dalam Pembangunan
 Akumulasi Individual
 Intensifikasi Modal
 Krisis Ekologi
1. Apa yang menjadi kesimpulan dan solusinya ?
I.3 Tinjauan Pustaka
Permasalahan lingkungan hidup yang dialami dewasa ini ternyata telah diperhatikan seorang
sosiolog bangsa Amerika yang bernama Schanaiberg. Dalam analisanya terhadap lingkungan
yang menitikberatkan pada hubungan manusia dengan alam sebagai tempat keberlangsungan
hidupnya, maka sejalan dengan itu maka terlahirlah sistem kapitalis yang menjadikan sebuah
sistem dalam masyarakat. Kapitalisme yang berkembang menjadikan sebuah sistem bahkan
dijadikan sebagai pedoman hidup dalam keberlangsungan manusia. Dengan perkembangan
kapitalisme, modernisasi, dan pertumbuhan ekonomi menjadikan manusia sebagai peran sentral.
Ekspansi ekonomi yang dilakukan terhadap tujuan manusia memberi dampak terhadap
eksploitasi alam, yang dimana dalam prakteknya sehari-hari yang berimbas terhadap degradasi
lingkungan. Lingkungan yang seyogianya tempat berlangsungnya kehidupan akan mengalami
kerusakan yang mengancam kenyamanan manusia dan makhluk hidup lainnya. Penyebabnya
utamanya adalah kapitalisme, modernisasi, dan pertumbuhan ekonomi.
Pandangan Antroposentrisme dimana menempatkan manusia sebagai pusat dari alam semesta
bahwa kebijakan yang diambil mengenai lingkungan hidup harus dinilai berdasrakan manusia
dan kepentingannya. Inilah gambaran yang memunculkan alasan atas penaklukan alam yang
dilakukan oleh manusia. Manusia mempunyai kebutuhan dan kepentingan maka yang menjadi
sasaran alat pemenuhan kebutuhan itu adalah pemamfaatan alam namun yang terjadi sekarang ini
adalah pemamfaatan yang tidak seimbang. Antoposentrisme menyebabkan manusia berani
melakukan tindakan eksploitatif terhadap alam dengan menguras kekayaan alam demi
kepentingannya. Bahkan Antroposentrime ini menyatakan bahwa manusia sebagai tolak ukur
nilai, sehingga manusia berhak atas alamnya.
Pandangan diatas telah mendapat perlawan dari teori Biosentrisme dan Ekosentrisme yang
dimana menekankan adanya penghargaan setiap makhluk baik organisme maupun anorganisme
yang menekankan adanya sistem yang mengatur sehingga memunculkan sifat mutual. Manusia
dan hewan saling memiliki sifat saling membutuhkan terhadap alam semesta bahkan benda mati
sekalipun didunia ini memiliki nilainya tersendiri.
Salah satu teori penentang Antroposenrisme adalah teori deep ecology yang dimana memberikan
pandangan bahwa seharusnya terciptanya keharmonisan dengan alam terhadap segala aktivitas
manusia baik sosial, ekonomi, politik, maupun budaya. Banyak yang ditawarkan pendekatan
deep ekology terhadap kesejahteraan manusia yaitu dapat melalui pemamfaatan alam
menggunakan tekhnologi yang sesuai, menggunakan sistem daur ulang, berlandaskan tujuan non
material demi keberlangsungan ekologi terhadap kepentingan manusia. Dalam praktiknya dapat
juga melalui desentralisasi alam dan pemamfaatam yang menggunakan sistem demokratis.
Dimana tujannya adalah terciptanya keharmonisan antara aktivitas manusia terhadap alam.
BAB II
PEMBAHASAN
II.1 Kapitalisme, Modernisasi, dan Pertumbuhan Ekonomi versus Degradasi Lingkungan.
1. Kapitalisme
Alam merupakan bagian dari bumi yang menjadi sumber kehidupan semua makhluk hidup,
termasuk manusia. Manusia mengolah alam dengan alat kerjanya sehingga dapat berproduksi
untuk bertahan hidup. Dengan bertambahnya kemampuan produksi, bertambah pula kemampuan
manusia menaklukkan alam. Begitu besar pengaruh manusia terhadap alam sehingga kehidupan
manusia tak bisa dipisahkan dari alam. Untuk itulah dibutuhkan keseimbangan agar alam dapat
terus bereproduksi demi kelestarian dirinya, sekaligus menenuhi kebutuhan makhluk hidup
lainnya.
Bagaimana agar alam terus lestari, sementara pada dasarnya, lambat laun alam sendiri pasti akan
mengalami perubahan kualitas yang menurun? Alam, pada satu titik, akan tidak sanggup lagi
menahan kohesifitas bumi karena alam merupakan bagian dari bumi yang bergerak sehingga
segala sesuatu yang ada di bumi, termasuk alam, juga ikut bergerak. Gerak hukum alam ini
berjalan lambat, bisa jutaan tahun lamanya, mengikuti umur bumi. Namun, akibat ulah manusia,
bumi menjadi cepat mengalami perubahan, karena alam telah dieksploitasi dan dijadikan
komoditas demi tujuan pertumbuhan ekonomi.
Di dalam masyarakat dunia yang hubungan sosialnya ditentukan oleh kepemilikan terhadap alat
produksi, produksi barang (dan jasa) tak akan ada kontrol sosialnya. Kelimpahan produksi hasil
kerja manusia mengelola alam tak diabdikan untuk kemakmuran dan kemajuan mayoritas
manusia serta melestarikan daya topang alam, melainkan untuk keberlangsungan akumulasi
keuntungan belaka. Sehingga tak heran, di dalam sistem semacam itu, seberapapun majunya
pengetahuan dan alat kerja manusia tidak ada sangkut pautnya dengan pemerataan kesejahteraan
dan keberlanjutan hidup bumi.
Itulah bencana besar kemanusiaan di dalam sebuah sistem masyarakat kapitalisme saat ini.
Segelintir manusia yang bermodal besar, pemilik pabrik-pabrik dan perusahaan raksasa,
memiliki kepentingan lebih hebat dalam mengeksploitasi sumber daya alam, sekadar demi
akumulasi keuntungan dan perluasan modalnya. Mereka tidak memperdulikan syarat
keseimbangan lingkungan, karena yang paling penting bagi mereka adalah sebanyak-banyaknya
produksi, tak perduli sesuai atau tidak dengan kebutuhan dan daya jangkau mayoritas rakyat,
atau merusak masa depan lingkungan alam. Itulah konsekuensi fundamental sistem kapitalisme
yang diterapkan saat ini, penyebab utama kerusakan alam.
Seperti kapitalisme, lingkungan pun sedang mengalami krisis. Logika akumulasi keuntungan dan
modal, dengan memperdalam eksploitasi manusia dan alam (anarkisme produksi atau produksi
tanpa kontrol sosial), menyebabkan overproduksi kapitalisme. Pertumbuhan ekonomi bermakna
peningkatan konsumsi dan produksi komoditas industri tanpa pertimbangan masa depan. Akibat
logika semacam inilah alam tak lagi mampu menopang kehidupan manusia di masa yang akan
datang.
Indonesia adalah diantara negeri-negeri yang mengalami dampak terparah dari rangkaian krisis
lingkungan ini. Penggundulan hutan yang terus meningkat demi perluasan industri pertambangan
dan kelapa sawit, pencemaran udara di kota-kota besar akibat membludaknya pemakaian
kendaraan bermotor, gedung-gedung raksasa yang membabat areal hijau, dan seterusnya,
menambah deretan kejahatan terhadap lingkungan yang dampaknya kembali kepada manusia
1. Modernisasi
Modernisasi merupakan suatu proses perubahan di mana masyarakat yang sedang
memperbaharui dirinya berusaha mendapatkan ciri-ciri atau karakteristik yang dimiliki
masyarakat modern, proses menuju masa kini atau proses menuju masyarakat yang modern.
Modernisasi dapat berarti perubahan dari masyarakat tradisional menuju masyarakat yang
modern.
Modernisasi adalah proses perubahan masyarakat beserta dengan kebudayaannya dari hal-hal
yang bersifat tradisional menuju modern.globalisasi pada hakikatnya merupakan suatu kondisi
meluasnya budaya yang seragam bagi seluruh masyarakat di dunia apabila proses globaliasi
muncul sebagai akibat adanya arus informasi dan komunikasi yang sering online setiap saat dan
dapat di jangkau dengan biaya yang relative murah. Sebagai akibatnya adalah masyarakat dunia
menjadi satu lingkungan yang seolah-olah saling berdekatan dan menjadi satu system pergaulan
dan satu sistem budaya yang sama. melalui modernisasi dan globalisasi akan terjadi suatu aliran
ilmu pengetahuan,teknologi,dan budayad-budaya khusus nya dari Negara-negara maju menuju
ke Negara-negara berkembang dan terbelakang.disisi lain,aliran ilmu pengetahuan dan teknologi
budaya ini pasti akan menggusur dan memarginalkan budaya-budaya local.
Semakin maju alat kerja manusia, semakin besar kemungkinan penaklukan alam, semakin besar
pula potensi pengrusakannya. pengrusakan lingkungan terjadi secara massal dan cepat.
1. Pertumbuhan Ekonomi
Kegiatan ekonomi yang menjadi diutamakan pada masa ini adalah perdagangan bebas, meliputi
alokasi, distribusi, dan skala. Permasalahan itu didapati dari arus utama pemikiran ekonomi masa
kini yakni model neoklasik. Kemudian, diaplikasikan pada perdagangan bebas yang juga
menemukan titik masalah. Perdagangan bebas internasional memiliki konflik tajam dengan
kebijakan nasional mengenai: penyesuaian harga, distribusi merata, perkembangan komunitas,
pengaturan makroekonomi, dan pertimbangan batas ekologi sebagai penunjang hidup.
Berdasarkan kajian atas persoalan ini, Daly menyimpulkan bahwa sebaiknya ekonomi
berkembang tanpa bertumbuh. Perkembangan dan pertumbuhan memang merupakan 2 hal yang
saling berkaitan namun berbeda. Ekonomi dapat mengalami 2 hal ini secara terpisah maupun
secara bersamaan. Namun semenjak ekonomi merupakan subsistem dari ekosistem yang terbatas
dan tidak bertumbuh, kemudian sebagaimana pertumbuhannya mengarahkannya kepada
pembauran sebuah kerusakan yang lebih besar dari yang pernah ada pada sistem totalnya sendiri,
maka perilaku ekonomi harus lebih dan lebih memperkirakan tingkah laku dari sistem total,
yakni berkembang tanpa bertumbuh.
Terkait dengan 3 poin ini, perkara pertama dalam perdagangan bebas yakni penyesuaian harga
apabila tarif ditiadakan. Perhatian negara-negara dunia terhadap biaya lingkungan dan sosial
berbeda-beda. Ada yang perduli dan ada yang kurang perduli. Negara yang memperhitungkan
biaya lingkungan akan merugi daripada negara yang tidak apabila tariff dihilangkan. negara yang
menjual kurang dari harga full-cost hanya menyakiti dirinya sendiri selama negara-negara lain
membatasi perdagangan mereka dengan negara itu untuk volume yang tidak merusak produsen
sendiri. Masalah kedua mengenai distribusi merata dimana sorotan utama terletak pada upah.
Dipandang bahwa mobilitas modal di tingkat internasional telah menciptakan keunggulan mutlak
bagi pemegang modal dan mengakibatkan adanya ketimpangan ekonomi. Variasi upah masa kini
sesuai dengan populasi dimana negara dengan populasi tinggi cenderung mendapat upah buruh
yang rendah. Efisiensi dapat tercapai tapi mengorbankan pemerataan distribusi. Hal ini
berhubungan pula dengan skala dimana semakin marak kegiatan promosi pengurangan populasi
seperti salah satunya di Indonesia yaitu program keluarga berencana. Namun sayangnya dengan
ini perdagangan bebas justru tetap memperlihatkan ketimpangan. Bagi seluruh 5,4 milyar orang
yang saat ini hidup untuk mengkonsumsi sumber daya dan menyerap kapasitas pada tingkat per
kapita yang sama dengan Amerika atau Eropa adalah tidak mungkin secara ekologikal.
Permasalahan ketiga memperlihatkan perdagangan bebas dan kebebasan mobilitas modal tetap
meningkatkan pemisahan dari kepemilikan dan kontrol dan pemaksaan mobilitas dari pekerja
yang sangat berdampak buruk terhadap komunitas. Kaum liberal terlalu mengutamakan sifat
keindividuan manusia. Padahal pada fakta yang ada manusia hidup dalam komunitas. Maka
modal yang bergerak secara internasional sering kali membawa kepentingan individual dan
merugikan pihak-pihak dalam komunitas. Permasalahan keempat menunjukkan adanya
instabilitas pada makroekonomi. Berhubungan pula dengan mobilitas modal yang masuk terlalu
besar sehingga dapat menimbulkan utang besar pula. Upaya untuk membayar hutang seringkali
dilakukan dengan eksploitasi sumber daya yang dapat diekspor, membayar hutang dengan
membuka hutang baru. Selain merugikan suatu negara, hal ini juga merusak alam dengan
eksploitasi sumber daya besar-besaran. Persoalan kelima yang sangat utama adalah pertumbuhan
ekonomi yang terlalu besar membuat ekosistem yang terbatas ini tidak bisa menampungnya.
Dogma penyesuaian perdagangan bebas membuat seakan-akan semua pihak bisa melakukan
konsumsi sebesar negara upah tinggi tanpa mengakibatkan kehancuran ekologi. Padahal
perdagangan bebas telah menutupi limit skala dalam berbagai cara.
Dari pembahasan diatas Kapitalisme, modernisasi dan pertumbuhan ekonomi memegang peranan
dalam degredasi lingkungan. Modernisasi sebagai suatu perkembangan memunculkan pengaruh-
pengaruh yang menguntungkan maupun merugikan ,maka sebaiknya proses modernisasi dan
globalisasi harus di seleksi secara matang dan bijaksana agar tidak menimbulkan perkeadilan
kemampuan manusia, serta pengkerdilan struktur budaya masyarakat setempat. Dan kapitalisme
adalah hubungan ekonomi dan sosial yang memungkinkan pengrusakan lingkungan terjadi
secara massal dan cepat. 3 permasalahan dasar ekonomi (alokasi, distribusi, skala) ini memang
perlu untuk diefektifisasi agar penggunaan sumber daya tidak sia-sia. Alokasi harus sesuai
dengan permintaan. Sumberdaya harus dialokasikan dengan produksi benda-benda yang benar-
benar dibutuhkan oleh masyarakat. Hal ini juga harus diikuti dengan distribusi barang yang
merata. Skala meninjau pula populasi dan penggunaan sumberdaya perkapita sehingga dimensi
skala bisa jadi berkelanjutan atau tidak berkelanjutan.
II.2 Pertumbuhan Komplementer antara Kapitalisme dengan Negara dalam Pembangunan.
Perkembangan negara dalam pembangunan nasional terwujud dalam bentuk kerjasama antara
bangsa Indonesia dengan kaum kapitalis (dapat berupa negara sentral). Kerjasama ini memiliki
fungsi sebagai pendukung pertumbuhan ekonomi. Hal inilah yang menjadikan bangsa indonesia
menjadi komplementer bagi kapitalisme. Dalam hal ini ilmu sosiologi melihat karena adanya
ketergantungan. Teori dependensi menurut Frank mempunyai model satelit-metropolis. Pada
tingkat hubungan internasional kota-kota di negara Dunia Ketiga menjadi satelit dari metropolis
di Barat. Indonesia menjadi negara satelit bagi metropolis Amerika Serikat. Bagi Frank, proses
pegambilan surplus ekonomi secara nasional dan global serta terarah, inilah yang menyebabkan
keterbelakangan di negara Dunia Ketiga. Indonesia memiliki kedudukan sebagai negara yang
bergantung pada negara sentral (kapitalis).
Dalam praktiknya dapat dilihat dengan adanya aktivitas kegiatan kapitalisme yang berjalan
sehingga bangsa Indonesia memiliki ketergantungan dengan pihak kapitalis. Penggunaan sistem
kapitalisme berimbas kepada adanya yang termarjinalkan. Hal yang termarjinalkan dapat berupa
sumber daya alam, indonesia menjalin hubungan bilateral maupun multilateral dengan negara-
negara lain didunia, sehingga memunculkan pihak kapitalis untuk memamfaatkan sumber daya
alam di Indonesia sebagai ladang keunutungan yang besar. Berangakat dari asumsi inilah yang
menyebabkan adanya ketergantungan yang dialami oleh bangsa Indonesia dengan pihak
kapitalisme.
Dengan adanya praktik kapitalisme tersebut mengharuskan bangsa Indonesia melakukan
pengorekan sumber daya alam seperti misalnya minyak bumi, mineral, dan hasil bumi lainnya.
Dengan status sebagai bangsa komplementer terhadap kaum kapitalis justru malah menyulitkan
bangsa Indonesia keluar dari keterpurukan. Bangsa Indonesia melihat dengan satu sisinya saja
yaitu membangun perekonomian dengan hasil penjualan (ekspor) yang mahal tanpa
memperhatikan akibatnya terhadap lingkungan.
Di satu sisi kapitalisme telah membawa Indonesia menjadi negara yang lebih berkembang. Di
sisi lainnya, Kapitalisme dapat membuat orang menghalalkan segala cara untuk mendapatkan
keuntungan yang sebesar-besarnya. Kapitalisme dapat menjadi senjata makan tuan yang apabila
tidak dapat dikontrol akan memberikan dampak negatif. Seperti yang terjadi pada masa
pemerintahan Soeharto, semangat kapitalisme telah merangsang Presiden untuk melakukan
pembangunan terus menerus. Akibatnya, Presiden mencari pinjaman melalui IMF atau negara
lain, hingga hutang negara makin menumpuk. Kapitalisme dapat membentuk perilaku konsumtif
serta dapat memberikan efek ketergantungan pada kaum pemilik modal. Kapitalisme memang
masih terus eksis dalam dunia nasional maupun internasional, kapitalisme juga hampir mustahil
untuk dihindarkan. Yang sekarang perlu dilakukan adalah mengontrol perilaku kapitalisme agar
pemikiran tersebut tidak bergeser dari nilai dan norma-norma yang ada.
Seperti kasus pada masa pemerintahan soeharto yang melakukan politik pintu terbuka
mengakibatkan kaum kapitalisme dengan senang hati melakukan penanaman modalnya. Namun
yang terjadi adalah praktik-praktik yang menyimpang yaitu pencarian keuntungan yang sebesar-
besarnya yang berimbas pada pengeksploitasian alam sebagai bentuk komplementernya. Banyak
kerusakan yang diakibatkan seperti pembangunan industri yang dilakukan berdampak pada
pencemaran udara maupun air. Selain itu juga terdapat seperti pembalakan hutan yang dimana
hasil hutan dijadikan sebagai barang ekspor. Pembukaan lahan-lahan baru yang dilakukan oleh
pemilik modal (kapitalis) untuk memperluas lahan industri, dengan mengorek sumber-sumber
daya alam yang ada didalamnya. Hal ini tanpa disadari telah menjadi praktik-praktik
Antroposentrisme. Manusia memang memiliki kebutuhan namun jika dalam pencapaian
kebutuhan tersebut ada pihak yang dirugikan, tentu saja akan menimbulkan ketidakselarasan
antara kebtuhan manusia dengan alat pemuas kebutuhan manusia. Alam menjadi korban atas
kebutuhan (kapitalisme) manusia. Yang dimana tujuannya mengarah pada degradasi lingkungan.
II.3 Akumulasi Individual.
Untuk mengadakan akumulasi kapital diperlukan pengorbanan atau penyisihan konsumsi
sekarang selama beberapa decade. Di negara sedang berkembang, tingkat pendapatan rendah
pada tingkat batas hidup mengakibatkan usaha menyisihkan tabungan sukar dilakukan.
Akumulasi kapital tidak hanya berupa truk, pabrik baja, plastik dan sebagainya; tetapi juga
meliputi proyek-proyek infrastruktur yang merupakan prasyarat bagi industrialisasi dan
pengembangan serta pemasaran produk-produk sektor pertanian. Akumulasi kapital sering kali
dipandang sebagai elemen terpenting dalam pertumbuhan ekonomi. Usaha-usaha untuk
mendorong laju pertumbuhan ekonomi dilakukan dengan memusatkan pada akumulasi kapital.
Hal ini karena, pertama, hampir semua negara-negara berkembang mengalami kelangkaan
barang-barang kapital berupa mesi-mesin dan peralatan produksi, bangunan pabrik, fasilitas
umum dan lain-lain. Kedua, penambahan dan perbaikan kualitas barang-barang modal sangat
penting karena keterbatasan tersedianya tanah yang bisa ditanami.
Pertumbuhan penduduk adalah akibat dari akumulasi idividu yang semakin bertambah dari segi
kuantitas. Padatnya penduduk suatu daerah akan menyebabkan ruang gerak suatu daerah
semakin terciut, dan hal ini disebabkan manusia merupakan bagian integral dari ekosistem,
dimana manusia hidup dengan mengekploitasi lingkungannya. Pertumbuhan penduduk yang
cepat meningkatkan permintaan terhadap sumber daya alam. Pada saat yang sama meningkatnya
konsumsi yang disebabkan oleh membengkaknya jumlah penduduk yang pada akhirnya akan
berpengaruh pada semakin berkurangnya produktifitas sumber daya alam. Pertambahan
penduduk yang cepat, makin lama makin meningkat hingga akhirnya memadati muka bumi. Hal
ini membawa akibat serius terhadap rentetan masalah besar yang membentur keseimbangan
sumber daya alam. Karena bagaimanapun juga setiap menusia tidak lepas dari bermacam-macam
kebutuhan mulai dari yang pokok hingga sampai pada kebutuhan pelengkap. Sedangkan semua
kebutuhan yang diperlukan oleh manusia sangat banyak dan tidak terbatas, sementara itu
kebutuhan yang diperlukan baru akan terpenuhi manakala siklus dan cadangan-cadangan sumber
daya alam masih mampu dan mencukupi. Tetapi akan lain jadinya jika angka pertumbuhan
penduduk kian melewati batas siklus ataupun jumlah cadangan sumber-sumber kebutuhan.
Adapun yang menjadi dampak akumulasi individu terhadap lingkungan adalah sebagai berikut :
a.Berkurangnya Ketersediaan Lahan
Peningkatan populasi manusia atau meningkatnya jumlah penduduk menyebabkan tingkat
kepadatan semakin tinggi .Pada sisi lain ,luas tanah atau lahan tidak bertambah.Kepadatan
penduduk dapat mengakibatkan tanah pertanian semakin berkurang karena digunakan untuk
pemukiman penduduk.
1. Kebutuhan Udara Bersih
Setiap makluk hidup membutuhkan oksigen untuk pernapasan .Demikian pula manusia sebagai
makluk hidup juga membutuhkan oksigen untuk kehidupanya.Manusia memperoleh oksigen
yang dibutuhkan melalui udara bersih .Udara bersih berati udara yang tidak tercemar,sehingga
huyakitas udara terjaga dengan baik.Dengan udara yang bersih akan diperoleh pernapasan yang
sehat.
1. Kerusakan Lingkungan
Setiap tahun, hutan dibuka untuk kepentingan hidup manusia seperi untuk dijadikan lahan
pertanian atau pemukiman .Para ahli lingkungan memperkirakan lebih dari 70% hutan di dunia
yang alami telah ditebang atau rusak parah .Menigkatnya jumlah penduduk akan diiringi pula
dengan meningkatnya penggunaan sumber alam hayati. Adanya pembukaan hutan secara liar
untuk dijadikan tanah pertaniaan atau untuk mencari hasil hutan sebagai mata pencaharian
penduduk akan merusak ekosistem hutan.
1. Kebutuhan Air Bersih
Air merupakan kebutuhan mutlak makhluk hidup .Akan tetapi,air yang dibutuhkan manusia
sebagai mkhluk hidup adalah air bersih. Air bersih digunakan untuk kebutuhan penduduk atau
rumah tangga sehari-hari. Bersih merupakan air yang memenuhi syarat kualitas yang meliputi
syarat fisika ,kimia ,dan biologi. Syarat kimia yaitu air yang tidak mengandung zat-zat kimia
yang membahayakan kesehatan manusia. Syarat fisika yaitu air tetap jernih (tidak brubah
warna), tidak ada rasa, dan tidak berbau. Syarat biologi yaitu air tidak mengandung
mikrooganisme atau kuman-kuman penyakit.
1. Kekurangan Makanan
Manusia sebagai mahkluk hidup membutuhan makanan. Dengan bertambahnya jumlah populasi
manusia atau penduduk, maka jumlah kebutuhan makanan yang diperlukan juga semakin
banyak. Bila hal ini tidak diimbangi dengan peningkatan produksi pangan, maka dapat terjadi
kekurangan makanan .Akan tetapi,biasanya laju pertambahan penduduk lebih cepat daripada
kenaikan produksi pangan makanan. Ketidakseimbangan antara bertambahnya penduduk
dengan bertambahnya produksi pangan sangat mempengaruhi kualitas hidup manusia.
Akibatnya, penduduk dapat kekurangan gizi atau pangan. Kekurangan gizi menyebabkan daya
tahan tubuh seseorang terhadap suatu penyakit rendah, sehingga mudah terjangkit penyakit.
II.4 Intensifikasi modal.
Intensifikasi modal adalah dapat berbentuk menambah modal agar hasil produksi makin banyak.
Hal ini juga tidak lepas dari bentuk praktik kapitalisme yang sedang terbangun. Bangsa indonesia
yang memiliki kekayaan akan sumber daya alam menjadikan kegiatan kapitalisme berjalan.
Banyak yang dijadikan sebagai ladang penghasil uang banyak seperti pembangunan perusahaan-
perusahaan yang semakin meluas dengan bekerja sama dengan perusahaan lainnya.
Praktik intensisifikan modal ini sendiri tentunya dilihat dari segi mendapatkan keuntungan yang
menggiurkan. Intensifikasi modal tidak terlepas dari adanya pencarian keuntungan yang sebesar-
besarnya (kapitalisme). Adapun yang menjadi sisi negatif perkembangan kapitalisme adalah
sebagai berikut :
1. Sistem kegiatan Manusia
Sekelompok kecil pribadi mendominasi pasar untuk mencapai kepentingan sendiri tanpa
menghargai kebutuhan masyarakat dan menghormati kepentingan umum.
2. Egoistik
Dalam system kapitalisme individu dan sekelompok kecil pribadi mendominasi pasar untuk
mencapai kepentingan sendiri tanpa menghargai kebutuhan masyarakat dan menghormati
kepentingan umum.
3. Monopolistik
Dalam system kapitalisme seorang kapitalis memonopoli komonditas dan menimbunnya.
Apabila barang tersebut habis di pasar ia mengeluarkannya untuk di jual dengan harga mahal
yang berlipat ganda mencekik konsumen dan orang-orang lemah.
4. Berorientasi pada milik pribadi
Kapitalisme terlalu mengagungkan hak milik pribadi. Sedangkan komunisme malah
menghilangkan hak milik pribadi.
5. Persaingan
System dasar kapitalisme membuat kehidupan menjadi arena perlombaan harga. Semua orang
berlomba mencari kemenangan. Sehingga kehidupan dan system kapitalisme berubah menjadi
riba dimana yang kuat menerkam yang lemah. Hal ini sering menimbulkan kebangkrutan pabrik
atau perudahaan tertentu.
6. Perampasan tenaga produksi
Kapitalisme membuat para tenaga kerja sebagai barang komoditas yang harus tumbuh kepada
hokum, permintaan dan kebutuhan yang menjadikan dia sebai barang yang dapat ditawarkan
setiap saat. Pekerja ini bisa jadi sewaktu-waktu diganti dengan orang lain yang upahnya lebih
rendah dan mampu bekerja lebih banyak dan pengabdiannya lebih baik.
7. Pengangguran
Suatu fenomena umum dalam masyarakat kapitalis ialah munculnya pengangguran yang
mendorong milik perusahaan untuk menambah tenanga yang akan memberatkannya.
8. Kehidupan yang penuh dengan gejolak
Ini adalah akibat logis dari persaingan yang berlangsung antara dua kelas. Yang satu
mementingkan pengumpulan uang dengan segala cara. Sedangkan yang satu lagi tidak diberi
kesempatan mencari sendiri kebutuhannya tanpa kenal belas kasihan.
9. Penjajahan
Karena didorong mencari bahan baku dan mencari pasar baru untuk memasarkan hasil
produksinya kapitalisme memasuki petualangan pejajahan terhadap semua bangsa. Pada mulanya
dalam bentuk penjajahan ekonomi pola piker politik dan kebudayaan. Kemudian memperbudak
semua bangsa dan mengeksploitasi tenaga-tenaga produktif demi kepentingan penjajahan.
10. Peperangan dan malapetaka
Umat manusia telah menyaksikan berbagai bentuk pembunuhan dan pembantaian luar biasa
biadabnya. Itu terjadi sebagai akibat logis dari sebuah penjajahan yang menimpa umat manusia
dibumi yang melahirkan bencana paling keji dan kejam.
11. Didominasi hawa nafsu
Orang kapitalisme berpegang pada prinsip demokrasi politik dan pemerintahan. Pada umumnya
demokrasi yang mereka gebar-gemborkan diikuti dengan hawa nafsu yang mendominasi dan
jauh dari kebenaran dan keadilan
12. Tidak bermoral
Kapitalisme memandang manusia sebagai benda materi. Karna itu manusia dijauhkan dari
kecenderungan ruhani dan akhlaknya. Bahkan dalam system kapitalisme antara ekonomi dan
moral dipisahkan jauh-jauh.
13. Kejam
Kapitalisme serimg memusnahkan begitu saja komoditas yang lebih dengan cara dibakar atau
dibuang kelaut karena khawatir harga akan jatuh disebabkan banyaknya penawaran. Mereka
berani melakukan itu padahal masih banyak bangsa-bangsa yang menderita kelaparan.
14. Boros
Orang-orang kapitalisme memproduksi barang-barang mewah disertai iklan besar-besaran tanpa
perduli kebutuhan pokok masyarakat. Sebab yang mereka cari keuntungan belaka.
15. Tidak berperi kemanusiaan
Orang kapitalis sering mengusir begitu saja seorang buruh karena alasan tenaganya kurang
produktif. Tetapi kekejaman ini mulai diringankan akhir-akhir ini dengan adanya perbaikan
dalam tubuh kapitalisme.
16. Sebagai sistem perusahaan modern
Di dalam system yang berlaku sekarang peningkatan keuntungan perusahaan hanya dapat
dinikmati oleh para pemegang saham dan tidak mempunyai dampak yang signifikan terhadap
kesejahteraan karyawan atau buruh.
17. Dalam sistem nilai tukar
Sistem kapitalis sebagai suatu system yang mayoritas diterapkan dibebagai Negara termasuk
Indonesia, menempatkan uang sebagai sesuatu nilai yang berbeda karena perbedaan waktu,
tempat, kekuatan daya beli masyarakat, dan sebagainya. Perbedaan ini akan mendorong spekulan
untuk mengambil keuntungan yang sebesar-besarnya tanpa peduli terhadap nasib orang banyak.
Inilah gambaran praktik kapitalisme yang dilihat dari segi negatifnya, meskipun sisi positif dari
adanya praktek intensifikasi modal (positif kapitalisme) yaitu Kebaikan system kapitalis bagi
Indonesia adalah memungkinkan Indonesia untuk mendapatkan suntikan dana investasi dari
Negara kapitalis. Investasi ini sangat menguntungkan karena secara financial tidak dirugikan
oleh investasi para kapitalis ini, jadi mereka memberikan uang (investasi) untuk dikelola oleh
Indonesia. Namun perlu melihat intensifikasi modal tersebut dengan korelasi lingkungan hidup.
II.5 Krisis Ekologi.
Krisis ekologi terjadi sebagai konsekuensi hubungan antara ekosistem dan hubungan sosial yang
berkembang dalam lingkungan tersebut. Krisis ekologi yang terjadi berkembang sejalan dengan
dinamik sosial, ekonomi, dan politik yang tengah terjadi di masyarakat, serta bagaimana etika
lingkungan diterapkan. Secara umum krisis ekologi dapat terjadi didalam kondisi sistem sosial,
ekonomi, dan politik serta praktek etika lingkungan yang tidak dapat sejalan dengan model
pembangunan berkelanjutan. Sistem sosial, ekonomi dan politik yang berkembang ditengah
masyarakat cenderung tidak memikirkan keberlanjutan ekosistem.
Krisis ekologi bermula dari jumlah manusia yang semakin meningkat, sehingga terjadi over
population, sementara manusia memiliki keterbatasan daya dukung alam. Ditambah lagi sifat
manusia yang Antroposentrisme dimana manusia pusat dari alam semesta
Dampak krisis ekologi bagi keseimbangan ekologi bahwa Krisis ekologi akan mengganggu
keseimbangan ekologi, yang akhirnya akan kembali mengancam eksistensi manusia sebagai
pelaku utama dalam ekologi. Dengan terganggunya keseimbangan ekologi, maka kemampuan
alam untuk produksi akan semakin menurun, sedangkan kebutuhan manusia akan semakin
meningkat seiring dengan pertumbuhan populasi. Akibatnya, alam menjadi rusak, sebab manusia
terus memanfaatkannya tanpa adanya usaha pemulihan kembali. Efek samping dari kerusakan
tersebut adalah timbulnya bencana alam.
Krisis ekologi ini juga tidak disebabkan oleh seluruh dunia secara merata. Krisis ekologi tidak
disebabkan oleh masyarakat global ataupun menimpa penduduk dunia secara bersama. Krisis
ekologi sebagai bentuk penurunan mendasar kualitas kehidupan manusia, merupakan kelanjutan
dari kerusakan lingkungan yang disebabkan oleh sistem ekonomi yang mengedepankan
pertumbuhan.
Tidaklah mengherankan karena itu apabila kerusakan lingkungan terjadi bukan hanya di negara-
negara kapitalis melainkan juga di negara-negara sosialis. Sistem ekonomi yang mengedepankan
pertumbuhan semata, dan dianut kedua paham ini, menghasilkan kerusakan parah di muka bumi
ini. Kerusakan terparah dibandingkan generasi terdahulu dan terburuk dalam sejarah keberadaan
manusia. Sistem ekonomi yang memusatkan diri pada pertumbuhan memiliki watak untuk terus
melakukan dominasi, baik itu terhadap sesama manusia maupun terhadap alam dan lingkungan
hidup yang akhirnya mengarah pada degradasi.
Krisis ekologi selain diakibatkan kondisi sosial, politik dan ekonomi juga menyangkut etika
lingkungan. Dalam makna inilah perilaku individu atau masyarakat baik ekonomi, politik dan
sosial ditentikan oleh seberapa kuat tingkat etika lingkungan yang diterapkan.
Moral dan etika lingkungan harus dipandang sebagai bentuk tanggung jawab kita terhadap
lingkungan. Pengetahuan dan teknologi yang berkembang dan dimanfaatkan untuk mengelolah
Sumber Daya Alam tidak selamanya menguntungkan. Eksploitasi SDA dalam jangka pendek
memang snagat menguntungkan, namun dalam tahap waktu selanjutnya mengakibatkan
penderitaan panjang bagi masyarakat.

BAB III
Kesimpulan
Manusia sebagai penguasa lingkungan hidup di bumi berperan besar dalam menentukan
kelestarian lingkungan hidup. Manusia sebagai makhluk ciptaan Tuhan yang berakal budi
mampu merubah wajah dunia dari pola kehidupan sederhana sampai ke bentuk kehidupan
modern seperti sekarang ini.
Pandangan Antroposentrisme dimana menempatkan manusia sebagai pusat dari alam semesta
bahwa kebijakan yang diambil mengenai lingkungan hidup harus dinilai berdasrakan manusia
dan kepentingannya. Inilah gambaran yang memunculkan alasan atas penaklukan alam yang
dilakukan oleh manusia. Manusia mempunyai kebutuhan dan kepentingan maka yang menjadi
sasaran alat pemenuhan kebutuhan itu adalah pemamfaatan alam namun yang terjadi sekarang ini
adalah pemamfaatan yang tidak seimbang. Antoposentrisme menyebabkan manusia berani
melakukan tindakan eksploitatif terhadap alam dengan menguras kekayaan alam demi
kepentingannya. Bahkan Antroposentrime ini menyatakan bahwa manusia sebagai tolak ukur
nilai, sehingga manusia berhak atas alamnya.Pandangan tersebut telah mendapat perlawan dari
teori Biosentrisme dan Ekosentrisme yang dimana menekankan adanya penghargaan setiap
makhluk baik organisme maupun anorganisme yang menekankan adanya sistem yang mengatur
sehingga memunculkan sifat mutual. Manusia dan hewan saling memiliki sifat saling
membutuhkan terhadap alam semesta bahkan benda mati sekalipun didunia ini memiliki nilainya
tersendiri.
Salah satu solusi yang ditawarkan dalam melihat permasalahan linngkungan hidup adalah
mengggunakan teori deep ecology yang dimana memberikan pandangan bahwa seharusnya
terciptanya keharmonisan dengan alam terhadap segala aktivitas manusia baik sosial, ekonomi,
politik, maupun budaya. Banyak yang ditawarkan pendekatan deep ekology terhadap
kesejahteraan manusia yaitu dapat melalui pemamfaatan alam menggunakan tekhnologi yang
sesuai, menggunakan sistem daur ulang, berlandaskan tujuan non material demi keberlangsungan
ekologi terhadap kepentingan manusia. Dalam praktiknya dapat juga melalui desentralisasi alam
dan pemamfaatam yang menggunakan sistem demokratis. Dimana tujannya adalah terciptanya
keharmonisan antara aktivitas manusia terhadap alam.

Daftar Pustaka
Susilo, Rachmad. 2012. Sosiologi Lingkungan & Sumber Daya Alam:Perspektif Teori & Isu-Isu
Mutakhir. Jogjakarta: Ar-Aruzz Media.
Bethan, Syamsuharya. 2008. Penerapan Prinsip Hukum Pelestarian Fungsi Lingkungan Hidup
Dalam Aktivitas Industri Nasional. Bandung: PT Alumni.
Johson, Doyle. 1990. Teori Sosiologi: Klasik dan Modern. Jakarta: PT Gramedia Pustaka.
http://merrynester-fisip11.web.unair.ac.id/artikel_detail-75977-Globalisasi%20dan%20Strategi-
Pengaruh%20Ekonomi%20Internasional%20Terhadap%20Lingkungan.html(diakses pada 13
April 2013 pukul 17:18 WIB)

Anda mungkin juga menyukai