Anda di halaman 1dari 8

PERAN AKADEMISI TERHADAP PENGEMBANGAN KECERDASAN

ANAK INDONESIA

PENDAHULUAN

Indonesia merupakan sebuah negara yang terdiri dari berbagai pulau-


pulau. Letak pulau yang terpisah-pisah dan sejarah perkembangan daerah yang
berbeda-beda mengakibatkan terciptanya budaya Indonesia yang beraneka ragam.
Budaya tersebut akan mempengaruhi kepribadian setiap warga Indonesia yang
beragam pula. Keragaman yang ada di Indonesia menjadi satu keunikan tersendiri
bagi bangsa.
Anak Indonesia yang dilahirkan dari latar belakang budaya dan genetik
yang berdeda, akan mempengaruhi karakter setiap anak yang berbeda pula.
Perbedaan yang muncul antar anak Indonesia harusnya menjadi aset bangsa agar
tercipta sumber daya manusia yang beragam dan sesuai dengan kecerdasannya.
Namun, sayang sekali beberapa sekolah masih menjadikan siswanya sebagai
robot-robot yang harus mengikuti kehendak pemegang remotenya.
Paradigma guru yang meyakini bahwa kesuksesan anak ditentukan oleh
kecerdasan intelektualnya masih terjadi dilembaga-lembaga pendidikan.
Paradigma tersebut berpengaruh terhadap keragaman kecerdasan yang dimiliki
oleh siswa. Guru yang berparadigma seperti itu akan mendidik dengan cara yang
kaku sebatas menyampaikan materi tanpa mempedulikan kecerdasan individu
siswa yang berbeda-beda. Perlakuan seperti itu akan mematikan kecerdasan yang
dimiliki oleh siswa.
Siswa mengikuti kehendak gurunya yang tidak sesuai dengan keinginan
dirinya. Kecerdasan dan bakatnya terlupakan oleh rutinitas yang tidak mereka
sukai. Akhirnya mereka mengerjakan kehendak gurunya hanya sekedar untuk
menunaikan kewajiban bukan atas dasar cinta. Hal tidak disukai yang dikerjakan
oleh siswa tersebut berdampak pada tidak maksimalnya sesuatu yang mereka
kerjakan. Oleh karena itu, tidak banyak siswa yang dapat meraih prestasi sesuai
dengan kecerdasan yang dimiliki oleh mereka.
Pengakuan adanya kecerdasan yang dimiliki oleh anak merupakan suatu
hal yang penting. Pengakuan terhadap kecerdasan anak akan menimbulkan
kepercayaan diri bagi mereka. Anak yang sudah percaya diri akan terus berusaha
untuk mengembangkan diri sesuai kemampuan yang dimilikinya. Oleh sebab itu,
diperlukan pendidik yang memiliki kemampuan untuk mengarahkan kecerdasan
masing-masing anak.
Howard Gardner, Profesor Psikologi Universitas Havard, menekankan
bahwa manusia sedikitnya punya sembilan kecerdasan. Serupa dengan pendapat
Gardner, Thomas Armstrong menegaskan bahwa semua anak terlahir cerdas dan
berbakat.1 Atas dasar pendapat tersebut, pendidik harus mampu menempatkan
perannya sebagai pembimbing kecerdasan dan bakat yang dimiliki oleh masing-
masing anak. Pendidikan yang berdasarkan pada multiple intelegen (kecerdasan
jamak diharapkan mampu digunakan sebagai upaya untuk memajukan
pembangunan pendidikan di Indonesia.

ISI

Menurut kamus besar bahasa Indonesia, akademisi merupakan orang yang


berpendidikan tinggi. Orang yang berpendidikan tinggi tersebut pastinya memiliki
salah satu bidang yang ditekuni. Akademisi pendidikan bertangunggjawab
terhadap kemajuan pendidikan yang ada di Indonesia. Akademisi pendidikan
harus mampu membuat inovasi baru untuk memajukan pendidikan di Indonesia.
Suatu negara akan maju ketika memiliki sumber daya manusia yang berkualitas.
Akademisi pendidikan memiliki peran yang urgent terhadap pembentukan
sumber daya manusia yang berkualitas. Akademisi pendidikan harus mampu
mengembangkan kecerdasan dan bakat yang ada pada masing-masing anak
Indonesia. Salah satu upaya yang dapat digunakan oleh para akademisi
pendidikan yaitu dengan mengembangkan gagasan multiple intelegent
(kecerdasan jamak).
Multiple intelegent (kecerdasan jamak) merupakan salah satu gagasan
yang dikemukakan oleh Howard Gardner. Setidaknya terdapat sembilan
kecerdasan yang dimiliki oleh anak. Berikut penjelasan dari kesembilan
kecerdasan tersebut:

1
Munif Chatib. Sekolah Anak-anak Juara Bebasis Kecerdasan Jamak dan Pendidikan
Berkeadilan, (Bandung: Mizan Media Utama, 2012), hal. 32.
1. Kecerdasan linguistik
Kecerdasan linguistik adalah kemampuan berpikir dalam bentuk
kata-kata, menggunakan bahasa untuk mengekspresikan, dan
menghargai makna yang kompleks. Luasnya spesifikasi kecerdasan
linguistik dapat dilihat dari kejadian-kejadian disekitar kita. Sebagai
contoh seorang yang sangat ahli bersilat lidah, jika berargumentasi
dalam diskusi atau berpidato, bisa meyakinkan dan secara efektif
mampu memahami, meringkas, dan menafsirkan atau menerangkan
permasalahan dengan sangat kuat, tetapi dia kurang bisa dalam
menuangkan ide dan gagasannya dalam bentuk tulisan. Dalam hal
menulis, dia tidak terlatih. Begitupun sebaliknya, ada orang yang
mampu menuangkan ide dan gagasan-gagasannya dalam bahasa tulisan
dengan kemampuan mengolah kata yang luar biasa.2
2. Kecerdasan logis-matematis
Kecerdasan logis-matematik merupakan kemampuan dalam
berhitung, mengukur dan mempertimbangkan proposisi dan hipotesis,
serta menyelesaikan operasi-operasi angka-angka. Kecerdasan logis-
matematis melibatkan banyak komponen: perhitungan secara
matematis, berpikir logis, nalar, pemecahan masalah, pertimbangan
deduktif, dan ketajaman hubungan antara pola-pola numerik.3
3. Kecerdasan spasial-visual
Kecerdasan spasial-visual adalah cara pandang dalam proyeksi
tertentu dan kapasitas untuk berpikir dalam tiga cara dimensi.
Kecerdasan ini memungkinkan seseorang untuk melakukan eksplorasi
imajinasi, misalnya memodifikasi bayangan suatu obyek dalam
melakukan percobaan sederhana. Bagi orang memiliki kecerdasan
spasial-visual, menggambar adalah hal yang paling digemari dan sering
dilakukan, baik saat senggang, bermain atau belajar. Anak belajar
secara visual untuk mengumpulkan ide-ide. Mereka lebih berpikir
secara konseptual (holistik) untuk memahami sesuatu. Kemampuan

2
Munif Chatib. Sekolah Anak-anak Juara Bebasis Kecerdasan Jamak dan Pendidikan
Berkeadilan, (Bandung: Mizan Media Utama, 2012), hal. 80-83.
3
Ibid., hal. 83-86.
melihat “sesuatu” didalam kepala mereka mampu membuat mereka
pandai memecahkan masalah atau berkreasi.4
4. Kecerdasan kinestesis
Kecerdasan kinestesis adalah kemampuan belajar lewat tindakan
dan pengalaman melakukan praktik langsung. Jenis kecerdasan ini lebih
senang berada dilingkungan tempat dia bisa memahami sesuatu lewat
pengalaman nyata. Kemampuan bergerak disekitar obyek dan
ketrampilan-ketrampilan fisik yang halus dan kemampuan mengolah
tubuh ke dalam bentuk gerakan tertentu merupakan pola dasar
kecerdasan kinestesis. Menurut Gardner, seseorang yang punya
kemampuan menggunakan seluruh tubuh mereka atau paling tidak
hanya sebagian dari tubuh, seperti tangan, untuk memecahkan masalah
merupakan pengembangan dari kecerdasan kinestesis.5
5. Kecerdasan musik
Kecerdasan musik merupakan kemampuan seseorang yang
punya sensitivitas pada pola titi nada, melodi, ritme, dan nada. Musik
tidak hanya dipelajari secara audtori, tapi juga melibatkan semua fungsi
pancaindra. Menurut Gardner, kecerdasan musik merupakan bentuk
bakat manusia yang paling awal muncul. Gardner menyatakan bahwa
keahlian dibidang musik bergantung pada bertambahnya pengalaman
hidup sehingga mungkin saja, seorang anak berusia 3 tahun mampu
mengenali nada-nada lagu yang didengarnya.6
6. Kecerdasan interpersonal
Kecerdasan interpersonal adalah kemampuan memahami dan
berinteraksi dengan orang lain secara efektif. Kecerdasan interpersonal
memungkinkan kita bisa memahami dan berkomunikasi dengan orang
lain. Termasuk juga kemampuan membentuk, juga menjaga hubungan,
serta mengetahui berbagai peran yang terdapat dalam suatu kelompok.
Ciri khas seseorang yang punya kecerdasan ini: dia merasa nyaman saat
berinteraksi dengan perbedaan yang timbul, dipahami sebagai

4
Ibid., hal. 87-89.
5
Ibid., hal. 89-91.
6
Ibid., hal. 91-93.
kesempurnaan interaksi. Murid dengan kemampuan ini punya
kemampuan interaksi. Murid dengan kemampuan ini punya
kemampuan mempengaruhi teman sebaya, kadang mereka lebih
menonjol dalam kelompoknya. Biasanya mereka juga mampu menjalin
interaksi dengan orang yang lebih tua atau yang lebih muda. Poin
penting dari kecerdasan interpersonal lebih mengutamakan kolaborasi
dan kerjasama.7
7. Kecerdasan intrapersonal
Kecerdasan interpersonal adalah kemampuan membuat persepsi yang
akurat tentang diri sendiri dan mengggunakan pengetahuan semacam
itu dalam merencanakan dan mengarahkan kehidupan seseorang. Anak
belajar melalui perasaan, nilai-nilai dan sikap. Pada intinya kecerdasan
intrapersonal memberikan wawasan agar kita menjadi diri sendiri,
bukan membuat kamuflase diri sendiri untuk menjadi orang lain. Pada
dasarnya kecerdasan intrapersonal mengajak kita untuk merenungkan
tujuan hidup sendiri dan percaya kepada diri sendiri.8
8. Kecerdasan natupersonalalis
Jenis kecerdasan yang erat kaitannya dengan lingkungan, flora dan
fauna, yang tidak hanya menyenangi alam untuk dinikmati
keindahannya. Akan tetapi sekaligus juga punya kepedulian untuk
kelestarian alam tersebut. Hubungan antara lingkungan dan kecerdasan
naturalis yang ditawarkan teori keanekaragaman kecerdasan
menawarkan perspektif baru mengenai keadaan alam semesta, beserta
isi segala ekosistem makhluk hidup. Tanpa disadari, aktivitas anak
disekitar lingkungan tempat tinggal memberikan pengaruh positif
terhadap kecerdasan naturalis ini. hal ini ditunjukkan dengan
ketertarikan yang besar terhadap alam sekitar, termasuk pada binatang
dan tumbuhan saat usia sekolah. Menikmati benda-benda dan cerita
yang berkaitan dengan fenomena alam, teori Big Bang alam semesta
dan sistem tata surya, terbentuk dalam aspek kognitif manusia.9

7
Ibid., hal. 93-95.
8
Ibid., hal. 95-97.
9
Ibid., hal. 98-100.
9. Kecerdasan eksistensialis
Kecerdasan eksistensialis adalah kesiapan manusia dalam menghadapi
kematian. Kesadaran berketuhanan adalah prinsip pencarian eksistensi
seseorang dalam kehidupan. Para spritualis masa kini menyebutnya
sebagai kecerdasan spiritual (Spiritual Quotient atau SQ). Sifat
kecerdasan itu sendiri selalu mencari koneksi antarkebutuhan untuk
belajar dengan kemampuan dan menciptakan kesadaran akan kehidupan
setelah kematian. Kondisi inilah yang disebut Gardner sebagai
perwujudan kecerdasan eksistensial.10

Beberapa bentuk kecerdasan yang telah dijelaskan diatas merupakan suatu


anugerah Tuhan yang luar biasa. Setiap kecerdasan memiliki peran tersendiri
untuk memajukan negara Indonesia. Pendidik seharusnya memahami dirinya
sebagai seorang pembimbing yang bertugas memberikan pengarahan atas
kecerdasan yang dimiliki oleh tiap-tiap anak. Kecerdasan yang diapresiasi dan
diberi bimbingan dengan baik akan memunculkan prestasi-prestasi yang akan
membawa harum nama negara Indonesia.
KONKLUSI
Para akademisi pendidikan seharusnya melakukan beberapa tindakan yang
dapat memajukan pendidikan Indonesia. Salah satu upaya yang dapat dilakukan
yaitu dengan mensosialisasikan pendidikan yang mengembangkan kecerdasan
jamak yang dimiliki oleh anak Indonesia. Langkah tersebut dapat dimulai dari
orang tua, guru, sekolah dan lingkungan. Beberapa langkah kebijakan konkrit
yang dapat diterapkan pada suatu pendidikan antara lain:
1. Orang Tua
Masa kini sebagian besar orang tua masih belum memahami adanya
kecerdasan jamak yang dimiliki oleh anak. Orang tua masih menganggap
bahwa kecerdasan yang paling tinggi yaitu anak yang mempunyai nilai
kognitif yang tinggi. Oleh karena itu, akademisi pendidikan perlu
mengadakan sosialisasi, pelatihan dan pengarahan kepada orang tua
mengenai kecerdasan jamak yang dimiliki anak.

10
Ibid., hal. 100-101.
2. Guru
Berdasarkan pengamatan penulis mengenai cara guru mengajar dan
mengevaluasi siswa, ditemukan beberapa hal yang perlu diperbaiki.
Pertama, beberapa guru masih memiliki paradigma bahwa siswa yang
cedas yaitu mereka yang memilki nilai kognitif yang tinggi. Sebagian
besar guru masih mengabaikan nilai psikomotorik dan afektif siswa.
Kedua, seperti yang penulis sampaikan sebelumnya. Sebagian besar guru
mengabaikan penilaian psikomotorik dan afeksi siswa. Penilaian secara
menyeluruh dan obyektif sangat diperlukan untuk mengembangkan
kecerdasan siswa. Oleh karena itu, akademisi seharusnya memberikan
pelatihan kepada guru untuk menerapkan penilaian autentik. Penilaian
autentik adalah proses pengumpulan berbagai data yang bisa memberikan
gambaran perkembangan siswa. Gambaran perkembangan belajar siswa
perlu diketahui oleh guru agar dapat memastikan bahwa siswa mengalami
proses pembelajaran dengan benar.11
3. Sekolah
Sekolah merupakan salah satu lembaga yang bertugas untuk
mengembangkan kecerdasan yang dimiliki siswa. Sekolah seharusnya
mampu memberikan kebijakan-kebijakan yang sesuai dengan kebutuhan
siswa. Beberapa upaya yang dapat dilakukan oleh sekolah untuk
mengembangkan kecerdasan jamak yang dimiliki siswa antara lain;
Pertama, sekolah memberikan sarana pelatihan-pelatihan pengembangan
softskill bagi siswa. Kedua, sekolah memberikan pelatihan-pelatihan
secara berkala kepada guru. Ketiga, sekolah melakukan komunikasi yang
baik dengan wali murid dengan cara mengadakan diskusi rutin mengenai
permasalahan dan perkembangan yang terjadi pada siswa.
4. Lingkungan
Pemerintahan dari tingkat yang terkecil yaitu Rukun Tetangga (RT)
seharusnya mampu memberikan kebijakan yang dapat membentuk
lingkungan yang baik. Lingkungan yang baik yaitu lingkungan yang
mampu menjadi contoh bagi perilaku anak-anak. Tiap-tiap masyarakat
11
Abdul Majid, Penilaian Autentik Proses dan Hasil Belajar, (Bndung: Remaja
Rosdakarya, 2014)., hal. 57.
seharusnya diberikan pengertian bahwa mereka merupakan salah satu
elemen pendidikan yang berpengaruh terhadap perkembangan kecerdasan
anak. Oleh karena itu, masyarakat seharusnya bahu-membahu satu sama
lain untuk memajukan daerahnya dengan menciptakan jawara-jawara dari
anak-anak yang ada dilingkungannya. Upaya yang dapat dilaksanakan
oleh para akademisi yaitu mereka bekerja sama dengan pemerintahan desa
untuk memberikan sosialiasi kepada masyarakat mengenai cara yang
digunakan untuk menciptakan lingkungan yang baik untuk anak.
Dari beberapa pemaparan yang dijelaskan oleh penulis, para akademisi
merupakan salah satu aktor utama yang memiliki pengaruh besar terhadap
perkembangan pendidikan yang ada di Indonesia. Para akademisi khususnya
dibidang pendidikan seharusnya melakukan aksi nyata untuk memperbaiki
pendidikan di Indonesia.

DAFTAR PUSTAKA

Chatib, Munif. Sekolah Anak-anak Juara Bebasis Kecerdasan Jamak dan Pendidikan
Berkeadilan. Bandung: Mizan Media Utama. 2012.

Chatib, Munif. Sekolahnya Manusia Sekolah Berbasis Multiple Intellegences di


Indonesia. Bandung: Mizan Media Utama. 2015.

Majid, Abdul. Penilaian Autentik Proses dan Hasil Belajar. Bandung: Remaja
Rosdakarya. 2014.

Saksono, Gatut. Pendidikan yang Memerdekakan Siswa. Yogyakata: Rumah Belajar


Yabinkas. 2008.

Sholeh, Asrorun Ni’am. Panduan Sekolah dan Madrasah Ramah Anak. Jakarta:
Erlangga. 2016.

Anda mungkin juga menyukai