Anda di halaman 1dari 28

Kata Pengantar

Dengan segala puja dan puji atas kehadirat Allah SWT Tuhan alam

semesta Yang Maha Esa saya panjatkan untuk terselasaikannya tugas

makalah mata kuliah metodologi studi Islam bahwa tentu oleh karena

Ridho dan RahmatNyalah maka makalah ini dapat terselesaikan tepat

pada waktunya sehingga kewajiban sebagai mahasiswa terhadap mata

kuliah yang di ikutinya dapat tertunaikan.

Makalah ini adalah makalah untuk matakuliah metodologi studi

Islam dengan judul "Sumber Ajaran Agama Islam"yang membahas

mengenai apa saja tentang sumber ajaran agama Islam tersebut sehingga

dapat memberikan informasi atau pengetahuan bagi pembaca akan topik

yang menjadi pembahasan dalam makalah ini.

Saya ucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua

pihak yang telah membantu dalam penyelesaian makalah ini baik secara

langsung maupun tidak langsung mulai dari pihak keluarga, dosen,

teman-teman, serta kondisi lingkungan yang ada. Semoga tuhan

membalas segala amal perbuatan baik yang telah membantu dalam

menyelesiakan makalah ini.

1
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Dalam mata kuliah metodologi studi Islam akan diajarkan

bagaimana seseorang baik muslim maupun non muslim yang ingin

berpengetahuan tentang agama Islam dapat memperoleh suatu cara

untuk mengetahui agama Islam dengan baik dan benar dan terhindar dari

kesalahan atau kesesatan dalam mengetahui ajaran agama Islam

tersebut. Dengan mempelajari metodologi studi Islam maka nantinya

seseorang akan memperoleh kemudahan dan menghemat waktu dan

tenaga yang ada sehingga akan dapat diperoleh pengetahuan tentang

agama islam secara comprehensive, integrative dan collective yang tidak

sebagian-sebagian dalam memahaminya yang nantinya dapat memicu

keadaan kesalah pahaman yang fatal sebagai idealnya.

Cara-cara tersebut dilakukan dengan pemahaman awal tentang

ideology agama Islam yang pada umumnya ada dalam pandangan umum

masyarakat social yang ada mulai dari universalime, exclusivisme,

pluralism, inklusivime dan idealism. Kemudian dilakukan pendekatan-

pendekatan dalam berbagai bidang yang ada mulai dari pendekatan

textual hermeneutic, pendekatan historis, pendekatan social dan budaya,

pendekatan filosofis, pendekatan psikologis, pendekatan teologis,

2
pendekatan anthropologis, pendekatan feminis, dan pendekatan

fenomenologis. Pendekatan-pendekatan tersebut akhirnya menjadi suatu

pendekatan multi hingga inter disipliner untuk pada awalnya adalah

hanya dengan pendekatan textual historikal saja.

Cara-cara tersebut tidak luput dari suatu sumber bahan

pemahaman dari objek yang akan kita pelajari yaitu tentang agama islam.

Secara kelangsungan jujukan dari sumber pemahaman tentang agama

Islam adalah seseorang yang sebagai pembawa ajaran tersebut yaitu nabi

Muhammad SAW. Yang kemudian sesuatu yang memberikan wahyu

tersebut yaitu malaikat jibril dan darimana sumber wahyu tersebut adalah

Tuhan Allah SWT ketiga komponen tersebut adalah awal dari lahirnya

sumber ajaran agama Islam.

Baru setelah kita ketahui tentang dimana dan siapa awal dari

lahirnya sumber ajaran agama Islam maka kita akan memperoleh sumber

ajaran agama Islam baru setelah itu kita dapat mempelajari tentang

agama Islam dengan total. Dengan sumber ajaran agama Islam tersebut

nantinya seseorang akan terarah dalam mempelajari agama Islam yang

tidak akan menyimpang ke segala arah sehingga akan menjadi

tersistematis dalam pemahaman tersebut. Tanpa sumber ajaran agama

Islam kita tidak akan bisa mempelajari ajaran agama Islam dengan baik

dan benar.

Pada kenyataanya bila studi Islam hanya mengandalkan pemikiran

manusia saja tanpa didasari oleh bukti-bukti sumber dari ajaran agama

Islam maka akan menjadi sebuah keadaan anthroposentris meskipun

manusia mungkin saja memperoleh kebenaran tanpa sumber ajaran


3
agama Islam dalam mempelajari agama Islam dengan kemampuan

intelektual manusia dalam menalarkan tentang agama Islam sesuai yang

dibudayakan oleh bangsa Arab.

Rasionalisme menjadi fondasi ilmu-ilmu pengetahuan modern yang

bercorak antroposentris sebagai antitesa terhadap filsafat abad tengah

yang bercorak teosentris. Dalam antroposentrisme, manusia menjadi

pusat kebenaran, etika, kebijaksanaan, dan pengetahuan, sehingga terjadi

diferensiasi (pemisahan) dengan wahyu Tuhan. Kebenaran ilmu tidak

terletak di luarnya yaitu kitab suci, tetapi terletak dalam ilmu itu sendiri

yaitu korespondensi (kecocokan ilmu dengan obyek) dan koherensi

(keterpaduan) di dalam ilmu, antara bagian-bagian keilmuan dengan

seluruh bangunan ilmu. Ilmu sekuler dengan demikian menganggap

dirinya sebagai ilmu yang obyektif, value free, dan bebas dari

kepentingan lainnya. Alur pertumbuhan ilmu-ilmu pengetahuan modern

adalah sebagai berikut:

Filsafat ---- antroposentrisme ---- diferensiasi ----- ilmu

sekuler

Ilmu pengetahuan rasional yang menjadi pilar utama peradaban modern,

pada perkembangan terakhirnya, tumbuh dari yang semula

mengagungkan manusia menjadi penguasa atas manusia. Ilmu

menggantikan kedudukan wahyu Tuhan sebagai petunjuk kehidupan,

bahkan ilmu itu sendiri yang diramalkan akan menggantikan agama.1

1Kuntowijoyo, Islam Sebagai ilmu, Epistemologi, Metodologi, dan Etika (Bandung: Teraju Mizan, 2004), 51.

4
Keadaan di atas menggambarkan bahwa studi agama Islam yang

menitik beratkan pada rasionalime atau pemikiran manusia saja adalah

kurang memenuhi akan kebutuhan pemahaman yang lebih obyektif dan

mendalam dari studi agama Islam sehingga dibutuhkan lebih lanjut akan

bukti-bukti otentik dari sumber ajaran agama Islam untuk kita pelajari

lebih mendalam. Hubungan subyek-obyek mengenai siapa itu manusia

yang menjadi subyek dari pengetahuan dan apa itu realitas sumber ajaran

agama Islam sebagai obyek dalam konstruksi studi agama Islam haruslah

secara jelas saling mempunyai keterikatan yang menjadikan hingga

menghasilkan bentuk pemahaman, pengertian dan pengetahuan yang

diharapkan yang kemudian tampak secara ilmiah adalah aktivitas

manusia dalam mencari hakikat apa-apa yang ada di dunia ini melalui

ajaran agama Islam. Meskipun nantinya akan timbul suatu resiko dari

studi tersebut yaitu Umat Islam sering terjebak pada apologi khususnya

para ilmuwan di lingkuangan religious studies. Mereka berangkat dari

wilayah normative sehingga memiliki asumsi bahwa hanya wahyu yang

mutlak benar, dan sains modern bersifat nisbi.

Dari melihat idealitas dan realitas kenyataan dalam metodologi

studi agama Islam dapat diperoleh kesenjangan sebagai suatu

permasalahan yang akan mejadi focus dalam kajian pembahasan makalah

ini yaitu bagaimana bentuk sumber ajaran agama Islam dalam melakukan

metodologi studi Islam sehingga dapat dilakukan studi agama Islam

secara sytematis metodologis yang akan tercapainya tujuan dalam

mempelajari agama Islam.

5
Sumber ajaran agama Islam adalah segala sesuatu yang melahirkan

atau menimbulkan aturan yang mempunyai kekuatan yang bersifat

mengikat yang apabila dilanggar akan menimbulkan sanksi yang tegas

dan nyata (Sudarsono, 1992:1). Dengan demikian sumber ajaran Islam

ialah segala sesuatu yang dijadikan dasar, acuan, atau pedoman syariat

Islam.2

Focus kajian dari makalah ini yaitu bagaimana sumber ajaran

agama Islam dalam metodologi studi Islam. Yang mempunyai tujuan untuk

mengetahui secara garis besar bagaimana sumber ajaran agama Islam

dalam metodologi studi Islam di mana mempunyai manfaat secara teori

yaitu dapat memberikan manfaat bagi akademik bagaimana pengetahuan

sumber ajaran Islam dalam metodologi studi Islam dari sudut pandangan

penulis dalam makalah ini. Kemudian manfaat secara khusus yaitu dapat

menambah pengetahuan dan memberikan informasi bagi penulis yang

menempuh mata kuliah metodologi studi Islam

2http://makalah4all.wap.sh/Data/Kumpulan+makalah+pertanian/__xtblog_entry/9601685-makalah-sumber-
ajaran-agama-islam?__xtblog_block_id=1

6
BAB II

PEMBAHASAN

A. Teori atau dalil Alquran tentang sumber ajaran agama Islam

Allah telah menetapkan sumber ajaran agama Islam yang wajib

diikuti oleh setiap muslim. Ketetapan Allah itu terdapat dalam Surat An-

Nisa (4) ayat 59:

‫زيِاَ ْأزيِيتزهاَ ْالرإذيِزن ْآزمتنوُا ْأزإطيِتعوُا ْاللرزه ْزوُأزإطيِتعوُا ْالرتسوُزل ْزوُتأوُإليِ ْالممإر ْإممنتكمم ْفزإ من ْتزتزناَززمعتتمم‬

‫إ‬
‫خيِترر‬ ‫إفيِ ْزشميِءء ْفزتتريدوُته ْإزلىَ ْاللرإه ْزوُالرتسوُإل ْإمن ْتكمنتتمم ْتتمؤإمتنوُزن ْإباَللرإه ْزوُامليِزتموُم ْالإخإر ْزذلإ ز‬
‫ك ْ ز م‬

٥٩ْ ‫ستن ْتزأمإوُيِل‬


‫زوُأزمح ز‬

yang artinya:

” Hai orang-orang yang beriman, taatilah (kehendak) Allah, taatilah

(kehendak) Rasul-Nya, dan (kehendak) ulil amri di antara kamu ...”.

7
Menurut ayat tersebut setiap mukmin wajib mengikuti kehendak

Allah, kehendak Rasul dan kehendak ’penguasa’ atau ulil amri (kalangan

penguasa) mereka sendiri. Kehendak Allah kini terekam dalam Al-Quran,

kehendak Rasul terhimpun sekarang dalam Al Hadist, kehendak

’penguasa’ (ulil amri) termaktum dalam kitab-kitab hasil karya orang yang

memenuhi syarat karena mempunyai ”kekuasaan” berupa ilmu

pengetahuan. Selanjutnya ketaatan kepada ulul Amri atau pemimpin

sifatnya kondisional, atau tidak mutlak karena betapa hebatnya ulul amri

itu ia tetap manusia yang memiliki kekurangan dan tidak dikultuskan. Atas

dasar inilah mentaati ulul amri bersifat kondisional. Jika produk dari ulul

amri tersebut sesuai dengan ketentuan Allah dan Rasulnya maka wajib

diikuti jika sebaliknya maka wajib untuk ditinggalkan atau malah di

lakukan peringatan.

Dalam haji wada’ yang dilakukan oleh nabi Muhammad SAW beliau

mengungkapkan bahwa “ Telah kuwariskan kepada kalian semua wahyu

Allah yang berupa lembaran-lembaran Alquran sebagai petunjuk bagimu

yang membedakan mana yang hak dan mana yang bathildan juga

bersama itu aku tinggalkan sunna-sunnahku semasa aku menjadi

rasulullah. Berpeganglah pada keduaa hal tersebut maka kalian semua

termasuk orang yang selamat di dunia dan di akhirat”. Maka dapat

dikatakan bahwa wahyu yang kemudian menjadi Alquran dapat digunakan

sebagai sumber ajaran Islamyang setelah itu adalah Sunnah Rasulullah

SAW.

Menteri agama dalam pidato sambutannya pada penutupan MTQ

DAN HADIST SAUDI ARABIA TANGGAL 23 JUNI 2006 DI ISTANA WAKIL


8
PRESIDEN menyatakan bahwa “Keberadaan Al Qur'an dan Hadist Nabi

SAW sebagai sumber ajaran agama Islam yang tetap terpelihara keutuhan

dan kemurniannya sejak 15 abad yang lalu sampai sekarang merupakan

suatu kebanggaan yang hanya terdapat di dunia Islam. Karena itu

kewajiban umat Islam berkaitan dengan Al Qur'an dan Hadist Nabi SAW

tidak boleh berhenti sebatas mempercayai kebenarannya dan tekun

membacanya, tapi haruslah diikuti dengan kesungguhan untuk

mempelajari, memahami dan mengamalkannya dalam kehidupan

seharihari. Sumber kekuatan dan jati diri umat Islam terdapat dalam kitab

suci Al Qur'an dan Hadist atau Sunnah Nabi SAW. Al Qur'an dan Hadist

adalah sumber ajaran Islam yang tidak akan pernah kering digali

sepanjang masa. Nilai kebenarannya tidak akan pernah "lapuk karena

hujan, lekang karena panas". Al Qur'an sebagai wahyu Allah SWT tidak

pantas dibandingkan dengan hasil pemikiran dan karya manusia. Dalam

hal ini Hadist atau Sunnah Nabi SAW yang dijadikan dasar penjelasan dan

penafsiran otentik atas maksud ayat-ayat Al Qur'an. Bagi umat Islam,

kemajuan ilmu pengetahuan dan nilai-nilai modernitas bukanlah ancaman

terhadap keyakinan beragama, dan karena itu tidak perlu ditakuti atau

disikapi secara apriori. Benturan ilmu pengetahuan dan nilai-nilai

modernitas terhadap keyakinan beragama terjadi ketika manusia tidak

memposisikan dan memfungsikan secara tepat dan benar antara wahyu

dan akal, antara dzikir dan pikir, dalam menghadapi dan mengatasi

realitas kehidupan sehari-hari. Keadaan yang lebih parah terjadi di

masyarakat bila keadaan tersebut menarik manusia kepada dua kutub

ekstrimitas, yaitu terpaku dalam keberagamaan yang jumud (beku, statis)


9
atau hanyut dalam arus kemoderenan yang liberal dan lepas dari bingkai

keberagamaan.”.3

Dikalangan ulama terdapat kesepakatan bahwa sumber ajaran

agama Islam yang utama adalah Al Quran dan As Sunnah, sedangkan

penalaran atau akal pikiran sebagai alat untuk memahami Al Quran dan

As Sunnah. Ketentuan ini sesuai dengan agama islam itu sendiri sebagai

wahyu yang berasal dari Allah SWT yang penjabaranya dilakukan oleh

Nabi Muhammad SAW.4

B. Pengertian sumber ajaran agama Islam

Pengertian sumber ajaran agama islam adalah bila diurai menurut

kata pembentuknya adalah sebagai berikut : kata yang pertama adalah

sumber yaitu bila menurut kamus Bahasa Indonesia adalah perigi atau

asal.5 Kemudian kata kedua adalah yaitu ajaran bila menurut kamus

Bahasa Indonesia adalah segala sesuatu yang diajarkan, petuah, nasihat. 6

Seterusnya kata ketiga yaitu agama adalah system kepercayaan terhadap

Tuhan dengan ajaran kebaktian atau kehambaan yang bertalian denga

kepercayaan itu.7 Dan yang terakhir adalah Islam adalah suatu agama

yang diajarkan oleh nabi Muhammad SAW berpedoman pada kitab suci

Alquran yang diturunkan kedunia melalui wahyu Allah SWT. Maka bila

diartikan secara lengkap akan menjadi “perigi atau asal dari segala

sesuatu yang diajarkan yang berupa petuah, nasihat dalam wujud atau

bentuk system kepercayaan terhadap Tuhan dengan ajaran

3SAMBUTAN MENTERI AGAMA RI PADA ACARA PENUTUPAN MTQ DAN HADIST SAUDI ARABIA TANGGAL 23
JUNI 2006 DI ISTANA WAKIL PRESIDEN
4 Abuddin Nata; Metodologi Studi Islam; PT Raja Grafindo Persada; Jakarta 2014; Hal 66-67.
5 Dani.k; Kamus Lengkap Bahasa Indonesia; Putra Harsa; Surabaya;2002; Hal 540.
6Ibid; Hal 22.
7 Ibid; Hal 19-20.

10
kebaktian atau kehambaan yang bertalian dengan kepercayaan

itusebagai suatu agama yang diajarkan oleh nabi Muhammad SAW yang

berpedoman pada kitab suci Alquran yang diturunkan kedunia melalui

wahyu Allah SWT”.

Terdapat perbedaan antara sumber ajaran agama Islam dengan

sumber hukum ajaran Islam yaitu bahawa sumber ajaran Islam adalah

asal dimana kaidah-kaidah pengetahuan pelaksanaan tentang agama

Islam diperoleh sedangkan sumber hukum agama Islam yaitu asala di

mana peraturan -peraturan yang mengatur kehidupan umat muslum

diperoleh.

C. Penjelasan sumber ajaran agama Islam.

Dalam latar belakang sebelunya diutarakan mengenai tiga unsur

atau komponen dari sumber ajaran Islamdiantaranya seseorang yang

sebagai pembawa ajaran tersebut yaitu nabi Muhammad SAW. Yang

kemudian sesuatu yang memberikan wahyu tersebut yaitu malaikat jibril

dan darimana sumber wahyu tersebut adalah Tuhan Allah SWT ketiga

komponen tersebut adalah awal dari lahirnya sumber ajaran agama Islam.

Maka bila kemudian ditangkap oleh pemikiran kita ketiga unsur dari

adanya sumber ajaran islam adalah Alquran sebagai kalamu Allah yang

merupakan manifestasi dari wahyu dan AlHadist sebagai bimbingan dan

keteladanan Nabi Muhammad kepada umatnya dalam menjalani agama

Islam degan baik dan benar. Setelah itu sahabat Rasulullah mempelajari

AlQuran dan AlHadist tersebut sehingga mereka berpengetahuan dan


11
mempunyai kebijakan yang tidak diragukan lagi kebenarannya dan itulah

ijtihad para ulama sebagai sumber ajaran Islam yang ketiga, jadi bila kita

simpulkan bahwa sumber ajaran agama Islam adalah ada tiga yaitu:

1. AlQuran AlKarim

2. AlHadist dan AsSunnah Rasulullah

3. Ijtihad para Ulama

Ketiga sumber ajaran agama Islam tersebut termasuk metodologi

studi islam dengan pendekatan aspek textual Hermeneutik metodologi

yang paling mendasar dalam studi agama islam sebelum melangkah

kepada metode studi Islam yang lain. AlQuran menurut pendapat yang

paling kuat seperti yang dikemukakan oleh Dr. Subhi Al Shalih mempunyai

arti "Bacaan" asal kata Qara'a. kata AlQuran itu berbentuk masdar dengan

arti isim maful yaitu maqru (dibaca). Di dalam Alquran terdapat

pemakaian kata "Quran" dalam arti demikian tersebut dalam Ayat 17,18

Surat AlQiyammah yang berbunyi:

(١٨) ‫(فنإنذاقنقنرأر نننهنفٱتنبإرعهقررنءانههۥ‬١٧) ‫إنن نعنرليقننا نجرنعههۥ نوقهقررنءانههۥ‬

Yang artinya :

"Sesungguhnya mengumpulkan AlQuran ( di dalam dadamu) dan

(menetapkan) bacaannya (pada lidahmu) itu (adalah tanggungan kami)

12
karena itu bila kami telah membacanya hendaklah kamu ikuti

bacaannya."

Kemudian dipakai kata "Quran" itu untuk AlQuran yang dikenal sekarang

ini. Adapun definisi AlQuran ialah: Kalam Allah SWT yang merupakan

Mu'jizat yang diturunkan ( diwahyukan kepada Nabi Muhammad SAW

yang ditulis di mushaf yang diriwayatkan dengan mutawatir serta

membacanya adalah ibadah.8Terdapat pengertian Al Quran yang lain dari

segi bahasa, As Syafii misalnya Al Quran bukan berasal dari akar kata apa

pun dan bukan pula ditulis dengan menggunakan hamzah lafal tersebut

sudah lazim digunakan dalam pengertian kalamullah( firman Allah ) yang

diturukan kepada nabi Muhammad SAW. sementara itu Al Farra

berpendapat bahwa lafal Al Quran berasal dari kata qarain jamak dari kata

qarinah yang berarti kaitan kerana dilihat dari segi makna dan

kandungannya ayat-ayat alquran itu sama lain saling berkaitan.

Selanjutnya Asy Sya'ari dan pengikutnya mengatakan bahawa lafal Al

Quran diambil dari kata qarn yang berarti menggabungkan sesuatu atas

yang lain, karena ayat-ayat alquran satu sama yang lain saling saling

bergabung dan berkaitan.9

Berkenaan dengan definisi tersebut maka berkembanglah studi

mengenai agama Islam terutama pada Al Quran baik dari segi kandungan

ajarannya yang menghasilkan kitab-kitab tafsir yang disusun dengan

menggunakan berbagai pendekatan baik dari segi coraknya yang sangat

bervariasi sebagaimana yang kita jumpai saat ini. Sehubungan dengan itu

8Departemen Agama RI; AlQur'an dan Terjemahannya; Surya Cipta Aksara; Surabaya 1989; Hal 16.
9 Abuddin Nata; Metodologi Studi Islam; PT Raja Grafindo Persada; Jakarta 2014; Hal 67.

13
terdapat para ulama yang menyebutkan secara khusus mengkaji metode

menafsirkan Al Quran yang pernah digunakan para ulama mulai dari

metode tahlili ( analisis ayat per ayat) sampai dengan metode maudhu'i

(tematik). Selain itu ada yang meneliti Al Quran dar segi latar belakang

sejarah dan sosial mengenai turunnya yang selanjutnya menimbulkan apa

yang disebut ilmu asbabul nuzul.

Selanjutnya dari para ulama ada yang meneliti dari segi

kemu'jizatannya dan keistimewaan Al Quran dengan berbagai aspeknya.

Mulai dari segi keluasan kandungannya yang tidak akan habis-habisnya

digali, susunannya kalimat yang mengandung unsur balaghah dan sastra

yang tinggi serta tidak dapat ditandingi oleh karya manusia, mempunyai

pengaruh yang menalam bagio yang membacanya, dan belakangan

muncul kemu'jizatan yang Al Quran dari segi jumlah kata-katanya yang

mengandung keseimbangan dalam jumlahnya, baik jumlah kata-kata yang

saling bersamaan artinya ( sinonim ) maupun jumlah kata yang saling

berlawanan ( antonim). Kata-kata yang menganding akibat seperti jumlah

kata al mu'min dengan kata al jannah, al kafir dengan kata an nar, kata al

har dengan kata al bard, dan sebagainya.

Dalam pada itu ada umat Islam yang mengkhususkan diri mengkaji

petunjuk cara membaca Al Quran yang selanjutnya menimbulkan ilmu

qiraat termasuk pula ilmu tajwid. Dan ada pula yang mengkaji alquran

dari segi sejarah penulisannya, nama-namanya dan masih banyak lagi.

Semua itu dilakukan para ulama agar ummat Islam dapat mengenal

secara menyeluruh berbagai aspek yang berkenaan dengan Al Quran. Dan

dari sini pula tidak mengherankan muncul satu jurusan di salah satu
14
fakultas di IAIN dan fakultas Universitas lainnya di dunia yang secara

khusus mengkaji tentang Al Quran.

Sebagai sumber ajaran agama Islam yang utama dari Al Quran

diyakini berasal dari Allah dan mutlak benar maka keberadaan AlQuran

sangat dibutuhkan manusia. Di dalam Al Quran terdapat petunjuk hidup

tentang berbagai hal walaupun petunjuk itu bersifat umum. Yang

menghendaki penjabaran dan perinciaan oleh ayat lain atau oleh hadist.

Dalam kaitan ini kita membawa ayat yang artinya: tidak ada yang kami

bengkalaikan di dalam alkitab ini dari sesuatu ( surat Al An'am ayat 38 ).

Ayat ini benar menyatakan bahwa di dalam Al Quran itu terdapat petunjuk

mengenai segala sesuatu, namun petunjuk tersebut terkadang datang

dalam bentuk global. Sehingga kita boleh mengatakan bahwa Al Quran

adalah kitab yang belum siap pakai. Untuk menerapkan Al Quran perlu

adanya pengolahan dan penalaran akal manusia, dan karena itu pula Al

Quran diturunkan untuk manusia yang berakal, kita misalnya disuruh

shalat , puasa, haji, dan sebagainya tetapi cara-cara mengenai

mengerjakan ibadah tersebut tidak dijumpai dalam Al Quran melainkan

dalam hadist Nabi yang selanjutnya dijabarkan oleh para ulama

sebafaimana kita jumpai dalam kita-kitab fiqih.

Selanjutnya Al Quran dapat juga berfungsi sebagai hakim atau wasit

yang mengatur jalannya kehidupan manusia agar berjalan lurus. Itulah

sebabnya ketiak umat Islam berselisih dalam segala urusannya

hendaknya ia berhakim kepada Al Quran. Al Quran selanjutnya

memerankan fungsi sebagai pengontrol dan pengoreksi terhadap

perjalanan hidup manusia di masa lalu. Berbagai penyimpangan yang


15
dilakukan oleh bani israil terhadap ayat-ayat Allah telah dikoreksi. Dalam

kaitan inilah di dalam Al Quran terdapat dijumpai ayat yang menyatakan

celaka bagi orang-orang yang menulis kitabnya dengan tangannya sendiri

lalu menyatakan bahwa kitab tersebut adalah firman Allah SWT. Apa yang

dinyatakan oleh Al Quran telah dibuktikan kebenarannya dalam sejarah

bahwa bani Israil memang telah menggelapkan Firman Allah SWT yang

sebenarnya dengan menukarkan dengan kitab sendiri dengan tujuan

untuk menyesatkan manusia.

Al Hadist menurut bahasa adalah lawan kata:Qodiim sedangkan

menurut istilah adalah Perkara yang disandarkan kepada Nabi Muhammad

SAW yang berupa perkataan, perbuatan, taqrir, atau sifat. 10 Hadist dapat

di bedakan berdasarkan:

1. Sumber Hadist, yaitu Hadist Nabawi atau Hadist Marfu'yaitu hadist

yang berasal dari Rasulullah sendiri yang terdapat dua jenis yaitu

Marfu' Sharih dan Marfu' Hukmi dan hadist Qudsi yang berasal dari

Allah SWT tetapi terlafadzkan oleh nabi sendiri, serta Hadist Mauquf

yaitu Hadist yang disandarkan dari para sahabat baik perkataan,

perbuatan, dan ketetapan yang hanya berhenti pada mereka tidak

sampai kepada Rasulullahdan

2. Bila menurut perawinya adalah Hadist Mutawatir yaitu Hadist yang

diriwayatkan banyak orang dan dari banyak orang, dan yang

berikutnya adalah Hadist Ahad yaitu Hadits yang tidak memenuhi

syarat mutawatir.

3. Bila menurut diterima dan di tolaknya yaitu

10Wafi Marzuqi Ammar; Ulumul Hadis I; Wastu Lanas Graphika; Surabaya 2012; Hal 14.

16
a. Hadist Maqbulyang dapat berupa Shahih atau baik yang berupa

Hasan keduanya dapat yang berupa lidzatihi dan lighaoirihi pada

masing-masing keduanya dan

b. Hadist Mardud yang terdapat diantaranya

a) Hadis Dhaif yaitu hadist yang kehilangan salah satu syarat

dan berikutnya

b) Hadist Mualllaq yaitu Hadist yang pada permulaan sanadnya

terbuang satu orang perawi atau lebih, serta

c) Hadist Mu'adhal yaitu Hadist yang pada sanadnya terdapat

dua perawi atau lebih yang gugur secara berurutan serta

d) Hadist Munqothi yaitu hadis yang sanadnya tidak bersambung

bila secara umum dan hadist yang pada sanadnya gugur

seorang perawi baik pada satu tempat atau lebih,serta

e) Hadist Maudhu' yaitu Hadistbohongan yang disandarkan

kepada Rasulullah.

Sedangkan perbedaan antara Hadist dan Sunnah adalah bahwa keduanya

adalah sama yaitu segala perkataan, perbuatan, ketetapan dan sifat yang

disandarkan kepada Nabi Muhammad akan tetapi untuk Sunnah adalah

setelah Nabi Muhammad diutus menjadi Rasulullah atau pada saat Nabi

menjalani kerasulannya.

Sebagai sumber ajaran agama Islam yang kedua setelah Al Quran

As Sunah memiliki fungsi yang pada intinya sejalan dengan Al Quran.

Keberadaan As Sunah tidak dapat dilepaskan dari adanya sebagaian ayat

Al Quran:

1) Yang bersifat Global ( garis besar ) yang memerlukan perincian.


17
2) Yang bersifat umum ( menyeluruh ) yang menghendaki

pengecualian.

3) Yang bersifat mutlak tanpa batas yang menghendaki pembatasan

dan ada pula,

4) Isyarat Al Quran yang mengandung makna yang lebih dari satu

( musytarak ) yang menghendaki penetapan makna yang akan

dipakai dari dua makna tersebut, bahkan terdapat sesuatu yang

secara khusus tidak dijumpai keterangannya di dalam Al Quran yang

selanjutnya diserahkan kepada Hadist Nabi. Selain itu ada pula yang

sudah dijelaskan dalam Al Quran, tetapi Hadist datang pula

memberikan keterangan sehingga masalah tersebut menjadi kuat.

Dalam kaitan ini hadist berfungsi memerinci petunjuk dan isyarat Al

Quran yang bersifat global sebagai pengecuali terhadap isyarat Al Quran

yang bersifat umum sebagai pembatas terhadap yang bersifat mutlak,

dan sebagai pemberi informasi terhadap sesuatu kasus yang tidak

dijumpai dalam Al Quran. Dengan posisinya demikian itu maka

pemahaman Al Quran dan juga pemahaman ajaarn Islam yang seutuhnya

tidak dapat dilakukan tanpa mengikut sertakan hadist.

Banyak sekali contohnya dimana didalam Al Quran disebutkan

tetapi masih harus melalaui penganalisaan serta rujukan As Sunnah

seperti bagaimana menjalankan shalat bagaimana membayar zakat

bagaimana menunaikan haji. Atau yang saling mengautakan antara Al

Quran dengan As Sunnah yaitu larangan membunuh dan makan daging

bangkai atau lain sebagainya.

18
Ijtihad para ulama merupakan sumber ajaran agama Islam setelah

AlQuran dan AlHadist di mana oleh karena pada AlQuran dan AlHadist

tidak terdapat hukum atau ajaran tersebut maka kemudian para ulama

mengupayakan dengan cara berijtihad yang telah memiliki syarat-syarat

tertentu. Kata Ijtihad berarti " Usaha sungguh yang dilakukan para ahli

agama untuk mencapai suatu putusan atau kesimpulan hukum syara'

mengenai kasus yang penyelesaiannya belum tertera dalam AlQuran dan

Assunnah".11

Fungsi Ijtihad yaitu Meski Al Quran sudah diturunkan secara

sempurna dan lengkap, tidak berarti semua hal dalam kehidupan manusia

diatur secara detail oleh Al Quran maupun Al Hadist. Selain itu ada

perbedaan keadaan pada saat turunnya Al Quran dengan kehidupan

modern. Sehingga setiap saat masalah baru akan terus berkembang dan

diperlukan aturan-aturan turunan dalam melaksanakan Ajaran Islam

dalam kehidupan beragama sehari-hari.Jika terjadi persoalan baru bagi

kalangan umat Islam di suatu tempat tertentu atau di suatu masa waktu

tertentu maka persoalan tersebut dikaji apakah perkara yang dipersoalkan

itu sudah ada dan jelas ketentuannya dalam Al Quran atau Al Hadist.

Sekiranya sudah ada maka persoalan tersebut harus mengikuti ketentuan

yang ada sebagaimana disebutkan dalam Al Quran atau Al Hadits itu.

Namun jika persoalan tersebut merupakan perkara yang tidak jelas atau

tidak ada ketentuannya dalam Al Quran dan Al Hadist, pada saat itulah

maka umat Islam memerlukan ketetapan Ijtihad. Tapi yang berhak

11Dani.k; Kamus Lengkap Bahasa Indonesia; Putra Harsa; Surabaya;2002; Hal 187.

19
membuat Ijtihad adalah mereka yang mengerti dan paham Al Quran dan

Al Hadist.12

Jenis-jenis ijtihad yaitu:13

1. Ijma'

Ijma' artinya kesepakatan yakni kesepakatan para ulama dalam

menetapkan suatu hukum hukum dalam agama berdasarkan Al-Qur'an

dan Hadits dalam suatu perkara yang terjadi. Adalah keputusan bersama

yang dilakukan oleh para ulama dengan cara ijtihad untuk kemudian

dirundingkan dan disepakati. Hasil dari ijma adalah fatwa, yaitu keputusan

bersama para ulama dan ahli agama yang berwenang untuk diikuti

seluruh umat.

2. Qiyâs

Qiyas adalah menggabungkan atau menyamakan artinya menetapkan

suatu hukum suatu perkara yang baru yang belum ada pada masa

sebelumnya namun memiliki kesamaan adalah sebab, manfaat, bahaya

dan berbagai aspek dengan perkara terdahulu sehingga dihukumi sama.

Dalam Islam, Ijma dan Qiyas sifatnya darurat, bila memang terdapat hal

hal yang ternyata belum ditetapkan pada masa-masa sebelumnya

Beberapa definisi qiyâs (analogi) 1.Menyimpulkan hukum dari yang asal

menuju kepada cabangnya, berdasarkan titik persamaan di antara

keduanya.

2.Membuktikan hukum definitif untuk yang definitif lainnya, melalui suatu

persamaan di antaranya.

12Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas.


13 Ibid .

20
3.Tindakan menganalogikan hukum yang sudah ada penjelasan di dalam

[Al-Qur'an] atau [Hadis] dengan kasus baru yang memiliki persamaan

sebab (iladh).

4.menetapkan sesuatu hukum terhadap sesuatu hal yang belum di

terangkan oleh al-qur'an dan hadits.

3. Istihsân

Beberapa definisi Istihsân

a.Fatwa yang dikeluarkan oleh seorang fâqih (ahli fikih), hanya karena dia

merasa hal itu adalah benar.

b.Argumentasi dalam pikiran seorang fâqih tanpa bisa diekspresikan

secara lisan olehnya

c.Mengganti argumen dengan fakta yang dapat diterima, untuk maslahat

orang banyak.

d.Tindakan memutuskan suatu perkara untuk mencegah kemudharatan.

e.Tindakan menganalogikan suatu perkara di masyarakat terhadap

perkara yang ada sebelumnya.

4. Maslahah Murshalah

Adalah tindakan memutuskan masalah yang tidak ada naskahnya dengan

pertimbangan kepentingan hidup manusia berdasarkan prinsip menarik

manfaat dan menghindari kemudharatan.

5. Sududz Dzariah

Adalah tindakan memutuskan suatu yang mubah menjadi makruh atau

haram demi kepentingan umat.

6. Istishab
21
Adalah tindakan menetapkan berlakunya suatu ketetapan sampai ada

alasan yang bisa mengubahnya, contohnya apabila ada pertanyaan

bolehkah seorang perempuan menikah lagi apabila yang bersangkutan

ditinggal suaminya bekerja di perantauan dan tidak jelas kabarnya? maka

dalam hal ini yang berlaku adalah keadaan semula bahwa perempuan

tersebut statusnya adalah istri orang sehingga tidak boleh menikah(lagi)

kecuali sudah jelas kematian suaminya atau jelas perceraian keduanya.

7. Urf

Adalah tindakan menentukan masih bolehnya suatu adat-istiadat dan

kebiasaan masyarakat setempat selama kegiatan tersebut tidak

bertentangan dengan aturan-aturan prinsipal dalam Alquran dan Hadis.

Tingkatan-tingkatan:

1. Ijtihad Muthlaq

Adalah kegiatan seorang mujtahid yang bersifat mandiri dalam

berijtihad dan menemukan 'illah-'illah hukum dan ketentuan hukumnya

dari nash Al-Qur'an dan sunnah, dengan menggunakan rumusan kaidah-

kaidah dan tujuan-tujuan syara', serta setelah lebih dahulu mendalami

persoalan hukum, dengan bantuan disiplin-disiplin ilmu.

2. Ijtihad fi al-Madzhab

Adalah suatu kegiatan ijtihad yang dilakukan seorang ulama mengenai

hukum syara', dengan menggunakan metode istinbath hukum yang telah

dirumuskan oleh imam mazhab, baik yang berkaitan dengan masalah-

masalah hukum syara' yang tidak terdapat dalam kitab imam mazhabnya,

22
meneliti pendapat paling kuat yang terdapat di dalam mazhab tersebut,

maupun untuk memfatwakan hukum yang diperlukan masyarakat.

Secara lebih sempit, ijtihad tingkat ini dikelompokkan menjadi tiga

tingkatan ini:

a) Ijtihad at-Takhrij

Yaitu kegiatan ijtihad yang dilakukan seorang mujtahid dalam mazhab

tertentu untuk melahirkan hukum syara' yang tidak terdapat dalam

kumpulan hasil ijtihad imam mazhabnya, dengan berpegang kepada

kaidah-kaidah atau rumusan-rumusan hukum imam mazhabnya. Pada

tingkatan ini kegiatan ijtihad terbatas hanya pada masalah-masalah yang

belum pernah difatwakan imam mazhabnya, ataupun yang belum pernah

difatwakan oleh murid-murid imam mazhabnya.

b) Ijtihad at-Tarjih

Yaitu kegiatan ijtihad yang dilakukan untuk memilah pendapat yang

dipandang lebih kuat di antara pendapat-pendapat imam mazhabnya,

atau antara pendapat imam dan pendapat murid-murid imam mazhab,

atau antara pendapat imam mazhabnya dan pendapat imam mazhab

lainnya. Kegiatan ulama pada tingkatan ini hanya melakukan pemilahan

pendapat, dan tidak melakukan istinbath hukum syara'.

c) Ijtihad al-Futya

Yaitu kegiatan ijtihad dalam bentuk menguasai seluk-beluk pendapat-

pendapat hukum imam mazhab dan ulama mazhab yang dianutnya, dan

memfatwakan pendapat-pendapat terebut kepada masyarakat. Kegiatan

yang dilakukan ulama pada tingkatan ini terbatas hanya pada

memfatwakan pendapat-pendapat hukum mazhab yang dianutnya, dan


23
sama sekali tidak melakukan istinbath hukum dan tidak pula memilah

pendapat yang ada di dalamnya.

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Dalam penulisan makalah ini dapat disimpulkan bahwa sumber

ajaran agama Islam adalah mempunyai tiga unsur atau komponen awal

mula pembentuknya yaitu di antaranya seseorang yang sebagai pembawa

ajaran tersebut yaitu Nabi Muhammad SAW. Yang kemudian sesuatu yang

memberikan wahyu tersebut yaitu Malaikat Jibril dan dari mana sumber

wahyu tersebut adalah Tuhan Allah SWT ketiga komponen tersebut adalah

awal dari lahirnya sumber ajaran agama Islam. Maka bila kemudian

ditangkap oleh pemikiran kita ketiga unsur dari adanya sumber ajaran

Islam adalah AlQuran sebagai Kalamu Allah yang merupakan manifestasi

dari Wahyu dan AlHadist sebagai bimbingan dan keteladanan Nabi


24
Muhammad kepada umatnya dalam menjalani agama Islam degan baik

dan benar. Setelah itu sahabat Rasulullah mempelajari AlQuran dan

AlHadist tersebut sehingga mereka berpengetahuan dan mempunyai

kebijakan yang tidak diragukan lagi kebenarannya dan itulah ijtihad para

ulama sebagai sumber ajaran Islam yang ketiga, jadi bila kita simpulkan

bahwa sumber ajaran agama Islam adalah ada tiga yaitu:

1. AlQuran AlKarim

2. AlHadist dan AsSunnah Rasulullah

3. Ijtihad para Ulama

Hal di atas dapat digunakan sebagai bahan dalam metodologi studi

Islam, mempelajari Islam melalui metode dengan bahan untuk

mempelajari agama Islam dari sumber ajaran agama Islam adalah

keadaan mempelajari agama Islam yang paling dasar dilakukan setelah

kemudian dipelajari dengan metode pendekatan dengan aspek-aspek

multi-inter disipliner.

B. Saran dan Kritik

Penulis dalam menyusun makalah mempunyai saran dan kritik

bahwa dalam mempelajari agama Islam adalah hendaknya dimulai dari

sumber ajaran agama tersebut di mana di dalam sumber ajaran tersebut

terdapat hal yang otentik dan mendasar untuk diketahui sehingga

pengetahuan mengenai ajaran agama Islam tersebut akan dicapai dan

diperoleh dengan dengan baik dan benar.

Mempelajari agama Islam secara komprehensif adalah hal yang

wajib dilakukan sehingga diperlukan metodologi dalam mempelajarinya


25
maka akan tercapai pengetahuan akan agama Islam dengan sesuai apa

yang diharapkan dan dapat mencapai tujuan dari studi Agama Islam

tersebut.

Daftar Pustaka

Buku Referensi

Prof.Dr. H. Abuddin Nata; Metodologi Studi Islam; PT Raja Grafindo

Persada; Jakarta 2014.

Drs. Dani.K; Kamus Lengkap Bahasa Indonesia; Putra Harsa; Surabaya;

2002.
26
Departemen Agama RI; AlQur'an dan Terjemahannya; Surya Cipta Aksara;

Surabaya 1989.

Kuntowijoyo, Islam Sebagai ilmu, Epistemologi, Metodologi, dan Etika

(Bandung: Teraju Mizan, 2004).

SAMBUTAN MENTERI AGAMA RI PADA ACARA PENUTUPAN MTQ DAN

HADIST SAUDI ARABIA TANGGAL 23 JUNI 2006 DI ISTANA WAKIL PRESIDEN.

Wafi Marzuqi Ammar; Ulumul Hadis I; Wastu Lanas Graphika; Surabaya

2012.

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas.

Internet

http://makalah4all.wap.sh/Data/Kumpulan+makalah+pertanian/__xtblog_e

ntry/9601685-makalah-sumber-ajaran-agama-islam?__xtblog_block_id=1

Hasil dari diskusi saat presentasi hari senin tanggal 1 februari 2016

1. Saran mengenai pencantuman literatur dari bahan yang diperoleh

dan pemberian literatur dari kitab-kitab langsung dari negeri Arab.

2. Saran untuk memberikan dalil dari Hadist Nabi Muhammad SAW

yang tidak hanya dari Al Quran saja.

3. Saran memberikan contoh tentang Hadist-Hadist yang ada dan

contoh Ijtihad yang ada.

4. Saran mengenai pemberian copy untuk audiens saat presentasi

dilakukan.

5. Pertanyaan tentang posisi Ulil Amri yang terjawab bahwa Ulil Amri

ditaati secara kondisional saja yaitu apabila lalai dari alquran dan
27
Hadist maka wajib tidak ditaati tetapi tidak melakukan penentangan

yang radikal.

6. Pertanyaan tentang Hadist Dhoif yang di beradakan di posisi tidak

mardud atau diterima yang terjawab bahwa Hadist tersebut masih

harus berada pada penggolongan Hadist mardud oleh karena akan

akibat yang akan timbul yang membahayakan umat muslim.

28

Anda mungkin juga menyukai