Anda di halaman 1dari 7

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Defenisi
Tuberkulosis merupakan infeksi yang disebabkan oleh mycobacterium tuberculosis
yang dapat menyerang pada berbagai organ tubuh mulai dari paru dan organ di luar
paruseperti kulit, tulang, persendian, selaput otak, usus serta ginjal yang sering disebut
dengan ekstrapulmonal TBC (Chandra,2012).
Tuberculosis paru adalah suatu penyakit menular langsung yang disebabkan oleh
kuman mycobacterium Tuberculosis.Sebagian bersar kuman tuberculosis menyerang
paru tetapi juga dapat menyerang organ tubuh lainnya (Depkes, 2008).
Tuberkulosis adalah penyakit infeksius terutama menyerang parenkim paru. TB paru
adalah suatu penyakit yang menular yang disebabkan oleh bacil Mycobacterium
tuberculosis yang merupakan salah satu penyakit saluran pernafasan bagian bawah.
Sebagian besar bakteri M. tuberculosis masuk ke dalam jaringan paru melalui airbone
infection dan selanjutnya mengalami proses yang dikenal sebagai focus primer (Wijaya
& Putri, 2013)
2.2. Anatomi Fisiologi
2.2.1. Anatomi

Saluran pengantar udara hingga mencapai paru-paru adalah hidung, faring, laring,
trakea, bronkus, dan bronkiolus. Ketika udara masuk ke dalam rongga hidung, udara
tersebut disaring, dilembabkan dan dihangatkan oleh mukosa respirasi, udara mengalir
dari faring menuju ke laring, laring merupakan rangkaian cincin tulang rawan yang
dihubungkan oleh otot dan mengandung pita suara. Trakea disokong oleh cincin tulang
rawan yang berbentuk seperti sepatu kuda yang panjangnya kurang lebih 5 inci. Struktur
trakea dan bronkus dianalogkan dengan sebuah pohon oleh karena itu dinamakan Pohon
trakeabronkial. Bronkus utama kiri dan kanan tidak simetris, bronkus kanan lebih pendek
dan lebih lebar dan merupakan kelanjutan dari trakea yang arahnya hampir vertikal,
sebaliknya bronkus kiri lebih panjang dan lebih sempit dan merupakan kelanjutan dari
trakea dengan sudut yang lebih tajam. Cabang utama bronkus kanan dan kiri bercabang
lagi menjadi bronkus lobaris dan bronkus segmentalis, percabangan sampai kesil sampai
akhirnya menjadi bronkus terminalis. Setelah bronkus terminalis terdapat asinus yang
terdiri dari bronkiolus respiratorius yang terkadang memiliki kantng udara atau alveolus,
duktus alveoli seluruhnya dibatasi oleh alveolus dan sakus alveolaris terminalis
merupakan struktur akhir paru. Alveolus hanya mempunyai satu lapis sel saja yang
diameternya lebih kecil dibandingkan diameter sel darah merah, dalam setiap paru-paru
terdapat sekitar 300 juta alveolus (Price dan Wilson,2006).

Paru adalah struktur elastik yang dibungkus dalam sangkar toraks, yang merupakan
suatu bilik udara kuat dengan dinding yang dapat menahan tekanan. Ventilasi
membutuhkan gerakan dinding sangkar toraks dan dasarnya yaitu diafragma. Bagian
terluar paru-paru dikelilingi oleh membran halus, licin, yang meluas membungkus
dinding anterior toraks dan permukaan superior diafragma. Mediastinum adalah dinding
yang membagi rongga toraks menjadi dua bagian, mediastinum terbentuk dari dua
lapisan pleura. Semua struktur toraks kecuali paru-paru terletak antara kedua lapisan
pleura. Setiap paru dibagi menjadi lobus-lobus. Paru kiri terdiri dari lobus bawah dan
atas, sementara paru kanan mempunyai lobus atas, tengah, dan bawah. Setiap lobus lebih
jauh dibagi lagi menjadi dua segmen yang dipisahkan oleh fisura, yang merupakan
perluasan pleura. Terdapat beberapa divisi bronkus didalam setiap lobus paru. Pertama
adalah bronkus lobaris yaitu tiga pada paru kanan dan dua pada paru kiri. Bronkus
lobaris dibagi menjadi bronkus segmental terdiri dari 10 pada paru kanan dan 8 pada
paru kiri, bronkus segmental kemudian dibagi lagi menjadi subsegmental, bronkus ini
dikelilingi oleh jaringan ikat yang memiliki arteri, limfatik dan saraf. Bronkus segmental
membentuk percabangan menjadi bronkiolus yang tidak mempunyai kartilago pada
dindingnya, bronkus dan bronkiolus juga dilapisi oleh sel-sel yang permukaannya
dilapisi oleh rambut pendek yang disebut silia.

Bronkiolus kemudian membentuk percabangan yaitu bronkiolus terminalis ,


kemudian bronkus terminalis menjadi bronkus respiratori , dari bronkiolus respiratori
kemudian mengarah ke dalam duktus alveolar dan sakus alveolar kemudian alveoli. Paru
terbentuk dari 300 juta alveoli, yang tersusun dalamkluster antara 15 – 20 alveoli, begitu
banyaknya alveoli sehingga jika mereka bersatu untuk membentuk satu lembar, akan
menutupi area 70 meter persegi yaitu seukuran lapangan tenis (Smeltzer dan Bare,2002).

2.2.2. Fisiologi
Menurut Price dan Wilson (2006) proses pernafasan dimana oksigen dipindahkan
dari udara ke dalam jaringan-jaringan, dan karbondioksida dikeluarkan ke udara
ekspirasi dapat dibagi menjadi tiga proses . Proses yang pertama yaitu ventilasi, adalah
masuknya campuran gas-gas ke dalam dan ke luar paru-paru. Proses kedua, transportasi
yang terdiri dari beberapa aspek yaitu difusi gas-gas antar alveolus dan kapiler (respirasi
eksternal), distribusi darah dalam sirkulasi pulmonal. Proses ketiga yaitu reaksi kimia
dan fisik dari oksigen dan karbondioksida dengan darah.
2.3. Etiologi
Menurut ( Suriadi, 2006) faktor yang menyebabkan anak mengalami TBC adalah:
 Mycobacterium Tuberculosa
 Mycobacterium Bovis
 Tertular dari ibu saat dalam kandungan
 Sebelum atau selama persalinan menghirup air ketuban yang terinfeksi
 Setelah lahir akan menghirup udara yang terkontaminasi oleh percikan saliva yang
terinfeksi
Faktor-faktor yang menyebabkan seseorang terinfeksi oleh Mycobacterium Tuberkulosis
yaitu :
 Herediter
Resistensi seseorang terhadap infeksi kemungkinan diturunkan secara genetik.
 Jenis kelamin
Pada masa akhir kanak-kanak dan remaja, angka kematian dan kesakitan lebih banyak
terjadi pada perempuan.
 Usia
Pada masa bayi kemungkinan terinfeksi sangat tinggi. Pada masa puber dan remaja
dimana terjadi masa pertumbuhan yang cepat, kemungkinan infeksi cukup tinggi
karena diit yang tidak adekuat.
 Keadaan stress
Situasi yang penuh stress ( injury atau penyakit, kurang nutrisi, stress emosional,
kelelahan yang kronik). Meningkatnya sekresi steroid adrenal yang menekan reaksi
inflamasi dan memudahkan untuk menyebarluaskan infeksi. Anak yang mendapatkan
terapi kortikosteroid kemungkinan akan terinfeksi lebih mudah.
 Nutrisi
Status nutrisi yang kurang.
 Kontak dengan penderita TBC
Sumber penularan yang paling berbahaya adalah penderita TB dewasa dan orang
dewasa yang menderita TB paru dengan kavitas. Kasus seperti ini sangat infeksius
dan dapat menularkan penyakit melalui batuk, bersin, dan percakapan. Semakin
sering dan lama kontak, maka semakin besar pula kemungkinan terjadi penularan.
Sumber penularan bagi bayi dan anak yang disebut dengan kontak erat adalah orang
tuanya, orang serumah atau orang yang paling sering berkunjung.
 Lingkungan yang tidak sehat
TBC menyebar dengan cepat pada tempat tinggal yang kurang ventilasi, sempit dan
sesak. Angka penularan tinggi juga terjadi pada orang yang hidup di daerah yang
penuh sesak dan kumuh
2.4. Patofisiologi

Menurut Somantri (2008), infeksi diawali karena seseorang menghirup basil


Mycobacterium tuberculosis. Bakteri menyebar melalui jalan napas menuju alveoli lalu
berkembang biak dan terlihat bertumpuk. Perkembangan Mycobacterium tuberculosis
juga dapat menjangkau sampai ke area lain dari paru (lobus atas). Basil juga menyebar
melalui sistem limfe dan aliran darah ke bagian tubuh lain (ginjal, tulang dan korteks
serebri) dan area lain dari paru (lobus atas). Selanjutnya sistem kekebalan tubuh
memberikan respons dengan melakukan reaksi inflamasi. Neutrofil dan makrofag
melakukan aksi fagositosis (menelan bakteri), sementara limfosit spesifik-tuberkulosis
menghancurkan (melisiskan) basil dan jaringan normal. Infeksi awal biasanya timbul
dalam waktu 2-10 minggu setelah terpapar bakteri. Interaksi antara mycobacterium
tuberculosis dan sistem kekebalan tubuh pada masa awal infeksi membentuk sebuah
massa jaringan baru yang disebut granuloma. Granuloma terdiri atas gumpalan basil
hidup dan mati yang dikelilingi oleh makrofag seperti dinding. Granuloma selanjutnya
berubah bentuk menjadi massa jaringan fibrosa. Bagian tengah dari massa tersebut
disebut ghon tubercle. Materi yang terdiri atas makrofag dan bakteri yang menjadi
nekrotik yang selanjutnya membentuk materi yang berbentuk seperti keju (necrotizing
caseosa). Hal ini akan menjadi klasifikasi dan akhirnya membentuk jaringan kolagen,
kemudian bakteri menjadi nonaktif.

Menurut Widagdo (2011), setelah infeksi awal jika respons sistem imun tidak adekuat
maka penyakit akan menjadi lebih parah. Penyakit yang kian parah dapat timbul akibat
infeksi ulang atau bakteri yang sebelumnya tidak aktif kembali menjadi aktif, Pada kasus
ini, ghon tubercle mengalami ulserasi sehingga menghasilkan necrotizing caseosa di
dalam bronkus.Tuberkel yang ulserasi selanjutnya menjadi sembuh dan membentuk
jaringan parut.Paru-paru yang terinfeksi kemudian meradang, mengakibatkan timbulnya
bronkopneumonia, membentuk tuberkel, dan seterusnya.Pneumonia seluler ini dapat
sembuh dengan sendirinya. Proses ini berjalan terus dan basil terus difagosit atau
berkembang biak di dalam sel. Makrofag yang mengadakan infiltrasi menjadi lebih
panjang dan sebagian bersatu membentuk sel tuberkel epiteloid yang dikelilingi oleh
limfosit (membutuhkan 10-20 hari). Daerah yang mengalami nekrosis dan jaringan
granulasi yang dikelilingi sel epiteloid dan fibroblas akan memberikan respons berbeda
kemudian pada akhirnya membentuk suatu kapsul yang dikelilingi oleh tuberkel.

2.5. Manifestasi Klinis


Gejala klinik tuberkulosis pada anak tidak spesifik. Hal ini merupakan hambatan di
dalam deteksi dini penyakit ini sehingga pemeriksaan pembantu seperti: uji tuberkulin,
darah rutin, dan rontgen dada mempunyai arti penting dalam diagnosis tuberkulosis pada
anak (Hartoyo dan Roni, 2002).
Gejala umum pada anak-anak meliputi:
 Berat badan turun selama 3 bulan berturut-turut tanpa sebab yang jelas dan tidak naik
dalam 1 bulan meskipun sudah dengan penanganan gizi yang baik.
 Demam lama atau berulang tanpa sebab yang jelas (bukan tifus, malaria, atau infeksi
saluran napas akut) dapat disertai dengan keringat malam.
 Pembesaran kelenjar limfe superfisialis yang tidak sakit, paling sering di daerah leher,
ketiak, dan lipatan paha.
 Gejala dari saluran napas, misalnya batuk lebih dari 30 hari (setelah disingkirkan
sebab lain dari batuk), tanda cairan di dada dan nyeri dada.
 Gejala dari saluran cerna, misalnya diare berulang yang tidak sembuh dengan
pengobatan diare, benjolan (massa) di abdomen, dan tanda-tanda cairan dalam
abdomen.
Seorang anak juga patut dicurigai menderita TBC apabila:
 Mempunyai sejarah kontak erat (serumah) dengan penderita TBC BTA positif
 Terdapat reaksi kemerahan cepat setelah penyuntikan BCG (dalam 3-7 hari)
(Anonim, 2006).
2.6. Komplikasi
Menurut Depkes RI (2002), merupakan komplikasi yang dapat terjadi pada penderita
tuberkulosis pada stadium lanjut yaitu :
 Hemoptisis berat ( perdarahan dari saluran napas bawah) yang dapat mengakibatkan
kematian karena syok hipovolemik atau karena tersumbatnya jalan napas
 Atelektasis (paru mengembang kurang sempurna) atau kolaps dari lobus akibat
retraksi bronchial
 Bronkiektasis (pelebaran broncus setempat) dan fibrosis (pembentukan jaringan ikat
pada proses pemulihan atau reaktif) pada paru
 Penyebaran infeksi ke organ lain seperti otak, tulang, persendian dan ginjal
2.7. Pemeriksaan Penunjang
Menurut Somantri (2008), pemeriksaan penunjang pada pasien tuberkulosis adalah :
 Kultur sputum : positif untuk mycobacterium pada tahap akhir penyakit
 Ziehl neelsen: Positif untuk BTA
 Skin test (PPD, mantoux, tine, and vollmer, patch)
 Chest X-ray
 Histologi atau kultur jaringan: positif untuk Mycobacterium tuberculosis
 Needle biopsi of lung tissue: positif untuk granuloma TB, adanya sel-sel besar yang
mengindikasikan nekrosis
 Elektrolit
 Bronkografi
 Test fungsi paru-paru dan pemeriksaan darah

Anda mungkin juga menyukai