Anda di halaman 1dari 3

Aturan / Pedoman EYD dalam Bahasa Indonesia

inirumahpintar.com/2016/10/aturan-pedoman-eyd-dalam-bahasa-indonesia.html

INIRUMAHPINTAR - Ejaan Yang Disempurnakan, disingkat EYD merupakan


ejaan yang berlaku di Indonesia sejak tahun 1972. Memahami tata Aturan /
Pedoman EYD dalam Bahasa Indonesia adalah kebutuhan para intelektual
dan cendekia. Apalagi mereka yang terjun di dunia tulis menulis dan
penyiaran berita, berbahasa dengan baik dan benar sesuai kaidah-kaidah
yang telah ditetapkan adalah keharusan.

Bahkan, pemahaman
tentang pedoman EYD
bahasa Indonesia yang
meliputi aturan
pemenggalan suku
kata, penulisan huruf
kapital, huruf miring,
penulisan kata,
penulisan unsur
serapan, dan
pemakaian tanda baca
sebaiknya dilakukan
sejak dini. Itu artinya,
sumber ilustrasi : www.flickr.com
mulai siswa sekolah
dasar, sekolah
menengah pertama, sekolah menengah atas / kejuruan, hingga mahasiswa
perlu diarahkan memperoleh pengetahuan mendalam tentang Aturan /
Pedoman EYD dalam Bahasa Indonesia. Namun, cakupan materi ini sangat
luas. Untungnya, penulis telah merampungkan rangkuman penjelasan di
bawah ini agar memudahkan para pembaca dan penggiat bahasa.

Ejaan yang disempurnakan dalam Bahasa Indonesia secara umum,


meliputi:

A. Pemenggalan Suku Kata


Pemenggalan suku kata digunakan jika kata terpisah oleh pergantian baris.
Cara pemenggalan adalah sebagai berikut:
1. Jika ada dua vokal berurutan di tengah kata, pemenggalan dilakukan
antara vokal pertama dengan vokal kedua, misalnya la-in, pa-ku, si-ap,
dsb.
2. Huruf diftong tidak boleh dipenggal misalnya sau-da-ri, au-la, pa-kai,
dsb.

1/3
3. Jika ada satu konsonan di tengah kata, pemenggalannya dilakukan
sebelum konsonan, misalnya, a-da, na-da, ra-sa, dsb.
4. Jika terdapat dua konsonan di tengah kata, pemenggalannya
dilakukan antara konsonan pertama dengan konsonan kedua,
misalnya cap-lok, in-struk-si, jiplak, sat-pam, dsb.
5. Jika terdapat tiga konsonan atau lebih di tengah kata,
pemenggalannya dilakukan setelah konsonan yang pertama,
misalnya, sas-tra, san-dra, jom-blo, dsb
6. Imbuhan termasuk morfonemiknya dipenggal sebagai satu kesatuan,
misalnya, pe-la-ja-ran, trans-mig-ra-si, ke-gu-ru-an, pe-me-rin-ta-han, ke-
sa-tu-an,dsb
7. Kata yang terdiri atas dua unsur dipenggal atas unsur-unsurnya,
misalnya, ki-lo-gram, bi-o-gra-fi, te-le-gram, fo-to-gra-fi, dsb.

Catatan :
Dalam pergantian baris akhiran (-i) dan suku-kata yang terdiri atas satu
vokal tidak boleh dipisahkan misalnya, meng-a-lami, a-kan, dsb.

B. Penulisan Huruf Kapital


Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama, yaitu:
1. Pada awal kalimat. Misalnya: Apa itu?; Dia sedang belajar; Pelajaran
belum dimula; dsb
2. Pada awal petikan langsung. Misalnya: Ibu bertanya, "Jam berapa
berangkat?"; "Siapa ingin pergi?" tanya Kakek.
3. Dalam ungkapan yang berhubungan dengan nama tahun dan kitab
suci termasuk kata ganti untuk Tuhan.Misalnya: Quran, Alkitab, Allah,
Islam, Yang Maha Kaya, Yang Maha Pengasih, dsb
4. Nama gelar kehormatan, keagamaan, dan keturunan orang yang
dikuti nama orang. Contoh: Haji Beddu, Datu Soppeng, Sultan
Diponegoro, Nabi Muhammad. Dengan catatan: huruf kapital tidak
dipakai sebagai huruf pertama nama gelar kehormatan, keturunan,
dan keagamaan yang tidak diikuti nama orang. Contoh: Tahun ini
guru kami pergi haji, Muhammad adalah nabi terakhir, dsb.
5. Unsur nama jabatan dan pangkat yang diikuti nama orang, nama
instansi, dan nama tempat. Contoh: Presiden Jokowi, Profesor Hakim,
Gubernur Papua Barat, dsb. Dengan catatan: huruf kapital tidak
dipakai sebagai huruf pertama nama jabatan dan pangkat yang tidak
diikuti nama orang, atau nama tempat. Misalnya: Siapa gubernur
yang ingin menjadi raja itu?, Jokowi dilantik menjadi presiden, dsb.
6. Unsur nama orang. Misalnya: Nara Masista Rakhmatia, Jessica
Kumala Wongso, Mirna Salihin, Ahmad Dahlan, Abdurrahman Wahid,
dsb. Dengan catatan: huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf
pertama nama orang yang digunakan sebagai nama jenis atau satuan
ukuran. Misalnya: 2 volt, 20 ampere, motor honda, dsb.
7. Nama bangsa, suku bangsa, dan bahasa. Misalnya: bangsa Indonesia,
suku Bugis, suku Jawa, bahasa Inggris, dsb. Dengan catatan: huruf
2/3
kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama nama bangsa, suku, dan
bahasa yang dipakai sebagai bentuk dasar kata turunan. Misalnya:
Bicaranya kebugis-bugisan, dsb.
8. Nama tahun, bulan, hari, hari raya, dan peristiwa sejarah.Misalnya:
bulan Januari, hari Jumat, tahun Hijriah, Proklamasi Kemerdekaan
Indonesia, dsb. Dengan catatan: huruf kapital tidak dipakai sebagai
huruf pertama peristiwa sejarah yang tidak dipakai sebagai nama.
Contoh: Soekarno dan Hatta memproklamasikan kemerdekaan
bangsanya.
9. Nama geografi. Contoh: Danau Toba, Jalan Mansur, Selat Lombok,
Terusan Suez, dsb. Jika nama geografi digunakan sebagai nama jenis,
nama geografi tersebut ditulis dengan huruf kecil. Misalnya: saya
memancing di kali, Ayah berlayar ke danau, gula jawa, garam inggris
dsb.
10. Unsur nama negara, lambang pemerintahan, serta nama dokumen
resmi.Misalnya: Republik Indonesia, Dewan Perwakilan Rakyat, Badan
Pemeriksa Keuangan, dsb. Dengan catatan: penulisan menjadi huruf
kecil jika sebagai huruf pertama kata yang bukan resmi negara,
lembaga pemerintah, dan ketatanegaraan, badan, serta nama
dokumen resmi. Misalnya: kerja sama antara pemerintah dan rakyat,
beberapa badan hukum, bangsa kuno itu kini menjadi sebuah
republik, dsb
11. Setiap unsur bentuk ulang sempurna yang dipakai sebagai nama
badan, lembaga pemerintah serta nama dokumen resmi. Misalnya:
Perserikatan Bangsa-Bangsa, Undang-Undang Dasar 1945, dsb.
12. Semua kata di dalam nama buku, majalah, surat kabar, judul
karangan, kecuali kata tugas seperti di, ke, dari, dan, yang, dan untuk
jika berada di tengah kalimat. Contoh: Bacalah majalah Bahasa dan
Sastra, Judul makalah Ani adalah Asas-Asas Hukum Perdata, dsb.
13. Unsur singkatan nama orang, gelar, dan sapaan.Misalnya: Dr.
(doktor), M.Pd. (master pendidikan), Prof. (profesor), dsb.
14. Kata penunjuk hubungan kekerabatan yang dipakai sebagai sapaan
dan pengacuan seperti bapak, anda, ibu, saudara, kakak, adik, dan
paman. Misalnya: Surat Saudara telah dikirim, "Silah duduk, Dik" kata
Ros. Jika tidak dipakai dalam pengacuan atau penyapaan,
penulisannya dalam huruf kecil. Misalnya: Kita harus menyayangi
adik dan kakak kita, Dia sebatang kara tanpa bapak dan ibu, dsb.

3/3

Anda mungkin juga menyukai