Akamami Merkuri
Akamami Merkuri
PENDAHULUAN
Air merupakan salah satu sumber daya alam yang memiliki fungsi sangat
penting bagi kelangsungan hidup, modal dasar dan fungsi utama pembangunan untuk
memajukan kesejahteraan umum, sehingga perlu dilakukan pengelolaan kualitas air
dan pengendalian pencemaran air agar kualitas air tetap alamiah dan sesuai dengan
baku mutu air.Air bersih merupakan air yang dibutuhkan oleh manusia untuk
kebutuhan sehari-hari yang kualitasnya memenuhi syarat kesehatan dan dapat diminum
apabila telah dimasak (Peraturan Pemerintah RI No 82 tahun 2001 tentang
Pengeloalaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air).
Merkuri (Hg) adalah salah satu jenis logam berat yang sangat berbahaya
(Markus, 2009), sangat beracun dan sangat bioakumulatif (Chen, dkk., 2012). Logam
berat tersebut yang terkontaminasi dengan tanah dapat sampai pada rantai makanan
yang pada akhirnya dapat membahayakan kehidupan manusia (Moenir, 2010). Sebagai
salah satu zat pencemar, merkuri masuk dalam ekosistem ekuatik melalui dekomposisi
1
atmosferik maupun bersumber dari ekternalisasi limbah industri dan secara biologis
maupun kimiawi terkonversi dalam bentuk metil merkuri (Suseno & Panggabean,
2007). Keracunan metil merkuri menyebabkan efek pada gastrointestinal yang lebih
ringan tetapi menimbulkan toksisitas neurologis yang berat berupa: rasa sakit pada
bibir, lidah dan pergerakan (kaki dan tangan), konfusi, halusinasi, iritabilitas, gangguan
tidur, ataxia, hilang ingatan, sulit bicara, kemunduran cara berfikir, pendengan rusak,
emosi tidak stabil, tidak mampu berfikir, koma dan kematian (Nurdin, 2012).
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
3
yang dihasilkan akan dilewatkan pada cell tube yang ditembakkan sinar/cahaya
dari lampu merkuri. Besarnya konsentrasi yang dihasilkan yang terkandung
dalam sampel dan sebanding dengan nilai absirban yang dihasilkan.
”Heating Furnance” (H-1) memanaskan sampel unutk menguapkan
setiap senyawa merkuri didalamnya. “Decomposing Furnance” (H-2A, H-2B)
kemudian menguraikan senyawa merkuri dalam gas yang dihasilkan di H-1 dan
menghilangkan semua senyawa penganggu.
Tabung merkuri kolektor (H-3) mengumpulkan gas merkuri
teratomisasi dalam bentuk emas amalgam, menghilangkan semua senyawa
penganggu, dan mengembun memurnikan merkuri.
Setelah di dekomposisi panas selesai, tabung merkuri kolektor
dipanaskan untuk membebaskan merkuri lagi sebagai gas merkuri, dan
absorbansi kemudian diukur pada panjang gelombang 253,7nm.
4
cair pada temperatur ruang dengan spesifik gravity dan daya hantar listrik yang
tinggi. Logam murninya berwarna keperakan, tak berbau, mengkilap akan
menguap akan menguap jika dipanaskan sampai suhu 357ºC karena sifat-sifat
tersebut merkuri banyak digunakan baik dalam kegiatan perindustrian maupun
laboratorium. Merkuri yang terdapat dalam limbah di perairan umum, diubah
oleh aktivitas mikroorganisme menjadi komponen metil merkuri yang memiliki
sifat racun dan daya ikat yang kuat diamping kelarutannya yang tinggi dalam
tubuh hewan air. Kadar merkuri yang tinggi pada perairan dan tanah umumnya
diakibatkan oleh buangan industri dan akibat sampingan dari penggunaan
senyawa-senyawa merkuri dibidang pertanian. Merkuri dapat berada dalam
bentuk metal, senyawa-senyawa anorganik maupun organik. Pencemaran
perairan oleh merkuri mempunyai pengaruh terhadap ekosistem setempat yang
disebabkan sifatnya yang stabil dalam sedimen, kelarutannya yang rendah
dalam air dan kemudahannya diserap dan terkumpul dalam jaringan tubuh
organisme air. Niali ambang batas merkuri dalam tanah adalah kurang dari
2mg/kg (2ppm). (Macnikol dan Beckett,1985)
Merkuri di alam dibagi dalam tiga bentuk yaitu logam merkuri, merkuri
organik dan merkuri anorganik. Menurut Oda dan Ingle (1981) dikatakan
bahwa merkuri organik, khususnya metil merkuri lebih toksik dibandingkan
dengan senyawa merkuri yang lain. Hasil penilitian suherianto (1996)
menyatakan bahwa konsentrasi total merkuri di perairan sungai musi
palembang sebesar 1,42ng/ml. Pengukuran total konsentrasi merkuri yang ada
di lingkungan perairan tidak dapat membedakan merkuri yang toksik dengan
merkuri yang tidak toksik, akan tetapi dengan analisis spesiasi dapat
dikualifikasikan keberadaan merkuri dengan tingkat toksisitasnya di
lingkungan (Florens 1982)
5
BAB III
ISI
6
Untuk menjamin kelayakan pengambilan contoh uji maka kemampuan
melacak seluruh kejadian selama pelaksanaan pengambilan contoh uji harus
dijamin. Kontrol akurasi dapat dilakukan dengan beberapa cara berikut ini:
Contoh split
Contoh terbelah diambil dari satu titik dan dimasukkan ke dalam wadah
yang sesuai. b) Contoh dicampur sehomogen mungkin serta dipisahkan ke
dalam dua wadah yang telah disiapkan. c) Kedua contoh tersebut diawetkan dan
mendapatkan perlakuan yang sama selama perjalanan dan preparasi serta
analisa laboratorium.
Contoh duplikat
a) Contoh diambil dari titik yang sama pada waktu yang hampir
bersamaan. b) Bila contoh kurang dari lima, contoh duplikat tidak diperlukan.
c) Bila contoh diambil 5 sampai dengan 10 contoh, satu contoh duplikat harus
diambil. d) Bila contoh diambil lebih dari 10 contoh, contoh duplikat adalah 10
% per kelompok parameter matrik yang diambil.
Contoh blanko
Blanko perjalanan
7
setiap jenis contoh yang mudah menguap. c) Berupa media bebas analit yang
disiapkan di laboratorium. d) Blanko dibawa ke lokasi pengambilan, ditutup
selama pengambilan contoh dan dibawa kembali ke laboratorium.
8
BAB IV
HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN
9
ditimbang. Memasukkan additives M ke dalam cawan porselin yang khusus
untuk alat ini, kemudian memasukkan sampel lalu ditutupi lagi dengan
additives M lalu B kemudian M lagi. Selanjutnya memasukkan cawan tersebut
ke dalam alat dengan pendorong yang tersedia. Menutup kembali penutupnya
lalu menekan tombol start. Hasil analisis tersebut dihitung dengan
menggunakan rumus:
Untuk sampel padat :
𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑝𝑒𝑟𝑜𝑙𝑒ℎ(𝑛𝑔) − 𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑏𝑙𝑎𝑛𝑘𝑜 (𝑛𝑔)
𝑘𝑎𝑑𝑎𝑟 𝑚𝑒𝑟𝑘𝑢𝑟𝑖 (𝑝𝑝𝑏) =
𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 (𝑔)
10
Kandungan Merkuri di Perairan
Data pada Gambar, menunjukkan bawa kondisi perairan teluk palu telah
mengandung logam merkuri, dengan kadar merkuri sebesar 0,030-0,040 ppm.
Berdasarkan Peraturan Pemerintah (PP) nomor 82 tahun 2001, konsentrasi
merkuri dalam air adalah < 0,001 ppm. Hal tersebut didukung juga dengan
keputusan Menkes RI no 907/menkes/sk/ vii/2002 yang mensyaratkan bahwa
kandungan merkuri yang diperbolehkan adalah 0.001 mg/l (Patangga, dkk.,
2013). Jika dibanding dengan standar baku mutu air tersebut, maka dapat
disimpulkan bahwa kondisi perairan teluk Palu sudah tercemar. Hal ini karena
kandungan merkuri yang diperoleh melebihi standar baku yang ditentukan.
Menurut Ali & Rina (2013) logam berat yang masuk ke sistem perairan,
baik di sungai maupun lautan akan dipindahkan dari badan airnya melalui tiga
11
proses yaitu pengendapan, adsorbsi, dan absorbsi oleh organisme organisme
perairan. Berdasarkan pengukuran pH perairan yang dilakukan diperoleh
sebesar 9,44. Data pada Gambar, menunjukkan bahwa logam merkuri lebih
banyak mengendap dipermukaan dimana diperoleh konsentrasinya sebesar
2,453-2,800 ppm. Hal tersebut disebabkan karena pada kondisi netral hingga
basa, kation akan terhidrolisis membentuk hidroksidanya, dimana sebagian
besar hidroksida logam bersifat tidak larut (Rahayu & Purnavita, 2007). Selain
itu, jika dilihat dari Ksp Hg(OH)2 di muara sungai Palu sebesar 3,1 x 10-16,88
g/mol sedangkan tetapan hasil kali kelarutan Hg(OH)2 sebesar 3,1 x 10-26. Hal
tersebut mengindikasikan bahwa merkuri diperairan akan lebih banyak
mengendap.
12
terserap ke dalam seluruh jaringan tubuh dan tersimpan/tersekap di dalam.
Berbagai faktor yang mempengaruhi proses pengambilan Hg dan jumlah yang
akan terakumulasi. Di antaranya adalah kecepatan metabolisme, ukuran dan
jenis, alkalinitas dan pH. Selain itu, proses demetilasi, suhu, tingkat
kontaminasi, waktu, sumber dan bentuk Hg, serta tingkat kehidupan organisme
(Markus, 2009).
Ikan merupakan organisme air yang bergerak dengan cepat. Ikan pada
umumnya mempunyai kemampuan untuk menghindarkan diri dari pengaruh
pencemaran. Namun demikian, pada ikan yang hidup dalam habitat yang
terbatas (seperti sungai, danau dan teluk) akan sulit menghindarkan diri dari
pencemaran (Murtini & Rachmawatie, 2007). Faktor lain yang dapat
mempengaruh kandungan logam berat dalam tubuh ikan adalah tingkah laku
makan ikan. Apabila ikan termasuk kelompok pemakan sedimen dan detritus,
maka peluang merkuri untuk masuk ke dalam tubuhnya akan semakin besar dan
akhirnya akan terakumulasi dalam jumlah besar seperti halnya ikan belanak
yang tertangkap dimuara sungai Palu (Simbolon, dkk., 2010).
Menurut Markus (2009), sekitar 70% metil merkuri yang masuk lewat
makanan akan diabsorpsi ke dalam jaringan tubuh ikan dan hanya 10% yang
melalui penyerapan melalui insang. Merkuri yang terakumulasi ke dalam
13
jaringan tubuh ikan, khususnya di dalam otot (daging), memberikan
konsekuensi keracunan pada manusia yang mengkonsumsi daging ikan sebagai
sumber protein. Karena bersifat larut dalam lemak, bentuk merkuri ini mudah
melalui sawar otak dan plasenta. Di otak ia akan berakumulasi di korteks
cerebrum dan cerebellum dimana ia akan teroksidasi menjadi bentuk merkuri
(Hg2+) ion merkuri ini akan berikatan dengan sulfhidril dari protein enzim dan
protein seluler sehingga menggangu fungsi enzim dan transport sel (Rianto,
2012).
14
atau menyerap polutan berbahaya, baik logam berat (termasuk merkuri)
berdasarkan reaksi konsep Asam-Basa Lewis.
15
BAB V
KESIMPULAN
Merkuri (Hg) adalah salah satu jenis logam berat yang sangat berbahaya
(Markus, 2009), sangat beracun dan sangat bioakumulatif. Mercury Analyzer
merupakan alat untuk menganalisa merkuri yang cepat, mempunyai sensitifitas yang
tinggi, dapat menentukan jumlah merkuri pada sampel yang padat, cair, gas dengan
operasi yang mudah. Merupakan metode otomatis dimana sampel disuntikkan
kedalam aliran kontinu cairan pembawa yang mencampur dengan larutan lain yang
terus mengalir sebelum mencapai detektor. Flow Injection Analysis salah satunya
adalah FIMS (Flow Injection Mercury Spektrometer).
16
DAFTAR PUSTAKA
Nurdin, dkk.2013. Kandungan Merkuri (Hg) dalam air laut, sedimen,dan jaringan ikat
belanak di perairan teluk palu. Pendidikan kimia/fkip.universitas Tadulako:
Palu
http://www.sampling-analisis.com/2015/08/mercury-analyzer.html?m=1
https://www.academia.edu/26017306/MAKALAH_Analisis_Resiko_Kandungan_Me
rkuri_Hg_pada_Lingkungan
17