0
fungsional utama neuron-neuron ialah o Jarang terjadi
kemampuan untuk dapat digalakkan sehingga o Lesi destruktif terletak di talamus
menimbulkan potensial aksi. Untuk itu juga atau midbrain dimana neuron-
didukung oleh proses-proses yang memelihara neuron ARAS terlibat langsung.
kehidupan neuron-neuron serta unsur-unsur Cidera korteks dan subkorteks bilateral
selular otak melalui proses biokimiawi, karena yang luas, meliputi kontusio serebri,
tergantung pada jumlah neuron-neuron tersebut difuse axonal injury, infark atau
yang aktif, derajad kesadaran bisa tinggi atau perdarahan otak bilateral, meningitis,
rendah. Adanya gangguan baik pada neuron- ensefalitis, hipoksia atau iskemia yang
neuron pengemban kewaspadaan ataupun bias terjadi pada kasus henti jantung.
penggerak kewaspadaan akan menimbulkan o Koma terjadi sebagai akibat
gangguan kesadaran. terputusnya impuls-impuls
talamokortikal atau akibat
destruksi neuron-neuron korteks.
o Pada kasus prolonged coma,
dijumpai perubahan patologik
yang terkait lesi seluruh bagian
Patogenesis koma sistim saraf korteks dan
diensefalon.
Berdasar anatomi-patofisiologi koma
dibagi dalam:
o Koma kortikal-bihemisferik, yaitu
Koma dapat terjadi sebagai akibat dari
koma yang terjadi oleh sebab
dua kelompok masalah besar, yaitu (a) lesi di
neuron pengemban kewaspadaan
batang otak bagian atas dan bagian bawah
sama sekali tidak berfungsi.
diensefalon serta (b) gangguan metabolik atau
o Koma diensefalik, yaitu
submikroskopis yang mengakibatkan supresi
supratentorial, infratentorial,
aktivitas neuronal. Dari studi kasus-kasus koma
kombinasi supratentorial dan
yang kemudian meninggal dapat dibuat
infratentorial; dalam hal ini
kesimpulan bahwa ada tiga tipe lesi yang
neuron penggalak kewaspadaan
masing-masing merusak fungsi ARAS baik
tidak berdaya untuk
secara langsung maupun tidak langsung:
mengaktifkan neuron pengemban
Masa tumor, abses, infark dengan edema
kewaspadaan.
yang masif atau perdarahan intraserebral,
Masalah yang paling sulit dalam
subdural maupun epidural. Lesi biasanya
membicarakan kesadaran adalah bahwa sampai
di korteks dan substansia alba, bagian
saat ini mekanisme neuronal belum diketahui
otak masih banyak yang utuh tetapi
secara pasti, di mana kerusakan sebagian besar
menyebabkan distorsi struktur otak yang
korteks serebri menyebabkan penurunan derajad
paling dalam yang kadang-kadang
kesadaran terhadap sekelilingnya. Derajad yang
menyebabkan herniasi tentorial lobus
paling rendah adalah koma dan akan terjadi jika
temporal yang menekan midbrain dan
korteks serebri bilateral tidak lagi menerima
sub-talamik di sistem aktivasi
impuls aferen nonspesifik. Dalam eksperimen
retikularnya.
jika dilakukan dekortikasi atau perusakan inti
Lesi anatomik
intralaminar talamik atau jika substansia grisea
1
di sekitar akuaduktus sylvii di rusak akan Patofisiologi
mengakibatkan penyaluran impuls asenden
nonspesifik tersumbat sehingga terjadi koma. Patofisiologi menerangkan terjadinya
Studi terkini yang dilakukan oleh Parvizi dan koma sebagai akibat dari berbagai macam
Damasio melaporkan bahwa lesi pada pons juga gangguan atau penyakit yang masing-masing
bisa menyebabkan koma. pada akhirnya mengacaukan fungsi reticular
Koma juga bisa terjadi apabila terjadi activating system secara langsung maupun tidak
gangguan baik pada neuron penggalak langsung. Dari studi kasus-kasus koma yang
kewaspadaan maupun neuron pengemban kemudian meninggal dapat dibuat kesimpulan,
kewaspadaan yang menyebabkan neuron-neuron bahwa ada tiga tipe lesi /mekanisme yang
tersebut tidak bisa berfungsi dengan baik dan masing-masing merusak fungsi reticular
tidak mampu bereaksi terhadap pacuan dari luar activating system, baik secara langsung maupun
maupun dari dalam tubuh sendiri. Adanya tidak langsung.
gangguan fungsi pada neuron pengemban
kewaspadaan, menyebabkan koma kortikal a. Disfungsi otak difus
bihemisferik, sedangkan apabila terjadi Proses metabolik atau submikroskopik
gangguan pada neuron penggalak kewaspadaan, yang menekan aktivitas neuronal.
menyebabkan koma diensefalik, supratentorial Lesi yang disebabkan oleh abnormalitas
atau infratentorial. metabolik atau toksik atau oleh pelepasan
Penurunan fungsi fisiologik dengan general electric (kejang) diduga bersifat
adanya perubahan-perubahan patologik yang subseluler atau molekuler, atau lesi-lesi
terjadi pada koma yang berkepanjangan mikroskopik yang tersebar.
berhubungan erat dengan lesi-lesi sistem neuron Cidera korteks dan subkorteks bilateral
kortikal diensefalik. Jadi prinsipnya semua yang luas atau ada kerusakan thalamus
proses yang menyebabkan destruksi baik yang berat yang mengakibatkan
morfologis (perdarahan, metastasis, infiltrasi), terputusnya impuls talamokortikal atau
biokimia (metabolisme, infeksi) dan kompresi destruksi neuron-neuron korteks bisa
pada substansia retikularis batang otak paling karena trauma (kontusio, cedera aksonal
rostral (nuklei intralaminaris) dan gangguan difus), infark atau perdarahan otak
difus pada kedua hemisfer serebri menyebabkan bilateral.
gangguan kesadaran hingga koma. Derajad Sejumlah penyakit mempunyai pengaruh
kesadaran yang menurun secara patologik bisa langsung pada aktivitas metabolik sel-sel
merupakan keadaan tidur secara berlebihan neuron korteks serebri dan nuclei sentral
(hipersomnia) dan berbagai macam keadaan otak seperti meningitis, viral ensefalitis,
yang menunjukkan daya bereaksi di bawah hipoksia atau iskemia yang bisa terjadi
derajad awas-waspada. Keadaan-keadaan pada kasus henti jantung.
tersebut dinamakan letargia, mutismus akinetik, Pada umumnya, kehilangan kesadaran
stupor dan koma. pada kondisi ini setara dengan penurunan
Bila tidak terdapat penjalaran impuls aliran darah otak atau metabolisme otak.
saraf yang kontinyu dari batang otak ke b. Efek langsung pada batang otak
serebrum maka otak menjadi tidak bermanfaat.
Hal ini bisa dilihat jika batang otak mengalami Lesi di batang otak dan diensefalon
kompresi berat pada sambungan antara bagian bawah yang
mesensefalon dan serebrum akibat tumor merusak/menghambat reticular
hipofisis biasanya menyebabkan koma yang activating system.
ireversibel. Saraf kelima adalah nervus tertinggi Lesi anatomik atau lesi destruktif terletak
yang menjalarkan sejumlah besar sinyal di talamus atau midbrain di mana neuron-
somatosensoris ke otak. Bila seluruh sinyal ini neuron ARAS terlibat langsung.
hilang, maka tingkat aktivitas pada area Lebih jarang terjadi.
eksitatorik akan menurun mendadak dan Pola patoanatomik ini merupakan tanda
aktivitas otakpun dengan segera akan sangat khas stroke batang otak akibat oklusi
menurun, sampai hampir mendekati keadaan arteri basilaris, perdarahan talamus dan
koma yang permanen. batang otak atas, dan traumatic injury.
c. Efek kompresi pada batang otak
2
Kausa kompresi primer atau sekunder a. Gangguan sirkulasi darah di otak
Lesi masa yang bisa dilihat dengan Perdarahan, trombosis maupun emboli
mudah. dapat menyebabkan terjadinya gangguan
Masa tumor, abses, infark dengan edema kesadaran
yang masif atau perdarahan intraserebral, Mengingat insidensi stroke cukup tinggi
subdural maupun epidural. Biasanya lesi maka kecurigaan terhadap stroke pada
ini hanya mengenai sebagian dari korteks setiap kejadian gangguan kesadaran perlu
serebri dan substansia alba dan sebagian digarisbawahi.
besar serebrum tetap utuh. Tetapi lesi ini b. Infeksi: ensefalomeningitis
mendistorsi struktur yang lebih dalam Mengingat infeksi (bakteri, virus, jamur)
dan menyebabkan koma karena efek merupakan penyakit yang sering
pendesakan (kompresi) ke lateral dari dijumpai di Indonesia maka setiap
struktur tengah bagian dalam dan terjadi gangguan kesadaran yang disertai suhu
herniasi tentorial lobus temporal yang tubuh meninggi perlu dicurigai adanya
berakibat kompresi mesensefalon dan ensefalomeningitis.
area subthalamik reticular activating c. Gangguan metabolisme
system, atau adanya perubahan- Di Indonesia, penyakit hepar, gagal
perubahan yang lebih meluas di seluruh ginjal, diabetes melitus sering dijumpai.
hemisfer. d. Neoplasma
Lesi serebelar sebagai penyebab sekunder Neoplasma otak, baik primer maupun
juga dapat menekan area retikular batang metastatik, sering di jumpai di Indonesia.
otak atas dan menggesernya maju ke Neoplasma lebih sering dijumpai pada
depan dan ke atas. golongan usia dewasa dan lanjut.
Pada kasus prolonged coma, dijumpai e. Trauma kepala
perubahan patologik yang terkait lesi Trauma kepala paling sering disebabkan
seluruh bagian sistim saraf korteks dan oleh kecelakaan lalu-lintas.
diensefalon. f. Epilepsi
Gangguan kesadaran terjadi pada kasus
epilepsi umum dan status epileptikus
g. Intoksikasi
Intoksikasi dapat disebabkan oleh obat,
racun (percobaan bunuh diri), makanan
tertentu dan bahan kimia lainnya.
h. Gangguan elektrolit dan endokrin
Gangguan ini sering kali tidak
menunjukkan “identitas”nya secara jelas;
dengan demikian memerlukan perhatian
yang khusus agar tidak terlupakan dalam
setiap pencarian penyebab gangguan
kesadaran.
3
- Hiponatremia, hipernatremia muntah, penglihatan ganda, kejang,
- Hipoadrenalisme, kelumpuhan anggota gerak.
hipopituarisme, hipotiroidisme Obat-obat yang diminum secara rutin
- Asidosis metabolik oleh pasien, misalnya obat penenang,
- Hipotermia, hipertermia
obat tidur, antikoagulansia, obat
- Trauma kepala tertutup
- Epilepsi pascabangkitan umum antidiabetes (dapat dalam bentuk injeksi),
- Ensefalitis, malaria serebral, antihipertensi.
septikemia Apakah gangguan kesadaran terjadi
- Perdarahan subaraknoid secara bertahap atau mendadak, apakah
- Gangguan metabolik lainnya disertai gejala lain / ikutan?
(mis. porfiria) Apakah ada inkontinensi urin dan / atau
- Edema otak karena hipoksia alvi
kronik Apakah dijumpai surat tertentu (misalnya
2 Efek - Perdarahan atau infark
”perpisahan”)?
langsung di - Neoplasma misalnya glioma
batang otak - Demielinasi
b. Pemeriksaan fisik (status internus)
- Sindrom Wernicke-Korsakoff Pada pemeriksaan ini hendaknya
- Trauma diperhatikan hal-hal yang biasanya dilakukan
oleh setiap dokter, dengan memerhatikan
3 Tekanan -Tumor hemisfere, infark, abses, sistematika dan ketelitian, sebagai berikut:
terhadap hematoma, ensefalitis atau Nadi, meliputi frekuensi, isi dan irama
batang otak trauma denyut
- Lesi massa di serebelum Tekanan darah, diukur pada lengan kanan
Sumber: Kumar & Clark, 2006. dan lengan kiri; perhatikanlah apakah
tensimeter masih berfungsi dengan baik
Pemeriksaan pasien gangguan kesadaran Suhu tubuh, pada umumnya termometer
dipasang di ketiak; bila perlu diperiksa
a. Anamnesis secara rektal
Dalam kasus gangguan kesadaran maka Respirasi, meliputi frekuensi, keteraturan,
auto-anamnesis masih dapat dilakukan; hal ini kedalaman, dan bau pernapasan (aseton,
terjadi pada kasus di mana gangguan kesadaran amonia, alkohol, bahan kimia tertentu
masih bersifat ”ringan” , pasien masih dapat dll)
menjawab pertanyaan (lihat pemeriksaan Kulit, meliputi turgor, warna dan
Glasgow Coma Scale/ GCS). Hasil auto- permukaan kulit ( dehidrasi, ikterus,
anamnesis ini dapat dimanfaatkan untuk sianosis, bekas suntikan, luka karena
menetapkan adanya gangguan kesadaran yang trauma, dll)
bersifat psikiatrik – termasuk sindrom otak Kepala, apakah ada luka dan fraktur
organik atau gangguan kesadaran yang bersifat Konjungtiva, apakah normal, pucat, atau
neurologik (dinyatakan secara kualitatif maupun ada perdarahan
kuantitatif ke dalam GCS). Namun demikian Mukosa mulut dan bibir, apakah ada
kedalaman makna dari anamnesis perlu dicari perdarahan, perubahan warna
dari hetero-anamnesis, yaitu anamnesis terhadap Telinga, apakah keluar cairan bening,
pengantar dan atau keluarganya. Berbagai hal keruh, darah, termasuk bau cairan perlu
yang perlu ditanyakan pada saat anamnesis diperhatikan
adalah sebaai berikut: Hidung, apakah ada darah dan atau cairan
Penyakit yang pernah diderita sebelum yang keluar dari hidung
terjadinya gangguan kesadaran, misalnya Orbita, apakah ada brill hematoma,
diabetes melitus, hipertensi, penyakit trauma pada bulbus okuli, kelainan
ginjal, penyakit hati, epilepsi, adiksi obat pasangan bola mata (paresis N.III, IV,
tertentu VI), pupil, celah palpebra, ptosis
Keluhan pasien sebelum terjadinya Leher, apakah ada fraktur vertebra; bila
gangguan kesadaran, antara lain nyeri yakin tidak ada fraktur maka diperiksa
kepala yang mendadak atau sudah lama, apakah ada kaku kuduk
perasaan pusing berputar, mual dan
4
Dada, pemeriksaan fungsi jantung dan Dapat menunjuk lokasi 5
paru secara sistematik dan teliti (licalizes)
Perut, meliputi pemeriksaan hati, limpa, Menarik lengan/tungkai, 4
ada distensi atau tidak, suara peristaltik hanya gerakan aduksi
usus, nyeri tekan di daerah tertentu Gerakan fleksi 3
Responsi ekstensor 2
Tidak ada gerakan 1
5
menimbulkna pola pernapasan - Pupil kecil dan refleks cahaya
Chyene-Stokes. negatif
Pernapasan apneistik: isnpirasi Proses di pons
dalam kemudian diikuti - Kedua bola mata berada di
berhentinya napas pasca-ekspirasi tengah
Pernapasan ataksik: pernapasan - Bila kepala pasien digerakkan
yang cepat, dangkal dan tak ke samping maka tidak
teratur terlihat gerakan bola mata ke
- Pola pernapasan seperti ini samping (dolls eye manoever
biasanya tampak ketika yang abnormal)
formasio retikularis bagian - Pupil sangat kecil, reaksi
dorsomedial medula terhadap cahaya positif
oblongata terganggu (dilihat dengan kaca
- Pola pernapasan seperti ini pembesar)
sering tampak pada tahap - Kadang-kadang tampak
agonal, sehingga dianggap adanya ocular bobbing
sebagai tanda menjelang Proses di serebelum
kematian - Pasien tidak dapat melihat ke
o Kelainan pupil samping
Pemeriksaan pupil terutama pada - Pupil normal (bentuk dan
pasien koma sama nilainya reaksi terhadap cahaya)
dengan pemeriksaan tanda vital o Refleks sefalik batang otak
lainnya Refleks pupil (mesensefalon)
Bila pupil tampak sangat kecil - Refleks cahaya, refleks
(pin point) maka diperlukan kaca konsensual dan refleks
pembesar konvergensi
Sebelum diperiksa dengan teliti - Pada pasien koma hanya dapat
maka mata jangan ditetesi diperiksa refleks cahaya dan
midriatikum konvergensi
Yang harus diperiksa meliputi - Bila refleks cahaya terganggu
- Besar / lebar pupil berarti ada gangguan di
- Perbandingan lebar pupil mesensefalon (bagian atas
kanan dan kiri batang otak)
- Bentuk pupil Doll’s eye manoever
- Refleks pupil terhadap cahaya - Bila kepala pasien digerakkan
dan konvergensi ke samping maka bola mata
- Reaksi konsensual pupil akan bergerak ke arah yang
o Gerak dan / atau kedudukan bola berlawanan
mata - Refleks negatif bila ada
Deviasi konjugat gangguan di pons
- Kedua bola mata melirik ke Refleks okulo-auditorik
samping, ke arah hemisfer - Bila telinga pasien dirangsang
yang terganggu dengan suara yang keras maka
- Ukuran dan bentuk pupil normal pasien akan menutup matanya
- Refleks cahaya positif (auditory blink reflex)
- Deviasi ini terjadi pada area 8 Refleks okulovestibular (pons)
lobus frontalis - Bila meatus akustikus
Proses di talamus eksternus dirangsang dengan
- Kedua bola mata melirik ke air panas (440 C) maka akan
hidung terjadi gerakan bola mata
- Pasien tidak dapat dapat cepat ke arah telinga yang
menggerakkan kedua bola mata dirangsang
ke atas - Bila tes kalori ini negatif
berarti ada gangguan di pons
6
Refleks kornea
Bila kornea digores dengan kapas halus maka akan terjadi penutupan kelopak mata
Refleks muntah (medula oblongata)
- Dinding belakang faring dirangsang dengan spatel maka akan terjadi refleks muntah
o Reaksi terhadap rangsang nyeri
Tekanan di atas orbita, jaringan di bawah kuku jari tangan, atau tekanan pada sternum
Reaksi yang dapat dilihat
- Gerakan abduksi, seakan-akan pasien menghalau rangsangan; ini menandakan
bahwa masih terdapat fungsi hemisfer (high level function)
- Gerakan aduksi, seakan-akan pasien menjauhi rangsangan (withdrawal); ini berarti
bahwa masih terdapat fungsi tingkat bawah
- Gerakan fleksi lengan dan tungkai; ini berarti bahwa terdapat gangguan di hemisfer
- Kedua lengan dan tungkai mengambil posisi ekstensi (rigiditas deserebrasi); hal ini
berarti bahwa terdapat gangguan di batang otak
o Fungsi traktus piramidalis
Traktus piramdalis merupakan saluran saraf terpanjang dan karena itu itu amat sering
terganggu pada suatu kerusakan struktural susuna saraf pusat
Bila tidak dijumpai gangguan traktus piramidalis maka kita harus mencari penyebab
koma ke arah gangguan metabolik
Gangguan traktus piramidalis dapat diketahui dari
- Kelumpuhan
Dengan rangsangan nyeri, ada gerakan lengan / tungkai atau tidak
Menempatkan lengan / tungkai dalam kedudukan sulit
Menjatuhkan lengan / tungkai dan membandingkan lengan / tungkai kanan dan
kiri; ekstremitas yang lumpuh akan jatuh lebih cepat dan lebih berat
- Refleks tendon
Pada tahap akut di sisi kontralateral lesi akan terjadi penurunan refleks
Pada tahap pasca-akut di sisi kontralateral lesi muncul peningkatan refleks
- Refleks patologik
Dijumpai refleks patologik di sisi kontralateral lesi, di di tangan mau pun di kaki
- Tonus
Pada tahap akut di sisi kontralateral lesi dijumpai penurunan tonus
Pada tahap pasca-akut di sisi kontralateral lesi dijumpai peningkatan tonus
d. Pemeriksaan laboratorium
Darah
o Yang harus diperiksa adalah jumlah lekosit dan diferensiasinya, kadar hemoglobin,
hematokrit, fungsi hati, fungsi ginjal,, elektrolit, kadar gula darah, faal hemostatik
o Berdasarkan temuan klinik dan laboratorik dapat dipertimbangkan pemeriksaan darah yang
lebih khusus atau relevan dengan situasinya
Cairan serebrospinal
o Bila ada indikasi yang kuat diperlukan pemeriksaan cairan serebrospinal (dengan
sendirinya juga mengingat kontra-indikasi pungsi lumbal)
e. Pemeriksaan dengan alat
Oftalmoskop
o Untuk pemeriksaan fundoskopi, meliputi kemungkinan adanya edema papil, edema retina,
arteriosklerosis / fenomenon silang, perdarahan retina, tuberkel retina
Elektro-ensefalografi
o Bila keadaan memungkinan dan memang ada indikasi yang kuat untuk pemeriksaan EEG
Ekho-ensefalografi
Termasuk pemeriksaan “kuno”, sudah ditinggalkan; dalam keadaan tertentu maka pemeriksaan
ini masih dapat dilakukan, untuk mengetahui ada / tidak adanya pendorongan garis tengah
karena adanya perdarahan atau tumor
7
CT Scan atau MRI
o Bila keadaan pasien memungkinkan untuk dibawa ke bagian radiologi / MRI
o Untuk melihat adanya kelainan struktur otak
Arteriografi
o Pada kasus kemungkinan malformasi arteriovenosa maka arteriografi akan sangat
bermanfaat
Penatalaksanaan dasar
8
ALGORITMA KOMA
PEMERIKSAAN NEUROLOGIK
- Respon abnormal terhadap stimuli
- Pola respirasi abnormal
- Respon pupil abnormal
- Pergerakan bola mata abnormal
Pemeriksaan penunjang
- Laboratorium
- Radiologik
- Neuroimaging
- Elektromedik
ASESMEN ETIOLOGI
EKSOGEN ENDOGEN
Supratentorial Infratentorial
9
Rangkuman materi baku
Penatalaksanaan pasien koma memerlukan pengetahuan dasar tentang anatomi dan fisiologi
ota, termasuk fisiologi kesadaran. Langkah berikutnya adalah memahami patogenesis dan patofisiologi
koma yang berkaitan dengan factor etiologi dan proses gangguan fungsi ARAS.
Pemeriksaan pasien koma harus dilaksanakan secara sistematik dan teliti. Selama melakukan
pemeriksaan klinik maka tidak boleh dilupakan untuk melakukan segala sesuatu tindakan yang
diperlukan, berkaitan dengan situasi dan kondisi pasien pada saat itu, misalnya pemberian oksigen,
pemasangan infus dengan cairan yang sesuai, pemasangan kateter, pemasangan endotracheal tube.
Pemeriksaan penunjang didasarkan atas hasil hetero-anamnesis dan pemeriksaan klinik.
Kesimpulan seluruh hasil pemeriksaan perlu disampaikan kepada keluarga pasien, dengan
memperhatikan etika. Pelatihan dalam hal penatalaksanaan pasien koma merupakan bagian integral
dari pembentukan profesional behavior bagi peserta didik.
10
CONTOH KASUS
Seorang perempuan berumur 45 tahun datang di instalasi gawat-darurat dalam keadaan gelisah
sambil memegang kepalanya. Dia mengeluh nyeri kepala yang hebat disertai muntah-muntah. Peritiwa
tersebut terjadi secara sangat mendadak. Allo-anamnesis terganggu oleh situasi pasien yang gelisah.
Pada pemeriksaan fisik didapatkan adanya kaku kuduk, tekanan darah 200 / 120 mmHg, nadi 120 X /
menit, suhu 37,2 C, defisit neurologik fokal tak dijumpai tetapi Babinski’s sign positif bilateral. Selang
30 menit kemudian pasien tampak lebih tenang tetapi tidak responsif terhadap anamnesis maupun
pemeriksaan fisik. Kesadaran pasien menurun secara tajam.
Diskusi
Onset penurunan kesadaran perlu dinilai secara cermat karena hal ini akan sangat berarti bagi
pemikiran ke arah penyebab koma.
Nyeri kepala secara mendadak yang disertai muntah-muntah mempunyai nilai diagnostik yang
tinggi. Sementara itu, tekanan darah dapat bersifat primer tinggi dan dapat pula sekudner
karena kegelisahn dan nyeri kepala yang hebat.
Refleks Babinski yang positif bilateral mengarahkan kepada proses patologik di otak yang
bersifat bilateral atau proses desak ruang yang masif.
Rangkuman
Koma merupakan kasus kedaruratan neurologik yang memerlukan tindakan yang tepat, cepat
dan cermat
Penyebab koma beragam dengan karakteristika maisng-masing
Untuk mendiagnosis koma diperlukan pemeriksaan fisik (status internus) dan neurologik secar
sistematik dan menyeluruh, ditambah pemeriksaan penunjang yang relevan dengan hasil
pemeriksaan fisik dan neurologik
Setiap kasus koma berpotensi untuk terjadinya komplikasi sampai dengan kematian
Penatalaksanaan pasien koma harus bersifat antisipatif dan bukannya reaktif
Seorang anak perempuan umur 8 tahun, datang di rumah sakit dalam keadaan kejang tonik-
klonik, dari mulut keluar busa, mata terbalik. Sejak 1 jam terakhir pasien mengalami kejang 3 kali, dan
sejak kejang yang pertama kali pasien dalam keadaan tidak sadar. Selama 3 hari terakhir pasien
mengalami panas tinggi, sudah diperiksakan ke Puskesmas dan telah memperoleh obat penurun panas,
tetapi suhu tubuh belum turun. Sehari sebelum kejang pasien muntah 2 kali, kemudian pasien tampak
mengantuk dan bingung.
11
o Nervi kraniales: tidak dapat dinilai
o Fundoskopi: retina dan papil dalam batas normal
o Motorik: kesan tidak ada defisit neurologik fokal
o Sensorik: tidak dapat dinilai
o Refleks fisiologik ++ / ++
o Refleks patologik + / +
o Klonus paha dan kaki - / -
o Saraf otonom: vesika urinaria teraba penuh
b. Hasil pemeriksaan penunjang:
Pemeriksaan darah dan urin: terlampir
Pemeriksaan foto toraks: terlampir
Pemeriksaan EKG: terlampir
Pemeriksaan CT Scan: terlampir
c. Monitoring selama 12 jam pertama
Kesadaran: tidak mengalami perubahan
Kejang: hilang dengan pemberian diazepam secara intravena
Tanda vital: suhu 39,2 C
Defisit fokal: tidak muncul
Diskusi
Kasus penurunan kesadaran pada seorang anak berumur 8 tahun, GCS 1.1.3
Tanda rangsangan meningeal positif
Ada demam dan kejang tonik klonik
Kejang menghilang dengan pemberian diazepam secara intravena
Defisit neurologik fokal negatif tetapi refleks fisiologik meningkat dan refleks patologik positif
Ada retensi urin
Kemungkina penyebab infeksi susunan saraf pusat
Interpretasi hasil-hasil pemeriksaan penunjang
Penetapan diagnosis
Rangkuman
a. Kompetensi dalam penatalaksanaan koma dicapai dengan proses pembelajaran secara sistematik,
meliputi:
Hetero-anamnesis secara sistematik
Pemeriksaan fisik (status internus) dan neurologik secara sisteamtik
Penentuan status koma berdasarkan GCS
Diagnosis banding (etiologik)
Pemeriksaan penunjang yang relevan dengan kemungkinan factor penyebab
Tindakan medik yang diperlukan selama penegakan diagnosis
Sikap dan tindakan antisipatif terhadap kemungkinan komplikasi
Tindakan medik definitif
Sistem rujukan
b. Evaluasi diri
Apakah pemeriksaan saya telah cukup teliti sehingga saya dapat menentukan lokasi proses
penyakit?
Apakah saya telah membahas segala kemungkinan yang dapat menyebabkan koma?
Apakah saya telah merancang dan melakukan pemeriksaan lanjutan / penunjang yang relevan
atau rasional?
Apakah saya telah melakukan tindakan emergensi secara adekuat?
Apakah saya telah merencanakan dan / atau melakukan konsultasi kepada sejawat lain?
Apakah saya telah menunjukkan sikap simpati dan empati kepada keluarga pasien?
12
Apakah saya telah memberi informasi tentang prognosis pasien kepada keluarga pasien?
Apakah keluarga pasien menunjukkan sikap puas, atau tanda tanya, atau gusar, atau marah
kepada saya?
Apakah saya telah merencanakan dan / atau memberi terapi dengan memerhatikan evidence-
based medicine?
c. Penilaian kompetensi
Hasil observasi selama proses alih pengetahuan (kognitif), ketrampilan (psikomotor), dan
afektif
EVALUASI
Pre-trest dan Mid-test: jawablah secara singkat
1. Jelaskan dengan singkat definisi koma
2. Jelaskan dengan singkat penyakit-penyakit lain yang mirip koma
3. Jelaskan derajad koma baik secara kualitatif dan kuantitatif
4. Jelaskan dengan singkat klasifikasi koma
5. Jelaskan dengan singkat macam-macam herniasi otak
13
C. Central transtentorial herniation
D. Uncal herniation
E. Central herniation
7. Indikator klinis koma batang otak, adalah :
A. Pola pernapasan, respon pupil dan gerak mata yang kesemuanya abnormal
B. Multicranial nerve palsies
C. Dilatasi pupil dan gagal nafas
D. Posisi dekortikasi dan pupil anisokor
E. Hemikonvulsi
8. Postur abnormal “ decorticate” sering dijumpai pada koma, kecuali :
A. Kompresi batang otak
B. Kompresi mesensefalon
C. Ensefalopati hepatika
D. Ensefalopati toksik berat
E. Edema otak difus
9. Ciri khas pupil pada koma metabolic, yaitu :
A. Pupil isokor dan refleks cahaya cepat
B. Pupil anisokor dan refleks cahaya negatif
C. Pupil isokor dan refleks cahaya lambat
D. Sama sekali tidak ada reaksi pupil
E. Miosis bilateral
14