Anda di halaman 1dari 15

K O M A awas waspada.

Bila pusat tidur tidak diaktifkan


maka pembebasan dari inhibisi mesensefalik dan
Pengantar nuklei retikularis pons bagian atas membuat area
ini menjadi aktif secara spontan. Keadaan ini
Koma memerlukan pemeriksaan fisik- sebaliknya akan merangsang korteks serebri dan
neurologik yang cermat dan sistematik, sistem saraf tepi, yang keduanya kemudian
menggunakan bagan (algoritma) tertentu untuk mengirimkan banyak sinyal umpan balik positif
mencapai diagnosis pasti tentang penyebab dan kembali ke nuklei retikularis yang sama agar
situasi klinik yang sedang dihadapi pemeriksa. sistem ini tetap aktif. Begitu timbul keadaan
Penanganan pasien koma memerlukan kecepatan siaga, maka ada kecenderungan secara alami
dan kecermatan tindakan dengan memerhatikan untuk mempertahankan kondisi ini, sebagai
prosedur tetap yang berlaku. akibat dari seluruh ativitas umpan balik positif
Menurut Plum, gangguan kesadaran yang tersebut.
maksimal (koma) didefinisikan sebagai Masukan impuls yang menuju sistem
“unarousable unresponsiveness” yang berarti saraf pusat yang berperan pada mekanisme
“the absence of any psychologically kesadaran pada prinsipnya ada dua macam, yaitu
understandable response to external stimulus or input yang spesifik dan non spesifik. Input
inner need”. spesifik merupakan impuls aferen khas yang
meliputi impuls protopatik, propioseptif dan
Fisiologi kesadaran panca-indera. Penghantaran impuls ini dari titik
reseptor pada tubuh melalui jaras spinotalamik,
Secara fisiologik kesadaran memerlukan lemniskus medialis, jaras genikulo-kalkarina dan
interaksi yang terus-menerus dan efektif antara sebagainya menuju ke suatu titik di korteks
hemisfer otak dan formasio retikularis di batang perseptif primer. Setelah impuls aferen spesifik
otak. Kesadaran dapat digambarkan sebagai ini sampai di korteks akan menghasilkan
kondisi awas-waspada dalam kesiagaan yang kesadaran yang sifatnya spesifik yaitu perasaan
terus menerus terhadap keadaan lingkungan atau nyeri di kaki atau tempat lainnya, penglihatan,
rentetan pikiran kita. Hal ini berarti bahwa penghiduan atau juga pendengaran tertentu.
seseorang menyadari seluruh asupan dari panca Sebagian impuls aferen spesifik ini melalui
indera dan mampu bereaksi secara optimal cabang kolateralnya akan menjadi impuls non
terhadap seluruh rangsangan baik dari luar spesifik karena penyalurannya melalui lintasan
maupun dari dalam tubuh. Orang normal dengan aferen non spesifik yang terdiri dari neuron-
tingkat kesadaran yang normal mempunyai neuron di substansia retikularis medulla spinalis
respon penuh terhadap pikiran atau persepsi yang dan batang otak menuju ke inti intralaminaris
tercermin pada perilaku dan bicaranya serta thalamus (dan disebut neuron penggalak
sadar akan diri dan lingkungannya. Dalam kewaspadaan) berlangsung secara multisinaptik,
keseharian, status kesadaran normal bisa unilateral dan lateral dan menggalakkan inti
mengalami fluktuasi dari kesadaran penuh tersebut untuk memancarkan impuls yang
(tajam) atau konsentrasi penuh yang ditandai menggiatkan seluruh korteks secara difus dan
dengan pembatasan area atensi menjadi bilateral yang dikenal sebagai diffuse ascending
berkurangnya konsentrasi dan perhatian, tetapi reticular system dan neuron di seluruh korteks
pada individu normal dapat segera serebri yang digalakkan oleh impuls aferen non
mengantisipasi untuk kemudian bisa kembali spesifik tersebut dinamakan neuron pengemban
pada kondisi kesadaran penuh lagi. Mekanisme kewaspadaan. Lintasan aferen non spesifik ini
ini hasil dari interaksi yang sangat kompleks menghantarkan setiap impuls dari titik manapun
antara bagian formasio retikularis dengan pada tubuh ke titik-titik pada seluruh sisi korteks
korteks serebri dan batang otak serta semua serebri. Jadi pada kenyataannya, pusat-pusat
rangsang sensorik. bagian bawah otaklah yaitu substansia retikularis
Bagian rostral substansia retikularis yang mengandung lintasan non spesifik difus,
disebut sebagai pusat penggugah atau arousal yang menimbulkan “kesadaran” dalam korteks
centre yang merupakan pusat aktivitas serebri.
menghilangkan sinkronisasi (desinkronisasi), Derajat kesadaran itu sendiri ditentukan
maka keadaan tidur di ubah menjadi keadaan oleh banyak neuron penggerak atau neuron
pengemban kewaspadaan yang aktif. Unsur

0
fungsional utama neuron-neuron ialah o Jarang terjadi
kemampuan untuk dapat digalakkan sehingga o Lesi destruktif terletak di talamus
menimbulkan potensial aksi. Untuk itu juga atau midbrain dimana neuron-
didukung oleh proses-proses yang memelihara neuron ARAS terlibat langsung.
kehidupan neuron-neuron serta unsur-unsur  Cidera korteks dan subkorteks bilateral
selular otak melalui proses biokimiawi, karena yang luas, meliputi kontusio serebri,
tergantung pada jumlah neuron-neuron tersebut difuse axonal injury, infark atau
yang aktif, derajad kesadaran bisa tinggi atau perdarahan otak bilateral, meningitis,
rendah. Adanya gangguan baik pada neuron- ensefalitis, hipoksia atau iskemia yang
neuron pengemban kewaspadaan ataupun bias terjadi pada kasus henti jantung.
penggerak kewaspadaan akan menimbulkan o Koma terjadi sebagai akibat
gangguan kesadaran. terputusnya impuls-impuls
talamokortikal atau akibat
destruksi neuron-neuron korteks.
o Pada kasus prolonged coma,
dijumpai perubahan patologik
yang terkait lesi seluruh bagian
Patogenesis koma sistim saraf korteks dan
diensefalon.
 Berdasar anatomi-patofisiologi koma
dibagi dalam:
o Koma kortikal-bihemisferik, yaitu
Koma dapat terjadi sebagai akibat dari
koma yang terjadi oleh sebab
dua kelompok masalah besar, yaitu (a) lesi di
neuron pengemban kewaspadaan
batang otak bagian atas dan bagian bawah
sama sekali tidak berfungsi.
diensefalon serta (b) gangguan metabolik atau
o Koma diensefalik, yaitu
submikroskopis yang mengakibatkan supresi
supratentorial, infratentorial,
aktivitas neuronal. Dari studi kasus-kasus koma
kombinasi supratentorial dan
yang kemudian meninggal dapat dibuat
infratentorial; dalam hal ini
kesimpulan bahwa ada tiga tipe lesi yang
neuron penggalak kewaspadaan
masing-masing merusak fungsi ARAS baik
tidak berdaya untuk
secara langsung maupun tidak langsung:
mengaktifkan neuron pengemban
 Masa tumor, abses, infark dengan edema
kewaspadaan.
yang masif atau perdarahan intraserebral,
Masalah yang paling sulit dalam
subdural maupun epidural. Lesi biasanya
membicarakan kesadaran adalah bahwa sampai
di korteks dan substansia alba, bagian
saat ini mekanisme neuronal belum diketahui
otak masih banyak yang utuh tetapi
secara pasti, di mana kerusakan sebagian besar
menyebabkan distorsi struktur otak yang
korteks serebri menyebabkan penurunan derajad
paling dalam yang kadang-kadang
kesadaran terhadap sekelilingnya. Derajad yang
menyebabkan herniasi tentorial lobus
paling rendah adalah koma dan akan terjadi jika
temporal yang menekan midbrain dan
korteks serebri bilateral tidak lagi menerima
sub-talamik di sistem aktivasi
impuls aferen nonspesifik. Dalam eksperimen
retikularnya.
jika dilakukan dekortikasi atau perusakan inti
 Lesi anatomik
intralaminar talamik atau jika substansia grisea

1
di sekitar akuaduktus sylvii di rusak akan Patofisiologi
mengakibatkan penyaluran impuls asenden
nonspesifik tersumbat sehingga terjadi koma. Patofisiologi menerangkan terjadinya
Studi terkini yang dilakukan oleh Parvizi dan koma sebagai akibat dari berbagai macam
Damasio melaporkan bahwa lesi pada pons juga gangguan atau penyakit yang masing-masing
bisa menyebabkan koma. pada akhirnya mengacaukan fungsi reticular
Koma juga bisa terjadi apabila terjadi activating system secara langsung maupun tidak
gangguan baik pada neuron penggalak langsung. Dari studi kasus-kasus koma yang
kewaspadaan maupun neuron pengemban kemudian meninggal dapat dibuat kesimpulan,
kewaspadaan yang menyebabkan neuron-neuron bahwa ada tiga tipe lesi /mekanisme yang
tersebut tidak bisa berfungsi dengan baik dan masing-masing merusak fungsi reticular
tidak mampu bereaksi terhadap pacuan dari luar activating system, baik secara langsung maupun
maupun dari dalam tubuh sendiri. Adanya tidak langsung.
gangguan fungsi pada neuron pengemban
kewaspadaan, menyebabkan koma kortikal a. Disfungsi otak difus
bihemisferik, sedangkan apabila terjadi  Proses metabolik atau submikroskopik
gangguan pada neuron penggalak kewaspadaan, yang menekan aktivitas neuronal.
menyebabkan koma diensefalik, supratentorial  Lesi yang disebabkan oleh abnormalitas
atau infratentorial. metabolik atau toksik atau oleh pelepasan
Penurunan fungsi fisiologik dengan general electric (kejang) diduga bersifat
adanya perubahan-perubahan patologik yang subseluler atau molekuler, atau lesi-lesi
terjadi pada koma yang berkepanjangan mikroskopik yang tersebar.
berhubungan erat dengan lesi-lesi sistem neuron  Cidera korteks dan subkorteks bilateral
kortikal diensefalik. Jadi prinsipnya semua yang luas atau ada kerusakan thalamus
proses yang menyebabkan destruksi baik yang berat yang mengakibatkan
morfologis (perdarahan, metastasis, infiltrasi), terputusnya impuls talamokortikal atau
biokimia (metabolisme, infeksi) dan kompresi destruksi neuron-neuron korteks bisa
pada substansia retikularis batang otak paling karena trauma (kontusio, cedera aksonal
rostral (nuklei intralaminaris) dan gangguan difus), infark atau perdarahan otak
difus pada kedua hemisfer serebri menyebabkan bilateral.
gangguan kesadaran hingga koma. Derajad  Sejumlah penyakit mempunyai pengaruh
kesadaran yang menurun secara patologik bisa langsung pada aktivitas metabolik sel-sel
merupakan keadaan tidur secara berlebihan neuron korteks serebri dan nuclei sentral
(hipersomnia) dan berbagai macam keadaan otak seperti meningitis, viral ensefalitis,
yang menunjukkan daya bereaksi di bawah hipoksia atau iskemia yang bisa terjadi
derajad awas-waspada. Keadaan-keadaan pada kasus henti jantung.
tersebut dinamakan letargia, mutismus akinetik,  Pada umumnya, kehilangan kesadaran
stupor dan koma. pada kondisi ini setara dengan penurunan
Bila tidak terdapat penjalaran impuls aliran darah otak atau metabolisme otak.
saraf yang kontinyu dari batang otak ke b. Efek langsung pada batang otak
serebrum maka otak menjadi tidak bermanfaat.
Hal ini bisa dilihat jika batang otak mengalami  Lesi di batang otak dan diensefalon
kompresi berat pada sambungan antara bagian bawah yang
mesensefalon dan serebrum akibat tumor merusak/menghambat reticular
hipofisis biasanya menyebabkan koma yang activating system.
ireversibel. Saraf kelima adalah nervus tertinggi  Lesi anatomik atau lesi destruktif terletak
yang menjalarkan sejumlah besar sinyal di talamus atau midbrain di mana neuron-
somatosensoris ke otak. Bila seluruh sinyal ini neuron ARAS terlibat langsung.
hilang, maka tingkat aktivitas pada area  Lebih jarang terjadi.
eksitatorik akan menurun mendadak dan  Pola patoanatomik ini merupakan tanda
aktivitas otakpun dengan segera akan sangat khas stroke batang otak akibat oklusi
menurun, sampai hampir mendekati keadaan arteri basilaris, perdarahan talamus dan
koma yang permanen. batang otak atas, dan traumatic injury.
c. Efek kompresi pada batang otak

2
 Kausa kompresi primer atau sekunder a. Gangguan sirkulasi darah di otak
 Lesi masa yang bisa dilihat dengan  Perdarahan, trombosis maupun emboli
mudah. dapat menyebabkan terjadinya gangguan
 Masa tumor, abses, infark dengan edema kesadaran
yang masif atau perdarahan intraserebral,  Mengingat insidensi stroke cukup tinggi
subdural maupun epidural. Biasanya lesi maka kecurigaan terhadap stroke pada
ini hanya mengenai sebagian dari korteks setiap kejadian gangguan kesadaran perlu
serebri dan substansia alba dan sebagian digarisbawahi.
besar serebrum tetap utuh. Tetapi lesi ini b. Infeksi: ensefalomeningitis
mendistorsi struktur yang lebih dalam  Mengingat infeksi (bakteri, virus, jamur)
dan menyebabkan koma karena efek merupakan penyakit yang sering
pendesakan (kompresi) ke lateral dari dijumpai di Indonesia maka setiap
struktur tengah bagian dalam dan terjadi gangguan kesadaran yang disertai suhu
herniasi tentorial lobus temporal yang tubuh meninggi perlu dicurigai adanya
berakibat kompresi mesensefalon dan ensefalomeningitis.
area subthalamik reticular activating c. Gangguan metabolisme
system, atau adanya perubahan-  Di Indonesia, penyakit hepar, gagal
perubahan yang lebih meluas di seluruh ginjal, diabetes melitus sering dijumpai.
hemisfer. d. Neoplasma
 Lesi serebelar sebagai penyebab sekunder  Neoplasma otak, baik primer maupun
juga dapat menekan area retikular batang metastatik, sering di jumpai di Indonesia.
otak atas dan menggesernya maju ke  Neoplasma lebih sering dijumpai pada
depan dan ke atas. golongan usia dewasa dan lanjut.
 Pada kasus prolonged coma, dijumpai e. Trauma kepala
perubahan patologik yang terkait lesi  Trauma kepala paling sering disebabkan
seluruh bagian sistim saraf korteks dan oleh kecelakaan lalu-lintas.
diensefalon. f. Epilepsi
 Gangguan kesadaran terjadi pada kasus
epilepsi umum dan status epileptikus
g. Intoksikasi
 Intoksikasi dapat disebabkan oleh obat,
racun (percobaan bunuh diri), makanan
tertentu dan bahan kimia lainnya.
h. Gangguan elektrolit dan endokrin
 Gangguan ini sering kali tidak
menunjukkan “identitas”nya secara jelas;
dengan demikian memerlukan perhatian
yang khusus agar tidak terlupakan dalam
setiap pencarian penyebab gangguan
kesadaran.

Tabel. Contoh mekanisme dan


penyebabutama koma
NO Mekanisme ETIOLOGI
1 Disfungsi - Overdosis obat, alcohol abuse
otak difus - Keracunan CO, gas anestesi
Etiologi - Hipoglikemia, hiperglikemia
- Hipoksia, cedera otak iskemik
- Ensefalopati hipertensif
Gangguan kesadaran disebabkan oleh - Uremia berat
berbagai faktor etiologi, baik yang bersifat - Gagal hepatoselular
intrakranial maupun ekstrakranial / sistemik. - Gagal napas dengan retensi
Penjelasan singkat tentang faktor etiologi CO2
gangguan kesadaran adalah sebagai berikut: - Hiperkalsemia, hipokalsemia

3
- Hiponatremia, hipernatremia muntah, penglihatan ganda, kejang,
- Hipoadrenalisme, kelumpuhan anggota gerak.
hipopituarisme, hipotiroidisme  Obat-obat yang diminum secara rutin
- Asidosis metabolik oleh pasien, misalnya obat penenang,
- Hipotermia, hipertermia
obat tidur, antikoagulansia, obat
- Trauma kepala tertutup
- Epilepsi pascabangkitan umum antidiabetes (dapat dalam bentuk injeksi),
- Ensefalitis, malaria serebral, antihipertensi.
septikemia  Apakah gangguan kesadaran terjadi
- Perdarahan subaraknoid secara bertahap atau mendadak, apakah
- Gangguan metabolik lainnya disertai gejala lain / ikutan?
(mis. porfiria)  Apakah ada inkontinensi urin dan / atau
- Edema otak karena hipoksia alvi
kronik  Apakah dijumpai surat tertentu (misalnya
2 Efek - Perdarahan atau infark
”perpisahan”)?
langsung di - Neoplasma misalnya glioma
batang otak - Demielinasi
b. Pemeriksaan fisik (status internus)
- Sindrom Wernicke-Korsakoff Pada pemeriksaan ini hendaknya
- Trauma diperhatikan hal-hal yang biasanya dilakukan
oleh setiap dokter, dengan memerhatikan
3 Tekanan -Tumor hemisfere, infark, abses, sistematika dan ketelitian, sebagai berikut:
terhadap hematoma, ensefalitis atau  Nadi, meliputi frekuensi, isi dan irama
batang otak trauma denyut
- Lesi massa di serebelum  Tekanan darah, diukur pada lengan kanan
Sumber: Kumar & Clark, 2006. dan lengan kiri; perhatikanlah apakah
tensimeter masih berfungsi dengan baik
Pemeriksaan pasien gangguan kesadaran  Suhu tubuh, pada umumnya termometer
dipasang di ketiak; bila perlu diperiksa
a. Anamnesis secara rektal
Dalam kasus gangguan kesadaran maka  Respirasi, meliputi frekuensi, keteraturan,
auto-anamnesis masih dapat dilakukan; hal ini kedalaman, dan bau pernapasan (aseton,
terjadi pada kasus di mana gangguan kesadaran amonia, alkohol, bahan kimia tertentu
masih bersifat ”ringan” , pasien masih dapat dll)
menjawab pertanyaan (lihat pemeriksaan  Kulit, meliputi turgor, warna dan
Glasgow Coma Scale/ GCS). Hasil auto- permukaan kulit ( dehidrasi, ikterus,
anamnesis ini dapat dimanfaatkan untuk sianosis, bekas suntikan, luka karena
menetapkan adanya gangguan kesadaran yang trauma, dll)
bersifat psikiatrik – termasuk sindrom otak  Kepala, apakah ada luka dan fraktur
organik atau gangguan kesadaran yang bersifat  Konjungtiva, apakah normal, pucat, atau
neurologik (dinyatakan secara kualitatif maupun ada perdarahan
kuantitatif ke dalam GCS). Namun demikian  Mukosa mulut dan bibir, apakah ada
kedalaman makna dari anamnesis perlu dicari perdarahan, perubahan warna
dari hetero-anamnesis, yaitu anamnesis terhadap  Telinga, apakah keluar cairan bening,
pengantar dan atau keluarganya. Berbagai hal keruh, darah, termasuk bau cairan perlu
yang perlu ditanyakan pada saat anamnesis diperhatikan
adalah sebaai berikut:  Hidung, apakah ada darah dan atau cairan
 Penyakit yang pernah diderita sebelum yang keluar dari hidung
terjadinya gangguan kesadaran, misalnya  Orbita, apakah ada brill hematoma,
diabetes melitus, hipertensi, penyakit trauma pada bulbus okuli, kelainan
ginjal, penyakit hati, epilepsi, adiksi obat pasangan bola mata (paresis N.III, IV,
tertentu VI), pupil, celah palpebra, ptosis
 Keluhan pasien sebelum terjadinya  Leher, apakah ada fraktur vertebra; bila
gangguan kesadaran, antara lain nyeri yakin tidak ada fraktur maka diperiksa
kepala yang mendadak atau sudah lama, apakah ada kaku kuduk
perasaan pusing berputar, mual dan

4
 Dada, pemeriksaan fungsi jantung dan Dapat menunjuk lokasi 5
paru secara sistematik dan teliti (licalizes)
 Perut, meliputi pemeriksaan hati, limpa, Menarik lengan/tungkai, 4
ada distensi atau tidak, suara peristaltik hanya gerakan aduksi
usus, nyeri tekan di daerah tertentu Gerakan fleksi 3
Responsi ekstensor 2
Tidak ada gerakan 1

c. Pemeriksaan neurologik o Pemeriksaan untuk menetapkan letak


Di samping pemeriksaan neurologik yang proses patologik di batang otak
rutin maka terdapat beberapa pemeriksaan o Observasi umum, meliputi:
neurologik khusus yang harus dilakukan oleh  Gerakan otomatik misalnya
setiap pemeriksa. Pemeriksaan khusus tadi menelan, menguap, membasahi
meliputi pemeriksaan kesadaran dengan bibir
menggunakan GCS dan pemeriksaan untuk  Adanya gerakan otomatik ini
menetapkan letak proses patologik di batang otak menunjukkan bahwa fungsi
 Pemeriksaan dengan menggunakan GCS nukleus di batang otak masih
o Instrumen ini dapat diandalkan baik; hal ini berarti bahwa
o Mudah untuk diaplikasikan dan prognosis relatif baik
mudah untuk dinilai sehingga tidak  Adanya kejang mioklonik
terdapat perbedaan antarpenilai multifokal dan berulang kali;
o Dengan sedikit latihan maka perawat gejala ini biasanya disebabkan
juga dapat mengaplikasikan oleh gangguan metabolisme sel
instrumen GCS ini dengan mudah. hemisfer otak
o Yang diperiksa dan dicatat adalah  Letak lengan dan tungkai; bila
nilai (prestasi) pasien yang terbaik lengan dan tungkai dalam posisi
o Bila seseorang sadar maka ia fleksi maka hal ini berarti
mendapat nilai 15 gangguan terletak di hemsifer
o Nilai terendah adalah 3 otak. Bila kedua lengan dan
tungkai dalam keadaan eksteni
Glasgow Coma Scale (rigiditas deserebrasi) maka ini
menunjukkan adanya gangguan di
Pemeriksaan Aktivitas pasien Nilai batang otak dan keadaan ini
Membuka Membuka mata spontan 4 sangat serius
mata Membuka mata atas 3 o Pengamatan pola penapasan
perintah  Bentuk Cheyne-Stokes atau
Membuka mata bila 2 periodic breathing
dirangsang nyeri - Pola pernapasan seperti ini
Tidak membuka mata bila 1 disebabkan oleh proses
dirangsang nyeri patologik di hemisfer dan /
Berbicara Orientasi waktu, tempat 5 atau batang otak bagian atas.
dan perorangan baik  Central neurogenic breathing
(istilah lama: pernapasan
Kalimat dan kata baik, 4
Kussmaul atau Biot)
tetapi isi percakapan tak
- Pola pernapasan seperti
jelas
disebabkan oleh proses
Kata baik, tetapi kalimat 3
patologik di tegmentum
tidak jelas maknanya
(batas antara mesensefalon
Makna kata tidak dapat 2
dan pons)
dimengerti
- Letak proses ini lebih kaudal
Tidak keluar kata (bedakan 1
bila dibandingkan dengan
dengan afasia)
proses patologik yang
Gerakan Gerakan mengikuti 6
motorik perintah

5
menimbulkna pola pernapasan - Pupil kecil dan refleks cahaya
Chyene-Stokes. negatif
 Pernapasan apneistik: isnpirasi  Proses di pons
dalam kemudian diikuti - Kedua bola mata berada di
berhentinya napas pasca-ekspirasi tengah
 Pernapasan ataksik: pernapasan - Bila kepala pasien digerakkan
yang cepat, dangkal dan tak ke samping maka tidak
teratur terlihat gerakan bola mata ke
- Pola pernapasan seperti ini samping (dolls eye manoever
biasanya tampak ketika yang abnormal)
formasio retikularis bagian - Pupil sangat kecil, reaksi
dorsomedial medula terhadap cahaya positif
oblongata terganggu (dilihat dengan kaca
- Pola pernapasan seperti ini pembesar)
sering tampak pada tahap - Kadang-kadang tampak
agonal, sehingga dianggap adanya ocular bobbing
sebagai tanda menjelang  Proses di serebelum
kematian - Pasien tidak dapat melihat ke
o Kelainan pupil samping
 Pemeriksaan pupil terutama pada - Pupil normal (bentuk dan
pasien koma sama nilainya reaksi terhadap cahaya)
dengan pemeriksaan tanda vital o Refleks sefalik batang otak
lainnya  Refleks pupil (mesensefalon)
 Bila pupil tampak sangat kecil - Refleks cahaya, refleks
(pin point) maka diperlukan kaca konsensual dan refleks
pembesar konvergensi
 Sebelum diperiksa dengan teliti - Pada pasien koma hanya dapat
maka mata jangan ditetesi diperiksa refleks cahaya dan
midriatikum konvergensi
 Yang harus diperiksa meliputi - Bila refleks cahaya terganggu
- Besar / lebar pupil berarti ada gangguan di
- Perbandingan lebar pupil mesensefalon (bagian atas
kanan dan kiri batang otak)
- Bentuk pupil  Doll’s eye manoever
- Refleks pupil terhadap cahaya - Bila kepala pasien digerakkan
dan konvergensi ke samping maka bola mata
- Reaksi konsensual pupil akan bergerak ke arah yang
o Gerak dan / atau kedudukan bola berlawanan
mata - Refleks negatif bila ada
 Deviasi konjugat gangguan di pons
- Kedua bola mata melirik ke  Refleks okulo-auditorik
samping, ke arah hemisfer - Bila telinga pasien dirangsang
yang terganggu dengan suara yang keras maka
- Ukuran dan bentuk pupil normal pasien akan menutup matanya
- Refleks cahaya positif (auditory blink reflex)
- Deviasi ini terjadi pada area 8  Refleks okulovestibular (pons)
lobus frontalis - Bila meatus akustikus
 Proses di talamus eksternus dirangsang dengan
- Kedua bola mata melirik ke air panas (440 C) maka akan
hidung terjadi gerakan bola mata
- Pasien tidak dapat dapat cepat ke arah telinga yang
menggerakkan kedua bola mata dirangsang
ke atas - Bila tes kalori ini negatif
berarti ada gangguan di pons

6
 Refleks kornea
Bila kornea digores dengan kapas halus maka akan terjadi penutupan kelopak mata
 Refleks muntah (medula oblongata)
- Dinding belakang faring dirangsang dengan spatel maka akan terjadi refleks muntah
o Reaksi terhadap rangsang nyeri
 Tekanan di atas orbita, jaringan di bawah kuku jari tangan, atau tekanan pada sternum
 Reaksi yang dapat dilihat
- Gerakan abduksi, seakan-akan pasien menghalau rangsangan; ini menandakan
bahwa masih terdapat fungsi hemisfer (high level function)
- Gerakan aduksi, seakan-akan pasien menjauhi rangsangan (withdrawal); ini berarti
bahwa masih terdapat fungsi tingkat bawah
- Gerakan fleksi lengan dan tungkai; ini berarti bahwa terdapat gangguan di hemisfer
- Kedua lengan dan tungkai mengambil posisi ekstensi (rigiditas deserebrasi); hal ini
berarti bahwa terdapat gangguan di batang otak
o Fungsi traktus piramidalis
 Traktus piramdalis merupakan saluran saraf terpanjang dan karena itu itu amat sering
terganggu pada suatu kerusakan struktural susuna saraf pusat
 Bila tidak dijumpai gangguan traktus piramidalis maka kita harus mencari penyebab
koma ke arah gangguan metabolik
 Gangguan traktus piramidalis dapat diketahui dari
- Kelumpuhan
 Dengan rangsangan nyeri, ada gerakan lengan / tungkai atau tidak
 Menempatkan lengan / tungkai dalam kedudukan sulit
 Menjatuhkan lengan / tungkai dan membandingkan lengan / tungkai kanan dan
kiri; ekstremitas yang lumpuh akan jatuh lebih cepat dan lebih berat
- Refleks tendon
 Pada tahap akut di sisi kontralateral lesi akan terjadi penurunan refleks
 Pada tahap pasca-akut di sisi kontralateral lesi muncul peningkatan refleks
- Refleks patologik
 Dijumpai refleks patologik di sisi kontralateral lesi, di di tangan mau pun di kaki
- Tonus
 Pada tahap akut di sisi kontralateral lesi dijumpai penurunan tonus
 Pada tahap pasca-akut di sisi kontralateral lesi dijumpai peningkatan tonus
d. Pemeriksaan laboratorium
 Darah
o Yang harus diperiksa adalah jumlah lekosit dan diferensiasinya, kadar hemoglobin,
hematokrit, fungsi hati, fungsi ginjal,, elektrolit, kadar gula darah, faal hemostatik
o Berdasarkan temuan klinik dan laboratorik dapat dipertimbangkan pemeriksaan darah yang
lebih khusus atau relevan dengan situasinya
 Cairan serebrospinal
o Bila ada indikasi yang kuat diperlukan pemeriksaan cairan serebrospinal (dengan
sendirinya juga mengingat kontra-indikasi pungsi lumbal)
e. Pemeriksaan dengan alat
 Oftalmoskop
o Untuk pemeriksaan fundoskopi, meliputi kemungkinan adanya edema papil, edema retina,
arteriosklerosis / fenomenon silang, perdarahan retina, tuberkel retina
 Elektro-ensefalografi
o Bila keadaan memungkinan dan memang ada indikasi yang kuat untuk pemeriksaan EEG
 Ekho-ensefalografi
Termasuk pemeriksaan “kuno”, sudah ditinggalkan; dalam keadaan tertentu maka pemeriksaan
ini masih dapat dilakukan, untuk mengetahui ada / tidak adanya pendorongan garis tengah
karena adanya perdarahan atau tumor

7
 CT Scan atau MRI
o Bila keadaan pasien memungkinkan untuk dibawa ke bagian radiologi / MRI
o Untuk melihat adanya kelainan struktur otak
 Arteriografi
o Pada kasus kemungkinan malformasi arteriovenosa maka arteriografi akan sangat
bermanfaat

Penatalaksanaan dasar

Setiap pasien koma harus dikelola menurut pedoman sebagai berikut:


 Pernapasan
o Harus diusahakan agar jalan napas tetap bebeas dari obstruksi
o Posisi yang baik adalah miring dengan kepala lebih rendah dari badan supaya darah atau
cairan yang dimuntahkan dapat mengalir keluar
 Tekanan darah
o Harus diusahakan agar tekanan darah cukup tinggi untuk memompa darah ke otak
 Otak
o Periksalah kemungkinan adanya edema otak
o Hentikan kejang yang ada
 Vesika urinaria
o Periksalah apakah ada retensio atau inkontinensia urin
o Pemasangan kateter merupakan suatu keharusan
 Gastro-intestinal
o Perhatikan kecukupan kalori, vitamin dan elektrolit
o Pemasangan nasogastric tube berperan ganda: untuk memasukkan makanan dan obat-
obatan serta untuk memudahkan pemeriksaan apakah ada perdarahan lambung (stress
ulcer)
o Periksalah apakah ada tumpukan skibala
Perwatan pasien koma harus bersifat intensif dengan pemantauan yang ketat dan sistematik. Pemberian
oksigen, obat-obatan tertentu maupu tindakan medik tertentu disesuaikan dengan hasil pemantauan.

8
ALGORITMA KOMA

PASIEN PENURUNAN KESADARAN


(Tidak ada respon serebral terhadap
rangsang nyeri)

PEMERIKSAAN NEUROLOGIK
- Respon abnormal terhadap stimuli
- Pola respirasi abnormal
- Respon pupil abnormal
- Pergerakan bola mata abnormal

Pemeriksaan penunjang
- Laboratorium
- Radiologik
- Neuroimaging
- Elektromedik

ASESMEN ETIOLOGI

Lesi struktural Toxik-metabolik


(Lesi destruktif intrakranial) (Diffuse Brain Disease)
 Defisit neurologik  Pupil reaktif
fokal  Tidak ada defisit
 Dilatasi & unreactive neurologik fokal
pupil  TIK tidak meningkat
 TIK meningkat

EKSOGEN ENDOGEN
Supratentorial Infratentorial

-Trauma Intoksikasi  Gangguan endokrin


-Perdarahan intrakranial -Obat  Abnormalitas metabolik
-Stroke iskemik -NAPZA  Infeksi
-Abnormalitas mikrovaskular difus -Insektisida  Defisiensi
-Tumor  Hipotermia
-Penyakit lain (Central pontin  Psikogenik
myelinolysis)

9
Rangkuman materi baku

Penatalaksanaan pasien koma memerlukan pengetahuan dasar tentang anatomi dan fisiologi
ota, termasuk fisiologi kesadaran. Langkah berikutnya adalah memahami patogenesis dan patofisiologi
koma yang berkaitan dengan factor etiologi dan proses gangguan fungsi ARAS.
Pemeriksaan pasien koma harus dilaksanakan secara sistematik dan teliti. Selama melakukan
pemeriksaan klinik maka tidak boleh dilupakan untuk melakukan segala sesuatu tindakan yang
diperlukan, berkaitan dengan situasi dan kondisi pasien pada saat itu, misalnya pemberian oksigen,
pemasangan infus dengan cairan yang sesuai, pemasangan kateter, pemasangan endotracheal tube.
Pemeriksaan penunjang didasarkan atas hasil hetero-anamnesis dan pemeriksaan klinik.
Kesimpulan seluruh hasil pemeriksaan perlu disampaikan kepada keluarga pasien, dengan
memperhatikan etika. Pelatihan dalam hal penatalaksanaan pasien koma merupakan bagian integral
dari pembentukan profesional behavior bagi peserta didik.

MATERI PRESENTASI (LAMPIRAN)

Tayangan slide power point kuliah pakar yang berisi


a. Fisiologi kesadaran
 Definisi kesadaran
 Anatomi dan diagram mekanisme kesadaran
 Gambaran EEG Arousal,relaxed awareness dan awareness with concentrated attention
b. Penurunan kesadaran dan koma
 Pendahuluan dan epidemiologi
 Anatomi dan neurofisiologi koma
 Definisi koma
 Faktor risiko dan faktor pencegahan
 Penyebab struktural koma
 Locked-in syndrome
 Vegetative state
 Brain Death
 Penyebab koma metabolik
o Ensefalopati hepatik
o Ensefalopati uremik
o Ensefalopati hipo - & hiperglikemik
o Ensefalopati pasca-anoksik
 Gejala & tanda klinik untuk membedakan koma karena metabolik dengan koma karena lesi
struktural
 Patogenesis koma
 Gambaran herniasi unkal dan sentral
 Pemeriksaan penunjang
o Laboratorium
o Neuroimaging
o Elektromedik
 Kriteria brain death, locked-in syndrome, vegetative state
 Diagnosis dan asesmen
 Diagnosis banding
 Manajemen klinik
 Prognosis
 Monitoring dan evaluasi pengobatan

10
CONTOH KASUS

Seorang perempuan berumur 45 tahun datang di instalasi gawat-darurat dalam keadaan gelisah
sambil memegang kepalanya. Dia mengeluh nyeri kepala yang hebat disertai muntah-muntah. Peritiwa
tersebut terjadi secara sangat mendadak. Allo-anamnesis terganggu oleh situasi pasien yang gelisah.
Pada pemeriksaan fisik didapatkan adanya kaku kuduk, tekanan darah 200 / 120 mmHg, nadi 120 X /
menit, suhu 37,2 C, defisit neurologik fokal tak dijumpai tetapi Babinski’s sign positif bilateral. Selang
30 menit kemudian pasien tampak lebih tenang tetapi tidak responsif terhadap anamnesis maupun
pemeriksaan fisik. Kesadaran pasien menurun secara tajam.

Diskusi
 Onset penurunan kesadaran perlu dinilai secara cermat karena hal ini akan sangat berarti bagi
pemikiran ke arah penyebab koma.
 Nyeri kepala secara mendadak yang disertai muntah-muntah mempunyai nilai diagnostik yang
tinggi. Sementara itu, tekanan darah dapat bersifat primer tinggi dan dapat pula sekudner
karena kegelisahn dan nyeri kepala yang hebat.
 Refleks Babinski yang positif bilateral mengarahkan kepada proses patologik di otak yang
bersifat bilateral atau proses desak ruang yang masif.

Rangkuman
 Koma merupakan kasus kedaruratan neurologik yang memerlukan tindakan yang tepat, cepat
dan cermat
 Penyebab koma beragam dengan karakteristika maisng-masing
 Untuk mendiagnosis koma diperlukan pemeriksaan fisik (status internus) dan neurologik secar
sistematik dan menyeluruh, ditambah pemeriksaan penunjang yang relevan dengan hasil
pemeriksaan fisik dan neurologik
 Setiap kasus koma berpotensi untuk terjadinya komplikasi sampai dengan kematian
 Penatalaksanaan pasien koma harus bersifat antisipatif dan bukannya reaktif

Kasus untuk proses pembelajaran

Seorang anak perempuan umur 8 tahun, datang di rumah sakit dalam keadaan kejang tonik-
klonik, dari mulut keluar busa, mata terbalik. Sejak 1 jam terakhir pasien mengalami kejang 3 kali, dan
sejak kejang yang pertama kali pasien dalam keadaan tidak sadar. Selama 3 hari terakhir pasien
mengalami panas tinggi, sudah diperiksakan ke Puskesmas dan telah memperoleh obat penurun panas,
tetapi suhu tubuh belum turun. Sehari sebelum kejang pasien muntah 2 kali, kemudian pasien tampak
mengantuk dan bingung.

a. Hasil pemeriksaan fisik adalah sebagai berikut:


 Kesadaran soporous
 Tekanan darah 100 / 70 mmHg
 Frekuensi nadi 100 x / menit, teratur
 Suhu 39,8 C
 Respirasi 30 X/menit, teratur
 Jantung dan paru dalam batas normal
 Abdomen supel, hepar dan lien tak teraba
 Ekstremitas: tidak ada edema maupun pembengkakan sendi
 Status neurologik:
o Glasgow Coma Scale: 1-1-3
o Status mental: tidak dapat dinilai
o Tanda rangsangan meningeal positif
o Pupil isokor, reflek positif/positif normal

11
o Nervi kraniales: tidak dapat dinilai
o Fundoskopi: retina dan papil dalam batas normal
o Motorik: kesan tidak ada defisit neurologik fokal
o Sensorik: tidak dapat dinilai
o Refleks fisiologik ++ / ++
o Refleks patologik + / +
o Klonus paha dan kaki - / -
o Saraf otonom: vesika urinaria teraba penuh
b. Hasil pemeriksaan penunjang:
 Pemeriksaan darah dan urin: terlampir
 Pemeriksaan foto toraks: terlampir
 Pemeriksaan EKG: terlampir
 Pemeriksaan CT Scan: terlampir
c. Monitoring selama 12 jam pertama
 Kesadaran: tidak mengalami perubahan
 Kejang: hilang dengan pemberian diazepam secara intravena
 Tanda vital: suhu 39,2 C
 Defisit fokal: tidak muncul

Diskusi
 Kasus penurunan kesadaran pada seorang anak berumur 8 tahun, GCS 1.1.3
 Tanda rangsangan meningeal positif
 Ada demam dan kejang tonik klonik
 Kejang menghilang dengan pemberian diazepam secara intravena
 Defisit neurologik fokal negatif tetapi refleks fisiologik meningkat dan refleks patologik positif
 Ada retensi urin
 Kemungkina penyebab infeksi susunan saraf pusat
 Interpretasi hasil-hasil pemeriksaan penunjang
 Penetapan diagnosis

Rangkuman
a. Kompetensi dalam penatalaksanaan koma dicapai dengan proses pembelajaran secara sistematik,
meliputi:
 Hetero-anamnesis secara sistematik
 Pemeriksaan fisik (status internus) dan neurologik secara sisteamtik
 Penentuan status koma berdasarkan GCS
 Diagnosis banding (etiologik)
 Pemeriksaan penunjang yang relevan dengan kemungkinan factor penyebab
 Tindakan medik yang diperlukan selama penegakan diagnosis
 Sikap dan tindakan antisipatif terhadap kemungkinan komplikasi
 Tindakan medik definitif
 Sistem rujukan
b. Evaluasi diri
 Apakah pemeriksaan saya telah cukup teliti sehingga saya dapat menentukan lokasi proses
penyakit?
 Apakah saya telah membahas segala kemungkinan yang dapat menyebabkan koma?
 Apakah saya telah merancang dan melakukan pemeriksaan lanjutan / penunjang yang relevan
atau rasional?
 Apakah saya telah melakukan tindakan emergensi secara adekuat?
 Apakah saya telah merencanakan dan / atau melakukan konsultasi kepada sejawat lain?
 Apakah saya telah menunjukkan sikap simpati dan empati kepada keluarga pasien?

12
 Apakah saya telah memberi informasi tentang prognosis pasien kepada keluarga pasien?
 Apakah keluarga pasien menunjukkan sikap puas, atau tanda tanya, atau gusar, atau marah
kepada saya?
 Apakah saya telah merencanakan dan / atau memberi terapi dengan memerhatikan evidence-
based medicine?
c. Penilaian kompetensi
 Hasil observasi selama proses alih pengetahuan (kognitif), ketrampilan (psikomotor), dan
afektif

EVALUASI
Pre-trest dan Mid-test: jawablah secara singkat
1. Jelaskan dengan singkat definisi koma
2. Jelaskan dengan singkat penyakit-penyakit lain yang mirip koma
3. Jelaskan derajad koma baik secara kualitatif dan kuantitatif
4. Jelaskan dengan singkat klasifikasi koma
5. Jelaskan dengan singkat macam-macam herniasi otak

Contoh soal MCQ

1. Diagnosis banding koma, kecuali :


A. Gangguan metabolik
B. Intoksikasi
C. Infeksi
D. Lesi struktural
E. Idiopatik
2. Tanda dan gejala koma lesi struktural:
A. Panas dan kaku kuduk
B. Defisit neurologis fokal
C. Deserebrasi
D. Konvulsi
E. Inkontinensi urin
3. Koma bisa terjadi karena intoksikasi, kecuali :
A. Opiat, sedative
B. Antikolinergik
C. Asam folat
D. Aspirin
E. Kolinergik
4. Kondisi yang tidak menyebabkan koma :
A. Disfungsi unihemisferium
B. Disfungsi bihemisfer
C. Generalized encephalopathy
D. Penyakit otak difus
E. Perdarahan pons
5. Herniasi transtentorial dapat terjadi pada :
A. Koma metabolik
B. SOP supratentorial dengan proses yang meluas
C. Infark lakunar
D. Stroke batang otak
E. SOP infratentorial
6. Jika batang otak tertekan lurus kebawah melewati celah tentorium tanpa menyebabkan
kompresi saraf okulomotor, maka akan terjadi:
A. Uncal transtentorial herniation
B. Transtentorial herniation

13
C. Central transtentorial herniation
D. Uncal herniation
E. Central herniation
7. Indikator klinis koma batang otak, adalah :
A. Pola pernapasan, respon pupil dan gerak mata yang kesemuanya abnormal
B. Multicranial nerve palsies
C. Dilatasi pupil dan gagal nafas
D. Posisi dekortikasi dan pupil anisokor
E. Hemikonvulsi
8. Postur abnormal “ decorticate” sering dijumpai pada koma, kecuali :
A. Kompresi batang otak
B. Kompresi mesensefalon
C. Ensefalopati hepatika
D. Ensefalopati toksik berat
E. Edema otak difus
9. Ciri khas pupil pada koma metabolic, yaitu :
A. Pupil isokor dan refleks cahaya cepat
B. Pupil anisokor dan refleks cahaya negatif
C. Pupil isokor dan refleks cahaya lambat
D. Sama sekali tidak ada reaksi pupil
E. Miosis bilateral

14

Anda mungkin juga menyukai