MASTITIS
Oleh:
Preseptor :
2. Frekuensi menyusui
Tahun 1952, Illingworth dan Stone menemukan bahwa dalam uji
coba dengan kontro1, bahwa insiden stasis ASI dapat dikurangi hingga
setengahnya bila bayi disusui sesering mungkin. Hubungan antara
pembatasan frekuensi dan durasi menyusui dan mastitis telah diuraikan
oleh beberapa penulis. Banyak wanita menderita mastitis bila mereka tidak
menyusui atau bila frekuensi menyusui berkurang karena bayi tidur
semalaman, sehingga waktu antar menyusui semakin lama.
Keterangan Gambar :
1. Chest wall (dinding dada)
2. Pectoralis muscles (otot pektoralis)
3. Lobules
4. Nipple surface
5. Areola
6. Duktus Lactiferus
7. Fatty Tissue (jaringan lemak)
8. Skin (kulit)
2.3 Diagnosis
2.4.1 Anamnesis :
a) Mastitis akut
Pada proses awal peradangan penderita hanya merasa nyeri setempat pada
salah satu lobus payudara dan terasa lebih berat jika bayi menyusu.
b) Mastitis kronis
Hampir selalu orang yang datang sudah dalam keadaan abses. Proses dari
tingkat radang ke abses berlangsung sangat cepat, dimana peradangan dari
duktulus akan menyebabkan edema dari kelenjar, sehingga ASI akhirnya
terbendung, dan air susu yang terbendung ini akan segera bercampur dengan
nanah jika terinfeksi oleh kuman.5
2.5 Tatalaksana
Tatalaksana mastitis bertujuan untuk mencegah terjadinya infeksi dan
komplikasi lanjut. Penatalaksanaan berupa nonmedikamentosa berupa tindakan
suportif dan medikamentosa pemberian antibiotik dan pemberian analgesik.
2.5.1 Nonmedikamentosa
Intervensi dini pada mastitis berupa tindakan suportif dapat mencegah
terjadinya perburukan. Intervensi meliputi beberapa tindakan higiene dan
kenyamanan : 5,6
a) Gunakan bra yang tidak ketat
b) Biasakan mencuci tangan sebelum menyusui dan lakukan perawatan payudara
c) Kompres hangat area yang sakit
d) Masase area yang sakit saat menyusui untuk melancarkan aliran ASI. Jangan
lakukan pemijatan jika dikhawatirkan akan menyebabkan penyebaran kuman
sehingga meningkatkan risiko infeksi.
e) Meningkatkan asupan gizi
f) Edukasi ibu
Bayi sebaiknya terus menyusu kepada ibu dan jika menyusu tidak
memungkinkan karena nyeri payudara atau adanya penolakan oleh bayi pada
payudara ibu yang sakit, selalu dilakukan pemompaan secara teratur dan terus-
menerus. Pengosongan payudara dengan sering akan mencegah terjadinya statis
ASI. Tetap berikan ASI kepada bayi, terutama gunakan payudara yang sakit
sesering dan selama mungkin sehingga sumbatan tersebut lama-kelamaan akan
menghilang. Bayi masih boleh menyusu kecuali bila terjadi abses.
2.5.2 Medikamentosa 5,6
a) Antibiotik
Terapi antibiotik diberikan jika antara 12-24 jam tidak terjadi perbaikan. Terapi
antibiotik meliputi :
- Penicillin
- Eritromisin digunakan jika alergi terhadap penicillin.
- Terapi awal yang paling umum adalah Amoxicilin 500 mg atau 875 mg untuk
10-14 hari atau Clyndamicin 300 mg untuk 10 – 14.
Pada setiap kasus penting untuk dilakukan tindak lanjut dalam 72 jam untuk
mengevaluasi kemajuan dari terapi. Jika infeksi tidak berkurang atau tidak
hilang maka pemeriksaan kultur dari ASI harus dilakukan.
b) Analgetik
Rasa nyeri merupakan faktor penghambat dari produksi hormon oksitosin yang
berguna dalam proses pengeluaran ASI. Analgetik diberikan untuk mengurangi
rasa nyeri pada mastitis. Analgetik yang dianjurkan adalah obat anti inflamasi
seperti ibuprofen. Ibuprofen lebih efektif dalam menurunkan gejala yang
berhubungan dengan peradangan dibandingkan parasetamol atau asetaminofen.
Ibuprofen sampai dosis 1,6 gram per hari tidak terdeteksi pada ASI sehingga
direkomendasikan untuk ibu menyusui yang mengalami mastitis.
Gambar 2. Abses
c) Mastitis berulang (kronis)
Mastitis berulang biasanya disebabkan karena pengobatan terlambat
atau antibiotik yang tidak adekuat. Ibu harus benar-benar beristirahat, banyak
minum, makanan dengan gizi berimbang, serta mengatasi stres. Pada kasus
mastitis berulang karena infeksi bakteri diberikan antibiotik dosis rendah
seperti pemberian eritromisin 500 mg sebanyak satu kali sehari selama masa
menyusui.
d) Infeksi jamur
Komplikasi sekunder pada mastitis berulang adalah infeksi oleh jamur
seperti Candida albicans. Keadaan ini sering ditemukan setelah ibu mendapat
terapi antibiotik. Infeksi jamur biasanya didiagnosis berdasarkan nyeri berupa
rasa terbakar yang menjalar di sepanjang saluran ASI. Diantara waktu menyusu
permukaan payudara terasa gatal. Puting mungkin tidak nampak kelainan. Ibu
dan bayi perlu diobati. Pengobatan terbaik adalah mengoles nistatin krem yang
juga mengandung kortison ke puting dan areola setiap selesai bayi menyusu
dan bayi juga harus diberi nistatin oral pada saat yang sama.
Gambar 3. Payudara yang terinfeksi Candida
2.7 Prognosis
Pemberian antibiotik yang benar dan adekuat akan memberikan hasil yang
baik pada mastitis. Tetapi jika tidak ditatalaksana dengan cepat dapat berkembang
menjadi abses dan bisa menyebabkan kelainan bentuk dari payudara. Pencegahan
dengan melakukan perawatan pada payudara terutama puting susu yang lecet saat
proses laktasi sangat dianjurkan agar tidak berkembang menjadi mastitis.5,6
BAB 3
KESIMPULAN
Mastitis adalah peradangan payudara yang biasa terjadi pada masa nifas
atau sampai 3 minggu setelah persalinan. Sebagian besar mastitis terjadi dalam 6
minggu pertama setelah bayi lahir (paling sering pada minggu ke-2 dan ke-3),
meskipun mastitis juga dapat terjadi sepanjang masa menyusui. Penyebab
tersering dari mastitis adalah sumbatan saluran susu atau statis ASI serta
terjadinya infeksi sehingga akan menyebabkan pengeluaran ASI yang kurang
sempurna.
Stasis ASI menyebabkan munculnya respons inflamasi, dan kerusakan
jaringan sehingga memudahkan terjadinya infeksi. Terdapat beberapa cara
masuknya kuman, yaitu melalui duktus laktiferus ke lobus sekresi, melalui puting
yang retak atau lecet ke kelenjar limfe sekitar duktus (periduktal) atau melalui
penyebaran hematogen . Pada umumnya yang dianggap porte d’entrée dari kuman
penyebab ialah puting susu yang luka atau lecet, dan kuman perkontinuitatum
menjalar ke duktulus-duktulus dan sinus. Sebagian besar yang ditemukan pada
pembiakan pus ialah Staphylococcus aureus.
Tatalaksana mastitis bertujuan untuk mencegah terjadinya infeksi dan
komplikasi lanjut. Penatalaksanaan berupa nonmedikamentosa berupa tindakan
suportif dan medikamentosa pemberian antibiotik dan pemberian analgesik.
Pengosongan payudara dengan sering akan mencegah terjadinya statis ASI. Tetap
berikan ASI kepada bayi, terutama gunakan payudara yang sakit sesering dan
selama mungkin sehingga sumbatan tersebut lama-kelamaan akan menghilang.
Bayi masih boleh menyusu kecuali bila terjadi abses. Kalau demikian keadaannya,
untuk mengurangi bengkak, ASI harus tetap dipompa keluar.
DAFTAR PUSTAKA