Anda di halaman 1dari 2

KELOMPOK 8 :

1. DEVI NURJANAH
2. HELMI RAFIDO
3. MAR`ATUS SOLEHAH

PELAJARAN BERBASIS KOMPETENSI

Menurut McAshan (Windiarni, 2008), pembelajaran berbasis kompetensi dapat diartikan


sebagai: “Program pembelajaran dimana hasil pembelajaran atau kompetensi yang diharapkan
dicapai oleh peserta didik, sistem penyimpanan dan indikator pencapaian hasil belajar
dirumuskan secara tertulis sejak perencanaan dimulai”.

Dalam pembelajaran berbasis kompetensi, perlu ditentukan standar minimum kompetensi yang
harus dikuasai oleh peserta didik. Sesuai pendapat tersebut, komponen materi pembelajaran
berbasis kompetensi meliputi:
(1) kompetensi yang akan dicapai,
(2) strategi penyampaian untuk mencapai kompetensi,
(3) sistem evaluasi atau penilaian yang digunakan untuk menentukan keberhasilan peserta didik
dalam mencapai kompetensi.

Kompetensi yang harus dikuasai oleh peserta didik perlu dirumuskan dengan jelas dan
spesifik. Menurut McAshan (Widiarni, 2008), perumusan yang dimaksud hendaknya didasarkan atas
prinsip “relevansi dan konsistensi antara kompetensi dengan materi yang dipelajari, waktu yang
tersedia, dan kegiatan serta lingkungan belajar yang digunakan”. Selanjutnya menurut Kaufman
dan Bratton (Widiarni, 2008), terdapat beberapa langkah yang dilakukan untuk mendapatkan
perumusan kompetensi yang jelas dan spesifik, antara lain dengan melaksanakan analisis
kebutuhan, analisis tugas, analisis kompetensi, penilaian oleh profesi dan pendapat pakar mata
pelajaran, pendekatan teoritik, dan telaah buku teks yang relevan dengan materi yang dipelajari.

Konsep pembelajaran berbasis kompetensi menyaratkan dirumuskannya secara jelas


kompetensi yang harus dimiliki atau dikuasai oleh peserta didik setelah mengikuti kegiatan
pembelajaran. Dengan tolak ukur pencapaian kompetensi, maka dalam kegiatan pembelajaran
peserta didik akan terhindar dari mempelajari materi yang tidak perlu dipelajari oleh peserta
didik yang tidak menunjang terhadap tercapainya penguasaan kompetensi. Pencapaian setiap
kompetensi tersebut sangat terkait erat dengan sistem pembelajaran yang dilakukan. Dengan
demikian menurut Dyah R. Widiarni (2008), komponen minimal pembelajaran berbasis
kompetensi adalah:

1. Pemilihan dan perumusan kompetensi yang tepat.


2. Spesifikasi dan indikator penilaian untuk menentukan pencapaian kompetensi.
3. Pengembangan sistem penyimpanan yang fungsional dan relevan dengan kompetensi
dan sistem penilaian.

Selain itu, menurut Wina Sanjaya (2011) terdapat sejumlah prinsip yang harus diperhatikan
dalam pengelolaan kegiatan pembelajaran. Sehingga hal tersebut sesuai dengan tujuan yang
diharapkan dalam pembelajaran berbasis kompetensi.
Adapun prinsip-prinsip pembelajaran tersebut, diantaranya:

1. Berpusat kepada siswa.


2. Belajar dengan melakukan.
3. Mengembangkan kemampuan sosial.
4. Mengembangkan keingintahuan, imajinasi dan fitrah.
5. Pengembangan keterampilan pemecahan masalah.
6. Mengembangkan kreativitas siswa.
7. Mengembangkan kemampuan menggunakan ilmu dan teknologi.
8. Menumbuhkan kesadaran sebagai warga negara yang baik.
9. Belajar sepanjang hayat.

Sesuai dengan prinsip-prinsip pembelajaran di atas, Wina Sanjaya (2011) menambahkan


bahwa terdapat faktor-faktor yang harus diperhatikan dalam proses pembelajaran agar
berlangsung secara efektif, yaitu sebagai berikut:

a. Proses pembelajaran harus memberikan peluang kepada siswa agar mereka secara langsung
dapat berpartisipasi dalam proses pembelajaran. Dengan demikian guru harus bertindak
sebagai pengelola proses belajar, bukan bertindak sebagai sumber belajar.
b. Guru perlu memberikan kesempatan pada siswa untuk merefleksikan apa yang telah
dilakukannya. Dengan demikian pembelajaran bukan hanya mendorong siswa untuk
melakukan tindakan saja, akan tetapi menghayati berbagai tindakan yang telah
dilakukannya. Hal ini sangat penting baik untuk pembentukan sikap, maupun untuk
mencermati berbagai kelemahan dan kekurangan atas segala tindakannya.
c. Proses pembelajaran harus mempertimbangkan perbedaan individual. Hal ini didasarkan
pada suatu asumsi bahwa tidak ada manusia sama baik dalam minat, bakat maupun
kemampuannya. Pembelajaran harus memberikan kesempatan agar siswa dapat
berkembang sesuai dengan bakat dan kemampuannya. Dengan demikian siswa yang
lambat tidak merasa tergusur oleh siswa yang cepat; sebaliknya siswa yang cepat tidak
merasa terhambat oleh yang lambat belajar.
d. Proses pembelajaran harus dapat memupuk kemandirian disamping kerja sama. Artinya
guru dituntut mampu menyediakan pengalaman belajar yang memungkinkan siswa dapat
mandiri dan bekerja sama dengan orang lain.
e. Proses pembelajaran harus terjadi dalam iklim yang kondusif baik iklim sosial maupun
iklim psikologis. Siswa akan belajar dengan baik manakala terbebas dari berbagai tekanan,
baik tekanan sosial maupun tekanan psikologis. Melalui iklim belajar yang demikian
diharapkan siswa akan berkembang secara optimal sesuai dengan kemampuan yang
dimilikinya.
f. Proses pembelajaran yang dikelola guru harus dapat mengembangkan kreativitas, rasa
ingin tahu. Hal ini hanya mungkin terjadi manakala guru tidak menempatkan posisi
siswa sebagai objek belajar, akan tetapi sebagai subjek belajar. Untuk itulah guru harus
mendorong agar siswa aktif untuk belajar melalui proses mencari dan mengobservasi.

Disadur dari : Sulistiyono, Firmansyah. “Kontribusi hasil uji kompetensi teorikejujuran terhadap uji kompetensi praktik kejuruan
teknik gambar mesin SMK N 2 KOTA BANDUNG, repository.upi.edu. Bandung, 2014.

Anda mungkin juga menyukai