Anda di halaman 1dari 27

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Endometriosis adalah suatu keadaan dimana jaringan mirip dengan dinding


rahim (endometrium) ditemukan di tempat lain dalam tubuh (Smeltzer, 2001).
Endometriosis adalah adanya kelenjar dan stroma endometrium di luar uterus
paling sering mengenai ovarium atau perlukaan peritoneum viseralis yang
mengantung endometriosis merupakan lesi jinak dengan sel-sel yang mempunyai
sel-sel yang melapisi uterus yang tumbuh secara aberans pada rogga pelvis di luar
uterus (Diane. Meskipun jinak, endometriosis bersifat progresif, cenderung
kambuh dan dapat menginvasi secara lokal, dapat memiliki banyak fokus yang
tersebar luas dan dapat terjadi dalam nodus limfe pelvis (30%). Ovarium,
ligamentum sakrouterina, septum rektovaginal, dan peritoneum pelvis lebih sering
terkena namun, endometriosis dapat juga mempengaruhi traktus intestinalis
(kolon rektosigmoid) dan traktus urinarius.

Infeksi nifas mencakup semua peradangan yang disebabkan masuknya kuman-


kuman ke dalam alat-alat genital pada saat kehamilan dan persalinan. Dinegara-
negara berkembang dengan pelayanan medis yang masih jauh dari keaadaan
sempurna kejadian infeksi nifas masih besar. Infeksi nifas umumnya disebabkan
oleh bakteri yang dalam keadaan normal berada dalam usus dan jalan lahir. Salah
satu contoh infeksi nifas yang akan dibahas dalam makalah ini yaitu endometritis.
Endometritis yaitu peradangan yang terjadi pada endometrium pada lapisan
sebelah dalam. Sama-sama kita ketahui bahwa peradangan endometrium pada
masa nifas di indonesia masih tinggi karena kurangnya ketelitian dan kecermatan
dalam penanganan mengenai hal ini baik dalam masa kehamilan maupun
persalinan. Masih kurangnya kesadaran masyarakat akan pentingnya menjaga
personal higiene, kurangnya pengetahuan tentang dampak jangka pendek dan
jangka panjang endometritis bagi ibu menjadi salah faktor atau dasar bagi penulis
untuk membahas tentang infeksi nifas mengenai endometritis.

1
B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah pada makalah infeksi pasca post partum “endometritis”
yaitu :

1. Apa pengertian endometritis?


2. Bagaimana etiologi infeksi endometritis?
3. Bagaimana patofisiologi endometritis?
4. Bagaimana anatomi fisiologi endometritis?
5. Bagaimana manifestasi klinis infeksi endometritis ?
6. Apa saja pemeriksaan penunjang endomertitis?
7. Bagaimana konsep Asuhan Keperawatan pada infeksi endometritis?

C. Tujuan
Tujuan dari penulisan makalah infeksi endometritis adalah :
1. Mengetahui pengertian endometritis?
2. Mengetahui etiologi infeksi endometritis?
3. Mengetahui patofisiologi endometritis?
4. Mengetahui anatomi fisiologi endometritis?
5. Mengetahui manifestasi klinis infeksi endometritis ?
6. Mengetahui pemeriksaan penunjang endomertitis?
7. Mengetahui konsep Asuhan Keperawatan pada infeksi endometritis?

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. DEFINISI ENDOMETRITIS
Endometritis adalah suatu peradangan endometrium yang biasanya
disebabkan oleh infeksi bakteri pada jaringan. (Taber, B., 1994).
Endometritis adalah infeksi pada endometrium (lapisan dalam dari rahim).
Endometritis adalah suatu infeksi yag terjadi di endometrium, merupakan
komplikasi pascapartum, biasanya terjadi 48 sampai 72 jam setelah
melahirkan. Endometritis adalah peradangan pada dinding uterus yang
umumnya disebabkan oleh partus. Dengan kata lain endometritis didefinisikan
sebagai inflamasi dari endometrium Derajat efeknya terhadap fertilitas
bervariasi dalam hal keparahan radang , waktu yang diperlukan untuk
penyembuhan lesi endometrium, dan tingkat perubahan permanen yang
merusak fungsi dari glandula endometrium dan atau merubah lingkungan
uterus dan oviduk. Organisme nonspesifik primer yang dikaitkan dengan
patologi endometrial adalah Corynebacterium pyogenes dan gram negatif
anaerob. (Manuaba, I. B. G., 1998).
Berdasarkan data dari Ralph C. & Martin L. (2009), endometriosis
menyerang 10-20% wanita yang masih mengalami menstruasi dan ditemukan
pada 30-45% wanita infertil yang menyebabkan 20% dari seluruh operasi di
bidang ginekologi serta merupakan satu-satunya penyebab perawatan inap non
kebidanan (>5%) pada waita berumur 15-44 tahun. Perbedaan utama
endometriosis remaja dan dewasa adalah hubungannya dengan kelainan
kongenital pada saluran reproduksi pasien pubertas (William M., 2005).

C. ETIOLOGI ENDOMETRITIS
Endometritis sering ditemukan pada wanita setelah seksio sesarea terutama
bila sebelumnya ada riwayat koriomnionitis, partus lama, pecah ketuban yang
lama. Penyebab lainnya dari endometritis adalah adanya tanda jaringan
plasenta yang tertahan setelah abortus dan melahirkan. (Taber, B. 1994).

3
Menurut Varney, H. (2001), hal-hal yang dapat menyebabkan infeksi pada
wanita adalah:
a. Waktu persalinan lama, terutama disertai pecahnya ketuban.
b. Pecahnya ketuban berlangsung lama.
c. Adanya pemeriksaan vagina selama persalinan dan disertai pecahnya
ketuban.
d. Teknik aseptik tidak dipatuhi.
e. Manipulasi intrauterus (pengangkatan plasenta secara manual).
f. Trauma jaringan yang luas/luka terbuka.
g. Kelahiran secara bedah.
h. Retensi fragmen plasenta/membran amnion.
Studi terhadap kembar dan keluarga menunjukkan adanya keterlibatan
komponen genetik. Konsumsi daging merah dan trans fats berhubungan
dengan peningkatan risiko endometriosis yang dikonfirmasi dengan
laparoskopi, dan makan buah-buahan, sayuran hijau, dan asam lemak n-3
rantai panjang dikaitkan dengan penurunan risiko. Laktasi lama dan
kehamilan multipel bersifat protektif. Endometriosis dikaitkan dengan
peningkatan risiko penyakit autoimun, endometrioid ovarium, clear-cell
karsinoma, serta kanker lainnya, termasuk limfoma non-Hodgkin dan
melanom

D. PATOFISIOLOGI ENDOMETRITIS
Endometriosis dipengaruhi oleh faktor genetik. Wanita yang memiliki
ibu atau saudara perempuan penderita endometriosis memiliki resiko lebih
besar terkena penyakit seperti ini, karena adanya gen abnormal yang
diturunkan dalam tubuh wanita tersebut.
Gangguan menstruasi seperti hipermenorea dan menoragia dapat
mempengaruhi sistem hormonal tubuh. Tubuh akan memberikan respon
berupa gangguan seksresi estrogen dan progresteron menyebabkan gangguan
pertumbuhan sel endometrium. Sama halnya dengan pertumbuhan sel
endometrium biasa, sel-sel endometriosis seperti ini akan tumbuh seiring
dengan peningkatan kadar estrogen dan progresteron dalam tubuh.

4
Faktor penyebab lain berupa toksik dari sampah-sampah perkotaan
menyebabkan microorganism masuk ke dalam tubuh. Mikroorganisme
tersebut akan menghasilkan makrofag dan menyebabkan respon imun tubuh
menurun, dan menyebabkan faktor pertumbuhan sel-sel abnormal meningkat
seiring dengan peningkatan perkembangan sel abnormal. Jaringan
endometrium tumbuh di luar uterus, terdiri dari fragmen endometrial.
Fragmen endometrial tersebut dilemparkan dari infundibulum tuba falopii
menuju ke ovarium yang akan menjadi tempat tumbuhnya. Oleh karena itu,
ovarium adalah bagian pertama dalam rongga pelvis yang dikenal dalam
endometriosis.
Sel endometrial seperti ini dapat memasuki peredaran darah dan limpa,
sehingga sel endometrial seperti ini memiliki kesempatan buat mengikuti
aliran regional tubuh dan menuju ke bagian tubuh lainnya.
Dimanapun lokasi terdapatnya, endometrial ekstra uterin seperti ini
dapat dipengaruhi oleh siklus endokrin normal. Karena dipengaruhi oleh
siklus endokrin, maka pada saat estrogen dan progresteron meningkat,
jaringan endometrial seperti ini juga mengalami perkembangbiakan. Pada saat
terjadi perubahan, kadar estrogen dan progresteron lebih rendah atau
berkurang. Jaringan endometrial seperti ini akan menjadi nekrosis dan terjadi
perdarahan di daerah pelvic.
Perdarahan di daerah pelvic seperti ini disebabkan karena iritasi
peritoneum dan menyebabkan nyeri saat menstruasi (dysmenorea). Setelah
perdarahan, penggumpalan darah di pelvis akan menyebabkan adhesi atau
perlekatan di dinding dan permukaan pelvis. Hal seperti ini akan
menyebabkan nyeri, tidak hanya di pelvis tapi juga nyeri pada daerah
permukaan terkait, nyeri saat latihan, defekasi, BAK dan saat melakukan
hubungan seks.
Adhesi juga dapat terjadi di sekitar uterus dan tuba falopii. Adhesi di
uterus menyebabkan uterus mengalami retroversi, sedangkan adhesi di tuba
falopii menyebabkan gerakan spontan ujung-ujung fimbriae buat membawa
ovum ke uterus menjadi terhambat. Hal-hal inilah yang menyebabkan
terjadinya infertilisasi pada endometriosis.

5
Pada intinya, endometriosis berespon seperti endometrium normal, jadi
ikut menebal, melepaskan diri, dan sebagainya seperti selama siklus haid
biasa, termasuk perdarahan. Pada ovarium, beruba endometrium (kista yang
dilapisi endometrium yang berfungsi). Bila berdarah ke dalam, isi kista
tampak berwarna coklat disebut kista coklat. Bila perdarahan ke luar akan
timbul perlengketan-perlengketan dalam rongga peritoneum.
Penyebab kondisi ini belum jelas, namun ada 2 teori yaitu menstruasi
retrograd dan metaplasia. Teori menstruasi retrograd mengatakan bahwa
selama menstruasi ada endometrium yang memasuki tuba uterine dan
akhirnya masuk ke rongga pelvis. Teori metaplasia mengatakan bahwa
terdapat sisa epitel ambrional yang belum berdiferensiasi sampai menarke.
Jaringan inilah yang berespon terhadap estrogen dan progresteron
sebagaimana endometrium.

Pathway

6
7
E. ANATOMI ENDOMETRITIS
Endometrium adalah lapisan dalam dinding kavum uteri yang berfungsi
sebagai bakal tempat implantasi hasil konsepsi. Selama siklus haid, jaringan
endometrium berproliferasi, menebal dan mengadakan sekresi, kemudian jika
tidak ada pembuahan/ implantasi, endometrium rontok kembali dan keluar
berupa darah/ jaringan haid.
Jika ada pembuahan/ implantasi, endometrium dipertahankan sebagai
tempat konsepsi. Fisiologi endometrium juga dipengaruhi oleh siklus hormon-
hormon ovarium. Di dalam lapisan Endometrium terdapat pembuluh darah
yang berguna untuk menyalurkan zat makanan ke lapisan ini. Saat ovum yang
telah dibuahi (yang biasa disebut fertilisasi) menempel di lapisan
endometrium (implantasi), maka ovum akan terhubung dengan badan induk
dengan plasenta yang berhubung dengan tali pusat pada bayi.

F. MANIFESTASI KLINIS

Tanda dan gejala endometriosis adalah rasa nyeri pada perut bagian bawah.
Tingkat keperahan nyeri dapat berbeda-beda pada setiap wanita. Namun secara
umum, rasa nyeri ini biasanya akan bertambah parah saat Anda menstruasi atau
melakukan hubungan seksual. Beberapa wanita juga mengeluhkan nyeri yang
terasa menjalar dari perut bagian bawah, punggung, hingga kaki. Ada pula yang
mengatakan rasa nyerinya karena gejala endometriosis terasa seperti kram, dan
bisa disertai dengan mual, muntah, atau diare.

Selain itu, rasa nyeri akibat gejala endometriosis juga bisa dipengaruhi oleh
lokasi di mana jaringan endometrium itu tumbuh. Jika jaringan tumbuh di bagian
organ berkemih, Anda mungkin akan mengalami masalah saat buang air kecil.
Sementara jaringan tumbuh di usus, Anda mungkin akan mengalami masalah
pencernaan, misalnya sembelit atau diare. Bila jaringan tumbuh pada indung telur
atau tuba falopi, ini mungkin dapat menimbulkan masalah kesuburan.
Kemungkinan ada tanda-tanda dan gejala endomentriosis yang tidak disebutkan di
atas. Bila Anda memiliki kekhawatiran akan sebuah gejala endometriosis tertentu,
segera konsultasikanlah dengan dokter Anda. (Alodokter.com)

8
Tanda umum adanya endometriosis adalah nyeri pelvis yang parah.
Dapat muncul sesekali atau konstan, dan biasa berkaitan dengan siklus
menstruasi si penderita. (Andi Priyatna, 2009)
Gejala paling umum yang menjadi ciri khas kasus endometriosis adalah :
(VitaHealth, 2007)
1. Nyeri yang sangat hebat di bagian perut dan sekitar panggul yang terjadi
sebelum atau awal dari siklus haid (75% kasus), sehingga membuat pasien
tidak berdaya (pingsan), tetapi tidak sampai mengancam nyawa. Lokasi
nyeri di daerah panggul sering berhubungan dengan lokasi dari lesi
endometriosis. Bila endometriosis telah menyerang indung telur, rasa nyeri
tersebut mungkin berlanjut hingga akhir siklus haid, dan semakin parah
sakitnya berhubungan dengan perkembangan penyakitnya.
2. Nyeri sendi kalau ditekan (fibromyalgia), yang disertai dengan kelelahan
sehingga membuat tidak nyaman.
3. Sakit sewaktu melakukan hubungan intim atau biasa disebut disperunia
(32% kasus). Sangat umum terjadi pada penderita dengan sebaran
endometriosis berlokasi pada jaringan di belakang rahim dan dinding
panggul, serta permukaan dasar panggul dan ligamen pada daerah tersebut
(ligamen uterosakral). Semakin dalam penetrasi pada saat hubungan
seksual, rasa sakit pun akan semakin berat.
4. Perdarahan dari anus sewaktu buang air besar, yang mungkin terasa sangat
sakit, disebabkan tumbuhnya implan endometrium pada usus besar
(colon), atau pada saluran kencing bila kasus endometriosisnya sudah
parah.
5. Gangguan pra-haid dan perdarahan pada rahim. Gangguan siklus haid
berupa bercak-bercak menjelang haid dan perdarahan rahim yang tidak
seharusnya terjadi. Kurangnya frekuensi ovulasi, tidak teratur, atau
jumlahnya tidak cukup adalah gejala umum yang juga mungkin dialami
penderita endometriosis. Namun, gangguan-gangguan tersebut kurang
spesifik, karena pada penderita yang parah pun sering kali fungsi sel
telurnya masih normal.

9
6. Terjadi rasa sakit pada waktu buang air kecil, yang kadang-kadang disertai
darah di dalam urin. Hal ini terjadi karena implan tersebut menekan organ
tubuh yang membawa kotoran ke luar (kandung kemih, usus, dan anus)
7. Masalah infertilitas (kemandulan) akibat penyempitan dan tersumbatnya
saluran indung telur, sehingga menghalangi sel telur sampai di rahim.
Dalam hal ini terindikasi bahwa prevalensi endometriosis 3x lebih tinggi
pada wanita yang tidak subur dibandingkan dengan wanita yang subur
pada umumnya. Namun, berbagai pendapat menyatakan ada begitu banyak
faktor penyebab infertilitas, dan bahkan banyak pasien endometriosis yang
kemudian masih tetap bisa mengalami kehamilan.
8. Sebagai tambahan, wanita penderita endometriosis bisa mengalami gejala
yang menyerupai gangguan saluran pencernaan (gastrointestinal) dan
kelelahan kronis (chronic fatigue syndrome) yang dialami lebih dari 20%
penderita endometriosis di Amerika Serikat.
9. Gangguan fase luteal (luteinized unruptured fillice syndrome), pasien
mampu berovulasi, tetapi bisa keluar dari ovarium. Hal ini pada beberapa
kasus menjadi penyebab terjadinya kemandulan.
Gejala-gejela biasanya berupa nyeri pelvis, infertilitas, dan perdarahan
abnormal : (Ralph Benson, 2008)
1. Nyeri Pelvis
Nyeri panggul merupakan tanda utama endometriosis, dengan ciri khas
nyeri bersifat kronis dan berulang, timbul sebagai dismenore didapat atau
sekunder. Nyeri biasanya terjadi 24-48 jam sebelum menstruasi dan mereda
beberapa saat setelah timbul menstruasi. Namun rasa tidak nyaman dapat
terjadi selama seluruh interval menstruasi. Nyeri ditandai dengan nyeri
konstan,, biasanya pada pelvis atau punggung bawah (sakrum). Namun nyeri
mungkin unilateral atau bilateral dan dapat menyebar ke tungkai bawah atau
selangkang. Jika dibandingkan dengan dismenore primer, nyeri pelvis lebih
konstan dan jarang timbul di bagian garis tengah tubuh. Gejala-gejala pelvis
lainnya adalah kejang yang berat, rasa berat pada panggul dan tekanan pada
pelvis.

10
Dapat terjadi gejala-gejala saluran cerna, tanpa diketahui apakah
disertai keterlibatan usus besar atau tidak, misalnya nyeri perut siklik,
konstipasi intermiten, diare, nyeri saat defekasi, dan adanya darah dalam
feses. Gejala-gejala saluran kemih meliputi gangguan frekuensi miksi,
disuri, hematuri perimenstruasi atau hidronefrosis. Penetrasi dalam saat
hubungan seks dapat menimbulkan nyeri hebat (dispareunia) yang dapat
berlangsung selama 1-2 jam. Gejala-gejala yang tidak lazim pada saat
menstruasi pernah dilaporkan : kejang (implantasi di sistem saraf pusat) dan
hemotoraks atau hematemesis (implantasi di paru)
2. Infertilitas
Endometriosis didiagnosis hampir 2x lebih sering pada wanita infertil
dibanding wanita ferrtil. Karena itu endometriosis harus dicurigai pada
setiap kasus infertilitas.
3. Perdarahan Abnormal
Perdarahan abnormal, tidak berhubungan dengan anovulasi, terjadi
pada 15-20% wanita dengan endometriosis. Gambaran yang khas adalah
perdarahan berupa bercak pramenstruasi atau menoragi atau keduanya.
Trias gejala klinis endometriosis : (Ida Bagus, 2001)
1. Dismenore
2. Dispareunia
3. Infertilitas

G. PEMERIKSAAN PENUNJANG ENDOMETRITIS


1. Diagnosa klinis
Keluhan utama dari endometriosis adalah nyeri. Nyeri pelvik kronis yang
disertai dengan infertilitas juga merupakan masalah klinis utama pada
endometriosis. Emdometrium pada organ tertentu dapat menimbulkan efek yang
sesuai dengan fungsi organ tersebut, sehingga lokasi penyakit dapat diduga.
Riwayat pada keluarga sangat penting untuk diketahui karena penyakit
endometriosis bersifat diwariskan. Keturunan pertama memiliki resiko tujuh kali
lebih besar untuk mengalami hal serupa. Endometriosis juga lebih mungkin

11
berkembang pada saudara perempuan monozigot daripada dizigot. Rambut dan
nevus displastik telah diperlihatkan berhubungan dengan endometriosis.
2. Pemeriksaan fisik umum
Jarang dilakukan kecuali penderita menunjukkan adanya gejala fokal
siklik pada daerah organ non ginekologi. Pemeriksaan dilakukan guna mencari
penyebab nyeri yang letaknya kurang tegas dan dalam. Endometrioma pada
parut pembedahan bisa berupa pembengkakan yang nyeri dan lunak fokal dapat
menyerupai lesi lain seperti granuloma, abses dan hematom.
3. Pemeriksaan fisik ginekologik
Pada genitalia eksterna dan permukaan vagina biasanya tidak didapatkan
kelainan. Lesi pada endometriosis terlihat hanya 14,4% pada pemeriksaan
inspekulo, sementara pada pemeriksaan manual lesi ini teraba pada 43,1%
penderita. Ada kaitan antara stenosis pelvik dan endometriosis pada penderita
nyeri pelvik kronik. Paling umum, tanda positif ditemukan pada pemeriksaan
bimanual dan rektovaginal.
Hasil pemeriksaan fisik yang normal tidak menyingkirkan diagnosis
endometriosis, pemeriksaan pelvik sebagai pendekatan non bedah untuk
diagnosis endometriosis dapat dipakai pada endometrioma ovarium.gejala, tanda
fisis dan pemeriksaan bimanual dapat digunakan.

KEMUNGKINAN
KELOMPOK GABUNGAN GEJALA
ENDOMETRITIS (%)
Nyeri haid
1 Tumor >2×2 atau nudol 89,09
Infertilitas
Nyeri haid
2 65,45
Tumor >2×2 atau nudol
Nyeri haid
3 60,00
Infertilitas
Tumor >2×2 atau nudol
4 52,73
Infertilitas
4. Dignosa pencitraan

12
Pencitraan berguna untuk memeriksa penderita endometriosis terutama
jika dijumpai massa pelvis atau adxena seperti endometrioma. Ultrasonografi
pelvis secara transabdominal (USG-TA), transvaginal (USG –TV) atau secara
transrektal (TR), CT Scan dan pencitraan resonansi magnetik telah digunakan
secara nir-infasif untuk mengenali implan endometriosis yang besar dan
endometrioma. Tetapi hal ini tak dapat menilai luasnya endometriosis.
Bagaimanapun, cara-cara tersebut masih penting untuk menetapkan sisi lesi atau
menilai dimensinya yang mungkin bermanfaat untuk menentukan pilihan teknik
pembedahan yang akan dilakukan.
5. Diagnosa laparoskopi
Dengan pemeriksaan visualisasi langsung ke rongga abdomen, yang pada
banyak kasus sering dijumpai jaringan endometriosis tanpa adanya gejala klinis.
Penampakan klasik dapat berupa jelaga biru-hitam dengan keragaman
derajat pigmentasi dan fibrosis di sekelilingnya. Warna hitam disebabkan oleh
timbunan hemosiderin dari serpih haid yang terperangkap, kebanykan invasi ke
peritoneum berupa lesi-lesi atpikal tak berpigmen berwarna merah atau putih.
Diagnosa endometriosis secara visual pada laparoskopi tak selalu sesuai
dengan pemastian histopatologi meski penderitanya mengalami nyeri pelvik
kronik. Endometriosis yang didapat dari laparoskopi sebesar 36%, ternyata
secara histopatologi hanya terbukti 18% dari pemeriksaan histopatologi. Dua hal
yang harus diperhatikan pada saat dilakukan laparoskopi adalah
a) Pemeriksaan USG terhadap ovarium pralaparoskopi, misal hanya bagian
permukaan ovarium yang terlihat dengan laparoskokpi, sehingga
keberadaan endometrioma ovarium sering luput.
b) eluruh permukaan ovarium harus terlihat dengan ara memutar ovarium,
agar fossa ovarika dan bagian yang tersembunyi dapat terlihat.
6. Biopsi
Pada pemeriksaan histopatologis dapat dijumpai endometriosis yang
menyebuk dalam makrofag yang termuati hemosiderin dapat dikenal pada 77%
bahan biopsi endometriosis. Seara histopatologis, endometriosis ada beberapa
bentuk (distrofik, glanduler, stroma, ataupun diferensiasi progresif. Diagnosa

13
pasti endometriosis dapat dibuat hanya dengan laparoskopi dan pemeriksaan
histopatologis, yang menampilkan nkelenjar-kelenjar endometrium dan stroma.
7. Stadium endometriosis
Penentuan stadium endometriosis sangat penting dilakukan terutama untuk
menerapkan cara pengobatan yang tepat dan untuk evaluasi hasil pengobatan.
Namun stadium ini tidak memiliki kolerasi dengan derajat nyeri, keluhan pasien,
maupun prediksi respon terapi terhadap nyeri atau infertilitas. Hal ini dapat
dipahami karena endometriosis dapat dijumpai pada pasien yang asimptomatik.
Klasifikasi endometriosis yang digunakan saat ini adalah menurut
American Society For Reproductive Medicine yang telah di revisi pada tahun
1996 yang berbasi pada tipe, lokasi, tampilan, kedalaman invasi lesi, penyebaran
penyakit dan perlengketan.
Penentuan stadium atau keterlibatan endometriosis didasarkan pada
system nilai bobot (weighted point system). Sebaran nilai-nilai tersebut telah
ditetapkan secara sembarang. Untuk menjamin penilaian yang sempurna,
inspeksi pelvis hendaknya dilakukan searah jarum jam atau berlawanan. Catat
jumlah, ukuran, dan letak susunan endometriosis, bengkak (plak),
endometrioma, dan atau perlekatan. Pada stadium 1 (minimal), bobot : 1 – 5 ;
stadium 2 (ringan), bobot : 6-15 ; stadium 3 (Sedang), bobot 16-40 ; stadium 4
(berat), bobot > 40.
8. CA125
CA 125 merupakan suatu glycoprotein dengan berat molekul tinggi yaitu
200.000 Dalton yang biasa digunakan untuk marker tumor pilihan pada tumor
epithel ovarium. Antigen CA 125 dihasilkan oleh epitel yang berasal dari epitel
coelom (sel mesothelial pleura, pericardium dan peritoneum) dan epitel saluran
muller (tuba, endometrium, dan endoserviks). Permukaan epitel ovarium fetus
dan dewasa tidak menghasilkan CA 125 kecuali kista inklusi, permukaan epitel
ovarium yang mengalami metaplasia dan yang mengalami pertumbuhan papiler.
Pada kelainan ginekologi yang jinak, peningkatan kadar CA 125
ditemukan pada endometriosis, penyakit radang panggul, myoma uteri, abses
tubo ovarial dan TB multiviseral. Pada awal kehamilan juga dapat dijumpai
peningkatan CA 125.

14
Hubungan antara endometriosis dengan peningkatan kadar CA 125 sudah
dikemukakan sejak tahun 1980-an, dimana peningkatan ini terjadi karena
konsentrasi yang lebih tinggi dari ektopik endometrium. CA 125 dihasilkan juga
oleh ektopik endometrium dibanding eutopik endometrium. CA 125 dihasilkan
juga oleh ektopik endometrium. Selama siklus haid normal, ektopik
endometrium adalah sumber utama dari produksi dan sekresi CA 125 ke dalam
rongga kelenjar dan pembuluh darah sehingga pada beberapa wanita dapat
dijumpai peningkatan CA 125 selama menstruasi berlangsung, baik yang
mengalami endometriosis maupun yang tidak. Hal ini mungkin disebabkan oleh
refluks endometrium menstrual ke rongga peritoneum.
CA 125 meningkat pada endometriosis lanjut, sehingga lebih baik sebagai
penapisan bagi diagnosis endometriosis sedang hingga berat (stadium 3 san 4).
Kegunaannya terbatas untuk menasah endometriosis minimal ringan, karena
kepekaan teranya rendah.

15
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN “ENDOMETRITIS PADA NY.N”

Contoh Kasus
Seorang wanita berusia 18 tahun datang kerumah sakit pasca melahirkan
dengan keluhan nyeri pada perut bagian bawah dan klien mengatakan nyeri yang
ia rasakan sudah sejak 2 bulan yang lalu hanya saja nyeri yang ia rasakan saat ini
seperti ditusuk tusuk terlebih lagi pada saat klien mengalami menstruasi pertama
pasca melahirkan klien mengaku selama nyeri sebelumnya ia tidak pernah
berobat ke dokter klien juga mengatakan rasa nyeri akan bertambah parah jika ia
buang air kecil maupun buang air besar sehinga klien sering kali menahan
kencing dan juga BAB nya agar ia tidak merasa sakit tidak hanya itu klien juga
juga mengatakan jika ia jarang sekali minum agar ia tidak BAK sehinnga klien
mengalami dehidrasi dan sering kali mengalami mual muntah karena makan
tanpa mengkonsumsi air minum klien juga mengatakan jika ia hanya ditemani
oleh neneknya yang sudah tua selama di RS tanpa ada keluarga lain yang
mendampingi karena ia seorang pendatang di desanya dan ia sudah bercerai
dengan suaminya.
A. Pengkajian
1. Biodata
a. Identitas klien
Nama : Ny.N
Tempat tanggal lahir : Garut,16 Desember 1998
Umur : 21 tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Suku : Rejang
Bangsa : Indonesia
Pekerjaan : IRT
Pendidikan : SMK sederajat
Alamat : Ds. Garut, kec amen
Diagnosa medis : Endometritis

16
b. Keluhan utama
Nyeri pada perut bagian bawah
c. Riwayat kesehatan sekarang
Klien mengatakan nyeri pada perut bagian bawah terutama pada saat BAK
dan BAB klien juga mengatakan nyeri yang lebih hebat pada saat
menstruasi sebelum hamil hanya saja ia tidak berobat kedokter
d. Riwayat kehamilan dan kelahiran : -
e. Riwayat kesehatan dahulu
Nyeri yang sama pada saat 2 bulan yang lalu hanya saja klien tidak
melakukan pemeriksaan
f. Head To Toe
Kepala, mata, kuping, hidung dan tenggorokan :
1) Kepala:
Bentuk : Normal, tidak ada pembengkakan
Keluhan : Tidak ada keluhan
2) Mata:
Kelopak mata : Kulit kelopak mata normal
Gerakan mata : Deviasi normal dan mistagmus
Konjungtiva : Normal
Sklera : Normal
Pupil : Reflek cahaya normal
3) Hidung:
Reaksi alergi : Tidak ada alergi
Sinus : Tidak ada nyeri tekan sinus
4) Mulut dan Tenggorokan:
Gigi geligi : Normal
Kesulitan menelan : Tidak ada
5) Dada dan Axilla
Mammae : Membesar ( ) ya ( √ ) tidak
Areolla mammae : Normal
Papila mammae : Normal
Colostrum :-

17
6) Pernafasan
Jalan nafas : Normal
Suara nafas : Normal
Menggunakan otot-otot bantu pernafasan: -
7) Sirkulasi jantung
Kecepatan denyut apical: Takikardi
Irama : normal teratur
Kelainan bunyi jantung: -
8) Abdomen
Mengecil :-
Linea & Striae :-
Luka bekas operasi: -
Kontraksi :-
Lainnya sebutkan : Nyeri pada abdomen
9) Genitourinary
Perineum : Normal
Vesika urinaria : Oliguri
10) Ekstremitas (Integumen/Muskuloskletal)
Turgor kulit : Normal
Warna kulit : Normal
Kontraktur pada persendian ekstremitas: Tidak ada
Kesulitan dalam pergerakan: Tidak ada kesulitan

18
B. Analisa Data
Nama inisial klien : Ny.N Diagnosa : Endometriosis
Nomor RM : 161200 Bangsal : CM

NO DATA ETIOLOGI MASALAH


1 DS: Agen cidera biologi Nyeri akut
- Klien mengeluh sakit
pada perut bagian bawah
- Klien merasakan
nyeripada saat BAK dan
BAB
- Klien mengatakan nyeri
seperti tertusuk2 pada
saat menstruasi
DO:
- Klien tampak meringis
- Klien memegangi
perutnya
- Skala nyeri 8(1-10)
T: 130/90 mmHg
N: 89x/menit
P: 23x/menit
S: 37,9C
2 DS: Kurang pengetahuan Defisien volume
- Klien mengatakan jika tentang kebutuhan cairan
ia sering mual muntah cairan
- Klien mengtakan jika ia
jarang sekali minum
DO:
- Klien tampak lemas
- Turgor kulit menurun
- Mata cekung
- Klien hanya tamat SD
3 DS: Kurang dukugan Ketidakefektifan

19
- Klien mengataan jika ia sosial koping
sering menahan kencing
dan BAB untuk
mengurangi rasa nyeri
- Klien mengatakan jika
ia jarang sekali minum
agar ia tidak BAK
- Klien mengatakan jika
tidak ada yang
menemaninya di RS
- Klien mengatakan jika
ia hanya tidur selama 3
jam sehari
DO:
- Klien tampak letih
- Klien tampak sulit
beinteraksi dengan yang
lain

C. Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri akut berhubungan dengan agen cidera biologis
2. Deficit volume cairan berhubungan dengan kurangnya pengetahuan
tentang kebutuhan cairan
3. Ketidakefektifan koping berhubungan dengan kurangnya dukungan sosial

H. Intervensi Keperawatan
Nama inisial klien : Ny.N Diagnosa : Endometriosis
Nomor RM : 161200 Bangsal : CM

No DIAGNOSA NOC NIC


KEPERAWATAN
1 Nyeri akut Setelah dilakukan - Lakukan pengkajian
berhubungan dengan tindakan nyeri komperehensif

20
agen cidera biologis keperawatan yang meliputi ( PQRST)
selama 3x24 jam - Gali bersama pasien
diharapkan klien faktor faktor yang dapat
tidak mengeluh menurunkan atau
nyeri pada perut memperberat nyeri
bagian bawah - Berikan informasi
dengan KH: mengenai nyeri, seperti
- Klien tidak penyebab nyeri, berapa
merasakan lama nyeri akan
nyeri pada saat dirasakan
BAK dan BAB - Ajarkan prinsip prinsip
- Klien tidak mengurangi nyeri (
meringis tehnik nafas dalam)
- Skala nyeri - Pastikan perawatan
berkurang analgesikbagi pasien
dengan pemantauan yang
tepat
2 Deficit volume cairan Setelah dilakukan - Pantau kadar serum
berhubungan dengan tindakan elektrolit yang abnormal
kurangnya keperawatan - Pantau adanya tanda dan
pengetahuan tentang selama 3x24 jam gejala dehidrasi yang
kebutuhan cairan diharapkan klien memburuk
tidak mengalami - Dapatkan specimen
dehidrasi dengan laboratorium untuk
KH: pemantauan perubahan
- TTV klien cairan atau elektrolit
tampak normal - Berikan cairan yang
- Turgol kulit sesuai
normal - Anjurkan klien untuk
- Dan klien minum
tidak menahan - Monitor TTV yang sesuai
BAK dengan - Lakukan pendekatan

21
alasan tidak terhadap klien untuk
minum memberikan penkes
terkait masalah klien
3 Ketidakefektifan Setelah dilakukan - Bantu pasien dalam
koping berhubungan tindakat mengidentifikasi bantuan
dengan kurangnya keperawatan jangka panjang dan
dukungan sosial selama 3x24 jam pendek yang tepat
dihrapkan klien - Bantu pasien untuk
mampu memeriksa sumber
menyelasikan sumber yang tersedia
masalahnya untuk memenuhuhi
dengan KH: tujuan tujuannya
- Klien bisa idur - Dukung hubungan pasien
dengan dengan orang yang
nyaman memiliki ketertarikan
dan tujuan yang sama
- Dukung pasien untuk
mengidentifikasi
deskripsi yang realistic
terhadap adanya
perubahan dalam peran
- Gunakan pendekatan
yang tenang
- Cari jalan untuk
memahami perspektif
terhadap situasi yang
penuh stress
- Dukung pasien untuk
mengevaluasi
perilakunya sendiri

22
4. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
Nama inisial klien : Ny.N Diagnosa : Endometriosis
Nomor RM : 161200 Bangsal : CM

No DIAGNOSA IMPLEMENTASI KEPERAWATAN


KEPERAWATAN
1 Nyeri akut - Mekukan pengkajian nyeri komperehensif
berhubungan dengan yang meliputi ( PQRST)
agen cidera biologis - Menggali bersama pasien faktor faktor yang
dapat menurunkan atau memperberat nyeri
- Memberikan informasi mengenai nyeri, seperti
penyebab nyeri, berapa lama nyeri akan
dirasakan
- Mengajarkan prinsip prinsip mengurangi nyeri
( tehnik nafas dalam)
- Memastikan perawatan analgesikbagi pasien
dengan pemantauan yang tepat
2 Deficit volume cairan - Memantau kadar serum elektrolit yang
berhubungan dengan abnormal
kurangnya pengetahuan - Memantau adanya tanda dan gejala dehidrasi
tentang kebutuhan yang memburuk
cairan - Memastikan specimen laboratorium untuk
pemantauan perubahan cairan atau elektrolit
- Memberikan cairan yang sesuai
- Menganjurkan klien untuk minum
- Memonitor TTV yang sesuai
- Melakukan pendekatan terhadap klien untuk
memberikan penkes terkait masalah klien
3 Ketidakefektifan - Membantu pasien dalam mengidentifikasi
koping berhubungan bantuan jangka panjang dan pendek yang tepat
dengan kurangnya - Membantu pasien untuk memeriksa sumber

23
dukungan sosial sumber yang tersedia untuk memenuhuhi
tujuan tujuannya
- Mendukung hubungan pasien dengan orang
yang memiliki ketertarikan dan tujuan yang
sama
- Mendukung pasien untuk mengidentifikasi
deskripsi yang realistic terhadap adanya
perubahan dalam peran
- Menggunakan pendekatan yang tenang
- Mencari jalan untuk memahami perspektif
terhadap situasi yang penuh stress
- Mendukung pasien untuk mengevaluasi
perilakunya sendiri

5. EVALUASI
Nama inisial klien : Ny.N Diagnosa : Endometriosis
Nomor RM : 161200 Bangsal : CM

No DIAGNOSA EVALUASI
KEPERAWATAN
1 Nyeri akut S:- Klien mengatakan jika ia masih merasakan
berhubungan dengan nyeri pada bagian perutnya
agen cidera biologis O: - Klien tampak meringis
- Skala nyeri 7 (1-10)
A: Masalah belum terarasi
P: Intervensi dilanjutkan ( kolaborasi dengan
tim medis lain terkait masalah klien

24
2 Deficit volume cairan S:- Klien mengatakan jika ia sekarang mau
berhubungan dengan untuk minum
kurangnya pengetahuan -Klien mengatakan jika ia tidak mau minum
tentang kebutuhan jika nyeri sudah mulai terasa sakit
cairan O: - Klien mau untuk mendengarkan apa yang
disampaikan perawat
-Klien tebata bata dalam mengulangi apa yang
telah disampaikan
-Turgor kulit mulai membaik
A: Masalah terasatasi sebagian
P: Intervensi dilanjutkan
3 Ketidakefektifan S:- Klien mengatakan jika ia tidak lagi
koping berhubungan menahan kencingnya
dengan kurangnya -Klien mengatakan jika sudah paham akan
dukungan sosial kesalahan selama ia mengatasi masalah
kesehatannya
O: - klien sudah mau berinteraksi dengan
keluarganya (melepon kerabat terkait masalah
kesehatannya)
A: Masalah terasatasi
P: Intervensi dihentikan

25
BAB 1V

PENUTUP

A. KESIMPULAN
Jenis infeksi yang paling sering ialah endometritis. Endometritis adalah
suatu peradangan endometrium yang biasanya disebabkan oleh infeksi bakteri
pada jaringan. Kuman-kuman memasuki endometrium, biasanya pada luka
bekas Insersio plasenta, dan dalam waktu singkat mengikutsertakan seluruh
endometrium.
Endometritis ini terjadi karena karena kurangnya kesadaran ibu nifas
dalam hal personal higiene dan merawat luka perineum. Padahal infeksi ini
dalam jangka pendek dapat menyebabkan terjadinya penurunan kesuburan dan
dalam jangka panjang menggannggu sistem reproduksi karena perubahan
saluran reproduksi. Pengobatan dan penanganan yang tepat sangat dibutuhkan
dalam kasus endometritis.

B. SARAN
Bagi petugas kesehatan khususnya bidan dapat mengetahui tindak lanjut
penanganan endometritis pada ibu nifas, dan bidan dapat mengenali tanda dan
gejala terjadinya endometritis.

26
DAFTAR PUSTAKA

Alam, S. & Hardibroto, I. 2007. Endometriosis. Jakarta: Gramedia Pustaka


Utama

Bedaiwy Mohamed A, Liu James. 2010. Pathophysiology, diagnosis, and surgical


management of endometriosis: A chronic disease. SRM e-journal Vol. 8,
No. 3 , 18 september 2014

Benson, Ralph C. dan Martin L. Pernoll. 2009. Buku Saku Obstetri & Giekologi
Edisi 9. Jakarta: EGC.

Doenges & Marilynn, E. 2001. Rencana Keperawatan. Jakarta: EGC

Dr. Salma. 14 Oktober 2010. http://majalahkesehatan.com/5-jenis-gangguan-


menstruasi-haid/ diakses pada Sabtu, 13 September 2014 pukul 16.17 WIB

Giudice Linda C. 2010. Endometriosis. N Engl J Med 2010;362:2389-98.

27

Anda mungkin juga menyukai