Anda di halaman 1dari 12

KONSEP TENTANG DASAR KAMAR BEDAH

TINDAKAN OPERASI

DI SUSUN OLEH :
1. Siti Saodah 1614301036
2. Indira Ariani 1614301037
3. Novi Rahmawati 1614301038
4. Agitha Nanda Nurmala 1614301039
5. Masrurotul Ulyana I. 1614301040

POLITEKNIK KESEHATAN TANJUNGKARANG


JURUSAN KEPERAWATAN
PRODI DIV KEPERAWATAN
TAHUN AKADEMIK 2019/ 2020

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya
sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Konsep tentang dasar kamar bedah
Tindakan Operasi” pada mata kuliah Konsep Dasar Keperawatan Perioperatif II, pada semester
ganjil (VII), tahun akademik 2019/2020.

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
memberikan bantuan baik secara moril maupun materil.

Akhir kata kami menyadari dalam menyusun laporan ini masih banyak kekurangannya dan
belum sempurna, untuk itu kami bersikap terbuka menerima kritik dan saran yang bersifat
membangun sebagai masukan untuk memperbaiki laporan kami.

Bandar Lampung, Juli 2019

Penulis

ii
DAFTAR ISI

Kata Pengantar ............................................................................................. ii


Daftar Isi ........................................................................................................ iii
BAB I
1.1 Latar Belakang .......................................................................................... 1
1.2 Tujuan Penulisan ....................................................................................... 1
1.3 Rumusan Masalah ..................................................................................... 1
BAB II
2.1 Pengertian Aseptik dan Antiseptik ............................................................ 2
2.2 Tujuan penerapan tehnik aseptic di kamar operasi ............................ 3
2.3 Prinsip Aseptik dan Antiseptik .................................................................. 3
2.4 Aspek yang Harus Diperhatikan ................................................................ 3
BAB III
Kesimpulan ..................................................................................................... 13
Saran ............................................................................................................... 13
Daftar Pustaka

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Keperawatan perioperatif merupakan proses keperawatan untuk
mengembangkan rencana asuhan secara individual dan mengkordinasikan serta
memberikan asuhan kepada pasien yang mengalami pembedahan atau perosedur
invasif (AORN, 2013).
Keperawatan perioperatif tidak lepas dari salah satu ilmu medis yaitu ilmu
bedah dengan demikian ilmu bedah yang semakin berkembang akan memberikan
implikasi pada perkembangan keperawatan perioperatif(Muttakin, 2009).
Perawat kamar bedah adalah perawat yang memberikan asuhan keperawatan
perioperatif kepada pasien yang mengalami pembedahan yang memiliki standar ,
pengetahuan , keputusan , serta keterampilan berdasarkan perinsip prinsip keilmuan
khususnya kamar bedah ( OARN, 2013 dalam Hipkabi 2014 ). Keperawatan
perioperatif dilakukan berdasarkan proses keperawatan sehingga perawat perlu
menerapkan strategi yang sesuai dengan kebutuhan individu selama periode
perioperatif (pre , intra dan post oprasi ) (Muttakin, 2009).
Perawat kamar bedah bertanggung jawab mengidentifikasi kebutuhan pasien ,
menentukan kebutuhan bersama padien dan mengimplementasikan intervensi
keperawatan

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana sejarah kamar bedah?
2. Apakah pengertian kamar bedah?
3. Apa saja bagian-bagian kamar operasi?
4. Apa saja Persyaratan Kamar Operasi?
5. Siapa saja Personil Kamar Operasi?
6. Apakah Definisi tindakan oprasi ?
7. Apa saja Jenis pembedahan?
C. Tujuan
1. Mahasiswa mampu mengetahui sejarah kamar bedah
2. Mahasiswa mampu mengetahui pengertian kamar bedah
3. Mahasiswa mampu mengetahui bagian-bagian kamar operasi
4. Mahasiswa mampu mengetahui Persyaratan Kamar Operasi
5. Mahasiswa mampu mengetahui Personil Kamar Operasi
6. Mahasiswa mampu mengetahui Definisi tindakan oprasi
1
7. Mahasiswa mampu mengetahui Jenis pembedahan

2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Sejarah Kamar Bedah

Dahulu prosedur operasi tidak selalu dilakukan dalam lingkungan khusus rumah sakit.
Ahli bedah melakukan kunjungan rumah kalau dipanggil untuk memeriksa pasien. Di awal
tahun1900an, perawat kamar operasi diminta untuk menyiapkan kamar atau ruangan yang
sesuai yaitu ruangan dengan lalu-lintas yang minimal dan sedikit suara untuk prosedur
operasi-biasanya ruang makan, tetapi kadang-kadang di dapur. Segalanya dikeluarkan dari
kamar, terutama karpet,gantungan, gambar, dan juga mebel.
Kamar diasapi dengan sulfur dioksida selama 12 jam jika sudah waktunya mau dipakai.
Ini dilakukan dengan membakar 3 pon sulfur di periuk terbuat dari besi untuk tiap-tiap 1000
kaki kubik ruangan. Jendela dan pintu ditutup serapat mungkin. Ketika pengasapan telah
selesai, tembok dan permukaan disikat dengan karbol 5% atau larutan soda panas. Von
Esmarch menggambarkan pembersihan dinding meliputi proses penggosokan permukaan
dengan roti halus. Dia mendasarkan tindakan ini pada eksperimen pribadi. Jika waktu tidak
cukup untuk dilakukan proses pengasapan/penyikatan, ruangan seharusnya telah di penuhi
dengan uap dari ceret.
Linen dan handuk yang akan dipakai direbus selama 5 menit di larutan soda untuk
digunakan sebagai spon. Kompor dan oven berguna sebagai alat sterilisasi. Batu bata tetap di
oven untuk digunakan sebagai alat penghangat bagi pasien anak yang kedinginan. Meja dapur
atau ruang makan telah dialasi untuk digunakan sebagai meja operasi dan ditempatkan di
bawah tempat lilin, dengan kepala mengarah ke jendela. Untuk kerahasiaan, kertas tisu yang
berwarna putih digunakan didekat jendela dengan memakai adonan tepung. Banyak ahli
bedah mempunyai lampu portable untuk digunakan didalam rumah yang mempunyai listrik.
Ini sangat berguna di malam hari. Seprai tempat tidur putih dipaku ke semua tembok sebagai
lapisan pelindung.
Lingkungan fisik sangat penting untuk ahli bedah. Suhu kamar harus dijaga pada suhu
di 75 – 80° F dan tambahan alat untuk menghangatkan ruangan, seperti selimut hangat, botol
air panas, dan batu bata hangat dibungkus dengan kain flanel. Disamping menyiapkan
lingkungan, perawat kamar operasi diharuskan mempunyai 10 galon air steril yang panas dan

3
10 galon air steril yang dingin yang siap untuk digunakan. Termasuk tugas perawatn yaitu
menyiapkan larutan garam steril dengan mendidihkan sebuah wadah besar yang berisi air dan
menambahkan 2 sendok teh garam meja. Campuran direbus selama 30 menit kemudian
disaring dengan menggunakan kapas yang sudah dipanggang sampai berwarna kecoklatan ke
dalam botol steril. Gabus dipergunakan untuk menutup lubang. Terutama bila larutan
disimpan untuk penggunaan yang akan datang, botol yang telah ditutup direbus selama 20
menit selama 3 hari berurutan. Ini dipercaya untuk mencegah tumbuhnya spora.
Sebagai kesimpulan dari prosedur pembedahan bahwa perawat kamar operasi
diperlukan untuk membongkar, mendidihkan, mengeringkan, dan mengepak instrumen ahli
bedah ke dalam tasnya. Ruangan dikembalikan ke keadaan semula dengan melepas atau
mebuang lembaran-lembaran dari dinding dan mengeluarkannya untuk dicuci dan
mengembalikan kembali karpet dan mebel ke posisi semula. Akhirnya perawat kamar operasi
meninggalkan ruangan, keadaanya seperti waktu dia mau menggunakannya.

B. Pengertian kamar operasi

Kamar Operasi atau kamar bedah adalah ruangan khusus di rumah sakit yang
diperlukan untuk melakukan tindakan pembedahan baik elektif atau akut yang
membutuhkan keadaan suci hama atau steril.
1. Pembagian Daerah Kamar Operasi

a. Daerah Publik
Daerah yang boleh dimasuki oleh semua orang tanpa syarat khusus.
Misalnya: kamar tunggu, gang, emperan depan komplek kamar operasi.
b. Daerah Semi Publik
Daerah yang bisa dimasuki oleh orang-orang tertentu saja, yaitu petugas. Dan
biasanya diberi tulisan DILARANG MASUK SELAIN PETUGAS. Dan sudah
ada pembatasan tentang jenis pakaian yang dikenakan oleh petugas ( pakaian
khusus kamar operasi ) serta penggunaan alas kaki khusus di dalam.
c. Daerah Aseptik

4
Daerah kamar bedah sendiri yang hanya bisa dimasuki oleh orang yang
langsung ada hubungan dengan kegiatan pembedahan. Umumnya daerah yang
harus dijaga kesucihamaannya. Daerah aseptik dibagi menjadi 3 bagian, yaitu:

a. Daerah Aseptik 0
Yaitu lapangan operasi, daerah tempat dilakukannya pembedahan.
b. Daerah aseptik 1
Yaitu daerah memakai gaun operasi, tempat duk / kain steril, tempat
instrument dan tempat perawat instrument mengatur dan mempersiapkan
alat.
c. Daerah aseptik 2
Yaitu tempat mencuci tangan, koridor penderita masuk, daerah sekitar
ahli anesthesia.

C. Definisi Pembedahan (Operasi)

Operasi merupakan tindakan pembedahan pada suatu bagian tubuh(Hancock,


1999). Operasi (elektif atau kedaruratan) pada umumnya merupakan peristiwa kompleks
yang menegangkan(Brunner& Suddarth, 2002).

Perioperatif adalah suatu istilah gabungan yang mencakup tiga fase pengalaman
pembedahan praoperatif, intraoperatif, dan pascaoperatif.

Dapat disimpulkan bahwa operasi (perioperatif) merupakan tindakan pembedahan


pada suatu bagian tubuh yang mencakup fase praoperatif, intraoperatif dan pascaoperatif
(postoperatif) yang pada umumnya merupakan suatu peristiwa kompleks yang
menegangkan bagi individu yang bersangkutan.

D. Jenis-Jenis Pembedahan (Operasi)


1. Menurut Fungsinya (tujuannya)
a) Diagnostik : biopsi, laparotomi eksplorasi
b) Kuratif (ablatif): tumor, appendiktomi
c) Reparatif : memperbaiki luka multiple

5
d) Rekonstruktif atau kosmetik: mammoplasti, perbaikan wajah
e) Paliatif:menghilangkan nyeri, memperbaiki masalah (gastrostomy)
f) Transplantasi:penanaman organ tubuh untuk menggantikan organ atau struktur tubuh
yang malfungsi (cangkok ginjal, kornea).
2. Menurut tingkat Urgensinya :
a. Kedaruratan
Klien membutuhkan perhatian dengan segera, gangguan yang diakibatkannya
diperkirakan dapat mengancam jiwa (kematian atau kecacatan fisik), tidak dapat
ditunda.
Contoh :
 perdarahan hebat
 luka tembak atau tusuk
 luka bakar luas
 obstruksi kandung kemih atau usus
 fraktur tulang tengkorak
b. Urgen
Klien membutuhkan perhatian segera, dilaksanakan dalam 24 – 30 jam.
Contoh :
 infeksi kandung kemih akut
 batu ginjal atau batu pada uretra
c. Diperlukan
Klien harus menjalani pembedahan, direncanakan dalam beberapa minggu atau
bulan.
Contoh :
– katarak
– gangguan tiroid
– hiperplasia prostat tanpa obstruksi kandung kemih
d. Elektif
Klien harus dioperasi ketika diperlukan, tidak terlalu membahayakan jika tidak
dilakukan.

6
Contoh :

 hernia
 simpel
 perbaikan vagina
 perbaikan skar
 cikatrik/jaringan parut
e. Pilihan
Keputusan operasi atau tidaknya tergantung kepada klien (pilihan pribadi klien).
Contoh :
 bedah kosmetik.
f. Menurut luas atau tingkat resiko
1. Mayor
Operasi yang melibatkan organ tubuh secara luas dan mempunyai
tingkat resiko yang tinggi terhadap kelangsungan hidup klien.
Contoh : bypass arteri koroner
2. Minor
Operasi pada sebagian kecil dari tubuh yang mempunyai resiko
komplikasi lebih kecil dibandingkan dengan operasi mayor.
Contoh :
 Katara
 operasi plastik pada wajah

7
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Operasi merupakan tindakan pembedahan pada suatu bagian tubuh Perioperatif


adalah suatu istilah gabungan yang mencakup tiga fase pengalaman pembedahan
praoperatif, intraoperatif, dan pascaoperatif yang pada umumnya merupakan suatu
peristiwa kompleks yang menegangkan bagi individu yang bersangkutan.

B. Saran

Diharapkan bagi pembaca dapat memahami konsep tentang dasar kamar bedah
tentang tindakan operasi sehingga saat dilapangan bisa melakukan tindakan dengan baik
dan benar.

8
DAFTAR PUSTAKA

Boedihartono. 1994. Proses Keperawatan di Rumah Sakit. Jakarta.

Effendy, Christantie. 2002. Handout Kuliah Keperawatan Medikal Bedah : Preoperatif Nursing,
Tidak dipublikasikan : Yogyakarta.

Marilynn E. Doenges. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan pedoman untuk perencanaan dan
pendokumentasian pasien, ed.3. EGC, Jakarta.

Nasrul Effendi. 1995. Pengantar Proses Keperawatan. EGC : Jakarta.

Shodiq, Abror. 2004. Operating Room, Instalasi Bedah Sentral RS dr. Sardjito Yogyakarta,
Tidak dipublikasikan : Yogyakarta.

Sjamsulhidayat, R. dan Wim de Jong. 1998. Buku Ajar Imu Bedah, Edisi revisi. EGC : Jakarta.

Smeltzer, Suzanne C. and Brenda G. Bare. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah :
Brunner Suddarth, Vol. 1. EGC : Jakarta.

Wibowo, Soetamto, dkk. 2001. Pedoman Teknik Operasi OPTEK, Airlangga University Press :
Surabaya.

Wilkinson, Judith M. 2006. Buku Saku Diagnosis Keperawatan, edisi 7. EGC : Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai