Anda di halaman 1dari 15

PENINGKATAN TANGGUNG JAWAB BELAJAR MATEMATIKA

MELALUI STRATEGI INQUIRING MIND WHAT TO KNOW

(PTK Bagi Siswa Kelas VII A SMP Muhammadiyah I Klaten Semester Genap
Tahun 2012/2013)

NASKAH PUBLIKASI

Diajukan oleh:
FITRI ASTUTI
A 410 090 097

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2013
Surat Persetujuan Artikel Publikasi Ilmiah
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

Jl. A. Yani Tromol Pos 1 Pabelan, Kartasura Telp (0271) 717417 Fax: 715448 Surakarta 57102

Yang bertanda tangan dibawah ini pembimbing skripsi/tugas akhir :


Nama : Prof. Dr. Sutama,M.Pd
NIP 131943782
Telah membaca dan mencermati naskah artikel publikasi ilmiah, yang merupakan
ringkasan skripsi/tugas akhir dari mahasiswa :
Nama : Fitri Atuti
NIM : A 410 090 097
Program Studi : Pendidikan Matematika
Judul Skripsi: Peningkatan Tanggung Jawab Belajar Matematika Melalui Strategi
Inquiring Mind What To Know (PTK bagi siswa kelas VII A SMP
Muhammadiyah I Klaten Semester Genap Tahun 2012/2013)
Naskah artikel tersebut, layak dan dapat disetujui untuk dipublikasikan.
Demikian persetujuan dibuat, semoga dapat dipergunakan seperlunya.

Surakarta, Juli 2013


Pembimbing

Prof. Dr. Sutama, M.Pd


NIP. 131943782
PENINGKATAN TANGGUNG JAWAB BELAJAR MATEMATIKA
MELALUI STRATEGI INQUIRING MIND WHAT TO KNOW

(PTK Bagi Siswa Kelas VII A SMP Muhammadiyah I Klaten Semester Genap
Tahun 2012/2013)

Oleh:
Fitri Astuti1, Sutama2
1
Mahasiswa Universitas Muhammadiyah Surakarta, yofithe@yahoo.com
2
Staf Pengajar UMS Surakarta, sutama_mpd@yahoo.com

Abstrak

Penelitian ini bertujuan, meningkatkan tanggung jawab pokok bahasan


persegi panjang dan persegi dalam pembelajaran matematika melalui strategi
pembelajaran inquiring mind what to know. Jenis penelitian, penelitian tindakan
kelas (PTK). Subyek, siswa SMP. Jumlah siswa 15. Teknik pengumpulan data,
observasi, tes, catatan lapangan, dan dokumentasi. Untuk menjamin keabsahan
data digunakan teknik triangulasi. Teknik analisis data,deskriptif kualitatif
dengan analisis interaktif, terdiri dari reduksi data, penyajian data dan penarikan
kesimpulan. Hasil penelitian menunjukkan adanya peningkatan tanggung jawab
pokok bahasan persegi panjang dan persegi. Hal ini dilihat dari indikator
tanggung jawab: 1) melaksanakan dan menyelesaikan tugas dengan sungguh-
sungguh 53,37% dan setelah tindakan 86,67%,2) menepati janji 33,3 % dan
setelah tindakan 80%,3) mau menerima akibat dari perbuatannya sebelum
tindakan 20% dan setelah tindakan 60%.Penelitian ini menyimpulkan bahwa
strategi pembelajaran inquiring mind what to know meningkatkan tanggung
jawab belajar matematika.
Kata kunci: inquiring; tanggung jawab

PENDAHULUAN
Tanggung jawab belajar memiliki peranan yang sangat penting dalam
upaya peningkatan pembelajaran matematika, yaitu apabila dikehendaki
peningkatan pembelajaran matematika maka dibutuhkan tanggung jawab belajar
yang lebih besar dalam pelaksanaan proses pembelajaran. Hal ini menempatkan
tanggung jawab belajar yang sangat pada posisi yang penting di dalam proses
pembelajaran matematika, tetapi pada saatnya realita di lapangan menunjukkan
bahwa banyak siswa yang tidak memiliki tanggung jawab belajar yang tinggi

1
dalam mata pelajaran matematika. Tanggung jawab adalah sesuatu yang harus
dilakukan dan merupakan suatu kewajiban. Salah satu tanggung jawab siswa
adalah mengerjakan tugas dengan sebaik-baiknya yang diberikan oleh guru.
Adapun indikator dari tanggung jawab adalah (a) Melaksanakan dan
menyelesaikan tugas dengan sungguh-sungguh, (b) Menepati janji, (c) Mau
menerima akibat dari perbuatannya.
Tanggung jawab menurut Taslimuharo (Asmani, Jamal Ma‟mur.
(2008:69). Tanggung jawab merupakan suatu proses belajar yang memberi
wewenang pada siswa untuk kritis. Guru lebih banyak mendengar dari pada
bicara, menghormati ide-ide siswa, memberi pilihan, dan memberi kesempatan
kepada siswa untuk memutuskan sendiri.
Berdasarkan hasil observasi di SMP Mumammadiyah I Klaten kelas VII
A, peneliti memperoleh hasil pada kondisi awal bahwa siswa yang melaksanakan
dan menyelesaikan tugas dengan sungguh-sungguh sebanyak delapan siswa
(53,3%), siswa yang menepati janji sebanyak lima siswa (33,3%), siswa yang mau
menerima akibat dari perbuatannya sebanyak tiga siswa (20%). Dari data tersebut
dapat disimpulkan bahwa tanggung jawab belajar matematika kelas VII A masih
rendah.
Ada beberapa akar penyebab yang mempengaruhi rendahnya tanggung
jawab siswa. Akar penyebab rendahnya tanggung jawab siswa dipengaruhi oleh
beberapa faktor. Faktor-faktor yang mempengaruhi rendahnya tanggung jawab
siswa antara lain dapat bersumber dari guru, lingkungan tempat tinggal, sarana
prasarana yang ada, orang tua, dan dari siswa itu sendiri. Rendahnya tanggung
jawab siswa ini yang akhirnya berakibat pada rendahnya hasil belajar siswa.
Permasalahan di atas pada dasarnya berhubungan erat dengan metode dan
cara penyampaian materi yang digunakan oleh guru. Oleh karena itu proses
belajar mengajar dengan metode dan cara penyampaian materi yang tepat
mempunyai arti yang sangat penting. Dalam hal tersebut ketidakjelasan bahan
yang disampaikan dapat dibantu dengan menggunakan metode pembelajaran
sebagai perantara. Jadi kerumitan bahan yang akan disampaikan kepada peserta
didik dapat disederhanakan dengan bantuan strategi pembelajaran. Strategi

2
pembelajaran dapat mewakili apa yang kurang mampu guru ucapkan melalui
kalimat. Bahkan keabstrakan bahan dapat dikongkretkan dengan strategi
pembelajaran yang tepat. Dengan demikian, peserta didik lebih mudah memahami
setiap materi yang disampaikan.
Berdasarkan masalah tersebut, guru hendaknya mampu menciptakan
suasana kelas yang nyaman dan kondutif, yang lebih penting menciptakan dengan
menggunakan strategi pembelajaran yang menarik dan mudah untuk memahami
setiap materi yang disampaikan.
Berdasarkan permasalahan tersebut, maka guru berusaha menyusun dan
menerapkan strategi pembelajaran. Salah satu strategi yang akan diterapkan
adalah pembelajaran matematika dengan strategi Inquiring Mind What To Know
atau membangkitkan rasa ingin tahu yaitu model pendekatan pembelajaran .

METODE PENELITIAN
Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas. Penelitian ini
dilakukan untuk meningkatkan tanggung jawab siswa kelas VII A SMP
Muhammadiyah I Klaten melalui stategi Inquiring Mind To Know. Adapun
prinsip-prisip dari penelitian tindakan kelas (Sutama, 2010:20) adalah sebagai
berikut. a) Tidak mengganggu komitmen guru sebagai pengajar, b) Metode
pengumpulan data tidak menuntut waktu yang berlebihan, c) Metodologi yang
digunakan harus reliabel sehingga memungkinkan guru mengidentifikasi dan
merumuskan hipotesis secara meyakinkan, d) Masalah berawal dari kondisi nyata
dikelas yang dihadapi guru, e) Dalam penyelenggaraan penelitian, guru harus
memperhatikan etika profisionalisme guru. Adapun rincian kegiatan penelitian
tersebut adalah persiapan penelitian, pelaksanaan (perencanaan, tindakan dan
observasi, evaluasi dan refleksi), dan penyusunan pelaporan. Teknik pengumpulan
data berupa metode observasi, metode tes, catatan lapangan, dokumentasi.
Hal ini diperkuat oleh pendapat Sutama (2011: 99) bahwa pengambilan
data dapat dilakukan dengan teknik observasi, catatan lapangan, dokumentasi, dan
metode tes. Keabsahan data dilakukan dengan observasi secara terus menerus,
triangulasi sumber, dan triangulasi metode. Menurut Sutama (2010: 101),

3
triangulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan suatu
yang lain di luar data itu untuk keperluan pengecekan atau sebagai pembanding
terhadap data itu.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN


Pada kondisi awal siswa kelas VII SMP Muhammadiyah I Klaten terlihat
bahwa guru kurang optimal dalam pemanfaatan strategi pembelajaran yang
inovatif. Guru masih menggunakan strategi yang konvensional dalam
pembelajaran. Metode pembelajaran yang kurang bervariasi dan hanya berpusat
pada guru. Pembelajaran tersebut berdampak pada tanggung jawab belajar siswa.
Berdasarkan hal itu, guru menerapkan strategi Inquiring Mind What To Know
untuk meningkatkan kemampuan koneksi dan hasil belajar siswa.
Pada tahap pembelajaran menggunakan strategi Inquiring Mind What To
Know dengan materi persepanjang dan persegi. Dalam pembelajaran siswa dibagi
menjadi 4 kelompok yang terdiri dari 4 siswa. Guru memberikan permasalahan
kepada setiap kelompok yang menyangkut materi tersebut. Setelah selesai,
perwakilan dari setiap kelompok untuk mempersentasikan hasilnya. Pada tahap
penutup, guru memberikan penguatan jawaban permasalahan soal yang dibahas
tentang persegi panjang dan persegi.
Permasalah yang di bahas tentang persegi panjang di ambil sampel sebagai
berikut: Tentukan keliling dan luas persegi panjang jika diketahui panjang 7 cm,
lebar 4cm.
Jawaban siswa yang benar adalah K = 2(p+l) = 2 (7+4)cm = 22cm, L= pxl
= 7cmx4cm = 28 cm²
Jawaban siswa yang salah adalah K = 2(p+l) = 2 (7+4)cm = 22cm, L= p+l
= 7cm+4cm = 11 cm²
Berdasarkan data di atas, guru juga dapat memilih dan menggunakan
strategi pembelajaran yang bervariasi dan inovatif. Penerapan strategi
pembelajaran yang tepat sangat berpengaruh pada tanggung jawab belajar
matematika siswa.

4
Hal ini diperkuat oleh pendapatnya Ika Lailatus Sangadah (2011) dalam
penelitiannya menyimpulkan bahwa implementasi strategi pembelajaran Inquiring
Mind What To Know mampu meningkatkan aktivitas belajar siswa.
Siswa yang melaksanakan dan menyelesaikan tugas dengan sungguh-
sungguh mengalami peningkatan. Pada kondisi awal dari 15 siswa sebanyak 8
siswa yang melaksanakan dan menyelesaikan tugas dengan sungguh-sungguh,
pada siklus I sebanyak 9 siswa dan pada siklus II sebanyak 13 siswa.
Kondisi awal siswa yang menepati janji sebanyak 5 siswa. Pada siklus I
sebanyak 8 siswa dan siklus II sebanyak 12 siswa. Berarti terjadi peningkatan
siswa yang menepati janji.
Siswa yang mau menerima dari perbuatannya matematika mengalami
peningkatan. Pada kondisi awal sebanyak 3 siswa, pada siklus I bertambah
sebanyak 6 siswa dan pada siklus II sebanyak 9 siswa.
Pada kondisi awal, guru masih menggunakan metode ceramah dan tidak
melibatkan siswa secara aktif sehingga mengakibatkan siswa tidak bisa
menyampaikan ide pendapatnya. Pada siklus I, guru sudah menggunakan strategi
Inquiring Mind What To Know, tetapi proses pembelajaran di dalam kelas belum
berjalan maksimal. Hal ini dikarenakan guru dan siswa belum terbiasa dengan
strategi Inquiring Mind What To Know. Guru mulai melibatkan siswa secara aktif
setiap pembahasan, tapi siswa masih banyak yang malu-malu untuk
menyampaikan pendapatnya. Pada siklus II, penerapan strategi Inquiring Mind
What To Know sudah berjalan lancar. Siswa sudah terbiasa dengan model
pembelajaran secara tanya jawab dan diskusi. Siswa lebih aktif berkomunikasi
dengan guru dan anggota kelompoknya. Siswa mulai terbiasa diskusi dengan
kelompoknya, tidak ada rasa malu untuk bertanya dengan anggota kelompoknya
meskipun dengan lawan jenis.
Peningkatan tanggung jawab belajar siswa dapat dilihat dari meningkatnya
indikator-indikator tanggung jawab yang peneliti buat dari data sebelum penelitian
sampai penelitian tindakan terakhir. Data-data yang diperoleh mengenai
peningkatan tanggung jawab belajar siswa melalui strategi Inquiring Mind What

5
To Know pada siswa kelas VII A SMP Muhammadiyah I Klaten dapat disajikan
dalam tabel berikut.
Tabel 4.1
Data Hasil Peningkatan Tanggung Jawab Belajar Siswa
No Indikator yang diamati Kondisi Awal Siklus I Siklus II
1 Melaksanakan dan
8 siswa 9 siswa 13 siswa
menyelesaikan tugas
(53,3%) (60%) (86,67%)
dengan sungguh-sungguh
2 Menepati janji 5 siswa 8 siswa 12 siswa
(33,3%) (53,3%) (80%)
3 Mau menerima akibat dari 3 siswa 6 siswa 9 siswa
perbuatannya (20%) (40%) (60%)

Adapun grafik peningkatan tanggung jawab belajar siswa dari sebelum


tindakan sampai tindakan kelas siklus II dapat di gambarkan sebagai berikut.

100,00%
90,00%
80,00% Melaksanakan dan
70,00% menyelesaikan tugas
60,00% dengan sungguh-sungguh
50,00% Menepati janji
40,00%
30,00%
20,00%
Mau menerima akibat
10,00% dari perbuatannya
0,00%
Sebelum Siklus I Siklus II
Tindakan

Gambar 4.1
Grafik Peningkatan tanggung jawab

6
Melaksanakan dan menyelesaikan tugas dengan sungguh-sungguh,
pendapat ahli yaitu Tony Thompson (2008), menyatakan bahwa dengan
menggunakan bloom‟s taxonomy untuk membantu menilai guru matematika
berfikir tingkat tinggi.
Mohammad Rahim Uddin (2013), menyatakan bahwa studi ini
menemukan bahwa situasi keseimbangan kehidupan kerja moderat yang dapat
ditingkatkan dengan memastikan jam kerja yang fleksibel. Mengurangi jam dan
beban kerja dan sekolah anak yang bekerja untuk guru perempuan.
Hameed Ullah Khan (2013), menyatakan bahwa manajemen pengetahuan
terdiri dari perencanaan, memprioritaskan sasaran, peningkatan produktivitas yang
bersamaan didukung oleh sumber daya manusia yang terampil dan keterlibatan
alat-alat modern dan teknik.
Menepati janji, pendapat ahli yaitu Md. Shahadat Hossain Khan dkk
(2012), menyatakan bahwa kendala yang dihadapi saat memperkenalkan TIK ke
dalam ruang kelas. Ulasan ini akan membantu mengidentifikasi faktor-faktor yang
mempengaruhi keputusan guru apakah atau tidak untuk menerapkan TIK dalam
situasi belajar-mengajar.
Mau menerima akibat dari perbuatannya, pendapat ahli yaitu menurut
Gladie Lui (2003), menyimpulkan bahwa kegiatan belajar mengajar yang akan
memfasilitasi mahasiswa mencapai los dirancang dan tugas penilaian yang
dievaluasi.
Jadi kesimpulannya pada siklus I indikator tanggung jawab sudah mulai
terihat dibanding sebelum dilakukan tindakan walaupun hasilnya belum
maksimal. Siklus II yang mengacu pada siklus I telah telah mengalami perbaikan
agar siklus II lebih baik dari siklus I ini berakibat indikator tanggung jawab dan
hasil belajar matematika siswa lebih meningkat lagi dibanding siklus I.
Hasil penelitian yang dilakukan oleh peneliti dari siklus I hingga siklus II
menunjukkan bahwa tanggung jawab belajar matematika siswa mengalami
peningkatan. Hal ini didukung oleh pendapatnya Menurut Jacques, dkk (2003), “
Sekolahan dengan implementasi pendidikan karakter yang tinggi, cenderung

7
memiliki nilai akademik yang lebih tinggi dari pada sekolahan dengan
implementasi pendidikan karakter yang rendah.
Hal ini diperkuat oleh pendapatnya Aynur Pala (2011) menyatakan bahwa
pelaksanaan pendidikan karakter bertujuan untuk menanamkan kepada siswa
tentang pentingnya inti nilai-nilai etika seperti kejujuran, tanggung jawab,
keadilan menghormati diri sendiri dan orang lain, bahwa sekolah dengan
implemantasi pendidikan karakter yang tinggi cenderung memiliki nilai akademik
yang lebih tinggi dari pada sekolahan dengan implementasi pendidian karakter
yang rendah.
Siswa yang mempunyai tanggung jawab atas keberadaannya sebagai
pelajar akan menyadari untuk melaksanakan dan menyelesaikan tugas dengan
sungguh-sungguh, menepati janji, mau menerima akibat dari perbuatannya.
Sehingga siswa yang memiliki tanggung jawab yang tinggi.
Jadi dapat disimpulkan bahwa pelaksanaan pendidika karakter bertujuan
untuk menanamkan kepada siswa tentang pentingnya inti nilai-nilai etika seperti
kejujuran, tanggung jawab, keadilan, menghormati diri sendiri dan orang lain.
Data observasi siswa, tindakan kelas tentang tanggung jawab pembelajaran
matematika yang diperoleh sebelum dilakukan tindakan sampai pada tindakan
siklus II, terlihat dalam melaksanakan dan menyelesaikan tugas dengan sungguh-
sungguh yaitu sebelum tindakan sebanyak 7 siswa, pada siklus I sebanyak 11
siswa, pada siklus II sebanyak 16 siswa. Pendapat ahli yaitu oleh Hameed Ullah
Khan (2013), menyatakan bahwa manajemen pengetahuan terdiri dari
perencanaan, memprioritaskan sasaran, peningkatan produktivitas yang
bersamaan didukung oleh sumber daya manusia yang terampil dan keterlibatan
alat-alat modern dan teknik. Makna pendapat ini adalah managemen pengetahuan
yang terdiri dari perencanaan dan peningkatan.
Wantana Amatariyakul (2012), menyatakan bahwa para siswa
diklasifikasikan menurut praktik pengasuhan menunjukkan sebagai kebajikan
keseluruhan dengan tanggung jawab dan disiplin pada tingkat yang lebih tinggi.
Makna pendapat ini adalah siswa keseluruhan harus memiliki tingkat tanggung
jawab dan kedisiplinan.

8
Data observasi siswa, tindakan kelas tentang tanggung jawab pembelajaran
matematika yang diperoleh sebelum dilakukan tindakan sampai pada tindakan
siklus II, terlihat dalam menepati janji yaitu sebelum tindakan sebanyak 9 siswa,
pada siklus I sebanyak 13 siswa, pada siklus II sebanyak 18 siswa. Pendapat ahli
yang mendukung indikator ini yaitu Md. Shahadat Hossain Khan dkk (2012),
menyatakan bahwa kendala yang dihadapi saat memperkenalkan TIK ke dalam
ruang kelas. Ulasan ini akan membantu mengidentifikasi faktor-faktor yang
mempengaruhi keputusan guru apakah atau tidaknya untuk menerapkan TIK
dalam situasi belajar-mengajar. Makna penelitian ini adalah keputusan guru
apakah atau tidaknya untuk menerapkan TIK.
Rosita G. Castro (2013), menyatakan bahwa Semakin efektif adalah
keterampilan produktivitas organisasi pengelola sekolah, semakin profesionalisme
guru dikembangkan. Hal ini sangat dianjurkan bahwa pengelola sekolah harus
menyatakan kesediaan mereka untuk membantu meningkatkan profesionalisme
guru dengan memberdayakan guru sekolah. Makna pendapat ini adalah sekolah
harus membantu profesional seorang guru.
Data observasi siswa, tindakan kelas tentang tanggung jawab pembelajaran
matematika yang diperoleh sebelum dilakukan tindakan sampai pada tindakan
siklus II, terlihat dalam mau menerima akibat dari perbuatannya yaitu sebelum
tindakan sebanyak 6 siswa, pada siklus I sebanyak 9 siswa, pada siklus II
sebanyak 14 siswa. Pendapat ahli yang mendukung indikator ini yaitu David
Chandler (2003), menyatakan bahwa dalam kesenjangan antara retorika dan
tanggung jawab terletak pada kenyataan bahwa kebijakan dapat dinyatakan sukses
tanpa memperhatikan hasil-hasil kebijakan, sementara masalah bisa disalahkan
pada tindakan lainnya orang atau pemerintah mereka. Makna penelitian ini adalah
tanggung jawab dalam memperhatikan hasil-hasil kebijakan.
Bramon, Diana. Dalam jurnalnya yang berjudul Character Education-A
Joint Responsibility teaches elementary education methods and literacy courses at
Elmhurst (April 2008). “ Beberapa guru, administrator, dewan sekolah, dan orang
tua menolak pengajaran pendidikan karakter di dalam kelas. Namun, NBCTs yang

9
berhasil menerapkan pendidikan karakter menggambarkanya sebagai tanggung
jawab bersama antara rumah dan sekolahan.
Data observasi siswa, tindakan kelas tentang tanggung jawab pembelajaran
matematika yang diperoleh sebelum dilakukan tindakan sampai pada tindakan
siklus II, terlihat dalam mau menerima akibat dari perbuatannya yaitu sebelum
tindakan sebanyak 9 siswa, pada siklus I sebanyak 11 siswa, pada siklus II
sebanyak 13 siswa. Anis Sholatin (2012) mendiskripsikan bahwa tanggung
jawabdan disiplin siswa dalam pembelajaran kooperatif type Think- Pair-Share
menunjukkan bahwa sikap tanggung jawab, displin dengan menggunakan strategi
Think- Pair-Share dapat meningkat.
Data observasi siswa, tindakan kelas tentang tanggung jawab pembelajaran
matematika yang diperoleh sebelum dilakukan tindakan sampai pada tindakan
siklus II, terlihat dalam mau menerima akibat dari perbuatannya yaitu sebelum
tindakan sebanyak 10 siswa, pada siklus I sebanyak 13 siswa, pada siklus II
sebanyak 16 siswa. Steven Wolk (2009) permintaan kelas memelihara tanggung
jawab sosial, dan hidup bertanggung jawab secara sosial berarti hidup
penyelidikan. Dengan pengajaran berbasis penyelidikan, proses menjadi bagian
dari konten. Tidak lagi adalah kurikulum hanya novel atau fakta-fakta yang harus
dipelajari, melainkan para siswa dan guru mereka bersama-sama menggunakan
buku, sumber informasi lainnya otentik, dan pendapat mereka sendiri dan
pengetahuan untuk menciptakan "kurikulum hidup" sebagai komunitas yang sejati
peserta didik. Dalam menciptakan unit penyelidikan, guru bisa memulai dengan
pertanyaan penyelidikan yang mereka terhubung ke buku atau mulai dengan
sebuah buku dari mana mereka membentuk pertanyaan atau satu pertanyaan
penyelidikan.
Chokshi dan Fernandez (2004) menemukan bahwa protokol diskusi yang
menjaga fokus guru pada siswa belajar dan pengembangan tugas yang
mengungkapkan pemikiran mahsiswa adalah elemen penting yang memungkinkan
pendekatan untuk menjadi sukses.
By Dudley Barlow (2008) Rothstein mengatakan, "No Child Left Behind
(NCLB) telah menjadi bumerang pada anak-anak yang sangat kami berangkat

10
untuk membantu. Kelemahan yang paling penting adalah bahwa hal itu memaksa
sekolah untuk fokus hampir secara eksklusif hanya pada satu keterampilan tujuan
dasar dalam matematika, kemudian menempatkan tanggung jawab untuk
merancang kebijakan akuntabilitas untuk masing-masing sekolah.
Draper (2008) melaporkan bahwa guru bidang konten itu adalah tanggung
jawab membaca pendidik guru untuk mengajar calon guru dalam metode
membaca pengembangan keterampilan. Dengan demikian, konten daerah pendidik
guru tidak menganggap itu amat penting untuk meningkatkan pengetahuan
mereka sendiri dalam membaca pengembangan keterampilan.

SIMPULAN
Proses pembelajaran matematika yang dilakukan antara peneliti dan guru
dalam penelitian ini menggunakan strategi Inquiring Mind What To Know.
Adapun prosesnya yaitu 1) guru menyampaikan kompetensi yang harus dicapai
serta manfaat dari proses pembelajaran, 2) guru menghubungkan materi sesuai
pengalaman siswa, 3) mengarahkan siswa untuk menemukan contoh benda, 4)
membagi siswa menjadi 5 kelompok, 5) siswa diberikan soal dan dikerjakan
secara individu, 6) guru melakukan evaluasi dan membuat kesimpulan dari mater
yang telah dipelajari.
Pembelajaran matematika dengan strategi Inquiring Mind What To Know
dapat meningkatkan tanggung jawab belajar matematika. Peningkatan tanggung
jawab diamati dari 3 indikator diuraikan sebagai berikut. Dilihat dari 3 indikator,
yaitu a) melaksanakan dan menyelesaikan tugas dengan sungguh-sungguh kondisi
awal 8 siswa (53,3%), siklus I 9 siswa (60%), siklus II 13 siswa (86,67%), b)
menepati janji kondisi awal 5 siswa (33,3%), siklus I 8 siswa (53,3%), siklus II 12
siswa (80%), c) menepati janji matematika kondisi awal 3 siswa (20%), siklus I 6
siswa (40%), siklus II 9 siswa (60%).

11
DAFTAR PUSTAKA
Asmani, Jamal Ma‟mur. 2011. Tujuh Aplikasi Paikem. Diva Press

Bramon, Diana. 2008. Character Education-A Joint Responsibility teaches


elementary education methods and literacy courses at Elmhurst. College
Condensed from kappa Delta Pi Record, 4462-65 Published by Kappa
Delta Pi Internasional Honor Society in Education.

Benninga, Jacques S, dkk. 2003. The Relationship Implementation And Acadomic


Achievemant In Elementary Schools. Journal of Research in Character
Education, 1(1), PP. 19-32

Barlow, By, Dudley. 2008. Grading Education: Getting Accountability Right. Pp.
69-71

Chandler, David. (2003) “ Rhetoric without responbility:the attraction of „ ethical‟


foreign policy”. Journal of politics and international politions/ Vol.5
No.3, Pp 295-316

G. Castro, Rosita. 2013. “The Relationship of Leadership Styles and


Organizational Productivity Skills to Teacher Professionalism”. Journal
of Education and Practice/ Vol.4 No.7 (16/06/13).

Hossain Khan, Shahadat dkk. 2012. “Barriers to The Introduction of ict Into
Education in Developing Countries: The Example of Bangladesh”.
Internasional Journal of Instruction/ Vol.5 No.2.(16/06/13).

Ko Po Yuk. “Critical conditions for pre-service teachers’ learning through


inquiry The Learning Study approach in Hong Kong”. Department of
Curriculum and Instruction, The Hong Kong Institute of Education.

Lui, Gladie dan Shum, Connie. 2003. “Outcome-based education and student
learning in managerial accounting in Hong Kong”. Journal of Case
Studies in Accreditation and Assessment (09/07/13).

Pala, Aynur. 2011. The Need foor Character Education. Journal of Social Scien
ces And Humanity Studies Vol 3, No 2, Pp. 23-31, Issn : 1309-8063

Polkinghorne, Frederick W. 2010. Reading Skill Development: A Survey Of Need


And Responsibility Vol LII, No 1

Sutama. 2010. Penelitian Pendidikan Teori dan Praktek dalam PTK, PTS, dan
PTBK. Semarang : CV. Citra Mandiri Utama

Sutama.2011.Metode Penelitian Pendidikan Kuantitatif, Kualitatif, PTK, R &


D.Surakarta: Fairuz Media.

12
Sanggadah, Lailatus, Ika, dkk. 2011. “Implementation Of Inquiring Mind What To
Know Learning Strategy To Increase Students Learning Activities”.
Journal of Chemical Education. Vol 3. No 3, Pp 12-20

Solatin, Anis, dkk. 2012. “Student Responsibility And Discipline In Learning


Model Of Think- Pair- Share (Tps) Type Cooperative”. Journal of
Chemical Education. Vol 1. No 2, Pp 1-6, Issn : 2252-9454

Thompson, Tony. 2008. “Mathematics Teachers‟ Interprestation of Higher-Order


Thinking in Bloom‟s Taxonomy”. International Electronic Journal of
Mathematics Education/ Vol.3 No.2.

Uddin, Mohammad Rahim. 2013. “ Work-Life Balance: a Study on Femele


Teachers of Private Education Institutions of Bangladesh”. European
Journal of Business and Management/ Vol.5 No.13: 2222-2839.

Ullah Khan, Hameed. 2013. “ Knowledge Management Significance: Prominent


Aspect based on Time Management from Managerial Perspective”.
Internasional journal of Science Commerce and Humanities/ Vol.1 No.1:
106-114.

Wolk, Steven. 2009. “Reading for a Better World: Teaching for Social
Responsibility With Young Adult Literature”. Journal of Adolescent and
Adult Literacy. Vol 52. No 8, Pp 664-678

13

Anda mungkin juga menyukai