Anda di halaman 1dari 4

TUGAS HUKUM PERBANKAN DAN JAMINAN

NAMA : MUSLIM NUGRAHA


NIM : 02012681721021

1. Cari Perbedaan dan Persamaan fungsi dan tugas Bank Indonesia dan
Otoritas Jasa Keuangan.

PERBEDAAN

OTORITAS JASA
BANK INDONESIA
KEUANGAN
Mencapai dan memelihara kestabilan 1. terselenggara secara
nilai rupiah. Kestabilan nilai rupiah teratur, adil, transparan,
ini mengandung dua aspek, yaitu dan akuntabel;
kestabilan nilai mata uang terhadap 2. mampu mewujudkan
barang dan jasa, serta kestabilan sistem keuangan yang
Tujuan terhadap mata uang negara lain. tumbuh secara
Pembentukan berkelanjutan dan stabil;
dan
3. mampu melindungi
kepentingan konsumen
dan masyarakat

Suatu lembaga negara yang Otoritas Jasa Keuangan (OJK)


independen dalam melaksanakan mempunyai fungsi
tugas dan wewenangnya, bebas dari menyelenggarakan sistem
campur tangan Pemerintah dan/atau pengaturan dan pengawasan
Fungsi pihak lain, kecuali untuk hal-hal yang terintegrasi terhadap
yang secara tegas diatur dalam keseluruhan kegiatan di sektor
undang-undang yang terfokus untuk jasa keuangan.
menjaga kstabilan nilai mata uang
rupiah.
1. Menetapkan dan melaksanakan Melakukan pengaturan dan
kebijakan moneter. pengawasan terhadap:
2. Mengatur dan menjaga
kelancaran sistem pembayaran, 1. kegiatan jasa keuangan di
serta sektor perbankan serta non
3. Mengatur dan mengawasi perbankan .
perbankan di Indonesia 2. kegiatan jasa keuangan di
Tugas Pokok
sektor pasar modal; dan
3. kegiatan jasa keuangan di
sektor perasuransian, dana
pensiun, lembaga
pembiayaan, dan lembaga
jasa keuangan lainnya
PERBEDAAN

BANK INDONESIA DAN OJK


Bank Indonesia dan OJK pada prinsipnya memiliki tujuan utama yang
berkeinginan agar mencapai dan memelihara kestabilan nilai rupiah
Tujuan
kestabilan dengan teratur, adil, transparan, dan akuntabel
Pembentukan

OJK dan Bank Indonesia berkoordinasi dalam pengaturan dan


pengawasan Perbankan, dalam tukar menukar informasi Perbankan,
Fungsi dan melakukan hubungan timbal balik dalam hal pemeriksaan
Perbankan,
Dalam hal tugas pengaturan dan pengawasan, Bank Indonesia dan
OJK saling berkesinambungan dalam hal menangani permasalahan
yang timbul dalam sistem keuangan sehingga dapat lebih menjamin
Tugas Pokok tercapainya stabilitas sistem keuangan dan agar adanya pengaturan
juga pengawasan yang lebih terintegrasi.

2. Analisis apakah ada persamaan / perbedaan mengenai klausula baku pada


ketentuan OJK dan ketentuan Pasal 18 UU Perlindungan Konsumen ?

KLAUSULA BAKU adalah setiap aturan atau ketentuan dan syarat-syarat yang
telah dipersiapkan dan ditetapkan terlebih dahulu secara sepihak oleh pelaku
usaha yang dituangkan dalam suatu dokumen dan / atau perjanjian yang
mengikat dan wajib dipenuhi oleh konsumen. Dalam hal membuat klausula baku,
pelaku usaha mesti mempertimbangkan aspek-aspek yang memberikan rasa
aman, keadilan, sehingga tidak merugikan konsumen.

Dalam Pasal 18 UU No. 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen,


dijelaskan bahwa Klausula Baku yang dituangkan dalam suatu dokumen
dan/atau perjanjian dilarang bagi pelaku usaha, apabila dalam pencantumannya
mengandung unsur-unsur atau pernyataan sebagai berikut :

a. Pengalihan tanggungjawab dari pelaku usaha kepada konsumen;


b. Pelaku usaha berhak menolak penyerahan kembali barang yang dibeli
konsumen;
c. Pelaku usaha berhak menolak penyerahan uang yang dibayarkan atas
barang atau jasa yang dibeli oleh konsumen;
d. Pemberian kuasa dari konsumen kepada pelaku usaha baik secara
langsung maupun tidak langsung untuk melakukan segala tindakan
sepihak yang berkaitan dengan barang yang dibeli secara angsuran;
e. Mengatur perihal pembuktian atas hilangnya kegunaan barang atau
pemanfaatan jasa yang dibeli konsumen;
f. Memberi hak kepada pelaku usaha untuk mengurangi manfaat jasa atau
mengurangi harta kekayaan konsumen yang menjadi objek jual beli jasa;
g. Tunduknya konsumen kepada peraturan yang berupa aturan baru,
tambahan atau lanjutan dan / atau pengubahan lanjutan yang dibuat
secara sepihak oleh pelaku usaha dalam masa konsumen memanfaatkan
jasa yang dibelinya;
h. Konsumen memberi kuasa kepada pelaku usaha untuk pembebanan hak
tanggungan, hak gadai, hak jaminan terhadap barang yang dibel i oleh
konsumen secara angsuran;

Senada dengan hal tersebut, dalam Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor
1/POJK.07/2013 tentang Perlindungan Konsumen Sektor Jasa Keuangan , Pasal
22 menyatakan bahwa Dalam hal Pelaku Usaha Jasa Keuangan menggunakan
perjanjian baku, perjanjian baku tersebut wajib disusun sesuai dengan
peraturan perundang-undangan.

Selanjutnya dalam Pasal 22 Perturan Otoritas Jasa Keuangan juga diatur


mengenai klausula baku yang dilarang yang kurang lebih sama dengan yang
diatur dalam UU No. 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen, yaitu sebagai
berikut :

a. Menyatakan pengalihan tanggung jawab atau kewajiban Pelaku Usaha


Jasa Keuangan kepada Konsumen;
b. Menyatakan bahwa Pelaku Usaha Jasa Keuangan berhak menolak
pengembalian uang yang telah dibayar oleh Konsumen atas produk
dan/atau layanan yang dibeli;
c. Menyatakan pemberian kuasa dari Konsumen kepada Pelaku Usaha Jasa
Keuangan, baik secara langsung maupun tidak langsung, untuk melakukan
segala tindakan sepihak atas barang yang diagunkan oleh Konsumen,
kecuali tindakan sepihak tersebut dilakukan berdasarkan peraturan
perundang-undangan;
d. Mengatur tentang kewajiban pembuktian oleh Konsumen, jika Pelaku
Usaha Jasa Keuangan menyatakan bahwa hilangnya kegunaan produk
dan/atau layanan yang dibeli oleh Konsumen, bukan merupak an tanggung
jawab Pelaku Usaha Jasa Keuangan;
e. Memberi hak kepada Pelaku Usaha Jasa Keuangan untuk mengurangi
kegunaan produk dan/atau layanan atau mengurangi harta kekayaan
Konsumen yang menjadi obyek perjanjian produk dan layanan;
f. Menyatakan bahwa Konsumen tunduk pada peraturan baru, tambahan,
lanjutan dan/atau perubahan yang dibuat secara sepihak oleh Pelaku
Usaha Jasa Keuangan dalam masa Konsumen memanfaatkan produk
dan/atau layanan yang dibelinya; dan/atau
g. Menyatakan bahwa Konsumen memberi kuasa kepada Pelaku Usaha Jasa
Keuangan untuk pembebanan hak tanggungan, hak gadai, atau hak
jaminan atas produk dan/atau layanan yang dibeli oleh Konsumen secara
angsuran.

Pada dasarnya tidak terdapat perbedaan mengenai pengaturan klausula baku


yang diatur dalam UU No. 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen dan
dengan yang diatur dalam Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor
1/POJK.07/2013 tentang Perlindungan Konsumen Sektor Jasa Keuangan . Pada
intinya pengaturan mengenai klausula baku dibuat untuk memberikan rasa aman
dan keadilan bagi konsumen dalam melakukan transaksi usaha seperti yang
dijelaskan dalam Pasal 21 Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor
1/POJK.07/2013 yang berbunyi :

“Pelaku Usaha Jasa Keuangan wajib memenuhi keseimbangan, keadilan, dan


kewajaran dalam pembuatan perjanjian dengan Konsumen”.

Anda mungkin juga menyukai