BAB I. Pedahuluan
A. Kesimpulan ..................................................................................................23
B. Saran ...........................................................................................................23
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................24
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Keperawatan merupakan profesi yang dinamis dan berkembang
secara terus menerus dant e r l i b a t dalam masyarakat yang
berubah, sehingga pemenuhan dan metode
keperawatankesehatan berubah, karena gaya hidup masyarakat
berubah dan perawat sendiri juga dapatmenyesuaikan dengan
perubahan tersebut. Definisi dan filosofi terkini dari
k e p e r a w a t a n memperlihatkan trend holistic dalam keperawatan yang
ditunjukkan secara keseluruhan dalam berbagai dimensi, baik dimensi
sehat maupun sakit serta dalam interaksinya dengan keluarga dan komunitas.
Tren praktik keperawatan meliputi perkembangan di berbagai tempat praktik
dimana perawat memiliki kemandirian yang lebih besar.
Keluarga adalah sekumpulan orang yang dihubungkan oleh perkawinan,
adopsi dan kelahiranyang bertujuan menciptakan dan mempertahankan budaya
umum, meningkatkan perkembangan fisik, mental, emosional, dan sosial dari
individu-individu yang ada didalamnya terlihat dari polainteraksi yang saling
ketergantungan untuk mencapai tujuan bersama (Friedman, 1998).
Keperawatan keluarga dapat difokuskan pada anggota keluarga
individu, dalam kontekskeluarga, atau unit keluarga. Terlepas dari
identifikasi klien, perawat menetapkan hubungan dengan masing-masing
anggota keluarga dalam unit dan memahami pengaruh unit pada individudan
masyarakat. Tujuan keperawatan keluarga dari W HO di Eropa yang
merupakan praktek k e p e r a w a t a n termodern saat ini adalah
p r o m o t i n g a n d p r o t e c t i n g p e o p l e h e a l t h m e r u p a k a n perubahan
paradigma dari cure menjadi care melalui tindakan preventif dan mengurangi
kejadian dan penderitaan akibat penyakit.
Perawat keluarga memiliki peran untuk memandirikan keluarga
dalam merawat anggota k e l u a r g a n y a , s e h i n g g a k e l u a r g a m a m p u
m e l a k u k a n f u n g s i d a n t u g a s k e s e h a t a n , F r i e d m e n menyatakan
bahwa keluarga diharapkan mampu mengidentifikasi lima fungsi dasar
keluarga, diantaranya fungsi afektif, sosialis asi, reproduksi, ekonomi,
dan fungsi perawatan keluarga. Perawatan kesehatan keluarga adalah
pelayanan kesehatan yang ditujukan pada keluarga sebagai unit pelayanan
untuk mewujudkan keluarga yang sehat.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Tren dan Issu Keperawatan Keluarga
Trend adalah sesuatu yang sedang booming, actual, dan sedang hangat
diperbincangkan. Sedangkan isu adalah suatu peristiwa atau kejadian yang
dapat diperkirakan terjadi atau tidak terjadi di masa mendatang, menyangkut
ekonomi, moneter, sosial, politik, hukum, pembangunan nasional, bencana alam,
hari kiamat, kematian, ataupun tentang krisis.
Jadi, trend dan isu keperawatan keluarga merupakan sesuatu yang
booming, actual, dan sedang hangat diperbincangkan serta desas-desus dalam
ruang lingkup keperawatan keluarga.
Adapun trend dan isu dalam keperawatan keluarga, diantaranya:
Global
Dunia tanpa batas (global village) mempengaruhi sikap dan pola
perilaku keluarga.Kemajuan dan pertukaran iptek yang semakin global
sehingga penyebarannya semakin meluas.
Kemajuan teknologi di bidang transportasi sehingga tingkat mobilisasi
penduduk yang tinggi seperti migrasi yang besar-besaran
yang berpengaruh terhadap interaksi keluarga yang berubah.
Standar kualitas yang semakin diperhatikan menimbulkan persaingan
yang ketat serta menumbuhkan munculnya sekolah-sekolah yang
mengutamakan kualitas pendidikan.
Kompetisi global dibidang penyediaan sarana dan prasarana serta
pelayanan kesehatan menuntut standar profesionalitas keperawatan
yang tinggi.
Rendahnya minat perawat untuk bekerja dengan keluarga akibat
system yang belum berkembang.
Pelayanan keperawatan keluarga belum berkembang tapi DEPKES
sudah menyusun pedoman pelayanan keperawatan keluarga dan
model keperawatan keluarga di rumah tapi perlu disosialisasikan.
Keperawatan keluarga/ komunitas dianggap tidak menantang.
Geografis luas namun tidak ditunjang dengan fasilitas.
Kerjasama lintas program dan lintas sector belum memadai.
Model pelayanan belum mendukung peranan aktif semua profesi.
Pelayanan
SDM belum dapat menjawab tantangan global dan belum ada perawat
keluarga.
Penghargaan / reward rendah.
Bersikap pasif.
Biaya pelayanan kesehatan rawat inap mahal.
Pengetahuan dan keterampilan perawat masih rendah.
Pendidikan
Lahan praktik terbatas; pendirian pendidikan keperawatan cenderung
“mudah”
Penelitian terkait pengembangan dan uji model masih terbatas.
Sarana dan prasarana pendidikan sangat terbatas.
Rasio pengajar : mahasiswa belum seimbang.
Keterlibatan berbagai profesi selama pendidikan kurang.
Profesi
Standar kompetensi belum disosialisasikan.
Belum ada model pelayanan yang dapat menjadi acuan.
Kompetensi berbagai jenjang pendidikan tidak berbatas.
Mekanisme akreditasi belum berjalan dengan baik.
Peranan profesi di masa depan dituntut lebih banyak.
Perlu pengawalan dan pelaksanaan undang-undang praktik
keperawatan.
Trend dan Isu Keperawatan Keluarga di Indonesia
Perkembangan keperawatan di Indonesia sejak tahun 1983 sangat pesat,
di tandai dengan bukanya Program Studi Ilmu Keperawatan (PSIK) di
Universitas Indonesia Jakarta sejak tahun 1985 dan tahun 1985 telah menjadi
fakultas keperawatan, kemudian disusul PSIK di Universitas Padjadjaran
Bandung, berkembang lagi di 7 Universitas Negeri di Indonesia pada tahun
1999, serta mulai berkembang pada sekolah tinggi ilmu kesehatan dengan
jurusan keperawatan yang pengelolaannya dimiliki oleh masyarakat.
Perkembangan tersebut juga ditunjang oleh Departemen Kesehatan pada
tahun 90-an dengan program pokok Perawatan Kesehatan Masyarakat di
Puskesmas yang sasarannya adalah keluarga. Namun, perkembangan
jumlah keluarga yang menerus meningkat dan banyaknya keluarga yang
rawan kesehatan (risiko), keperawatan komunitas mungkin tidak dapat
menjangkau meskipun salah satu sasarannya adalah keluarga yang rawan
(berisiko).Dengan keadaan demikian keperawatan komunitas (masyarakat)
memfragmentasi menjadi keperawatan yang spesifik diantaranya
keperawatan keluarga.Akibatnya, jelas sekali bahwa keperawatan keluarga
menjadi sasaran yang spesifik dengan masalah keperawatan (kesehatan)
yang spesifik pula.
Sesuai dengan perkembangan terjadi pula perubahan yang di motori oleh
Dirtjen Dikti Pendidikan Nasional dengan Konsorsium Ilmu Kesehatan yang
menyajikan secara tersendiri mata kuliah perawatan keluarga pada kurikulum
D-3 keperawatan dan pendidikan ners di Indonesia sejak tahun 1999.
Tuntutan professional yang tinggi sebenarnya tidak berlebihan, keadaan
ini sesuai tuntutan pemerintah di bindang kesehatan untuk membangun
“Indonesia Sehat 2010” dengan strategi :
1. pembangunan berwawasan kesehatan
2. desentralisasi
3. profesionalisme
4. jaminan pemeliharaan kesehatan masyarakat (JPKM)
Asuhan keperawatan keluarga dapat segera dilakuakan oleh perawat
dengan berbagai persyaratan yang harus dipenuhi, yaitu :
Di luar itu, ada keluarga virilokal atau keluarga batih ditambah keluarga
batih para putra dalam keluarga batih senior tersebut. Sistem keluarga ini ada
pada masyarakat Nias (Suteng & Saptono, 2007). Keluarga konjugal menurut
Horton & Hunt (1984) adalah keluarga yang didasarkan pada pertalian
perkawinan atau kehidupan suami-isteri. Adapun keluarga konsanguinal lebih
menitikberatkan pada ikatan keturunan dan hubungan sedarah pada sejumlah
orang kerabat (Horton & Hunt, 1984; Polak, 1960). Suteng & Saptono (2007)
mencontohkan keluarga dengan sistem konsanguinal ini pada keluarga Jepang
dan Tionghoa tradisional, di mana seorang anak lelaki akan lebih memihak orang
tuanya ketika ada perselisihan antara isteri dan mertua.
Di sini, hubungan emosional atas kaitan darah dianggap lebih penting.
Sebaliknya, keluarga dengan sistem konjugal cenderung menafikan peran orang
tua dan lebih mengedepankan cinta kasih dengan isteri (Suteng & Saptono,
2007). Selain tipe keluarga di atas, ada pula sistem keluarga batih dan keluarga
luas. Keluarga batih (nuclear family). Keluarga batih, atau yang diistilahkan oleh
Prof. Djojodigoeno sebagai brajat mandiri, adalah satuan keluarga terkecil yang
terdiri atas ayah, ibu, dan anak (Polak, 1960; Suteng & Saptono, 2007).
Sementara keluarga luas (extended family) adalah keluarga batih
ditambah kerabat lain dengan siapa hubungan baik dipertahankan (Horton &
Hunt, 1984). Salah satu tupe keluarga luas ini adalah joint family, di mana ada
beberapa orang anggota keluarga lelaki kakak beradik deserta anak-anak
mereka dan saudara perempuan yang belum menikah (Suteng & Saptono,
2007). Dalam perspektif antropologi budaya, ada enam kelompok kekerabatan
yang sering muncul di Indonesia, antara lain keluarga ambilineal kecil, keluarga
ambilineal besar, klan kecil, klan besar, frater, dan moety. Kekerabatan ini
muncul dengan dua sistem perkawinan, yaitu 6 sistem perkawinan eksogami dan
endogami (Mu‟in, 2004). Sistem perkawinan ini menandai keberadaan tiga
mazhab besar kekerabatan di Indonesia, yaitu sistem keluarga patrilineal,
matrilineal, dan bilateral. Sistem patrilineal secara genealogis berarti semua
kekerabatan dinisbatkan kepada ayah. Di sini, jika seorang anak perempuan
menikah berarti ia melepaskan diri dari kekerabatan ayahnya dan pindah ke
garis kekerabatan suaminya. Adapun secara kultural sistem patrilineal berarti
kepemimpinan total berada pada pihak ayah. Sebaliknya, sistem matrilineal
menisbatkan kekerabatan pada ibu, dan secara kultural kewajiban untuk
membayar mas kawin dan nafkah adalah kewajiban isteri.
Sistem matrilineal ini diterapkan pada struktur masyarakat Minang (Mu‟in,
2004). Menurut Horton & Hunt (1984), masyarakat Amerika cenderung untuk
membangun rumah tangganya sendiri setelah pernikahan. Sistem ini disebut
dengan sistem perkawinan neolokal (neolocal marriage). Sistem ini menurut para
aktivis persamaan gender merupakan sebuah sistem yang memungkinkan untuk
menghindari subordinasi laki-laki di atas perempuan. Shadily (1993) menyatakan
bahwa lembaga keluarga dengan pernikahan yang didasarkan atas ikatan
pernikahan telah diakui oleh hamper semua lapisan masyarakat. Ia berpendapat
bahwa pernikahanlah yang membedakan manusia dengan hewan ataupun
makhluk lain. Kondisi yang kontras terjadi di Amerika Serikat, di mana ada istilah
posselq untuk mengategorikan pasangan yang berkeluarga tanpa hubungan
pernikahan (Horton & Hunt, 1984). Mengenai fungsi keluarga,
A. Kesimpulan
Sikap dan pola perilaku keluarga dapat dipengaruhi oleh dunia tanpabatas
(global village). Kemajuan teknologi di bidang transportasi mengakibatkan
tingkat mobilisasi penduduk yang tinggi seperti migrasi yang besar-besaran
yang berpengaruh terhadap interaksi keluarga yang berubah.Pelayanan
keperawatan keluarga belum berkembang tapi DEPKES sudah menyusun
pedoman pelayanan keperawatan keluarga dan model keperawatan keluarga
di rumah tapi perlu disosialisasikan serta munculnya perhatian dari pihak
pemerintah mengenai masalah kesehatan masyarakat seperti diberikannya
bantuan bagi keluarga miskin serta asuransi kesehatan lainnya bagi keluarga
yang tidak mampu. Rendahnya minat perawat untuk bekerja dengan keluarga
akibat system yang belum berkembang.
B. Saran
Pelayanan keperawatan keluarga harus dikembangkan karena
keperawatan keluarga dapat mengurangi kejadian atau penderitaan akibat
penyakit dengan perubahan paradigma dari cure menjadi care melalui tindakan
preventif.
DAFTAR PUSTAKA
KELAS: B Keperawatn
NIM: P.1608142
PASAPUA AMBON
2018/2019