Anda di halaman 1dari 22

LAPORAN PENDAHULUAN

“LOW BACK PAIN”


DI RUANG PERAWATAN NEUROLOGI
RSUP WAHIDIN SUDIROHUSODO

ULFA MAHMUDDIN
R014182005

CI LAHAN CI INSTITUSI

Astrib Firmanto, S.Kep.,Ns Titi Iswanti Afelya, S.Kep.,Ns.,M.Kep.,Sp.KMB

PRAKTIK PROFESI NERS KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH I


PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2019
BAB I

KONSEP MEDIS

A. DEFENISI

Low Back Pain (LBP) atau Nyeri Punggung Bawah (NPB) adalah suatu

gejala dan bukan merupakan suatu diagnosis. Pada beberapa kasus gejalanya sesuai

dengan diagnosis patologisnya dengan ketepatan yang tinggi, namun sebagian besar

kasus, diagnosisnya tidak pasti dan berlangsung lama (Wagiu, 2012). Kebanyakan

nyeri punggung bawah disebabkan oleh masalah-masalah musculoskeletal (misalnya

peregangan lumbosacral akut, ligament lumbosacral yang tidak stabil dan kelemahan

otot, osteotitis medulla, stenosis medulla, masalah-masalah diskus intervertebrata,

panjang tungkai yang tidak sama. Pasien lansia mungkin mengalami sakit punggung

yang bekaitan dengan fraktur vertebra, osteoporosis atau metastasis tulang. Banyak

kondisi medical dan psikomatis lain yang menyebabkan nyeri punggung. Obesitas,

stress dan kadang depresi dapat menunjang terjadinya nyeri punggung bawah. Pasien

dengan nyeri punggung bawah kronik mungkin mengalami ketergantungan pada

alkohol atau analgesik (Andini, 2015).

LBP termasuk salah satu dari gangguan akibat dari mobilisasi yang salah.

Penyebab umum yang sering terjadi adalah regangan otot serta bertambahnya usia

yang menyebabkan intensitas berolahraga dan intensitas bergerak semakin berkurang

sehingga otot-otot pada punggung dan perut yang berfungsi mendukung tulang

belakang menjadi lemah (Bull,2007)


B. Anatomi dan fisiologis tulang punggung

Tulang belakang terdiri dari ruas-ruas yang saling berhubungan. Rangkaian

tulang belakang (kolumna vertebralis) adalah sebuah struktur lentur yang terbentuk

oleh sejumlah tulang yang disebut vertebra atau ruas tulang belakang. Setiap dua ruas

tulang belakang terdapat bantalan tulang rawan diantaranya. Panjang rangkaian tulang

belakang pada orang dewasa dapat mencapai 57-67 sentimeter. Seluruhnya terdapat

33 ruas tulang, 24 buah diantaranya adalah tulang-tulang terpisah dan 9 ruas sisanya

bergabung membentuk 2 tulang. Tulang belakang terdiri dari beberapa bagian,

diantaranya :

Gambar 1. Anatomi Tulang Belakang


Gambar 2. Kolumna Vertebra

Setiap ruas tulang belakang terdiri dari korpus di depan, dan arkus neuralis di

belakang yang terdapat sepasang pedikel di kanan dan kiri. Sepadang lamina, dua

sendi, satu processus spinosus, serta dua processus transversus. Setiap ruas tulang

belakang dihubungkan dengan jaringan tulang rawan yang disebut dengan diskus

intervertebralis.

Diskus intervertabralis berfungsi sebagai absorber, membatasi, dan

menstabilkan pergerakan badan vertebra. Setiap diskus terdiri dari lapisan-lapisan

kartilago yang konsentrik yang menutupi kavitas sentral yang mengandung solusi

protein mineral. Diskus intervertebralis memiliki sifat viscoelastic, yaitu bila ada

pembebanan, diskus akan berubah bentuk dan bila pembenahan dihilangkan, diskus

akan kembali ke posisi semula. Bila terjadi traksi, cairan masuk ke dalam diskus

maka ruang diskus akan melebar.


Menginjak usia 30 tahun, diskus intervertebralis mengalami degenerasi yang

menimbulkan robekan dan jaringan parut, cairan berkurang, ruang diskus mendangkal

secara permanen dan segmen spinal kehilangan stabilitasnya. Hal ini menyebabkan

berkurangnya cairan nukleus yang menurunkan kemampuan menahan tekanan bila

terjadi pergerakan kompresif, tidak menghernkan bila LBP biasanya terjadi pada usia

produktif.

Tekanan terbesar di tulang belakang terutama di area lumbal atau punggung

bawah, yang harus menahan beban 40-50% berat badan dan harus menanggung posisi

janggal serta pergerakan tubuh. Saat berdiri tegak, 80% berat badan ditanggung oleh

diskus intervertebralis dan 20% ditanggung faset gabungan. Hal tersebut

menunjukkan bahwa diskus intervertebralis dibentuk untuk menahan tekanan.

Tulang belakang di area lumbal merupakan tempat terjadinya LBP. Vertebra

lumbal merupakan ruas tulang pinggang yang terbesar. Badannya sangat besar

dibandingkan dengan badan vertebra lainnya dan berbentuk seperti ginjal. Prosessus

spinosusnya lebar dan berbentuk seperti kapak ekcil. Prosessus transversusnya

panjang dan kecil. Pada ruas ke lima, vertebra lumbalis membentuk sendi dengan

tulang sacrum pada sendi lumbosacral.


Gambar 3. Vertebra Lumbalis

Sumsum tulang belakang tersebut memiliki tulang dan otot yang berbeda satu

dengan yang lain. Perbedaan tersebut memberikan berbagai macam gerakan yang

dihasilkan oleh tulang belakang.

C. Etiologi

Tulang belakang merupakan organ mekanik yang sering digambarkan sebagai

suatu Derek (cane) dengan kemampuan menyangga berat badan. Menjaga

keseimbangan dan melawan berbagai tarikan sebagai akibat dari pekerjaan sehari-hari

maupun aktivitas ekrasional. Walaupun tulang belakang memiliki kemampuan yang

lua biasa untuk menahan sebagian besar tekanan mekanis, tulang belakang tidak dapat

dipaksa untuk melampaui kemampuannya. Kekuatan yang melampaui kapasitas

jaringan tulang belakang untuk merenggang akan mengakibatkan cedera atau nyeri.
Penyebab dai nyeri punggung masih belum dapat diketahui dengan jelas dan

masih belum dapat dijelaskan dengan detail. Kelompok permasalahan yang dapat

menyebabkan nyeri punggung adalah sebagai berikut :

a. Berasal dari biomekanisme dan deskruktif, misalnya kompresi diskus vertebralis,

herniasi diskus vertebralus, cedera torsio dan vibrasi. Permasalahan tersebut dapat

terlihat pada klien yang memiliki pekerjaan yang membutuhkan kerja mengangkat

yang berat dan berulang pada posisi membungkuk atau pekerjaan mengoprasikan

mesin yang bergetar.

b. Bersifat destruktif. Misalnya infeksi, tumor, dan gangguan rematik. Kondisi

tersebut dapat memberikan tekanan pada saraf tulang belakang atau akarnya, atau

bahkan merubah struktur dari tulang vertebra.

 Pembagian etiologi berdasarkan system anatomi :

1) LBP Viserogenik (organ abdomen)

Kelainan berasal dari ginjal, visera pelvis, omentum minor, tumor

retroperitoneal, fibroid retrouteri.

2) LBP Verkulogenik (pembuluh darah)

3) LBP Neuvogenik

Tumor-tmor letaknya ekstradural maupun intradural ekstra medullar sering

menyebabkan LBP oleh karena juga menekan radik,

4) LBP Spendilogenik :

Berasal dari:

a) Tulang koluma spinalis (trauma, radang, tumor, metabolik dan

spondilolistesisi)
b) Sendi-sendi sakroiliaka

c) Jaringan lunak (degenerasi diskus, aptur diskus, penjepitan akar saraf

akibat stenosis spinalis)

5) LBP Psikogenik

Dapat disebabkan oleh keadaan depresi, kecemasan maupun neurosis.

 Pembagian lain adalah berdasarkan etiologi :

a. LBP Traumatik

1) LBP pada unsur miofisial

2) LBP akibat trauma pada komponen keras susunan

neuromuskuloskeletal

b. LBP akibat degenerative yamg mencakup : spondilosis, HNP, Stenosis

spinalis, dan Oesteoartritis.

c. LBP akibat penyakit inflamasi yaitu artritis rematoid, spondilitas

angkilopetika dan spondylitis.

d. LBP akibat gangguan metabolism, misalnya osteoporosis tulang

e. LBP akibat neoplasma misalnya tumor myelum dan retikulosis

f. LBP akibat kelainan congenital

g. LBP akibat refered pain

h. LBP akibat gangguan sirkulatorik

i. LBP oleh karena psikoneurotik


D. Patofisiologi

Low Back Pain (LBP) sering terjadi pada daerah L4-L5 atau L5-SI, dimana

pada daerah tersebut terdapat dermatomal. Apabila dermatomal kehilangan reflex

sensoriknya maka reflex tendon dalam berkurang dan kelemahan otot terjadi. LBP

mekanik banyak disebabkan oleh rangsangan mekanik yaitu penggunaan otot yang

berlebihan. Hal ini dapat terjadi pada saat tubuh dipertahankan dalam posisi static

aatau postur tubuh yang salah untuk jangka waktu yang cukup lama dimana otot-otot

di daerah punggung akan berkontraksi untuk mempertahankan postur tubuh yang

normal atau pada saat aktivitas yang menimbulkan beban mekanik yang berlebihan

pada otot-otot punggung bawah. Penggunaan otot yang berlebih dapat menimbulkan

nyeri dan menambah spasme otot sehingga gerak punggung bawah menjadi terbatas.

Factor mekanik juga berperan menyebabkan LBP mekanik, diantaranya postur tubuh

yang buruk, fleksibilitas yang buruk, otot penyusun vertebra yang lemah, dan exercise

technique dan lifting technique yang kurang tepat.

Postur tubuh yang buruk seperti sikap berdiri membungkuk ke depan, tidak

tegak, kepala menunduk, dada datar, dinding perut menonjol dan punggung bawah

sangat lordotik memperparah kejadian LBP mekanik. Keadaan ini membuat titik

berat badan akan jatuh ke depan, sehingga punggung harus ditarik ke belakang dan

akan menimbulkan hiperlordosis lumbal.

Fleksibilitas yang buruk kerena berkurangnya olahraga membuat flesibilitas

sendi-sendi dan ekstensibilitas jaringan ikat menjadi kurang baik sehingga mudah

sekali mengalami penarikan dan peregangan pada pergerakan yang sebenarnya

kurang berate.
Otot penyusun vertebra lumbal yang merupakan otot perut, otot punggung,

gluteus maksimus dan otot iliopsoas adalah otot yang sangat penting dalam

mempertahankan sudut lumbosacral pada posisi yang optimal, yaitu sebesar 30

derajat. Apabila otot pada daerah ini lemah dapat menimbulkan pembesaran sudut

lumbosacral.

Exercise technique dan lifting technique yang kurang tepat seperti latihan

yang salah atau teknik mengangkat yang salah dapat meningkatkan tekanan ekstra

pada punggung bawah dan berpotensi menimbulkan keluhan LBP mekanik terutama

pada daerah bawah karena nyeri menjalar ke daerah lutut, paha dan pantat.

E. Klasifikasi

Berdasarkan etiologinya, LBP mekanik dibagi menjadi dua kategori,yaitu :

a) Mekanik Statik

LBP mekanik static terjadi apabila postur tubuh dalam keadaan posisi statis

(duduk atau berdiri) sehingga menyebabkan peningkatan pada sudut lumbosacral

(sudut antara segmen vertebra L5 dan SI yang sudut normalnya 30°-40°) dan

menyebabkan pergesean titik pusat berat. Peningkatan sudut lumbosacral dan

pergeseran titik pusat berat badan tersebut akan menyebabkan peregangan pada

ligamen dan kontraksi otot-otot yang berusaha untuk mempertahankan postur

tubuh yang normal sehingga dapat terjadi strain atau sprain pada ligamen dan

otot-otot di daerah punggung bawah yang menimbulkan nyeri.

b) Mekanik Dinamik

LBP mekanik dinamik dapat terjadi akibat beban mekanik abnormal pada

struktur jaringan (ligamen dan otot) di daerah punggung bawah saat melakukan
gerakan. Beban mekanik tersebut melebihi kapasitas fisiologik dan toleransi otot

atau ligamen di daeah punggung bawah. Gerakan-gerakan yang tidak mengikuti

mekanisme normal dapat menimbulkan LBP mekanik, seperti gerakan kombinasi

(terutama fleksi dan rotasi) dan repetitive, terutama disertai dengan beban yang

berat.

Berdasarkan perjalanan klinisnya, LBP dibagi menjadi 2 kategori, yaitu :

a) LBP akut

Keluhan pada fase akut awal tejadi <2 minggu dan fase akut akhir terjadi antara 2-6

minggu, rasa nyeri yang menyerang secaa tiba-tiba namun dapat hilang sesaat

kemudian.

b) LBP sub akut

Keluhan pada fase akut berlangsung antara 6-12 minggu

c) LBP kronik

Keluhan pada fase kronik terjadi >12 minggu atau rasa nyeri yang berulang. Gejla

yang muncul cukup signifikan untuk mempengaruhi kualitas hidup penderitanya

dan sembuh pada waktu yang lama.

F. Tanda dan gejalan Low Back Pain

Penderita LBP memiliki keluhan yang beragam tergantung dari patofisiologi,

perubahan kimia atau biomekanik dalam diskus intervertebralis, dan umumnya

mereka mengalami nyeri. Nyeri miofasial khas ditandai dengan nyeri dan nyeri tekan

pada daerah yang bersangkutan (ringer points). Kehilangan ruang gerak kelompok

otot yang tersangkut (loss of range of motion) dan nyeri radikuler yang terbatas pada
saraf tepi. Keluhan nyeri sendiri sering hilang bila kelompok otot tersebut

diregangkan.

Menurut McKenzie, LBP mekanik ditandai dengan gejala sebagai berikut :

1. Nyeri terjadi secara intermitten atau terputus-putus

2. Sifat nyeri karena dipengaruhi oleh sikap atau gerakan yang bisa meringankan

ataupun memperberat keluhan.

3. Membaik setelah istirahat dalam waktu yang cukup dan memburuk setelah

digunakan beraktivitas.

4. Tidak ditemukan tanda-tanda radang seperti panas, warna kemerahan ataupun

pembengkakan.

5. Terkadang nyeri menjalar ke bagian pantat dan paha.

6. Dapat terjadi morning stiffness.

7. Nyeri bertambah gebat bila bergerak seperti ekstensi, fleksi, rotasi, berdiri,

berjalan, maupun duduk.

8. Nyeri berkurang bila berbaring.

G. Faktor Resiko

Faktor resiko pada LBP paling sering terjadi adalah beban kerja fisik yang

berat seperti mengangkat kotak belanjaan, posisi tubuh membungkuk, dan getaran

seluruh tubuh. Gaya hidup juga mempengaruhi kejadian LBP. Terdapat beberapa

factor resiko pada LBP seperti jenis kelamin, usia, merokok, kebugaran jasmani,

kekuatan otot, dan antropometri.

Secara fisiologis kemampuan otot wanita ebih rendah dibandingkan dengan

pria, dengan perbandingan 3:1. Dengan demikian dapat terlihat nahwa penderita nyei
punggung bawah lebih banyak pada laki-laki dibandingkan dengan wanita sekitar 70-

80%. Umumnya keluhan otot skeletal mulai dirasakan pada usia produktif yaitu 25-65

tahun. Keluhan awal dirasakan pada usia 35 tahun dan meningkat dengan

bertambahnya usia. Hal ini karena penurunan kekuatan dan ketahan otot sehingga

esiko tejadinya keluhan otot meningkat. Tubuh mengalami perubahan sejalan dengan

bertambahnya usia, dan diskus intervertebralis merupakan salah satu bagian tubuh

yang paling awal berubah karena suplai darah langsung ke diskus mulai berkurang.

Keluhan otot jarang ditemukan pada orang yang dalam aktivitas sehari-

harinya memiliki waktu yang cukup beristirahat. Sebaliknya pada orang yang

pekerjaannya memerlukan tenaga besar namun tidak memiliki waktu cukup

beristirahat, beresiko untuk mengalami keluhan otot yang akan meningkat. Kekuatan

otot secara fisiologis pada orang yang memiliki kekuatan otot rendah, bila melakukan

pekerjaan yang memerlukan tenaga besar, akan lebih rentan terhadap resiko cedera

otot.

H. Mainifestasi Klinis

Gambaran klinis LBP adalah nyeri yang dirasakan di daerah punggung bawah,

dapat merupakan nyeri local mapun nyeri radikuler atau keduanya. Nyeri yang

berasal dari daerah punggung bawah dapat menuju ke daerah lain atau sebaliknya,

nyeri yang berasal dari daerah lain dirasakan di daerah punggung bawah (reffered

pain/nyeri yang menjalar). Tanda dan gejala yang timbul antara lain :

a. Cara berjalan pincang, diseret, kaku (merupakan indikasi untuk pemeriksaan

neurologis).
b. Nyeri yang timbul hampir pada semua pergerakan daerah lumbal (pinggang)

sehingga penderita berjalan sangat hati-hati (kemungkinan infeksi, peradangan,

tumor, atau patah tulang).

I. Penatalaksanaan Low back pain

a. Terapi Non Farmakologis

1) Pasien dianjurkan berolahraga kemudian dievaluasi lebih lanjut jiak pasien

tidak mampu melakukan aktivitas sehari-hari dalam 4-6 minggu.

2) Pada beberapa kasus dapat dilakukan tirah baring 2-3 hari pertama untuk

mengurangi nyeri.

3) Dipertimbangkan pemberian obat penghilang rasa nyeri apabila pasien belum

mampu melakukan aktivitas dalam 1-2 minggu.

4) Pemberian terapi dengan modalitas lain seperti intervensi listrik, pemijatan,

orthosis, mobilitas, traksi maupun modalitas termal berupa ultrasound

terapeutik, diatermi, infra red dan hidroterapi, dengan terapi elektrik seperti

stimulasi galvanic, arus intervensial, arus mikro, stimulus saraf transkutaneus

elektrik maupun stimulus neuromuscular. Terapi dapat pula dilakukan dengan

cara meridian seperti akupuntur atau elektoakupuntur. Selain itu, dapat pula

digunakan terapi laser dan terapi kombinasi atau multimodalitas.

b. Terapi Farmakologis

1) Asetaminofen

Penggunaan asetaminofen dengan dosis penuh (2-4g per hari) sebagai

terapi lini pertama didukung oleh bukti-bukti yang kuat dan beberapa

pedoman terapi. Harus diketahui bahwa pasien dengan riwayat alkoholisme,


sedang puasa, memiliki riwayat liver, mengkonsumsi obat tertentu (terutama

antikonvulsan) atau orang tua yang lemah, toksisitas dapat tejadi pada dosis

yang direkomendasika. Selanjutnya toksisitas asetaminofen meningkat secara

substansial jika dikonsumsi bersamaan dengan inhibitor siklooksigenase-2

spesifik (COX-2) atau obat-obat anti inflamasi (NSAID).

2) Obat anti inflamasi (NSAID)

Hampir pada sebagian besar pengobatan direkomendaikan NSAID.

Mempetimbangkan manfaat dibandingkan efek samping. American Geriatrics

Society merekomendasikan COX-2 inhibitor sebagai terapi lini pertama

dibandingkan NSAID non spesifik. Salisilat non-asetil (kolin magnesium

trisalicylate, salsalat) tebukti efektif dan memiliki lebih sedikit efek samping

gastrointestinal dibandingkan NSAID non spesifik dengan biaya lebih rendah

daripada lebih agen selektif. Jika NSAID non spesifik yang dipilih, sitopoteksi

lambung harus dipetimbangkan berdasarkan profil resiko pasien. NSAID

harus dipertimbangkan ketika peradangan diyakini memainkan peran penting

dalam produksi nyeri.

3) Steroid

Injeksi steroid epidural adalah prosedur yang biasa dilakukan untuk

nyeri leher radikuler dan nyeri punggung bawah. Penggunaan steroid untuk

nyeri radikuler harus jelas namun untuk injeksi steroid episural kurang

direkomendasikan. Sedangkan penggunaan steroid tidak dianjurkan untuk

mengobati LBP kronis


BAB II

KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian

Anamnesa

1. Identitas/Data demografi

Berisi nama pasien, jenis kelamin, pekerjaan, tempat tinggal sebagai gambaran

kondisi lingkungan dan keluarga, dan keterangan lain mengenai identitas pasien.

2. Keluhan utam

Biasanya pasien mengatakan nyeri punggung akut maupun kronis lebih dari 2

bulan, nyeri saat berjalan dengan menggunakan tumit, nyeri menyebar ke bagian

bawah belakang kaki.

3. Riwayat penyakit dahulu

Apakah klien pernah menderita penyakit yang sama sebelumnya. Apakah klien

pernah mengalami kecelakaan atau trauma, apakah klien pernah menderita

penyakit gangguan tulang atau otot sebelumnya.

4. Pemeriksaan fisik

a. Inspeksi

Bila pasien tetap berdiri dan menolak untuk duduk, maka sudah harus

divcurigai adanya suatu herniasi diskus. Gerakan yang perlu diperhatikan pada

penderita :

- Keterbatasan gerak pada salah satu sisi atau arah

- Ekstensi ke belakang

- Fleksi ke depan
- Lokasi dari HNP

b. Palpasi

- Adanya nyeri pada kulit bisa menunjukkan adanya kemungkinan suatu

keadaan psikologis dibawahnya

- Penekanan dengan jari jempol pada prosessus spinalis dilakukan untuk

mencari adanya faktur pada vertebra

- Palpasi tulang belakang untuk mengetahui adanya kekuatan otot.

5. Tanda-tanda vital :

Pemeriksaan tanda vital secara umum terdiri atas nadi, frekuensi pernapasa,

tekanan darah, dan suhu tubuh.


B. Diagnosa Keperawatan

1. Nyeri akut

2. Hambatan mobilitas fisik

3. Defisit perawatan diri

4. Kerusakan integritas kulit

5. Gangguan pola tidur

6. Intoleransi aktivitas

a. Rencana/Intervensi Keperawatan

Diagnosa Tujuan Intervensi

keperawatan NOC NIC

Nyeri akut Setelah dilakukan tindakan Manajemen Nyeri


keperawatan selama 3×24 jam, - Lakukan pengkajian nyeri komprehensif
nyeri yang dirasakan klien yang meliputi lokasi, karakteristik,
berkurang dengan kriteria hasil: onset/durasi, frekuensi, kualitas, intensitas
Tingkat Nyeri berkurang, yang atau berat nyero dan faktor pencetus
ditandai dengan: - Observaasi adanya petunjuk nonverbal
- Nyeri yang dilaporkan mengenai ketidaknyamanan terutama pada
berkurang klien yang tidak dapat berkomunikasi
- Panjang episode nyeri secara efektif
berkurang - Tentukan akibat dari pengalaman nyeri
- Tidak tampak ekspresi nyeri terhadap kualitas hidup pasien (mis. Tidur,
wajah nafsu makan, pengertian, perasaan,
- Dapat beristirahat dengan hubungan)
baik - Mulai dan modifikasi tindakan
Kontrol Nyeri yang ditandai pengontrolan nyeri berdasarkan respon
dengan: pasien
- Klien mampu mengenali
kapan nyeri terjadi
- Kolaborasi penggunaan obat
analgesik
- Klien melaporkan nyeri
terkontrol
Hambatan mobilitas Setelah dilakukan tindakan Peningkatan mekanika tubuh :
keperawatan selama 3×24 jam, - Mengkaji komitmen pasien untuk belajar
fisik nyeri yang dirasakan klien dan menggunakan postur tubuh yang
berkurang dengan kriteria hasil: benar
Pergerakan : - Kolaborasikan dengan fisioterapis dalam
- Menunjukkan kembalinya mengembangkan peningkatan mekanika
mobilitas fisik tubuh, sesuai indikasi
- Klien mampu - Informasikan kepada pasien tentang
menggerakkan sendi tanpa struktur dan fungsi tulang belakang dan
merasa nyeri postur yang optimal untuk bergerak dan
- Menghindari posisi yang menggunakan tubuh
mengakibatkan - Edukasi pasien tentang pentingnya postur
ketidaknyaman dan spasme (tubuh) yang benar untuk mencegah
otot kelelahan, ketegangan atau injuri
- Klien mampu bergerak - Bantu untuk mendemonstrasikan posisi
dengan mudah tanpa tidur yang benarbantu untuk menghindari
merasa nyeri duduk dalam posisi yang sama dalam
jangka waktu yang lama.
- Instruksikan pasien untuk menggerakkan
kaki terlebih dahulu
- Bantu pasien melakukan latihan fleksi
untuk memfasilitasi mobilisasi punggung,
sesuai indikasi
Defisit perawatan Setelah dilakukan tindakan Bantuan perawatan diri
keperawatan selama 3×24 jam, - monitor kemampuan perawatan diri secara
diri pasien dan keluarga mampu mandiri
merawat diri : - monitor kebutuhan pasien terkait dengan
Perawatan diri : alat-alat kebersihan diri, alat bantu untuk
- pasien mampu melakukan berpakaian, berdandan, eliminasi dan
perawatan diri secara mandiri makan
atau dengan bantuan - berikan bantuan sampai pasien mampu
- pasien mampu melakukan perawatan diri mandiri
mempertahankan kebersihan - bantu pasien menerima kebutuhan terkait
tubuh dengan kondisi ketergantungan
- dorong pasien untuk melakukan aktivitas
normal sehari-hari sampai batas
kemampuan
- ajarkan orang tua/keluarga untuk
mendukung kemandirian dengan
membantu hanya ketika pasien tidak
mampu melakukan (perawatan diri).
Kerusakan integritas Setelah dilakukan tindakan Pressure management
keperawatan selama 3×24 jam, - anjurkan pasien untuk menggunakan
kulit kerusakan integritas kulit dapat pakaian yang longgar
teratasi : - hindari kerutan pada tempat tidur
Tissue Integrity : - mobilisasi pasien (ubah posisi pasien)
- menunjukkan pemahaman setiap dua jam sekali
dalam proses perbaikan kulit - monito kulit akan adanya kemerahan
dan mencegah tejadinya - oleskan lotion/baby oil pada daerah yang
cedera berulang tertekan
- integritas kulit yang baik bisa - memonito aktivitas dan mobilisasi pasien
dipertahankan - memonitor status nutrisi pasien
- tidak terdapat luka/lesi pada
kulit
- perfusi jaringan baik
Gangguan pola tidur Setelah dilakukan tindakan Sleep enhancement :
keperawatan selama 3×24 jam, - determinasi efek-efek medikasi tehadap
gangguan pola tidur teratasi : pola tidur
- jumlah jam tidur dalam batas - menjelaskan pentingnya tidur yang
normal adekuat
- pola tidur, kualitas tidur - memfasilitasi untuk mempertahankan
dalam batas normal aktivitas sebelum tidur
- perasaan fresh sesudah - menciptakan lingkungan yang nyaman
tidur/istirahat - kolaborasi pemberian obat tidur
- mampu mengidentifikasi hal-
hal yang dapat meningkatkan
pola tidur
Intoleransi aktivitas Setelah dilakukan tindakan - observasi adanya pembatasan klien dalam
keperawatan selama 3×24 jam, melakukan aktivitas
pasien bertoleransi terhadap - mengkaji adanya faktor yang
aktivitas : menyebabkan kelelahan
Self care : - memonitor nutrisi dan sumbe energy yang
- berpartisipasi dalam aktivitas adekuat
fisik tanpa disertai - memonitor pola tidur dan lamanya
peningkatan tekanan darah, tidur/istirahat pasien
nadi, dan penapasan - bantu klien untuk mengidentifikasi dan
- mampu melakukan aktivitas mendapatkan sumber yang diperlukan
sehari-hari (ADLs) secara untuk aktivitas yang diinginkan
mandiri - bantu pasien/keluarga untuk
- keseimbangan aktivitas dan mengidentifikasi kekurangan dalam
istirahat ebraktivitas
- memonitor respon fisik, emosi, sosial, dan
spiritual

Anda mungkin juga menyukai