Anda di halaman 1dari 10

r kritis.

Manifestasi Mata
Eksudat dan infarks retina (baan sitoid) relative jarang dan merupakan
temuan nonspesifik. Konjungtivitas dan episkleritis terkadang dapat ditemukan
pada penyakit aktif. Mata kering dapat menunjukan tumpang tindih dengan
1. lus IV sebagai alternative untuk penggunaan dosis oral tinggil tradisional.
2. Atasi manifestasi kutan, mukuloskeletal dan sistemik ringan dengan obat-obat
antimalarial.
1.
2. kan adanya thrombosis pada pembuluh arteri, vena atau pada abortus
spontan, bayi meninggal dalam kandungan dan trombositopeni.
Pemeriksaan laboratorium ini diperiksa pada penderita SLE atau lupus
meliputi darah lengkap, laju sedimentasi darah, antibodyantinuklir (ANA), anti-
AND, SLE, CRP, analyses urin, komplemen 3 dan 4 pada pemeriksaan diagnosis
terjadi pleuritis (peradangan selaput paru) dan efusi pleura (penimbunan
cairan antara paru dan pembungkusnya). Akibat dari keadaan tersebut timbul
nyeri dada dan sesak napas.
1. Otot dan kerangka tubuh
Hampir semua penderita lupus mengalami nyeri persendian dan kebanyakan
menderita arthritis. Persendian yang sering terkena adalah persendian pada
jaringan tangan, pergelangan tangan dan lutut. Kematian jaringan pada tulang
panggul dan bahu sering merupakan penyebab dari nyeri didaerah tersebut.
2. Kulit
Pada 50% penderita ditemukan ruam kupu-kupu ditulang pipi dan pangkal
hidung. Ruam ini biasanya akan semakin memburuk jika terkena sinar
matahari.
ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian
1. Anamnesis
a. Penyakit lupus eritematosus sistemik bisa terjadi pada wanita maupun
pria, namun penyakit ini sering diderita oleh wanita, dengan perbandingan
wanita dan pria 8:1
b. Biasanya ditemukan pada ras-ras tertentu seperti negro, cina dan filiphina
c. Lebih sering pada usia 20-4- tahun, yaitu usia produktif
d. Faktor ekonomi dan geografis tidak mempengaruhi distribusi penyakit ini
2. Keluhan Utama
Pada umumnya pasien mengeluh mudah lelah, lemah, nyeri, kaku,
demam/panas, anoreksia dan efek gejala tersebut terhadap gaya hidup serta
citra dari pasien
3. Riwayat Penyakit Dahulu
Perlu dikaji tentang riwayat penyakit dahulu,apakah pernah menderita
penyakit ginjal atau manifestasi SLE yang serius, atau penyakit autoimun
yang lain.
4. Riwayat Penyakit Sekarang
a. Perlu dikaji yaitu gejala apa yang pernah dialami pasien (misalnya ruam
malar-fotosensitif, ruam discoid-bintik-bintik eritematosa menimbulkan :
artaralgia/arthritis, demam, kelelahan, nyeri dada pleuritik, pericarditis,
bengkak pada pergelangan kaki, kejang, ulkus dimulut.
b. Mulai kapan keluhan dirasakan.
c. Faktor yang memperberat atau memperingan serangan.
d. Keluhan-keluhan lain menyertai.
5. Riwayat Pengobatan
Kaji apakah pasien mendapat terapi dengan klorpromazin, metildopa,
hidralasin, prokainamid dan isoniazid, Dilantin, penisilamin dan kuinidin.
6. Riwayat Penyakit Keluarga
Perlu dikaji apakah dalam keluarga ada yang pernah mengalami penyakityang
sama atau penyakit autoimun yang lain
7. Pemeriksaan Fisik
Dikaji secara sistematis :
a. B1 (Breath)
Irama dan kecepatan nafas, kesimetrisan pergerakan nafas, penggunaan
otot nafas tambahan, sesak, suara nafas tambahan (rales,ronchi), nyeri saat
inspirasi, produksi sputum, reaksi alergi. Patut dicurigai terjadi pleuritis atau
efusi pleura.
b. B2 (Blood)
Tanda-tanda vital, apakah ada nyeri dada,suara jantung (s1,s2,s3), bunyi
systolic click (ejeksi clik pulmonal dan aorta), bunyi mur-mur. Friction rup
pericardium yang menyertai miokarditis dan efusi pleura. Lesi eritematous
papuler dan purpura yang menjadi nekrosis menunjukan gangguan
vaskuler terjadi di ujung jari tangan,siku,jari kaki dan permukaan ekstensor
lengan dibawah atau sisi lateral tangan.
c. B3 (Brain)
Mengukur tingkat kesadaran (efek dari hipoksia) Glasgow Coma Scale
secara kuantitatif dan respon otak : compos mentis sampai coma
(kualitatif), orientasi pasien. Seiring terjadinya depresi dan psikosis juga
serangan kejang-kejang.
d. B4 (Bladder)
Pengukuran urine tamping (menilai fungsi ginjal), warna urine (menilai
filtrasi glomelorus)
e. B5 (Bowel)
Pola makan, nafsu makan, muntah, diare, berat badan dan tinggi badan,
turgor kulit, nyeri tekan, apakah ada hepatomegaly, pembesaran limpa.

B. Diagnosa
1. Nyeri kronis berhubungan dengan ketidak mampuan fisik-psikososial kronis
(metastase kanker, injuri neurologis, arthritis).
2. Peningkatan suhu tubuh berhubungan dengan inflamasi
3. Ketidak seimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan ketidak mampuan untuk memasukkan nutrisi karena gangguan pada
mukosa mulut
4. Kelelahan berhubungan dengan kondisi fisik yang buruk karena suatu
penyakit
5. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan deficit imunologi

C. Perencanaan/Intervensi

No Diagnosa Keperawatan Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi Keperawatan


. ( NOC) (NIC)
1. Nyeri kronis berhubungan 1. Comfort level Pain management
dengan ketidak mampuan 2. Pain control 1. Monitor kepuasan
fisik-psikososial kronis 3. Pain level pasien terhadap
(metastase kanker, injuri Tujuan : Setelah dilakukan manajemen nyeri
neurologis, arthritis). tindakan keperawatan 2. Tingkat istirahat dan
selama 24 jam nyeri kronis tidur yang adekuat
pasien berkurang dengan 3. Kelola antianalgesik
kriteria hasil: 4. Jelaskan pada pasien
1. Tidak ada gangguan penyebab nyeri
tidur 5. Lakukan tehnik
2. Tidak ada gangguan nonfarmakologis
konsetrasi ( relaksasi masase
3. Tidak ada gangguan punggung)
hubungan
intrerpersonal
4. Tidak ada ekspresi
menahan nyeri dan
ungkapan secara
verbal
5. Tidak ada tegangan
otot
2 Peningkatan suhu tubuh Thermoregulasi 1. Monitor suhu
berhubungan dengan inflasi Tujuan : Setelah dilakukan sesering mungkin
tindakan selama 24 jam 2. Monitor TD, nadi dan
pasien menunjukan kriteria RR
hasil : 3. Monitor WBC,Hb dan
1. Suhu tubuh dalam Hct
batas normal 4. Monitor intake dan
2. Nadi dan RR dalam output
rentang normal 5. Berikan antipiretik
3. Tidak ada sesuai advis dokter
perubahan warna 6. Selimuti pasien
kulit dan tidak ada 7. Berikan cairan
pusing, pasien intravena
merasa nyaman 8. Kompres pasien
pada lipat paha dan
aksila
9. Tingkatkan sirkulasi
udara
10. Tingkatkan intake
cairan dan nutrisi
11. Monitor hidrasi
seperti turgor kulit,
kelembaban mukosa
Ketidak seimbangan nutrisi
kurang dari kebutuhan tubuh a. Nutritional status : 1. Kaji adanya alergi
3.
berhubungan dengan adequacty of makanan
ketidak mampuan untuk nutrient 2. Kolaborasi dengan
memasukkan nutrisi karena b. Nutritional status : ahli gizi untuk
gangguan pada mukosa Food and fluid menentukan jumlah
mulut intake kalori dan nutrisi
c. Weght control yang dibutuhkan
Tujuan : Setelah dilakukan pasien
tindakan keperawatan 3. Ajarkan pasien
Selama 2x24 jam nutrisi bagaimana membuat
kurang teratasi dengan catatatan makanan
indicator : harian
1. Albumin serum 4. Monitor adanya
2. Prealbumin serum penurunan BB dan
3. Hematokrit gula darah
4. Hemoglobin 5. Monitor lingkungan
5. Total iron binding selama makan
capacity 6. Jadwalkan
6. Jumlah limfosit pengobatan dan
tindakan tidak selama
jam makan
7. Monitor turgor kulit
8. Monitor kekeringa,
rambut kusam, total
protein, Hb dan kadar
Hct
9. Monitor mual dan
muntah
10. Monitor pucat,
kemerahan, dan
kekeringan jaringan
kojungtiva
11. Monitor intake nutrisi
12. Informasikan pada
pasien dan keluarga
tentang manfaat
nutrisi
13. Kolaborasi dengan
dokter tentang
kebutuhan suplemen
makanan seperti
NGT/TPN sehingga
intake cairan yang
adekuat dapat
dipertahankan.
14. Atur posisi
semifowler tinggi
selama makan
15. Kelola pemberian
antiemetic
16. Anjurkan banyak
minum
17. Pertahankan terapi IV
line
Kelelahan berhubungan 18. Catat adanya edema,
4
dengan kondisi fisik yang hiperemik, hipertonik,
buruk karena suatu penyakit papilla lidah dan
1. Activity tolerance cavitas oral
2. Energy conservation
3. Nutritional status 1. Monitor respon
energy kardiorespirasi
Tujuan : Setelah dilakukan terhadap aktivitas
tindakan keperawatan (takikardi, disritmai,
selama 2x24 jam kelelahan dyspnea,
pasien teratasi dengan diaphoresis, pucat,
kriteria hasil : tekanan
1. Kemampuan hemodinamik dan
aktivitas adekuat jumlah respirasi)
2. Mempertahankan 2. Monitor dan catat
nutria adekuat pola dan jumlah tidur
3. Keseimbangan pasien
aktivitas dan 3. Monitor lokasi ketidak
istirahat nyamanan atau nyeri
4. Menggunakan teknik selama bergerak dan
energy konservasi aktivitas
5. Mempertahankan 4. Monitor intake nutrisi
interaksi social 5. Monitor pemberian
6. Mengidentifikasi dan efek samping
faktor fisik dan obat depresi
psikologis yang 6. Kolaborasi dengan
menyebabkan ahli gizi tentang cara
kelelahan meningkatkan intake
7. Mempertahankan makanan tinggi
kemampuan untuk energy
konsentrasi 7. Monitor pemberian
dan efek samping
obat depresi
8. Instruksikan pada
pasien untuk
mencatat tanda dan
gejala kelelahan
9. Jelas pada pasien
hubungan kelelahan
dengan proses
penyakit
10. Dorong pasien dan
keluarga
mengekspresikan
perasaannya
11. Catat aktivitas yang
5
Kerusakan integritas kulit dapat meningkatkan
berhubungan dengan deficit relaksasi
imunologi 12. Tingkatkan
pembatasan bedrest
dan aktivitas
13. Batasi stimulasi
1. Tissue integrity : lingkungan untuk
Skin and mucous memfasilitasi
membrane relaksasi
2. Wound healing
primer dan sekunder 1. Anjurkan pasien
Tujuan : Setelah dilakukan untuk menggunakan
tindakan keperawatan pakaian yang longgar
selama 2x 24 jam 2. Hindari kerutan pada
kerusakan integritaskulit tempat tidur
berkurang dengan kriteria 3. Jaga kebersih dan
hasil : kering
1. Intergritas kulit yang 4. Monitor kulit akan
baik bisa adanya kemerahan
dipertahankan 5. Mobilasasi pasien
(sensai, elastisitas, ( ubah posisi pasien)
temperature, hidrasi, setiap dua jam sekali
pigmentasi) 6. Oleskan lotion atau
2. Tidak ada luka/lesi minyak pada daerah
pada kulit yang tertekan
3. Perfusi jaringan baik 7. Monitor status nutrisi
4. Menujukkan pasien
pemahaman dalam 8. Monitor status nutrisi
proses perbaikan pasien
kulit dan mencegah 9. Memandikan pasien
terjadinya cedera dengan sabun dan air
berulang hangat
5. Mampu melindungi 10. Kaji lingkungan dan
kulit dan peralatan yang
mempertahankan menyebabkan
kelembaban kulit tekanan
dan perawatan 11. Obsevasi luka :
alami lokas, dimensi,
6. Menunjukkan terjadi kedalaman luka,
proses karakteristik, warna
penyembuhan luka cairan, granulasi,
jaringan nekrotik,
tanda infeksi local,
formasi traktus
12. Ajarkan pada
keluarga tentang luka
dan perawatan luka
13. Kolaborasi ahli gizi
pemberian diet TKT,
vitamin, cegah
kontaminasi feses
dan urin
14. Lakukan teknik
perawatan luka
dengan steril
15. Berikan tekanan
pada luka
DAFTAR PUSTAKA

Bulechek G.M., Howard B.K, Dochterman J.M. (2008). Nursing Interventions


Classifivation (NIC) fifth edition. St. Louis: Mosby Elseiver.

Herdman, T. Heather. (2012). NANDA International Nursing Diagnoses:


Definitions & Classification 2012-2014. UK: Wiley‐Blacwell, A John Wiley &
Sons Ltd

Kasjmir, Yoga dkk. (2011). Rekomendasi Perhimpunan Reumatologi Indonesia


Untuk Diagnosis dan Pengelolaan Lupus Eritematosus Sistemik.
Perhimpunan Reumatologi Indonesia

King, Jennifer K; Hahn, Bevra H. (2007). Systemic lupus erythematosus: modern


strategies for management – a moving target. Best Practice & Research
Clinical Rheumatology Vol. 21, No. 6, pp. 971–987, 2007
doi:10.1016/j.berh.2007.09.002 available online at
http://www.sciencedirect.com

Malleson, Pete; Tekano, Jenny. (2007). Diagnosis And Management Of Systemic


Lupus Erythematosus In Children. Paediatrics And Child Health 18:2.
Published By Elsevier Ltd. Symposium: Bone & Connective Tissue.

Moorhead, S., Johnson, M., Maas, ML., Swansosn, E. (2008). Nursing Outcomes
Classification (NOC) Fourth edition. St. Louis: Mosby Elseiver.

Sutarna, Agus, dkk. (2008). Buku Ajar Keperawatan Pediatrik Wong (Wong’s
Essentials of Pediatric Nursing). ED.6. Jakarta: EGC

Ward, Susan L and Hisley, Shelton M. (2009). Maternal-child nursing care:


optimizing outcomes for mothers, children, and Families. United States of
America : F.A. Davis Company

Anda mungkin juga menyukai