Anda di halaman 1dari 15

Laporan Tutorial

Palu, 11 Juni 2017

MODUL SINDROMA GERIATRI


“INKONTINENSIA URIN”
BLOK SISTEM GERIATRI

Nama : Sunarti I. Ali


Stambuk : 14 777 030
Pembimbing : dr. Nasrun. SH

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ALKHAIRAAT
PALU
2017
BAB I

PENDAHULUAN

I. Skenario

Perempuan 68 tahun dibawah ke rumah sakit oleh keluarganya dengan keluhan


selalu ngompol. Keadaan ini dialami sudah sejak 3 bulan yang lalu dimana
penderita sama sekali tidak dapat menahan bila ingin buang air kecil, sehingga
kadang air seninya berceceran di lantai. Tidak ada keluhan sakit saat berkemih.

Sejak seminggu yang lalu penderita terdengar batuk-batuk dan agak sesak
nafas, serta nafsu makannya sangat berkurang, tetapi tidak demam. Pada
pemeriksaan fisik didapatkan tekanan darah 160/70 mmHg, nadi 92x/menit, suhu
aksiler 37oC , pernapasan 24x/menit. Pada paru-paru limpa tanpa kesan dalam
batas normal. Pada pemeriksaan laboratorium GDS 209 mg/dl. Penderita sejak 6
tahun terakhir ini penderita mengidap dan berobat teratur penyakit kencing manis
dan tekanan darah tinggi
Skenario Tambahan

II. Kalimat Kunci


1. Perempuan 68 tahun
2. keluhan selalu ngompol/ sering kencing
3. Sejak 3 bulan lau penderita sudah tidak dapat menahan kencingnya
4. Tidak ada keluhan sakit saat berkemih
5. Sejak seminggu yang lalu penderita terdengar batuk-batuk dan agak sesak
nafas, serta nafsu makannya sangat berkurang.
6. Konsumsi obat-obatan selama 15 tahun (obat glibenklamid 5 mg, dan obat
captropril 25 mg)
7. Pada paru-paru terdapat ronkhi kasar dibagian medial paru kanan dan kiri
8. Penderita mempunyai 8 orang anak
9. Pada foto thorak ditemukan adanya perselubungan homogen dimedial paru
10. Kedua lutut sering bengkak dan sakit
11. pemeriksaan fisik didapatkan tekanan darah 160/70 mmHg, nadi 92x/menit,
suhu aksiler 37oC , pernapasan 24x/menit BB 78 kg TB 155 cm.

III. Pertanyaan
1. Hubungan usia dan jenis kelamin sesuai skenario?
2. Proses fisiologi diuretik normal ?
3. Patofisiologi inkontinensia urin ?
4. Tipe inkontinensia urin sesuai skenario?
5. Apa saja faktor resiko penyebab inkontinensia urin?
6. Apakah ada pengaruh gejala batuk-batuk dengan inkontinensia urin?
7. Hubungan riwayat minum obat dengan inkontinesia urin?
8. Hubungan riwayat penyakit Osteoatritis dengan inkontinensia urin?
9. Hubungan riwayat multipara dengan inkontinensia urin?
10. Langkah-langkah diagnosis?
BAB II

PEMBAHASAN

1. Hubungan usia dan jenis kelamin sesuai skenario?


a. Jenis kelamin  Jenis kelamin juga merupakan faktor risiko
inkontinensia urin. Faktanya perempuan dua kali lebih mungkin
mengalami inkontinensia urin ketimbang laki-laki. Hal ini karena
kodrat perempuan yang hamil, melahirkan dan menopause. Selain
itu, uretra pada perempuan lebih pendek daripada laki-laki.
b. Umur  Berusia lanjut juga menjadi salah satu faktor risiko
inkontinensia urin, meskipun hal ini bukanlah kondisi yang normal
dalam proses penuaan. Hal ini lebih mungkin disebabkan karena
lemahnya kandung kemih dan otot-otot kandung kemih pada orang
yang berusia lanjut.

2. Proses fisiologi diuretik normal ?


Tiga proses dasar yang terlibat dalam pembentukan urin: filtrasi glomerulus,
reabsorpsi tubulus, dan sekresi tubulus
a. Filtrasi glomerulus
Filtrasi glomerulus adalah lagkah pertama dalam pembentukan urin.
Sewaktu darah mengalir melalui glomerulus, plasma dan protein yang
tersaring melalui kapiler glomerulus kedalam kapsul bowman. Cairan yang
difiltrasi dari glomerulus kedalam kapsula bowman harus melewati tiga
lapisan yang membentuk membran glomerulus, yaitu : 1). Dinding kapiler
glomerulus, 2). Membran basal, 3)lapisan dalam kapsula bowman.
b. Reabsorbsi tubulus
Sewaktu filtrasi mengalir melaui tubulus, bahan-bahan yang bermamfaat
bagi tubuh dikembalikan ke plasma kapiler peritubulus. Bahan-bahan yang
direabsorbsi tidak keluar dari tubuh melaui urin tetapi bibawa oleh kapiler
peritubuler kesistem vena dan kemudian kembali ke jantung untuk
diresirkulasi. Dari 180 liter plasma yang disaring perhari, sekitar 178,5 liter
direabsorbsi. Sisa 1,5 liter ditubulus mengalir kedalam pervis ginjal untuk
dikelurkan sebagi urin. Secara umum, bahan-bahan yang perlu dihemat oleh
tubuh secara selektif direabsorpsi, sementara bahan-bahan yang tidak
dibutuhkan dan harus dikelurkan tetap berada di urin.
c. Sekresi tubulus
Sekresi tubulus adalah pemindahan selektif bahan-bahan dari kepiler
peritubulus kedalam lumen tubulus. Proses ini merupakan rute kedua bagi
masuknya bahan kedalam tubulus ginjal dari darah. Sedangkan yang
pertama adalah melalui filtrasi glomerulus. Hanya sekitar 20% dari plasma
yang mengalir melalui kapiler glomerulus difiltrasi dalam kapsula bowman,
80% menggalir melalui arteriol eferen kedalam kapiler peritubulus. Sekresi
tubulus merupakan mekanisme untuk mengeluarkan bahan dari plasma
secara cepat dengan mengekstraksi sejumlah jumlah tertentu bahan dari
80% plasma yang tidak terfiltrasi dikapiler peritubuler dan
memindahkannya kebahan yang sudah ada ditubulus sebagai hasil filtrasi
d. Ekskresi urin
Semua konstituen plasma yang terfiltrasi atau disekresi tetapi tidak
direabsorbsi akan tetap ditubulus dan mengalir kepelvis ginjal untuk di
ekskresikan sebagai urin dan dikeluarkan dari tubuh.

Laju filtrasi glomerulus


GFR ditentukan oleh : 1). Jumlah daya hidrostatik dan osmotik koloid pada
membran glomerulus, yang menghasilkan tekanan filtrasi akhir, dan 2).
Koefisien filtrasi kapiler glomerulus KF secara matematis,
GFR = KF x Tekanan Filtrasi akhir
3. Patofisiologi inkontinensia urin ?
4. Tipe inkontinensia urin sesuai skenario?
Stress incontinence
- Sering terjadi pada wanita dan anak-anak yang banyak
- Stress akibat tekanan mental
- Akibat tertawa terbahak-bahak, olahraga yang berlebihan, batuk.

Urgensi incontinence/reflex incontinence/effort incontinence

- Jenis kedua terbanyak


- Akibat overaktif : peningkatan tekanan penuh dikantung kemih
50cc  mengalami urgency
Normal frekuensi berkemih adalah 8x per/hari
- Akibat strees bepergian
- Sering terburu-buru ke toilet
- Akibatnya terjadi kelainan saraf, reflex pusat mixi, kerusakan otot
No Tipe Definisi Penyebab
1 Stres Keluarnya urin sedikit-sedikit -Kelemahan otot dasar
tatkala terjadi peningkatan panggul dan hipermobilitas
tekanan intraabdominal uretra.
(batuk, tertawa, olahraga dan - Kelemahan sfingter uretra
lain-lain) atau pintu keluar kandung
kemih
- Kelemahan sfingter uretra
pasca prostatektomi.

2 Urgensi Keluarnya urin akibat ketidak Hiperaktivitas detrusor, atau


mampuan menunda berkemih berkaitan dengan satu atau
tatkala timbul sensasi lebih kondisi berikut :
keinginan untuk berkemih. - Kondisi genitourinarius
lokal seperti tumor, batu,
divertikel atau obstruksi
aliran keluar.
-Gangguan SSP  strok,
demensia, parkinsonisme,
trauma medulla spinalis.

5. Apa saja faktor resiko penyebab inkontinensia urin?


a. MerokokMerokok akan meningkatkan risiko terkena
inkontinensia urin karena merokok dapat menyebabkan kandung
kemih terlalu aktif karena efek nikotin pada dinding kandung
kemih.
b. Kegemukan  Kelebihan berat badan terutama orang dengan
BMI 30 kg/m2 atau lebih berat akan menyebabkan regangan
konstan pada kandung kemih dan otot-otot sekitarnya. Pada
gilirannya akan menyebabkan kebocoran urin, misalnya ketika
batuk atau bersin.
c. Jenis kelamin Jenis kelamin juga merupakan faktor risiko
inkontinensia urin. Faktanya perempuan dua kali lebih mungkin
mengalami inkontinensia urin ketimbang laki-laki. Hal ini karena
kodrat perempuan yang hamil, melahirkan dan menopause. Selain
itu, uretra pada perempuan lebih pendek daripada laki-laki.
d. Umur Berusia lanjut juga menjadi salah satu faktor risiko
inkontinensia urin, meskipun hal ini bukanlah kondisi yang normal
dalam proses penuaan. Hal ini lebih mungkin disebabkan karena
lemahnya kandung kemih dan otot-otot kandung kemih pada orang
yang berusia lanjut.
e. Faktor kehamilan  wanita yang lebih banyak hamil dan
melahirkan mempunyai faktor resiko untuk terjadi inkontinensia
urin yang disebabkan akibat proses kehamilan.
f. Komsumsi kafein dan alcohol  Konsumsi kafein dan alkohol
akan meningkatkan risiko inkontinensia urin karena keduanya
bersifat diuretik, yang menyebabkan kandung kemih terisi dengan
cepat dan memicu keinginan untuk sering buang air kecil.
6. Apakah ada pengaruh gejala batuk-batuk dengan inkontinensia urin?

Batuk
Tekanan intraabdominal
meningkat
sfingter urethra
melemah
Inkontinensia
urin
7. Hubungan riwayat minum obat dengan inkontinesia urin?
 HIPERTENSI

Obat-obatan antihipertensi memiliki efek inkontinensia urin sesuai


dengan cara kerja masing-masing.

1. Diuretik dapat menyebabkan poliuria, frekuensi, dan urgensi.

2. Ca-channel Blocker menurunkan tonus smooth muscle dan


menurunkan kontraksi otot detrussor yang akan menimbulkan retensi
urine sehingga terjadi inkontinensia overflow.

Hipertensi yang kronik dapat mengakibatkan terjadinya stroke.


Stroke di pembuluh darah otak dapat menyebabkan iskemik di otak . Hal
ini akan memberi efek kepada penurunan fungsi koordinasi, dalam
skenario ini berpengaruh kepada koordinasi fungsi sfingter uretra. Dengan
demikian hipertensi dapat menimbulkan inkontinensia urin secara tidak
langsung. Berdasarkan pembahasan mengenai kemungkinan penyakit-
penyakit yang dapat menyebabkan inkontinensia urin sesuai dengan
skenario, untuk sampai ke diagnosis pasti membutuhkan berbagai
pemeriksaan penunjang. Oleh karena itu, berikut ini merupakan uraian
mengenai tahap-tahap untuk mengevaluasi dan menangani pasien tersebut.
 DM (diabetes mellitus).

Diabetes mellitus (DM) merupakan salah satu penyakit


degenerative pada lansia, pada analisis nomor satu didapatkan pasien
mengalami inkontinensia over flow. Dengan kata lain pasien mengalami
penumpukan urin yang berlebih pada vesika urinaria dan sukar untuk
dikeluarkan oleh sebab adanya obstruksi. Gambaran klinik yang
didapatkan adalah pasien buang air kecil sedikit-sedikit dan tidak merasa
puas.

DM yang dialami pasien berdasarkan umur diduga adalah DM tipe


2, pada skenario didapatkan riwayat mengkonsumsi obat selama 7 tahun
terakhir, hal ini menandakan telah terjadi DM yang cukup lama
(berlangsung kronis), gejala DM yang berhubungan dengan inkontinensia
pada skenario adalah poliuri, dan neuropatic diabetik. Adanya neuropatic
diabetik disebabkan oleh hiperglikemia. Kerusakan yang terjadi akibat
adanya hiperglikemia yaitu :

1. Penumpukan fruktose, sorbitol pada sel Schwann.

2. Penurunan mionositol (polifosfo-inositida yang penting dalam


mengatur aksi potensial saraf) pada akson saraf.

3. Keduanya dapat menimbulkan edema seluler, kematian sel dan


demielinisasi.

8. Hubungan riwayat penyakit Osteoatritis dengan inkontinensia urin?


Nyeri yang dialami pada penderita osteoaatritis akan menghambat
aktivitas pasien untuk berkerak kekamar mandi  pasien akan mengalami
inkontinesia urin

9. Hubungan riwayat multipara dengan inkontinensia urin?


a. Faktor kehamilan  wanita yang lebih banyak hamil dan
melahirkan mempunyai faktor resiko untuk terjadi inkontinensia
urin yang disebabkan akibat proses kehamilan.
10. Langkah-langkah diagnosis?
Anamnesis
1. Frekuensi berapa kali/hari ?
2. Jarak wc ke kamar pribadi ?
3. Penggunaan obat-obatan memberikan efek atau tidak ?

4. Kapan urne keluar tanpa disadari : batuk atau rasa ingin kencing terus-
terus.

5. Sering ngompol waktu tidur

6. Gejala-gejala LUTS

7. Penyakit-penyakit selama ini : DM, hipertensi,ISK,hematuri.

8. Operasi sebelumnya

9. Wanita berapa kali kehamilan dan melahirkan

10. Obat-obat yang sering di konsumsi

11. Kebiasaan hidup,makan dan minum : kopi, the manis, alcohol, dll

12. Kehidupan seksuual

13. Bowel habit sering konstipasi, mengedan

Pemeriksaan Fisik

1. Keadaan umum

2. Abdominal : tumor, buli-buli teraba/ tidak

3. RT & VT : menentukan kekuatan tonus sphincter dan otot-otot dasar


panggul

4. Pemeriksaan neurologis : reflex ani, reflex bulbocavernosis, keadaan


col. Vertebralis, APR-KPR.

5. Pemeriksaan meatus urethra sementara batuk/ mengedan waktu buli-


buli sementara penuh (cough stress test)

6. Urine sisa.
7. Palpasi untuk menilai sensitive atau spesifiknya  dalam
mendiagnosis

Pemeriksaan Penunjang

1. Bledder diaries : catat berapa kali pasien mixi  sangat mempengaruhi


frekuensi dan evaluasi terapi

2. Lab

3. Urinalisis: hematuria,pyuri, bakteri kultur

4. Darah : gula darah, fungsi ginjal dan PSA

5. Pencitraan : USG Abdomen, BNO-IVP, kalau perlu urethra cystoscopy


melihat keadaan buli-buli dan uethra.
DAFTAR PUSTAKA

1. Slide kuliah dr. H.Wasis Udaya, Sp.PD. 10 juni 2017

2. Darmojo B. Geriatri Ilmu Kesehatan Usia Lanjut, Edisi


Keempat. Jakarta : Balai Penerbit FKUI : 2009

3. Purnomo B Basuki.Dasar-Dasar urologi. Ed 3. Jakarta:penerbit


Sagung seto,2011

Anda mungkin juga menyukai