Askep Ganggren
Askep Ganggren
PENDAHULUAN
Penyakit diabetes melitus saat ini telah menjadi penyakit epidemik. Dalam 10 tahun
terakhir terjadi peningkatan 2-3 kali lipat yang disebabkan oleh pertambahan umur, kelebihan
berat badan dan gaya hidup. Hasil laporan dari World Health Organization ( WHO )
menunjukkan bahwa Indonesia menempati urutan ke-4 angka kesakitan diabetes melitus di
dunia setelah India, Cina dan Amerika Serikat. Meningkatnya jumlah penderita diabetes
mellitus menyebabkan peningkatan kejadian komplikasi diabetes, diantaranya luka pada
kaki. Data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) Kementerian Kesehatan Republik Indonesia,
terakhir tahun 2013 sudah mencapai angka 9,1 juta jiwa dan jumlah ini bertambah diprediksi
pada tahun 2030 akan mencapai 21,3 juta jiwa. Rumah Sakit Internasional Bintaro (RSIB)
melaporkan bahwa komplikasi yang paling sering dialami oleh penderita diabetes mellitus
adalah komplikasi pada kaki sekitar 15 % yang disebut luka kaki diabetes. Manifestasi
komplikasi luka diabetes dapat dijumpai dalam berbagai stadium yang masing-masing
membutuhkan perawatan tersendiri, mulai dari stadium ringan yang cukup menggunakan
alat-alat sederhana sampai stadium lebih berat yang harus mengunakan sarana prasarana dan
seorang perawat khusus diabetes. Perawat mempunyai peran yang sangat menentukan dalam
merawat pasien diabetes mellitus dengan cara membuat perencanaan untuk mencegah
timbulnya luka kaki diabetes dengan cara melakukan perawatan kaki; mengendalikan beban
pada kaki, memotong kuku, inspeksi kaki setiap hari, menjaga kelembaban, menggunakan
alas kaki yang sesuai, melakukan olah raga kaki. Pencegahan terhadap timbulnya luka
memberikan pengaruh positif terhadap pencegahan amputasi pada kaki diabetik, sehingga
diperlukan program penanganan pasien diabetes mellitus yang komprehensif.
Luka diabetes dengan gangren didefinisikan sebagai jaringan nekrosis atau jaringan mati
yang disebabkan oleh adanya emboli pembuluh darah besar arteri pada bagian tubuh
sehingga suplai darah terhenti. Dapat terjadi akibat proses inflamasi yang memanjang ,
perlukaan (digigit serangga, kecelakaan kerja atau terbakar), proses degenerative
(arteriosklorosis) atau gangguan metabolik (diabetes melitus). BWAT ( Bates – Jensen
Wound Assement Tool ) atau pada asalnya dikenal dengan nama PSST ( Pressure Sore Status
1
Tool ) merupakan skala yang dikembangkan dan digunakan untuk mengkaji kondisi luka
ulkus diabetik. Skala ini sudah teruji validitas dan reliabilitasnya, sehingga alat ini sudah
biasa digunakan dirumah sakit atau klinik kesehatan. Nilai yang dihasilkan dari skala ini
menggambarkan status keparahan luka. Semakin tinggi nilai yang dihasilakan maka
menggambarkan pula status luka pasien yang semakin parah
Strategi penatalaksanaan pada pasien diabetes melitus adalah salah satunya dengan
memberikan terapi farmakologi dan non farmakologi. Terapi tersebut bertujuan untuk
mencegah infeksi pada pasien diabetes melitus salah satunya menerapkan prosedur
perawatan luka pada luka gangren dengan .
Bagaimana gambaran asuhan keperawatan pada pasien diabetes melitus dalam proses
perawatan luka gangren.
1.3 Tujuan
Menggambarkan asuhan keperawatan pada pasien Diabetes Melitus dalam perawatan luka
ganggren.
2
1.4 Manfaat
3
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
2.1 DEFINISI
Diabetes Mellitus ( DM ) adalah penyakit metabolik yang kebanyakan herediter, demgan
tanda – tanda hiperglikemia dan glukosuria, disertai dengan atau tidak adanya gejala klinik akut
ataupun kronik, sebagai akibat dari kuranganya insulin efektif di dalam tubuh, gangguan primer
terletak pada metabolisme karbohidrat yang biasanya disertai juga gangguan metabolisme lemak
dan protein. ( Askandar, 2000 ).
Gangren adalah proses atau keadaan yang ditandai dengan adanya jaringan mati atau
nekrosis, namun secara mikrobiologis adalah proses nekrosis yang disebabkan oleh infeksi.
(Askandar, 2001 ).
Gangren Kaki Diabetik adalah luka pada kaki yang merah kehitam-hitaman dan berbau
busuk akibat sumbatan yang terjadi di pembuluh darah sedang atau besar di tungkai. ( Askandar,
2001).
2.2 ETIOLOGI
a. Diabetes Melitus
DM mempunyai etiologi yang heterogen, dimana berbagai lesi dapat menyebabkan
insufisiensi insulin, tetapi determinan genetik biasanya memegang peranan penting pada
mayoritas DM. Faktor lain yang dianggap sebagai kemungkinan etiologi DM yaitu :
1. Kelainan sel beta pankreas, berkisar dari hilangnya sel beta sampai kegagalan sel beta melepas
insulin.
2. Faktor – faktor lingkungan yang mengubah fungsi sel beta, antara lain agen yang dapat
menimbulkan infeksi, diet dimana pemasukan karbohidrat dan gula yang diproses secara
berlebihan, obesitas dan kehamilan.
3. Gangguan sistem imunitas. Sistem ini dapat dilakukan oleh autoimunitas yang disertai
pembentukan sel – sel antibodi antipankreatik dan mengakibatkan kerusakan sel - sel penyekresi
insulin, kemudian peningkatan kepekaan sel beta oleh virus.
4
4. Kelainan insulin. Pada pasien obesitas, terjadi gangguan kepekaan jaringan terhadap insulin
akibat kurangnya reseptor insulin yang terdapat pada membran sel yang responsir terhadap insulin.
2.3 PATOFISIOLOGI
a. Diabetes Melitus
Sebagian besar gambaran patologik dari DM dapat dihubungkan dengan salah satu efek
utama akibat kurangnya insulin berikut:
1. Berkurangnya pemakaian glukosa oleh sel – sel tubuh yang mengakibatkan naiknya
konsentrasi glukosa darah setinggi 300 – 1200 mg/dl.
2. Peningkatan mobilisasi lemak dari daerah penyimpanan lemak yang menyebabkan terjadinya
metabolisme lemak yang abnormal disertai dengan endapan kolestrol pada dinding pembuluh
darah.
3. Berkurangnya protein dalam jaringan tubuh.
Pasien – pasien yang mengalami defisiensi insulin tidak dapat mempertahankan kadar
glukosa plasma puasa yang normal atau toleransi sesudah makan. Pada hiperglikemia yng parah
yang melebihi ambang ginjal normal ( konsentrasi glukosa darah sebesar 160 – 180 mg/100 ml ),
akan timbul glikosuria karena tubulus – tubulus renalis tidak dapat menyerap kembali semua
glukosa. Glukosuria ini akan mengakibatkan diuresis osmotik yang menyebabkan poliuri disertai
kehilangan sodium, klorida, potasium, dan pospat. Adanya poliuri menyebabkan dehidrasi dan
timbul polidipsi. Akibat glukosa yang keluar bersama urine maka pasien akan mengalami
keseimbangan protein negatif dan berat badan menurun serta cenderung terjadi polifagi. Akibat
5
yang lain adalah astenia atau kekurangan energi sehingga pasien menjadi cepat telah dan
mengantuk yang disebabkan oleh berkurangnya atau hilangnya protein tubuh dan juga
berkurangnya penggunaan karbohidrat untuk energi.
Hiperglikemia yang lama akan menyebabkan arterosklerosis, penebalan membran basalis
dan perubahan pada saraf perifer. Ini akan memudahkan terjadinya gangren.
6
hilang, kaki menjadi pucat bila dinaikkan. Adanya angiopati tersebut akan menyebabkan
terjadinya penurunan asupan nutrisi, oksigen ( zat asam ) serta antibiotika sehingga
menyebabkan luka sulit sembuh ( Levin,1993). Infeksi sering merupakan komplikasi yang
menyertai KD akibat berkurangnya aliran darah atau neuropati, sehingga faktor angiopati dan
infeksi berpengaruh terhdap penyembuhan atau pengobatan dari KD.
2.4 PATHWAY
7
2.5 KLASIFIKASI
Wagner ( 1983 ) membagi gangren kaki diabetik menjadi enam tingkatan , yaitu :
Derajat 0 : Tidak ada lesi terbuka, kulit masih utuh dengan kemungkinan
disertai kelainan bentuk kaki seperti “ claw,callus “.
Derajat I : Ulkus superfisial terbatas pada kulit.
Derajat II : Ulkus dalam menembus tendon dan tulang.
8
Derajat III : Abses dalam, dengan atau tanpa osteomielitis.
Derajat IV : Gangren jari kaki atau bagian distal kaki dengan atau tanpa selulitis.
Derajat V : Gangren seluruh kaki atau sebagian tungkai.
Sedangkan Brand (1986) dan Ward (1987) membagi gangren kaki menjadi dua golongan :
1. Kaki Diabetik akibat Iskemia ( KDI )
Disebabkan penurunan aliran darah ke tungkai akibat adanya makroangiopati (
arterosklerosis ) dari pembuluh darah besar ditungkai, terutama di daerah betis.
Gambaran klinis KDI :
- Penderita mengeluh nyeri waktu istirahat.
- Pada perabaan terasa dingin.
- Pulsasi pembuluh darah kurang kuat.
- Didapatkan ulkus sampai gangren.
2. Kaki Diabetik akibat Neuropati ( KDN )
Terjadi kerusakan syaraf somatik dan otonomik, tidak ada gangguan dari sirkulasi. Klinis di
jumpai kaki yang kering, hangat, kesemutan, mati rasa, oedem kaki, dengan pulsasi pembuluh
darah kaki teraba baik.
2.6 KOMPLIKASI
Komplikasi yang bersifat akut:
a. Koma hipoglikemi
b. Ketoasidosis
c. Koma hiperosmolar non ketotik(honk)
Komplikasi yang bersifat kronik:
a. Makroangiopati
b. Mikroangiopati
9
4. Tes laboratorium
5. Foto rontgen
2.8 PENATALAKSANAAN
1. Penyuluhan
2. Diit
3. Latihan fisik/olahraga
4. Rawat luka
5. Obat
6. Insulin
BAB III
TINJAUAN KASUS
3.1 Pengkajian
10
3.1.1 Biodata
a. Biodata Klien
Nama : Tn. E
Agama : Islam
Pekerjaan : Wiraswasta
NRM : MDAN-0000014637
Nama : Tn. R
Umur : 25 tahun
Agama : Islam
Alamat :
11
3.1.2 Riwayat Kesehatan
a. Keluhan Utama
Klien mengeluh nyeri pada telapak kai kanan dan terdapat nanah pada lukanya
± 5 hari sebelum masuk RS kaki klien tertusuk paku ketika klien memindahkan bambu di
kebunya. Pada awalnya luka klien hanya di tepuk-tepuk menggunakan baju dan hanya
dibersihkan oleh air hangat saja dan didiamkan selama 1 malam pada keesokan harinya luka
pada kaki klien bertambah besar dan membusuk, klien hanya diperiksa ke mantri terdekat. Klien
pergi ke mantri selama 3 hari tetapi luka klien brtambah parah dan klien dirujuk ke RS untuk
dirawat. Pada saat pengkajian luka pada kaki klien masih basah dan klien mengatakan nyeri
tersebut sering dirasakan oleh klien apabila klien melakukan pergerakan/banyak bergerak dan
nyeri berkurang apabila klien beristirahat.
Klien mengatakan bahwa dia belum pernah mengalami penyakit seperti yang dideritanya ini,
tetapi klien telah lama mengalami penyakit diabetes mellitus sejak lama dan hanya sekarang
klien mengalami luka akibat diabetes mellitus
Menurut penuturan klien keluarganya dan klien ada anggota keluarga yang mempunyai penyakit
diabetes mellitus yaitu kakak kandungnya sendiri. Kakanya sudah sejak lama mengalami
penyakit diabetes mellitus tetapi dia sering kontrol ke poli penyakit dalam dan tidak pernah
mengalami luka akibat diabetes mellitus. Di keluarganya juga tidak ada yang mengalami
penyakit menular
12
1) Keadaan Umum
Penampilan : Lemah
P = 84 x/menit
R = 24 x/menit
S = 36,8°c
2) Integumen
Warna : Hitam
Tekstur : halus
Penyebaran : Merata
b. Kulit
Tekstur : Halus
Kelembaban : Lembab
c. Kuku
Warna : Transparan
13
Keadekuatan : Dapat kembali dalam ± detik setelah ditekan
Teksttur : Halus
d. Kepala
3) Mata
4) Telinga
5) Hidung
Tekstur : Halus
14
Kebersihan : Tidak tampak adanya kotoran
6) Mulut
a. Bibir
Tekstur : Halus
Mukosa : Lembab
b. Gigi
Jumlah : 32 buah
c. Lidah
Fungsi Penegecapan : Dapat membedakan asam (jeruk) manis (teh manis) dan pahit dengan
obat
Tekstur : Kasar
7) Leher
15
Kebersihan : Tidak tampak adanya kotoran
8) Dada
9) Abdomen
Tekstur : Halus
Bentuk : Datar
10) Ekstremitas
Atas : tangan kanan terpasang infus dan tangan kiri dapat digerakan kesegala arah
Bawah : Kaki kiri dapat digerakan kesegala arah dan kaki kanan tampak sulit digerakan
karena adanya luka gangren di telapak kaki
11) Genetika
Tidak terkaji.
16
Frekuensi 5 x/hari 3 x/hari
Jenis Nasi, lauk pauk, sayur BN DM
Porsi 1 porsi habis 1 porsi
Cara mandiri mandiri
Keluhan - sering terasa lapar
b) Minum
Frekuensi 8-9 gelas/ hari 7-8 gelas/hari
Jenis air teh air putih
Cara madiri mandiri
keluhan - sering terasa haus
2 Pola Eliminasi
a) BAB
Frekuensi 1 x/hari x/hari
Konsistensi ½ padat ½ padat
Warna Kuning kecoklatan Kuning kecoklatan
Bau Kahs faeces Khas faeces
Cara Mandiri Dengan bantuan
Keluhan - Desulitan BAB karena kaki
klien sulit digerakan
17
4 Personal hygiene
Mandi 2 x/hari 1 x/hari
Gosok gigi 2 x/hari 1 x/hari
Ganti pakaian 2 x/hari 1 x/hari
Cara mandiri dengan bantuan
Keluhan - -
a. Data Psikologis
Ekspresi tampak cemas dengan keadaan penyakitnya dan klien sering bertanya-tanya tentang
penyakitnya
b. Data Sosial
Klien dapat berkomunikasi dengan pasien lain dengan orang yang menjenguknya, keluarga,
perawat dan tim kesehatan lainnya terbukti klien dapat mengungkapkan keluhannya
c. Data Spiritual
Klien beragama Islam sering sering terlihat sedang berdo’a/shalat walaupun sambil berbaring
18
Trombosit 237,000 /mm3 150,000-350,000 /mm3
Hematokrit 22% L : 40-50 % P : 35-45 %
Kadar gula puasa 200 mg/dl 70-100 mg/dl
Ureum 33 mg/dl 20-40 mg/dl
Creatitin 0,9 mg/dl 0,1-1,1 mg/dl
SGOT /Asat 31 u/lt L : 10-34 P : 10-31 u/lt
SGPT/Asat 30 u/lt L : 9-36 P : 9-46 u/lt
19
- Tampak adanya luka jaringan terhambat,
gangren nekrotik jaringan
- Klien tampak meringis gangren
kesakitan
4 DS :
- Klien mengeluh cemas
dengan keadaannya
DO :
- Ekspresi wajah tampak
cemas
20
3.3 RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN
21
2 Gangguan integritas - Gangguan - Bersihkan - Dengan
kulit sehubungan integritas kulit luka klien dibersihkannya
dengan adanya teratasi dalam setiap hari luka setiap hari
gangren yang waktu 1 minggu dengan menjaga agar
ditandai dengan : perawatan dengan NaCl + luka tidak
DS : Klien kriteria : sagestam terkontaminasi
mengeluh ada luka Klien tidak - Berikan oleh kuman
ditelapak kaki mengeluh nyeri therapy sehingga tidak
sebelah kanan dan tidak meringis Ceropid : 2 x terjadi infeksi
DO: - Tampak lagi 1 gr - Dengan
adanya luka gangren - Tidak ada Metroposin : memberikan
- Klien tampak luka 3 x 500 br therapy maka
meringis kesakitan akan
mempercepat
penyembuhan
luka
3 Gangguan aktifitas - Gangguan Ubah posisi badan o Dengan mengubah
sehari-hari aktifitas teratasi klien posisi tidur 1 jam 1x,
sehubungan dengan dalam waktu ± 3 o Latih klien dalam maka akan dapat
adanya kesulitan minggu perawatan melakukan mencegah terjadibya
bergerak yang dengan kriteria : pergerakan sedikit decubitus
ditandai dengan : o - Kaki klien dapat demi sedikit o Diharapkan dengan
DS : Klien digerakan dengan melatih sedikit demi
mengeluh kakinya bebas sedikit maka klien
sulit digerakan o ADL dapat dengan sendirinya
Do : - Kaki mandiri, yaitu dapat melakukan
kanan klien tampak - Klien dapat aktifitas
sulit digerakan mandi sendiri
karena ada luka - BAK dan BAB
gangren ditelapak dengan sendiri
kaki
22
- ADL dibantu - Mengganti
pakaian sendiri
4 Gangguan rasa Gangguan aman -Jelaskan pada klien - Dengan
aman cemas cemas teratasi tentang keadaan diberikannya
sehubungan dengan dalam waktu ± 2 penyakitnya penjelasan maka klien
kurangnya jam perawatan -Yakinkan pada akan menegerti dan
informasi tentang dengan kriteria : klien kalau rasa cemaspun akan
penyakitnya yang -Klien tak penyakitnya akan hilang
ditandai dengan ; mengeluh cemas sembuh - Dengan meyakinkan
DS : Klien - Ekspresi tampak pada klien bahwa
mengeluh cemas tenang penyakitnya akan
dengan keadaannya - Klien tidak sembuh maka
Do : - Ekspresi bertanya tentang diharapkan klien akan
tampak cemas penyakitnya semakin yakin kalau
- Klien selalu penyakitnya akan
bertanya-tanya sembuh
tentang penyakitnya
23
3.4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI
NO IMPLEMENTASI EVALUASI
1 Tgl. 10 Jan 2005, Pkl. 0800 WIB Tgl. 10 Januari 2005
Mengkaji tingkat nyeri klien dengan skala nyeri Pkl. 0830 WIB
: o Klien masih mengeluh nyeri
0 : tidak nyeri o Luka gangren masih ada klien
1 : nyeri ringan tampak meringis
2 : nyeri sedang
3 : nyeri berat
4 : nyeri mngerikan
5 : nyeri seberat-beratnya
24
Melatih klien dalam melakukan pergerakan o ADL dibantu
sedikit demi sedikit
4 Tgl. 10 jan 2005, pkl. 0935 WIB Tgl. 10 Januari 2005
Menjelaskan pada klien tentang keadaan Pkl. 1000 WIB
penyakitnya o Klien tidak mengeluh cemas lagi
25
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Luka ganggren diabetik merupakan komplikasi kronis yang terjadi pada pasien dengan DM
seperti gangguan neuropati vaskuler dan penurunan daya imunitas tubuh
Edukasi keperawatan penting dilakukan dan perlu perencanaan serta dilaksanakan dengan
mempertimbangkan media, faktor pendukung dan penghambat serta mempergunakan secara
maksimal sumber daya yg dimiliki oleh pasien.
4.2 Saran
1 Bagi penulis
Dapat mengaplikasikan ilmu yang telah di dapat di teori dan lahan praktek dan mampu
mendokumentasikannya
2 Bagi perawat ruangan
dapat mempertahankandan meningkatkan asuhan keperawatan pada pasien dengan
masalah Vulnus Laceratum
3 Bagi mahasiswa
Agar lebih meningkatkan ilmu pengetahuan dan keterampilan dalam memberikan asuhan
keperawatan secara professional
4 Bagi pasien
Agar melaksanakan informasi kesehatan yang di berikan baik pengobatan atau perawatan
pada Vulnus Laceratum.
5 Bagi institusi pendidikan
Di harap kan dapat menambah sumber buku perpustakaan di program D-III keperawatan
timika karena sumber referensi tersebut sangat membantu mahasiswa dalam penyusunan
asuhan keperawatan dan makalah ilmiah
26
DAFTAR PUSTAKA
docdownloader.com_50102081-asuhan-keperawatan-luka-gangren.pdf
NITA%20MUNDRIANA%20NIM.%20A01401933.pdf
27