Anda di halaman 1dari 27

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Penyakit diabetes melitus saat ini telah menjadi penyakit epidemik. Dalam 10 tahun
terakhir terjadi peningkatan 2-3 kali lipat yang disebabkan oleh pertambahan umur, kelebihan
berat badan dan gaya hidup. Hasil laporan dari World Health Organization ( WHO )
menunjukkan bahwa Indonesia menempati urutan ke-4 angka kesakitan diabetes melitus di
dunia setelah India, Cina dan Amerika Serikat. Meningkatnya jumlah penderita diabetes
mellitus menyebabkan peningkatan kejadian komplikasi diabetes, diantaranya luka pada
kaki. Data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) Kementerian Kesehatan Republik Indonesia,
terakhir tahun 2013 sudah mencapai angka 9,1 juta jiwa dan jumlah ini bertambah diprediksi
pada tahun 2030 akan mencapai 21,3 juta jiwa. Rumah Sakit Internasional Bintaro (RSIB)
melaporkan bahwa komplikasi yang paling sering dialami oleh penderita diabetes mellitus
adalah komplikasi pada kaki sekitar 15 % yang disebut luka kaki diabetes. Manifestasi
komplikasi luka diabetes dapat dijumpai dalam berbagai stadium yang masing-masing
membutuhkan perawatan tersendiri, mulai dari stadium ringan yang cukup menggunakan
alat-alat sederhana sampai stadium lebih berat yang harus mengunakan sarana prasarana dan
seorang perawat khusus diabetes. Perawat mempunyai peran yang sangat menentukan dalam
merawat pasien diabetes mellitus dengan cara membuat perencanaan untuk mencegah
timbulnya luka kaki diabetes dengan cara melakukan perawatan kaki; mengendalikan beban
pada kaki, memotong kuku, inspeksi kaki setiap hari, menjaga kelembaban, menggunakan
alas kaki yang sesuai, melakukan olah raga kaki. Pencegahan terhadap timbulnya luka
memberikan pengaruh positif terhadap pencegahan amputasi pada kaki diabetik, sehingga
diperlukan program penanganan pasien diabetes mellitus yang komprehensif.

Luka diabetes dengan gangren didefinisikan sebagai jaringan nekrosis atau jaringan mati
yang disebabkan oleh adanya emboli pembuluh darah besar arteri pada bagian tubuh
sehingga suplai darah terhenti. Dapat terjadi akibat proses inflamasi yang memanjang ,
perlukaan (digigit serangga, kecelakaan kerja atau terbakar), proses degenerative
(arteriosklorosis) atau gangguan metabolik (diabetes melitus). BWAT ( Bates – Jensen
Wound Assement Tool ) atau pada asalnya dikenal dengan nama PSST ( Pressure Sore Status

1
Tool ) merupakan skala yang dikembangkan dan digunakan untuk mengkaji kondisi luka
ulkus diabetik. Skala ini sudah teruji validitas dan reliabilitasnya, sehingga alat ini sudah
biasa digunakan dirumah sakit atau klinik kesehatan. Nilai yang dihasilkan dari skala ini
menggambarkan status keparahan luka. Semakin tinggi nilai yang dihasilakan maka
menggambarkan pula status luka pasien yang semakin parah

Penanganan Luka Diabetes Melitus salah satunya yaitu pengunaan dressing.Dressing


adalah bahan yang digunakan secara topikal atau menempel pada permukaan kulit atau tubuh
dan tidak digunakan secara sistemik (masuk kedalam tubuh melalui pencernaan dan
pembuluh darah). (Arisanty, 2014). Berdasarkan perkembangan modernisasi, tehnik dressing
di indonesia dibagi menjadi 2, yaitu : Konvensional Dressing adalah balutan luka yang
menggunakan kasa sebagai balutan utama. Balutan ini termasuk material pasif dengan fungsi
utamanya sebagai pelindung, menjaga kehangatan dan menutupi penampilan yang tidak
menyenangkan.

Strategi penatalaksanaan pada pasien diabetes melitus adalah salah satunya dengan
memberikan terapi farmakologi dan non farmakologi. Terapi tersebut bertujuan untuk
mencegah infeksi pada pasien diabetes melitus salah satunya menerapkan prosedur
perawatan luka pada luka gangren dengan .

1.2 Rumusan Masalah

Bagaimana gambaran asuhan keperawatan pada pasien diabetes melitus dalam proses
perawatan luka gangren.

1.3 Tujuan

Menggambarkan asuhan keperawatan pada pasien Diabetes Melitus dalam perawatan luka
ganggren.

2
1.4 Manfaat

Penulis Memperoleh pengalaman dalam mengaplikasikan asuhan Keperawatan pada pasien


Diabetes Melitus dalam perawatan luka gangren.

3
BAB II

TINJAUAN TEORITIS

2.1 DEFINISI
Diabetes Mellitus ( DM ) adalah penyakit metabolik yang kebanyakan herediter, demgan
tanda – tanda hiperglikemia dan glukosuria, disertai dengan atau tidak adanya gejala klinik akut
ataupun kronik, sebagai akibat dari kuranganya insulin efektif di dalam tubuh, gangguan primer
terletak pada metabolisme karbohidrat yang biasanya disertai juga gangguan metabolisme lemak
dan protein. ( Askandar, 2000 ).
Gangren adalah proses atau keadaan yang ditandai dengan adanya jaringan mati atau
nekrosis, namun secara mikrobiologis adalah proses nekrosis yang disebabkan oleh infeksi.
(Askandar, 2001 ).
Gangren Kaki Diabetik adalah luka pada kaki yang merah kehitam-hitaman dan berbau
busuk akibat sumbatan yang terjadi di pembuluh darah sedang atau besar di tungkai. ( Askandar,
2001).

2.2 ETIOLOGI
a. Diabetes Melitus
DM mempunyai etiologi yang heterogen, dimana berbagai lesi dapat menyebabkan
insufisiensi insulin, tetapi determinan genetik biasanya memegang peranan penting pada
mayoritas DM. Faktor lain yang dianggap sebagai kemungkinan etiologi DM yaitu :
1. Kelainan sel beta pankreas, berkisar dari hilangnya sel beta sampai kegagalan sel beta melepas
insulin.
2. Faktor – faktor lingkungan yang mengubah fungsi sel beta, antara lain agen yang dapat
menimbulkan infeksi, diet dimana pemasukan karbohidrat dan gula yang diproses secara
berlebihan, obesitas dan kehamilan.
3. Gangguan sistem imunitas. Sistem ini dapat dilakukan oleh autoimunitas yang disertai
pembentukan sel – sel antibodi antipankreatik dan mengakibatkan kerusakan sel - sel penyekresi
insulin, kemudian peningkatan kepekaan sel beta oleh virus.

4
4. Kelainan insulin. Pada pasien obesitas, terjadi gangguan kepekaan jaringan terhadap insulin
akibat kurangnya reseptor insulin yang terdapat pada membran sel yang responsir terhadap insulin.

b. Gangren Kaki Diabetik


Faktor – faktor yang berpengaruh atas terjadinya gangren kaki diabetik dibagi menjadi
endogen dan faktor eksogen.
Faktor endogen : a. Genetik, metabolik
b. Angiopati diabetik
c. Neuropati diabetik
Faktor eksogen : a. Trauma
b. Infeksi
c. Obat

2.3 PATOFISIOLOGI
a. Diabetes Melitus
Sebagian besar gambaran patologik dari DM dapat dihubungkan dengan salah satu efek
utama akibat kurangnya insulin berikut:
1. Berkurangnya pemakaian glukosa oleh sel – sel tubuh yang mengakibatkan naiknya
konsentrasi glukosa darah setinggi 300 – 1200 mg/dl.
2. Peningkatan mobilisasi lemak dari daerah penyimpanan lemak yang menyebabkan terjadinya
metabolisme lemak yang abnormal disertai dengan endapan kolestrol pada dinding pembuluh
darah.
3. Berkurangnya protein dalam jaringan tubuh.
Pasien – pasien yang mengalami defisiensi insulin tidak dapat mempertahankan kadar
glukosa plasma puasa yang normal atau toleransi sesudah makan. Pada hiperglikemia yng parah
yang melebihi ambang ginjal normal ( konsentrasi glukosa darah sebesar 160 – 180 mg/100 ml ),
akan timbul glikosuria karena tubulus – tubulus renalis tidak dapat menyerap kembali semua
glukosa. Glukosuria ini akan mengakibatkan diuresis osmotik yang menyebabkan poliuri disertai
kehilangan sodium, klorida, potasium, dan pospat. Adanya poliuri menyebabkan dehidrasi dan
timbul polidipsi. Akibat glukosa yang keluar bersama urine maka pasien akan mengalami
keseimbangan protein negatif dan berat badan menurun serta cenderung terjadi polifagi. Akibat

5
yang lain adalah astenia atau kekurangan energi sehingga pasien menjadi cepat telah dan
mengantuk yang disebabkan oleh berkurangnya atau hilangnya protein tubuh dan juga
berkurangnya penggunaan karbohidrat untuk energi.
Hiperglikemia yang lama akan menyebabkan arterosklerosis, penebalan membran basalis
dan perubahan pada saraf perifer. Ini akan memudahkan terjadinya gangren.

b. Gangren Kaki Diabetik


Ada dua teori utama mengenai terjadinya komplikasi kronik DM akibat hiperglikemia,
yaitu teori sorbitol dan teori glikosilasi.
1. Teori Sorbitol
Hiperglikemia akan menyebabkan penumpukan kadar glukosa pada sel dan jaringan
tertentu dan dapat mentransport glukosa tanpa insulin. Glukosa yang berlebihan ini tidak akan
termetabolisasi habis secara normal melalui glikolisis, tetapi sebagian dengan perantaraan enzim
aldose reduktase akan diubah menjadi sorbitol. Sorbitol akan tertumpuk dalam sel / jaringan
tersebut dan menyebabkan kerusakan dan perubahan fungsi.
2. Teori Glikosilasi
Akibat hiperglikemia akan menyebabkan terjadinya glikosilasi pada semua protein,
terutama yang mengandung senyawa lisin. Terjadinya proses glikosilasi pada protein membran
basal dapat menjelaskan semua komplikasi baik makro maupun mikro vaskular.
Terjadinya Kaki Diabetik (KD) sendiri disebabkan oleh faktor – faktor disebutkan dalam
etiologi. Faktor utama yang berperan timbulnya KD adalah angiopati, neuropati dan infeksi.
Neuropati merupakan faktor penting untuk terjadinya KD. Adanya neuropati perifer akan
menyebabkan terjadinya gangguan sensorik maupun motorik. Gangguan sensorik akan
menyebabkan hilang atau menurunnya sensasi nyeri pada kaki, sehingga akan mengalami trauma
tanpa terasa yang mengakibatkan terjadinya ulkus pada kaki gangguan motorik juga akan
mengakibatkan terjadinya atrofi otot kaki, sehingga merubah titik tumpu yang menyebabkan
ulsetrasi pada kaki pasien. Angiopati akan menyebabkan terganggunya aliran darah ke kaki.
Apabila sumbatan darah terjadi pada pembuluh darah yang lebih besar maka penderita akan
merasa sakit tungkainya sesudah ia berjalan pada jarak tertentu. Manifestasi gangguan pembuluh
darah yang lain dapat berupa : ujung kaki terasa dingin, nyeri kaki di malam hari, denyut arteri

6
hilang, kaki menjadi pucat bila dinaikkan. Adanya angiopati tersebut akan menyebabkan
terjadinya penurunan asupan nutrisi, oksigen ( zat asam ) serta antibiotika sehingga
menyebabkan luka sulit sembuh ( Levin,1993). Infeksi sering merupakan komplikasi yang
menyertai KD akibat berkurangnya aliran darah atau neuropati, sehingga faktor angiopati dan
infeksi berpengaruh terhdap penyembuhan atau pengobatan dari KD.

2.4 PATHWAY

7
2.5 KLASIFIKASI
Wagner ( 1983 ) membagi gangren kaki diabetik menjadi enam tingkatan , yaitu :
Derajat 0 : Tidak ada lesi terbuka, kulit masih utuh dengan kemungkinan
disertai kelainan bentuk kaki seperti “ claw,callus “.
Derajat I : Ulkus superfisial terbatas pada kulit.
Derajat II : Ulkus dalam menembus tendon dan tulang.

8
Derajat III : Abses dalam, dengan atau tanpa osteomielitis.
Derajat IV : Gangren jari kaki atau bagian distal kaki dengan atau tanpa selulitis.
Derajat V : Gangren seluruh kaki atau sebagian tungkai.

Sedangkan Brand (1986) dan Ward (1987) membagi gangren kaki menjadi dua golongan :
1. Kaki Diabetik akibat Iskemia ( KDI )
Disebabkan penurunan aliran darah ke tungkai akibat adanya makroangiopati (
arterosklerosis ) dari pembuluh darah besar ditungkai, terutama di daerah betis.
Gambaran klinis KDI :
- Penderita mengeluh nyeri waktu istirahat.
- Pada perabaan terasa dingin.
- Pulsasi pembuluh darah kurang kuat.
- Didapatkan ulkus sampai gangren.
2. Kaki Diabetik akibat Neuropati ( KDN )
Terjadi kerusakan syaraf somatik dan otonomik, tidak ada gangguan dari sirkulasi. Klinis di
jumpai kaki yang kering, hangat, kesemutan, mati rasa, oedem kaki, dengan pulsasi pembuluh
darah kaki teraba baik.

2.6 KOMPLIKASI
Komplikasi yang bersifat akut:
a. Koma hipoglikemi
b. Ketoasidosis
c. Koma hiperosmolar non ketotik(honk)
Komplikasi yang bersifat kronik:
a. Makroangiopati
b. Mikroangiopati

2.7 PEMERIKSAAN PENUNJANG


1. Glukosa darah:200-1000mg/dl
2. Asam lemak bebas: kadar lipid dan kolesterol meningkat
3. Insulin darah

9
4. Tes laboratorium
5. Foto rontgen

2.8 PENATALAKSANAAN
1. Penyuluhan
2. Diit
3. Latihan fisik/olahraga
4. Rawat luka
5. Obat
6. Insulin

BAB III

TINJAUAN KASUS

3.1 Pengkajian

10
3.1.1 Biodata

a. Biodata Klien

Nama : Tn. E

Tanggal lahir : 5 desember 1964

Jenis kelamin : laki-laki

Agama : Islam

Status perkawinan : kawin

Pekerjaan : Wiraswasta

Alamat : JLMARELAN I PASAR IV, GG DAME NO.3 MEDAN

Suku Bangsa : Jawa

NRM : MDAN-0000014637

No. Tempat tidur

Tanggal masuk : 15 Mei 2019

Tanggal pengkajian : 15 Mei 2019

b. Biodata Penanggung Jawab

Nama : Tn. R

Umur : 25 tahun

Jenis kelamin : laki-laki

Agama : Islam

Pekerjaan : pegawai Bank BRI

Alamat :

Hubungan dg Klien : anak

11
3.1.2 Riwayat Kesehatan

a. Keluhan Utama

Klien mengeluh nyeri pada telapak kai kanan dan terdapat nanah pada lukanya

b. Riwayat Kesehatan Sekarang

± 5 hari sebelum masuk RS kaki klien tertusuk paku ketika klien memindahkan bambu di
kebunya. Pada awalnya luka klien hanya di tepuk-tepuk menggunakan baju dan hanya
dibersihkan oleh air hangat saja dan didiamkan selama 1 malam pada keesokan harinya luka
pada kaki klien bertambah besar dan membusuk, klien hanya diperiksa ke mantri terdekat. Klien
pergi ke mantri selama 3 hari tetapi luka klien brtambah parah dan klien dirujuk ke RS untuk
dirawat. Pada saat pengkajian luka pada kaki klien masih basah dan klien mengatakan nyeri
tersebut sering dirasakan oleh klien apabila klien melakukan pergerakan/banyak bergerak dan
nyeri berkurang apabila klien beristirahat.

c. Riwayat Kesehatan Dahulu

Klien mengatakan bahwa dia belum pernah mengalami penyakit seperti yang dideritanya ini,
tetapi klien telah lama mengalami penyakit diabetes mellitus sejak lama dan hanya sekarang
klien mengalami luka akibat diabetes mellitus

d. Riwayat Kesehatan Keluarga

Menurut penuturan klien keluarganya dan klien ada anggota keluarga yang mempunyai penyakit
diabetes mellitus yaitu kakak kandungnya sendiri. Kakanya sudah sejak lama mengalami
penyakit diabetes mellitus tetapi dia sering kontrol ke poli penyakit dalam dan tidak pernah
mengalami luka akibat diabetes mellitus. Di keluarganya juga tidak ada yang mengalami
penyakit menular

3.1.3 Pemeriksaan Fisik

12
1) Keadaan Umum

Kesadaran : Compos Mentis

Penampilan : Lemah

Tanda-Tanda Vital : T = 140/90 mmHg

P = 84 x/menit

R = 24 x/menit

S = 36,8°c

2) Integumen

a. Rambut dan Kulit Kepala

Warna : Hitam

Tekstur : halus

Penyebaran : Merata

Keadaan : tampak pendek dan lurus

Kebersihan : tidak tampak adanya kotoran

b. Kulit

Warna : Sawo matang

Tekstur : Halus

Kelembaban : Lembab

Turgor : Dapat kembali dalam ± 2 detik setelah dicubit

Kebersihan : Terdapat luka gangguan di telapak kaki, luka tampak kotor

c. Kuku

Warna : Transparan

Bentuk : Cembung 160°

13
Keadekuatan : Dapat kembali dalam ± detik setelah ditekan

Teksttur : Halus

Kebersihan : Tidak tampak adanya kotoran

d. Kepala

Bentuk : Bulat lonjong

Posisi : Tegak lurus dengan bahu

Keadaan : Tidak tampak adanya benjolan dan lesi

Kebersihan : tidak nampak adanya kotoran

3) Mata

Kesimetrisan :Tampak simetris antara mata kiri dan kanan

Sclera : Putih kemerahan

Konjunctiva : Putih porslen

Ketajaman penglihatan : Dapat membaca papan nama perawat dari jarak ± 50 cm

Kebersihan : Tidak tampak adanya kotoran

4) Telinga

Kesimetrisan : Simetris antara telinga kiri dan kanan

Warna : Sama dengan kulit muka

Fungsi Pendengaran : Dapat menjawab pertanyaan perawat dalam jarak ± 50 cm

Kebersihan : Tidak tampak adanya kotoran

5) Hidung

Kesimetrisan : Simetris antara lubang hidung kiri dan kanan

Tekstur : Halus

Fungsi Penciuman : Dapat mencium bau obat

14
Kebersihan : Tidak tampak adanya kotoran

6) Mulut

a. Bibir

Warna : Merah muda

Tekstur : Halus

Mukosa : Lembab

Kebersihan : Tidak tampak adanya kotoran

b. Gigi

Warna : Putih kekuningan

Caries : Tidak tampak adanya caries

Jumlah : 32 buah

Kebersihan : Tidak tampak adanya kotoran

c. Lidah

Warna : Merah muda

Fungsi Penegecapan : Dapat membedakan asam (jeruk) manis (teh manis) dan pahit dengan
obat

Tekstur : Kasar

Kebersihan : Tidak tampak adanya kotoran

7) Leher

Posisi : Tegak lurus dengan bahu

KGB : Tidak tampak pembesaran

JVP : Tidak tampak peninggian

Thyroid : Tidak tampak pembesaran

15
Kebersihan : Tidak tampak adanya kotoran

8) Dada

Kesimetrisan : Simetris antara dada kiri dan kanan

Bunyi jantung : Vesikuler

Bunyi Paru : Reguler

Kebersihan : Tidak tampak adanya kotoran

9) Abdomen

Tekstur : Halus

Bentuk : Datar

Bising Usus : 10 x/menit

Kebersihan : tidak tampak adanya kotoran

10) Ekstremitas

Atas : tangan kanan terpasang infus dan tangan kiri dapat digerakan kesegala arah

Bawah : Kaki kiri dapat digerakan kesegala arah dan kaki kanan tampak sulit digerakan
karena adanya luka gangren di telapak kaki

11) Genetika

Tidak terkaji.

3.1.4 Pola Aktifitas Sehari-Hari

NO Jenis Pengkajian Di Rumah Di Rumah Sakit


1 Pola Nutrisi
a) Makan

16
Frekuensi 5 x/hari 3 x/hari
Jenis Nasi, lauk pauk, sayur BN DM
Porsi 1 porsi habis 1 porsi
Cara mandiri mandiri
Keluhan - sering terasa lapar
b) Minum
Frekuensi 8-9 gelas/ hari 7-8 gelas/hari
Jenis air teh air putih
Cara madiri mandiri
keluhan - sering terasa haus

2 Pola Eliminasi
a) BAB
Frekuensi 1 x/hari x/hari
Konsistensi ½ padat ½ padat
Warna Kuning kecoklatan Kuning kecoklatan
Bau Kahs faeces Khas faeces
Cara Mandiri Dengan bantuan
Keluhan - Desulitan BAB karena kaki
klien sulit digerakan

b) BAK 4-5 x/hari


Frekuensi ± 5-6 x/hari Kuning jernih
Warna Kuning jernih Khas amoniak
Bau Khas amoniak Dengan bantuan
Cara Mandiri Klien mengeluh sering
Keluhan - Kencing

3 Pola Istrahat Tidur


a) Malam ± 7 jam/hari ± 6-7 jam/hari
b) siang ± 2 jam/ hari ± 1jam/hari

17
4 Personal hygiene
Mandi 2 x/hari 1 x/hari
Gosok gigi 2 x/hari 1 x/hari
Ganti pakaian 2 x/hari 1 x/hari
Cara mandiri dengan bantuan
Keluhan - -

3.1.5 Data Psikologis, Sosial Dan Spiritual

a. Data Psikologis

Ekspresi tampak cemas dengan keadaan penyakitnya dan klien sering bertanya-tanya tentang
penyakitnya

b. Data Sosial

Klien dapat berkomunikasi dengan pasien lain dengan orang yang menjenguknya, keluarga,
perawat dan tim kesehatan lainnya terbukti klien dapat mengungkapkan keluhannya

c. Data Spiritual

Klien beragama Islam sering sering terlihat sedang berdo’a/shalat walaupun sambil berbaring

3.1.6 Data penunjang

Jenis Pemeriksaan Hasil Nilai normal


Hb 11,0 gr/dl L : 14-18 P : 12-16 gr/dl
Leukosit 20 410 /mm3 5000 – 10000 /mm3
LED 84/125 L : <15 P : < 20 mm/jam

18
Trombosit 237,000 /mm3 150,000-350,000 /mm3
Hematokrit 22% L : 40-50 % P : 35-45 %
Kadar gula puasa 200 mg/dl 70-100 mg/dl
Ureum 33 mg/dl 20-40 mg/dl
Creatitin 0,9 mg/dl 0,1-1,1 mg/dl
SGOT /Asat 31 u/lt L : 10-34 P : 10-31 u/lt
SGPT/Asat 30 u/lt L : 9-36 P : 9-46 u/lt

3.1.7 ANALISA DATA

NO Symptom Etiologi Problem


1 DS :  Adanya kematian Gangguan nyaman
- Klien mengeluh neyeri jaringan pembusukan nyeri
pada telapak kaki kanan  pengeluaran
DO : prastagalmdin
- Tampak adanya luka merangsang reseptor
gangren nyeri mengeluarkan
- Klien tampak meringis serotin, bradi kinin
kesakitan yang merangsang
ujung saraf untuk
membawa impuls nyeri

2 DS :  Mengendapnya Gangguan integritas


- Klien mengeluh ada luka glukosa dalam kulit
ditelapak kaki sebelah kanan pembuluh darah, suplai
DO : O2 dan nutrisi ke

19
- Tampak adanya luka jaringan terhambat,
gangren nekrotik jaringan
- Klien tampak meringis gangren
kesakitan

3 DS :  Adanya luka , nyeri , Gangguan aktifitas


- Klien mengeluh kakinya keterbatasan gerak sehari-hari
sulit digerakan ekstremitas bawah,
DO : pola aktifitas
- Kaki kanan klien tampak terganggu
sulit digerakan karena adanya
luka gangren di telapak kaki
- ADL dibantu

4 DS :
- Klien mengeluh cemas
dengan keadaannya
DO :
- Ekspresi wajah tampak
cemas

3.2 Diagnosa Keperawatan

a) Gangguan rasa nyaman nyeri sehubungan dengan adanya luka gangren

b) Gangguan integritas kulit sehubungan dengan adanya gangren

c) Gangguan aktifitas sehari-hari sehubungan dengan adanya kesulitan bergerak

20
3.3 RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN

NO DIAGNOSA TUJUAN INTERVENSI RASIONAL


KEPERAWATAN
1 Gangguan rasa Gangguan rasa - Kaji tingkat - Dengan
nyaman nyeri nyaman nyeri nyeri klien mengkaji
sehubungan dengan teratasi dalam ± 4 dengan tingkat nyeri
adanya luka gangren minggu perawatan skala klien, maka
yang ditandai dengan kriteria : dengan 0-5 kita akan
dengan :  Tidak - Memberikan mengetahui
DS : Klien mengaluh tampak therapy sebarapa besar
nyeri pada daerah adanya pronalges 3 nyeri yang
telapak kaki kanan luka x 1 ampul klien rasakan
DO: - Tampak Dalam waktu ± 3 IM sehingga dapat
adanya luka gangren munggu - Atur posisi mempermudah
- Klien tampak perawatan tidur klien untuk
meringis kesakitan
gangguan rasa senyaman melakukan
nyaman nyeri mungkin tindakan
teratasi dengan selanjutnya
kriteria : - Analgetik
 Klien dapat
tidak menghambat
mengeluh stimulus nyeri
nyeri lagi ehingga respon
nyeri dapat
berkurang
- Dengan
mengatur
posisi yang
nyaman
diharapkan
nyeri 2akan
sedikit
berkurang

21
2 Gangguan integritas - Gangguan - Bersihkan - Dengan
kulit sehubungan integritas kulit luka klien dibersihkannya
dengan adanya teratasi dalam setiap hari luka setiap hari
gangren yang waktu 1 minggu dengan menjaga agar
ditandai dengan : perawatan dengan NaCl + luka tidak
DS : Klien kriteria : sagestam terkontaminasi
mengeluh ada luka Klien tidak - Berikan oleh kuman
ditelapak kaki mengeluh nyeri therapy sehingga tidak
sebelah kanan dan tidak meringis  Ceropid : 2 x terjadi infeksi
DO: - Tampak lagi 1 gr - Dengan
adanya luka gangren - Tidak ada  Metroposin : memberikan
- Klien tampak luka 3 x 500 br therapy maka
meringis kesakitan akan
mempercepat
penyembuhan
luka
3 Gangguan aktifitas - Gangguan Ubah posisi badan o Dengan mengubah
sehari-hari aktifitas teratasi klien posisi tidur 1 jam 1x,
sehubungan dengan dalam waktu ± 3 o Latih klien dalam maka akan dapat
adanya kesulitan minggu perawatan melakukan mencegah terjadibya
bergerak yang dengan kriteria : pergerakan sedikit decubitus
ditandai dengan : o - Kaki klien dapat demi sedikit o Diharapkan dengan
DS : Klien digerakan dengan melatih sedikit demi
mengeluh kakinya bebas sedikit maka klien
sulit digerakan o ADL dapat dengan sendirinya
Do : - Kaki mandiri, yaitu dapat melakukan
kanan klien tampak - Klien dapat aktifitas
sulit digerakan mandi sendiri
karena ada luka - BAK dan BAB
gangren ditelapak dengan sendiri
kaki

22
- ADL dibantu - Mengganti
pakaian sendiri
4 Gangguan rasa Gangguan aman -Jelaskan pada klien - Dengan
aman cemas cemas teratasi tentang keadaan diberikannya
sehubungan dengan dalam waktu ± 2 penyakitnya penjelasan maka klien
kurangnya jam perawatan -Yakinkan pada akan menegerti dan
informasi tentang dengan kriteria : klien kalau rasa cemaspun akan
penyakitnya yang -Klien tak penyakitnya akan hilang
ditandai dengan ; mengeluh cemas sembuh - Dengan meyakinkan
DS : Klien - Ekspresi tampak pada klien bahwa
mengeluh cemas tenang penyakitnya akan
dengan keadaannya - Klien tidak sembuh maka
Do : - Ekspresi bertanya tentang diharapkan klien akan
tampak cemas penyakitnya semakin yakin kalau
- Klien selalu penyakitnya akan
bertanya-tanya sembuh
tentang penyakitnya

23
3.4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI

NO IMPLEMENTASI EVALUASI
1 Tgl. 10 Jan 2005, Pkl. 0800 WIB Tgl. 10 Januari 2005
Mengkaji tingkat nyeri klien dengan skala nyeri Pkl. 0830 WIB
: o Klien masih mengeluh nyeri
0 : tidak nyeri o Luka gangren masih ada klien
1 : nyeri ringan tampak meringis
2 : nyeri sedang
3 : nyeri berat
4 : nyeri mngerikan
5 : nyeri seberat-beratnya

Pkl. 0810 WIB


Memberikan therapy pronalges 1 amp per IM

Pkl. 0815 WIB


Mengatur posisi tidur senyaman mungkin
2 Tgl. 10 Jan 2005, Pkl. 0845 WIB Tgl. 10 Januari 2005
Membersihkan luka setiap hari dengan Pkl. 0905 WIB
kompres NaCl +Sagestam o Masih ada luka
o Klien mengeluh nyeri dengan
Pkl. 0900 WIB lukanya
Memberikan therapy
Ceropid 1 gr per IV
Metropusin 500 gr per IV
3 Tgl. 10 Jan 2005, Pkl. 0910WIB Tgl. 10 Januari 2005
Mengubah posisi tidur klien Pkl. 0930 WIB
o Klien mengeluh kakinya masih sulit
Pkl.0915 WIB digerakan karena sakit

24
Melatih klien dalam melakukan pergerakan o ADL dibantu
sedikit demi sedikit
4 Tgl. 10 jan 2005, pkl. 0935 WIB Tgl. 10 Januari 2005
Menjelaskan pada klien tentang keadaan Pkl. 1000 WIB
penyakitnya o Klien tidak mengeluh cemas lagi

Pkl. 0940 WIB


Meyakinkan pada klien kalau penyakitnya akan
sembuh

25
BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Luka ganggren diabetik merupakan komplikasi kronis yang terjadi pada pasien dengan DM
seperti gangguan neuropati vaskuler dan penurunan daya imunitas tubuh
Edukasi keperawatan penting dilakukan dan perlu perencanaan serta dilaksanakan dengan
mempertimbangkan media, faktor pendukung dan penghambat serta mempergunakan secara
maksimal sumber daya yg dimiliki oleh pasien.

4.2 Saran
1 Bagi penulis
Dapat mengaplikasikan ilmu yang telah di dapat di teori dan lahan praktek dan mampu
mendokumentasikannya
2 Bagi perawat ruangan
dapat mempertahankandan meningkatkan asuhan keperawatan pada pasien dengan
masalah Vulnus Laceratum
3 Bagi mahasiswa
Agar lebih meningkatkan ilmu pengetahuan dan keterampilan dalam memberikan asuhan
keperawatan secara professional
4 Bagi pasien
Agar melaksanakan informasi kesehatan yang di berikan baik pengobatan atau perawatan
pada Vulnus Laceratum.
5 Bagi institusi pendidikan
Di harap kan dapat menambah sumber buku perpustakaan di program D-III keperawatan
timika karena sumber referensi tersebut sangat membantu mahasiswa dalam penyusunan
asuhan keperawatan dan makalah ilmiah

26
DAFTAR PUSTAKA
docdownloader.com_50102081-asuhan-keperawatan-luka-gangren.pdf
NITA%20MUNDRIANA%20NIM.%20A01401933.pdf

27

Anda mungkin juga menyukai