Anda di halaman 1dari 86

1

ANALISIS PSIKOLOGI SASTRA NOVEL JANDA-JANDA


KOSMOPOLITAN KARYA ANDREI AKSANA

SKRIPSI
Diajukan untuk Melengkapi Tugas-tugas
dan Syarat-Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

OLEH

NORBAITI
NPM: 076211668

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA INDONESIA


JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS ISLAM RIAU
PEKANBARU
2011
2

KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrohim

Allhamdullillahirrabbil’lamin, segala puji dan syukur ke hadirat Allah swt,

yang telah memberikan rahmat serta hidayah-Nya kepada penulis, sehingga

penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Analisis Psikologi Sastra

Novel Janda-Janda Kosmopolitan Karya Andrei Aksana”.

Skripsi ini disusun sebagai syarat untuk memperoleh gelar sarjana

pendidikan pada Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Islam Riau

Pekanbaru. Untuk menyelesaikan skripsi ini, penulis mendapat bimbingan dan

bantuan dari berbagai pihak. Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima

kasih kepada :

1. Bapak Drs. Amir Amjad., M.Pd. selaku Dekan Fakultas Keguruan dan

Ilmu Pendidikan Universitas Islam Riau yang telah memberikan izin

penelitian;

2. Ibu Roziah, S.Pd., M.A. selaku ketua program studi Pendidikan Bahasa

dan Sastra Indonesia Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas

Islam Riau yang telah memberikan saran dan motiavasi kepada penulis;

3. Bapak DR. Sudirman Shomary, M.A. sebagai pembimbing I yang telah

memberikan bimbingan dan saran kepada penulis dalam menyelesaikan

skripsi ini;
3

4. Bapak Drs. Al Azhar, M.A. sebagai pembimbing II yang juga telah

memberikan bimbingan dan saran kepada penulis sehingga skripsi ini

dapat diselesaikan dengan baik;

5. para dosen yang telah memberikan materi perkuliahan selama penulis

belajar di bangku kuliah pada Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Universitas Islam Riau;

6. kedua orang tua tercinta yang telah memberikan doa dan dorongan moral

serta materi dalam penelitian ini;

7. rekan-rekan mahasiswa/i angkatan 2007 yang telah memberikan saran dan

kritik dalam penulisan skripsi ini.

Penulis telah berusaha membuat skripsi ini dengan sebaik-baiknya.

Namun, jika Bapak, Ibu, rekan-rekan mahasiswa, dan pembaca

menemukan kekurangan dan kesalahan, penulis bersedia menerima saran

dan kritikan demi kesempurnaan skripsi ini.

Pekanbaru, Oktober 2011

Penulis
4

ABSTRAK

Norbaiti. 2011. Skripsi : Analisis Psikologi Sastra Novel Janda-Janda


Kosmopolitan Karya Andrei Aksana

Novel Janda-Janda Kosmopolitan karya Andrei Aksana Novel ini


menceritakan kehidupan yang diwarnai dengan kemewahan. Orang tua yang
terlalu sibuk dengan urusan bisnisnya mengakibatkan anak menjadi korban,
pergaulan bebas, hamil di luar nikah dan akhirnya menjadi janda di usia muda.
Dalam statusnya sebagai seorang janda, Rossa banyak mengalami konflik, baik
dengan sahabatnya maupun Marco pacar barunya. Selain itu ada tokoh Nunung
yang berpSeran sebagai pembantu Rossa yang juga janda. Masalah penelitian ini
adalah perwatakan dan konflik yang terkait dengan keadaan psikologi tokoh-tokoh
dalam novel Janda-Janda Kosmopolitan karya Andrei Aksana. Teori yang
digunakan untuk menganalisis masalah penelitian ini adalah teori Renne Wellek
dan Austin Warren (Puja Santosa, dkk 2010:42) tentang psikologi sastra,
Altenbeard & Lewis (Nurgiantoro 2009: 195,210) tentang perwatakan tokoh, dan
Jones (Nurgiantoro 2009:124) tentang konflik. Teknik yang penulis gunakan
untuk mengumpulkan data penelitian ini adalah hermeneutik yaitu teknik baca,
catat dan simpulkan. Data penelitian yang disajikan dalam penelitian ini adalah
sinopsis novel, perwatakan tokoh dan konflik yang terdapat dalam novel Janda-
Janda Kosmopolitan karya Andrei Aksana.

Simpulan penelitian ini adalah: (1) perwatakan tokoh (a) tokoh Rossa
penyayang, pemaaf serta tegar dalam menjalani hidup. (b) Nunung yang pekerja
keras, perhatian, penyayang, dan mempunyai semangat perjuangan. (c) Inge
berrwatak baik berupa percaya diri yang kuat, dan perwatakan buruk yaitu suka
berprasangka tidak baik, nakal, liar, agresif dan galak. (d) Dilla mempunyai watak
baik yang perhatian, penuh pertimbangan, selalu memberi nasehat, dan sopan,
serta perwatakan buruk berkhianat. (e) Adys periang. (f) David memiliki watak
baik yang penyayang, dan perwatakan yang tidak baik yaitu pemarah dan keras
kepala. (g) Marco memiliki perwatakan baik suka bekerja keras sedangkan
perwatakan yang tidak baik adalah sangat menyukai kemewahan atau glamor serta
royal. (h) Virlo memiliki watak baik yang jujur dan dapat menerima kekurangan
orang lain sedangkan perwatakan buruknya berkhianat. (i) Mas Karim mempunyai
watak suka menolong dan sabar. (j) Mas Reynaldi yang suka bercanda, perhatian,
dan suka menolong. (2) konflik eksternal dialami oleh tokoh Rossa dengan Sam,
para sahabat, David, dan Marco. Konflik Rossa dengan Sam karena Sam sering
meminta transfer uang kepada Rossa. Konflik Rossa dengan para sahabat
dikarenakan perbedaan pendapat dalam menilai pembantu. Konflik Rossa dengan
David terjadi karena mereka selalu bertengkar, David menuding Rossa sebagai
biang keladi terjadi kagagalannya menjadi sarjana luar negeri. Konflik Rossa
5

dengan Marco ketika Marco mengetahui status Rossa yang sebenarnya. Nunung
mengalami konflik secara eksternal dengan para sahabatnya. Konflik Nunung
terjadi dengan para sahabat, ketika para sahabat menganggap status Nunung yang
janda akan membawa pengaruh yang tidak baik. Inge mengalami konflik secara
eksternal dengan lingkungan masyarakat. Konflik eksternal Inge dikarenakan oleh
lingkungan sekitar, karena janda merupakan hal yang dianggap tidak baik di mata
masyarakat. Konflik eksternal yang dialami Dilla yaitu ketika Dilla ketahuan
berselingkuh dengan Virlo. (3) konflik internal dialami oleh tokoh Rossa yang
menginginkan dua keinginan dalam waktu yang bersamaan. Keinginan Rossa
untuk menemani putrinya yang sakit dan bertemu dengan pihak investor, dan
keinginan Rossa untuk memiliki kehidupan yang nyata. Konflik internal yang
dialami Nunung adalah ketika ia pulang dari luar negeri. Ia melihat suaminya
telah menikah lagi. Konflik internal yang dialami Adys ialah karenatidak
merelakan Nunung pulang. Tokoh Virlo mengalami konflik secara internal ketika
ia ingin mendekati Rossa dan Rossa menolak. Sedangkan Mas Karim mengalami
konflik internal ketika lamaranya ditolak oleh Nunung. Mas Reynaldi mengalami
konflik internal ketika cintanya tidak berbalas dengan Nunung.
6

DAFTAR ISI

Halaman

Kata Pengantar .......................................................................................... i

Abstrak ...................................................................................................... iii

Daftar Isi ................................................................................................... v

Daftar Tabel .............................................................................................. vii

BAB I PENDAHULUAN......................................................................... 1

1.1 Latar Belakang dan Masalah ................................................................. 1

1.2 Perumusan Masalah ............................................................................. 5

1.3 Tujuan Penelitian ................................................................................. 5

1.4 Ruang Lingkup dan Pembatasan Masalah ............................................. 6

1.4.1Ruang Lingkup .................................................................................. 6

1.4.2 Pembatasan Masalah ......................................................................... 6

1.5 Penjelasan Istilah ................................................................................. 7

1.6 Kerangka Teoritis ................................................................................. 8

1.7 Metodologi Penelitian .......................................................................... 14

1.7.1 Pendekatan, Jenis, dan Metode Penelitian .......................................... 14

1.7.1.1 Pendekatan Penelitian ..................................................................... 14

1.7.1.2 Jenis Penelitian ............................................................................... 14

1.7.1.3 Metode Penelitian ........................................................................... 14

1.7.2 Sumber Data ..................................................................................... 15


7

1.7.3 Teknik Penelitian .............................................................................. 15

1.7.3.1Teknik Pengumpulan Data .............................................................. 15

1.7.3.2 Teknik Analisis Data ..................................................................... 15

BAB II PENYAJIAN DAN PENGOLAHAN DATA .............................. 16

2.1 Sinopsis novel Janda-Janda Kosmopolitan ........................................... 16

2.2 Data Penelitian...................................................................................... 26

2.2.1 Analisis Perwatakan Tokoh................................................................ 38

2.2.2 Analisis Konflik Tokoh ..................................................................... 58

2.2.2.1 Analisis Konflik Eksternal .............................................................. 59

2.2.2.2 Analisis Konflik Internal ................................................................ 64

BAB III KESIMPULAN........................................................................... 72

BAB IV HAMBATAN DAN SARAN....................................................... 75

4.4 Hambatan ............................................................................................. 75

4.2 Saran .................................................................................................... 75

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................... 77


8

DAFTAR TABEL
Tabel

Tabel 1. Data Penelitian………………………………………………….... 26

Tabel 2. Perwatakan Tokoh dalam Novel Janda-Janda Kosmopolitan karya

Andrei Aksana. …………………………………………………… 56

Tabel 3. Konflik Tokoh dalam novel Janda-Janda Kosmopolitan karya

Andrei Aksana ……………………………………………………. 68


9

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Karya sastra adalah suatu bentuk dari hasil pekerjaan seni kreatif, yang

objeknya manusia dan kehidupannya, dengan menggunakan bahasa

sebagai medianya. Sebagai seni kreatif ia dapat dihadirkan dengan

mengungkapkan fenomena kejiwaan yang terlihat lewat prilaku tokoh-tokoh di

dalamnya. Suwardi Endraswara (2008: 87) mengungkapkan bahwa “Sastra

sebagai “gejala kejiwaan”, di dalamnya terkandung fenomena-fenomena kejiwaan

yang tampak lewat prilaku tokoh-tokohnya”.

Psikologi secara umum diartikan sebagai ilmu yang mempelajari tingkah

laku manusia atau ilmu yang mempelajari gejala-gejala jiwa manusia. Psikologi

dapat juga disebut ilmu yang mempelajari tentang jiwa. Dapat disimpulkan bahwa

“Psikologi adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari semua tingkah laku dan

perbuatan individu, dimana individu tersebut tidak dapat dilepaskan dari

lingkungannya” (Ahmad Fauzi 1999: 13).

Hubungan psikologi dan karya sastra yakni sama-sama untuk mempelajari

keadaan kejiwaan orang lain. Perbedannya terletak pada kejiwaan dalam karya

sastra adalah tokoh imajiner sedangkan dalam psikologi adalah manusia-manusia

riil. Keduanya saling melengkapi dan saling mengisi untuk memperoleh

pemahaman terhadap kejiwaan manusia.

Rene Wellek dan Austin Warren dalam Andre Hardjana (1991: 60)

mengungkapkan psikologi masuk ke dalam bidang sastra melalui beberapa cara,

1
10

yaitu: pertama pembahasan tentang proses kreatif penciptaan karya sastra, kedua

pembahasan psikologi terhadap pengarangnya (baik sebagai tipe maupun sebagai

seorang pribadi). ketiga pembicaraan tentang ajaran dan kaidah psikologi yang

dapat ditimba dari karya sastra. Dan keempat pengaruh karya sastra terhadap

pembacanya.

Satu dari sekian banyak pengarang sastra yang karya-karyanya sangat

menarik adalah Andrei Aksana. Andrei Aksana lahir di Jakarta, berpendidikan

Sarjana Seni Desain Arsitektur Universitas Udayana, Bali, (tahun 2000). Program

S-2 dijalaninya di salah satu lembaga pengembangan bisnis dan manajemen, di

Jakarta, (2005). Kariernya sejak tahun 1992 sampai sekarang adalah sebagai

penulis. Tahun 2000, Staf Public Relations & Marketing The Body Shop

Indonesia, Bali. Di tahun 2005 sampai sekarang.

Andrei Aksana pertama kali menulis novel tahun 1992, dengan

meluncurkan Mengukir Mimpi Terlalu Pagi. Kembalinya ia sebagai penulis

ditandai dengan novel berjudul Abadilah Cinta, yang menjadi fenomena sejarah

pembukuan di Indonesia, karena merupakan novel pertama di dunia yang berhasil

dicetak ulang dalam waktu 5 hari. Kesuksesan ini langsung disusul dengan novel

berikutnya, Cinta Penuh Air Mata. Novel ini berdasarkan kisah nyata yang

dituturkan oleh selebriti terkemuka, dan sebelumnya belum pernah diungkap atau

dipublikasikan di media massa. Penghargaan yang diraih Andrei Aksana pada

tahun 2008 adalah sebagai ikon sastra mengkampanyekan karya klasik Habis

Gelap Terbitlah Terang, Kumpulan Surat-surat RA Kartini.


11

Dalam berbagi novel Janda-Janda Kosmopolitan karya Anderi Aksana

terdapat gejolak kejiwaan yang direfleksikan melalui tokoh-tokohnya. Cerita

yang disuguhkan sangat menarik, penokohannya juga sangat baik karena

memberikan karakter-karakter yang pasti. Menceritakan kaum urban yang selalu

bergerak, novel ini bergenre pop yang memotret kehidupan masa kini.

Secara psikologis novel Janda-Janda Kosmopolitan ini memperlihatkan

fenomena yang menarik untuk dianalisis. Novel ini menceritakan kehidupan yang

diwarnai dengan kemewahan. Orang tua yang terlalu sibuk dengan urusan

bisnisnya mengakibatkan anak menjadi korban, pergaulan bebas, hamil di luar

nikah dan akhirnya menjadi janda di usia muda. Dalam statusnya sebagai seorang

janda, Rossa banyak mengalami konflik, baik dengan sahabatnya maupun Marco

pacar barunya. Selain itu ada tokoh Nunung yang berperan sebagai pembantu

Rossa yang juga janda. Bagaimana kehidupan para janda dalam satu atap namun

memiliki latar belakang kehidupan yang berbeda, dan bagaimana status janda di

mata masyarakat? Atas dasar itulah penulis tertarik ingin melihat bagaimana

keadaan psikologi tokoh yang ada pada novel tersebut.

Sepengetahuan penulis, penelitian serupa sudah pernah dilakukan oleh

peneliti terdahulu, di antaranya Nisdieti (FKIP UIR tahun 2006) dengan judul

“Kajian Psikoanalis dalam Roman Hempasan Gelombang karya Taufik Ikram

Jamil”. Dalam penelitian yang dilakukannya, Nisdieti mengkaji tentang kejiwaan

pengarang saat mengarang, perwatakan tokoh, dan tema. Adapun hasil dari

penelitian yang dilakukan Nisdieti bahwa saat mengarang roman Hempasan

Gelombang ini pengarang memiliki unsur id, yaitu keinginan untuk membantu
12

masyarakat kecil. Ego yang bisa dilakukan pengarang yakni hanya bisa menulis,

dan superego yang sangat kuat yaitu pengarang tidak menginginkan adanya

penindasan terhadap masyarakat kecil. Perwatakan tokoh-tokoh dalam roman

tersebut pada dasarnya memiliki unsur id, ego, dan superego. Tema yang terdapat

dalam roman tersebut yakni masyarakat kecil yang ingin memperjuangkan tanah

mereka dari perusahaan besar. Dalam Proses penciptaan roman tersebut,

pengarang telah melakukan pengumpulan data dengan cara merekam dan

mencatat.

Julita (FKIP UIR tahun 2008) juga melakukan penalitian sejenis dengan

judul “Kajian Psikoanalis dalam novel Gerhana karya AA Navis”. Dalam

penelitiannya Julita, mengkaji tentang keadaan psikologi tokoh-tokoh yang ada

pada novel tersebut. Adapun hasil penelitian Julita ialah bahwa tokoh-tokoh yang

ada pada novel Gerhana mempunyai unsur id, ego, dan superego. Sistematika

hubungan antar tokoh, pada awalnya Ana Karina dan Kartini berkenalan dengan

laki-laki berjaket kulit. Mereka berdua juga berkenalan dengan Ben Virga serta

Krisno. Pada akhirnya perkenalan mereka menimbulkan konflik yang

mengakibatkan Ana akan mengakhiri hidupnya, namun gagal.

Perbedaan antara penelitian terdahulu dengan penelitian ini adalah dari

segi judul, objek kajiannya, jalan cerita, dari segi jenis novel, dan masalah

penelitian yang berbeda. Dengan demikian maka penelitian ini dikatakan sebagai

penelitian lanjutan. Penelitian “Analisis Psikologi Sastra Novel Janda-Janda

Kosmopolitan Karya Andrei Aksana“ dengan mengkaji bagaimana psikologi


13

sastra khususnya perwatakan dan konflik yang ada pada novel Janda-Janda

Kosmopolitan karya Andrei Aksana.

Penelitian ini diharapkan akan bermanfaat baik secara teoritis maupun

secara praktis. Manfaat teoritis penelitian ini adalah hasilnya dapat memberikan

sumbangan dan wawasan terhadap perkembangan pendekatan yang digunakan di

Indonesia, khususnya terhadap sastra berbentuk novel. Secara praktis penelitian

ini dapat di terapkan oleh guru-guru Sekolah Menengah Umum (SMU) dan

Sekolah Menengah Pertama (SMP) serta di Perguruan Tinggi khususnya pada

jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia.

1.2 Masalah

Penelitian ini berkenaan dengan psikologi sastra novel Janda-Janda

Kosmopolotan karya Andrei Aksana. Masalah penelitian ini adalah:

1. Bagaimanakah unsur psikologi sastra perwatakan tokoh novel Janda-Janda

Kosmopolitan karya Andrei Aksana?

2. Bagaimanakah unsur psikologi sastra konflik novel Janda-Janda

Kosmopolitan karya Andrei Aksana?

1.3 Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis dan mendeskripsikan

perwatakan tokoh dan konflik yang ada dalam novel Janda-Janda Kosmopolitan

karya Andrei Aksana. Data yang terkumpul dianalisis dan diinterpetasikan secara

sistematis dan terperinci, sehingga diperoleh gambaran yang sebenarnya tentang


14

perwatakan tokoh dan konflik pada novel Janda-Janda Kosmopolitan karya

Andrei Aksana.

1.4 Ruang Lingkup dan Pembatasan Masalah

1.4.1 Ruang Lingkup

Penelitian yang berjudul “Analisis Psikologi Sastra Novel Janda-Janda

Kosmopolitan Karya Andrei Aksana” termasuk dalam penelitian ilmu sastra.

Untuk menganalisisnya menggunakan teori psikologi sastra yang telah dijelaskan

pada bagian awal oleh Rene Wellek dan Austin Warren. Psikologi sastra

mencakup empat aspek yaitu: (1) Proses penciptaan suatu karya, (2) Pembahasan

terhadap pengarangnya, (3) Pembicaraan tentang ajaran dan kaidah psikologi yang

dapat ditimba dari karya sastra, (4) Pengaruh karya sastra terhadap pembacanya.

Kemudian M. Atar Semi dalam Endraswara (2008: 68) mengungkapkan bahwa

penelitian psikologi sastra yang berhubungan dengan aspek ketiga terbagi atas

perwatakan, penokohan, tema dan konflik.

1.4.2 Pembatasan Masalah

Supaya penelitian ini terarah, sesuai dengan waktu dan kemampuan penulis

maka penelitian ini penulis batasi. Dari ruang lingkup di atas peneliti hanya

mengkaji pada aspek yang ketiga. Psikologi sastra dari aspek yang ketiga itu,

peneliti hanya meneliti tentang perwatakan tokoh dan konflik, yang terkait dengan
15

keadaan psikologi tokoh-tokoh dalam novel Janda-Janda Kosmopolitan karya

Andrei Aksana.

1.5 Penjelasan Istilah

Untuk menciptakan kesamaan pandangan serta menghindari salah

penafsiran terhadap arah kajian ini, maka perlu dijelaskan istilah yang digunakan,

yaitu:

1.5.1 Analisis psikologi sastra adalah pembahasan suatu karya sastra dari sudut

pandang psikologi yang melingkupi perwatakan serta kaitannya dengan

konflik para tokoh, yang ada pada novel Janda-Janda Kosmopolitan karya

Andrei Aksana.

1.5.2 Perwatakan tokoh adalah kualitas tokoh, nalar, jiwa yang membedakan

dengan tokoh yang lain dalam novel.

1.5.3 Konflik adalah pertentangan, percekcokan, perselisihan, ketidak-samaan

pendapat atau pandangan tokoh dalam novel.

1.5.4 Konflik eksternal adalah konflik yang terjadi antara seorang tokoh dengan

sesuatu di luar dirinya yang terdapat pada novel.

1.5.5 Konflik internal adalah konflik yang terjadi di dalam hati atau jiwa seorang

tokoh yang terdapat pada novel.

1.5.5 Novel Janda-Janda Kosmopolitan adalah Novel karya Anderi Aksana yang

menceritakan tentang kehidupan metropolitan, mengisahkan kehidupan

dunia yang semuanya bisa dibeli dengan uang. Orang tua yang terlalu sibuk

dengan urusan bisnisnya, sehingga anaknya menjadi korban harus menjadi


16

janda diusia muda. Konflik yang mengisahkan kehidupan yang dialami oleh

tokoh Rosa dan Nunung pembantu Rossa yang juga mengalami nasib janda.

Novel ini diterbitkan oleh Gramedia Pustaka Utama cetakan kedua Januari

2010 dengan jumlah halaman 464.

1.6 Kerangka Teoretis

Dalam penelitian ini, penulis menggunakan beberapa pendapat para ahli

baik dari sastrawan, budayawan, maupun para kritikus, sebagai dasar dan

kerangka teoritis yang akan dipakai untuk menganalisis masalah penelitian ini.

Adapun teori-teori itu antara lain:

1.6.1 Teori Psikologi Sastra

Rene Wellek dan Austin Warren dalam Puja Santosa, dkk (2010: 42)

menyatakan bahwa psikologi memasuki bidang kritik sastra melalui beberapa cara

yaitu:

1. Pembahasan tentang proses kreatif penciptaan karya sastra


2. Pembahasan psikologi terhadap pengarangnya baik sebagai tipe maupun
sebagai pribadi
3. Pembicaraan tentang ajaran dan kaidah-kaidah psikologi yang dapat
ditimba dari karya sastra
4. Pengaruh karya sastra terhadap pembacanya.

Hartoko dalam Endraswara (2008: 71) menjelaskan bahwa “Psikologi sastra

adalah cabang ilmu sastra yang mendekati karya sastra dari sudut psikologi.

Perhatian dapat diarahkan kepada pengarang, pembaca atau kepada teks sastra”.

Andre Hardjana (1991: 65, 66) mengungkapkan :

“Ada kalanya pembahasan sastra yang menganut aliran psikologi, selain


mencoba menganalisis jiwa pengarang lewat karya sastranya, juga
menggunakan pengetahuannya tentang persoalan-persoalan dan lingkungan
17

psikologik untuk menafsirkan sutu karya sastra tanpa menghubungkannya


dengan biografi pengarangnya. Orang dapat mengamati tingkah laku tokoh-
tokoh dalam sebuah roman atau drama dengan memanfaatkan pertolongan
pengetahuan psikologi. Dalam sastra Indonesia, pendekatan psikologi
macam ini juga sudah dicobakan sejak awal tahun enam puluhan, antara lain
oleh Hutagalung dan Omarjati dalam buku pembahasan masing-masing atas
Jalan Tak Ada Ujung dan Atheis”.

Suwardi Endraswara (2008: 73) menyatakan:

“Psikologi sastra adalah suatu disiplin yang memandang karya sastra


sebagai suatu karya yang memuat peristiwa-peristiwa kehidupan manusia
yang diperankan oleh tokoh-tokoh imajiner yang ada di dalamnya atau
mungkin juga diperankan oleh tokoh-tokoh faktual”.

M. Atar Semi dalam Endraswara (2008: 68) menggambarkan metode atau

langkah kerja psikologi sastra sebagai berikut:

1. Pendekatan psikologis menekankan analisis terhadap keseluruhan karya


sastra, baik segi instrinsik maupun segi ekstrinsik.
2. Segi ekstrinsik yang dipentingkan untuk dibahas adalah mengenai
pengarang, cita-cita, aspirasi, keinginan, falsafah hidup, obsesi dan lain-
lain.
3. Disamping penokohan dan perwatakan analisis selanjutnya adalah tema
utama karya sastra. Pada masalah perwatakan dan tema ini pula
pendekatan psikologi sangat tepat diterapkan.
4. Di dalam menganalisis perwatakan harus dicari nalar tentang prilaku
tokoh. Apakah prilaku tersebut dapat diterima apabila ditinjau dari
psikologi. Selain itu harus dijelaskan motif dan niat yang mendukung
tindakan tersebut.
5. Proses penciptaan merupakan hal lain yang mesti mendapat perhatian.
Harus diketahui apa motif penciptaan. Harus dilihat apakah penciptaan
disebabkan endapan pengalaman batin atau ada pengalaman atau
keinginan-keinginan yang tidak terpenuhi.
6. Konflik serta kaitannya dengan perwatakan dan alur cerita. Dalam
menganalisis konflik harus dilihat apakah konflik itu terjadi dalam diri
tokoh atau konflik dengan tokoh lain atau situasi yang berada di luar
dirinya.

1.6.2 Perwatakan Tokoh

Jakob Sumardjo (1991: 65, 66) mengungkapkan untuk menentukan

perwatakan dapat diketahui melalui, apa yang diperbuatnya, tindakan-


18

tindakannya, terutama sekali bagaimana ia bersikap dalam situasi kritis. Melalui

ucapan-ucapannya, melalui penggambaran fisik tokoh, melalui pikiran-pikiran,

melalui penerangan langsung.

Panuti Sudjiman (1991: 16) menyatakan “yang dimaksud dengan tokoh

adalah individu rekaan yang mengalami peristiwa atau kelakuan di dalam

berbagai peristiwa cerita”.

Jones dalam Nurgiantoro (2009 : 165) mengatakan:

“Penokohan adalah pelukisan gambaran yang jelas tentang seseorang yang


ditampilkan dalam sebuah cerita. Istilah “tokoh” menunjuk pada orangnya,
pelaku cerita misalnya sebagai jawaban terhadap pertanyaan: Siapakah
tokoh utama novel itu? atau ada berapa orang jumlah tokoh itu?” atau
Siapakah tokoh protagonis dan antagonis dalam novel itu”.

Jadi penokohan atau perwatakan itu merupakan gambaran watak dari setiap

tokoh-tokoh yang terdapat di dalam sebuah cerita atau novel. Penokohan ini juga

dapat dikatakan tokoh yang ada pada sebuah novel atau cerpen dan dapat juga

dikatakan watak dari setiap tokoh-tokoh yang ada. Oleh karena itu istilah

penokohan tidak hanya sebatas tokoh-tokoh yang ada pada suatu karya, tetapi juga

wataknya.

Pada umumnya fiksi mempunyai tokoh utama dan tokoh pembantu.

Pengarang ingin kita memahami tokoh atau perwatakan tokoh-tokoh yang

ditampilkannya. Seperti yang kita ketahui, pengarang dalam menyampaikan

perwatakan terdapat dua macam cara yakni teknik analitik dan dramatik. Berikut

penjelasan mengenai kedua teknik tersebut oleh Altenbeard & Lewis dalam

Nurgiantoro (2009: 195, 210)


19

a. Teknik analitis yaitu pelukisan tokoh cerita dilakukan dengan

memberikan deskripsi, uraian atau penjelasan secara langsung.

Maksudnya tokoh cerita hadir secara langsung tidak berbelit-belit.

Pengarang langsung menyebutkan bahwa tokoh tersebut marah, keras

hati, panyayang dan sebagainya.

b. Teknik dramatis yaitu pengarang tidak mendeskripsikan secara exsplisit

sifat dan sikap serta tingkah laku tokoh. Tetapi dapat disampaikan dengan

beberapa teknik yaitu: 1) Teknik cakapan . 2) Teknik tingkah laku. 3)

Teknik pikiran dan tingkah laku. 4) Teknik arus kesadaran. 5) Teknik

reaksi tokoh. 6) Teknik reaksi tokoh lain. 7) Teknik pelukisan latar. 8)

Teknik pelukisan fisik.

Perwatakan baik dan perwatakan buruk juga dikenal dengan istilah

protagonis dan antagonis. Perwatakan baik adalah pelaku cerita yang mempunyai

watak yang disenangi pembaca, sedangkan perwatakan buruk adalah pelaku yang

memiliki watak yang tidak disenangi oleh pembaca karena memiliki watak yang

tidak baik. Baik adalah sesuatu yang berguna, yang sesuai dengan norma-norma

serta bermanfaat bagi diri sendiri dan juga orang lain. Buruk adalah sesuatu yang

dianggap tidak baik, tidak sesuai dengan norma-norma atau pandangan kita.

Ali (2008:355) mengatakan :

“Yang baik menurut akhlak adalah segala sesuatu yang berguna, yang sesuai
dengan norma agama, nilai, serta norma yang terdapat dalam masyarakat,
bermanfaat bagi diri sendiri dan orang lain. Yang buruk adalah segala
sesuatu yang tidak berguna, tidak sesuai dengan nilai dan norma agama serta
norma masyarakat, merugikan masyarakat dan diri sendiri”.
20

Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa perwatakan yang bersifat

baik adalah perwatakan yang disenangi oleh pembaca. Contoh perbuatan baik

dapat berupa bekerja keras, jujur, periang, penyayang, suka menolong, pemaaf,

sabar, pengertian dan sebagainya. Sedangkan perwatakan buruk adalah

perwatakan yang tidak disenangi pembaca. Contoh perbuatan yang tidak baik

adalah berkhianat, pemarah, glamor, royal, egois, nakal, galak, suka berprasangka

yang tidak baik terhadap sesama dan sebagianya.

1.6.3 Konflik

Konflik dapat terjadi bila ada dua atau lebih tujuan yang ingin dicapai

sekaligus dalam waktu yang bersamaan. Konflik juga terjadi akibat perbedaan

yang tidak dapat diatasi antara kebutuhan individu dan kemampuan yang ada pada

diri kita. Konflik dapat diselesaikan apabila kita sudah merasa puas dengan apa

yang kita inginkan.

Rene Wellek dan Austin Werren dalam Nurgiantoro (2009: 122)

mengemukakan “Konflik adalah sesuatu yang dramatik, mengacu pada

pertarungan antara dua kekuatan yang seimbang dan menyiratkan adanya aksi dan

aksi balasan”. Sulchan Yasin (1997: 297) “Konflik adalah pertentangan,

percekcokan, perselisihan, ketidak-samaan pendapat atau pandangan”. Meredith

dan Fitzgerald dalam Nurgiantoro (2009: 122) “Konflik menyaran pada sesuatu

yang bersifat tidak menyenangkan yang terjadi dan atau yang dialami oleh tokoh

(-tokoh) cerita, jika tokoh (-tokoh) itu mempunyai kebebasan untuk memilih, ia

(mereka) tidak akan memilih peristiwa itu menimpa dirinya”.


21

Jones dalam Nurgiantoro (2009: 124) menyatakan bahwa konflik eksternal

adalah konflik yang terjadi antara seseorang tokoh dengan sesuatu di luar dirinya,

mungkin dengan lingkungan alam mungkin lingkungan manusia. Konflik

eksternal ini terbagi menjadi dua yaitu konflik elemental dan sosial. Konflik

internal atau konflik kejiwaan adalah konflik yang terjadi dalam hati, jiwa seorang

tokoh (atau tokoh-tokoh cerita).

Effendi dan Praja, dalam Agus Suhanto (http://www. Psikologi

Sastra.com) mengemukakan bahwa konflik- konflik dapat dibagi menjadi empat

macam, yaitu:

1. Approach-approach conflict, yaitu konflik-konflik psikis yang dialami


oleh individu karena individu tersebut mengalami dua atau lebih motif
yang positif dan sama kuat. Misalnya, seorang mahasiswa pergi kuliah
atau menemui temannya karena sudah berjanji.
2. Approach avoidance conflict, yaitu konflik psikis yang dialami karena
dalam waktu yang bersamaan menghadapi situasi yang mengandung motif
positif dan motif negatif yang sama kuat. Misalnya, mahasiswa
diangkat menjadi pegawai negeri (positif) di daerah terpencil (negatif).
3. Avoidance-avoidance conflict, yaitu konflik psikis yang dialami
individu karena menghadapi dua motif yang sama-sama negatif dan sama-
sama kuat. Misalnya, seorang penjahat yang tertangkap dan harus
membuka rahasia kelompoknya dan apabila ia melakukan akan mendapat
ancaman dari kelompoknya.
4. Double approach avoidance conflict, yaitu konflik psikis yang
dialami individu karena menghadapi dua situasi yang masing-masing
mengandung motif negatif dan motif positif yang sama kuat. Misalnya,
seorang mahasiswa harus menikah dengan orang yang tidak disukai
(negatif) atau melanjutkan studi (positif).

Pada umumnya peristiwa dan konflik berkaitan erat, dapat saling

menyebabkan terjadinya satu dengan yang lain, bahkan konflik pun pada dasarnya

merupakan peristiwa. Ada peristiwa tertentu yang dapat menimbulkan terjadinya

konflik. Sebaliknya, karena terjadinya konflik peristiwa-peristiwa lain pun


22

bermunculan, misalnya muncul sebagai akibatnya. Konflik-konflik yang disusul

oleh peristiwa-peristiwa akan menyebabkan konflik menjadi semakin meningkat.

Konflik yang semakin meningkat disebut dengan klimaks. Konflik yang

memuncak akan ada penyelesaianya, penyelesaian dalam sebuah konflik dapat

berupa jalan keluar dari suatu permasalahan.

1.7 Metodologi Penelitian

1.7.1 Pendekatan, jenis dan metode penelitian

1.7.1.1 Pendekatan Penelitian

Dalam penelitian ini penulis menggunakan pendekatan tekstual yaitu

pendekatan yang mengkaji aspek psikologis tokoh dalam karya sastra, di dalam

novel Janda-Janda Kosmopolitan karya Andrei Aksana.

1.7.1.2 Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian kepustakaan (library research).

Penelitian perpustakaan artinya penulis memperoleh data penelitian dari

kepustakaan, seperti buku sastra, buku psikologi serta buku-buku atau informasi

yang relevan lainnya.

1.7.1.3 Metode Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif.

Metode deskriptif ini memaparkan, menguraikan setiap satuan keseluruhan data

yang diperlukan secara sistematis sesuai dengan tujuan dan permasalahan

penelitian.
23

1.7.2 Sumber Data

Sumber data merupakan objek atau subjek yang berada pada suatu wilayah

dan memenuhi syarat-syarat tertentu berkaitan dengan masalah penelitian berupa

unsur-unsur psikologi sastra yang terdapat pada novel Janda-Janda Kosmopolitan

karya Andrei Aksana. Novel ini berjumlah 464 halaman diterbitkan tahun 2010

oleh PT. Gramedia Pustaka Utama dan ini merupakan cetakan ke-2 Januari 2010.

1.7.3 Teknik Penelitian

1.7.3.1 Teknik Pengumpulan Data

Untuk mengumpulkan data penelitian ini, penulis menggunakan teknik

hermeneutik. Teknik ini merupakan teknik baca, catat dan simpulkan. Teknik ini

biasanya mempelajari naskah, maupun kajian sastra yang menelaah roman, novel,

dan cerpen (Hamidy, 2003: 24).

1.7.3.2 Teknik Analisis Data

Teknik yang penulis gunakan untuk menganalisis data penelitian ini sesuai

dengan langkah-langkah kerja sebagai berikut:

1.7.3.2.1 Data yang terkumpul diolah dengan menggunakan teori-teori yang

tercantum pada teori di atas.

1.7.3.2.2 Data yang sudah diolah dikelompokan dan disajikan sesuai dengan

urutan masalah penelitian.


24

BAB II
PENYAJIAN DAN PENGOLAHAN DATA

2.1 Sinopsis Novel Janda-Janda Kosmopolitan

Rossa memiliki orang tua yang supersibuk. Kedua orang tuanya

melimpahkan semua keinginan Rossa dengan kemewahan dan fasilitas, kecuali

perhatian. Rossa kuliah di luar negeri, tidak sempat menyelesaikan kuliahnya

karena dia hamil. Ia meminta pertanggungjawaban dari David teman sesama

kuliahnya. David sempat menolak, mengatakan bahwa bisa saja anak yang

dikandung Rossa bukan anaknya. Namun akhirnya David mengakui dan mau

menikahi Rossa.

Semula Rossa membayangkan setelah menikah dan mempunyai anak

hidupnya akan lebih baik lagi. Semua masalah dalam hidupnya akan berkurang.

Bukannya tambah baik tetapi David malah menuding Rossa sebagai penyebab

dirinya gagal menjadi lulusan sarjana luar negeri. David orang yang dulu sangat

mengagumi Rossa kini telah membencinya. David selalu marah-marah tidak jelas

dan menyebabkan mereka bercerai.

Suatu malam Adys menangis, Rossa sampai kewalahan untuk

menenangkannya. David yang saat itu berada di rumah menutup telinganya, dan

berteriak bahwa ia tidak sanggup lagi tinggal bersama Rossa. David menendang

pintu kamarnya dan menerobos keluar rumah. Rossa memeluk Adys erat-erat,

dilihatnya wajah putrinya itu semakin basah berderai. Rossa baru menyadari tidak

hanya putrinya yang sedang menangis, melainkan air matanya sendiri jatuh

berguguran dengan deras. Tapi sedikit demi sedikit Rossa sadar, ia menangis

16
25

bukan karena sedih justru ia merasa tegar. Barangkali begini lebih baik, ia

membesarkan putrinya sendiri. Entah apa jadinya jika Adys diasuh sosok ayah

yang pemarah seperti David. Rossa sepakat dengan keputusannya dan akan

menjadi ibu sekaligus ayah untuk permata hatinya.

Setiap hari Rossa harus bangun lebih pagi untuk menyiapkan keperluan

Adys, putrinya yang berusia tiga tahun. Ia selalu memasang alaram supaya tidak

terlambat. Tapi yang sering terjadi adalah alaram itu selalu kalah, dengan suara

lengkingan tangis Adys. Adys selalu bangun sebelum alaram Rossa berbunyi.

Seperti hari ini, Rossa masih kewalahan memotong-motong sayuran di dapur

ketika tangis Adys keras sambil berteriak minta dibuatkan susu. Prilly keponakan

Rossa langsung mengendongnya, dan meminta Rossa untuk segera membuatkan

susu untuk Adys.

Rossa mengulurkan botol susu ke arah Adys. Dengan tidak sabar Adys

menyambar botol susu. Sebelah tangan Adys yang tidak memegang botol susu

menggapai-gapai minta digendong. Namun disaat bersamaan bel pintu berbunyi.

Setelah pintu dibuka, seorang perempuan berdiri tegak di hadapannya,

penampilannya sungguh sepektakuler. Gaya pakaiannya trendi. Potongan bajunya

ketat. Memperlihatkan lekuk-lekuk tubuhnya yang bahenol. Ia adalah Nunung

seorang pembantu yang dikirim dari agency. Kehadiran Nunung di rumah Rossa

sangat meringankan bebannya. Nunung sangat cekatan dan bisa di anadalkan

sebagai pembantu rumah tangga sekaligus menjaga Adys.

Adys terlihat berdiri di samping Nunung, ia terlihat segar dan cantik. Baju

yang dikenakannya serasi dengan pita-pita yang melilit rambutnya. Adys terlihat
26

riang, ia juga sangat lucu. Ia memanggil Rossa dengan riang, melepaskan tangan

dari Nunung dan dengan kaki-kaki yang kecil ia berlari menubruk Rossa.

Rossa keluar kamar mandi dengan rambut basah, baru kali ini ia bisa

berlama-lama keramas. Sambil mengeringkan rambut dengan handuk, kali ini ia

akan menata rambutnya dengan hair dryer, dilihat di laci tapi kosong. Rossa

sampai kebingungan mencari hair dryer. Ia tidak keberatan jika Nunung mau

menggunakannya, asal memberi tahu terlebih dahulu. Jadi ia tidak kebingungan

mencarinya.

Nunung yang penuh perjuangan dan pekerja keras memiliki semangat untuk

berbuat yang terbaik. Ia ditugaskan untuk mengurus rumah dan mengantar jemput

Adys ke sekolah. Di sekolah setelah anak-anak masuk kelas, para pembantu

berkumpul di ruang tunggu. Nunung yang penuh semangat selalu mengajari para

pembantu yang lainnya agar selalu menyayangi anak pembantu dan menjaganya.

Memberikan contoh yang baik, karena anak majikan lebih lama dengan para

pembantu. Selain itu Nunung jaga mengajari teman-temanya agar selalu

berpenampilan yang rapi, tidak asal-asalan. Ia juga mengajarkan bagaimana harus

memilih acara televisi yang baik untuk anak majikan.

Selain Nunung yang selalu menemani keseharian hidup Rossa ada sahabat-

sahabat Rossa. Mereka bertemu tiga tahun yang lalu saat arisan, seperti halnya

arisan di kota kosmopolitan teman membawa teman, teman memperkenalkan

teman. Sejak saat itulah Rossa bersahabat dengan Inge, dan Dilla. Rossa

menyukai penampilan yang anggun dan klasik. Dilla nyaman dengan penampilan

yang feminim dan sopan sedangkan Inge lebih berani dia yang paling seksi di
27

antara mereka bertiga. Rossa terlihat sedikit rapuh. Dilla lebih tenang dan penuh

pertimbangan sedangkan Inge kepercayaan dirinya begitu kuat. Menyukai

tantangan, sikapnya cenderung nakal dan liar. Mereka bertiga mempunyai status

yang sama yakni sama-sama janda, bedaannya Rossa memiliki seorang anak.

Seperti biasanya mereka bertiga jalan-jalan, tidak terasa malam begitu larut.

Mereka belum merasa rela untuk langsung pulang. Inge mengusulkan ide ke

clubbing. Rossa pun menyetujuinya namun ia harus menelepon Nunung terlebih

dahulu, memastikan Adys baik-baik saja di rumah. Rossa tidak terbiasa dengan

dunia malam, sehingga agak canggung baginya. Malam itu ia bekanalan dengan

Virlo seorang pekerja kantoran. Hubungan Rossa dan Virlo pun berlanjut. Virlo

menerima Rossa dengan statusnya sebagai janda dan mempunyai satu anak.

Kehidupan Rossa sedikit berubah mengikuti cara hidup Virlo yang penuh dengan

kehidupan malam.

Rossa menghargai bagaimana keadaan Virlo yang sebenarnya. Virlo

menceritakan semuanya pada Rossa. Ia hanya diperlukan di kantor untuk

menendatangani cheque dan surat-surat, proposal. Selebihnya ia main play

station. Ia mengakui bahwa itu semua milik orang tuanya. Ia tidak bermaksud

pamer terhadap Rossa, tetapi ia ingin agar Rossa mengetahui dirinya apa adanya.

Persahabatan mereka bertiga sangat baik. Mereka selalu bersama berbagi

cerita. Hingga terjadilah pecekcokan diantara mereka bertiga. Hal ini disebabkan

oleh Dilla. Dilla mengkhianati persahabatan mereka. Dilla berselingkuh dengan

Virlo. Kejadian itu membuat Inge sangat membenci Dilla. Ia tidak menyangka

sahabatnya yang dikenal diam dan penuh pertimbangan tega melukai sahabatnya
28

sendiri. Namun kejadian itu sangat berarti bagi Rossa, karena dengan demikian ia

dapat memilih calon suami yang lebih baik lagi. Meskipun mereka pernah

mengalami percekcokan mereka bertiga tetap bersahabat kembali seperti biasanya.

Rossa dan Nunung memiliki kisah cerita cinta yang berbeda. Dengan

perasaan malu-malu, Nunung menunjukan foto laki-laki yang telah ia berikan

tambahan gambar bingkai berbentuk hati, Karim namanya. Rossa memperhatikan

foto yang diberikan Nunung. Nunung menceritakan awalnya ia bertemu dengan

Karim. Menceritakan masa lalunya yang penuh dengan kesedihan. Sebelum

bertemu dengan Karim, Nunung menikah dengan lelaki yang ia cintai. Mantan

suaminya adalah Mas Surip, seorang kuli bangunan. Mereka hidup pas-pasan,

hingga Nunung merelakan bekerja sebagai TKW demi hidup bahagia bersama

Mas Surip. Namun suaminya telah mengkhianati cintanya dengan menikahi orang

lain. Ia sangat kecewa akhirnya merantau lagi menjadi TKW serta meminta

agency mengirimnya jauh-jauh dan akhirnya bertemu dengan Mas Karim di

Jeddah.

Perjalanan cerita cinta Nunung berlanjut sampai akhirnya dia akan dilamar

oleh Mas Karim. Acara lamaran pun dilakukan dengan sangat meriah. Orang tua

Nunung sibuk mempersiapkan acara tersebut. Segala sesuatu telah diperhitungkan

baik-baik oleh orang tuanya. Ibunya tidak ingin lamaran yang kedua ini gagal. Ia

mengharapkan Nunung akan mendapatkan calon suami yang lebih baik. Hari

bahagia yang ditunggu-tunggu pun datang. Nunung bersyukur akhirnya ia

mengakhiri setatusnya sebagai seorang janda. Namun harapan tidak sesuai dengan

kenyataan. Karim memang datang tepat waktu pada acara lamaran. Namun ia
29

datang bukan bersama rombongan dan orang tuanya melainkan datang berempat.

Ia datang bersama istri dan kedua anaknya.

Hancur perasaan Nunung merasa telah dibohongi Karim. Dia memutuskan

lamarannya dengan Karim. Karim tidak dapat berbuat apa-apa, ia hanya

mengingatkan kepada Nunung, bahwa sebelumnya Nunung siap menerima Karim

apa adanya. Keputusan Nunung sudah bulat, ia mau menerima Karim apa adanya

bukan karena Karim telah memiliki istri. Meskipun istrinya telah memberi restu

untuk menjadi istri Karim yang kedua. Namun dalam hidup Nunung tidak ada

wanita yang mau menyakiti kaumnya sendiri. Dengan hidup satu atap bersama

dua orang wanita yang mencintai satu pria. Ia tidak mau dikatakan janda yang

merebut suami orang.

Setelah gagal acara lamaran itu, Nunung kembali bekerja dengan Rossa.

Rossa menyambut hangat kedatangan Nunung. Selama Rossa bertemu dengan

Marco hidupnya agak sedikit berubah. Ia kini mempunyai teman cerita disaat

Rossa membutuhkan. Dimanapun Rossa berada, selalu ada Marco yang

menemaninya. Hingga suatu hari, Rossa menceritakan kisah cintanya terhadap

Marco yang kandas. Marco telah memutuskan pertunangan dengan Rossa. Ini

memang kesalahan Rossa. Bukan maksud membohongi Marco dengan statusnya

yang janda dan mempunyai anak. Tapi ia merasa belum tepat untuk menceritakan

keadaannya yang sebenarnya. Rossa sangat menyesal, mengapa dari awal ia

bertemu dengan Marco ia tidak menceritakan latar belakang kehidupannya. Marco

orang yang selama ini telah mengisi hari-hari Rossa telah pergi meninggalkannya.

Sebagai janda harus kuat, jadi janda bukan berarti kita dapat dipermainkan dengan
30

seenaknya. Kita harus dapat membuktikan bahwa kita juga bisa hidup tanpa laki-

laki ujar Nunung.

Pulang kerja sore itu, Rossa merasakan firasat tidak enak. Sesampainya di

depan rumah, ia menemukan suasana di teras terlihat gelap. Biasanya Nunung

tidak pernah lupa menyalakan lampu. Padahal sebentar lagi malam tiba. Rossa

mulai panik, melihat suasana rumah masih seperti pada saat ia tinggalkan. Rossa

memanggil Nunung beberapa kali namun tiada jawaban. Pikirannya langsung

tertuju pada Adys. Ia takut terjadi sesuatu terhadap buah hatinya. Rossa panik dan

menelpon sahabatnya serta polisi. Inge dan Dilla datang setelah beberapa menit

mobil polisi tiba. Mereka langsung memeluk Rossa untuk memberi kekuatan.

Mbak Rossa, jerit Nunung nyaring. Semua orang menoleh terperanjat.

Kamu yang buat gara-gara, kata Inge sengit, dan langsung berdiri dengan mata

melototi Nunung. Dari awal kamu bekerja di sini kamu sering membuat ulah. Apa

kamu tidak tahu ulah kamu membuat Rossa panik. Pada hal ini hanya

miscommunication, karena Rossa yang terlalu cepat panik.

Nunung meminta maaf kepada Rossa. Ia menceritakan bahwa sewaktu

pulang menjemput Adys tidak ada taksi atau bajaj lewat. Mas Reynaldi lewat

tidak sengaja di depan sekolah. Jadi dari pada jalan kaki, mumpung ada

tumpangan, Nunung dan Adys ikut. Ternyata Mas Reynaldi mengajak ke Dufan.

Rossa duduk di ujung ranjang, dan memandangi Nunung dengan bijaksana. Lain

kali kasih kabar dulu Nung, Nunung pun menganguk-angguk.

Setelah kejadian itu, Rossa dikejutkan dengan kejadian berikutnya. Cincin

berlian Rossa hilang. Cincin itu merupakan cincin tunangan Rossa dari Marco.
31

Rossa mondar-mandir dengan resah. Inge dan Dilla ikut prihatin memandanginya.

Dilla memastikan apakah Rossa benar-benar telah menyimpannya. Tapi

kejadianya itu sudah lama, Dilla masih mencoba membuka pemikiran Rossa,

mungkin sudah di pindahkan atau terselip. Inge menyimpulkan ada yang berani

mengambil cincin Rossa, tidak mungkin cincin itu jalan sendiri.

Akhirnya Rossa menggeledah lemari Nunung. Ia menyingkapkan pakaian

demi pakaian dan melongok ke bawah. Di tariknya laci di dalam lemari itu, hanya

ada tumpukan dokumen dan amplop. Rossa terus menggeledah isi kamar Nunung

dan akhirnya ia menemukan dompet berukuran kecil. Dengan tidak sabar ia pun

langsung membuka riseleting itu, Rossa sangat terkejut melihat apa yang ada di

dalam dompet tersebut. Di dalamnaya terdapat lembaran uang hasil kerja keras

Nunung selama ini.

Tiba-tiba Nunung datang, ia langsung masuk ke rumah dan melihat apa

yang terjadi di kamarnya. Kamarnya berantakan, ia menanyakan kepada Rossa

apa yang sebenarnya terjadi. Rossa menjawab bahwa ia sedang mencari cincin

yang hilang. Akhirnya Nunung tahu jawabanya, semiskin-miskinya, sehina-

hinanya dirinya, ia tidak akan mencuri, desis Nunung sambil menangis.

Nunung merasa Rossa sudah tidak percaya lagi denganya, jadi untuk apa Ia

berada di rumah itu. Nunung mengemasi barang-barangnya. Dan ia pun keluar

dari rumah Rossa dengan berlinangan air mata. Percuma Rossa meminta Nunung

untuk tidak meninggalkannya. Adys pun menangis meraung-raung meminta agar

Nunung tidak meninggalkannya. Namun keputusan Nunung sudah bulat. Nunung


32

berjalan ke luar, melintasi jalan dan menemui Mas Reynaldi. Nunung meminta

Mas Reynaldi untuk mengantarkan ke terminal.

Mas Reynaldi adalah seorang penjaga warnet di dekat rumah Rossa.

Nunung mengenal Mas Reynaldi ketika ia sering ke warnet sewaktu Mas Karim

berada di Jeddah. Mas Reynaldi orang yang pandai membuat lelucon. Ia selalu

menganggap bahwa dirinya keren, dengan gaya kumisnya yang melengkung ke

atas. Diam-diam ia menyimpan hati dengan Nunung. Ia jatuh hati pada Nunung.

Dalam perjalanan mengantarkan Nunung ke terminal itulah Mas Reynaldi

menanyakan bagaimanakah isi hati Nunung, apakah Ia masih ada sisa cinta

untuknya. Nunung menjawab tidak bisa, karena masih ada Mas Karim di hatinya.

Setelah peristiwa itu Nunung tinggal di kampung. Ia membuka warung

makan di dekat pinggir jalan. Nunung memulai hidup dari pengalaman-

pengalamannya. Warung makannya pun laris manis. Ia berjualan dibantu oleh

sepupunya. Kabar gembira datang untuk Nunung, Mas Karim telah bercerai

dengan Tini istrinya. Tini telah memilih Prasetiyo orang yang telah membantu

Tini sewaktu ditinggal Karim merantau di Jeddah. Nunung pun sangat gembira,

akhirnya cintanya dengan Karim dapat berlangsung bahagia.

Rossa sangat menyesal telah membuat Nunung pergi meninggalkannya.

Kejadian itu membuatnya seperti kembali ke masa lalu. Ia kini mengurus rumah

tangga sendiri. Tidak ada lagi tempat untuk bercerita kepada Nunung. Kini ia

dibantu keponakannya untuk membantu menjaga Adys, dan pembantu barunya

yang bekerja dari pagi hingga siang hari. Rossa juga sangat kecewa pada

keponakannya, setelah tahu siapa yang mengambil cincin miliknya. Prilly


33

mengaku bersalah, ia tidak bermaksud mengambilnya, ia cuma ingin

memperlihatkan cincin itu ke pacarnya. Agar prilly segera dilamar. Rossa

memaklumi hal itu, dan ia berniat untuk menemui Nunung di kampung dan

meminta maaf.

Ada air mata yang meleleh di pipi Rossa melihat kedatangan Marco. Seperti

telah seribu tahun menanti ini. Biarlah hanya satu detik yang ia miliki saat lelaki

yang dicintainya kembali kepadanya. Ia mengadakan janji malam itu pada Marco.

Mereka saling menceritakan pengalaman mereka selama berpisah. Dan akhirnya

Marco mengusulkan akan memulai kembali hubungan mereka dengan yang baru

tanpa ada yang disembunyikan lagi. Rossa pun menyetujui permintaan Marco.

Mereka bejanji akan bertemu keesokan harinya. Marco meminta agar Rossa juga

membawa Adys. Rossa bergandengan dengan Adys menuju ruang depan. Sekali

lagi ia melihat Adys. Memastikan apakah Adys betul-betul telah siap

diperkenalkan kepada calon ayahnya.

Bel pintu pun berdering. Rossa membukakan pintu perlahan, dan Rossa

terjajar mundur ketika melihat siapa yang datang. David berdiri pas di depan

Rossa. David menyapa Rossa dengan senyuman. Bukan dengan gayanya yang

dulu. Sekarang ia sungguh terlihat berbeda. Barangkali peristiwa dan

pengalamannya dulu membuatnya berubah. Adys hanya membisu mengawasi

leleki di depannya itu dengan polos. Mungkin ia sudah merasakan ada pertalian

darah dengan lelaki tersebut. Jadi ketika David mencium pipinya, Adys diam saja.

Tiba-tiba Rossa merasakan puing-puing yang dulu rapuh kini kokoh

kembali. Ia, David dan Adys seperti masa-masa itu, tahun-tahun yang berlalu.
34

Rosa mendengar deru mobil yang berhenti di luar pagar rumahnya. Tanpa melihat

pun, ia pasti tahu Marco yang datang. Dan ia paham, Ia hanya punya satu detik

untuk memilih. Cinta pertamanya dengan David, ataukah cinta terindah dengan

Marco, harus diakhiri ataukah diawali.

2.2 Data Penelitian

TABEL 1. KUTIPAN PERWATAKAN TOKOH DAN KONFLIK NOVEL


JANDA-JANDA KOSMPOLITAN KARYA ANDREI AKSANA

No Bagian Kutipan Halaman


I Perwatakan tokoh “Rossa menyukai penampilan yang 415
1. Rossa klasik. Rambutnya yang tergerai
cenderung pirang lebih sering di-blow
out bergelombang. Rossa berkulit putih
cnderung indo, diturunkan dari ayahnya
yang memiliki campuran Belanda. Rossa
terlihat sedikit rapuh dengan matanya
yang indah namun sendu” (Aksana,
2010: 415).

“Rossa memeluk Adys erat-erat. 46


Dilihatnya wajah putrinya itu semakin
basah berderai. Belakangan ia
menyadari. Bukan Cuma putrinya yang
sedang menangis. Air matanya sendiri
jatuh berguguran dengan deras.
Tapi sedikit demi sedikit Rossa sadar. Ia
menangis bukan karena sedih. Sekarang
justru ia merasa tegar. Barangkali
begini lebih baik. Membesarkan
putrinya sendiri. Entah apa jadinya jika
Adys diasuh sosok ayah yang pemarah
seperti David”(Aksana,2010: 46).
35

Sambungan tabel 1
Kam Kami akan meminta laboratorium untuk 320
mengirimkan hasil pemeriksaan
secepatnya. Jika Ibu menyetujuinya,
kami juga akan meminta mereka
melakukan tes serologi untuk sampel
darah ini, untuk memastikan apkah
penyakit yang diderita adalah demam
berdarah atau tifus.”
sSilahkankan, Dok,” sahut Rossa
mengangguk. sambil mengusap-usap
kepala Adys, yang telah direbahkan
kembali di ranjang, agar cepat tidur.
“Saya tidak peduli berapapun biayanya.
Yang penting anak saya cepat sembuh”
(Aksana 2010: 320).
417-418
“Sudah…sudah…”Rossa menggapai-
gapaikan tangan untuk menghalau
keduanya.”Kita jangan bertengkar.
Kemari, Dilla. Ayo kemari…”
Inge sampai membelalak terkesiap
melihat sikap Rossa.
“Rossa!” protesnya keras. “ Dia baru saja
mengkhianatimu!”
“Kita perempuan jangan saling menyakiti
sesama perempuan…,” desah Rossa
tersedu, hanya karena memperebutkan
laki-laki…”
“Tapi mengapa kamu menangis?” Tanya
Inge heran. “ itu artinya kamu kecewa
dengan pengkhianatan Dilla, kan?”
Aku menangis karena menyesal telah
mengenal Virlo,”sahut Rossa
pedih,”karena aku hampir saja memilih
laki-laki yang salah…”
Rossa meminta Dilla untuk mendekat.
Ragu-ragu Dilla melangkah, ketakutan
seperti pencuri yang akan dijatuhi
hukuman. Tapi Rossa tersenyum tulus
kepadnya” (Aksana,2010: 417- 418).
36

Sambungn tabel 1

2. Nunung “Seorang perempuan berdiri tegak di 12


hadapannya. Penampilannya sungguh
spektakuler. Gaya pakaiannya trendi.
Berkacamata hitam.
Potongan bajunya ketat. Memperlihatkan
lekuk-lekuk tubuhnya yang… hmm apa,
ya, istilahnya? Bahenol? Montok?
“Good afternoon, Mbak,” ia menyapa
dengan gaya kemayu. Mencampur aduk
bahasa inggris dengan logat jawa yang
medok. Terdengar lucu namun
menyenangkan. “ Saya yang mau
melamar kerja”.
Rossa mengrenyitkan kening. “ Kamu…
nggak salah alamat?”
“Lho… piye toh iki…” Setiap kali
perempuan itu bicara, pundaknya pun ikut
bergerak bergantian ke depan dan ke
belakang. Meriah sekali.” Mbak ini Mbak
Rossa, kan?” (Aksana, 2010: 12).

“Entah kapan Nunung muncul di sana. 35


Tahu-tahu saja ia telah berdiri di samping
Rossa dan mengulurkan tanganya. Rossa
menoleh kaget. Melihat Nunung
membawakan segelas air, dua tetes air
mata jatuh bergulir begitu saja di pipi
Rossa. Cepat ia menyekanya, tak mau
Nunung mengetahui
kesedihanya”(Aksana, 2010: 35).

“Yang “Yang aku maksud,” sela Nunung 64


menengahi,”nilai kita lebih dari sekedar
pembantu. Coba lihat sedang apa kita
sekarang…”
“menunggu bubar sekolah,” sahut Atun
Polos.
“tahu siapa yang kita tunggu?” Tanya
Nunung sekali lagi.
“Anak majikan,” celetuk Atun cepat.”
“tahu siapa mereka,? “ ya anak
majikan,”jawab atun bolot “ Mbakyu
pengen tau namanya opo piye?”
37

Sambungan tabel 1

“Kalian ingat ndak waktu pelajaran kita


waktu itu? Mereka itu generasi penerus
bangsa ini.” Jelas Nunung tegas. “dan siapa
yang menjaga mereka?”
“Pembantu” jawab seisi beranda
itu”(Aksana, 2010: 64).

“Sesuai dengan kontrak yang mengikatnya, 136


bertahun-tahun Nunung hidup terpisah
dengan suaminya. Karena desa mereka
berada di pelosok Gunung Kidul, mereka
hanya bisa berkomunikasi dengan surat.
Nunung membanting tulang di negara
orang, menyimpan setiap tetes hasil
keringatnya, mengumpulkan gajinya, dan
mengirimkannya kepada Mas
Surip”(Aksana, 2010: 136).
“Wualah, modern tenan”, decak Nunung 163
terkagum-kagum. Wajahnya melekat ke
kaca mobil, dengan antusias memandangi
suasana kota yang gemerlap oleh lampu.
Norak, kampungan sekali. Tapi begitulah
Nunung. Ia tidak pernah menutup-nutupi
dirinya”(Aksana, 2010: 163).
“Sedangkan Inge lebih berani, ia yang
3. Inge 415
paling seksi diantara mereka bertiga.
Rambutnya lurus, hitam tergerai.
Pakaiannya selalu terbuka. Tungkai
kakinya yang panjang selalu berada di atas
stiletto. Inge berkulit kecoklatan begitu
eksotis, ditunjang dengan wajahnya yang
memiliki mata dengan sorot menantang dan
bibir yang sensual. Kepercayaan dirinya
begitu kuat. Menyukai tantangan.
Barangkali gairahnya meledak-ledak.
Sikapnya cenderung nakal dan liar. Bahkan
tidak segan-segan menggoda lawan
jenisnya”(Aksana, 2010: 415).
38

Sambungan tabel 1

“Bangun tidur, semuanya sudah bares,” 24


Jelas Rossa bersemangat.”Adys sudah siap,
breakfast sudah tersedia. Tadi pagi aku
mengajari Nunung mengantar Adys ke
preschool. Jadi mulai besok, aku bisa
bangun lebih siang, dan mulai hari ini aku
leluasa bekerja…”
“Top banget ya si Nunung…”
“Money talks…,” sambar Inge yang tahu-
tahu muncul di ambang pintu, nanti
ngelunjak. Lihat saja. Bulan depan pasti dia
minta gajinya naik!”(Aksana, 2010: 24).

“Hanya Inge yang rupanya masih 279


penasaran. Sebelum wajahnya lenyap di
balik pintu, ia mendelikkan matanya
kepada Nunung.”Awas, kalau bikin ulah
lagi!”ancamnya galak.”Saya jebloskan ke
penjara!” Nunung sampai tertunduk dengan
perasaan bersalah. Tapi dengan penuh
pengertian, Rossa sengaja mengusap
pundaknya di depan Inge. Hanya
miscommunication, Nge,” kata Rossa
arif.”Aku juga terlalu cepat panik”(Aksana,
2010: 279).
“Seperti biasa, Inge yang paling agresif. Ia 307-308
yang paling dulu menyambar tangan lelaki
itu.“Call me Inge,” sahutnya sambil tak
seolah sengaja menyibakkan bagian atas
kemejanya. Pasti supaya lehernya yang
jenjang dan belahan dadanya yang
menggiurkan makin terlihat”(Aksana,
2010: 307-308).
4. Dilla 415
“Dilla nyaman dengan penampilan feminim
dan sopan. Rambutnya yang dicat
kecoklatan dipotong layering, sehingga
terlihat modern. Dilla juga berkulit putih,
namun terlihat Indonesia, karena mengalir
darah Sunda dalam darinya. Dilla lebih
tenang dan penuh pertimbangan.
39

Sambungan tabel 1

Sesuai dengan matanya yang kecil dan


selalu menyipit setiap kali menilai masalah,
menunjukan sikapnya yang selalu sabar dan
berpikir panjang sebelum memutuskan
masalah”(Aksana, 2010: 415).

“Mungkin Rossa tidak sampai hati 246


menyakiti Marco dengan mengungkapkan
statusnya,” bela Dilla sengit.
“Itu resiko kita sebagai janda,”sela Inge
tegas.” Kita harus menghadapi kenyataan!
Atau kamu yang tidak berani, Rossa?
Karena dengan mengakui keadaanmu,
kamu takut kehilangan Marco lebih cepat?”
“Kalau saja aku mengatakan lebih awal…”
bisik Rossa penuh sesal.
“Barangkali Marco akan menerima mu apa
adanya,” sahut Dilla menghibur
sahabatnya.” Masing-masing orang
mempunyai masa lalu. Cinta yang tulus
mau menerima kekurangan dan
kelebihan…”(Aksana, 2010: 246).

“Rossa sempat terjajar mundur melihatnya.


Bukan Cuma terpukul menyaksiksan 414
pengkhianatan Virlo. Tapi juga karena
mengetahui siapa perempuan yang sedang
diciumi Virlo dengan penuh nafsu itu.
Muda. Cantik. Menggairahkan. Perempuan
yang sangat dikenal Rossa. Sahabatnya
sendiri…” (Aksana, 2010: 414).

5. Adys “Mama…,” panggil Adys riang. Ia 21


melepaskan genggaman tangannya dari
Nunung, dan dengan kaki-kakinya yang
kecil ia berlari menubruk
Rossa.”Mama…,”(Aksana, 2010: 21).

6. David “Kamu merenggut mimpiku untuk menjadi 41


sarjana lulusan luar negeri!” raung David
mengulang-ulang keluh kesahnya.
40

Sambungn tabel 1

Meskipun Rossa hanya membisu dan


mengalah, David tetap tidak puas. Ia
membanting-banting barang untuk
melampiaskan kekecewaanya”(Aksana,
2010: 41).

“Ia menerjang keluar kamar, lalu 46


membanting pintu. Dan Rossa paham.
Percuma ia mengejar. Pintu itu telah
tertutup rapat. David tidak akan pernah
kembali dari sana”(Aksana, 2010: 46).
“Entah apa yang mendorong hati David. 393
Biasanya ia tidak suka dengan anak keci.
Melihat sorot mata anak ini yang begitu
polos, tiba-tiba saja David merasa
tersentuh. David berlutut, memandangi
anak kecil itu dengan takjub. Bukan, desis
David dalam hati. Ini bukan putra saya.
Saya memiliki putri…kira-kira seumuran
anak ini. Barangkali ia sekarang sudah
sebesar dan selucu anak ini…namanya
Adys…”(Aksana, 2010: 393).

7. Marco “Betul kan keputusan saya,” ujar Marco 99-100


senang. Ditariknya kursi untuk Rossa,
ditunggunya hingga Rossa duduk, barulah
ia menyusul duduk di hadapanya. “Gaun
itu cocok untuk mu”. “Terima kasih,” Tapi
pasti ada yang kecewa karena tidak jadi
mendapatkan gaun ini…”
“Marco mengajak Rossa ke restoran
mewah di puncak hotel berbintang lima.
Restoran itu dikenal dengan makanan dari
segala penjuru dunia. Interiornya demikian
megah. Jendela-jendela kaca besar
memperlihatkan pemandangan kota malam
hari yang gemerlap. Tirai-tirai bludru
menjuntai. Chandelier bergelantungan
dimana-mana”(Aksana, 2010: 99-100).
41

Sambungan tabel 1

“Sory, Rossa,” Suara Marco terdengar 209


buru-buru.” Ada meeting mendadak. Aku
belum tahu apakah memungkinkan datang
ke sana. Worse comes to worst, just go
ahead without me. “ Tapi…,” sela Rossa
gusar,”bagaimana…
“Don’t worry, all payment is setteled,”
kata Marco menegaskan. dilatar belakang
terdengar suara orang-orang yang
bercakap-cakap serius, dan memanggil-
manggil Marco untuk segera bergabung.
Marco meminta izin kepada Rossa untuk
menyudahi telepon”(Aksana, 2010: 209).

8. Virlo “Aku hanya diperlukan di kantor untuk 262-263


menandatangani cheque dan, surat-surat,
dan budget proposal,” cerita Virlo tergelak.
“selebihnya, aku main play station di ruang
kerjaku”.
Rossa menghargai kejujuranya. Susah
mencari pria jujur di Jakarta. Banyak yang
belagak kaya. Naik turun Lexus. Padahal
hanya menyewa….
Virlo berbeda ia mengatakan dengan terus
terang bahwa semua yang dimilikinya
adalah fasilitas orang tuanya. Tidak
bermaksud pamer. Tidak bernada
menyombongkan. Ia hanya ingin Rossa
mengetahui dirinya apa adanya”(Aksana,
2010: 262-263).

“Aku janda…” sambung Rossa tergelak. 381


Dipindahkanya tangan Virlo ke pangkuan
lelaki itu sendiri.
“Aku tidak peduli…,” sahut Virlo meringis.
“Aku punya anak…”
“Aku tidak peduli…Aku tidak peduli…”
(Aksana, 2010: 381).
“Rossa melangkah semakin dekat. 381
Tangannya terulur untuk meraih tangkai
pintu. Tapi sebelum ia berhasil
memegangnya, pintu itu sudah bergerak
lebih dulu dari dalam. Pintu terbuka lebar.
42

Sambungan tabel 1

Dari dalam Virlo muncul hanya 414


mengenakan celana boxer, bertelanjang
dada, sambil memagut bibir seorang
perempuan. Entah apa yang mereka
lakukan tadi di atas ranjang di dalam kamar
tidur sana”(Aksana, 2010: 414).

9. Mas “Barangkali Tuhan yang mengirimkan 155


Karim lelaki itu untuk menyelamatkannya.
Barangkali Tuhan yang menakdirkan lelaki
itu berada di sana. Ketika mendengar
teriakan Nunung, lelaki itu melesat
sekencang angin puyuh menembus lalu-
lalang orang-orang di jalan, mengejar
pencopet itu” (Aksana, 2010: 155).

“Karena struktur kotanya di pesisir pantai, 161


Nung,” jawab Karim Sabar. “Makanya di
sini banyak mobil bagus yang lecet dan
penyok. Soalnya kondisi jalan yang lurus
dan lebar membuat pengemudi menyetir
asal-asalan”(Aksana, 2010: 161).

10. Mas “Pasti lagi patah hati… iya, kan…iya, 265


Reynaldi/ kan?” godanya sambil langsung memasang
Mas Mu pose andalan. Menyandar sambil mengusap
rambutnya yang seperti rumput terbakar. “
Buktinya itu…ngelamun sambil nyanyi…
iya, kan..iya, kan?” (Aksana, 2010: 265).

“Ketika kereta api tiba, Mas Mu 411


mengantarkan Nunung naik ke gerbong,
dan membantu mengangkat koper Nunung.
Saat itu Mas Mu juga masih menahan diri
untuk tidak berkata apa-apa. Ia hanya
mengulurkan sapu tanganya, untuk
digunakan Nunung menghapus air matanya
yang tidak berhenti mengalir” (Aksana,
2010: 411).
43

Sambungan tabel 1

II Konflik “Sekarang Rossa berkata dengan keras 52


Eksternal kepada Sam,” Aku bukan bank!”
1. Rossa “No money, no honey!”Sam juga menjawab
dengan Sam, sama tegasnya” (Aksana, 2010: 52)
para Sahabat,
“Artinya kita semua di sini lebih 83
David, dan
mendukung mereka menjadi TKW di
Marco Negara orang, untuk mendapatkan
penghasilan yang tinggi?” Tanya Rossa iba.
”Mengapa bukan kita yang menghargai
jerih payah mereka? Kita saja kalau bekerja
di kantor, selalu menginginkan gaji yang
lebih tinggi setiap pergantian tahun.
Pembantu bekerja di rumah kita, menjaga
rumah kita, menyayangi anak-anak kita…
Seperti inikah cara kita menghargai
mereka? Setega inikah cara kita
menghargai setiap tetes keringat yang
mereka kuras untuk kita? Lalu bagaimana
dengan kesetiaan mereka, pengabdian
mereka… tidakkah kita sepantasnya
membayar mereka dengan layak?”
(Aksana, 2010: 83).

“Perkawinan yang sebelumnya berlangsung 40


setelah pesta berakhir. Dan bagi David
yang belum puas menikmati masa gaulnya,
perkawinan menjadi seperti penjara. Kalau
dulu ia begitu mengagumi Rossa sekarang
ia begitu membenci Rossa. Menudingnya
sebagai biang keladi terenggutnya
kebebasan David” (Aksana, 2010: 40).

“Marco tidak pernah lagi melanjutkan 243


langkahnya untuk menghampiri Rossa.
Seperti ada jurang yang tiba-tiba menganga
di antara mereka. Dan Marco betul-betul
berhenti tidak mau menyebrangi. Ia malah
berbelok menjauh, bergegas menuruni anak
tangga. “Marco…,” pekik Rossa pilu.
Dengar dulu penjelasanku…!” Tidak
sepatah kata pun yang tercetus dari bibir
Marco yang membeku. Terseok-seok Rossa
44

Sambungan tabel 1

mencoba berusaha mengejar, kepayahan


karena high heels yang di kenakanya
sementara ia harus secepat itu meniti anak
tangga. Rossa mengulurkan tangannya,
nyaris meraih bahu lelaki itu. Tapi di saat
bersamaan, tangis Adys pecah” (Aksana,
2010: 243).

“Aku memang janda .”cetus Nunung 373


lantang. “Tapi akau nadak akan pernah
menggaet suami atau pacar kalian. Kita ini
sesama perempuan, ndak boleh saling
menyakiti. Menjaga martabat setinggi-
tingginya!”
“Menjadi janda bukan keinginan
perempuan,” lanjut Nunung tegas. “
mengapa janda sering dicemooh,
disisihkan, sedangkan duda malah
disanjung? Sebagi perempuan kita harus
mandiri” (Aksana, 2010: 373).

“Kalau laki-laki ingin menikahi janda, 255-256


sudah pihak keluarga akan menentang
habis-habisan,” sahut Inge meradang.
“Belum lagi masyarakat yang mencibir.
Menganggap si janda-lah yang
menggodanya,” (Aksana, 2010: 255-256).

“Tubuh Dilla bergetar hebat karena 417


perasaan bersalah. “Aku Cuma perempuan
biasa…,” desahnya parau, “yang butuh
didekap, butuh disentuh, …oleh laki-
laki…” Laki-laki lain! Bukan milik
sahabatmu sendiri!” desis Inge geram. “
Kamu boleh bilang aku nakal dan binal,
tapi akau tidak akan tidur dengan pacar
sahabatku sendiri!” (Aksana, 2010: 417).

III Konlik Internal “Kabar gembira, Mbak Rossa,” entah suara 326-327
1. Rossa siapa yang berseru diujung sana. Rossa
tidak mengenal nomor telepon kantor yang
terpampang di layar ponselnya tadi. “Pihak
45

Sambungan tabe 1

investor tertarik dengan proposal Mbak.


Mereka meminta bertemu nanti sore.”
Memang kabar gembira. Hanya waktunya
yang tidak tepat.
“Boleh,” sahut Rossa meracau, tidak bisa
fokus lagi.”Silakan datang ke rumah
sakit…. “ (Aksana, 2010: 326-327).

“Aku capek hidup begini terus…,” desis 403


Rossa gusar, dan bibirnya mengelak dari
serbuan tangan dan bibir Virlo. “Aku bosan
dengan kehidupan malam yang semu
seperti ini. Tidak bisakah kita punya
kehidupan yang lebih nyata?” (Aksana,
2010: 403).

2. Nunung “Saya Lastri,” sahut perempuan itu 140


yakin.”Istrinya Masa Surip”.
Tas Nunung terjatuh dengan keras ke lantai.
Menimpa kaki Nunung. Tapi ia tahu.
Bukan karena itu ia menjerit pilu. Ada rasa
sakit yang seperti membunuhnya di sini.
Mengoyak-ngoyak dadanya” (Aksana,
2010: 140).

3. Adys “ Adys menjerit sambil menangis karena 409-410


Nunung tetap saja berjalan. Tidak
menunggunya. Bahkan juga tidak
menengok. Dengan kaki–kaki yang mungil,
tiba-tba saja Adys bisa berlari dengan gesit,
sampai Rossa kewalahan menangkapnya
karena selalu terlepas. Adys memburu
Nunung sampai ke beranda” (Aksana,
2010: 409-410).

4. Virlo “Sebelum ia terhanyut lebih jauh, akal sehat 309


Rossa berfungsi kembali. Perlahan ia
mendorong tubuh Virlo menjauh.
“Istirahat dulu,” cetus Rossa mengelak.
Begegas ia kembali ke kursinya, dan duduk
di sana” (Aksana, 2010: 309).
46

Sambungan tabel 1

5. Mas “Nunung ingat janji Nunung?” tanya 255


Karim Karim sambil mendekati Nunung.
“Nunung bilang, Nunung rela berkorban
demi Mas…Nunung bilang Nunung siap
menerima Mas apa adanya…Nunung
bilang Nunung siap jadi istri Mas apa
adanya” (Aksana, 2010: 225).

6. Mas “Aku meminta maaf, Mas Mu,” desahnya 412


Reynaldi/ tersendat. Hanya itu. Lalu lidahnya
Mas Mu membeku lagi.
Mas Mu menatapnya lekat-lekat. Mencari
pendar yang di tunggunya, tapi tak
berhasil menemukanya.“Kowe ndak
mencintaiku yo, Nung?” Tanya Mas Mu
kecewa. Nunung menunduk dengan
perasaan bersalah. “Aku wes berusaha,
Mas Mu…”
“Tapi ndak berhasil?” Mas Mu menggigit
bibirnya pedih. “Aku yang salah, Mas
Mu, desis Nunung galau. “Aku yang
ndak bisa melupakan Mas Karim.
Rahang Mas Mu mengejang. Seperti
menahan rasa sakit yang sangat”.
“Kamu baik, Mas …,” lanjut Nunung
lemah, tapi maaf… masih ada Mas
Karim di hatiku”. (Aksana, 2010: 412).

2.2.1 Perwatakan Tokoh

Untuk menganalisis perwatakan tokoh dalam novel Janda-Janda

Kosmopolitan karya Andrei Aksana, penulis menggunakan teori yang

dikemukakan oleh Jakob Sumardjo, dan Altenbeard & Lewis yang dijelaskan

dalam Nurgiantoro.

Untuk menentukan perwatakan dapat diketahui melalui, apa yang

diperbuatnya, melalui tindakan-tindakannya, melalui ucapan-ucapannya, melalui


47

penggambaran fisik tokoh, melalui pikiran-pikiran, melalui penerangan secara

langsung.

Berdasarkan teori yang sudah dikemukakan pada bagian 1.6.2 tentang

perwatakan tokoh, ada dua cara pengarang mengungkapkan perwatakan yaitu

teknik analitis dan teknik dramatis.

Dengan mengacu pada teori di atas maka peneliti dapat mengemukakan

perwatakan yang terdapat dalam novel Janda-Janda Kosmopolitan karya Andrei

Aksana sebagai berikut:

2.2.2.1 Rossa

Rossa adalah tokoh utama dalam novel Janda-Janda Kosmopolitan karya

Andrei Aksana. Ia berpenampilan klasik, berkulit putih, rambut yang pirang

terlihat sedikit agak rapuh dan memiliki mata yang indah namun sendu. Watak

Rossa dalam hal ini dijelaskan dengan cara analitis. Dengan menyebutkan

bagaimana gambaran fisik, prinsip dan perwatakan secara langsung. Hal ini

terlihat dalam kutipan berikut :

“Rossa menyukai penampilan yang klasik. Rambutnya yang tergerai


cenderung pirang lebih sering di-blow out bergelombang. Rossa berkulit
putih cenderung indo, diturunkan dari ayahnya yang memiliki campuran
Belanda. Rossa terlihat sedikit rapuh dengan matanya yang indah namun
sendu” (Aksana, 2010: 415).

Dari kutipan di atas memperlihatkan kepada kita bahwa Rossa memiliki

sikap yang sedikit rapuh jika ia mempunyai masalah dengan pacarnya. Selain itu

ia juga senang berpenampilan yang klasik. Meskipun demikian ia juga dapat


48

menyesuaikan bagaimana cara kehidupan di kota metropolitan, dengan cara

menge-blow out rambutnya, agar terlihat modern.

Selain ciri fisik pada tokoh Rossa di atas, ia juga memiliki ketegaran dalam

menjalani hidup. Sebagai seorang janda ia mampu menjadi ayah sekaligus ibu

bagi putrinya Adys. Ketegaran Rossa dapat dilihat pada kutipan sebagai berikut:

“Rossa memeluk Adys erat-erat. Dilihatnya wajah putrinya itu semakin


basah berderai. Belakangan ia menyadari. Bukan Cuma putrinya yang
sedang menangis. Air matanya sendiri jatuh berguguran dengan deras.
Tapi sedikit demi sedikit Rossa sadar. Ia menangis bukan karena sedih.
Sekarang justru ia merasa tegar. Barangkali begini lebih baik. Membesarkan
putrinya sendiri. Entah apa jadinya jika Adys diasuh sosok ayah yang
pemarah seperti David”(Aksana,2010: 46).

Dari kutipan di atas dapat kita ketahui watak Rossa yang menggambarkan

ketegarannya. Mampu menerima keputusan dengan mengasuh putrinya seorang

diri. Rossa tidak ingin anaknya diasuh oleh ayahnya yang pemarah. Watak Rossa

pada kutipan diatas dikemukakan secara analitis atau langsung, karena pengarang

langsung menyebutkan watak sang tokoh yang tegar dalam menghadapi cobaan.

Watak Rossa dalam novel Janda-Janda Kosmopolitan karya Andrei Aksana

juga sangat menyayangi putrinya. Rossa sanggup melakukan apa saja demi

melihat Adys sembuh. Berapapun biaya Rumah Sakit akan ia bayar untuk melihat

putrinya bisa bermain ceria seperti dulu. Dalam hal ini watak Rossa diperkenalkan

secara dramatis, melalui teknik dialog tokoh seperti yang terlihat dalam kutipan di

bawah ini:

“Kami akan meminta laboratorium untuk mengirimkan hasil pemeriksaan


secepatnya. Jika Ibu menyetujuinya, kami juga akan meminta mereka
melakukan tes serologi untuk sampel darah ini, untuk memastikan apakah
penyakit yang diderita adalah demam berdarah atau tifus.”
“Silahkan, Dok,” sahut Rossa mengangguk. sambil mengusap-usap kepala
Adys, yang telah direbahkan kembali di ranjang, agar cepat tidur. “Saya
49

tidak peduli berapapun biayanya. Yang penting anak saya cepat sembuh”
(Aksana 2010: 320).

Kutipan di atas memperlihatkan kepada kita bagimana sikap seorang ibu

yang begitu menyayangi anaknya. Ia begitu menyayangi putrinya dengan

mengusap-usap kepala anaknya untuk memberikan perhatian. Rossa mengizinkan

Dokter mengambil sampel darah putrinya untuk mengetahui apakah Adys

menderita demam berdarah atau tifus. Karena dengan mengetahui penyakit apa

yang diderita akan mempermudahkan menjalani proses penyembuhan.

Tokoh Rossa juga berwatak pemaaf. Rossa tidak menyimpan dendam

terhadap orang yang telah mengkhianatinya. Ia malah merasa bersyukur dengan

adanya peristiwa itu. Rossa memaafkan sahabatnya dan kembali bersahabat

seperti tidak ada kejadian apa-apa. Watak Rossa dalam hal ini dikemukakan

secara dramatis melalui teknik dialog. Dalam hal ini dapat dilihat pada kutipan

berikut:

“Sudah…sudah…”Rossa menggapai-gapaikan tangan untuk menghalau


keduanya.”Kita jangan bertengkar. Kemari, Dilla. Ayo kemari…”
Inge sampai membelalak terkesiap melihat sikap Rossa.
“Rossa!” protesnya keras. “ Dia baru saja mengkhianatimu!”
“Kita perempuan jangan saling menyakiti sesama perempuan…,” desah
Rossa tersedu, hanya karena memperebutkan laki-laki…”
“Tapi mengapa kamu menangis?” Tanya Inge heran. “ itu artinya kamu
kecewa dengan pengkhianatan Dilla, kan?”
Aku menangis karena menyesal telah mengenal Virlo,”sahut Rossa
pedih,”karena aku hampir saja memilih laki-laki yang salah…”
Rossa meminta Dilla untuk mendekat. Ragu-ragu Dilla melangkah,
ketakutan seperti pencuri yang akan dijatuhi hukuman. Tapi Rossa
tersenyum tulus kepadnya” (Aksana,2010: 417- 418).

Dari kutipan di atas kita dapat melihat bagaimana watak Rossa yang

pemaaf. Mau memaafkan kesalahan orang lain. Padahal sahabatnya Inge, belum

siap untuk memaafkan Dilla, tapi Rossa langsung memaafkan Dilla. Rossa malah
50

bersyukur dengan kejadian yang menimpa dirinya, karena dengan demikian ia

tidak memilih orang yang salah untuk dijadikan ayah bagi Adys.

2.2.2.2 Nunung

Nunung adalah pembantu Rossa. Tokoh Nunung ini pada dasarnya

mempunyai ciri fisik yang senang berpenampilan trendi, bentuk tubuh yang

bahenol, gaya berbicara yang kemayu, selalu mencampuradukkan dengan bahasa

inggris dengan logat jawa. Jika berbicara selalu pundaknya pun ikut bergerak

bergantian ke depan dan ke belakang. Pernyataan di atas dapat dilihat pada

kutipan berikut ini:

“Seorang perempuan berdiri tegak di hadapannya. Penampilannya sungguh


spektakuler. Gaya pakaiannya trendi. Berkacamata hitam.
Potongan bajunya ketat. Memperlihatkan lekuk-lekuk tubuhnya yang…
hmm apa, ya, istilahnya? Bahenol? Montok?
“Good afternoon, Mbak,” ia menyapa dengan gaya kemayu. Mencampur
aduk bahasa inggris dengan logat jawa yang medok. Terdengar lucu namun
menyenangkan. “ Saya yang mau melamar kerja”.
Rossa mengrenyitkan kening. “ Kamu… nggak salah alamat?”
“Lho… piye toh iki…” Setiap kali perempuan itu bicara, pundaknya pun
ikut bergerak bergantian ke depan dan ke belakang. Meriah sekali.” Mbak
ini Mbak Rossa, kan?” (Aksana, 2010: 12).

Dari kutipan di atas dapat dilihat bahwa tokoh Nunung senang penampilan

trendi dan berkaca mata hitam. Ia menggunakan potongan baju yang ketat,

sehingga lekuk-lekuk tubuhnya terlihat. Selain itu ia senang mencampuradukkan

bahasa inggris dengan menggunakan logat jawa yang medok. Gaya berbicaranya

yang selalu pundaknya pun ikut bergerak bergantian ke depan dan ke belakang.

Watak Nunung pada kutipan di atas dikemukakan secara analitis atau langsung,

karena pengarang langsung menyebutkan ciri fisik tokoh secara langsung.


51

Selain dari ciri fisik di atas tokoh Nunung juga memiliki watak yang

perhatian ia mampu menghibur kesedihan orang lain. Nunung menghibur Rossa

dengan memberikan segelas air minum di saat Rossa sedih. Untuk lebih jelas

berikut kutipan yang berhubungan dengan penjelasan di atas.

“Entah kapan Nunung muncul di sana. Tahu-tahu saja ia telah berdiri di


samping Rossa dan mengulurkan tanganya. Rossa menoleh kaget. Melihat
Nunung membawakan segelas air, dua tetes air mata jatuh bergulir begitu
saja di pipi Rossa. Cepat ia menyekanya, tak mau Nunung mengetahui
kesedihanya”(Aksana, 2010: 35).

Dari kutipan di atas dapat di lihat bahwa Nunung memang memiliki jiwa

yang luhur. Memperhatikan sekelilingnya, dan ia pun memahami keadaan yang

sedang dialami oleh orang lain. Dengan memberikan segelas air minum,

sedikitnya telah membuat orang lain senang dan diperhatikan. Watak Nunung

yang demikian dikemukakan secara analitis dengan cara tingkah laku tokoh secara

langsung.

Selain itu watak Nunung juga penuh perjuangan dan semangat. Ia

menyemangati kepada rekan-rekan pembantu lainya. Bahwa pembantu rumah

tangga adalah pekerjaan yang mulia. Karena semua urusan anak-anak majikan

menjadi tugas pembantu. Selain itu pembantu juga mengurus kebutuhan keluarga

majikan. Dalam hal ini terlihat dalam kutipan:

“Yang aku maksud,” sela Nunung menengahi,”nilai kita lebih dari sekedar
pembantu. Coba lihat sedang apa kita sekarang…”
“menunggu bubar sekolah,” sahut Atun Polos.
“tahu siapa yang kita tunggu?” Tanya Nunung sekali lagi.
“Anak majikan,” celetuk Atun cepat.”
“tahu siapa mereka,?
“ ya anak majikan,”jawab atun bolot “ Mbakyu pengen tau namanya opo
piye?”
“Kalian ingat ndak waktu pelajaran kita waktu itu? Mereka itu generasi
penerus bangsa ini.” Jelas Nunung tegas. “dan siapa yang menjaga mereka?”
52

“Pembantu” jawab seisi beranda itu”(Aksana, 2010: 64).

Dengan demikian dapat dikatakan bahwa Nunung mempunyai watak yang

ingin menyemangati teman-temanya, bahwa pembantu adalah tugas yang mulia.

Ia juga bekerja keras memperjuangkan bahwa pembantu itu harus memiliki

keterampilan. Perwatakan pada kutipan di atas disampaikan dengan cara dramatis,

melalui teknik dialog.

Selain watak Nunung yang mempunyai semangat perjuangan, watak

Nunung juga pekerja keras demi keluarganya. Nunung rela bekerja di negeri

orang demi untuk kebahagiaan hidupnya. Ia menyimpan setiap hasil dari kerjanya

selama ini. Pernyataan di atas dapat dilihat pada kutipan berikut:

“Sesuai dengan kontrak yang mengikatnya, bertahun-tahun Nunung hidup


terpisah dengan suaminya. Karena desa mereka berada di pelosok Gunung
Kidul, mereka hanya bisa berkomunikasi dengan surat. Nunung
membanting tulang di negara orang, menyimpan setiap tetes hasil
keringatnya, mengumpulkan gajinya, dan mengirimkannya kepada Mas
Surip”(Aksana, 2010: 136).
Kutipan di atas memperlihatkan kepada kita bahwa Nunung seorang wanita

yang mau bekerja keras. Ia rela bekerja di negeri orang demi mencukupi

kebutuhan keluarganya. Selain itu Nunung rela hidup bertahun-tahun jauh dari

suaminya. Prinsipnya yang demikian sangat berhati mulia. Watak Nunung

tersebut dikemukakan secara analitis, karena pengarang langsung menyebutkan

bahwa tokoh Nunung orang yang pekerja keras.

Nunung juga berwatak periang, terbuka, apa adanya tidak menutupi

bagaimana keperibadiannya. Jika mengagumi sesuatu Nunung langsung

mengatakannya, tanpa ditutupinya lagi. Pernyataan di atas dapat kita lihat pada

kutipan berikut ini:


53

“Wualah, modern tenan”, decak Nunung terkagum-kagum. Wajahnya


melekat ke kaca mobil, dengan antusias memandangi suasana kota yang
gemerlap oleh lampu. Norak, kampungan sekali. Tapi begitulah Nunung. Ia
tidak pernah menutup-nutupi dirinya”(Aksana, 2010: 163).
Watak Nunung dalam kutipan di atas dikemukakan secara analitis.

Pengarang langsung menyebutkan bagaimana watak Nunung yang sebenarnya.

Dengan cara menyebutkan kata norak dan kampungan.

2.2.2.3 Inge

Inge adalah sahabat Rossa. Ia mempunyai ciri fisik yang seksi, rambut lurus,

tungkai kaki yang panjang, berkulit kecoklatan, dan mempunyai kepercayaan diri

yang kuat, sikap yang cenderung nakal dan liar, memiliki mata dengan sorot

menantang dan bibir sensual. Pernyataan diatas dapat dilihat pada kutipan berikut

ini:

“Sedangkan Inge lebih berani, ia yang paling seksi diantara mereka bertiga.
Rambutnya lurus, hitam tergerai. Pakaiannya selalu terbuka. Tungkai
kakinya yang panjang selalu berada di atas stiletto. Inge berkulit kecoklatan
begitu eksotis, ditunjang dengan wajahnya yang memiliki mata dengan sorot
menantang dan bibir yang sensual. Kepercayaan dirinya begitu kuat.
Menyukai tantangan. Barangkali gairahnya meledak-ledak. Sikapnya
cenderung nakal dan liar. Bahkan tidak segan-segan menggoda lawan
jenisnya”(Aksana, 2010: 415).
Dari kutipan di atas dapat dilihat bahwa Inge memang memiliki watak sikap

yang cenderung nakal, memiliki mata dengan sorot menantang. Mempunyai

kepercayaan yang begitu kuat. Watak Inge dalam hal ini dikemukakan secara

langsung, atau analitis karena pengarang langsung menyebutkan ciri-ciri fisiknya.

Selain watak yang dikemukakan di atas, Inge juga berwatak tidak langsung

percaya dengan apa yang sedang terjadi. Ia selalu berprasangka tidak baik kepada
54

orang yang lebih lemah darinya. Watak Inge adalah tokoh yang tidak mau

mendengarkan penjelasan orang lain. Hal ini terlihat disaat Rossa memberikan

penjelasan bahwa dirinya beruntung mempunyai pembantu seperti Nunung. Inge

malah merespon yang tidak baik. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada kutipan

berikut ini.

“Bangun tidur, semuanya sudah bares,” Jelas Rossa bersemangat.”Adys


sudah siap, breakfast sudah tersedia. Tadi pagi aku mengajari Nunung
mengantar Adys ke preschool. Jadi mulai besok, aku bisa bangun lebih
siang, dan mulai hari ini aku leluasa bekerja…”
“Top banget ya si Nunung…”
“Money talks…,” sambar Inge yang tahu-tahu muncul di ambang pintu,
nanti ngelunjak. Lihat saja. Bulan depan pasti dia minta gajinya
naik!”(Aksana, 2010: 24).

Dari kutipan di atas dapat kita lihat bagaimana Inge berwatak suka

berprasangka buruk terhadap orang lain. Ia mengatakan kepada Rossa, pembantu

jangan dipuji. Nanti malah minta di naikan gajinya. Watak Inge dalam kutipan di

atas dikemukakan secara dramatis, yakni melalui teknik dialog

Watak Inge juga orang yang galak. Ia orangnya selalu membesar-besarkan

masalah. Masalah kecil dapat saja manjadi besar. Padahal Rossa yang mengalami

masalahnya bisa mengerti apa yang sebenarnya terjadi. Pernyataan tersebut dapat

dilihat pada kutipan berikut:

“Hanya Inge yang rupanya masih penasaran. Sebelum wajahnya lenyap di


balik pintu, ia mendelikkan matanya kepada Nunung.”Awas, kalau bikin
ulah lagi!”ancamnya galak.”Saya jebloskan ke penjara!” Nunung sampai
tertunduk dengan perasaan bersalah. Tapi dengan penuh pengertian, Rossa
sengaja mengusap pundaknya di depan Inge. Hanya miscommunication,
Nge,” kata Rossa arif.”Aku juga terlalu cepat panik”(Aksana, 2010: 279).
Dari kutipan di atas terlihat bahwa Inge, yang galak. Inge memang tidak

senang dengan kehadiran Nunung selama ini. Maka dari itu ia selalu memojokkan
55

Nunung dan selalu membesar-besarkan masalah yang ada. Watak Inge dalam hal

ini dikemukakan secara analitis. Pengarang secara langsung menyebutkan watak

tokoh yaitu galak.

Selain watak Inge yang galak, watak tokoh Inge juga agresif. Rasa ingin

tahunya sangat tinggi. Ia langsung saja menyambar tangan Virlo saat berkenalan.

Watak Inge dalam hal ini dikemukakan secara analitis, karena pengarang langsung

memperkenalkan watak tokoh secara langsung. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat

pada kutipan dibawah ini:

“Seperti biasa, Inge yang paling agresif. Ia yang paling dulu menyambar
tangan lelaki itu.“Call me Inge,” sahutnya sambil tak seolah sengaja
menyibakkan bagian atas kemejanya. Pasti supaya lehernya yang jenjang
dan belahan dadanya yang menggiurkan makin terlihat”(Aksana, 2010: 307-
308).
Dari kutipan di atas terlihat bahwa Inge memang agresif. Setelah ia

berkenalan ia sengaja menyibakan bagian atas kemejanya. Maksud dari prilaku

Inge adalah untuk mendapatkan perhatian dari Virlo.

2.2.2.4 Dilla

Dilla adalah sahabat Rossa. Ia mempunyai ciri fisik berkulit putih, mata

yang kecil, rambutnya dicat kecoklatan. Penampilannya feminim, sabar, selalu

berpikir panjang dalam memutuskan masalah, ia terlihat tenang dan penuh

pertimbangan. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada kutipan berikut ini:

“Dilla nyaman dengan penampilan feminim dan sopan. Rambutnya yang


dicat kecoklatan dipotong layering, sehingga terlihat modern. Dilla juga
berkulit putih, namun terlihat Indonesia, karena mengalir darah Sunda
dalam darinya. Dilla lebih tenang dan penuh pertimbangan. Sesuai dengan
matanya yang kecil dan selalu menyipit setiap kali menilai masalah,
56

menunjukan sikapnya yang selalu sabar dan berpikir panjang sebelum


memutuskan masalah”(Aksana, 2010: 415).

Dari kutipan di atas dapat dilihat bahwa Dilla memang mempunyai sikap

yang sopan, selalu penuh pertimbangan dan berpikir panjang sebelum

memutuskan sesuatu. Hal ini sesuai dengan ciri-ciri yang ada pada dirinya. Watak

Dilla pada kutipan di atas dikemukakan secara analitis. Pengarang langsung

mengungkapkan bagaimana karakteristik Dilla.

Tokoh Dilla pada dasarnya juga memiliki watak yang selalu pengertian dan

memberikan nasehat kepada Rossa. Berbeda denga Inge yang selalu menyalahkan

Rossa dengan banyak menanyakan pertanyaan-pertanyaan. Dilla berusaha

menghibur sahabatnya. Sesuai dengan pernyataan diatas dapat dilihat pada

kutipan berikut ini:

“Mungkin Rossa tidak sampai hati menyakiti Marco dengan


mengungkapkan statusnya,” bela Dilla sengit.
“Itu resiko kita sebagai janda,”sela Inge tegas.” Kita harus menghadapi
kenyataan! Atau kamu yang tidak berani, Rossa? Karena dengan mengakui
keadaanmu, kamu takut kehilangan Marco lebih cepat?”
“Kalau saja aku mengatakan lebih awal…” bisik Rossa penuh sesal.
“Barangkali Marco akan menerima mu apa adanya,” sahut Dilla menghibur
sahabatnya.” Masing-masing orang mempunyai masa lalu. Cinta yang tulus
mau menerima kekurangan dan kelebihan…”(Aksana, 2010: 246).

Dari kutipan di atas dapat kita lihat bagaimana Dilla mencoba menghibur

hati Rossa yang sedang gundah. Tidak seperti Inge yang selalu menyalahkan

Rossa. Watak Dilla pada kutipan di atas berarti pengertian. Watak tokoh tersebut

dikemukakan secara dramatis, yakni melalui teknik dialog.

Di balik watak Dilla yang sopan, pengertian dan selalu memberikan nasehat

pada Rossa ternyata memiliki watak berkhianat. Ia mengkhianati Rossa dengan


57

berselingkuh pada Virlo pacar Rossa. Pernyataan di atas dapat dilihat pada

kutipan berikut ini:

“Rossa sempat terjajar mundur melihatnya. Bukan Cuma terpukul


menyaksiksan pengkhianatan Virlo. Tapi juga karena mengetahui siapa
perempuan yang sedang diciumi Virlo dengan penuh nafsu itu. Muda.
Cantik. Menggairahkan. Perempuan yang sangat dikenal Rossa. Sahabatnya
sendiri…” (Aksana, 2010: 414).

Dari kutipan di atas dapat kita lihat bagaimana Dilla telah mengkhianati

Rossa. Watak Dilla dalam hal ini dikemukakan secara analitis. yakni melalui

pengungkapan langsung oleh pengarang.

2.2.2.5 Adys

Adys adalah putri Rossa. Watak Adys dalam novel Janda-Janda

Kosmopolitan ini periang. Ia berlari-lari kecil menuju Rossa dan memanggilnya.

Watak Adys dalam hal ini diungkapkan secara analitis. Pengarang langsung

menyebutkan watak Adys yang periang. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada

kutipan berikut:

“Mama…,” panggil Adys riang. Ia melepaskan genggaman tangannya dari


Nunung, dan dengan kaki-kakinya yang kecil ia berlari menubruk
Rossa.”Mama…,”(Aksana, 2010: 21).

Dari kutipan di atas memperlihatkan bahwa Adys seorang anak yang

periang. Dapat dilihat bagaimana ia berlari-lari kecil menuju ibunya. Padahal ia

masih bersama Nunung, orang yang mengasuhnya.


58

2.2.2.6 David

David adalah mantan suami Rossa. Ia bercerai dengan Rossa karena merasa

impiannya menjadi sarjana luar negeri gagal. Sejak ia menikah dengan Rossa,

David selalu mengulang-ulang keluh kesahnya. Untuk melampiaskan

kemarahannya ia selalu melempar barang-barang yang ada di dekatnya.

Pernyataan di atas dapat dilihat pada kutipan berikut ini:

“Kamu merenggut mimpiku untuk menjadi sarjana lulusan luar negeri!”


raung David mengulang-ulang keluh kesahnya.
Meskipun Rossa hanya membisu dan mengalah, David tetap tidak puas. Ia
membanting-banting barang untuk melampiaskan kekecewaanya”(Aksana,
2010: 41).

Dari kutipan di atas dapat dilihat bahwa David adalah orang yang pemarah.

Ia menyalahkan orang lain. Watak David pada kutipan di atas digambarkan

dengan cara analitis. Dengan melakukan tindakan atau tingkah laku secara

langsung.

Selain tokoh David yang pemarah, ia juga berwatak keras kepala. Ia sengaja

menerjang pintu kamar, lalu membanting pintu. Jika ia sudah melakukan tindakan

ia akan pergi dan tidak kembali. Watak David yang demikian digambarkan secara

analitis. melalui tindakan secara langsung. Untuk lebih jelas dapat dilihat pada

kutipan berikut ini:

“Ia menerjang keluar kamar, lalu membanting pintu. Dan Rossa paham.
Percuma ia mengejar. Pintu itu telah tertutup rapat. David tidak akan pernah
kembali dari sana”(Aksana, 2010: 46).

Pada kutipan di atas memperlihatkan kepada kita bahwa David orang yang

keras kepala dan pemarah. David yang dulunya mempunyai watak yang pemarah

serta keras kepala. Kini ia berubah menjadi penyayang melihat anak kecil.
59

Padahal sebelumnya ia tidak suka dengan anak kecil. Ia malah memandangi anak

tersebut dan bertanya siapa namanya. Hal ini dapat kita lihat pada kutipan di

bawah ini:

“Entah apa yang mendorong hati David. Biasanya ia tidak suka dengan anak
keci. Melihat sorot mata anak ini yang begitu polos, tiba-tiba saja David
merasa tersentuh. David berlutut, memandangi anak kecil itu dengan takjub.
Bukan, desis David dalam hati. Ini bukan putra saya. Saya memiliki
putri…kira-kira seumuran anak ini. Barangkali ia sekarang sudah sebesar
dan selucu anak ini…namanya Adys…”(Aksana, 2010: 393).

Pada kutipan di atas dapat diketahui bahwa David yang dulunya pemarah

berubah menjadi baik. Perubahan sikapnya di sebabkan bertemu dengan seorang

anak kecil yang begitu polos. Hal itu mengingatkan David bahwa ia juga

mempunyai anak yang usianya seumuran dengan anak tersebut. Tokoh David

menjadi seorang yang penyayang. Watak tokoh David dalam hal itu dikemukakan

secara analitis.

2.2.1.7 Marco

Marco dalam novel Janda-Janda Kosmopolitan adalah seorang pengusaha

muda yang kaya. Rossa mengenal Marco pada saat Marco membeli gaun di butik

Rossa. Dan gaun itu diberikan kembali oleh Marco agar Rossa bisa mamakainya

untuk pergi makan malam berdua. Marco mengajak Rossa makan ke restoran

yang mewah. Pernyataan tersebut dapat dilihat pada kutipan berikut ini:

“Betul kan keputusan saya,” ujar Marco senang. Ditariknya kursi untuk
Rossa, ditunggunya hingga Rossa duduk, barulah ia menyusul duduk di
hadapanya. “Gaun itu cocok untuk mu”. “Terima kasih,” Tapi pasti ada
yang kecewa karena tidak jadi mendapatkan gaun ini…”
60

“Marco mengajak Rossa ke restoran mewah di puncak hotel berbintang


lima. Restoran itu dikenal dengan makanan dari segala penjuru dunia.
Interiornya demikian megah. Jendela-jendela kaca besar memperlihatkan
pemandangan kota malam hari yang gemerlap. Tirai-tirai bludru menjuntai.
Chandelier bergelantungan dimana-mana”(Aksana, 2010: 99-100).

Pada kutipan di atas dapat dilihat bahwa Marco seorang pengusaha kaya

yang glamor dan juga royal. Untuk makan malam saja ia ke restoran mewah diatas

puncak hotel dan sebelumnya ia juga memberikan gaun kepada Rossa agar dapat

memakainya. Restorannya juga terkenal dari segala penjuru dunia. Watak Marco

dalam hal ini dikemukakan secara analitis, melalui uraian sang pengarang.

Selain itu Marco juga seorang pengusaha yang pekerja keras. Ia dapat saja

membatalkan janji, apa bila ia ada keperluan yang lebih penting. Pernyataan di

atas dapat kita lihat pada kutipan berikut ini:

“Sory, Rossa,” Suara Marco terdengar buru-buru.” Ada meeting mendadak.


Aku belum tahu apakah memungkinkan datang ke sana. Worse comes to
worst, just go ahead without me. “ Tapi…,” sela Rossa gusar,”bagaimana…
“Don’t worry, all payment is setteled,” kata Marco menegaskan. dilatar
belakang terdengar suara orang-orang yang bercakap-cakap serius, dan
memanggil-manggil Marco untuk segera bergabung. Marco meminta izin
kepada Rossa untuk menyudahi telepon”(Aksana, 2010: 209).

Pada kutipan diatas kita dapat melihat bagaimana Marco membatalkan

janji untuk menemui Rossa. Padahal sebelumnya ia sudah berjanji. Tapi karena

ada yang lebih penting dengan pekarjaanya, ia membatalkan janjinya. Watak

Marco yang pekerja keras dalam kutipan diatas dikemukakan secara dramatis

melalui teknik dialog.


61

2.2.1.8 Virlo

Tokoh Virlo merupakan teman Rossa, setelah Marco meninggalkan Rossa.

Watak Virlo pada dasarnya seorang yang jujur. Ia mau mengatakan apa adanya

tentang apa yang dialaminya. Pernyataan diatas dapat kita lihat pada kutipan

berikut ini:

“Aku hanya diperlukan di kantor untuk menandatangani cheque dan, surat-


surat, dan budget proposal,” cerita Virlo tergelak. “selebihnya, aku main
play station di ruang kerjaku”.
Rossa menghargai kejujuranya. Susah mencari pria jujur di Jakarta. Banyak
yang belagak kaya. Naik turun Lexus. Padahal hanya menyewa….
Virlo berbeda ia mengatakan dengan terus terang bahwa semua yang
dimilikinya adalah fasilitas orang tuanya. Tidak bermaksud pamer. Tidak
bernada menyombongkan. Ia hanya ingin Rossa mengetahui dirinya apa
adanya”(Aksana, 2010: 262-263).

Dari kutipan di atas dapat kita lihat bahwa tokoh Virlo memang mmpunyai

kejujuran. Kejujuran ini dapat terlihat dari ucapanya yang mengakui bahwa semua

fasilitas yang ada pada dirinya bukan miliknya. Melainkan milik kedua orang

tuanya. Watak Virlo pada kutipan tersebut dikemukakan secara Dramatis, melalui

pikiran dialog.

Selain itu Virlo juga berwatak mau menerima kekurangan orang lain. Virlo

menerima Rossa dengan statusnya sebagai seorang janda. Ia tidak peduli siapa

Rossa sebenarnya. Pernyataan tersebut dapat dilihat pada kutipan di bawah ini:

“Aku janda…” sambung Rossa tergelak. Dipindahkanya tangan Virlo ke


pangkuan lelaki itu sendiri.
“Aku tidak peduli…,” sahut Virlo meringis.
“Aku punya anak…”
“Aku tidak peduli…Aku tidak peduli…” (Aksana, 2010: 381).

Dari kutipan diatas dapat kita lihat bahwa Virlo mau menerima Rossa apa

adanya. Ia tidak peduli Rossa janda dan punya anak. Hal ini terlihat dalam ucapan
62

Virlo sendiri. Watak Virlo yang mau menerima kekurangan Rossa dikemukakan

secara dramatis, melalui pikiran dialog.

Di balik watak Virlo yang jujur dan mau menerima kekurangan Rossa

ternyata memiliki watak berkhianat. Ia mengkhianati Rossa berselingkuh dengan

seorang perempuan. Watak Virlo dalam hal ini dikemukakan secara analitis,

karena pengarang langsung menggambarkan kejadian yang sebenarnya. Untuk

lebih jelas pernyataan di atas dapat dilihat pada kutipan berikut ini:

“Rossa melangkah semakin dekat. Tanganya terulur untuk meraih tangkai


pintu. Tapi sebelum ia berhasil memegangnya, pintu itu sudah bergerak
lebih dulu dari dalam. Pintu terbuka lebar. Dari dalam Virlo muncul hanya
mengenakan celana boxer, bertelanjang dada, sambil memagut bibir seorang
perempuan. Entah apa yang mereka lakukan tadi di atas ranjang di dalam
kamar tidur sana”(Aksana, 2010: 414).

Dari kutipan di atas terlihat bahwa Virlo telah mengkhianati Rossa. Rossa

menyaksikan sendiri pengkhianatan Virlo. Pada saat Rossa ke rumahnya dan akan

membuka pintu kamar. Akan tetapi sebelum Rossa berhasil membuka pintu

kamar, Virlo terlebih dahulu membukanya. Dari dalam muncul Virlo dengan

celana boxer, bertelanjang dada, sambil memagut bibir seorang perempuan.

2.2.1.9 Mas Karim

Mas Karim adalah tokoh dalam Novel Janda-Janda Kosmopolitan. Ia

berwatak suka menolong. Ketika ada orang yang meminta pertolongan Karim

langsung menolong. Pada hal sebelumnya Karim tidak mengenali perempuan

yang ditolongnya. Pernyataan tersebut dapat dilihat pada kutipan dibawah ini:

“Barangkali Tuhan yang mengirimkan lelaki itu untuk menyelamatkannya.


Barangkali Tuhan yang menakdirkan lelaki itu berada di sana. Ketika
63

mendengar teriakan Nunung, lelaki itu melesat sekencang angin puyuh


menembus lalu-lalang orang-orang di jalan, mengejar pencopet itu”
(Aksana, 2010: 155).

Dari kutipan di atas kita dapat melihat bagaimana Karim yang memiliki jiwa

penolong. Ia menolong tanpa memandang siapa yang akan ditolongnya. Watak

Karim dalam kutipan di atas diungkapkan dengan cara analitis, melalui tingkah

laku tokoh secara langsung.

Selain Mas Karim yang mempunyai watak penolong. Ia juga mempunyai

watak yang penyabar. Ia menjelaskan kepada orang lain yang tidak tahu dengan

penuh kesabaran. Pernyataan tersebut dapat dilihat pada kutipan di bawah ini:

“Karena struktur kotanya di pesisir pantai, Nung,” jawab Karim Sabar.


“Makanya di sini banyak mobil bagus yang lecet dan penyok. Soalnya
kondisi jalan yang lurus dan lebar membuat pengemudi menyetir asal-
asalan”(Aksana, 2010: 161).

Dari kutipan di atas dapat kita lihat bahwa watak Karim yang sabar. Watak

Karim pada kutipan di atas dikemukakan secara analitis. Yaitu pengarang

langsung menyebutkan watak sang tokoh yang sabar.

2.2.1.10 Mas Reynaldi / Mas Mu

Mas Reynaldi lebih akrab dipanggil dengan sebutan Mas Mu adalah penjaga

warnet. Ia mempunyai watak suka bercanda. Saat menjaga warnet ia melihat

pelanggannya sedang melamun. Kemudian Mas Mu mencoba menghibur dengan

gayanya. Pernyataan tersebut dapat dilihat pada kutipan berikut ini:

“Pasti lagi patah hati… iya, kan…iya, kan?” godanya sambil langsung
memasang pose andalan. Menyandar sambil mengusap rambutnya yang
seperti rumput terbakar. “ Buktinya itu…ngelamun sambil nyanyi… iya,
kan..iya, kan?” (Aksana, 2010: 265).
64

Pada kutipan di atas kita dapat melihat bagaimana tingkah laku Mas Mu

yang suka bercanda. Mencoba menghibur orang yang ada disekelilingnya. Ia

mencoba menghibur Nunung dengan gayanya, sambil mengusap rambutnya

dengan kata iya kan yang diucapkan berulang-ulang. Watak Mas Mu dalam hal ini

dikemukakan secara analitis.

Selain Mas Mu yang memiliki watak suka bercanda, ia juga perhatian. Ia

bisa merasakan kepiluaan orang lain. Mas Mu berusaha memberikan perhatian

kepada Nunung dengan memberikan sapu tangan untuk menyeka air matanya.

Pernyataan tersebut dapat kita lihat pada kutipan berikut:

“Ketika kereta api tiba, Mas Mu mengantarkan Nunung naik ke gerbong,


dan membantu mengangkat koper Nunung. Saat itu Mas Mu juga masih
menahan diri untuk tidak berkata apa-apa. Ia hanya mengulurkan sapu
tanganya, untuk digunakan Nunung menghapus air matanya yang tidak
berhenti mengalir” (Aksana, 2010: 411).

Dari kutipan di atas dapat kita lihat bahwa Mas Mu berwatak perhatian. Ia

mengerti apa yang dibutuhkan oleh orang lain. Ketika Nunung sedang sedih ia

memberikan sapu tangan terhadap Nunung. Watak Mas Mu dalam hal ini

diungkapkan secara analitis, dengan prilaku yang dilakukan oleh sang tokoh.

Analisis Perwatakan Tokoh dalam Novel Janda-Janda Kosmopolitan karya

Andrei Aksana di atas dapat dilihat dengan lebih jelas melalui tabel berikut ini:

TABEL 2. PERWATAKAN TOKOH DALAM NOVEL JANDA-JANDA


KOSMOPOLITAN KARYA ANDREI AKSANA.

Jenis Perwatakan
No. Nama Tokoh
Perwatakan Baik Perwatakan Buruk
1. Rossa Penyayang, Perhatian Sedikit rapuh
terhadap putrinya,
65

Sambungan tabel 2

Mempunyai ketegaran, -
bersiafat pemaaf
2. Nunung Perhatian, mempunyai -
semangat perjuangan,
pekerja keras, periang
3. Inge Pecaya diri yang kuat Nakal, liar, agresif,
Galak, suka berprasangka
tidak baik
4. Dilla Perhatian, penuh Berkhianat.
pertimbangan dalam
menyelesaikan masalah,
selalu memberi nasehat,
sopan.
5. Adys Periang. -
6. David Penyayang. Keras kepala, pemarah.
7. Marco Pekerja keras. Glamor, royal.
8. Virlo Jujur, menerima Berkhianat.
kekurangan orang lain.
9. Mas Karim Penolong, sabar. -
10. Mas Reynaldi Suka bercanda, -
perhatian.

Dari tabel diatas dapat dikemukakan bahwa dalam perwatakan baik adalah

watak yang disenangi oleh pembaca karena menampilkan sesuatu yang sesuai

dengan harapan pembaca. Sedangkan perwatakan buruk adalah kebalikan dari

yang baik, kehadiranya tidak disenangi oleh pembaca.

Tokoh Rossa memiliki perwatakan yang baik. Rossa memiliki watak yang

penyayang, pemaaf serta mempunyai ketegaran. Dan watak yang tidak baik ialah

sedikit rapuh. Tokoh Nunung memiliki watak yang pekerja keras, perhatian,

penyayang, dan mempunyai semangat perjuangan. Tokoh Inge mempunyai

perwatakan baik yaitu percaya diri yang kuat. Namun ia memiliki perwatakan
66

buruk yang suka berprasangka tidak baik, nakal, liar, agresif dan galak. Tokoh

Dilla mempunyai perwatakan baik perhatian, penuh pertimbangan dalam

menyelesaikan masalah, selalu memberi nasehat, dan sopan. Namun ia memiliki

perwatakan buruk berkhianat. Tokoh Adys memiliki perwatakan baik yang

periang. Tokoh David memiliki watak yang baik seperti penyayang namun

memiliki perwatakan yang tidak baik yaitu pemarah dan keras kepala. Tokoh

Marco memiliki perwatakan baik yang suka bekerja keras sedangkan perwatakan

yang tidak baiknya adalah sangat menyukai kemewahan atau glamor serta royal.

Tokoh Virlo memiliki watak baik yang jujur dan dapat menerima kekurangan

orang lain sedangkan perwatakan buruknya berkhianat. Tokoh Mas Karim

mempunyai perwatakan baik suka menolong dan sabar. Tokoh Mas Reynaldi

mempunyai perwatakan baik suka bercanda, perhatian, dan suka menolong.

2.2.2 Konflik Tokoh

Untuk menganalisis konflik tokoh dalam novel Janda-Janda Kosmopolitan

karya Andrei Aksana, penulis menggunakan teori Meredith dan Fitzgerald serta

Jones yang membagi bahwa konflik terbagi menjadi konflik eksternal dan konflik

internal.

Meredith dan Fitzgerald dalam Nurgiantoro (2009:122) “Konflik menyaran

pada sesuatu yang bersifat tidak menyenangkan yang terjadi dan atau yang

dialami oleh tokoh (-tokoh) cerita, jika tokoh (-tokoh) itu mempunyai kebebasan

untuk memilih, ia (mereka) tidak akan memilih peristiwa itu menimpa dirinya”.
67

Jones dalam Nurgiantoro (2009:124) menyatakan bahwa :

“Konflik eksternal adalah konflik yang terjadi antara seseorang tokoh


dengan sesuatu diluar dirinya, mungkin dengan lingkungan alam mungkin
lingkungan manusia. Dengan demikian, konflik eksternal dapat dibagi
menjadi konflik fisik (atau disebut juga: konflik elemental) adalah konflik
yang disebabkan adanya perbenturan antara tokoh dengan lingkungan alam.
Misalnya, konflik dan atau permasalahan yang dialami seseorang tokoh
akibat adanya banjir besar, kemarau panjang, gunung meletus, dan
sebagainya. Konflik sosial, sebaliknya, adalah konflik yang disebabkan oleh
adanya konflik sosial antar manusia, atau masalah-masalah yang muncul
akibat adanya hubungan antar manusia. Ia antara lain berwujud masalah
perburuan, penindasan, percekcokan, peperangan atau kasus-kasus
hubungan sosial lainya. Konflik internal atau (konflik kejiwaan) adalah
konflik yang terjadi dalam hati, jiwa seorang tokoh (atau tokoh-tokoh
cerita). Jadi, ia merupakan konflik yang dialami manusia dengan dirinya
sendiri, ia lebih merupakan permasalahan interen seorang manusia.
Misalnya, hal itu terjadi akibat adanya pertentangan antara dua keinginan,
keyakinan, pilihan yang berbeda, harapan-harapan, atau masalah-masalah
lainya”.

Dengan mengacu pada teori di atas maka peneliti dapat mengemukakan

konflik yang terdapat dalam novel Janda-Janda Kosmopolitan karya Andrei

Aksana sebagai berikut:

2.2.2.1 Konflik Eksternal

2.2.2.1.1 Konflik Rossa dengan Sam, para sahabat, David, dan Marco

Rossa tokoh utama dalam novel Janda-Janda Kosmopolitan banyak

mengalami konflik. Konflik yang pertama yaitu konflik yang dialaminya dengan

Sam, ketika ia harus mentransfer uang. Ancamanya berupa jika tidak ada uang

tidak ada cinta untuk Rossa. Pernyataan tersebut dapat dilihat pada kutipan

berikut:

“Sekarang Rossa berkata dengan keras kepada Sam,” Aku bukan bank!”
“No money, no honey!”Sam juga menjawab sama tegasnya” (Aksana, 2010:
52)
68

Dari kutipan di atas terlihat bahwa Rossa telah mengalami konflik eksternal.

Konflik tersebut diakibatkan oleh hubungan antar manusia. Sam telah meminta

uang kepada Rossa, namun Rossa tidak menyetujuinya. Maka dari itu terjadi

konflik. Konflik eksternal yang dialami Rossa tergolong pada konflik sosial.

Konflik berikutnya dikarenakan Rossa tidak menyetujui dengan pendapat

para sahabatnya yang menganggap bahwa pembantu itu tidak pantas dihargai.

Rossa berprinsip bahwa pembantu di rumah kita itu telah banyak berjasa kepada

majikannya. Jadi mereka pantas mendapatkan penghargaan dari hasil kerja

kerasnya. Pernyataan tersebut dapat kita lihat pada kutipan berikut ini:

“Artinya kita semua di sini lebih mendukung mereka menjadi TKW di


Negara orang, untuk mendapatkan penghasilan yang tinggi?” Tanya Rossa
iba. ”Mengapa bukan kita yang menghargai jerih payah mereka? Kita saja
kalau bekerja di kantor, selalu menginginkan gaji yang lebih tinggi setiap
pergantian tahun. Pembantu bekerja di rumah kita, menjaga rumah kita,
menyayangi anak-anak kita… Seperti inikah cara kita menghargai mereka?
Setega inikah cara kita menghargai setiap tetes keringat yang mereka kuras
untuk kita? Lalu bagaimana dengan kesetiaan mereka, pengabdian
mereka… tidakkah kita sepantasnya membayar mereka dengan layak?”
(Aksana, 2010: 83).
Dari kutipan di atas dapat kita lihat bahwa tokoh Rossa mempunyai konflik

secara eksternal. Konflik eksternal yang dialaminya termasuk pada konflik sosial.

Rossa tidak menyetujui jika pembantu itu tidak berhak mendapatkan penghargaan

yang layak.

Konflik yang ketiga yakni konflik Rossa dengan David. David adalah

mantan suami Rossa. Sebelum ia bercerai ia banyak mengalami konflik dengan

Rossa. Dari konflik tersebutlah munculnya perceraiannya. Pernyataan tersebut

dapat kita lihat pada kutipan berikut ini:


69

“Perkawinan yang sebelumnya berlangsung setelah pesta berakhir. Dan bagi


David yang belum puas menikmati masa gaulnya, perkawinan menjadi
seperti penjara. Kalau dulu ia begitu mengagumi Rossa sekarang ia begitu
membenci Rossa. Menudingnya sebagai biang keladi terenggutnya
kebebasan David” (Aksana, 2010: 40).

Dari kutipan di atas dapat dilihat bahwa David mengalami konflik eksternal.

Konflik ini terjadi dengan Rossa. Karena David merasa kebebasanya telah

terenggut ia menjadi begitu membenci Rossa. Ia menuding Rossa yang

menyebabkan dirinya tidak bisa sebebas waktu dulu.

Konflik yang keempat yakni konflik dengan Marco. Marco adalah pacar

Rossa. Setelah ia bercerai dengan David, Rossa banyak menjalani kehidupanya

sendiri. Ketika Marco bertemu dengan Rossa, Marco sangat mencintai Rossa.

Namun Rossa tidak jujur dengan statusnya, dan akhirnya hal itu menyebabkan

konflik. Pernyataan tersebut dapat dilihat pada kutipan berikut:

“Marco tidak pernah lagi melanjutkan langkahnya untuk menghampiri


Rossa. Seperti ada jurang yang tiba-tiba menganga di antara mereka. Dan
Marco betul-betul berhenti tidak mau menyebrangi. Ia malah berbelok
menjauh, bergegas menuruni anak tangga. “Marco…,” pekik Rossa pilu.
Dengar dulu penjelasanku…!” Tidak sepatah kata pun yang tercetus dari
bibir Marco yang membeku. Terseok-seok Rossa mencoba berusaha
mengejar, kepayahan karena high heels yang di kenakanya sementara ia
harus secepat itu meniti anak tangga. Rossa mengulurkan tangannya, nyaris
meraih bahu lelaki itu. Tapi di saat bersamaan, tangis Adys pecah” (Aksana,
2010: 243).

Dari kutipan diatas terlihat bahwa Rossa kecewa dengan Marco karena telah

pergi meninggalkannya. Rossa berusaha mengejarnya namun pada saat yang

bersamaan tangis putrinya pecah. Konflik yang dialami Rossa termasuk pada

konflik eksternal. Dikarenakan terjadi adanya hubungan antar manusia.


70

2.2.2.1.2 Konflik Nunung dengan para Sahabat

Konflik yang dialami Nunung dikarenakan hidup menjadi janda bukanlah

keinginanya. Ia berusaha memberikan arahan kepada teman-temannya bahwa ia

bukan janda yang mau merebut suami orang. Ia juga menginginkan kita sebagi

perempuan harus kuat. Pernyataan tersebut dapat dilihat pada kutipan berikut:

“Aku memang janda .”cetus Nunung lantang. “Tapi akau nadak akan pernah
menggaet suami atau pacar kalian. Kita ini sesama perempuan, ndak boleh
saling menyakiti. Menjaga martabat setinggi-tingginya!”
“Menjadi janda bukan keinginan perempuan,” lanjut Nunung tegas. “
mengapa janda sering dicemooh, disisihkan, sedangkan duda malah
disanjung? Sebagi perempuan kita harus mandiri” (Aksana, 2010: 373).

Dari pernyataan di atas dapat kita lihat bahwa Nunung mencoba membuka

pemikiran para sahabatnya agar terbuka. Konflik yang dialami Nunung pada

kutipan di atas termasuk konflik eksternal. Hal itu dikarenakan konflik muncul

akibat dari permasalahan kasus-kasus sosial.

2.2.2.1.3 Konflik Inge dengan lingkungan sosial

Inge adalah sahabat Rossa. Di balik sikapnya yang galak, serta kurang

menerima pendapat orang lain ia juga mengalami konflik. Konflik yang

dialaminya yaitu konflik eksternal berupa konflik sosial. Hal ini dapat diliht pada

kutipan berikut :

“Kalau laki-laki ingin menikahi janda, sudah pihak keluarga akan


menentang habis-habisan,” sahut Inge meradang. “Belum lagi masyarakat
yang mencibir. Menganggap si janda-lah yang menggodanya,” (Aksana,
2010: 255-256).

Pada kutipan di atas terlihat bahwa Inge tidak meyetujui pemikiran

masyarakat. Ia memberikan gambaran mengapa janda selalu yang menjadi


71

permasalahan banyak orang. Konflik yang dialami Inge ini terjadi antara dirinya

dengan lingkungan sekitarnya.

2.2.2.1.4 Konflik Dilla dengan Sahabatnya

Dilla adalah sahabat Rossa. Konflik yang dialaminya berupa konflik

eksternal. Dilla berusaha untuk membenarkan dirinya. Padahal ia juga merasa

bersalah. Konfliknya terjadi antara dirinya dan para sahabatnya. Dilla telah

berselingkuh dengan pacar sahabatnya sendiri. Pernyataan tersebut dapat kita lihat

pada kutipan di bawah ini:

“Tubuh Dilla bergetar hebat karena perasaan bersalah. “Aku Cuma


perempuan biasa…,” desahnya parau, “yang butuh didekap, butuh disentuh,
…oleh laki-laki…”
Laki-laki lain! Bukan milik sahabatmu sendiri!” desis Inge geram. “ Kamu
boleh bilang aku nakal dan binal, tapi akau tidak akan tidur dengan pacar
sahabatku sendiri!” (Aksana, 2010: 417).

Pada kutipan di atas dapat dilihat bahwa Dilla merasakan bersalah telah

berselingkuh. Ia telah mengakui kekhilafanya, namun ia juga menginginkan

adanya sentuhan dari seorang laki-laki. Hal itulah yang menyebabkan Dilla dapat

berselingkuh. Inge sahabatnya tidak menginginkan itu terjadi, Inge mengingatkan

janganlah berselingkuh terhadap sahabat sendiri.

2.2.2.2 Konflik Internal

2.2.2.2.1Rossa

Konflik yang dialami Rossa tidak hanya konflik eksternal melainkan juga

konflik internal. Konflik internal ini adalah konflik yang terjadi di dalam diri
72

sendiri. Seperti yang dialami Rossa pada saat putrinya sakit dan berada di Rumah

Sakit dan pada saat itu pula karyawan di butiknya memberi kabar bahwa ada yang

tertarik pada proposalnya. Untuk lebih jelas perhatikan kutipan dibawah ini:

“Kabar gembira, Mbak Rossa,” entah suara siapa yang berseru diujung sana.
Rossa tidak mengenal nomor telepon kantor yang terpampang di layar
ponselnya tadi. “Pihak investor tertarik dengan proposal Mbak. Mereka
meminta bertemu nanti sore.” Memang kabar gembira. Hanya waktunya
yang tidak tepat.
“Boleh,” sahut Rossa meracau, tidak bisa fokus lagi.”Silakan datang ke
rumah sakit…. “ (Aksana, 2010: 326-327).

Dari kutipan diatas dapat kita lihat bahwa Rossa memiliki dua Keinginan

yang sama-sama kuat. Ia senang karena proposalnya ada yang tertarik, namun ia

juga sedih karena putrinya sakit. Padahal ia menginginkan keduanya dapat

terpenuhui. Putrinya sembuh dan bertemu dengan pihak investor.

Konflik berikutnya yang dialami Rossa dikarenakan ia menginginkan

kehidupan yang nyata. Bukan kehidupan yang semu, penuh dengan kehidupan

malam. Pernyataan tersebut dapat dilihat pada kutipan berikut ini:

“Aku capek hidup begini terus…,” desis Rossa gusar, dan bibirnya mengelak
dari serbuan tangan dan bibir Virlo. “Aku bosan dengan kehidupan malam
yang semu seperti ini. Tidak bisakah kita punya kehidupan yang lebih
nyata?” (Aksana, 2010: 403).
Dari kutipan di atas dapat kita lihat antara Rossa dan Virlo mempunyai

ketidaksamaan pendapat. Rossa menginginkan kehidupan yang lebih nyata

sedangkan Virlo nyaman dengan kehidupanya yang penuh dengan kehidupan

malam. Konflik yang dialami Rossa pada kutipan di atas termasuk pada konflik

internal. Karena disebabkan oleh pertentangan antara dua keinginan.


73

2.2.2.2.2 Nunung

Nunung adalah pembantu Rossa. Keperibadianya yang ceria, penuh dengan

canda tawa juga mengalami berbagai konflik. Konflik yang dialaminya

dikarenakan ia melihat ada perempuan lain yang berada di dalam rumahnya.

Setelah ia tahu bahwa perempuan itu adalah istri dari suaminya. Pernyataan

tersebut dapat kita kihat pada kutipan berikut ini:

“Saya Lastri,” sahut perempuan itu yakin.”Istrinya Masa Surip”.


Tas Nunung terjatuh dengan keras ke lantai. Menimpa kaki Nunung. Tapi ia
tahu. Bukan karena itu ia menjerit pilu. Ada rasa sakit yang seperti
membunuhnya di sini. Mengoyak-ngoyak dadanya” (Aksana, 2010: 140).

Dari kutipan di atas terlihat bahwa Nunung sedang mengalami konflik.

Konflik yang dialami Nunung adalah konflik internal. Hal ini disebabkan harapan-

harapan Nunung untuk hidup bersama Mas Surip telah sirna. Mas Surip telah

menikahi perempuan lain ketika ia menjadi TKW.

2.2.2.2.3 Adys

Adys adalah putri Rossa, ia berusia sekitar tiga tahun. Adys mengalami

konflik yang terjadi di dalam hatinya atau disebut dengan konflik internal. Ia

memberontak dengan kepergian Nunung. Dengan sekuat tenaga ia mencoba

mengejar Nunung. Pernyataan tersebut dapat dilihat pada kutipan berikut:

“ Adys menjerit sambil menangis karena Nunung tetap saja berjalan. Tidak
menunggunya. Bahkan juga tidak menengok. Dengan kaki–kaki yang
mungil, tiba-tba saja Adys bisa berlari dengan gesit, sampai Rossa
kewalahan menangkapnya karena selalu terlepas. Adys memburu Nunung
sampai ke beranda” (Aksana, 2010: 409-410).

Dari kutipan di atas kita dapat melihat bagimana kemauan Adys yang ingin

mengejar Nunung. Meskipun dihalangi namun ia tetap ingin mengikutinya. Dari


74

situ terlihat bagaimana keadaan jiwanya yang bertolak belakang dengan

kenyataanya.

2.2.2.2.4 Virlo

Virlo dalam novel Janda-Janda Kosmopolitan adalah seorang pekerja

kantoran. Ia mempunyai cara hidup yang berbeda dengan tokoh lainya. Virlo lebih

menyukai kehidupan malam. Ia selalu menggunakan segala cara untuk

mendapatkan apa yang ia inginkan. Pernyataan tersebut dapat dilihat pada kutipan

berikut:

“Sebelum ia terhanyut lebih jauh, akal sehat Rossa berfungsi kembali.


Perlahan ia mendorong tubuh Virlo menjauh.
“Istirahat dulu,” cetus Rossa mengelak. Begegas ia kembali ke kursinya, dan
duduk di sana” (Aksana, 2010: 309).

Dari kutipan di atas dapat kita lihat bahwa keinginan Virlo telah ditolak oleh

Rossa dengan mendorong tubuh Virlo. Dengan demikian Virlo mengalami konflik

internal yang ada pada dirinya. Hal ini dikarenakan keinginanya tidak terpenuhi.

2.2.2.2.5 Mas Karim

Mas Karim adalah pacar Nunung yang bertemu saat mereka bekerja di

Jeddah. Ia dan Nunung berniat untuk menikah. Namun Karim tidak memberitahu

kepada Nunung bahwa dirinya telah mempunyai istri. Karim memberitahu

Nunung ketika acara lamaran. Dari situlah muncul konflik yang dialami Karim

ketika akan melamar Nunung, dan Nunung tidak menerima lamaran Mas Karim.

Pernyataan tersebut dapat dilihat pada kutipan di bawah ini:


75

“Nunung ingat janji Nunung?” tanya Karim sambil mendekati Nunung.


“Nunung bilang, Nunung rela berkorban demi Mas…Nunung bilang
Nunung siap menerima Mas apa adanya…Nunung bilang Nunung siap jadi
istri Mas apa adanya” (Aksana, 2010: 225).

Dari kutipan di atas terlihat bahwa Nunung telah menolak lamaran Karim.

Karim berusaha membujuknya, tapi Nunung tidak mau. Hal itu menyebabkan

terjadi konflik secara internal pada diri Karim. Keinginanya untuk hidup bersama

Nunung telah sirna, hal ini dikarenakan Karim yang tidak jujur.

2.2.2.2.6 Mas Reynaldi / Mas Mu

Mas Mu ini adalah penjaga warnet. Ia bertemu dengan Nunung ketika

Nunung sering ke warnet. Dalam diam Mas Mu menyimpan perasaan sayang

kepada Nunung. Kemudian Mas Mu pun menyampaikan maksudnya. Tapi

ternyata Nunung tidak menerima cinta Mas Mu karena masih ada cinta Mas

Karim di hatinya. Pernyataan tersebut dapat kita lihat pada kutipan berikut ini:

“Aku meminta maaf, Mas Mu,” desahnya tersendat. Hanya itu. Lalu
lidahnya membeku lagi.
Mas Mu menatapnya lekat-lekat. Mencari pendar yang di tunggunya, tapi
tak berhasil menemukanya.“Kowe ndak mencintaiku yo, Nung?” Tanya Mas
Mu kecewa. Nunung menunduk dengan perasaan bersalah. “Aku wes
berusaha, Mas Mu…”
“Tapi ndak berhasil?” Mas Mu menggigit bibirnya pedih. “Aku yang salah,
Mas Mu, desis Nunung galau. “Aku yang ndak bisa melupakan Mas Karim.
Rahang Mas Mu mengejang. Seperti menahan rasa sakit yang sangat”.
“Kamu baik, Mas …,” lanjut Nunung lemah, tapi maaf… masih ada Mas
Karim di hatiku”. (Aksana, 2010: 412).

Dari kutipan di atas dapat kita lihat bagaimana Nunung menolak cinta Mas

Mu. Dengan perasaan kecewa Mas Mu harus bisa menerima kenyataan, bahwa

Nunung masih mencintai Karim. Konflik yang dialami Mas Mu berupa konflik
76

internal yang terjadi di dalam jiwanya. Hal ini karena keinginan bertentangan

dengan kenyataan. Mas Mu yang menginginkan Nunung menerima cintanya,

tetapi malah ditolak.

Dari hasil analisis tentang Konflik Tokoh yang terdapat pada novel Janda-

Janda Kosmopolitan karya Andrei Aksana dapat di lihat kesimpulannya pada

tabel berikut ini:

TABEL 3. KONFLIK TOKOH DALAM NOVEL JANDA-JANDA


KOSMOPOLITAN KARYA ANDREI AKSANA
No Jenis Konflik Nama Tokoh Bentuk Konflik
I Konflik 1. Rossa dengan Konflik Rossa dengan Sam
Eksternal Sam, Para dikarenakan Sam sering meminta
sahabat, David, transfer uang kepada Rossa.
dan Marco.
Konflik Rossa dengan para
sahabat dikarenakan perbedaan
pendapat dalam menilai
pembantu.

Konflik Rossa dengan David


terjadi karena mereka selalu
bertengkar, David menuding
Rossa sebagai biang keladi terjadi
kagagalannya menjadi sarjana
luar negeri.

Konflik Rossa dengan Marco


ketika Marco mengetahui status
Rossa yang sebenarnya.

2. Nunung dengan Konflik Nunung terjadi dengan


para sahabat. para sahabat, para sahabat
menganggap status Nunung yang
janda akan membawa pengaruh
yang tidak baik.
77

Sambungan tabel 3

3. Inge dengan Konflik Inge terjadi dengan


lingkungan lingkungan sekitar. Mengapa
sosial.. janda merupakan hal yang
dianggap tidak baik di mata
masyarakat.

4. Dilla dengan Konflik Dilla dengan sahabatnya


sahabatnya ketika Dilla katahuan
berselingkuh dengan Virlo.
II Konflik Internal 1. Rossa Rossa yang menginginkan
keinginannya pada saat yang
bersamaan. Ingin menjaga
putrinya di rumah sakit dan ada
yang tertarik dengan proposalnya.
Keinginan Rossa untuk hidup
lebih baik. Tidak kehidupan yang
semu penuh dengan kehidupan
malam.

2. Nunung Konflik internal yang dialami


Nunung ketika mengetahui
suaminya telah menikah lagi.

3. Adys Adys yang tidak merelakan


Nunung pulang kampung.

4. Virlo Konflik yang dialami Virlo ketika


keinginannya yang tidak
terpenuhi saat ia akan mendekati
Rossa Lebih dekat lagi.

5. Mas Karim Mas Karim mengalami konflik


internal ketika lamarannya ditolak
oleh Nunung.
Mas Reynaldi mengalami konflik
6. Mas Reynaldy/
internal ketika cintanya ditolak
Mas Mu
oleh Nunung.
78

Dari tabel di atas dapat dikemukakan bahwa konflik eksternal adalah konflik

yang terjadi antara seorang tokoh dengan sesuatu yang di luar dirinya, mungkin

dengan lingkungan alam atau dengan lingkungan sosial. Sedangkan konflik

internal adalah konflik yang terjadi dalam hati seorang tokoh atau jiwa seorang

tokoh.

Konflik eksternal yang dialami tokoh Rossa terjadi antara Sam, Para

sahabat, Dilla, David, dan Marco. Konflik eksternal terjadi dikarenakan oleh Sam

yang selalu meminta transfer uang pada Rossa. Dengan para sahabat dikarenakan

sahabat Rossa yang beranggapan bahwa pembantu tidak pantas dihargai jerih

payahnya. Konflik dengan David karena David yang pemarah, menuding Rossa

yang telah merenggut impiannya menjadi sarjana luar negeri. Konflik dengan

Marco karena ia telah mengetahui status Rossa yang janda dan mempunyai anak.

Konflik eksternal yang dialami Nunung terjadi dengan para sahabat Nunung.

Setelah sahabatnya mengetahui Nunung janda ia beranggapan bahwa Nunung

sama halnya dengan janda yang lainya, yang mau merebut suami atau pacar orang

lain. Konflik eksternal yang dialami Inge terjadi dengan lingkungan sosial.

Lingkungan masyarakat menganggap janda adalah negatif. Konflik eksternal yang

dialami Dilla ketika ia ketahuan berselingkuh dengan sahabatnya sendiri.

Konflik internal dialami oleh tokoh Rossa yang menginginkan dua

keinginan yang sama kuat namun waktu yang tidak tepat. Pada waktu Adys sakit

dan dirawat di rumah sakit pada saat yang sama pula pihak investor tertarik

dengan proposalnya. Kemudian keinginan Rossa yang menginginkan kehidupan

yang lebih nyata, bukan kehidupan malam yang semu. Konflik internal yang
79

dialami oleh Nunung ketika mengetahui suaminya telah menikah lagi. Dengan

adanya konflik tersebut Nunung sangat terpukul jiwanya, ia kembali menjadi

TKW dan meminta agar dikirim jauh-jauh. Konflik internal yang dialami Adys

ketika ia tidak merelakan kepergian Nunung pulang. Konflik internal yang dialami

Virlo ketika ia ingin mendekati Rossa lebih jauh lagi dan Rossa pun menolak.

Konflik internal yang dialami Mas Karim ketika lamaranya ditolak oleh Nunung.

Mas Karim sangat menyesal mengapa ia tida berterus terang pada Nunung bahwa

ia telah mempunyai istri. Konflik internal yang dialami oleh Mas Reynaldi ketika

cintanya di tolak oleh Nunung, keinginannya untuk memiliki Nunung telah sirna

karena Nunung lebih memilih Mas Karim.


80

BAB III
KESIMPULAN

Berdasarkan analisis data dapatlah peneliti kemukakan kesimpulan

penelitian ini sebagai berikut:

1) Novel Janda-Janda Kosmopolitan Karya Andrei Aksana memiliki

hubungan antar tokoh dengan berbagai perwatakan. Diantaranya watak

tokoh Rossa dalam novel Janda-Janda Kosmopolitan pada dasarnya

memiliki watak yang pemaaf. Ia selalu memaafkan kesalahan orang lain.

Selain pemaaf ia juga penyayang. Rossa juga bersikap tegar dalam

menjalani hidup. Rossa juga memiliki watak yang tidak baik yaitu sedikit

rapuh. Nunung adalah pembantu Rossa. Ia sangat baik. Nunung

mempunyai watak suka bercanda, bekerja keras, periang, penuh semangat

perjuangan, seta perhatian. Watak Adys adalah orang yang periang.

Sebagai seorang anak yang berusia tiga tahun ia adalah anak yang riang,

lincah dan dapat mengerti kehidupan orang tuanya. Inge adalah sahabat

Rossa. Ia mempunyai watak yang keras. Selalu berprasangka yang tidak

baik, galak, nakal, liar dan agresif. Akan tetapi dibalik sikap yang tidak

baik itu ia mempunyai sikap percaya diri yang kuat. Selain Inge ada

sahabat Rossa yaitu Dilla. Dilla mempunyai watak yang sopan, perhatian,

feminim serta selalu berpikir panjang dalam menyelesaikan masalah.

Namun dibalik sifat baiknya itu ia tega mengkhianati persahabatan dengan

Rossa. Dilla telah berselingkuh terhadap pacar Rossa. David adalah

mantan suami Rossa. David mempunyai watak yang pemarah dan keras

72
81

kepala. Sejak ia menikah dengan Rossa, ia selalu marah-marah sehingga

akhirnya mereka bercerai. Namun setelah lama ia tidak bertemu dengan

Rossa, watak David berubah. Ia menjadi orang menyayangi putrinya.

Marco adalah pacar Rossa. Ia seorang pengusaha yang kaya. Ia

mempunyai watak yang glamor serta royal dan juga bekerja keras, demi

mendapatkan keinginanya. Selain Marco, pacar Rossa adalah Virlo. Virlo

pada dasarnya orang yang jujur. Ia mau menerima kekurangan Rossa.

Namun Virlo tega mengkhianati Rossa. Ia berselingkuh dengan sahabatnya

sendiri. Mas Karim adalah pacar Nunung. Ia orang yang sabar dan suka

menolong orang lain. Mas Reynaldi adalah orang yang mempunyai watak

suka bercanda. Ia juga suka membantu orang lain serta perhatian.

2) Konflik eksternal yang terjadi dalam novel Janda-Janda Kosmopolitan

karya Andrei Aksana. Konflik eksternal ini dialami oleh tokoh Rossa

dengan Sam, Para sahabat, David, dan Marco. Konflik Rossa dengan Sam

karena Sam sering meminta transfer uang kepada Rossa. Konflik Rossa

dengan para sahabat dikarenakan perbedaan pendapat dalam menilai

pembantu. Konflik Rossa dengan David terjadi karena mereka selalu

bertengkar, David menuding Rossa sebagai biang keladi terjadi

kagagalannya menjadi sarjana luar negeri. Konflik Rossa dengan Marco

ketika Marco mengetahui status Rossa yang sebenarnya. Tokoh Nunung

mengalami konflik secara eksternal dengan para sahabatnya. Konflik

Nunung terjadi dengan para sahabat, ketika para sahabat menganggap

status Nunung yang janda akan membawa pengaruh yang tidak baik. Dan
82

tokoh Inge mengalami konflik secara eksternal dengan lingkungan

masyarakat. Konflik eksternal Inge dikarenakan oleh lingkungan sekitar.

Mengapa janda merupakan hal yang dianggap tidak baik di mata

masyarakat. Konflik eksternal yang dialami Dilla ketika ia ketahuan

berselingkuh dengan Virlo.

3) Konflik internal yang terjadi pada novel Janda-Janda Kosmopolitan karya

Andrei Aksana. Konflik internal ini dialami oleh tokoh Rossa yang

menginginkan dua keinginan dalam waktu yang bersamaan. Keinginan

Rossa untuk menjaga putrinya dan bertemu dengan pihak investor. Dan

keinginan Rossa untuk memiliki kehidupan yang nyata. Konflik internal

yang dialami Nunung adalah ketika ia pulang dari luar negeri. Ia melihat

suaminya telah menikah lagi. Konflik internal yang dialami Adys yang

tidak merelakan Nunung pulang. Tokoh Virlo mengalami konflik secara

internal ketika ia ingin mendekati Rossa dan Rossa menolak. Sedangkan

Mas Karim mengalami konflik internal ketika lamarannya ditolak oleh

Nunung. Mas Reynaldi mengalami konflik internal ketika cintanya tidak

berbalas atau bertepuk sebelah tangan dengan Nunung.


83

BAB IV

HAMBATAN DAN SARAN


1.1 Hambatan

Penelitian yang peneliti laksanakan ini secara umum tidak

menemukan hambatan yang berarti. Hal ini berkat kerja keras dan usaha,

serta bantuan berbagai pihak, terutama dosen pembimbing yang

membimbing peneliti sehingga kajian ini dapat di selesaikan. Hambatan

yang penulis temukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Penulisan Penelitian

Dalam penulisan penelitian ini penulis menemukan hambatan yaitu terlalu

lama peneliti menemukan teori untuk menganalisis masalah penelitian.

2. Mengolah Data Penelitian

Dalam mengolah data penelitian, peneliti menemukan hambatan, yaitu tidak

bisa secara cepat mengolah data penelitian. Hal ini disebabakan banyaknya

tokoh-tokoh cerita yang ada pada novel tersebut.

1.2 Saran

Saran yang penulis berikan sehubung dengan penelitian perwatakan

dan konflik dalam novel Janda-Janda Kosmopolitan karya Andrei Aksana

ini adalah:

1. Sebagai penutup kajian ini peneliti mengajukan saran terutama

kaitannya dengan mahasiswa yang akan melakukan penelitian serupa

75
84

ini agar dapat melengkapi penelitian yang peneliti lakukan. Misalnya

tentang tema dan penokohan.

2. Kepada rekan-rekan mahasiswa khususnya program studi Bahasa dan

Sastra Indonesia, marilah kita dalami sastra ini dengan melakukan

berbagai penelitian sastra. Peneliti berharap agar para mahasiswa dapat

menumbuhkan sikap positif terhadap pengajaran sastra.

3. Untuk siswa SMP/SMU penelitian yang peneliti lakukan ini dapat di

jadikan sebagi gambaran dalam pembahasan karya fiksi sebagai bahan

yang dituntut dalam kurikulum pengajaran Bahasa dan Sastra

Indonesia.

4. Kepada toko buku serta perpustakaan agar lebih banyak lagi

melengkapi buku-buku yang menunjang untuk penelitian sastra dan

lainya agar penaliti selanjutnya dapat dengan mudah mencari buku

sumbernya.
85

DAFTAR PUSTAKA

Aksana, Andrei. 2010. Janda – Janda Kosmopolotan. Jakarta : Gramedia Pustaka


Utama.

Ali, Mohammad Daud. 2008. Pendidikan Agama Islam. Jakarta : Raja Grafindo
Persada.

Endraswara, Suwardi. 2008. Metode Penelitian Psikologi Sastra. Teori, langkah,


dan Penerapanya. Yogyakarta : Med Press.

Fauzi, Ahmad. 1999. Psikologi Umum. Bandung : Pustaka Setia.

Hamidy, UU. 2001. Pembahasan Karya Fiksi dan Puisi. Pekanbaru : Unri Pers.

dan Edi Yusrianto. 2003. Metodologi Penelitian Disiplin Ilmu-Ilmu


Sosial dan Budaya. Pekanbaru: Bilik Kreatif Prss.

Hardjana, Andre. 1991. Kritik Sastra Sebuah Pengantar. Jakarta : Gramedia


Pustaka Utama.

Julita. 2008. “Kajian Psikoanalisis dalam Novel Gerhana karya AA Nafis”.


Program Strata Satu. Skripsi tidak diterbitkan. Pekanbaru : FKIP
Universitas Islam Riau.

Nisdieti. 2006. “Kajian Psikoanalisis dalam Roman Hempasan Gelombang karya


Taufik Ikram Jamil”. Program Strata Satu. Skripsi tidak diterbitkan.
Pekanbaru : FKIP Universitas Islam Riau.

Nurgiantoro, Burhan. 2009. Teori Pengkajian Fiksi. Yogyakarta : Gadjah Mada


University Pres.

Nurhadi. 1987. Kapita Selekta Kajian Bahasa, Sastra, dan Pengajaranya.


Malang : Yayasan Asih Asah Asuh.

Sentosa Puji, Suroso, dan Pardi Suratno. 2010. Kritik Sastra, Teori, Metodologi,
dan Aplikasi. Yogyakarta : Elmatera Publishing.

Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa Departemen Pendidikan Nasional


Republik Indonesia. 2005. Pedoman Umum Ejaan Yang Disempurnakan
dan Pedoman Umum Pembentukan Iistilah. Bandung : Pustaka Setia.

Semi, Atar. 1989. Kritik Sastra. Bandung: Angkasa.

Sudjiman, Panuti. 1991. Memahami Cerita Rekaan. Jakarta : Pustaka Jaya.


86

Suhanto, Agus. 2009. Analisis Psikologi Sastra dalam roman larasati karya
Pramoedya Ananta Toer. (http://www. Psikologi Sastra.com). diakses 7
februari 2011).

Sumardjo, Jakob dan Saini K.M. 1991. Apresiasi Kesusastraan. Jakarta:


Gramedia Pustaka Utama
Yasin, Suchan. 1997. Kamus Lengkap Bahasa Indonesia. Surabaya : Amanah.

Anda mungkin juga menyukai