Anda di halaman 1dari 42

LAPORAN PENDAHLUAN

DAN ASUHAN KEPERAWATAN


UROLITHIASIS

Disusun Oleh :

1. AHMAD YUSRON (201501101)


2. NOOR ARIEF BACHTIAR (201501124)
3. DWI FITRI APRILIA (201501108)
4. ARI BUDI C. (201501105)
5. EKO YUSWANTO (201501111)
6. IKA IRMA YUSTIANA (201501117)
7. NURUL CHOTIJAH (201501126)
8. RELA AYU YUSEFA (201501139)

STIKES KARYA HUSADA KEDIRI

PRODI S1 ILMU KEPERAWATAN

2016
KATA PENGANTAR

Puji syukur atas kehadirat Alloh SWT yang telah melimpahkan rahmat dan
hidayahNya, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah Laporan Pendahuluan dan
Asuhan Keperawatan tentang “UROLITHIASIS” meskipun masih jauh dari
kesempurnaan.
Makalah ini disusun untuk melengkapi tugas mata kuliah sistem Urologi yang
dibimbing oleh bapak Ns. Moch. Maftuchul Huda, S.Kp.,M.Kep.,Sp.Kom.
Tidak lupa penulis ucapkan terima kasih yang kepada pembimbing yang telah
meluangkan waktu baik diwaktu jam pelajaran maupun diluar jam pelajaran untuk
membimbing penulis dalam menyelesaikan makalah ini, serta pihak-pihak yang terlibat,
baik langsung maupun tidak langsung.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna, oleh
karena itu kritik dan saran yang konstruktif demi kemajuan dan kebaikan makalah ini
sangat penulis harapkan
Akhirnya penulis berharap makalah Laporan Pendahuluan dan Asuhan Keperawatan
tentang “UROLITHIASIS” ini dapat bermanfaat bagi masyarakat secara umum dan
mahasiswa STIKES Karya Husada Kediri khususnya.

Pare, 15 Mei 2016

Penulis,
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ........................................................................................ i


KATA PENGANTAR ...................................................................................... ii
DAFTAR ISI .................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ..................................................................... 1
B. Tujuan ................................................................................. 2
C. Manfaat…………………………………………………… 2
BAB II TINJAUAN TEORI
A. Anatomi fisiologi sistem urologi .......................................... 3
B. Definisi ................................................................................. 3
C. Etiologi ................................................................................. 7
D. Patofisiologi ......................................................................... 8
E. WOC .................................................................................... 10
F. Manifestasi Klinis ................................................................ 11
G. Komplikasi……………………………………………….. . 13
H. Pemeriksaan fisik ................................................................. 14
I. Pemeriksaan Diagnostik ....................................................... 14
J. Penatalaksanaan Umum ....................................................... 15
BAB III KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian ............................................................................ 17
B. Masalah Keperawatan .......................................................... 19
C. Rencana Keperawatan .......................................................... 20
BAB IV PENUTUP
A. Kesimpulan ............................................................................... 23
B. Saran ........................................................................................ 23
DAFTAR PUSTAKA
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Urolithiasis atau batu ginjal merupakan batu pada saluran kemih.

Urotialisis sudah dikenal sejak zaman Babilonia dan mesir kuno dengan ditemukannya

batu pada kandung kemih mummi. Batu saluran kemih dapat diketemukan sepanjang

saluran kemih mulai dari system kaliks ginjal kemudian turun ke saluran kemih bagian

bawah atau memang terbentuk di saluran kemih bagian bawah karena adanya stasis

urine seperti pada batu buli-buli karena hyperplasia prostat atau batu uretra yang

terbentuk di dalam divertikel uretra. Batu ginjal adalah batu yang terbentuk di tubuli

ginjal kemudian berada di kaliks, infundibulum, pelvis ginjal, dan bahkan bisa

mengisi pelvis serta seluruh kaliks ginjal dan merupakan batu saluran kemih yang

paling sering terjadi.

Penyakit batu saluran kemih menyebar ke seluruh dunia dengan

perbedaan di Negara berkembang banyak ditemukan batu buli-buli, sedangkan di

Negara yang lebih maju lebih banyak dijumpai batu saluran kemih di bagian atas (

ginjal dan ureter), perbedaan ini dipengaruhi status gizi dan mobilitas a penduduk

aktivitas sehari- hari. Angka prevalensi rata-rata seluruh dunia adalah 1-12 %

penduduk menderita batu saluran kemih.

Penyakit Urolithiasis di masyarakat luas pada umumnya dikenal dengan

batu ginjal. Penyakit ini akan menjadi kronik bila tidak mendapat pengobatan secara

dini yaitu terjadinya kerusakan ginjal yang akut ditandai dengan tidak berfungsinya

ginjal.

Berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi termasuk di bidang

kesehatan berdampak positif dan negatif terhadap pola hidup masyarakat termasuk
perubahan pola dan gaya hidup masyarakat sehinga kita dapat melihat dampak negatif

yang bisa kita lihat yaitu banyaknya penyakit yang muncul misalnya hipertensi,

jantung dan juga ginjal.

Selain itu penyakit yang muncul karena gaya hidup yang kurang sehat

adalah batu pada saluran kencing, yang bila tidak diatasi dapat menimbulkan berbagai

komplikasi. Karena hal tersebut di atas sebagai perawat kita ikut berperan dalam

mengatasi masalah ini antara lain dengan rasa memberikan penyuluhan pada pasien

dan keluarga untuk meningkatkan pengetahuan tentang urolithiasis dan

vesikolithiasis/batu buli-buli khususnya serta cara pencegahannya.

Gejala awal terbentuknya batu jarang dirasakan oleh penderita, mungkin

hanya perubahan dalam pola perkemihan, namun bila tidak ditindaklanjuti maka dapat

menimbulkan keadaan yang parah, seperti nyeri yang hebat, terjadi penyumbatan

saluran kemih bahkan terjadi kerusakan ginjal.

Peran perawat dalam hal ini adalah memberikan penyuluhan tentang

pencegahan terjadinya batu, seperti mengkonsumsi cairan dalam jumlah banyak (3 – 4

liter/hari), diit yang seimbang/sesuai dengan jenis batu yang ditemukan, aktivitas yang

cukup serta segera memeriksakan diri bila timbul keluhan pada saluran kemih agar

dapat segera ditangani. Bagi penderita yang mengalami batu pada saluran kemih agar

selalu menjaga kesehatannya agar tidak terjadinya pembentukan batu yang baru. Hal

yang harus diperhatikan oleh penderita adalah diet makanan dan pemeliharaan

kesehatan seperti berobat ke dokter, minum obat secara teratur dan menghindari

penyakit infeksi yang menjadi salah satu penyebab timbulnya urolithiasis.

Dari penjelasan di atas penulis ingin membuat makalah mengenai

‘‘Laporan pendahuluan dan asuhan keperawatan pada pasien dengan Urolithiasis”


B. Tujuan Penulisan

 Tujuan Umum

Secara umum penulis bertujuan untuk mendapatkan gambaran secara

umum tentang asuhan keperawatan klien dengan urolithiasis

 Tujuan Khusus

a. Mahasiswa dapat mengetahui tentang anatomi fisiologi sistem urologi

b. Mahasiswa dapat mengetahui definisi urolithiasis

c. Mahasiswa dapat mengetahui klasifikasi urolithiasis

d. Mahasiswa dapat mengetahui etiologi urolithiasis

e. Mahasiswa dapat mengetahui patofisiologi urolithiasis

f. Mahasiswa dapat mengetahui manifestasi klinis urolithiasis

g. Mahasiswa dapat mengetahui pemeriksaan diagnostik urolithiasis

h. Mahasiswa dapat mengetahui penatalaksanaan urolithiasis

i. Mahasiswa dapat melakukan asuhan keperawatan urolithiasis


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Anatomi Fisiologi Sistem Urologi

Sistem urinary adalah sistem organ yang memproduksi, menyimpan, dan

mengalirkan urin. Pada manusia, sistem ini terdiri dari dua ginjal, dua ureter,

kandung kemih, dan uretra.

1. Ginjal (www.pintarbiologi.com)

 Kedudukan ginjal di belakang dari kavum abdominalis di belakang peritoneum

pada kedua sisi vertebra lumbalis iii melekat langsung pada dinding abdomen.

 Manusia memiliki sepasang ginjal yang terletak di belakang perut atau abdomen.

Ginjal ini terletak di kanan dan kiri tulang belakang, di bawah hati dan limpa. Di

bagian atas (superior) ginjal terdapat kelenjar adrenal (juga disebut kelenjar

suprarenal).

 Ginjal bersifat retroperitoneal, yang berarti terletak di belakang peritoneum yang

melapisi rongga abdomen. Kedua ginjal terletak di sekitar vertebra T12 hingga L3.

Ginjal kanan biasanya terletak sedikit di bawah ginjal kiri untuk memberi tempat

untuk hati.
 Sebagian dari bagian atas ginjal terlindungi oleh iga ke sebelas dan duabelas.

Kedua ginjal dibungkus oleh dua lapisan lemak (lemak perirenal dan lemak

pararenal) yang membantu meredam goncangan.

 Ginjal adalah organ ekskresi dalam vertebrata yang berbentuk mirip kacang.

Sebagai bagian dari sistem urin, ginjal berfungsi menyaring kotoran (terutama

urea) dari darah dan membuangnya bersama dengan air dalam bentuk urin. Cabang

dari kedokteran yang mempelajari ginjal dan penyakitnya disebut nefrologi..

LAPISAN GINJAL (www.pintarbiologi.com)

 Setiap ginjal terbungkus selaput tipis (kapsula renalis) berupa jaringan fibrus

berwarna ungu tua

 Lapisan ginjal terbagi atas :lapisan luar (yaitu lapisan korteks / substantia

kortekalis) dan lapisan dalam (yaitu medulla (substantia medullaris). Bagian paling

luar dari ginjal disebut korteks, bagian lebih dalam lagi disebut medulla. Bagian

paling dalam disebut pelvis. Pada bagian medulla ginjal manusia dapat pula dilihat
adanya piramida yang merupakan bukaan saluran pengumpul. Ginjal dibungkus

oleh lapisan jaringan ikat longgar yang disebut kapsula.

UNIT FUNGSIONAL GINJAL (www.pintarbiologi.com)

 Unit fungsional dasar dari ginjal adalah nefron yang dapat berjumlah lebih dari

satu juta buah dalam satu ginjal normal manusia dewasa. Nefron berfungsi sebagai

regulator air dan zat terlarut (terutama elektrolit) dalam tubuh dengan cara

menyaring darah, kemudian mereabsorpsi cairan dan molekul yang masih

diperlukan tubuh. Molekul dan sisa cairan lainnya akan dibuang. Reabsorpsi dan

pembuangan dilakukan menggunakan mekanisme pertukaran lawan arus dan

kotranspor. Hasil akhir yang kemudian diekskresikan disebut urin.

 Sebuah nefron terdiri dari sebuah komponen penyaring yang disebut korpuskula

(atau badan Malphigi) yang dilanjutkan oleh saluran-saluran (tubulus).

 Setiap korpuskula mengandung gulungan kapiler darah yang disebut glomerulus

yang berada dalam kapsula Bowman. Setiap glomerulus mendapat aliran darah dari

arteri aferen. Dinding kapiler dari glomerulus memiliki pori-pori untuk filtrasi atau
penyaringan. Darah dapat disaring melalui dinding epitelium tipis yang berpori dari

glomerulus dan kapsula Bowman karena adanya tekanan dari darah yang

mendorong plasma darah. Filtrat yang dihasilkan akan masuk ke dalan tubulus

ginjal. Darah yang telah tersaring akan meninggalkan ginjal lewat arteri eferen.

 Tubulus ginjal merupakan lanjutan dari kapsula Bowman. Bagian yang

mengalirkan filtrat glomerular dari kapsula Bowman disebut tubulus konvulasi

proksimal. Bagian selanjutnya adalah lengkung Henle yang bermuara pada tubulus

konvulasi distal.

 Lengkung Henle diberi nama berdasar penemunya yaitu Friedrich Gustav Jakob

Henle di awal tahun 1860-an. Lengkung Henle menjaga gradien osmotik dalam

pertukaran lawan arus yang digunakan untuk filtrasi. Sel yang melapisi tubulus

memiliki banyak mitokondria yang menghasilkan ATP dan memungkinkan

terjadinya transpor aktif untuk menyerap kembali glukosa, asam amino, dan

berbagai ion mineral. Sebagian besar air (97.7%) dalam filtrat masuk ke dalam

tubulus konvulasi dan tubulus kolektivus melalui osmosis.

 Cairan mengalir dari tubulus konvulasi distal ke dalam sistem pengumpul yang

terdiri dari:tubulus penghubung , tubulus kolektivus kortikal dan tubulus kloektivus

medularis

 Tempat lengkung Henle bersinggungan dengan arteri aferen disebut aparatus

juxtaglomerular, mengandung macula densa dan sel juxtaglomerular. Sel

juxtaglomerular adalah tempat terjadinya sintesis dan sekresi renin. Cairan menjadi

makin kental di sepanjang tubulus dan saluran untuk membentuk urin, yang

kemudian dibawa ke kandung kemih melewati ureter.


2. Ureter (www.pintarbiologi.com)

Ureter merupakan saluran sepanjang 25-30 cm yang membawa hasil penyaringan

ginjal (filtrasi, reabsorpsi, sekresi) dari pelvis renalis menuju vesica urinaria.

Terdapat sepasang ureter yang terletak retroperitoneal, masing-masing satu untuk

setiap ginjal.

Syntopi ureter

Ureter kiri Ureter kanan

Anterior Kolon sigmoid Duodenum pars

descendens
a/v. colica sinistra

Ileum terminal
a/v. testicularis/ovarica

a/v. colica dextra

a/v.ileocolica
mesostenium

Posterior M.psoas major, percabangan a.iliaca communis

Laki-laki: melintas di bawah lig. umbilikal lateral dan

ductus deferens

Perempuan: melintas di sepanjang sisi cervix uteri dan

bagian atas vagina

Laki-laki: melintas di bawah lig. umbilikal lateral dan ductus deferens

Perempuan: melintas di sepanjang sisi cervix uteri dan bagian atas vagina

Ureter setelah keluar dari ginjal (melalui pelvis) akan turun di depan m.psoas

major, lalu menyilangi pintu atas panggul dengan a.iliaca communis. Ureter

berjalan secara postero-inferior di dinding lateral pelvis, lalu melengkung

secara ventro-medial untuk mencapai vesica urinaria. Adanya katup uretero-

vesical mencegah aliran balik urine setelah memasuki kandung kemih.

Terdapat beberapa tempat di mana ureter mengalami penyempitan yaitu

peralihan pelvis renalis-ureter, fleksura marginalis serta muara ureter ke dalam

vesica urinaria. Tempat-tempat seperti ini sering terbentuk batu/kalkulus.

Ureter diperdarahi oleh cabang dari a.renalis, aorta abdominalis, a.iliaca

communis, a.testicularis/ovarica serta a.vesicalis inferior. Sedangkan

persarafan ureter melalui segmen T10-L1 atau L2 melalui pleksus renalis,

pleksus aorticus, serta pleksus hipogastricus superior dan inferior.


3. Vesika Urinaria (www.pintarbiologi.com)

Vesica urinaria, sering juga disebut kandung kemih atau buli-buli, merupakan

tempat untuk menampung urine yang berasal dari ginjal melalui ureter, untuk

selanjutnya diteruskan ke uretra dan lingkungan eksternal tubuh melalui

mekanisme relaksasi sphincter. Vesica urinaria terletak di lantai pelvis (pelvic

floor), bersama-sama dengan organ lain seperti rektum, organ reproduksi,

bagian usus halus, serta pembuluh-pembuluh darah, limfatik dan saraf.

Syntopi vesica urinaria

Vertex Lig. umbilical medial

Infero-lateral Os. Pubis, M.obturator internus, M.levator ani

Superior Kolon sigmoid, ileum (laki-laki), fundus-korpus uteri, excav.

vesicouterina (perempuan)

Infero-posterior Laki-laki: gl.vesiculosa, ampula vas deferens,rektum

Perempuan: korpus-cervis uteri, vagina


Dalam keadaan kosong vesica urinaria berbentuk tetrahedral yang terdiri atas

tiga bagian yaitu apex, fundus/basis dan collum. Serta mempunyai tiga permukaan

(superior dan inferolateral dextra dan sinistra) serta empat tepi (anterior, posterior,

dan lateral dextra dan sinistra). Dinding vesica urinaria terdiri dari otot m.detrusor

(otot spiral, longitudinal, sirkular). Terdapat trigonum vesicae pada bagian

posteroinferior dan collum vesicae. Trigonum vesicae merupakan suatu bagian

berbentuk mirip-segitiga yang terdiri dari orifisium kedua ureter dan collum vesicae,

bagian ini berwarna lebih pucat dan tidak memiliki rugae walaupun dalam keadaan

kosong. Vesicae urinaria diperdarahi oleh a.vesicalis superior dan inferior. Namun

pada perempuan, a.vesicalis inferior digantikan oleh a.vaginalis.

Sedangkan persarafan pada vesica urinaria terdiri atas persarafan simpatis dan

parasimpatis. Persarafan simpatis melalui n.splanchnicus minor, n.splanchnicus

imus, dan n.splanchnicus lumbalis L1-L2. Adapun persarafan parasimpatis melalui

n.splanchnicus pelvicus S2-S4, yang berperan sebagai sensorik dan motorik.

4. Uretra (www.pintarbiologi.com)

Uretra merupakan saluran yang membawa urine keluar dari vesica urinaria menuju

lingkungan luar. Terdapat beberapa perbedaan uretra pada pria dan wanita. Uretra
pada pria memiliki panjang sekitar 20 cm dan juga berfungsi sebagai organ seksual

(berhubungan dengan kelenjar prostat), sedangkan uretra pada wanita panjangnya

sekitar 3.5 cm. selain itu, Pria memiliki dua otot sphincter yaitu m.sphincter interna

(otot polos terusan dari m.detrusor dan bersifat involunter) dan m.sphincter externa

(di uretra pars membranosa, bersifat volunter), sedangkan pada wanita hanya

memiliki m.sphincter externa (distal inferior dari kandung kemih dan bersifat

volunter).

Pada pria, uretra dapat dibagi atas pars pre-prostatika, pars prostatika, pars

membranosa dan pars spongiosa.

• Pars pre-prostatika (1-1.5 cm), merupakan bagian dari collum vesicae dan aspek

superior kelenjar prostat. Pars pre-prostatika dikelilingi otot m. sphincter urethrae

internal yang berlanjut dengan kapsul kelenjar prostat. Bagian ini disuplai oleh

persarafan simpatis.

• Pars prostatika (3-4 cm), merupakan bagian yang melewati/menembus kelenjar

prostat. Bagian ini dapat lebih dapat berdilatasi/melebar dibanding bagian lainnya.

• Pars membranosa (12-19 mm), merupakan bagian yang terpendek dan tersempit.
Bagian ini menghubungkan dari prostat menuju bulbus penis melintasi diafragma

urogenital. Diliputi otot polos dan di luarnya oleh m.sphincter urethrae eksternal

yang berada di bawah kendali volunter (somatis).

• Pars spongiosa (15 cm), merupakan bagian uretra paling panjang, membentang dari

pars membranosa sampai orifisium di ujung kelenjar penis. Bagian ini dilapisi oleh

korpus spongiosum di bagian luarnya.

B. Definisi Urolithiasis

 Urolithiasis adalah adanya batu (kalkuli) di traktus urinarius (Brunner and

Suddarth, 2002, hal. 1460).

 Urolithiasis adalah kalsifikasi dengan sistem urinari kalkuli, seringkali disebut batu

ginjal. Batu dapat berpindah ke ureter dan kandung kemih (Black, Joyce, 1997, hal.

1595).

 Urolithiasis adalah benda zat padat yang dibentuk oleh presipitasi berbagai zat

terlarut dalam urine pada saluran kemih. Batu dapat berasal dari kalsium oksalat

(60%), fosfat sebagai campuran kalsium, amonium, dan magnesium fosfat (batu

tripel fosfat akibat infeksi) (30%), asam urat (5%), dan sistin (1%).( Pierce A.

Grace & Neil R. Borley 2006, ILMU BEDAH, hal. 171).

 Urolithiasis adalah penyakit diamana didapatkan batu di dalam saluran air kemih,

yang dimulai dari kaliks sampai dengan uretra anterior.(DR. Nursalam, M. Nurs &

Fransica B.B, Sistem Perkemihan, hal. 76).

 Urolithiasis adalah pengkristilan mineral yang mengelilingi zat organik, misalnya

nanah, darah, atau sel yang sudah mati. Biasanya batu kalkuli terdiri atas garam

kalsium ( oksalat dan fosfat) atau magnesium fosfat dan asam urat.(Mary

baradero,SPC,MN & Yakobus Siswandi, MSN, klien gangguan ginjal, hal 59)
C. Klasifikasi

Teori pembentukan batu renal :

1. Teori Intimatriks

Terbentuknya Batu Saluran Kencing memerlukan adanya substansi organik

Sebagai inti. Substansi ini terdiri dari mukopolisakarida dan mukoprotein A yang

mempermudah kristalisasi dan agregasi substansi pembentukan batu.

2. Teori Supersaturasi

Terjadi kejenuhan substansi pembentuk batu dalam urine seperti sistin, santin, asam

urat, kalsium oksalat akan mempermudah terbentuknya batu.

3. Teori Presipitasi-Kristalisasi

Perubahan pH urine akan mempengaruhi solubilitas substansi dalam urine. Urine

yang bersifat asam akan mengendap sistin, santin dan garam urat, urine alkali akan

mengendap garam-garam fosfat.

4. Teori Berkurangnya Faktor Penghambat

Berkurangnya Faktor Penghambat seperti peptid fosfat, pirofosfat, polifosfat, sitrat

magnesium, asam mukopolisakarida akan mempermudah terbentuknya Batu

Saluran Kencing.

Jenis Batu-batu renal :

1. Batu kalsium

Terutama dibentuk oleh pria pada usia rata-rata timbulnya batu adalah dekade

ketiga. Kebanyakan orang yang membentuk batu lagi dan interval antara batu-batu

yang berturutan memendek atau tetap konstan. Kandungan dari batu jenis ini terdiri

atas kalsium oksalat, kalsium fosfat atau campuran dari kedua jenis batu tersebut.

Faktor yang menyebabkan terjadinya batu kalsium adalah :


a. Hiperkalsiuria

Dapat disebabkan oleh pembuangan kalsium ginjal primer atau sekunder

terhadap absorbsi traktus gastrointestinal yang berlebihan. Hiperkalsiuria

absorptif dapat juga disebabkan oleh hipofosfatemia yang merangsang

produksi vitamin D3.

Tipe yang kurang sering adalah penurunan primer pada reabsorbsi kalsium di

tubulus ginjal, yang mengakibatkan hiperkalsiuria di ginjal.

b. Hipositraturia

Sitrat dalam urin menaikkan kelarutan kalsium dan memperlambat

perkembangan batu kalsium oxalat. Hipositraturia dapat terjadi akibat asidosis

tubulus distal ginjal, diare kronik atau diuretik tiazid.

c. Hiperoksalouria

Terdapat pada 15% pasien dengan penyakit batu berulang (> 60 mg/hari).

Hiperoksaluria primer jarang terjadi, kelainana metabolisme kongenital yang

merupakan autosan resesif yang secara bermakna meningkatkan ekskresi

oksalat dalam urin, pembentukan batu yang berulang dan gagal ginjal pada

anak.

d. Hiperurikorsuria

Kadar asam urat urin melebihi 850 mg/24 jam. Asam urat urin dapat bertindak

sebagai inti batu yang mempermudah terbentuknya batu kalsium oksalat asam

urat dalam urin dapat bersumber dari konsumsi makanan yang kaya purin/

berasal dari metabolisme endogen.

e. Hipomagnesiuria

Seperti halnya dengan sitrat magnesium bertindak sebagai penghambat

timbulnya batu kalsium karena di dalam urine magnesium akan bereaksi dengan
oksalat menjadi magnesium oksalat sehingga mencegah ikatan dengan kalsium

dengan oksalat.

2. Batu asam urat

Batu asam urat merupakan penyebab yang paling banyak dari batu-batu radiolusen

di ginjal. Batu-batu tersebut dapat terbentuk jika terdapat hiperurikosuria dan urin

asam yang menetap. Batu asam urat batu ini dijumpai pada pasien gout, Ph Urin

yang rendah Adalah factor Kritis dalam membantu pembentukan batu asam urat.

Batu ini jarang terbentuk dalam urin basa. Batu terbentuk pada PH dibawah 5,5.

3. Batu struvit

Sering ditemukan dan potensial berbahaya. Batu ini terutama pada wanita,

diakibatkan oleh infeksi saluran kemih oleh bakteri-bakteri yang memiliki urease,

biasanya dari psesies proteus. Batu ini dapat tumbuh menjadi besar dan mengisi

pelvis ginjal dan kalises untuk menimbulkan suatu penampilan seperti “tanduk rusa

jantan”. Dalam urin, kristal struvit berbentuk prisma bersegi empat yang

menyerupai tutup peti mati.obat antibiotik.

D. Etiologi

Sampai saat sekarang penyebab terbentuknya batu belum diketahui secara pasti.

Beberapa faktor predisposisi terjadinya batu :

 Ginjal

Tubular rusak pada nefron, mayoritas terbentuknya batu.

 Immobilisasi

Kurang gerakan tulang dan muskuloskeletal menyebabkan penimbunan

kalsium. Peningkatan kalsium di plasma akan meningkatkan pembentukan

batu.
 Infeksi : infeksi saluran kemih dapat menyebabkan nekrosis jaringan ginjal dan

menjadi inti pembentukan batu.

 Kurang minum : sangat potensial terjadi timbulnya pembentukan batu.

 Pekerjaan : dengan banyak duduk lebih memungkinkan terjadinya

pembentukan batu dibandingkan pekerjaan seorang buruh atau petani.

 Iklim : tempat yang bersuhu dingin (ruang AC) menyebabkan kulit kering dan

pemasukan cairan kurang. Tempat yang bersuhu panas misalnya di daerah

tropis, di ruang mesin menyebabkan banyak keluar keringat, akan mengurangi

produksi urin.

 Diuretik : potensial mengurangi volume cairan dengan meningkatkan kondisi

terbentuknya batu saluran kemih.

 Makanan, kebiasaan mengkonsumsi makanan tinggi kalsium seperti susu, keju,

kacang polong, kacang tanah dan coklat. Tinggi purin seperti : ikan, ayam,

daging, jeroan. Tinggi oksalat seperti : bayam, seledri, kopi, teh, dan vitamin D

E. Tanda dan Gejala

Manifestasi klinis adanya batu dalam traktus urinarius bergantung pada adanya

obstruksi, infeksi dan edema.

1. Ketika batu menghambat aliran urin, terjadi obstruksi, menyebabkan

peningkatan tekanan hidrostatik dan distensi piala ginjal serta ureter proksimal.

 Infeksi (pielonefritis dan sistitis yang disertai menggigil, demam dan

disuria) dapat terjadi dari iritasi batu yang terus menerus. Beberapa batu

menyebabkan sedikit gejala namun secara perlahan merusak unit fungsional

(nefron) ginjal.

 Nyeri yang luar biasa dan ketidak nyamanan.


2. Batu di piala ginjal

 Nyeri dalam dan terus-menerus di area kastovertebral.

 Hematuri dan piuria dapat dijumpai.

 Nyeri berasal dari area renal menyebar secara anterior dan pada wanita

nyeri ke bawah mendekati kandung kemih sedangkan pada pria mendekati

testis.

 Bila nyeri mendadak menjadi akut, disertai nyeri tekan di area

kostoveterbal, dan muncul Mual dan muntah.

 Diare dan ketidaknyamanan abdominal dapat terjadi. Gejala gastrointestinal

ini akibat dari reflex renoinstistinal dan proksimitas anatomic ginjal ke

lambung pancreas dan usus besar.

3. Batu yang terjebak di ureter

 Menyebabkan gelombang Nyeri yang luar biasa, akut, dan kolik yang

menyebar ke paha dan genitalia.

 Rasa ingin berkemih namun hanya sedikit urine yang keluar.

 Hematuri akibat aksi abrasi batu.

 Biasanya batu bisa keluar secara spontan dengan diameter batu 0,5-1 cm.

4. Batu yang terjebak di kandung kemih

 Biasanya menyebabkan gejala iritasi dan berhubungan dengan infeksi

traktus urinarius dan hematuri.

 Jika batu menyebabkan obstruksi pada leher kandung kemih akan terjadi

retensi urine
F. Patofisiologi

 Mekanisme terbentuknya batu pada saluran kemih atau dikenal dengan

urolitiasis belum diketahui secara pasti. Namun ada beberapa faktor

predisposisi terjadinya batu antara lain : Peningkatan konsentrasi larutan urin

akibat dari intake cairan yang kurang dan juga peningkatan bahan-bahan

organik akibat infeksi saluran kemih atau stasis urin menyajikan sarang untuk

pembentukan batu.

 Supersaturasi elemen urin seperti kalsium, fosfat, oxalat, dan faktor lain

mendukung pembentukan batu meliputi : pH urin yang berubah menjadi asam,

jumlah solute dalam urin dan jumlah cairan urin. Masalah-masalah dengan

metabolisme purin mempengaruhi pembentukan batu asam urat. pH urin juga

mendukung pembentukan batu. Batu asam urat dan batu cystine dapat

mengendap dalam urin yang asam. Batu kalsium fosfat dan batu struvite biasa

terdapat dalam urin yang alkalin. Batu oxalat tidak dipengaruhi oleh pH urin.

 Imobilisasi yang lama akan menyebabkan pergerakan kalsium menuju tulang

akan terhambat. Peningkatan serum kalsium akan menambah cairan yang akan

diekskresikan. Jika cairan masuk tidak adekuat maka penumpukan atau

pengendapan semakin bertambah dan pengendapan ini semakin kompleks

sehingga terjadi batu.

 Batu yang terbentuk dalam saluran kemih sangat bervariasi, ada batu yang

kecil dan batu yang besar. Batu yang kecil dapat keluar lewat urin dan akan

menimbulkan rasa nyeri, trauma pada saluran kemih dan akan tampak darah

dalam urin. Sedangkan batu yang besar dapat menyebabkan obstruksi saluran

kemih yang menimbulkan dilatasi struktur, akibat dari dilatasi akan terjadi
refluks urin dan akibat yang fatal dapat timbul hidronefrosis karena dilatasi

ginjal.

 Kerusakan pada struktur ginjal yang lama akan mengakibatkan kerusakan pada

organ-organ dalam ginjal sehingga terjadi gagal ginjal kronis karena ginjal

tidak mampu melakukan fungsinya secara normal.

 Maka dapat terjadi penyakit GGK yang dapat menyebabkan kematian.

G. Pemeriksaan Diagnostik

 Urinalisa : warna kuning, coklat gelap, berdarah. Secara umum menunjukkan

adanya sel darah merah, sel darah putih dan kristal(sistin,asam urat, kalsium

oksalat), serta serpihan, mineral, bakteri, pus, pH urine asam(meningkatkan

sistin dan batu asam urat) atau alkalin meningkatkan magnesium, fosfat

amonium, atau batu kalsium fosfat.

 Urine (24 jam) : kreatinin, asam urat, kalsium, fosfat, oksalat atau sistin

meningkat.

 Kultur urine : menunjukkan adanya infeksi saluran kemih (stapilococus aureus,

proteus,klebsiela,pseudomonas).

 Survei biokimia : peningkatan kadar magnesium, kalsium, asam urat, fosfat,

protein dan elektrolit.

 BUN/kreatinin serum dan urine : Abnormal ( tinggi pada serum/rendah pada

urine) sekunder terhadap tingginya batu okkstuktif pada ginjal menyebabkan

iskemia/nekrosis.

 Kadar klorida dan bikarbonat serum : peningkatan kadar klorida dan

penurunan kadar bikarbonat menunjukkan terjadinya asidosis tubulus ginjal.

 Hitung Darah lengkap : sel darah putih mungkin meningkat menunjukan

infeksi/septicemia.
 Sel darah merah : biasanya normal.

 Hb, Ht : abnormal bila pasien dehidrasi berat atau polisitemia terjadi (

mendorong presipitas pemadatan) atau anemia(pendarahan, disfungsi ginjal).

 Hormon paratiroid : mungkin meningkat bila ada gagal ginjal. (PTH

merangsang reabsorbsi kalsium dari tulang meningkatkan sirkulasi serum dan

kalsium urine).

 Foto rontgen : menunjukkan adanya kalkuli atau perubahan anatomik pada

area ginjal dan sepanjang ureter.

 IVP : memberikan konfirmasi cepat urolithiasis, seperti penyebab nyeri


abdominal atau panggul. Menunjukan abdomen pada struktur anatomik (
distensi ureter) dan garis bentuk kalkuli.
 Sistoureterokopi : visualisasi langsung kandung kemih dan ureter dapat
menunjukan batu dan efek obstruksi.
 CT scan: mengidentifikasi/ menggambarkan kalkuli dan massa lain, ginjal,
ureter, dan distensi kandung kemih.
 USG Ginjal : untuk menentukan perubahan obstruksi, lokasi batu

H. Penatalaksanaan

1. Tujuannya :

a. Menghilangkan Batu

b. Menentukan jenis Batu

c. Mencegah kerusakan nefron

d. Mengendalikan infeksi

e. Mengurangi obstuksi yang terjadi

f. Mengurangi kemungkinan terjadinya rekurensi (terulang kembali).

2. Cara penanganan :

a. Pengurangan nyeri, mengurangi nyeri sampai penyebabnya dapat

dihilangkan, morfin diberikan untuk mencegah sinkop akibat nyeri luar biasa.
Mandi air hangat di area panggul dapat bermanfaat. Cairan yang diberikan,

kecuali pasien mengalami muntah atau menderita gagal jantung kongestif

atau kondisi lain yang memerlukan pembatasan cairan. Ini meningkatkan

tekanan hidrostatik pada ruang belakang batu sehingga mendorong passase

batu tersebut ke bawah. Masukan cairan sepanjang hari mengurangi

kosentrasi kristaloid urine, mengencerkan urine dan menjamin haluaran urine

yang besar.

b. Pengangkatan batu, pemeriksaan sistoskopik dan passase kateter ureteral

kecil untuk menghilangkan batu yang menyebabkan obstruksi ( jika

mungkin), akan segera mengurangi tekanan belakang pada ginjal dan

mengurangi nyeri.

c. Terapi nutrisi dan Medikasi. Terapi nutrisi berperan penting dalam mencegah

batu ginjal. Masukan cairan yang adekuat dan menghindari makanan

tertentu dalam diet yang merupakan bahan utama pembentuk

batu(mis.kalsium), efektif untuk mencegah pembentukan batu atau lebih

jauh meningkatkan ukuran batu yang telah ada. Minum paling sedikit 8

gelas sehari untuk mengencerkan urine, kecuali dikontraindikasikan.

d. Batu kalsium, pengurangan kandungan kalsium dan fosfor dalam diet dapat

membantu mencegah pembentukan batu lebih lanjut.

e. Batu fosfat, diet rendah fosfor dapat diresepkan untuk pasien yang

memiliki batu fosfat, untuk mengatasi kelebihan fosfor, jeli aluminium

hidroksida dapat diresepkan karena agens ini bercampur dengan fosfor, dan

mengeksikannyamelalui saluran intensial bukan ke system urinarius.

f. Batu urat, untuk mengatasi batu urat, pasien diharuskan diet rendah purin,

untuk mengurangi ekskresi asam urat dalam urine.


g. Batu oksalat, urine encer dipertahankan dengan pembatasan pemasukan

oksalat. Makanan yang harus dihindari mencakup sayuran hijau berdaun

banyak, kacang,seledri, coklat,the, kopi.

h. Jika batu tidak dapat keluar secara spontan atau jika terjadi komplikasi,

modaritas penanganan mencakup terapi gelombang kejut ekstrakorporeal,

pengankatan batu perkutan, atau uteroroskopi.

i. Lithotripsi Gelombang Kejut Ekstrakorporeal, adalah prosedur noninvasive

yang digunakan untuk menghancurkan batu kaliks ginjal. Setelah batu itu

pecah menjadi bagian yang kecil seperti pasir, sisa batu-batu tersebut

dikeluarkan secara spontan

j. Metode Endourologi Pengangkatan batu, bidang endourologi

menggabungkan keterampilan ahli radiologi dan urologi untuk mengankat

batu renal tanpa pembedahan mayor.

k. Uteroskopi, mencakup visualisasi dan askes ureter dengan memasukan

suatu alat ureteroskop melalui sistoskop. Batu dihancurkan dengan

menggunakan laser, lithotripsy elektrohidraulik, atau ultrasound kemudian

diangkat.

l. Pelarutan batu, infuse cairan kemolitik, untuk melarutkan batu dapat

dilakukan sebagai alternative penanganan untuk pasien kurang beresiko

terhadap terapi lain, dan menolak metode lain, atau mereka yang memiliki

batu yang mudah larut (struvit).

m. Pengangkatan Bedah,sebelum adanya lithotripsy, pengankatan batu ginjal

secara bedah merupakan terapi utama. Jika batu terletak di dalam ginjal,

pembedahan dilakukan dengan nefrolitotomi (Insisi pada ginjal untuk

mengangkat batu atau nefrektomi, jika ginjal tidak berfungsi akibat infeksi
atau hidronefrosis. Batu di piala ginjal diangat dengan pielolitotomi,

sedangkan batu yang diangkat dengan ureterolitotomi, dan sistostomi jika

batu berada di kandung kemih., batu kemudian dihancur dengan penjepit

alat ini. Prosedur ini disebut sistolitolapaksi.

I. Kompilkasi

 Sumbatan : akibat pecahan batu

 Infeksi : akibat desiminasi partikel batu ginjal atau bakteri akibat obstruksi

 Kerusakan fungsi ginjal : akibat sumbatan yang lama sebelum pengobatan

dan pengangkatan batu ginjal

J. Pencegahan

 Usahakan diuresis yang adekuat: minum air 2-3 liter per hari dapat di capai

diuresis 1,5 liter/hari.

 Pelaksanaan diet bergantung dari jenis penyakit batu (rendah kalsium tinggi

sisa asam, diet tinggi sisa basa, dan diet rendah purin).

 Eradikasi infeksi saluran kemih khususnya untuk batu struvit.


BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN

PASIEN DENGAN UROLITHIASIS

A. Pengkajian

1. Biodata meliputi nama, tempat, tanggal lahir, usia, jenis kelamin,

diagnose medis.

2. Keluhan utama

Pada pasien urolithiasis biasanya terdapat keluhan berupa Nyeri yang


luar biasa, akut/kronik dan Kolik yang menyebar ke paha dan genetelia.

3. Riwayat penyakit sekarang

Biasanya didapatkan gejala berupa Nyeri, Mual / Muntah, Hematuri,


Diare, Oliguria, Demam dan Disuria

4. Riwayat penyakit terdahulu

 Pernah menderita infeksi saluran kemih.


 Sering mengkonsumsi susu berkalsium tinggi.
 Bekerja di lingkungan panas.
 Penderita osteoporosis dengan pemakaian pengobatan kalsium.
 Olahragawan
5. Riwayat penyakit keluarga

Kemungkinan didapatkan riwayat penyakit hipertensi, ISK dan

urolithiasis pada anggota keluarga yang lain

6. Data psikososial

Pemeriksaan fisik

a) Pengkajian primer

Pengkajian primer yang dilakukan terdiri atas pengkajian

B1- B6 :
 B1 (Breathing)

Apabila terdapat komplikasi biasanya pasien terlihat sesak

dengan frekuensi nafas melebihi normal

 B2 (Bleeding)

Kemungkinan terdapat peningkatan tekanan darah jika pasien

terdapat penyakit penyerta misalnya hipertensi/decompensasi

cordis sehingga terdapat penurunan perfusi jaringan

 B3 (Brain)

Kesadaran composmentis tetapi tergantung pada keadaan umum

pasien, terkadang didapatkan keluhan berupa sakit kepala

karena suplai oksigen ke cerebral menurun.

 B4 (Blader)

Pengukuran volume urine berhubungan dengan adanya

penurunan suplai darah ke ginjal yang merupakan manifestasi

dari penurunan perfusi jaringan. Produksi urin normal 0,5

sampai dengan 1 cc/kg BB/jam.

 B5 (Bowel)

Terdapat nyeri abdomen, mual,muntah peningkatan frekuensi

bising usus dan penurunan nafsu makan

 B6 (Bone)

Terdapat penurunan aktifitas dikarenakan adanya kelemahan,

kelelahan, tidak dapat tidur, tidak didapatkan kelainan tulang.

b. Pengkajian Sekunder

 Aktifitas/istirahat

Data subyektif : Pekerjaan mononton, perkerjaan dimana


pasien terpajan pada lingkungan bersuhu

tinggi. Keterbatasan aktivitas/imobilisasi

sehubungan dengan kondisi sebelumnya,

adanya kelemahan

Data obyektif : tampak adanya kelemahan umum

 Sirkulasi

Data subyektif : Kemungkinan terdapat peningkatan

tekanan darah jika pasien terdapat

penyakit penyerta berupa hipertensi dan

terdapat penurunan perfusi jaringan karena

sesak

Data obyektif : Terdapat penurunan capillary refill lebh

dari 3 detik

 Integritas ego

Data subyektif : Perasaan tidak berdaya, hilang harapan

Data obyektif : Emosi yang labil, mudah marah

 Eliminasi

Data subyektif : Kemungkinan terdapat penurunan jumlah

produksi urin jika ada penyakit penyerta

gagal ginjal/jika pasien dehidrasi serta

gangguan elimminasi alvi jika intake

cairan dan makanan tidak adekuat


Data obyektif : Produksi urin sedikit/oliguria, kadang-

kadang terdapat hematuri,adanya

protein,granular,eritrosit pada hasil

pemeriksaan lab urin.

 Makan/minum

Data subyektif : Muntah/mual ,nyeri tekan abdomen. Diet

rendah purin, kalsium oksalat, dan fosfat.

Ketidakcukupan pemasukan cairan; tidak

minum air dengan cukup.

Data obyektif : Pasien tampak tidak nafsu makan, porsi

makan tidak habis, distensi

abdomen,tampak mual,muntah, bising usus

meningkat.

 Sensasi

Data subyektif : -

Data obyektif : -

 Nyeri/neural

Data subyektif : Episode akut nyeri berat/ kronik. Lokasi

tergantung pada lokasi batu, contoh pada

panggul di region sudut kostovetebral ;

dapat menyebar ke seluruh punggung,

abdomen, dan turun ke lipat

paha/genitalia. Nyeri dangkal konstan

menunjukan kalkulus ada di pelvis atau


kalkulus ginjal. Nyeri dapat digambarkan

sebagai akut, hebat tidak hilang dengan

posisi atau tindakan lain.

Data obyektif : Nyeri, peningkatan suhu tubuh

B. Diagnosa Keperawatan

Pre operasi :

1. Nyeri berhubungan dengan peningkatan frekuensi / dorongan kontraksi

uretral.

2. Perubahan eliminasi urine berhubungan dengan situasi kandung kemih oleh

batu,iritasi ginjal atau uretral.

3. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan mual / muntah.

4. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurang terpajan/ mengingat

salah interpertasi informasi.

Post operasi

1. Nyeri b.d insisi bedah

2. Kekurangan volume cairan b.d. haemoragik/ hipovolemik

3. Resiko infeksi b.d. insisi operasi dan pemasangan kateter


C. Intervensi Keperawatan pre operasi

Diagnosa Keperawatan Kriteria Hasil Intervensi (NIC)


(NOC)
Nyeri akut  Pain Level Pain Management
Definisi : Pengalaman  Pain Control  Lakukan pengkajian
sensori dan emosional yng  Comfort Level nyeri secara
tidak menyenangkan yang Kriteria Hasil : komprehensif
muncul akibat krusakan  Pasien mampu  Observasi reaksi non
jaringan yang aktual atau mengontrol nyeri dengan verbal dari
potensial. teknik non farmakologi ketidaknyamanan
Batasan Karakteristik:  Pasien melaporkan  Gunakan teknik
 Mengekspresikan bahwa nyeri berkurang komunikasi terapeutik
perilaku nyeri dengan menggunakan untuk mengetahui
 Sikap melindungi area management nyeri pengalaman nyeri
nyeri  Pasien mampu pasien
 Perubahan posisi untuk mengenali nyeri  Kaji kultur yang
menghindari nyeri (skala,intensitas,frekuens mempengaruhi respon
 Melaporkan nyeri i dan tanda nyeri) nyeri
secara verbal  Pasien menyatakan rasa  Evaluasi pengalaman
 Perubahan frekuensi nyaman setelah nyeri nyeri masa lampau
pernafasan berkurang  Ajarkan teknik non
farmakologi untuk
mengurangi nyeri
 Kolaborasi dengan
dokter untuk
pemberian analgesik
 Montor tanda-tanda
vital
Gangguan eliminasi urin  Urinary Elimination Urinary Retention Care
Definisi : Disfungsi pada  Urinary Continuence  Observasi jumlah
eliminasi urin Kriteria Hasil : urin, warna dk
Batasan Karakteristik:  Intake cairan dalam kepekatan
 Retensi urin batas normal  Observasi pola
 Disuria  Tidak ada spasme berkemih
 Dorongan bladder  Jelaskan fisiologi
Faktor yang  Balance cairan berkemih
berhubungan seimbang  Observasi input dan
 Obstruksi saluran output
kemih  Pertahankan balance
 Infeksi saluran kemih cairan
 Kolaborasi
pemasangan kateter
Kekurangan volume Fluid balance Fluid Management
cairan Hydration  Pertahankan catatan
Definisi: penurunan cairan Nutritional Status : Food intake dan output
intravaskuler,intertisial, n Fluid intake yang akurat
dan/atau intraseluler. ini Kriteria Hasil:  Monitor status
mengacu pada dehidrasi,  Mempertahankan urine hidrasi(kelembaban
kehilangan cairan saat output sesuai dengan membran mukosa,
tanpa perubahan pada usia,BB, BJ urin normal, nadi adekuat, tekanan
natrium hematocrit normal darah orthostatik) jika
Batasan Karakteristik:  Tekanan darah, nadi, diperlukan
 Penurunan jumlah urin suhu tubuh dalam batas  Monitor vital sign
 Penurunan tekanan normal  Monitor Masukan
darah  Tidak ada tanda-tanda makanan/ cairan
 Penurunan pengisian dehidrasi  Monitot status nutrisi
kapiler  Elastisitas turgor kulit  Kolaborasikan
 Peningkatan baik, membran mukosa pemberian cairan
konsentrasi urin lembab intravena
 Peningkatan frekuensi
nadi
 Peningkatan suhu tubuh
Faktor yang
berhubungan
 Kegagalan mekanisme
regulasi
Defisiensi pengetahuan Knowledge:Disease Teaching: Disease
Definisi: Ketiadaan atau process process
defisiensi informasi Knowledge:Health  Berikan penilaian
kognitif yang berkaitan Behaviour tentang tingkat
dengan topik tertentu Kriteria Hasil: pengetahuan pasien
Faktor yang  Pasien dan keluarga tentang proses
berhubungan: menyatakan penyakit yang spesifik
 Keterbatasan kognitif pemahaman tentang  Jelaskan patofisiologi
 Salah intrepetasi penyakit, dari penyakit dan
kognitif kondisi,prognosis dan bagaimana hal ini
 Kurang dapat program pengobatan berhubungan dengan
mengingat  Pasien dan keluarga anatomi dan fisiologi
mampu melaksanakan dengan cara yang tepat
prosedur yang  Gambarkan tanda dan
dijelaskan secara benar gejala yang biasa
 Pasien dan keluarga muncul pada penyakit
mampu menjelaskan dengan cara yang tepat
kembali apa yang  Gambarkan proses
dijelaskan perawat/tim penyakit dengan cara
kesehatan yang tepat
 Identifikasi
kemungkinan
penyebab dengan cara
yang tepat
 Sediakan informasi
pada pasien tentang
kondisi dengan cara
yang tepat
 Hindari jaminan
kosong
 Sediakan sumber
informasi tentang
kemajuan pasien
dengan cara yang tepat
 Diskusikan perubahan
gaya hidup yang
mungkin diperlukan
untuk mencegah
komplikasi dimasa
yang akan datang

Intervensi Keperawatan post operasi

Nyeri akut  Pain Level Pain Management


Definisi : Pengalaman  Pain Control  Lakukan pengkajian
sensori dan emosional yng  Comfort Level nyeri secara
tidak menyenangkan yang Kriteria Hasil : komprehensif
muncul akibat krusakan  Pasien mampu  Observasi reaksi non
jaringan yang aktual atau mengontrol nyeri dengan verbal dari
potensial. teknik non farmakologi ketidaknyamanan
Batasan Karakteristik:  Pasien melaporkan  Gunakan teknik
 Mengekspresikan bahwa nyeri berkurang komunikasi terapeutik
perilaku nyeri dengan menggunakan untuk mengetahui
 Sikap melindungi area management nyeri pengalaman nyeri
nyeri  Pasien mampu pasien
 Perubahan posisi untuk mengenali nyeri  Kaji kultur yang
menghindari nyeri (skala,intensitas,frekuens mempengaruhi respon
 Melaporkan nyeri i dan tanda nyeri) nyeri
secara verbal  Pasien menyatakan rasa  Evaluasi pengalaman
 Perubahan frekuensi nyaman setelah nyeri nyeri masa lampau
pernafasan berkurang  Ajarkan teknik non
farmakologi untuk
mengurangi nyeri
 Kolaborasi dengan
dokter untuk
pemberian analgesik
 Montor tanda-tanda
vital
Resiko infeksi Immune Status Infection control
Definisi: Mengalami Knowledge : Infection  Bersihkan lingkungan
peningkatan resiko control setelah dipakai pasien
terhadap resiko terserang Risk Control lain
organisme patogenik Batasan Karakteristik :  Pertahankan teknik
Faktor resiko:  Pasien bebas dari tanda isolasi
 Pertahanantubuh primer dan gejala infeksi  Batasi pengunjung bila
yang tidak adekuat  Pasien mampu perlu
 Prosedur invasif menunjukan kemampuan  Intruksikan pada
 Malnutrisi mencegah infeksi pengunjung untuk
 Jumlah leukosit dalam mencuci tangan saat
batas normal berkunjung dan setelah
 Pasien menunjukan berkunjung
perilaku hidup sehat meninggalkan pasien
 Gunakan sabun anti
mikroba untuk
mencuci tangsn
 Cuci tangan sebelum
dan sesudah tindakan
keperawatan
 Gunakan baju, sarung
tangan sebagai alat
pelindung
 Pertahankan
lingkungan aseptik
selama pemasangan
alat
 Tingkatkan intake
nutrisi
 Monitor tanda dan
gejala infeksi sitemik
dan lokal
 Monitor jumlah
leukosit
 Monitor kerentanan
terhadap infeksi
 Ajarkan pasien dan
keluarga tanda dan
gejala infeksi
 Kolaborasikan
pemberian antibiotik
jika diperlukan

Kekurangan volume cairan Fluid balance Fluid Management


Definisi: penurunan cairan Hydration  Pertahankan catatan
intravaskuler,intertisial, Nutritional Status : Food intake dan output yang
dan/atau intraseluler. ini n Fluid intake akurat
mengacu pada dehidrasi, Kriteria Hasil:  Monitor status
kehilangan cairan saat  Mempertahankan urine hidrasi(kelembaban
tanpa perubahan pada output sesuai dengan membran mukosa,
natrium usia,BB, BJ urin normal, nadi adekuat, tekanan
Batasan Karakteristik: hematocrit normal darah orthostatik) jika
 Penurunan jumlah urin  Tekanan darah, nadi, diperlukan
 Penurunan tekanan suhu tubuh dalam batas  Monitor vital sign
darah normal  Monitor Masukan
 Penurunan pengisian  Tidak ada tanda-tanda makanan/ cairan
kapiler dehidrasi  Monitot status nutrisi
 Peningkatan konsentrasi  Elastisitas turgor kulit  Kolaborasikan
urin baik, membran mukosa pemberian cairan
 Peningkatan frekuensi lembab intravena
nadi
 Peningkatan suhu tubuh
Faktor yang
berhubungan
 Kegagalan mekanisme
regulasi

D. Implementasi Keperawatan

Impementasi merupakan inisiatif dari rencana tindakan untuk mencapai

tujuan yang spesifik. tahap pelaksanaan dimulai setelah rencana tindakan disusun

dan ditujukan pada nursing orders untuk membantu klien mencapaitujuan yang

diharapkan. Oleh karena itu rencana yang spesifik dilaksanakan untuk

memodifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi masalah kesehatan pasien

Tujuan dari pelaksanaan adalah membantu klien dalam mencapai tujuan

yang telah ditetapkan, yang mencakup peningkatan kesehatan, pencegahan,

penyakit pemulihan kesehatan dan memfasilitasi koping. Dalam implementasi

keperawatan memerlukan beberapa pertimbangan, antara lain:

 Individualitas klien dengan mengkomunikasikan makna dasar dari suatu

implementasi keperawatan yang akan dilkukan

 Melibatkan klien dengan mempertimbangkan energi yang dimiliki, penyakitnya,

hakikat stressor, keadaan sosio psikokultural, pengertian terhadap penyakit dan

intervensi

 Pencegahan komplikasi yang mungkin terjadi

 Mempertahankan kondisi tubuh agar penyakit tidak menjadi lebih parah dan

upaya peningkatan kesehatan

 Upaya rasa aman dan bantuan kepada klien dalam memenuhi kebutuhannya
 Penampilan perawat yang bijaksana dari segala kegiatan yang dilakukan pada

klien

E. Evaluasi

Evaluasi keperawatan adalah suatu tindakan intelektual untuk melengkapi

proses keperawatan yang menandakan seberapa jauh diagnosa keperawatan ,

rencana tindakan, dan pelaksanaanya sudah berhasil dicapai. Meskipun tahap

evaluasi diletakkan pada akhir proses keperawatan, evaluasi merupakan bagian

integral pada setiap tahap proses keperawatan.

Tujuan evaluasi adalah untuk melihat kemampuan klien dalam mencapai

tujuan. Hal ini bisa dilaksanakan dengan mengadakan hubungan dengan klien.
BAB IV

KESIMPULAN & SARAN

A. Kesimpulan

Batu saluran kemih dapat disebabkan oleh berbagai sebab diantaranya intake

cairan yang kurang, aktivitas yang kurang, iklim yang dingin atau panas serta

makanan yang dapat mencetuskan terbentuknya batu ginjal. tanda dan gejala yang

khas pada penyakit ini tergantung dari letak batu, besarnya batu. Gejala yang

tersering adalah nyeri dan gangguan pola berkemih.

Disamping pengobatan yang diberikan untuk mengurangi nyeri harus pula

diimbangi dengan minum banyak 2-3 liter perhari, banyak melakukan aktivitas,

olahraga secara teratur dan mengurangi makanan yang tinggi kalsium, purin dan

oksalat.

Pada dasarnya penyakit batu saluran kemih dapat disembuhkan secara total

jika cepat mendapat pertolongan dan penanganan dan juga bisa kambuh apabila tidak

merubah kebiasaan yang salah seperti : kurang minum, kurang bergerak/banyak

duduk, mengkonsumsi makanan tinggi kalsium, purin dan oksalat..

B. Saran

1. Bagi Klien dan keluarga

 Dapat mengenal gejala Urolithiasis sedini mungkin

 Mengetahui tindakan pencegahan terhadap penyakit Urolithiasis

 Segera berobat ke fasilitas kesehatan terdekat

2. Bagi perawat
 Terus belajar tentang konsep penyakit dan asuhan keperawatan Urolithiasis

sehingga dapat memberikan pelayanan keperawatan secara profesional kepada

klien.

 Sebagai perawat profesional sangat penting memberikan penyuluhan kepada

pasien dan keluarga tentang proses terjadinya batu dan pencegahannya,

sehingga pasien dan keluarga dapat mengerti dan bekerja sama untuk

mendapatkan kesembuhan yang maksimal

3. Bagi institusi / lembaga

 Memberikan bimbingan dan latihan kepada mahasiswa tentang penulisan

karya tulis dalam bentuk penugasan.

 Menerapkan budaya membaca dikalangan mahasiswa di kampus.

 Menyiapkan fasilitas yang memadai terutama buku-buku yang berhubungan

dengan kesehatan atau keperawatan.

4. Bagi mahasiswa

Belajar terus-menerus dengan banyak membaca di perpustakaan, latihan menulis

karya tulis sederhana sesuai dengan teori yang diberikan oleh dosen.
DAFTAR PUSTAKA

Doenges, Marilynn, E. dkk. 2009. Rencana Asuhan Keperawatan Edisi 3. EGC, Jakarta

Ganong, William, F., 1998, Buku Ajar Fisiologi Kedokteran, Edisi 17, EGC,

Jakarta.

Mansjoer, A., et. al. 2001, Kapita Selekta Kedokteran, Jilid I, Edisi III, Cetakan IV, Media

Aekulapius. FK-UI, Jakarta.

Closkey ,Joane C. Mc, Gloria M. Bulechek.(1996). Nursing Interventions Classification

(NIC). St. Louis :Mosby Year-Book.

Johnson,Marion, dkk. (2000). Nursing Outcome Classifications (NOC). St. Louis :Mosby

Year-Book

Juall,Lynda,Carpenito Moyet. (2003).Buku Saku Diagnosis Keperawatan edisi

10.Jakarta:EGC

Smeltzer, Suzanne C. and Brenda G. Bare. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah :

Brunner Suddarth, Vol. 3. EGC : Jakarta.

www.pintarbiologi.com/2016/01/ginjal-pengertian-anatomi-fungsi.html?m=1 diakses
tanggal 04 juni 2016

Anda mungkin juga menyukai