Bab Ii PDF
Bab Ii PDF
TINJAUAN PUSTAKA
http://repository.unimus.ac.id
9
karena mental pasien yang tidak siap atau lebih dapat berpengaruh terhadap kondisi
fisik pasien (Smeltzer, dkk., 2008). Persiapan klien di unit perawatan, diantaranya
(Ilmu Bedah, 2010):
a. Persiapan fisik
Berbagai persiapan fisik yang harus dilakukan terhadap pasien sebelum
operasi antara lain:
1) Status Kesehatan Fisik Secara Umum
Sebelum dilakukan pembedahan, penting dilakukan pemeriksaan status
kesehatan secara umum, meliputi identitas klien, riwayat penyakit seperti
kesehatan masa lalu, riwayat kesehatan keluarga, pemeriksaan fisik lengkap,
antara lain status hemodinamika, status kardiovaskuler, status pernafasan,
fungsi ginjal dan hepatik, fungsi endokrin, fungsi imunologi, dan lain- lain.
Selain itu pasien harus istirahat yang cukup karena dengan istirahat yang
cukup pasien tidak akan mengalami stres fisik, tubuh lebih rileks sehingga
bagi pasien yang memiliki riwayat hipertensi, tekanan darahnya dapat stabil
dan pasien wanita tidak akan memicu terjadinya haid lebih awal.
2) Status Nutrisi
Kebutuhan nutrisi ditentukan dengan mengukur tinggi badan dan berat
badan, lipat kulit trisep, lingkar lengan atas, kadar protein darah (albumin dan
globulin) dan keseimbangan nitrogen. Segala bentuk defisiensi nutrisi harus di
koreksi sebelum pembedahan untuk memberikan protein yang cukup untuk
perbaikan jaringan. Kondisi gizi buruk dapat mengakibatkan pasien
mengalami berbagai komplikasi pasca operasi dan mengakibatkan pasien
menjadi lebih lama dirawat di rumah sakit.
3) Keseimbangan Cairan dan Elektrolit
Balance cairan perlu diperhatikan dalam kaitannya dengan input dan
output cairan. Demikian juga kadar elektrolit serum harus berada dalam
rentang normal. Keseimbangan cairan dan elektrolit terkait erat dengan fungsi
ginjal. Dimana ginjal berfungsi mengatur mekanisme asam basa dan ekskresi
metabolik obat- obatan anastesi. Jika fungsi ginjal baik maka operasi dapat
dilakukan dengan baik.
4) Pencukuran Daerah Operasi
Pencukuran pada daerah operasi ditujukan untuk menghindari terjadinya
infeksi pada daerah yang dilakukan pembedahan karena rambut yang tidak
http://repository.unimus.ac.id
10
http://repository.unimus.ac.id
11
mempraktekkan hal ini segera setelah operasi sesuai dengan kondisi dan
kebutuhan pasien.
b) Latihan Batuk Efektif
Latihan batuk efektif juga sangat diperlukan bagi klien terutama klien
yang mengalami operasi dengan anestesi general. Karena pasien akan
mengalami pemasangan alat bantu nafas selama dalam kondisi teranestesi.
Sehingga ketika sadar pasien akan mengalami rasa tidak nyaman pada
tenggorokan. Dengan terasa banyak lendir kental di tenggorokan.Latihan
batuk efektif sangat bermanfaat bagi pasien setelah operasi untuk
mengeluarkan lendir atau sekret tersebut.
c) Latihan Gerak Sendi
Latihan gerak sendi merupakan hal sangat penting bagi pasien
sehingga setelah operasi, pasien dapat segera melakukan berbagai
pergerakan yang diperlukan untuk mempercepat proses penyembuhan.
Pasien/keluarga pasien seringkali mempunyai pandangan yang keliru
tentang pergerakan pasien setelah operasi. Banyak pasien yang tidak
berani menggerakkan tubuh karena takut jahitan operasi sobek atau takut
luka operasinya lama sembuh. Pandangan seperti ini jelas keliru karena
justru jika pasien selesai operasi dan segera bergerak maka pasien akan
lebih cepat merangsang usus (peristaltik usus) sehingga pasien akan lebih
cepat kentut/ flatus. Keuntungan lain adalah menghindarkan penumpukan
lendir pada saluran pernafasan dan terhindar dari kontraktur sendi dan
terjadinya dekubitus. Tujuan lainnya adalah memperlancar sirkulasi untuk
mencegah stasis vena dan menunjang fungsi pernafasan optimal.
b. Persiapan Penunjang
Persiapan penunjang merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dari
tindakan pembedahan. Tanpa adanya hasil pemeriksaan penunjang, maka dokter
bedah tidak mungkin bisa menentukan tindakan operasi yang harus dilakukan
pada pasien. Pemeriksaan penunjang yang dimaksud adalah berbagai
pemeriksaan radiologi, laboratorium maupun pemeriksaan lain seperti EKG, dan
lain-lain. Sebelum dokter mengambil keputusan untuk melakukan operasi pada
pasien, dokter melakukan berbagai pemeriksaan terkait dengan keluhan penyakit
pasien sehingga dokter bisa menyimpulkan penyakit yang diderita pasien. Setelah
dokter bedah memutuskan untuk dilakukan operasi maka dokter anstesi berperan
http://repository.unimus.ac.id
12
untuk menentukan apakah kondisi pasien layak menjalani operasi. Untuk itu
dokter anastesi juga memerlukan berbagai macam pemerikasaan laboratorium
terutama pemeriksaan masa perdarahan (bledding time) dan masa pembekuan
(clotting time) darah pasien, elektrolit serum, hemoglobin, protein darah, dan
hasil pemeriksaan radiologi berupa foto thoraks dan EKG.
c. Pemeriksaan Status Anestesi
Pemeriksaan status fisik untuk pembiusan perlu dilakukan untuk
keselamatan selama pembedahan. Sebelum dilakukan anastesi demi kepentingan
pembedahan, pasien akan mengalami pemeriksaan status fisik yang diperlukan
untuk menilai sejauh mana resiko pembiusan terhadap diri pasien. Pemeriksaan
yang biasa digunakan adalah pemeriksaan dengan menggunakan metode ASA
(American Society of Anasthesiologist). Pemeriksaan ini dilakukan karena obat
dan teknik anastesi pada umumnya akan mengganggu fungsi pernafasan,
peredaran darah dan sistem saraf.
d. Inform Consent
Selain dilakukannya berbagai macam pemeriksaan penunjang terhadap
pasien, hal lain yang sangat penting terkait dengan aspek hukum dan tanggung
jawab dan tanggung gugat, yaitu Inform Consent. Baik pasien maupun
keluarganya harus menyadari bahwa tindakan medis, operasi sekecil apapun
mempunyai resiko. Oleh karena itu setiap pasien yang akan menjalani tindakan
medis, wajib menuliskan surat pernyataan persetujuan dilakukan tindakan medis
(pembedahan dan anastesi).
Inform Consent sebagai wujud dari upaya rumah sakit menjunjung tinggi
aspek etik hukum, maka pasien atau orang yang bertanggung jawab terhadap
pasien wajib untuk menandatangani surat pernyataan persetujuan operasi. Artinya
apapun tindakan yang dilakukan pada pasien terkait dengan pembedahan,
keluarga mengetahui manfaat dan tujuan serta segala resiko dan konsekuensinya.
Pasien maupun keluarganya sebelum menandatangani surat pernyataan tersebut
akan mendapatkan informasi yang detail terkait dengan segala macam prosedur
pemeriksaan, pembedahan serta pembiusan yang akan dijalani. Jika petugas
belum menjelaskan secara detail, maka pihak pasien/ keluarganya berhak untuk
menanyakan kembali sampai betul- betul paham. Hal ini sangat penting untuk
dilakukan karena jika tidak maka penyesalan akan dialami oleh pasien/ keluarga
http://repository.unimus.ac.id
13
setelah tindakan operasi yang dilakukan ternyata tidak sesuai dengan gambaran
keluarga.
e. Persiapan Mental/ Psikis
Persiapan mental merupakan hal yang tidak kalah pentingnya dalam proses
persiapan operasi karena mental pasien yang tidak siap atau labil dapat
berpengaruh terhadap kondisi fisiknya. Tindakan pembedahan merupakan
ancaman potensial maupun aktual pada integeritas seseorang yang dapat
membangkitkan reaksi stres fisiologis maupun psikologis (Barbara C. Long,
2000). Contoh: perubahan fisiologis yang muncul akibat kecemasan dan
ketakutan misalkan pasien dengan riwayat hipertensi jika mengalami kecemasan
sebelum operasi dapat mengakibatkan pasien sulit tidur dan tekanan darahnya
akan meningkat sehingga operasi bisa dibatalkan.
Ketakutan dan kecemasan yang mungkin dialami pasien dapat dideteksi
dengan adanya perubahan-perubahan fisik seperti: meningkatnya frekuensi
denyut jantung dan pernafasan, tekanan darah, gerakan-gerakan tangan yang
tidak terkontrol, telapak tangan yang lembab, gelisah, menayakan pertanyaan
yang sama berulang kali, sulit tidur, dan sering berkemih. Perawat perlu mengkaji
mekanisme koping yang biasa digunakan oleh pasien dalam menghadapi stres.
Disamping itu perawat perlu mengkaji hal-hal yang bisa digunakan untuk
membantu pasien dalam menghadapi masalah ketakutan dan kecemasan ini,
seperti adanya orang terdekat, tingkat perkembangan pasien, faktor
pendukung/support system.
3. Respon Kecemasan
Kecemasan dapat mempengaruhi kondisi tubuh seseorang,respon kecemasan
menurut Suliswati (2005) antara lain:
a. Respon Fisiologis terhadap Kecemasan
Secara fisiologis respon tubuh terhadap kecemasan adalah dengan
mengaktifkan sistem saraf otonom (simpatis maupun parasimpatis). Sistem saraf
simpatis akan mengaktivasi proses tubuh, sedangkan sistem saraf parasimpatis
akan meminimalkan respon tubuh. Reaksi tubuh terhadap kecemasan adalah
“fight” atau “flight”. Flight merupakan reaksi isotonik tubuh untuk melarikan diri,
dimana terjadi peningkatan sekresi adrenalin ke dalam sirkulasi darah yang akan
menyebabkan meningkatnya denyut jantung dan tekanan darah sistolik,
sedangkan fight merupakan reaksi agresif untuk menyerang yang akan
http://repository.unimus.ac.id
14
http://repository.unimus.ac.id
15
c. Respon Kognitif
Kecemasan dapat mempengaruhi kemampuan berpikir baik proses pikir
maupun isi pikir, diantaranya adalah tidak mampu memperhatikan, konsentrasi
menurun, mudah lupa, menurunnya lapang persepsi, dan bingung.
d. Respon Afektif
Secara afektif klien akan mengekspresikan dalam bentuk kebingungan dan
curiga berlebihan sebagai reaksi emosi terhadap kecemasan.
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kecemasan pada Pasien Pre Operasi
Menurut Saharon, et.all (2000) dalam Arfian (2013), faktor-faktor yang
mempengaruhi kecemasan pada pasien preoperasi antaralain :
a. Nyeri dan Ketidaknyamanan (Pain And Discomfort)
Suatu yang umum dan biasa terjadi pada klien preoperasi akibat pembedahan.
Perawat bertugas memberikan informasi dan meyakinkan kepada klien bahwa
pembedahan tidak akan dilakukan tanpa diberikan anastesi terlebih dahulu. Pada
pembedahan akan timbul reaksi nyeri pada daerah luka dan pasien merasa takut
untuk melakukan gerakan tubuh atau latihan ringan akibat nyeri pada daerah
perlukaan. Faktor tersebut akan menimbulkan cemas pada pasien pre operasi.
b. Ketidaktahuan (Unknow)
Cemas padahal-hal yang belum diketahui sebelumnya adalah suatu hal yang umum
terjadi. Ini disebabkan karena kurangnya informasi tentang pembedahan.
c. Kerusakan atau Kecacatan (Mutilation)
Cemas akan terjadi kerusakan atau perubahan bentuk tubuh merupakan salah satu
faktor bukan hanya ketika dilakukan amputasi tetapi juga pada operasi- operasi
kecil. Hal ini sangat dirasakan oleh pasien sebagai suatu yang sangat mengganggu
body image.
d. Kematian (Death)
Cemas akan kematian disebabkan oleh beberapa faktor yaitu ketika pasien
mengetahui bahwa operasi yang akan dilakukan akan mempunyai resiko yang
cukup besar pada tubuh sehingga akan menyebabkan kematian.
e. Anestesi (Anesthesia)
Pasien akan mempersepsikan bahwa setelah dibius klien tidak akan sadar, tidur
terlalu lama dan tidak akan bangun kembali. Klien mengkhawatirkan efek
http://repository.unimus.ac.id
16
samping dari pembiusan seperti kerusakan pada otak, paralisis ,atau kehilangan
kontrol ketika dalam keadaan tidak sadar.
B. Tekanan Darah
1. Definisi Tekanan Darah
Tekanan darah adalah tekanan di dalam pembuluh darah ketika jantung
memompakan darah keseluruh tubuh. Tekanan darah adalah kekuatan darah mengalir
di dinding pembuluh darah yang keluar dari jantung (pembuluh arteri) dan kembali
kejantung pembuluh balik (Smeltzer, dkk., 2008).
2. Sistem Sirkulasi Tekanan Darah
Darah mengambil oksigen dari dalam paru-paru. Darah yang mengandung
oksigen ini memasuki jantung dan kemudian dipompakan ke seluruh bagian tubuh
melalui pembuluh darah yang disebut arteri. Pembuluh darahyang lebih besar
bercabang-cabang menjadi pembuluh-pembuluh darah lebih kecil hingga berukuran
mikroskopik, yang akhirnya membentuk jaringan yang terdiri dari pembuluh-
pembuluh darah sangat kecil yang disebut kapiler. Jaringan ini mengalirkan darah ke
sel-sel tubuh dan menghantarkan oksigen untuk menghasilkan energi yang
dibutuhkan demi kelangsungan hidup. Kemudian darah, yang sudah tidak beroksigen
kembali ke jantung melalui pembuluh darah vena, dan di pompa kembali ke paru-
paru untuk mengambil oksigen lagi. Saat jantung berdetak, otot jantung berkontraksi
untuk memompakan darah ke seluruh tubuh. Tekanan tertinggi berkontraksi dikenal
sebagai tekanan sistolik. Kemudia notot jantung rileks sebelum kontraksi berikutnya,
dan tekanan ini paling rendah, yang dikenal sebagai tekanan diastolik. Tekanan
sistolik dan diastolik ini diukur ketika anda memeriksakan tekanan darah (Smeltzer,
dkk., 2008).
3. Jenis Tekanan Darah
Tekanan darah dapat dibedahkan atas 2 yaitu (Smeltzer, dkk., 2008) :
a. Tekanan Sistolik
Adalah tekanan pada pembuluh darah yang lebih besar ketika jantung
berkontraksi. Tekanan sistolik menyatakan puncak tekanan yang dicapai selama
jantung menguncup.Tekanan yang terjadi bila otot jantung berdenyut memompa
untuk mendorong darah keluar melalui arteri. Dimana tekanan ini berkisar antara
95 - 140 mmHg.
b. Tekanan Diastolik
http://repository.unimus.ac.id
17
Adalah tekanan yang terjadi ketika jantung rileks di antara tiap denyutan.
Tekanan diastolik menyatakan tekanan terendah selama jantung mengembang.
Dimana tekanan ini berkisar antara 60 - 95 mmHg.
4. Klasifikasi Tekanan Darah
Tekanan darah manusia dapat digolongkan menjadi 3 kelompok yaitu:
a. Tekanan darah rendah (hipotensi)
b. Tekanan darah normal (normotensi)
c. Tekanan darah tinggi (hipertensi)
Tekanan darah dapat lebih tinggi (hipertensi) atau lebih rendah (hipotensi) dari
normal. Hipotensi berat berkepanjangan yang menyebabkan penyaluran darah ke
seluruh jaringan tidak adekuat dikenal sebagai syok sirkulasi.
http://repository.unimus.ac.id
18
http://repository.unimus.ac.id
19
b. Jenis kelamin
Wanita umumnya memiliki tekanan darah lebih rendah daripada pria yang berusia
sama, hal ini lebih cenderung akibat variasihormon. Setelah menopasuse, wanita
umumnya memiliki tekanan darah yang lebih tinggi dari sebelumnya.
c. Olahraga
Aktivitas fisik meningkatkan tekanan darah. Untuk mendapatkan pengkajian yang
dapat dipercaya dari tekanan saat istirahat, tunggu 20 sampai 30 menit setelah
olahraga.
d. Obat-obatan
Adabanyak obat-obatan yang dapat meningkatkan dan menurunkan tekanan darah.
e. Stress /Cemas
Emosi, kecemasan, rasa takut,stress fisik dan rasa sakit dapat meningkatkan
tekanan darah oleh karena stimulasi sistem saraf simpatis meningkatkan curah
jantung dan vasokonstriksi arteriol, sehingga meningkatkan hasil tekanan darah.
Pada keadaan stress atau cemas, medula kelenjar adrenal akan mensekresikan
norepinefrindan epinefrin, yang keduanya akan menyebabkan vasokonstriksi
sehingga meningkatkan tekanan darah.
http://repository.unimus.ac.id
20
f. Ras
Dari penelitian diketahui bahwa pria Amerika Afrika berusia diatas 35 tahun
memiliki tekanan darah yang lebih tinggi daripada pria Amerika Eropa dengan usia
yang sama.
g. Obesitas
Obesitas baik pada masa anak-anak maupun dewasa merupakan faktor
predisposisi hipertensi. Obesitas adalah massa tubuh (bodymass) yang meningkat
disebabkan jaringan lemak yang jumlahnya berlebihan, jaringa nini meningkatkan
kebutuhan metabolik dan konsumsi oksigen secara menyeluruh sehingga curah
jantung bertambah untuk memenuhi kebutuhan metabolik yang lebih tinggi, berat
badan yang semakin tinggi akan mempunyai kecenderungan tekanan darahnya
semakin tinggi juga.
h. Variasi diurnal
Tekanan darah umumnya paling rendah pada pagi hari, saat laju metabolisme
paling rendah, kemudian meningkat sepanjang hari dan mencapai puncaknya pada
akhir sore atau awal malam hari.
i. Demam / panas / dingin
Demam dapat meningkatkan tekanan darah karena peningkatan laju
metabolisme. Panas eksternal menyebabkan vasodilatasi dan menurunkan tekanan
darah. Dingin menyebabkan vasokonstriksi dan meningkatkan tekanan darah.
http://repository.unimus.ac.id
21
Tempat meraba denyut nadi adalah pergelangan tangan bagian depan sebelah
atas pangkal ibu jari tangan (arteri radialis), dileher sebelah kiri/kanan depan otot
sterno cleido astoidues (Arteri carolis), dada sebelah kiritepat di apex jantung (Arteri
temparalis) dan di pelipis (Muffichatum, 2010).
2. Faktor yang Mempengaruhi Denyut Nadi
Faktor-faktor yang mempengaruhi denyut nadi adalah usia, jenis kelamin,
keadaan kesehatan, riwayat kesehatan, intensitas dan lama kerja, sikap kerja, faktor
fisik dan kondisi psikis (Muffichatum, 2010).
a. Usia
Frekuensi nadi secara bertahap akan menetap memenuhi kebutuhan Oksigen
selama pertumbuhan. Pada masa remaja, denyut jantung menetap dan iramanya
teratur. Pada orang dewasa efek fisiologi usia dapat berpengaruh pada sistem
kardiovaskuler. Pada usia yang lebih tua lagi dari usia dewasa penentuan nadi
kurang dapat dipercaya. Frekuensi denyut nadi pada berbagai usia, dengan usia
antara bayi sampai dengan usia dewasa, denyut nadi paling tinggi ada pada bayi
kemudian frekuensi denyut nadi menurun seiring dengan pertambahan usia.
b. Jenis Kelamin
Denyut nadi yang tepat dicapai pada kerja maksimum, sub maksimum pada
wanita lebih tinggi dari pada pria. Pada laki-laki muda dengan kerja 50%
maksimal rata-rata nadi kerja mencapai 128 denyut per menit, pada wanita 138
denyut per menit. Pada kerja maksimal pria rata-rata nadi kerja mencapai 154
denyut per menit dan pada wanita 164 denyut per menit.
c. Keadaan Kesehatan
Pada orang yang tidak sehat dapat terjadi perubahan irama atau frekuensi
jantung secara tidak teratur. Kondisi seseorang yang baru sembuh dari sakit
frekuensi jantungnya cenderung meningkat.
d. Riwayat Kesehatan
Riwayat seseorang berpenyakit jantung, hipertensi, atau hipotensi akan
mempengaruhi kerja jantung. Demikian juga pada penderita anemia (kurang
darah) akan mengalami peningkatan kebutuhan oksigen sehingga mengakibatkan
peningkatan denyut nadi.
e. Intensitas dan Lama Kerja
Berat atau ringannya intensitas kerja berpengaruh terhadap denyut nadi,
lama kerja, waktu istirahat, dan irama kerja yang sesuai dengan kapasitas optimal
http://repository.unimus.ac.id
22
manusia akan ikut mempengaruhi frekuensi nadi sehingga tidak melampaui batas
maksimal. Apabila melakukan pekerjaan yang berat dan waktu yang lama akan
mengakibatkan denyut nadi bertambah sangat cepat dibandingkan dengan
melakukan pekerjaan yang ringan dan dalam waktu singkat.
f. Ukuran Tubuh
Ukuran tubuh yang penting adalah berat badan untuk ukuran tubuh
seseorang. Semakin berat atau gemuk maka denyut nadi akan lebih cepat.
g. Kondisi Psikis
Kondisi psikis dapat mempengaruhi frekuensi jantung. Kemarahan dan
kegembiraan dapat mempercepat frekuensi nadi seseorang. Ketakutan,
kecemasan, dan kesedihan juga dapat memperlambat frekuensi nadi seseorang.
http://repository.unimus.ac.id
23
D. Murottal Al-qur’an
1. Definisi Murottal Al-qur’an
Murottal Al-qur’an merupakan rekaman suara Al-qur’an yang dilagukan oleh
seorang qori’ (pembaca Al-qur’an) (Handayani et al, 2014). Terapi murottal Al-
qur’an adalah sebuah terapi bacaan Al-qur’an yang merupakan suatu terapi religi
dimana seseorang dibacakan ayat-ayat Al-qur’an selama beberapa menit atau jam
sehingga memberi dampak positif bagi tubuh seseorang ( Hadiet al, 2012). Terapi
murrottal al-quran adalah terapi bacaab al-quran yang merupakan terapi religi dimana
seseorang di bacakan ayat-ayat Al-quran selama beberapa menit atau jam sehingga
memberikan dampak positif bagi tubuh seseorang (Gusmiran, 2005).
Berdasarkan definisi diatas peneliti dapat menyimpulkan bahwa, terapi
murottal al-quran adalah terapi religi dimana dibacakan ayat-ayat al-quran yang
dilagukan oleh seorang qori’ selama beberapa menit atau jam sehingga memberikan
dampat positif bagi tubuh seseorang.
2. Manfaat Murottal Al-quran
Menurut Heru (2008) beberapa manfaat dari murottal Al-qur’an adalah
sebagai berikut :
a. Mendengarkan bacaan ayat-ayat Al-qur’an dengan tartil akan mendapatkan
ketenangan jiwa.
b. Lantunan ayat suci Al-qur’an secara fisik mengandung unsur suara manusia,
suara manusia merupakan instrumen penyembuhan yang menakjubkan dan alat
yang paling mudah dijangkau. Suara dapat menurunkan hormon-hormon stres,
mengaktifkan hormon endorfin alami, meningkatkan perasaan rileks, dan
mengalihkan perhatian dari rasa takut, cemas dan tegang, memperbaiki sistem
kimia tubuh sehingga menurunkan tekanan darah serta memperlambat
pernafasan, detak jantung, denyut nadi, dan aktivitas gelombang otak. Laju
pernafasan yang lebih dalam dan lebih lambat tersebut sangat baik menimbulkan
ketenangan, kendali emosi, pemikiran yang lebih dalam dan metabolisme yang
baik.
http://repository.unimus.ac.id
24
http://repository.unimus.ac.id
25
E. Kerangka Teori
Faktor-faktor yang
mempengaruhi denyut nadi
adalah usia, jenis kelamin,
keadaan kesehatan, riwayat
kesehatan, intensitas dan
lama kerja, sikap kerja,
faktor fisik dan kondisi
psikis
Faktor-faktor yang
Tindakan pembedahan 1. Mendengarkan bacaan
mempengaruhi tekanan
merupakan ancaman ayat-ayat Al-qur’an dengan
darah adalah usia, jenis
potensial maupun aktual tartil akan mendapatkan
kelamin, Olahraga, Obat-
pada integritas seseorang ketenangan jiwa.
obatan, Stress /Cemas,
2. Lantunan ayat suci Al-
yang dapat Ras, Obesitas, Variasi
qur’an secara fisik
membangkitkan respon diurnal dan demam /
mengandung unsur suara
kecemasan fisikologis panas / dingin
manusia, suara manusia
dan psikologis merupakan instrumen
penyembuhan yang
menakjubkan dan alat yang
paling mudah dijangkau.
http://repository.unimus.ac.id
26
F. Kerangka Konsep
Variabel independen dari penelitian ini adalah pemberian terapi murottal Al-
quran, sedangkan variabel dependennya adalah tekanan darah dan frekuensi denyut
jantung pasien pre operasi. Berdasarkan skema teori 2.1 tentang tinjauan teori yang ada
maka dibuat kerangka konsep penelitian sebagai berikut :
G. Hipotesis
Ada pengaruh pemberian terapi murottal Al-quran terhadap tekanan darah dan
frekuensi denyut jantung pasien pre operasi
http://repository.unimus.ac.id