Anda di halaman 1dari 100

TUGAS AKHIR

MUSEUM SEPAK BOLA PERSIB BANDUNG

Tema
Arsitektur Modern

Oleh
Imam Saepulloh
41155030130022

Untuk memenuhi salat satu syarat ujian guna


Memperoleh gelar Sarjana (S1) Teknik pada
Fakultas Teknik Program Studi Arsitektur

PROGRAM STUDI ARSITEKTUR


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS LANGLANGBUANA
BANDUNG
2018/2019
MUSEUM SEPAK BOLA PERSIB BANDUNG

Oleh
Imam Saepulloh
41155030130022

TUGAS AKHIR
Untuk memenuhi salat satu syarat ujian guna
Memperoleh gelar Sarjana Teknik pada
Fakultas Teknik Program Studi Arsitektur

Bandung,

Mengesahkan,
Dosen Pembimbing Tugas Akhir

H.RM. Patiunus. Dipl, Eng.,Ir.,MT


NIK :

Ketua Program Studi Arsitektur Dekan Fakultas Teknik

Dr. Sally Octaviana.,ST. MT Dr.-Ing. M. Hendayun


NIK: NIK:
1 LEMBAR PENGESAHAN

Saya yang tersebut di bawah ini :


Nama : Imam Saepulloh
NPM : 41155030130022
Judul Tugas Akhir : Museum Sepak Bola Persib Bandung

Menyatakan dengan sebenar-benarnya bahwa sepanjang pengetahuan saya,


di dalam hasil karya tugas akhis saya, baik berupa naskah maupun gambar tidak
terdapat unsur-unsur penjiplakan karya tugas akhir yang pernah diajukan orang lain
untuk memperoleh gelar akademik disuatu perguruan tinggi, serta tidak terdapat
karya atau pendapat orang lain yang pernah di tulis atau di terbitkan oleh orang lain,
kecuali yang secara tertulis dikutip dalam naskah ini dan disebutkan dalam sumber
kutipan dan daftar pustaka.

Apabila ternyata terdapat unsur-unsur penjiplakan yang dapat dibuktikan di


dalam Tugas Akhir ini, maka saya bersedia menerima pembatalan atas tugas akhir
dan gelar sarjana teknik yang telah diperoleh serta menjalani proses peraturan
perundang-undangan yang berlaku (UU, No 20 Tahun 2003 Pasal 25 Ayat 2 Pasal
70).

Bandung, 22 Januari 2019


Yang membuat pernyataan

Imam Saepulloh
411550130022

Tembusan :

1. Kepala Laboratorium Studio Tugas Akhir Program Studi, Fakultas Teknik,


Universitas Langlangbuana.
2. Dosen Pebimbing Tugas Akhir yang bersangkutan.
3. Dosen Penasehat Akademik yang bersangkutan.

i
2 KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada kehadirat Allah S.W.T., untuk
semua berkat dan karunia yang telah diberikan hingga laporan tugas akhir ini dapat
disusun sebagaimana mestinya dengan judul “Museum Sepak bola PERSIB
Bandung” dapat berjalan dengan baik. Namun sebagai manusia yang penuh dengan
segala kekurangan, Penulis merasa bahwa dalam menyusun laporan ini masih
menemui beberapa kesulitan dan hambatan, disamping itu juga menyadari bahwa
penulisan laporan ini masih jauh dari sempurna dan masih banyak kekurangan-
kekurangan lainnya, maka dari itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang
membangun dari semua pihak.

Seluruh proses penyusunan laporan tugas ini dapat selesai tidak lepas dari
bantuan bimbingan, pengarahan, dorongan serta kepercayaan yang selama ini
diberikan kepada penyusun, maka pada kesempatan ini penulis menyampaikan
ucapan terima kasih yang setulus-tulusnya kepada:

1. Kedua orang tua saya tercinta yang selalu memberikan motivasi serta
dorongan doa yang terbaik kepada penulis untuk selalu tetap semangat
dalam menyelesaikan tugas akhir ini.
2. Bapak Dr.-Ing. M. Hendayun, sebagai Dekan Fakultas Teknik.
3. Bapak H.RM. Patiunus. Dipl, Eng.,Ir.,MT sebagai dosen pebimbing
pertama yang telah meluangkan waktunya untuk memberikan saran,
memeriksa, serta masukan dalam penyusunan laporan tugas akhir ini.
4. Bapak Ramadona.,ST.,MT sebagai dosen pebimbing kedua mewakili bapak
Rm.Patiusun. MT yang selalu ada serta memberikan informasi terkait
tempat untuk asitensi tugas laporan dan tentunya selalu memberikan saran
yang baik untuk saya pribadi dalam masukan-masukan penyusanan laporan
tugas akhir secara detail yang bertujuan untuk mendapatkan hasil laporan
yang terbaik.
5. Bapak Sidik Hananto., Ir.,MT sebagai dosen penguji
6. Seluruh staf dosen pengajar Universitas Langlangbuana yang telah
membimbing dan memberikan materi perkuliahan kepada penulis.

ii
7. Rekan-rekan seperjuangan dan seperjalanan dan sahabat sahabat lain yang
tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah banyak membantu dan
mendukung selama proses penyelesaian laporan ini.
8. Istriku tercinta yang selalu setia mengerti, mendoakan dan mendukung saya
selalu untuk segera dapat menyelesaikan tugas akhir di tahun ini.
9. Kepada rekan-rekan senior dikantor yang sudah membimbing saya dalam
ilmu perancangan bangunan dari awal hingga akhir.
10. Seluruh rekan-rekan Universitas Langlangbuana angkatan 2013 khusunya
jurusan arsitektur yang telah lulus duluan telah memberikan informasi untuk
penyelesaian tugas akhir.
11. Seluruh pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu, yang telah banyak
membantu selama ini.

Akhir kata, semoga Allah SWT senantiasa melimpahkan karunia-Nya dan


membalas segala amal budi serta kebaikan pihak-pihak yang telah membantu
penulis dalam penyusunan laporan ini dan semoga tulisan ini dapat memberikan
manfaat bagi pihak-pihak yang membutuhkan.

Bandung, 22 Januari 2019

Imam Saepulloh

iii
3 ABSTRAK

Museum adalah tempat dan sarana pembelajaran, terutama sejarah dan


budaya. Museum menyimpan berbagai macam koleksi benda-benda bersejarah
yang berjumlah ratusan sampai dengan ribuan koleksi. Benda-benda bersejarah
yang disimpan di museum merupakan representasi dari perjalanan sejarah di masa
lalu hingga kini. Museum juga dapat dijadikan sebagai parameter atau tolak ukur
dari pembangunan sebuah bangsa dan negara. Semakin tinggi kualitas dan kuantitas
museum di sebuah negara, maka indeks pembangunan di negara itu semakin
meningkat.

Banyaknya pengunjung museum, kegiatan-kegiatan di museum, serta


aktivitas masyarakat yang terkait dengan museum merupakan bentuk apresiasi yang
nyata bagi suatu museum. Promosi adalah salah satu hal yang dapat dilakukan untuk
mendukung daya tarik yang ditawarkan dari museum. Masyarakat memerlukan
tempat untuk mencari informasi terkait museum karena tanpa informasi yang jelas,
akurat dan menarik, maka minat dan perhatian masyarakat untuk berkunjung ke
museum akan berkurang.

Museum sepak bola PERSIB bandung sebagai museum olahraga sepak bola
di Indonesia memiliki koleksi yang berhubungan dengan sejarah dan berbagai
penghargaan yang dapat dipamerkan kemasyarakat luas untuk mengetahui sejarah
terbentuknya suatu klub PERSIB bandung. Serta dengan adanya museum sepak
bola PERSIB bandung ini diharapkan masyarakat dapat lebih tertarik untuk
berkunjung ke museum-museum yang ada di Indonesia serta mempunyai semangat
untuk memperdayakan museum seperti ikut serta dalam setiap pameran-pameran
yang dilaksanakanoleh museum, menjaga, merawat, dan memberikan apresiasi
terhadap koleksi-koleksi di museum dan lain sebagainya.

Kata Kunci : Museum, Sepak bola, PERSIB, Bandung.

iv
4 DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN ................................................................................................. i


KATA PENGANTAR ........................................................................................................ ii
ABSTRAK ......................................................................................................................... iv
DAFTAR ISI ....................................................................................................................... v
DAFTAR GAMBAR ....................................................................................................... viii
DAFTAR TABEL ............................................................................................................... x
DAFTAR DIAGRAM ........................................................................................................ xi
BAB I PENDAHULUAN................................................................................................. 1
1.1. Latar Belakang .................................................................................................... 1
1.2. Pengertian Arti Kata Judul .................................................................................. 2
1.3. Arti Pengertian Judul........................................................................................... 3
1.4. Identifikasi Masalah ............................................................................................ 3
1.5. Persyaratan Perancangan ..................................................................................... 3
1.6. Rumusan Masalah ............................................................................................... 4
1.7. Tujuan Dan Manfaat Perancangan ...................................................................... 4
1.8. Manfaat Pembahasan .......................................................................................... 5
1.9. Kerangka Berpikir ............................................................................................... 6
1.10. Sistematika Laporan ........................................................................................ 7
BAB II TINJAUAN LITERATUR ................................................................................ 9
2.1. Literatur Terkait Judul Tugas Akhir.................................................................... 9
2.1.1. Pengertian Museum..................................................................................... 9
2.1.2. Sejarah Perkembangan Museum di Indonesia .......................................... 10
2.1.3. Fungsi Museum ......................................................................................... 11
2.1.4. Peranan Tugas Museum ............................................................................ 11
2.1.5. Struktur Organisasi Museum..................................................................... 12
2.1.6. Jenis museum ............................................................................................ 12
2.1.7. Pengguna Museum .................................................................................... 13
2.1.8. Persyaratan Berdirinya Museum ............................................................... 13
2.1.9. Persyaratan Ruang..................................................................................... 14
2.1.10. Kebutuhan Ruang ...................................................................................... 17
2.2. Arsitektur Modern ............................................................................................. 24

v
2.2.1. Pengertian Arsitektur Modern ................................................................... 24
2.2.2. Sejarah Arsitektur Modern ........................................................................ 25
2.2.3. Ciri-ciri dan Karakteristik Arsitektur Modern .......................................... 26
2.2.4. Kajian Konsep Elemen Arsitektur Modern ............................................... 27
2.2.5. Ciri Pada Bentuk Arsitektur Modern ........................................................ 30
2.2.6. Strategi Pencapaian Arsitektur Modern .................................................... 31
2.3. Literature Sistem Bangunan .............................................................................. 32
2.3.1. Sistem Struktur Bangunan......................................................................... 32
2.3.2. Sistem Mekanikal & Elektrikal Pada Bangunan ....................................... 34
2.3.3. Sistem Utilitas Pada Bangunan ................................................................. 34
2.3.4. Standar Kebutuhan Difable 14.................................................................... 38
2.4. Studi Banding .................................................................................................... 44
2.4.1. Kondisi Museum Di dalam Negeri............................................................ 44
2.4.2. Kondisi Museum Di Luar Negeri .............................................................. 47
2.5. Kesimpulan ....................................................................................................... 53
BAB III ANALISIS PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ............................. 54
3.1. Tinjuan Tapak ...................................................................................................... 54
3.1.1. Kriteria Tapak ........................................................................................... 54
3.1.2. Pemilihan Tapak........................................................................................ 54
3.1.3. Lokasi Eksisting Tapak ............................................................................. 57
3.1.4. Deskripsi Proyek ....................................................................................... 57
3.1.5. Analisa Kondisi Site Eksisting .................................................................. 58
3.2. Tinjauan Program Ruang .................................................................................. 66
3.2.1. Flow Aktifitas Dan Kebutuhan Ruang ...................................................... 69
3.2.2. Flow Keseluruhan Aktifitas ...................................................................... 72
3.2.3. Hubungan Antar Ruang............................................................................. 73
3.2.4. Analisis Kebutuhan Ruang ........................................................................ 74
BAB IV KONSEP.......................................................................................................... 78
4.1. Konsep Desain .................................................................................................. 78
4.1.1. Konsep Perancangan Tapak ...................................................................... 78
4.1.2. Konsep Gubahan Bentuk Bangunan ......................................................... 79
4.1.3. Konsep Penerapan Arsitektur Modern ...................................................... 79
4.1.4. Konsep Struktur ........................................................................................ 80
4.1.5. Konsep Hardscape ..................................................................................... 82

vi
4.1.6. Konsep Utilitas .......................................................................................... 83
BAB V KESIMPULAN .............................................................................................. 84
5.1 Kesimpulan ....................................................................................................... 84
5.2 Saran.................................................................................................................. 84
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................................... 86
LAMPIRAN..................................................................................................................... 87

vii
5 DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 : Museum Sepak Bola di German ................................................................. 9


Gambar 2.2 : Skema Struktur Organisasi Museum ........................................................ 12
Gambar 2.3 : penggunaan cahaya alami pada ruangan museum .................................... 15
Gambar 2.4 : penggunaan cahaya buatan pada ruangan museum .................................. 15
Gambar 2.5 : skema cross ventilation .............................................................................. 16
Gambar 2.6 : sirkulasi di dalam ruangan museum .......................................................... 16
Gambar 2.7 : Ruang Pamer dengan Ruang Penutup........................................................ 18
Gambar 2.8 : Ukuran Tempat Wudhu ............................................................................. 18
Gambar 2.9 : Pola Ruangan Food court .......................................................................... 19
Gambar 2.10 : Ukuran Dimensi Perabot, dan Orang di Food court ................................ 20
Gambar 2.11 : Pola Alur Di Dalam Ruang Dapur ........................................................... 20
Gambar 2.12 : Sirkulasi Di Dalam Ruang Toko .............................................................. 21
Gambar 2.13 : Dimensi Standar Ukuran Kendaraan ....................................................... 22
Gambar 2.14.: Pola Alur Sirkulasi Tempat Parkir........................................................... 22
Gambar 2.15 : Pola Alur Sirkulasi Tempat Kamar Mandi/Toilet ................................... 23
Gambar 2.16 : Standar kebutuhan di dalam ruang perpustakaan .................................... 24
Gambar 2.17 : Sistem Struktur Rangka Atap Space Beam .............................................. 34
Gambar 2.18 : Skema Sistem Jaringan Air bersih dengan down feed distribusi ............. 36
Gambar 2.19 : Maksimum pergerakan bagi pengguna kursi roda. .................................. 39
Gambar 2.20 : Gambaran Sirkulasi. ................................................................................ 41
Gambar 2.21 : Gambaran Sirkulasi Ramp. ...................................................................... 42
Gambar 2.22 : Gambaran Standar Lift ............................................................................ 43
Gambar 2.23 : Gambaran Standar Akses Toilet Penyandang Disabilitas........................ 43
Gambar 2.24 : Museum Olahraga Nasional .................................................................... 44
Gambar 2.25 : Ruang Pamer tokoh olahraga ................................................................... 45
Gambar 2.26 : Ruang Pamer medali prestasi olahraga .................................................... 45
Gambar 2.27 : Ruang Pamer alat olahraga ...................................................................... 46
Gambar 2.28 : Ruang diorama ......................................................................................... 46
Gambar 2.29 : Fasade Museum Fifa ................................................................................ 47
Gambar 2.30 : Layout Lantai dasar (Planet Football) ..................................................... 48
Gambar 2.31 : Ruang Pamer Lantai dasar (Planet Football) ........................................... 49
Gambar 2.32 : Layout Lantai Satu The Foundation & The Fifa World Cup™ Gallery) 49

viii
Gambar 2.33 : Ruang Pamer Lantai Satu “The Foundation” .......................................... 50
Gambar 2.34 : Ruang Pamer Lantai Satu “The Cinema” ................................................ 50
Gambar 2.35 : Layout Lantai dua “Field of Play” ........................................................... 51
Gambar 2.36 : Ruang Pamer Lantai Dua “Field of Play” ................................................ 51
Gambar 2.37 : Ruang Bermain Lantai Dua “The Pinball” .............................................. 51
Gambar 2.38 Layout Lantai Tiga Sarana Pendukung Museum Fifa ............................... 52
Gambar 2.39 : Visual Ruang Tunggu Café dan merchandise Museum Fifa ................... 52
Gambar 3.1 : Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Bandung ........................................... 54
Gambar 3.2 : Foto Udara Lokasi 1 .................................................................................. 55
Gambar 3.3 : Foto Udara Lokasi 2 .................................................................................. 56
Gambar 3.4 : Rencana Lokasi Tapak............................................................................... 57
Gambar 3.5 : Analisa Pencapaian Tapak ......................................................................... 58
Gambar 3.6 : Analisa Pencapaian Ke Dalam Tapak........................................................ 58
Gambar 3.7 : Analisa Sirkulasi Dalam Tapak ................................................................. 59
Gambar 3.8 : Analisa View dan Orientasi ....................................................................... 60
Gambar 3.9 : Analisa Orientasi Matahari ........................................................................ 61
Gambar 3.10 : Skema Penghawaan Alami ...................................................................... 62
Gambar 3.11 : Skema Pemanfaatan Air Hujan................................................................ 63
Gambar 3.12 : Analisa Kebisingan .................................................................................. 64
Gambar 3.13 : Skema Antisipasi Kebisingan ................................................................. 65
Gambar 3.14 : Analisa Zoning ........................................................................................ 65
Gambar 4.1. : Konsep Penggabungan Massa Bangunan ................................................. 78
Gambar 4.2. : Konsep Gubahan Bentuk Bangunan ......................................................... 79
Gambar 4.3. : Konsep Penerepan Arsitektur Modern...................................................... 79
Gambar 4.4. : Prespektif Struktur .................................................................................... 80
Gambar 4.5. Tiang Pancang ............................................................................................ 80
Gambar 4.6. Upper Struktur ............................................................................................ 81
Gambar 4.7. : Konsep Roof Struktur ............................................................................... 81
Gambar 4.8. Konsep Hardscape ...................................................................................... 82
Gambar 4.9. Konsep Pedestrian ...................................................................................... 82
Gambar 4.10. Konsep Instalasi Pipa Air ......................................................................... 83

ix
6 DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 : Strategi Pencapaian Arsitektur Modern ......................................................... 31


Tabel 2.2 : Skema Sistem Jaringan Pembuangan Air kotor ............................................. 36
Tabel 2.3 : Skema Sistem Jaringan Pemanfaatan Air Hujan ............................................ 37
Tabel 2.4 : Indikator Sirkulasi .......................................................................................... 40
Tabel 2.5 : Indikator Sirkulasi Ramp ............................................................................... 41
Tabel 2.6 : Indikator Sirkulasi Lift ................................................................................... 42
Tabel 3.1 : Pelaku Museum .............................................................................................. 68
Tabel 3.2 : Analisa Pola Kegiatan Museum .................................................................... 69
Tabel 3.3 : Analisa Besaran Ruang Museum ................................................................... 75

x
7 DAFTAR DIAGRAM

Diagram 1.1. Kerangka Berpikir ........................................................................................ 6

xi
8 BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Sepak bola merupakan
olahraga paling populer di
dunia, dapat terlihat dari
berbagai macam kejuaraan
mulai dari domestik hingga
tingkat dunia, dari klub
kecil hingga tim nasional
yang mewakili negara. Tercatat ada 211 negara yang terdaftar sebagai
anggota FIFA, sebuah asosiasi sepak bola resmi dunia dan Indonesia
termasuk dalamnya. (/www.fifa.com/associations, diakses tanggal 5
Desember 2016)
Sepak bola juga merupakan olahraga populer di Indonesia. Sejarah
Sepak Bola Modern di Indonesia dimulai dengan terbentuknya PSSI
(Persatuan Sepakbola seluruh Indonesia) pada tanggal 19 April 1930 di
Yogyakarta dengan ketuanya Soeratin Sosrosoegondo. Setiap daerah di
Indonesia memiliki klub sepak bola dari amatir hingga professional, tercatat
kemungkinan ada lebih dari 200 klub sepak bola. Seperti daerah/ kota
lainnya. Kota Bandung memiliki klub-klub sepak bola, salah satu klub
sepak bola terbesar di Bandung, dan Indonesia adalah PERSIB Bandung di
bawah perusahaan PT. PERSIB Bandung Bermartabat (PT.PBB). PT. PBB
memiliki program-program jangka panjang maupun jangka pendek, salah
satu program tersebut adalah membuat sarana bagi komunitas untuk
berkumpul, berupa cafe yang telah direalisasikan (Cafe PERSIB), namun
belum memadai karena fasilitas dan luasan ruang yang sempit.
PT. PBB juga memiliki rencana pengadaan museum PERSIB, dengan
pertimbangan sebagai klub besar dengan sejarah panjang dan jumlah
perolehan piagam prestasi, serta antusiasme pendukung yang besar,

1
PERSIB Bandung memiliki banyak koleksi bersejarah misalnya piala,
medali, jersey tim, hingga memorabilia, tidak hanya dari klub, melainkan
juga dari sisi supporter. Semua koleksi tersebut layak memiliki museum
untuk menampung semua koleksi sejarah, sarana hiburan dan tempat
berkumpul bagi bobotoh PERSIB dan tujuan wisata masyarakat luas, seperti
klub-klub sepak bola besar di Eropa yang memiliki museum sendiri,
misalnya Arsenal, Manchester United, Chelsea,F.C. Barcelona, terutama
jika melihat kenyataan bahwa terdapat puluhan piala milik PERSIB tidak
terawat di sebuah lemari besar di Sekretariat PSSI Kota Bandung yang
terletak di Jalan Gurame, Kota Bandung yang kini hanya tersimpan dan
tertutup rapat di lemari, sehingga bagi masyarakat umum tidak terlalu
banyak yang mengetahui akan syarat sejarah prestasi yang pernah di
torehkan oleh klub PERSIB Bandung.
Dengan kata lain, klub PERSIB Bandung yang syarat akan prestasi
sejarah di sepak bola Indonesia dan yang memiliki supporter fanatic di
setiap daerah layak untuk memiliki sebuah museum sebagai wadah untuk
memamerkan, merawat, menjaga dan mempublikasikan ke masyarakat luas
khusus untuk Provinsi Jawa Barat, umumnya untuk di Negara Indonesia dan
Mancanegera.
Berdasarkan dari rumusan latar belakang tersebut, maka kata kunci judul
yang dapat di ambil dari proyek ini yaitu perencanaan Museum Sepak Bola
PERSIB yang berlokasi di Bandung serta dapat diharapkan sebagai fasilitas
yang mampu menampilkan koleksi sejarah PERSIB, fasilitas berkumpul
bobotoh dan menjadi tujuan wisata di Kota Bandung.

1.2. Pengertian Arti Kata Judul


 Museum
Museum adalah sebuah tempat atau wadah institusi legal yang
berfungsi sebagai tempat penyimpanan, koleksi, perawatan,dan
pemanfaatan benda-benda bukti materi hasil budaya manusia serta
lingkungannya, guna menunjang upaya perlindungan dan

2
pelestarian kekayaan budaya bangsa. (Sumber : Peraturan Pemerintah RI

Nomor 19 tahun 1995 pasal)

 Sepak bola
Sepak bola adalah adalah cabang olahraga yang menggunakan bola
yang umumnya terbuat dari bahan kulit dan dimainkan oleh dua tim
yang masing-masing beranggota 11 (sebelas) orang pemain inti dan
beberapa pemain cadangan. Memasuki abad ke-21, olahraga ini
telah dimainkan oleh lebih dari 250 juta orang di 200 negara, yang
menjadikannya olahraga paling populer di dunia.(Sumber :"Overview of
Soccer". Encyclopædia Britannica)

 PERSIB
(Persatuan Sepak Bola Indonesia Bandung ) adalah sebuah tim sepak
bola Indonesia terbesar yang berdiri pada 14 maret 1993, klub ini
berbasis di Bandung, Jawa Barat. (Sumber : Wikipedia)

1.3. Arti Pengertian Judul


Dari definisi yang dapat disimpulkan dari pengertian judul diatas dapat
dirangkum secara keseluruhan bahwa arti dari “Museum Sepak Bola
PERSIB Bandung” adalah sebuah tempat atau wadah yang dapat mewadahi
serta merawat berbagai tropi penghargaan klub sepakbola PERSIB di liga
sepakbola Indonesia baik lokal maupun domestik yang berlokasi di Kota
Bandung.

1.4. Identifikasi Masalah


Identifikasi masalah dari perancangan berdasarkan latar belakang
tersebut yaitu, belum adanya wadah untuk mempublikasikan atau
memamerkan bukti koleksi sejarah prestasi klub PERSIB Bandung ke
masyarakat umum yang rekreatif dan yang memiliki cerminan karakter
PERSIB Bandung.

1.5. Persyaratan Perancangan


Persyaratan dari perancangan bangunan museum PERSIB ini antara lain :

3
1. Membuat suatu bangunan yang dapat mewadahi prestasi sejarah sepak
bola khususnya untuk klub PERSIB Bandung untuk dapat di
publikasikan ke masyarakat umum dan sebagai tempat edukasi bagi
masyarakat yang di sebut dengan bangunan museum.
2. Mendesain museum PERSIB yang diterapkan dengan nuansa khas
PERSIB itu sendiri, dengan konsep kontemporer dan memiliki nuansa
budaya lokal.
3. Merencanakan sebuah fasilitas buat pengunjung yang target utamanya
adalah para supporter PERSIB untuk berkumpul dan umumnya untuk
kalangan masyarakat dengan tersedianya ruang-ruang berkumpul
berupa café, auditorium, dan fasilitas pendukung lainnya.

1.6. Rumusan Masalah


Dari masalah yang dapat di simpulkan dari pembahasan latar belakang
tersebut, yaitu :
a. Bagaimana merancang suatu wadah bangunan museum sebagai bentuk
apresiasi prestasi klub PERSIB Bandung yang dapat menampung semua
kebutuhan di dalamnya dan dapat mengaplikasikan tema kontemporer
di dalam bangunan museum PERSIB. ?

1.7. Tujuan Dan Manfaat Perancangan


Tujuan perancangan pada bangunan museum PERSIB ini, antara lain :
1. Memberikan wadah atau tempat untuk dapat menyimpan, merawat,dan
memamerkan koleksi prestasi ke emasan klub PERSIB kepada
masyarakat luas.
2. Memberikan fasilitas bagi supporter PERSIB sebagai tempat titik
berkumpul yang terpusat dan sebagai tempat edukasi.
3. Memberikan fasilitas bangunan museum sepak bola di Indonesia yang
memiliki citra dari segi fungsi dan bentuk pada bangunan museum ini
sebagai referensi ilmu perancangan yang di gunakan di kemudian hari.

4
1.8. Manfaat Pembahasan
Lingkup perancangan pada museum PERSIB yang akan di bahas dalam
proyek ini adalah seluruh aspek fisik dan non fisik perancangan yang
menyangkut pemakai, pengunjung, kebutuhan ruang, struktur bangunan,
landscape, bentuk massa bangunan, sirkulasi di dalam site dan di luar site
serta potensi-potensi yang terdapat pada lingkungan tapak perencanaan.
Pembahasan pada proyek ini adalah yang berkaitan dengan perencanaan
dan perancangan sebuah bangunan museum sepak bola yang dapat
mendukung dan memfasilitasi berbagai macam kegiatan serta kebutuhan
bagi pengguna museum, baik untuk pengelola, maupun pengunjung pada
bangunan PERSIB.

5
1.9. Kerangka Berpikir
Diagram 1.1. Kerangka Berpikir

6
1.10. Sistematika Laporan
Tahap evaluasi dilakukan setelah analisis konsep perancangan. Tahap
ini dilakukan dengan mengkaji ulang kesesuaian analisis dan konsep
perancangan yang nantinya akan digunakan sebagai acuan desain yang
mengacu pada objek perancangan.

Bab I : PENDAHULUAN

Bab ini menjelaskan latar belakang sejarah sepak bola dan klub PERSIB
Bandung terkait dengan perencanaan dan perancangan bangunan museum
sepak bola PERSIB Bandung.

Bab II : TINJAUAN PUSTAKA


Bab ini dimulai dari tahap pengertian judul yang berisi pengertian tentang
bangunan museum sepak bola PERSIB bandung itu sendiri yang kemudian
disimpulkan menjadi suatu pengertian baru dari rancangan. Tahap studi
literatur yang berisi tentang segala data dari bermacam jenis literatur
yang digunakan sebagai data penunjang yang berkaitan dengan rancangan.
Tahap tinjauan obyek perancangan yang berisi dua obyek studi kasus
sejenis secara fungsi dan aktivitas yang digunakan sebagai acuan yang
membantu rancangan nantinya, dari hasil analisa dan pembandingan yang
dilakukan pada studi kasus.

Bab III : ANALISIS PERENCANAAN DAN PERANCANGAN


Bab ini berisi terkait data yang di dapatkan di lapangan sebagai acuan dari
perancangan bangunan museum sepak bola PERSIB bandung di mulai dari
analisa sampai dengan gambaran secara abstrak tentang konsep perancangan
yang akan dibuat. Seperti dari mulai analisa ruang berserta hubungannya,
analisa aksesibilitas, view, kebisingan, iklim, potensi daerah sekitar, sampai
dengan diagram abstrak yang kurang lebih menggambarkan secara abstrak
konsep bentukan bangunan dan layout.

Bab IV : KONSEP DAN DESAIN

7
Bab ini berisi hasil dari data dan analisa yang di dapatkan sehingga tercipta
sebuah konsep dan desain skematik layout preliminary desain, desain
development yang di harapkan hasil akhir sesuai dengan perencanaan
bangunan museum sepak bola PERSIB bandung yang di inginkan.

Bab V : KESIMPULAN DAN SARAN


Berisi tentang kesimpulan dan saran hasil akhir dari proses perancangan
bangunan museum sepak bola PERSIB bandung berupa final desain gambar,
3D, animasi, maket dan banner.

8
9 BAB II
TINJAUAN LITERATUR

2.1. Literatur Terkait Judul Tugas Akhir


2.1.1. Pengertian Museum
Secara etimologis, kata
“Museum” diambil dari
bahasa Yunani Klasik,
yaitu: “Muze” kumpulan
sembilan dewi yang berarti
Gambar 2.1 : Museum Sepak Bola di German lambang ilmu dan
kesenian. Berdasarkan uraian di atas, maka pengertian museum adalah
sebagai tempat menyimpan benda-benda kuno yang dapat digunakan
untuk menambah wawasan dan juga sebagai tempat rekreasi. Seiring
dengn berkembangnya zaman, museum memiliki makna yang sangat
luas sesuai dengan pemikiran setiap individu maupun institusi¹.
Adapun beberapa pengertian kata Museum menurut para ahli,
diantaranya²:
1. Ambrose dan Crispin (1993)
Menurutnya, definisi museum adalah bagian dari pranata
sosial dalam masyarakat, karena museum dipergunakan
sebagai wahana memberikan pengetahuan, pendidikan, dan
perkembangan kepada setiap masyarakat melalui sistemasi
komunitas atau publik.
2. Association of Museum (1998)
Museum adalah suatu badan yang bersifat legal dalam
mengumpulkan, menyelamatkan atau menerima artefak
sejarah manusia, yang dipergunakan untuk meningkatkan serta
mengingat segala kejadian serta fenomena alam yang dialami
oleh negara dan dunia.
¹ http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/24066/4Chapter%2011.pdf
² http://www.indonesiastudents.com/pengertian-museum-menurut-para-ahli/

9
Dari beberapa pengertian yang sudah dijelaskan diatas, pengertian
yang lebih mendalam dan lebih bersifat internasional dikemukakan
oleh ICOM (Internasional Council of Museum), yakni:³
“A museum is a non-profit, permanent institution in the service of
society and its development, open to the public, which acquires,
conserves, researches, communicates and exhibits the tangible and
intangible heritage of humanity and its environment for the purpose of
education, study and enjoyment”.
Museum adalah lembaga non-profit yang bersifat permanen yang
melayani masyarakat dan perkembangannya, terbuka untuk umum,
yang bertugas untuk mengumpulkan, melestarikan, meneliti,
mengkomunikasikan, dan memamerkan warisan sejarah kemanusiaan
yang berwujud benda dan tak benda beserta lingkungannya, untuk
tujuan pendidikan, penelitian, dan hiburan.
2.1.2. Sejarah Perkembangan Museum di Indonesia
Cikal bakal museum di Indonesia tampaknya diawali oleh sepak
terjang George Edward Rumphius (1628-1702), seorang naturalis
yang mengoleksi benda-benda yang dikumpulkannya selama proses
penelitian. Kabarnya Rumphius mendirikan sebuah museum pada
tahun 1662 di Ambon, yakni De Amboinsch Raritenkaimer. Namun
disayangkan, museum tersebut tidak dapat dilacak lagi sisa
peninggalannya sekarang. Sejarah perkembangan museum di
Indonesia secara kelembagaan dapat ditarik mundur sampai ke tahun
1778. Pada 24 April 1778 di Batavia (kemudian disebut Jakarta)
didirikan Bataviaasch Genootschap van Kunstenen Wetenschaapen
oleh Pemerintah Belanda. Lembaga ini memiliki slogan Ten Nuttle
van het Algemeen (Untuk Kepentingan Masyarakat Umum).
Peran pemerintah Republik Indonesia dalam pendirian dan
pengembangan museum di Indonesia sejak kemerdekaan sampai masa
Orde Baru sangatlah besar. Pada tahun 1948 pemerintah membentuk
Jawatan Kebudayaan yang berada dibawah Kementerian Pendidikan,

³ Ali Akbar, Museum di Indonesia Kendala dan Harapan, Jakarta, 2010.


10
Pengajaran, dan Kebudayaan. Pada tahun 1957 jawatan tersebut
memiliki unit kerja yang disebut Urusan Museum.
Sejak tahun 2005, berdasarkan tata kelola pemerintahan,
terdapat Direktorat Museum yang berada di bawah Direktorat Jenderal
Sejarah dan Purbakala dan merupakan bagian dari Departemen
Kebudayaan dan Pariwisata Republik Indonesia. Perubahan dari
departemen terkait pendidikan ke departemen pariwisata turut
mengubah “warna” museum yang awalnya terkait dengan edukasi
menuju rekreasi.
2.1.3. Fungsi Museum
Sebagai lembaga ilmiah, tentu museum mempunyai berbagai
fungsi, berdasarkan kebijaksanaan pengembangan museum di
Indonesia berpegang pada rumusan ICOM (International Council of
Museum). Museum mempunyai Sembilan fungsi, yakni :
1. Pengumpulan dan pengamanan warisan alam dan budaya.
2. Dokumentasi dan penelitian ilmiah.
3. Konservasi dan preservasi.
4. Penyebaran dan perataan ilmu untuk umum.
5. Pengenalan dan penghayatan kesenian.
6. Pengenalan kebudayaan antar-daerah dan antar-bangsa.
7. Visualisasi warisan alam dan budaya.
8. Cermin pertumbuhan peradaban umat manusia.
9. Pembangkit rasa bertakwa dan bersyukur kepada Tuhan
Yang Maha Esa.
Fungsi museum menurut peraturan pemerintah Republik
Indonesia Nomor 19 tahun 1995 tentang pemeliharaan dan
pemanfaatan benda cagar budaya di museum yaitu sebagai
penyimpanan, perawatan, pengamanan, dan pemanfaatan kebudayaan
nasional.
2.1.4. Peranan Tugas Museum 4
Secara garis besar peranan terhadap tugas museum, yaitu :

11
a. Pengumpulan atau penggandaan
b. Pemeliharaan
c. Konservasi
d. Penelitian
e. Pendidikan
f. Rekreasi
2.1.5. Struktur Organisasi Museum
Museum dikelola secara terstruktur yang dipimpin oleh seorang
kepala museum, di mana dalam pelaksanaannya dibantu oleh berbagai
unsur yang secara langsung bertanggung jawab kepada kepala
museum, pengelolaan museum berbeda beda antara satu dan lainnya
tergantung besar dan jenis museum, tetapi secara umum struktur
pengelolaan pada museum dapat digambarkan sebagai berikut :

Gambar 2.2 : Skema Struktur Organisasi Museum


Sumber: Pedoman Penyelenggaraan dan Pengelolaan Museum, Dirjen Depdikbud
2.1.6. Jenis museum
Jenis museum dapat diklasifikasikan menjadi beberapa jenis, yang di
antaranya :
1. Berdasarkan Status Hukum
2. Berdasarkan Ruang Lingkup Wilayah

12
3. Berdasarkan Disiplin Ilmu
2.1.7. Pengguna Museum 5
Terdapat dua kategori pengguna dalam sebuah museum, yakni:
1. Pengelola
Pengelola museum adalah petugas yang berada dan melaksanakan
tugas museum dan dipimpin oleh seorang kepala museum.
2. Pengunjung
Berdasarkan intesitas kunjungannya dapat dibedakan menjadi
dua kelompok, yakni:
a. Kelompok orang yang secara rutin berhubungan dengan
museum seperti kolektor, seniman, desainer, ilmuwan, pelajar.
b. Kelompok orang yang baru mengunjungi museum
2.1.8. Persyaratan Berdirinya Museum
Persyaratan berdirinya sebuah bangunan museum di latar belakangi
oleh beberapa kriteria, diantaranya :
1. Lokasi yang strategis di bagi menjadi 2 kriteria, yaitu :
a. Lokasi yang dipilih bukan untuk kepentingan pendirinya,
tetapi untuk masyarakat umum.
b. Lokasi yang tidak terletak di daerah industri yang banyak
pengotoran udara, bukan daerah yang berawa atau tanah pasir.
2. Persyaratan Koleksi 8
a) Memiliki nilai sejarah dan nilai-nilai ilmiah (termasuk nilai
estetika).
b) Harus diterangkan asal usulnya secara historis, geografis dan
fungsinya.
c) Harus dapat dijadikan monument jika benda tersebut
berbentuk bangunan yang berarti juga mengandung nilai
sejarah.
d) Dapat diidentifikasikan mengenai bentuk, tipe, gaya, fungsi,
makna, asal, secara historis dan geografis, genus (untuk

4
Sutaarga, M. Amir. Pedoman Penyelenggaraan dan Pengelolaan Museum. Jakarta,
5
universitas islam negeri maulana malik Ibrahim museum anak di malang
13
biologis), atau periodenya (dalam biologi khusunya benda
alam).
e) Harus dapat dijadikan dokumen, apabila benda itu berbentuk
dokumen dan dapat dijadikan bukti bagi penelitian ilmiah.
f) Harus merupakan benda yang asli, bukan tiruan. Kecuali bila
benda tersebut tidak ada dapat dibuatkan reflika.
g) Harus merupakan benda yang memiliki nilai sejarah dan nilai
keindahan.
h) Harus merupakan benda yang unik, yaitu tidak ada duanya.
i) Benda-benda sejarah alam berupa flora, fauna, benda batuan
maupun mineral.
j) Benda-benda wawasan nusantara setiap benda asli (realita)
atau replica yang mewakili sejarah alam budaya dari wilayah
nusantara.
k) Replika atau tiruan dari benda nyata/sesungguhnya.
l) Miniatur, yaitu tiruan dari benda sesungguhnya namun
berukuran kecil.
m) Koleksi hasil abstraksi.
3. Peralatan museum
Museum harus memiliki sarana dan prasarana museum berkaitan
erat dengan kegiatan pelestarian, seperti perawatan koleksi (AC,
pengaman, CCTV, alarm, sistem dll), lampu, label, dan lain-lain.
2.1.9. Persyaratan Ruang
Persyaratan ruang pada ruang pamer sebagai fungsi utama dari
museum. Beberapa persyaratan teknis ruang pamer sebagai berikut :
1. Pencahayaan
Pada dasarnya pencahayaan dan penghawaan ada beberapa jenis,
diantaranya :
A. Pencahayaan Alami
yaitu dengan memanfaatkan cahaya matahari pada siang hari.

14
Gambar 2.3. penggunaan cahaya alami pada ruangan museum
Sumber : Data Arsitek/ Neufert

B. Pencahayaan Buatan
Merupakan pencahayaan yang berasal dari cahaya buatan
manusia. Pencahayaan buatan yang memiliki sifat sesuai
dengan kegunaanya.

Gambar 2.4. penggunaan cahaya buatan pada ruangan museum


Sumber : Museum Fifa
2. Penghawaan
Ruang pameran perlu dijaga sirkulasi udaranya untuk membantu
sirkulasi udara ini, sebaiknya menggunakan kipas angin/fan. Hal
ini digunakan untuk museum-museum yang tidak memiliki AC.
Untuk ruangan yang tidak ber-AC penggunaan penghawaan alami
di dalam ruangan harus diperhatikan mengenai ventilasi silang
yang merupakan ventilasi horizontal yang terbuka dari dua arah
yang berhadapan. Untuk itu perlu direncanakan secara cermat dan
baik, agar penghawaan alami yang dipergunakan sesuai dengan

15
kebutuhan. Ruangan museum yang ber-AC, pengaturan udara
sudah dikendalikan oleh peralatan tersebut.

Gambar 2.5. skema cross ventilation


Sumber : http://www.satsa.co/wiring/cross-ventilation-diagram.html

3. Sirkulasi museum
Jalur sirkulasi di dalam ruang pamer harus dapat menyampaikan
informasi, membantu pengunjung memahami koleksi yang
dipamerkan. Penentuan jalur sirkulasi bergantung juga pada alur
cerita yang ingin disampaikan dalam pameran.

Gambar 2.6. sirkulasi di dalam ruangan museum


Sumber : Data Pribadi

16
2.1.10. Kebutuhan Ruang
Dalam sebuah museum terdapat beberapa sarana dan memiliki ruang-
ruang yang diperlukan. Sarana dalam obyek museum sepak bola
PERSIB ini berupa sarana konservasi, sarana edukatif, sarana
rekreatif, serta sarana penunjang lainnya.
A. Sarana konservasi
Merupakan ruang utama pada suatu museum yaitu ruang pameran.
Ruang pamer adalah ruangan yang digunakan untuk kepentingan
pemajangan benda-benda koleksi. Sedangkan menurut Hadi
Sutjipto, ruang pamer museum merupakan tempat untuk
mewujudkan komunikasi antara benda pamer dan pengunjung
museum, ruang pamer museum dapat dianggap sebagai kunci
pagelaran atau pameran yang berbicara tentang kekayaan dari
koleksi-koleksi terbaik representative untuk memberikan
kepuasan atas tuntutan rasa keindahan dari para pengunjung, serta
untuk memenuhi keinginan mereka melihat sesuatu yang langka,
baik benda unik maupun benda indah.
1) Ruang pamer dapat di bagi menjadi dua jenis, yaitu :
a. Ruang pamer tetap
b. Ruang pamer temporer
2) Tipe-tipe ruang pamer 9
a. Memiliki ruang sederhana berukuran sedang, merupakan
bentuk yang paling lazim.
b. Galeri lukis terbuka (skylight Picture Story), merupakan
tipe ruang yang paling umum dalam museum seni.
Ruangan ini tampak paling sederhana bagi pengunjung,
namun bagi arsitek dianggap sebagai ruang yang paling
sulit dirancang.
c. Koridor pertunjukan, merupakan tipe ruang pamer
sesungguhnya bukan ruangan, tetapi merupakan suatu

17
jalan atau lorong. Digunakan untuk display supaya tidak
kosong.
d. Tipe ruangan yang bebas, merupakan ruang yang dapat
dibagi-bagi saat ada pameran. Ruangan ini tidak berjendela
tapi ada tempat yang dapat dibuka untuk cahaya alami.

Gambar 2.7. Ruang Pamer dengan Ruang Penutup


Sumber : Data Arsitek/ Neufert

B. Sarana Penunjang
Sarana penunjang ini merupakan sarana yang dapat menunjang
kebutuhan aktivitas di dalam museum, sarana penunjang di bagi
menjadi beberapa fasilitas, diantaranya :
1. Sarana ibadah / mushola atau masjid
Mushola atau masjid merupakan suatu bangunan yang
berfungsi sebagai pendekatan diri pada yang maha kuasa
dengan aktivitas ibadah dan yang memiliki sebuah tempat
bersuci diri yaitu dengan tempat wudhu.

Gambar 2.8. Ukuran Tempat Wudhu


Sumber : Neufert Architect Data

18
2. Sarana tempat makan (Foodcourt)
Foodcourt merupakan tempat untuk istirahat, makan, serta
minum. Dalam sebuah museum, foodcourt terdapat di
beberapa tempat yakni agar pengunjung tidak terlalu susah
untuk mencari tempat beristirahat.

Gambar 2.9. Pola Ruangan Food court


Sumber : Analisa Pribadi

19
Gambar 2.10. Ukuran Dimensi Perabot, dan Orang di Food court
Sumber : Neufert Architect Data

Gambar 2.11. Pola Alur Di Dalam Ruang Dapur


Sumber : Neufert Architect Data

Dengan standard ukuran dimensi untuk kebutuhan di ruang


dapur, dapat di aplikasikan ke dalam kebutuhan foodcourt di
museum PERSIB yang akan dirancang.
3. Sarana Cindera Mata / Gift Shop
Gift shop merupakan sebuah toko yang menjual aneka macam
oleh-oleh sebagai cindera mata yanda dapat dibeli oleh

20
pengunjung untuk buah tangannya. Dalam sebuah toko
memiliki alur sirkulasi, diantaranya :

Gambar 2.12. Sirkulasi Di Dalam Ruang Toko


Sumber : Neufert Architect Data

4. Sarana Tempat Parkir


Area parkir merupakan salah satu sarana utama penunjang,
dimana area parkir tersebut merupakan tempat memarkirkan
kendaraan baik kendaraan pribadi, kendaraan dinas, ataupun
kendaraan umum seperti : sepeda, sepeda motor, mobil, truk,
bus, serta kendaraan lainnya.
Adapun ukuran tempat parkir, diantaranya sebagai berikut :

21
Gambar 2.13. Dimensi Standar Ukuran Kendaraan
Sumber : Neufert Architect Data

Pola tempat parkir di bagi menjadi beberapa type, diantaranya:

Gambar 2.14. Pola Alur Sirkulasi Tempat Parkir


Sumber : Analisa Pribadi

5. Kamar Mandi Atau Toilet


Kamar mandi merupakan ruangan yang digunakan sebagai
salah satu aktivitas bagi pengguna untuk mandi, buang air
besar, dan kecil, serta untuk bersuci. Dimensi pada ruangan
toilet menyesuaikan dengan standar yang telah di tetapkan
antara lain :

22
Gambar 2.15. Pola Alur Sirkulasi Tempat Kamar Mandi/Toilet
Sumber : Analisa Pribadi

6. Ruang Perpustakaan
Ruang perpustakaan merupakan sarana pelengkap di dalam
bangunan museum yang dapat digunakan untuk pengguna
museum sebagai fasilitas tempat membaca, serta menyimpan
buku-buku.

23
Gambar 2.16 Standar kebutuhan di dalam ruang perpustakaan
Sumber: Metric Handbook Planning and Design Data

2.2. Arsitektur Modern


2.2.1. Pengertian Arsitektur Modern
Berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia, arsitektur modern dapat
dipisahkan mejadi dua kata yaitu “arsitektur” yang berarti seni dan
ilmu merancang serta membuat konstruksi bangunan, jembatan dan
sebagainya serta “modern” yang berarti terbaru atau mutakhir. Maka
secara harafiah, arsitektur modern dapat diartikan sebagai seni dan
ilmu merancang serta membuat konstruksi bangunan yang terbaru
atau termutakhir.
Menurut Rayner Banham pada bukunya yang berjudul “Age of The
Master: A Personal View of Modern Architecture”, 1978,
perkembanagan arsitektur modern menekankan pada kesederhanaan
suatu desain. Arsitektur modern merupakan Internasional Style yang
menganut Form Follows Function (bentuk mengikuti fungsi).
Bentukan platonic solid yang serba kotak, tak berdekorasi dan
perulangan yang monoton merupakan ciri arsitektur modern.

24
2.2.2. Sejarah Arsitektur Modern
Arsitektur modern mulai berkembang sebagai akibat adanya
perubahan dan perkembangan dalam teknologi, sosial dan
kebudayaan yang dihubungkan dengan revolusi industri pada tahun
1760-1863. Pada periode I (1900-1929) Mulai tahun 1890-an sampai
dengan 1930-an, terjadi sejumlah pertentangan dalam dunia
arsitektur yang ditunjukkan melalui munculnya berbagai eksperimen
yang dilakukan oleh perorangan maupun kelompok. Eksperimen
tersebut diungkapkan sebagai sebuah pertentangan yang
membutuhkan 40 tahun untuk menciptakan arsitektur Modern.
Konsep open space nampak dengan menggunakan jendela kaca yang
lebar dan menerus serta pemakaian material utama berupa baja, beton
dan kaca yang menonjolkan bentuk polos. Arsitektur modern berarti
putusnya hubungan dengan sejarah dan daerah serta bersifat
universal. Konsep baru dan sangat mendasar dari arsitektur modern
antara lain adalah “Form Follows Function” yang dikembangkan
oleh Louis Sullivan, dengan beberapa ciri sebagai berikut:
a. Ruang yang dirancang harus sesuai dengan fungsinya.
b. Struktur hadir secara jujur dan tidak perlu dibungkus dengan
bentukan masa lampau (tanpa ornamen).
c. Bangunan tidak harus terdiri dari bagian kepala, badan dan
kaki.
d. Fungsi sejalan atau menyertai dengan wujud.
Tokoh-tokoh yang berpengaruh dalam periode ini antara lain:
a. Louis Sullivan
b. Frank Lloyd Wright
c. Le Corbusier
d. Walter Gropius
e. Ludwig Mies van de Rohe

25
2.2.3. Ciri-ciri dan Karakteristik Arsitektur Modern
Arsitektur modern memiliki ciri-ciri serta karakteristik yang
berkembang seturut berjalannya periode ini. Ciri- ciri dari arsitektur
modern antara lain:
1. Terlihat memiliki keseragaman dalam penggunaan skala
manusia.
2. Bangunan bersifat fungsional, yaitu sebuah bangunan dapat
mencapai tujuan semaksimal mungkin, bila dipergunakan sesuai
dengan fungsinya.
3. Bentuk bangunan sederhana dan bersih yang berasal aliran
kubisme dan abstrak yang terdiri dari bentuk-bentuk aneh, akan
tetapi memiliki bentuk dasar segi empat.
4. Memperlihatkan konstruksi.
5. Pemakaian bahan pabrik atau industrial yang diperlihatkan secara
jujur dan tidak diberi ornamen.
6. Interior dan eksterior bangunan terdiri dari garis-garis vertikal
dan horizontal.
7. Konsep open plan, yaitu konsep yang membagi dalam bentuk
elemenelemen struktur primer dan sekunder. Open plan bertujuan
untuk mendapatkan fleksibilitas dan variasi di dalam
bangunan.(Tanudjaja, 1997)
Selain itu, arsitektur modern juga memiliki 3 karakteristik yaitu
ideologi, langgam serta gagasan desain. Karakteristik ideologi dari
arsitektur modern antara lain:
1. Gaya tunggal yang berlaku internasional atau tanpa gaya
2. Idealisme utopia dan idealis.
3. Tradisi keagungan jiwa jaman.
4. Bentuk-bentuk yang deterministik maupun fungsional.
5. Pemecahan problema secara holistik dan upaya pengembangan
desain yang komprehensif.
6. Pelayanan arsitek dengan sikap elitis namun tanpa batas kelas.

26
7. Arsitek merupakan seorang nabi/penyembuh.
8. Arsitek seakan-akan juru selamat/penyembuh.(Tanudjaja, 1997)
Karakteristik langgam pada arsitektur modern terdiri dari beberapa
hal, antara lain:
1. Bentuk yang abstrak tidak selalu menimbulkan teka-teki.
2. Memiliki elemen bentuk yang puris atau bentuk yang diulang.
3. Tampilan bangunan menunjukkan ekspresi kejujuran.
4. Anti simbolik dan anti terhadap prinsip metafora.
5. Bentuk desainnya sederhana.
6. Anti penggunaan ornamen.
7. Nilai estetika terdiri dari estetika mesin, sirkulasi, mekanikal,
teknologi dan struktur.
8. Memiliki ruang yang isotropik.
9. Logikanya anti reprsentasi.
10. Anti kenangan sejarah dan anti lelucon.(Tanudjaja, 1997)
Karakteristik gagasan desain pada arsitektur modern juga terdiri dari
beberapa hal, antara lain:
1. Tata ruang kota menggambarkan kota dalam taman.
2. Pemilihan fungsional.
3. Susunan ruang berupa karya seni yang utuh.
4. Susunan masa yang berintegrasi harmonis.
5. Komposisi asimetris dan regularitas.
6. Mementingkan volume daripada massa.
7. Gubahan masa slab dan point block.
8. Mengolah kulit dan rangka bangunan.
9. Dinding transparansi.(Tanudjaja, 1997)

2.2.4. Kajian Konsep Elemen Arsitektur Modern


Pada era arsitektur modern, fungsionalisme merupakan dasar
pemikiran utama. Fungsionalisme dimaksudkan sebagai penghambat
penggunaan yang tidak tepat dari bentuk yang penuh gaya akan tetapi

27
tidak cocok dengan maksud bangunannya. Semboyan “Form Follow
Function” yang diungkapkan oleh Louis Sullvian memberi
pandangan bahwa bentuk merupakan turunan dari fungsi dan fungsi
menciptakan serta mengorganisir bentuk.(Wahid & Alamsyah, 2013)
Sebuah bangunan modern harus setia pada dirinya sendiri, dalam
bentuk yang tembus pandang dan bersih dari hal-hal yang tidak
diperlukan sehingga dapat menyesuaikan dengan dunia mekanis dan
pengangkutan yang cepat.(Wahid & Alamsyah, 2013) Semboyan
“Machine for Living” yang ditegaskan oleh Le Corbusier
memberikan pandangan bahwa dunia bangunan harus memiliki sifat
yang efisiensi, rendemen, ekonomi dan harus mencapai semaksimum
mungkin seperti dalam perekayasaan setiap mesin.
Le Corbusier juga memberikan pandangannya terhadap tipologi
pada arsitektur modern yang menjelaskan bahwa tipologi berupa
objek produksi masal yang melihat bahwa elemen dari kolom rumah
sampai dengan kota sebagai sebuah analogis karena rasionalisme
ilmu pengetahuan dan sistem produksi teknologi adalah wujud nyata
daripada bentuk yang paling progresif.(Wahid & Alamsyah, 2013)
Pada masa ini, paradigma rasionalisme juga memberikan pengaruh
yang cukup besar. Perancangan modern mendasarkan pada pemikiran
perancangnya pada paradigma rasionalisme dengan
mempertimbangan perancangan pada logika dan rasio, menggunakan
teknologi baru dan aspek struktur serta fungsi yang dominan. Nilai
estetika mendapat interpretasi atau pandangan baru dengan
mengutamakan ekspresi sistem bangunan, struktur dan fungsi
bangunan tersebut.
Arsitektur modern juga menonjolkan hubungan antara sisi-sisi
suatu segiempat dan isinya, rasio atau perbandingan bagian-bagian di
dalamnya sebagai suatu komposisi.(Smithies, 1982) Selain itu,
hubungan antara bahan bangunan padat dan rongga dari jendela-
jendela atau bukaan lainnya dari bagian dalam juga memberi

28
pengaruh terhadap ruang-ruang yang terbentuk oleh penataan bahan-
bahan padat yang mengelilingi disekitarnya. Aspek-aspek kesatuan
dalam arsitektur modern juga menjadi hal yang cukup dominan. Pada
karya Le Corbusier “Falling Water”, elemen-elemen horizontal
sangat dominan dan menciptakan efek rongga dengan perpaduan
material padat. Penonjolan sangat kuat pada elemen-elemen
horizontal berupa katilever dari material yang padat. Pada karya Le
Corbusier yang lainnya “Sainte Marie de La Tourrete”, tercipta
sebuah bentuk sederhana berupa blok serta menampilkan sesuatu
yang logis. Penekanan yang sangat menonjol adalah elemen-elemen
horizontal. Selain itu, pada salah satu karya Frank Lloyd Wright,
perpaduan antara elemen vertikan dan horizontal menciptakan
kontras pada setiap elemennya. Elemen horizontal memberikan efek
padat sedangkan elemen vertikal memberikan efek ringan.(Smithies,
1982). Pada era arsitektur modern, karya arsitektur tidak hanya
merupakan cerminan bentuk, melainkan ceriminan utilitas,
komunitas dan komunikasi bangunan. Konsep, rancangan dan
estetika pada arsitektur modern dapat disimpulkan sebagai berikut :
KONSEP RANCANGAN ESTETIKA
Universal Meninggalkan asal Estetika
daerah arsitektur dan
fungsi
Kesederhanaan,kerapih Kenyamanan psikis Arsitektur sebagai
an dan ketelitian disamping fisik bahasa
Perubahan social dan Hubungan bangunan dan Keseberagaman
ekonomi kegunaan, ketepatan untuk
material dan sistem menghilangkan
konstruksi kesan monoton
yang dingin
Fragmentalisme Elitism profesi arsitektur
arsitektur
Tanggapan akan Futuristic dan metabolik
dinamika perubahan
Analogi biologis
Sumber : (Teori Arsitektur “Suatu Kajian Perbedaan Pemahaman Teori Barat Dan
Timur,2013)

29
2.2.5. Ciri Pada Bentuk Arsitektur Modern
Arsitektur Modern pada dasarnya adalah gaya desain yang
sedang berkembang di masa sekarang. Modern bersifat dinamis dan
tidak terikat oleh suatu era yang menampilkan gaya baru, berikut ciri
pada bangunan arsitektur Modern.
1. The Auditorio de Tenerife

Auditorium yang terletak di Santa Cruz de Tenerife, Spanyol


yang memiliki kubahan bentuk kejujuran ekpresif dengan
penggunaan bahan pabrik atau industrial yang diperlihatkan
secara jujur dan tidak diberi ornament.
penggunaan material kaca memiliki kesan ruang terbuka
terhadap bangunan dengan penggabungan bentuk.
2. Villa Savoye

30
Villa savoye yang dirancang oleh Le Corbuiser menjadi salah
satu arsitektur modern yang dirancangnya dengan
menghilangkan ornament dan segala bentuk hiasan pada
bangunan. Pada bangunan villa savoye ini lebih menonjolkan
struktur, warna dan penggunaan material transparan (kaca).

2.2.6. Strategi Pencapaian Arsitektur Modern

Tabel 2.1 Strategi Pencapaian Arsitektur Modern


Sumber : Analisa Pribadi
No Prinsip Arsitektur Modern Strategi Pencapaian
1  Gubahan yang ekpresif dan  Gubahan massa tidak berbentuk
formal (Kotak), tetapi dapat
dinamis
memadukan beberapa bentuk dasar
sehingga memberikan kesan
ekpresif dan dinamis
2  Konsep ruang terkesan terbuka  Penggunaan dinding dari kaca,
antara ruang dan koridor (dalam
bangunan) dan optimalisasi
bukaan sehingga memberikan
kesan bangunan terbuka dan tidak
masiv.
3  Harmonisasi ruang luar dan  Pemisahan ruang luar dan ruang
dalam dengan menggunakan
ruang dalam
perbedaan pola lantai atau bahan
material lantai
4  Memiliki fasad yang transparan  Fasad bangunan menggunakan
bahan transparan pada titik-titik
tertentu untuk mengoptimalkan
cahaya alami yang masuk dan
memberikan kesan terbuka untuk
masyarakat.
5  Kenyamanan Hakiki  Kenyamanan tidak hanya
dirasakan oleh beberapa orang
saja, melainkan harus juga dapat
memenuhi kebutuhan kaum
difabel dengan memperhatikan
sirkulasi yang diterapkan di dalam
museum.
6  Ekplorasi Elemen Lansekap  Mempertahankan vegetasi yang
kiranya dapat dipertahankan yang

31
tidak mengganggu sirkulasi di
dalam maupun di luar site.
 Penerapan vegetasi sebagai
pengarah terhadap bangunan
7  Bangunan yang kokoh  Penerapan Sistem struktur dan
konstruksi yang kuat sesuai
dengan perhitungan keahlianya
serta penggunaan bahan material
yang dapat di aplikasikan di dalam
museum dengan tema
Kontemporer.
2.3. Literature Sistem Bangunan
2.3.1. Sistem Struktur Bangunan
Defenisi sederhana mengenai Sistem struktur dalam hubungannya
dengan bangunan ialah bahwa struktur merupakan sarana untuk
menyalurkan beban akibat penggunaan dan atau kehadiran bangunan
ke dalam tanah. Secara singkat Sistem struktur pada bangunan
merupakan bagian utama yang mendukung bangunan agar dapat
berdiri kokoh. Sistem struktur pada bangunan berlantai dapat
ditempatkan pada bagian:
1. Sub Struktur
Sub Struktur berupa pondasi yang diberada pada bagian bawah
pondasi atau di dalam tanah, fungsi pondasi sebagai penerima
gaya yang akan disalurkan ke tanah dan sebagai penopang
berdirinya suatu bangunan.
Beberapa tipe sub struktur pondasi adalah :
 Sumuran
 Tiang pancang
 Footplate
 Rakit
2. Super struktur
Super Struktur berupa kolom, balok, plat lantai. Bagian ini berada
pada bagian badan bangunan yang mana fungsinya sebagai
penyalur gaya di dalam bangunan. Kriteria-kriteria terkait

32
struktur tengah yang digunakan dalam perancangan antara lain
sebagai berikut :
 Mampu mendukung ekpresi bangunan
 Kemudahan pelaksanaan
 Mampu menahan beban yang di akibatkan oleh gaya
angina dan gempa sehingga menghasilkan bangunan
yang kaku, stabil dan kuat.
Beberapa alternative sistem super struktur yang memenuhi
kriteria tersebut adalah :
 Struktur rangka
 Struktur dinding pemikul
 Gabungan sistem rangka dan dinding pemikul
Keseluruhan alternative tersebut nantinya dapat di terapkan pada
komponen-komponen struktur yang terdiri dari struktur dinding,
dan struktur atap, dimana dalam pemakaianya berdasarkan
pertimbangan :
 Hubungan bentang kolom
 Efisiensi bahan
3. Sistem Upper Struktur
Upper Struktur berupa kuda-kuda yang berfungsi sebagai
penopang material penutup yaitu atap dan kuda-kuda juga
berguna sebagai penyalur beban dari atap. Kriteria-kriteria terkait
struktur atas yang digunakan dalam perancangan antara lain :
 Karakternya sesuai dengan fungsi dan bentuk bangunan.
 Keseuaian dengan filosofi wadah.
 Sesuai dengan iklim tropis
 Mudah dalam pelaksanaan dan perawatan.
Beberapa alternative sistem upper struktur yang memenuhi
kriteria tersebut adalah :
 Konstruksi Beton
 Konstruksi atap (dak,rangka baja,dome, shell structure)

33
Gambar : 2.17 Sistem Struktur Rangka Atap Space Beam
Sumber: Data Pribadi

2.3.2. Sistem Mekanikal & Elektrikal Pada Bangunan


Pada umumnya Sistem mekanikal dan elektrikal suatu gedung terdiri
dari :
1. Sistem Mekanikal yang terdiri :
a. Sistem plumbing
b. Sistem fire fighting (sistem pemadam kebakaran)
c. Sistem tata udara (AC/Air Conditioning)
d. Sistem transportasi vertical (lift)
2. Sistem Elektrikal yang terdiri :
e. Sistem Elektrikal / Arus Kuat
f. Sistem penangkal petir
g. Sistem telepon
h. Sistem tata suara (Sound Sistem)
i. Sistem fire protection (fire alarm)
j. Sistem data/jaringan computer (Server)
k. Sistem MATV (Master Television)
l. Sistem CCTV (Close Circuit Television)
2.3.3. Sistem Utilitas Pada Bangunan

34
Sistem utilitas pada bangunan merupakan salah satu fungsi pelengkap
terhadap bangunan, fungsi pelengkap terhadap bangunan ini dibagi
menjadi beberapa bagian, diantaranya :
1. Sistem utilitas Air Bersih
Sistem air bersih yang dapat digunakan dalam bangunan
besumber dari PDAM dan deep well. Sistem pendistribusian air
yang biasa digunakan antara lain :
a. Up feed Distribution
Up feed distribution yaitu air di pompakan langsung dari
ground reservoir menuju outlet. Digunakan untuk outlet-
outlet antara lain fire hydrant dan kran-kran umum.
b. Down feed Distribution
Down feed distribution yaitu air dari ground reservoir
dipompakan menuju tangka atas, dan di distribusikan menuju
outlet dengan bantuan gravitasi. Digunakan untuk outlet-
outlet antara lain springkler head, shower¸toile, dapur dan
sebagianya.
Air bersih yang berasal dari sumber ditampung dulu pada
ground reservoir yang juga menjadi cadangan air untuk
kebakaran, dimana dari sini dipompakan ke tangka atas atau
langsung ke outlet yang sebelumnya melalui sand filter untuk
memperbaiki mutu air, dan melalui boiler (water heater)
untuk konsumsi air panas. Berikut skema instalasi distribusi
air bersih yang dapat di simpulkan.

35
Gambar 2.18 Skema Sistem Jaringan Air bersih dengan down feed distribusi
Sumber: Metric Handbook Planning and Design Data

2. Sistem Utilitas Air Kotor


Sistem air kotor dari lingkungan dibedakan menjadi 2 jenis,
diantaranya :
a. Air kotor dari WC dan kamar mandi, bersifat padat yang
berasal dari WC dan toilet dibuang langsung ke septic tank
dan menuju sumur resapan.
b. Air kotor dari daerah service (dapur/pantry dan air hujan),
bersifat cair yang berasal dari kamar mandi dan dari air hujan
yang di buang menuju riol kota.
Berikut skema instalasi pembuangan air kotor :
Tabel 2.2 Skema Sistem Jaringan Pembuangan Air kotor

36
Adapun pemanfaatan terhadap air hujan untuk kebutuhan
lansekap dan toile. Berikut skema jaringan sistem pemanfaatan
air hujan :

Tabel 2.3 Skema Sistem Jaringan Pemanfaatan Air Hujan

3. Sistem penghawaan
a. Pertimbangan penghawaan alami
Penghawaan yang menggunakan udara secara langsung dari
alam tanpa bantuan sistem mekanik
Kelebihan :
 Kelancaran dan kebersihan sirkulasi udara
 Kesejukan udara yang alami
 Hemat energi dan ekonomis
Kelemahan :
 Ruangan cepat kotor oleh debu-debu yang masuk karena
terbawa oleh udara alami.
 Temperature dan kelembaban udara tidak dapat di control
 Memiliki banyak bukaan.
Untuk mendukung adanya hemat energy, maka penghawaan
alami yang direncanakan diusahakan penggunaanya pada
fasilitas ruang museum. penggunaan penghawaan alami yang
utama dilakukan pada area servis, coffeshop, dan ruang pamer
pada saat tidak aktif.penghawaan pada ruang pamer

37
disesuaikan dengan kebutuhanya, karena suhu udara tropis
cenderung mudah merusak koleksi yang dipamerkan dan
material yang sensitive terhadap panas udara.
b. Pertimbangan penghawaan buatan
Penghawaan yang menggunakan sistem mekanik chiller dan
AHU. Umumnya disebut dengan AC (Air Conditioner)
Kelebihan :
 Setiap saat dapat dikontrol dengan pengaturan sistem
 Tidak memerlukan bukaan yang banyak
 Ruangan tidak mudah kotor oleh debu-debu
Kelemahan :
 Udara yang dihasilkan tidak sesegar udara alami
 Tidak adanya sirkulasi udara yang bergerak
 Menggunakan banyak energy dan biaya
AC (Air Conditioner) terdiri dari beberapa jenis, yaitu:
1. Unit AC setempat yang terdiri dari : AC split AC Window
2. Unit AC semi sentral (Split duct), pendingin ruangan
setempat yang menggunakan sistem ducting yang
dihubungkan dengan ruang ACU (Air Conditioning Unit)
3. Unit sentral, merupakan pendingin ruangan yang
dikontrol di pusat dan dapat melayani seluruh ruangan
melalui sistem ducting yang dilengkapi dengan ruang
pendingin utama (Chiller) dan ruang AHU (Air Handling
Unit) untuk mengatur pengkondisian udara pada daerah
yang dilayani.
2.3.4. Standar Kebutuhan Difable 14
Di dalam Undang-Undang No.4 tahun 1997 tentang Penyandang
Cacat, difabel adalah setiap orang yang mempunyai kelainan fisik
dan/atau mental, yang dapat mengganggu atau merupakan rintangan
dan hambatan baginya untuk melakukan secara selayaknya. Menurut
Goldsmith (1984), difabel didefinisikan sebagai orang yang memiliki

38
gangguan fisik dan tidak mampu untuk menggunakan fasilitas
bangunan karena tidak tersedianya fasilitas pendukung bagi
kemudahan mereka. Difable dapat di klasifikasikan dengan beberapa
golongan, diantaranya :
1. Cacat fisik
2. Cacat mata
3. Cacat rungu wicara
4. Cacat mental eks-psilotik dan cacat mental retardasi
Berdasarkan batasan yang diambil dari penelitian Selwyn Goldsmith
adalah klasifikasi difabel terhadap cacat fisik. Cacat fisik pada
umumnya merupakan masyarakat normal yang hanya hambatan
terhadap pergerakan/ mobilitas. Menurut Selwyn Goldsmith juga ada
beberapa jenis kecacatan yang terbagi menjadi 4 macam, yaitu :
1. Ambulance Disabled
2. Semi ambulacet wheelchair
3. Accompanied chairbound
4. Independent chairbound
Keempat jenis kecacatan fisik yang telah dijelaskan diatas,
menggunakan alat bantu gerak berupa kruk, walker, dan kursi roda
pada gambar 1 dan 2

Gambar 2.19 Maksimum pergerakan bagi pengguna kursi roda.


Sumber : Decree Of The Minister Of Public Works No. 468/KPTS/1998)

14
Ivana Idris, Aksesibilitas Difabel Terhadap Bangunan Publik

39
A. Persyaratan Teknis Fasilitas dan Aksesibilitas
Ketentuan teknis terhadap sirkulasi aksesbilitas berdasarkan
Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No.30/PRT/M/2006 dapat
dilihat pada tabel 2.4

Tabel 2.4 Indikator Sirkulasi


Sumber : Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No.30/PRT/M/200
Variable Sub Variable Keterangan
Stabil, kuat, dan
Permukaan jalan
tahan cuaca
Tekture lantai Halus dan tidak licin
Sambungan atau Hindari atau tidak
gundukan lebih dari 1,25 cm
Maksimum 2°
Setiap jarak 900 cm
Derajat kemiringan diharuskan terdapat
permukaan datar
minimal 120 cm
Area istirahat Di bagian tepi
bangunan
50-150 lux,
Pencahayaan berdasarkan
Sirkulasi intensitas pemakaian.
Tegak lurus dengan
arah jalur, Mudah
dibersihkan dan
Drainase
Perletakan lubang
dijauhkan dari tepi
jalur pedestrian.
Minimum 110 cm
untuk jalur searah
Lebar jalur
dan 180 cm untuk dua
arah
Setinggi maksimal 10
cm dan lebar 15 cm
Tepi pengaman
sepanjang jalur
pedestrian

40
Gambar 2.20 Gambaran Sirkulasi.
Sumber : Decree Of The Minister Of Public Works No. 468/KPTS/1998

Ramp merupakan jalur sirkulasi yang memiliki bidang dengan


kemiringan tertentu, sebagai alternatif bagi orang yang tidak dapat
menggunakan tangga. Ketentuan teknis ramp berdasarkan Peraturan
Menteri Pekerjaan Umum No.30/PRT/M/2006 dapat dilihat pada
tabel 2.5.

Tabel 2.5 Indikator Sirkulasi Ramp


Sumber : Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No.30/PRT/M/2006
Variable Sub Variable Keterangan
Teksture Lantai Bertekstur dan tidak licin
- Interior maksimum 7˚
Derajat Kemiringan
- Eksterior maksimum 6˚
Panjang Jalur Maksimum 900 cm (7°),
sedangkan <7°, boleh lebih
dari 900 cm
- Minimum 95 cm tanpa
Sirkulasi tepi pengaman
Lebar Jalur
- Minimum 120 cm dengan
Ramp tepi pengaman
Permukaan datar - Bebas dan datar
(bordes) - Pada awalan atau akhiran
panjang minimum 160
cm.
Tepi pengaman Lebar 10cm
Pencahayaan Pencahayaan yang cukup
Handrail / pegangan Ketinggian 80-85 cm

41
Gambar 2.21 Gambaran Sirkulasi Ramp.
Sumber : Decree Of The Minister Of Public Works No. 468/KPTS/1998

Sirkulasi vertikal bagi penyandang disabilitas dapat menggunakan lift


yang disediakan dan memenuhi standar kebutuhan yang telah di
tetapkan di dalam peraturan Menteri Pekerjaan Umum
No.30/PRT/M/2006 yang dapat dilihat pada table sebagai berikut :

Tabel 2.6 Indikator Sirkulasi Lift


Sumber : Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No.30/PRT/M/2006
Variable Sub Variable Keterangan
Jumlah Lift >5 lantai, minimal 1 lift
Lebar 185 cm dan panjang
Dimensi loby lift
110 cm
Dimensi lift Minimal 140x140 cm
- Memiliki indicator suara,
Pintu lift peringatan 3x
Sirkulasi - Lebar minimum 110cm
Ramp handrail - Terdapat di ketiga sisi
- Ketinggian 80-85cm
Ketinggian minimal 90 cm
dan Tombol teratas
Panel kontrol lift ketinggian minimal 120 cm
dan maksimal 130 cm dari
lantai

42
Dinding tahan Memiliki ketinggian minimal
benturan 70 cm
Tombol Lift (di Ketinggian minimal 90 cm,
lobby lift) maksimum 130 cm dari lantai

Gambar 2.22 Gambaran Standar Lift.


Sumber : Decree Of The Minister Of Public Works No. 468/KPTS/1998

Ketentuan teknis terhadap kebutuhan pengguna bagi penyandang


disabilitas ada juga standar yang harus di terapkan dalam satu
bangunan, diantaran teknis terhadap akses dan kebutuhan toilet yang
memiliki standar sesuai dengan peraturan yang berlaku, berikut
kebutuhan standar terhadap ruangan toilet bagi penyandang
disabilitas:

Gambar 2.23 Gambaran Standar Akses Toilet Penyandang Disabilitas.


Sumber : Decree Of The Minister Of Public Works No. 468/KPTS/1998

43
2.4. Studi Banding
2.4.1. Kondisi Museum Di dalam Negeri
A. Museum Olah Raga Nasional

Gambar 2.24 Museum Olahraga Nasional.


Sumber : penjaskessmpsma.blogspot.com

Gagasan dan cita-cita membangun satu museum olahraga


bersamaan lahir dan menyatu dalam kebijaksanaan nasional
olahraga yang diselenggarakan oleh pemerintah melalui yayasan
panji olahraga gagasan museum olahraga disalurkan oleh Sri
Sultan Hamengkubuwono IX (Alm) dengan memberikan
dorongan dan mengajurkan agar dananya digali dari masyarakat.
Pembangunan museum olahraga mempunyai fungsi rekreatif,
edukatif dan mendorong masyarakat untuk mencintai olahraga,
sesuai dengan tujuan didirikanya museum olehraga, yaitu :
1. Sebagai bahan pembuktian sejarah budaya dan lingkunganya.
2. Sebagai tempat rekreasi yang bersifat edukatif.
3. Sebagai institusi penelitian yang menerapkan prosesi
pembelajaran aktif, kreatif, efektif, dan menyenangkan.
4. Sebagai tempat exhibiton dan promotion kinerja
pembangunan.
Museum Olahraga Nasional berdiri di atas lahan dengan luas
1.5 Ha dengan luas bangunan ± 3000 m2, dan tinggi 17 meter
(3 lantai). Bentuk bangunan museum olahraga bola, karena
diambil dari salah satu cabang olahraga yang digemari oleh

44
seluruh lapisan masyarakat yaitu sepak bola, museum
olahraga terdiri dari 3 lantai :
a. Lantai 1 terdiri dari ruang pamer
Ruang pamer para

Tokoh olahraga

Gambar 2.25 Ruang Pamer tokoh olahraga.


Sumber : https://id.wikipedia.org/wiki/Museum_Olahraga

Lobby lantai dasar menampilkan motto yang


mencerminkan nilai hakiki olahraga, antara lain
sportivitas dan perjuangan. Pameran meliputi sejarah
olahraga antarbangsa, menampilkan perjuangan bangsa
Indonesia dalam mengikuti kegiatan olahraga di dunia
internasional, seperti Olimpiade Helsinki dan Asian
Games.
b. Lantai 2 terdiri dari ruang pamer :
menampilkan berbagai alat olahraga dan penghargaan
berupa medali dan piala para atlet yang telah
mengharumkan nama bangsa Indonesia.

Ruang pamer
Medali prestasi

Gambar 2.26 Ruang Pamer medali prestasi olahraga.


Sumber : https://id.wikipedia.org/wiki/Museum_Olahraga

45
Ruang pamer
Alat olahraga para
atlet.

Gambar 2.27 Ruang Pamer alat olahraga.


Sumber : https://id.wikipedia.org/wiki/Museum_Olahraga

c. Lantai 3 terdiri rari ruang pamer :


Lantai tiga terdiri atas ruang pamer diorama yang
menampilkan permainan tradisional dari berbagai
provinsi dalam bentuk lukisan dan patung dengan ukuran
sebenarnya, antara lain lompat batu dari Pulau Nias,
pasola dari Nusa Tenggara Timur, karapan sapi dari
Madura, dan dayung berdiri dari Papua.
.

Ruang pamer
Diorama olahraga
prestasi

Gambar 2.28 Ruang diorama.


Sumber : https://id.wikipedia.org/wiki/Museum_Olahraga

46
2.4.2. Kondisi Museum Di Luar Negeri
A. Museum FIFA

Gambar 2.29 Fasade Museum Fifa


Sumber : http://www.fifamuseum.com/visit/visitor-information/take-the-tour/

Rencana untuk museum yang didedikasikan untuk sejarah


sepak bola dunia yang akan ditempatkan di Zürich diusulkan oleh
presiden FIFA Sepp Blatter dan Komite Eksekutif FIFA pada
2012. Pada April 2013, FIFA menandatangani kontrak 40 tahun
dengan Swiss Life untuk Haus zur Enge, yang akan dibongkar dan
dibangun kembali untuk menjadi rumah museum, proposal
penempatan rumah museum di Haus zur Enge atas dasar sebagai
markas FIFA.
FIFA World Football Museum adalah asosiasi museum sepak
bola yang dimiliki dan dioperasikan oleh FIFA. Museum ini
terletak di Zürich, Swiss, di seberang kota dari markas FIFA. Ini
dibuka pada 28 Februari 2016. Museum dengan luas 3.500 m2
(38.000 kaki persegi) menempati tiga lantai yang lebih rendah
dari bangunan Haus zur Enge yang telah direnovasi, bangunan
berlantai sepuluh yang terletak di kuartal Enge di seberang stasiun
kereta api Zürich Enge dan Hotel Ascot yang dimiliki FIFA.
Bangunan ini juga berisi berbagai fasilitas, diantaranya :
1. bar olahraga,
2. bistro,
3. kafe,

47
4. perpustakaan,
5. toko museum, dan ruang konferensi
Museum ini menampilkan lebih dari 1.000 objek. Pameran
termasuk memorabilia dari setiap Piala Dunia FIFA dan Piala
Dunia Wanita FIFA, yang paling terkenal adalah Piala Dunia
FIFA yang asli dapat dipamerkan di museum ini. Pameran ini
menampilkan berbagai instalasi interaktif dan multimedia seperti
mesin pinball terbesar yang pernah dibuat dan instalasi media
audiovisual yang disebut Visions of Football menggunakan layar
LED 8 meter.
Museum Fifa terbagi menjadi beberapa lantai yang memiliki
fungsi dan artian masing-masing di setiap lantainya, di antaranya:
1. Lantai dasar dinamankan “Planet Football” yang memiliki
fungsi tentang menceritakan terbentuknya anggota FIFA
bersatu untuk sebagai koleksi pameran bagi pengunjung.

Gambar 2.30 Layout Lantai dasar (Planet Football)


Sumber : http://www.fifamuseum.com/visit/visitor-information/take-the-tour/

48
Gambar 2.31 Ruang Pamer Lantai dasar (Planet Football)
Sumber : http://www.fifamuseum.com/visit/visitor-information/take-the-tour/

1. Lantai satu dinamakan “The Foundation & The Fifa World


Cup™ Gallery” yang memiliki fungsi sebagai pemberhentian
pertama untuk memberikan penghormatan kepada para
perintis sepakbola dan di ikuti oleh the fifa world cup gallery
yang di fungsikan sebagai rumah piala dunia dan
menanyangkan cuplikan cinema untuk menonton dengan
judul “The Final” menanyangkan cuplikan cinema untuk
menonton dengan judul “The Final”. menanyangkan cuplikan
cinema untuk menonton dengan judul “The Final

Gambar 2.32 Layout Lantai Satu The Foundation & The Fifa World Cup™
Gallery)
Sumber : http://www.fifamuseum.com/visit/visitor-information/take-the-tour/

49
Gambar 2.33 Ruang Pamer Lantai Satu “The Foundation”
Sumber : http://www.fifamuseum.com/visit/visitor-information/take-the-tour/

Gambar 2.34 Ruang Pamer Lantai Satu “The Cinema”


Sumber : http://www.fifamuseum.com/visit/visitor-information/take-the-tour/

2. Lantai dua dinamakan “Field of Play” yang memiliki fungsi


sebagai fasilitas pendukung pada museum berupa ruang
permainan bagi pengunjung.

50
Gambar 2.35 Layout Lantai dua “Field of Play”
Sumber : http://www.fifamuseum.com/visit/visitor-information/take-the-tour/

Gambar 2.36 Ruang Pamer Lantai Dua “Field of Play”


Sumber : http://www.fifamuseum.com/visit/visitor-information/take-the-tour/

Gambar 2.37 Ruang Bermain Lantai Dua “The Pinball”


Sumber : http://www.fifamuseum.com/visit/visitor-information/take-the-
tour/

51
3. Lantai tiga pada bangunan museum fifa merupakan sarana
pendukung bagi pengunjung setelah menyelesaikan tur nya
dengan menyediakan tempat makan/café dan tempat cindera
mata atau merchandise yang berhubungan dengan sepakbola
dan pelengkap lainnya yang telah di sediakan. Berikut layout
dan visual pada lantai tiga museum fifa.

Gambar 2.38 Layout Lantai Tiga Sarana Pendukung Museum Fifa


Sumber : http://www.fifamuseum.com/visit/visitor-information/take-the-tour/

Gambar 2.39 Visual Ruang Tunggu Café dan merchandise Museum Fifa
Sumber : http://www.fifamuseum.com/visit/visitor-information/take-the-tour/

52
2.5. Kesimpulan
Dari kesimpulan yang dapat di ambil dari pembahasan di atas ada
beberapa yang dapat disimpulkan terhadap proses perancangan bangunan
Museum Sepakbola PERSIB Bandung, diantaranya :
1. Memahami tema yang akan diterapkan pada proses perancangan
bangunan museum sepakbola PERSIB yaitu dengan mengambil
tema Arsitektur Modern, dimana arti dari Arsitektur Modern adalah
suatu aliran/gaya arsitektur yang berkembang setelah arsitektur
klasik. Arsitektur modern berusaha meninggalkan dekorasi yang
dianggap tidak fungsional pada bangunan dan lebih menekankan
kepada fungsi sehingga sering disebut juga fungsionalisme.
2. Memahami sistem bangunan serta fungsi yang akan digunakan pada
proses perancangan bangunan museum sepakbola PERSIB bandung,
yaitu dengan mengkaji dari pembahasan literatur sistem pada
bangunan meliputi:
a. Sistem struktur & konstruksi pada bangunan
b. Sistem mekanikal dan elektrikal pada bangunan
c. Sistem utilitas pada bangunan
d. Sistem standar kebutuhan difabel
3. Memahami hasil studi literatur pada bangunan sejenis baik kondisi
di dalam negeri dan kondisi di dalam negeri untuk diterapkan pada
proses perancangan bangunan museum sepakbola PERSIB bandung
yang meliputi :
a. Koleksi yang dipamerkan di dalam museum.
b. Visual display yang dipamerkan di dalam museum.
c. Fungsi yang di pamerkan di setiap lantainya dan penggunaan
bahan material di dalam bangunan museum.

53
10 BAB III
ANALISIS PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

3.1. Tinjuan Tapak


3.1.1. Kriteria Tapak
Kriteria lokasi untuk didirikannya sebuah museum dipengaruhi oleh
beberapa faktor yaitu :
1. Letak tapak memiliki tata guna lahan sebagai tempat kawasan
area komersil, sesuai dengan pada peruntukanya di dalam
Rencana Tata Wilayah Kota Bandung (RTRW).
2. Mudah di akses/di capai dari berbagai daerah baik dengan
kendaraan umum maupun kendaraan pribadi dan pejalan kaki.
3. Mempunyai luasan yang memadai.
4. Mempunyai view yang menarik.
3.1.2. Pemilihan Tapak
Tapak museum dilakukan dengan cara memberikan bobot dari kedua
alternatif site yang telah dipilih. Kedua alternatif tapak tersebut
diberikan bobot yang sesuai dengan kriteria pemilihan tapak untuk
museum sepak bola PERSIB Bandung. Nilai pembobotan yang
paling tinggi akan dipakai nantinya untuk tapak Museum .

Gambar 3.1 Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Bandung


Sumber : Distarcip

54
Rencana tata ruang wilayah kota menjadi tolak ukur yang dipakai
untuk menganalisis pemilihan site yang akan dipilih terdapat 2
alternatif site yang dipaparkan sebelumnya, yaitu :
1. Berada dikawasan gelanggang stadion gelora bandung lautan api
(GBLA) di wilayah bandung timur, gede bage.
Kriteria pemilihan tapak tersebut didasari antara lain :
 Memiliki akses jalan utama dengan lebar jalan yang
memadai
 Memiliki view di sekitaran site ke area pesawahan dan
pegunungan
 Mudah diakses dari dalam kota dan luar kota baik
menggunakan kendaraan pribadi atau umum.
 Jalan disekitar relatif rendah dan tidak dipadati kendaraan
sehingga tidak mengakibatkan kemacetan pada area site.

Gambar 3.2 Foto Udara Lokasi 1


Sumber : Analisis Pribadi

55
2. Berada dikawasan gelanggang stadion sijalak harupat yang
berada di wilayah kabupaten bandung, soreang.
 Memiliki akses jalan utama dengan lebar jalan ± 10 meter
yang diakses 2 jalur tanpa median jalan
 Memiliki view ke area pesawahan dan pegunungan di
sekeliling
 Terlalu jauh dari fasilitas pendukung lainnya, seperti rumah
sakit, hotel, bandara, dan stasion.
 Untuk mencapai ke lokasi site jalan yang dilalui cukup padat,
dan sering terjadi kemacetan pada jalan kopo, jalan sulaiman
dan masuk ke jalan soreang. Kemudahan yang dapat diakses
oleh kendaraan pribadi roda empat antara lain dapat melalui
jalan tol soreang.

Gambar 3.3 Foto Udara Lokasi 2


Sumber : Analisis Pribadi

56
3.1.3. Lokasi Eksisting Tapak

Gambar 3.4 Rencana Lokasi Tapak


Sumber : Analisis Pribadi

3.1.4. Deskripsi Proyek


Nama Proyek : Museum Football PERSIB Bandung
Sifat Proyek : Fiktif / Rekomendasi
Owner : Swasta
Sumber Dana : Investor
Lokasi :Jl. Sor GBLA, Stadion GBLA, Gedebage
Luas Lahan : ± 23.609 m2
GSB : 12m (barat, minimum), 4m (selatan, min)
: 4 m (Utara, minimum), 4m (Timur, min)
KDB : 70 % x 23.609 m2 = 16.526 m2
KLB : 3.5 x 23.609 m2 = 82.631 m2
KDH : 20%
Tinggi Maksimal : 82.631 m2 : 16.526 m2 = 5 Lantai
Batas Tapak : Utara = Kab. Bandung, area sawah
Selatan = Jalan tol Purbalenyi
Timur = Area Pesawahan
Barat = Stadion GBLA

57
3.1.5. Analisa Kondisi Site Eksisting
A. Analisa Pencapaian

Gambar 3.5 Analisa Pencapaian Tapak


Sumber : Analisis Pribadi

Lokasi tapak berada di kawasan stadion GBLA yang yang


merupakan lahan kosong, tapak dapat di tempuh dari akses utama
yaitu jl.Sor GBLA baik dari dalam kota maupun dari luar kota, dari
tingkat kebisingan relative rendah karena lokasi tapak merupakan
lahan yang tidak memiliki bangunan sarana prasarana yang berdiri
di sekitarnya.
B. Analisa Pencapaian Ke Dalam Tapak

Gambar 3.6 Analisa Pencapaian Ke Dalam Tapak


Sumber : Analisis Pribadi

58
Tujuan dari pencapaian kedalam tapak ini untuk memudahkan dan
menentukan aksesbilitas menuju bangunan dasar pertimbangan
pencapaian tapak tersebut antara lain :
 Memiliki jalur utama yang mudah di akses dan mudah
dilihat.
 Akses pintu masuk dan keluar tidak mengganggu pengguna
jalan lain.
 Tidak mengakibatkan crossing.
 Memisahkan akses pintu masuk pengunjung /pengelola
dengan pintu akses servis.

C. Analisa Sirkulasi Dalam Tapak

Gambar 3.7 Analisa Sirkulasi Dalam Tapak


Sumber : Analisis Pribadi

Tujuan dari analisa sirkulasi ini untuk mendapatkan pola sirkulasi


yang nyaman bagi kendaraan, dan orang di dalam tapak yang tidak

59
membingungkan bagi pengguna, dasar pertimbangan sirkulasi
tersebut antara lain :
 Kelancaran, kenyamanan, dan keamanan
 Pemisahan jalur sirkulasi menurut zona kebutuhan
 Parkir kendaraan tidak mengganggu sirkulasi didalam tapak
 Sirkulasi kendaraan mempengaruhi penentuan pintu masuk
dan pintu keluar.

D. Analisa View dan Orientas

Gambar 3.8 Analisa View dan Orientasi


Sumber : Analisis Pribadi

View orientasi merupakan ketentuan dalam meletakan masa


bangunan sebagai titik tangkap visual bagi manusia, dasar
pertimbangan pada view dan orientasi pada bangunan ini antara lain:
 Mendesain area lansekap dan area public di dalam tapak
sebagai view dari dalam tapak.
 Mengolah masa bangunan yang memiliki bentuk ekpresif
sebagai daya tarik pengunjung dan sebagai titik tangkap
view dari luar tapak.

60
E. Analisa Orientasi Matahari

Gambar 3.9 Analisa Orientasi Matahari


Sumber : Analisis Pribadi

Analisa Orientasi matahari bertujuan untuk menentukan ruang-


ruang yang dapat menerima secara langsung dan tidak langsung
pada perancangan bangunan museum. Dasar pertimbangannya
antara lain :
ANALISA
 kurangnya pepohonan rindang di sekitar tapak, dapat
mengakibatkan suhu panas yang berlebihan masuk ke
dalam tapak.
 Orientasi matahari dari timur dan barat dapat
menyebabkan silau
 Itensitas matahari di sekitar site lumayan tinggi karena
lokasi site berada di area terbuka, itensitas tinggi berada
pada siang hari antara lain dari mulai jam 10.00 s/d 16.00
 Letak bangunan yang berada menghadap ke arah barat
perlu di perhatikan.
KRITERIA

61
 .Meminimalisir bukaan pada sisi barat dan timur tapak,
serta menyesuaikan bukaan dengan pola tatanan tapak
terhadap kawasan.
 Menata lansekap umumnya pohon yang rindang dan
mempunyai tinggi maksimum sebagai penangkap sinar
matahari secara langsung.
 Mendesain bukaan pada bangunan sebagai sirkulasi
udara yang masuk untuk mengurangi itensitas suhu
dalam ruangan dan menggunakan sirkulasi udara buatan
berupa AC sebagai pengatur suhu di dalam ruangan.

F. Analisa Kilmatologi Angin

Gambar 3.10 Skema Penghawaan Alami


Sumber : Analisis Pribadi

ANALISA :
 Angin berasal dari berbagai arah
 Itensitas angin yang tinggi dapat mempengaruhi struktur
bangunan.
KRITERIA :
 Menciptakan penghawaan alami yang sejuk dan optimal
 Mengurangi kelembaban udara
 Mengurangi polusi udara
POTENSI

62
 Angin yang berhembus dapat dimanfaatkan sebagai
penghawaan alami pada ruangan tertentu

G. Klimatologi Hujan
Kriteria :
a. Limpahan curah air hujan
b. Genangan air yang disebabkan oleh air hujan
c. Pengolahan air hujan
 Analisa Klimatologi Hujan
 Lokasi site berada di daerah tropis yang curah hujannya
cukup tinggi pada setiap tahunnya.
 Pengolahan air hujan yang di manfaatkan pada
lingkungan tapak.

Gambar 3.11 Skema Pemanfaatan Air Hujan


Sumber : Analisis Pribadi

H. Analisa Kebisingan

63
Gambar 3.12 Analisa Kebisingan
Sumber : Analisis Pribadi

Kebisingan diartikan sebagai semua suara yang tidak dikehendaki,


yang bersumber dari alat produksi atau alat kerja, yang pada tingkat
tertentu dapat menimbulkan gangguan pendengaran. Pada jalan
menuju tapak kebisingan rata-rata diakibatkan oleh kebisingan suara
knalpot kendaraan roda dua dan yang berasal dari dalam stadion di
saat ada pertandingan, dasar pertimbangan untuk meminimalisir
kebisingan pada bangunan museum antara lain :
 meletakkan area pepohonan di sekitar tapak sebagai buffer
kebisingan dari pengaruh kendaraan lalu lintas di sekitaran
tapak.
 Meletakkan masa bangunan jauh dari permukaan sumber
kebisingan
 Menggunakan jenis bahan material yang memiliki peredam
suara.

64
Gambar 3.13 Skema Antisipasi Kebisingan
Sumber : Analisis Pribadi

I. Analisa Penzoningan

Gambar 3.14 Analisa Zoning


Sumber : Analisis Pribadi

Tujuan penzoningan antara lain untuk menentukan pembagian zona


pada tapak yang merupakan bagian dasar awal dalam penempatan
suatu masa bangunan dan fasilitas penunjang lainnya di dalam tapak.
Dasar pertimbangan dalam menentukan zonasi antara lain:
KRITERIA :

65
 Kebutuhan kenyamanan dalam ruang
 Karakter kegiatan yang di lakukan
 Tingkat kebisingan di dalam lingkungan site.
ANALISA
 Perletakan massa bangunan utama pada perancangan
museum di letakan pada bagian tengah (centre) sebagai titik
tangkap dan vocal point.
 Zona public atau fasilitas pendukung lainnya di letakkan di
area bagian timur sebagai titik kumpul dan sebagai daya tarik
bagi masyarakat.

3.2. Tinjauan Program Ruang


Pada Analisis perencanaan ini terdapat pengidentifikasian kegiatan dan
para pelaku yang terdapat di dalam museum tersebut. Analisis perencanaan
ini bertujuan untuk mengetahui segala kegiatan yang terjadi pada museum
beserta para pelakunya dan pada akhirnya diperoleh ruang-ruang yang
dibutuhkan untuk mewadahi segala kegiatan atau aktifitas oleh para pelaku
yang berada di museum
Pada identifikasi terbagi menjadi dua bagian, yaitu :
1. Identifikasi kegiatan, dan
2. Identifikasi pelaku
Maksud dari identifikasi ini bertujuan untuk mengetahui secara jelas
para pelaku beserta aktifitas-aktifitas yang terjadi di dalam museum.
Identifikasi ini diperlukan untuk mengetahui seberapa banyak ruang-ruang
yang di perlukan untuk mewadahi semuanya.
A. Identifikasi Kegiatan
Identifikasi kegiatan ini meliputi kegiatan yang menjadi kebiasaan
yang terdapat pada bangunan museum. Kegiatan tersebut dibagi
menjadi 5 kelompok kegiatan yaitu :
a. Kegiatan Edukasi

66
Kegiatan edukasi ini bertujuan untuk memberikan
pengalaman kepada para pengunjung untuk mengingat
memoriable terhadap para tokoh sepak bola PERSIB yang
telah membawa prestasi yang pernah diraihnya.
b. Kegiatan pariwisata
Kegiatan pariwisata lebih mengedepankan untuk menghibur
para pelaku yang terdapat pada Museum, salah satunya
pengunjung. Museum sepak bola PERSIB bandung sebagai
wadah untuk rekreasi bagi pengunjung yang datang ke
tempat tersebut.
c. Kegiatan promosi
Kegiatan promosi dilakukan dalam pelaksanaan sebuah
event berupa pameran, workshop, maupun seminar yang
akan diadakan pada Museum. Pada kegiatan promosi yaitu
mempublikasikan berbagai event yang akan diselenggarakan
di Museum tersebut.
d. Kegiatan penunjang
Pada umumnya kegiatan penunjang yaitu sebuah fasilitas
yang terdapat pada Museum seperti misalnya café atau
sebuah ruang makan yang menjadi fasilitas penunjang pada
sebuah site tak hanya fasilitas kegiatan penunjang saja tetapi
kegiatan yang dapat memperlancar segala kegiatan lainnya.
Kegiatan tersebut yaitu memberikan rileksasi pada para
pengunjung berupa sebuah taman dan amphitheater yang
dibuat di Museum tersebut.
e. Kegiatan Administrasi
Kegiatan administrasi yang terdapat pada Museum ini adalah
untuk menangani secara langsung berbagai administrasi dan
perijinan yang dibutuhkan untuk terselenggaranya berbagai
pameran-pameran atau event yang akan berlangsung pada
Museum,

67
B. Identifikasi Pelaku
Identifikasi pelaku meliputi para pelaku kegiatan dan asumsi
jumlah para pelaku yang terdapat pada bangunan Museum Sepak
Bola PERSIB Bandung adalah sebagai berikut :

Tabel 3.1 Pelaku Museum


Sumber : Analisis Pribadi
 Kepala/pemilik museum
Direktur
 Wakil kepala museum
 Pimpinan bagian tata usaha/administrasi
Sub bagian tata  Staff keuangan
usaha/administrasi  Staff administrasi
 Staff personalia/humas
 Kepala pameran dan edukasi
 Kurator
Seksi pameran  Staff penata display
dan edukasi  Staff guide
 Staff resepsionis
 Staff seminar/workshop
Seksi koleksi dan  Kepala koleksi dan Dokumentasi
dokumentasi  Staff bagian dokumentasi
 Kepala operasional
 Staff operasional harian (Cleaning
Seksi operasional
service)
 Staff penata lampu/ mekanikal (Utilitas)
 Kepala bagian keamanan
Seksi keamanan
 Staff keamanan
Visitor  Pengunjung

68
3.2.1. Flow Aktifitas Dan Kebutuhan Ruang
Pola Kegiatan Museum

Tabel 3.2 Analisa Pola Kegiatan Museum


Sumber : Analisis Pribadi
Kelompok
Aktifitas Alur Kegiatan Kebutuhan Ruang
Pengguna
 Parkir  Area parkir
 Masuk menentukan  Enterance/hall
orientasi atau loby
 Mengawasai pegawai  Ruang kerja
 Membuat laporan  Ruang pimpinan
Direktur  Menerima tamu  Ruang tamu
 Rapat,Briefing,  Ruang rapat,
Koordinasi briefing,
 Istirahat, makan,  Foodcourt,café,
minum, ibadah mushola
 Labvatory, (MCK)  Toilet
 Parkir  Area parkir
 Masuk menentukan  Enterance/hall
orientasi atau loby
 Membuat laporan  Ruang kerja
Sub Bagian  Rapat, briefing  Ruang rapat,
Tata Usaha  Istirhat, makan, briefing,
minum, ibadah  Foodcourt,café,
 Lavatory mushola
 Toilet

69
Kelompok
Aktifitas Alur Kegiatan Kebutuhan Ruang
Pengguna
 Parkir  Area parkir
 Masuk menentukan  Enterance/hall
orientasi atau loby
 Memeriksa koleksi  Ruang koleksi
Seksi  Membersihkan  Ruang koleksi
koleksi dan koleksi
dokumenta  Mendata koleksi  Ruang kerja
si  Rapat, briefing,  Ruang rapat,
koordinasi briefing,
 Istirhat, makan,  Foodcourt,café,
minum, ibadah mushola
 Lavatory  Toilet
 Parkir  Area parkir
 Masuk menentukan  Enterance/hall
orientasi atau loby
 Mengawasai pegawai  Ruang kerja
 Membuat laporan  Ruang kerja
 Membersihkan area  Ruang Kerja
Seksi
ruangan
operasional
 Rapat,Briefing,  Ruang rapat,
Koordinasi briefing,
 Istirahat, makan,  Foodcourt,café,
minum, ibadah mushola
 Lavatory, (MCK)  Toilet

70
Kelompok
Aktifitas Alur Kegiatan Kebutuhan Ruang
Pengguna
 Parkir  Area parkir
 Masuk menentukan  Enterance/hall
orientasi atau loby
 Mengontrol bangunan  Ruang kerja
 Memberikan  Ruang kerja
informasi
Seksi  Menjaga atau  Ruang Kerja
keamanan
mengamankan
 Rapat, briefing,  Ruang rapat,
koordinasi briefing,
 Istirhat, makan,  Foodcourt,café,
minum, ibadah mushola
 Lavatory  Toilet
 Parkir  Area parkir
 Masuk menentukan  Enterance/hall
orientasi atau loby
 Memesan tiket masuk  Tiket box
 Mencari informasi  Ruang informasi
Visitor  Melihat  Ruang Koleksi
koleksi/pameran atau pameran
 Istirhat, makan,  Foodcourt,café,
minum, ibadah mushola
 Lavatory  Toilet

71
3.2.2. Flow Keseluruhan Aktifitas

72
3.2.3. Hubungan Antar Ruang

73
3.2.4. Analisis Kebutuhan Ruang
Besaran ruang diperuntukkan untuk mencakup segala aktivitas
yang terjadi pada setiap pelaku. Kebutuhan dalam sebuah besaran ruang
haruslah sesuai dan mempunyai tujuan untuk mendapatkan sirkulasi
yang baik bagi pelaku kegiatan.
Alur atau flow gerak pada ruang ruang yang telah memiliki
standar umumnya telah diperhitungkan dalam standar tersebut, namun
dalam ruangan tertentu flow tidak memiliki standar yang jelas, untuk
itu perlu diperhitungkan sendiri. Data mengenai prosentase flow gerak:
 10 % kebutuhan standar flow gerak minimum
 20 % kebutuhan keleluasaan sirkulasi
 30 % tuntutan kenyamanan fisik
 40 % tuntutan kenyamanan psikologis
 50 % tuntutan spesifik kegiatan
 70 - 100 % keterkaitan dengan banyak kegiatan (hall/lobby)
Besaran ruang yang sesuai untuk kebutuhan para pelaku dengan
melihat segala pertimbangan kegiatan-kegiatan yang ada pada
perancangan Museum sepak bola PERSIB bandung, yaitu :

74
Tabel 3.3 Analisa Besaran Ruang Museum
Sumber : Analisis Pribadi

ZONA NAMA RUANG ANALISA KUANTITATIF ANALISA KUALITATIF


PENGGUNA

Luas total ruang


Kebutuhan luas
Kapasitas Standar Kenyamanan

bangunan (m²)

Sirkulasi
Luas

Pengunjung

Jumlah unit
KEGIATAN Penghawaan Pencahayaan Total

Jumlah
Pengelola

Satuan
Pimpinan

Nilai
Fungsi Area Utama Bagian Satuan

Teknisi
Sumber (m²)

Buatan

Buatan
Alami

Alami
ruang
(M²)

Staff

(m²)
servis toilet pria sanitasi, membersihkan ruangan 10 orang 1.5 M²/org neufert 15 1 15 √ √ √ 20% 18
wanita sanitasi, membersihkan ruangan 10 orang 1.5 M²/org Neufert 15 1 15 √ √ √ 20% 18
servis mushola pria ibadah, membersihkan ruangan 25 orang 1 M²/org Neufert 25 1 25 √ √ √ √ 20% 30
RUANG PUBLIK

wanita ibadah, membersihkan ruangan 25 orang 1 M²/org Neufert 25 1 25 √ √ √ √ 20% 30


mengawasi, memantau keadaan kawasan,
private pos jaga membersihkan ruangan 5 orang 1.5 M²/org Neufert 7.5 1 7.5 √ √ √ 20% 9
bersantai, mengobrol, menikmati taman,
publik area duduk foto-foto, membersihkan area 50 orang 1.5 M²/org Neufert 75 1 75 √ √ √ 20% 90

publik parkir motor masuk, parkirkan motor, keluar 150 unit 2 M²/unit Neufert 300 1 300 √ √ √ 20% 360
publik parkir mobil masuk, parkirkan mobil, keluar 100 unit 13 M²/unit Neufert 1250 2 2500 √ √ √ 20% 3000
publik parkir bus masuk, parkirkan bis keluar 10 unit 30 M²/unit Neufert 300 1 300 √ √ √ 20% 360
memesan, makan minum, ngobrol, berfoto,
publik area makan mengantar pesanan membersihkan 150 orang 2 M²/org Neufert 300 1 300 √ √ √ √ 30% 390
ruangan
berbincang, berdiskusi, menunggu orang,
publik ruang tunggu 25 orang 1.5 M²/org Neufert 37.5 1 37.5 √ √ √ 20% 45
beristirahat, membersihkan area
servis toilet pria sanitasi, membersihkan ruangan 10 orang 1.5 M²/org Neufert 15 1 15 √ √ √ 20% 18
FOOD COURT

wanita sanitasi, membersihkan ruangan 10 orang 1.5 M²/org Neufert 15 1 15 √ √ √ 20% 18


memasak makanan, membuat minuman,
servis dapur membersihkan ruangan
10 orang 1.5 M²/org Neufert 15 1 15 √ √ √ 20% 18
mencuci peralatan makan/minum, mencuci
servis ruang cuci bahan baku
5 orang 0.7 M²/org Neufert 3.5 1 3.5 √ √ 20% 4.2
mengambil/menyimpan peralatan
servis janitor 4 ruang 6 M²/ruang Neufert 24 1 24 √ √ √ 20% 28.8
kebersihan
servis gudang mengambil/menyimpan barang 3 ruang 6 M²/ruang A.P 18 1 18 √ √ 20% 21.6
bekerja, berdiskusi, memantau,
private ruang pengelola membersihkan ruangan
3 orang 12 M²/org Neufert 36 1 36 √ √ √ √ 20% 43.2
private kasir menerima pembayaran 1 orang 1.5 M²/org Neufert 1.5 1 1.5 √ √ √ 20% 1.8

75
publik hall/loby berbincang, berdiskusi, menunggu orang, 200 orang 0.7 M²/org Neufert 130 1 130 √ √ √ 100% 260
beristirahat, membersihkan ruangan
publik tiket box menjual tiket, membeli tiket 6 orang 1.5 M²/org Neufert 9 1 9 √ √ √ 20% 10.8
menanyakan informasi, memberitahu
publik ruang infromasi 8 orang 1.5 M²/org Neufert 12 1 12 √ √ √ 20% 14.4
informasi,
berbincang, berdiskusi, menunggu orang,
publik ruang tunggu 50 orang 1.5 M²/org Neufert 75 1 75 √ √ √ 20% 84
beristirahat, membersihkan area

melihat karya Seni,menjelaskan


publik ruang pameran 200 orang 2 M²/org Neufert 400 4 1600 √ √ √ 50% 2400
karya,membersihkan ruangan

publik ruang workshop membuat karya, membersihkan ruangan 30 orang 2 M²/org Neufert 60 1 60 √ √ √ √ 20% 72

publik ruang kursus mempelajari karya, membersihkan ruangan 30 orang 2 M²/org Neufert 60 1 60 √ √ √ 20% 72
melihat karya,membeli
publik mini galery 100 orang 2 M²/org Neufert 200 1 200 √ √ √ 20% 240
karya,membersihkan ruangan
mencari buku, membaca
publik perpustakaan buku,membereskan buku,membersihkan 100 orang 2 M²/org Neufert 200 1 200 √ √ √ √ 20% 240
ruangan
private ruang pimpinan bekerja,berdiskusi,membersihkan ruangan 4 orang 12 M²/org Neufert 48 1 48 √ √ √ √ 20% 57.6
private ruang rapat Briefing,membersihkan ruangan 20 orang 1.5 M²/org Neufert 30 1 30 √ √ √ 20% 36
ruang pengelola
private bekerja,berdiskusi,membersihkan ruangan 25 orang 2 M²/org Neufert 50 1 50 √ √ √ √ 20% 60
servis
MUSEUM

persiapan,bekerja,berdiskusi,memb
private ruang teknisi 25 orang 2 M²/org Neufert 50 1 50 √ √ √ 20% 60
ersihkan ruangan
mendata koleksi, menyusun
private ruang dokumentasi arsip,membersihkan ruang. 6 orang 2 M²/org Neufert 12 1 12 √ √ √ 20% 14.4
ruang pengelola
private bekerja,berdiskusi,membersihkan ruangan 20 orang 2 M²/org Neufert 40 1 40 √ √ √ √ 20% 48
koleksi
ruang perawatan Studi
private bekerja, membersihkan ruangan 10 karya 3 M²/karya 30 1 30 √ √ √ √ 20% 36
koleksi banding
ruang
menyimpan koleksi, membersihkan Studi
private penyimpanan 10 karya 3 M²/karya 30 1 30 √ √ √ 20% 36
ruangan banding
koleksi
ruang pengelola
private bekerja,berdiskusi,membersihkan ruangan 25 orang 2 M²/org Neufert 50 1 50 √ √ √ √ 20% 60
administrasi
ruang pengelola
private bekerja,berdiskusi,membersihkan ruangan 15 orang 2 M²/org Neufert 30 1 30 √ √ √ √ 20% 36
bagian
private ruang pemandu bekerja,berdiskusi,membersihkan ruangan 10 orang 2 M²/org Neufert 20 1 20 √ √ √ 20% 24
mengawasi dan memantau keadaan
private pos jaga museum, mengendalikan keamanan 5 orang 1.5 M²/org Neufert 7.5 1 7.5 √ √ √ √ 20% 9
museum, membersihkan ruangan
servis gudang peralatan mengambil/menyimpan barang 5 alat 2 M²/alat A.P 10 1 10 √ √ 20% 12
servis toilet pria sanitasi, membersihkan ruangan 10 orang 1.5 M²/org Neufert 15 1 15 √ √ √ √ 20% 18
wanita sanitasi, membersihkan ruangan 10 orang 1.5 M²/org Neufert 15 1 15 √ √ √ √ 20% 18
mengambil/menyimpan peralatan 76
servis janitor 2 ruang 6 M²/ruang Neufert 12 1 12 √ √ √ 20% 14.4
kebersihan
membuat makanan/minuman, mencuci
servis pantry 4 orang 1.5 M²/org Neufert 6 1 6 √ √ √ 20% 7.2
perangkat makan/minum
77
11 BAB IV
KONSEP

4.1. Konsep Desain


Arsitektur modern merupakan konsep dasar awal yang digunakan pada
perancangan bangunan museum sepak bola persib bandung, dengan
menggunakan pola bentuk polygon, dinamis, harmoni dan kesamaan irama.
4.1.1. Konsep Perancangan Tapak
Keseluruhan massa bangunan pada tapak dirancang
berdasarkan efektifitas dan pembagian fungsi pada bangunan dan
pemanfaatan ruang pada tapak. Bentuk pembagian massa diambil dari
unsur pola kulit bola yang berbentuk segi enam sebagai titik pusat dan
bentuk persegi panjang sebagai pendukung harmonisasi pada fungsi
didalam bangunan.

3
1 2

Bentuk polygon segi enam Bentuk persegi panjang 1


Penggabungan bentuk
Zona 4 Bagian Pengelola
Zona 1 ruang display
Zona 2 Bagian Ruang
Display & edukasi

Zona 3 Bagian Vocal Point


Bangunan

Gambar 4.1. Konsep Penggabungan Massa Bangunan


Sumber : Analisa Pribadi

78
Fungsi massa pada zona 1 dan zona 2 difungsikan sebagai zona
pameran / ruang display dan area edukasi sedangkan pada zona 3
difungsikan sebagai vocal point pada bangunan dan zona 4 difungsikan
sebagai area pengelola dan perawatan pada bangunan museum.

4.1.2. Konsep Gubahan Bentuk Bangunan


Bentuk gubahan diambil dari unsur irama dan gerakan yang diterapkan
pada bagian bentuk bangunan dapat dilihat pada gambar tersebut.
Irama

Gambar 4.2. Konsep Gubahan Bentuk Bangunan


Sumber : Analisa Pribadi

4.1.3. Konsep Penerapan Arsitektur Modern


Penerapan konsep arsitektur modern pada perancangan bangunan
museum ini dapat dilihat pada gambar tersebut :

Penggunaan material Kejujuran Material


kaca yang besar pada Dimana struktur bagian dari
bangunan estetika bangunan

Gambar 4.3. Konsep Penerepan Arsitektur Modern


Sumber : Analisa Pribadi

79
4.1.4. Konsep Struktur

Gambar 4.4. Prespektif Struktur


Sumber : Analisa Pribadi
Struktur pada perencanaan bangunan museum ini terbagi menjadi tiga
bagian diantaranya :
1. Sub struktur
Sub struktur yang dimaksud yaitu bagian struktur pada bagian
bawah yang meliputi :
 Pondasi Tiang Pancang
 Pile cap, dan
 Sloof atau Tie Beam
Struktur pondasi merupakan bagian dari struktur yang
mempunyai fungsi meneruskan beban kedalam tanah
pendukung. Pondasi yang dipakai adalah jenis pondasi tiang
pancang yang terbuat secara pabrikasi.

Gambar 4.5. Tiang Pancang

80
2. Upper struktur
Upper struktur merupakan bagian struktur yang meliputi bagian
struktur kolom, plat lantai dan pembalokan pada bangunan sebagai
penyalur beban dari struktur bagian atas.

Gambar 4.6. Upper Struktur

3. Roof struktur (Struktur Atap)


Penggunaan struktur atas menggunakan jenis struktur rangka
batang khusus yang menggunakan material pipa, Struktur rangka
batang dipilih karena cukup sederhana dan memudahkan dalam
pelaksanaan nya. Sedangkan atapnya menggunakan atap metal
yang dilapisi oleh glasswool untuk meredam kebisingan.

Gambar 4.7. Konsep Roof Struktur


Sumber : Analisa Pribadi

81
4.1.5. Konsep Hardscape
Penggunaan material batu granit untuk komponen hardscape dipilih
karena granit tahan terhadap berbagai cuaca dan cukup kuat dalam
menahan beban, selain itu granit juga mudah dalam perawatannya.
Dengan jenis yang memiliki pori-pori granit ini dapat menyerap air
dengan baik sehingga mengurangi genangan air ketika terjadi hujan.
Untuk material jalan yang dilewati oleh kendaraan menggunakan
material aspal hotmix, material ini dipilih karena jalan yang dihasilkan
akan lebih halus dan tidak bergelombang, cepat dan murah dalam
pelaksanaanya, serta mudah dalam perawatannya.

Gambar 4.8. Konsep Hardscape


Sumber : Analisa Pribadi

Gambar 4.9. Konsep Pedestrian


Sumber : Analisa Pribadi

Perbedaan ketinggian antara jalan kendaraan dan pedestrian yang


bertujuan untuk orang – orang yang berjalan merasa aman dari
kendaraan dan sebagai pemisah antar sirkulasi kendaraan dan sirkulasi
pejalan kaki.

82
4.1.6. Konsep Utilitas
Konsep utilitas pada perencanan bangunan museum terbagi menjadi
dua bagian, diantaranya konsep utilitas mekanikal dan konsep utilitas
elektrikal.
1. Konsep utilitas mekanikal diantaranya intalasi yang berhubungan
dengan instalasi saluran pipa distribusi, pipa pembuangan dan pipa
air kotor serta saluran pipa hydrant pada lokasi tapak.

Gambar 4.10. Konsep Instalasi Pipa Air


Sumber : Analisa Pribadi

2. Konsep utilitas elektrikal diantaranya intalasi yang berhubungan


dengan instalasi listrik yang difungsikan sebagai pelengkap
terhadap bangunan dan di sekitar tapak.

83
12 BAB V
KESIMPULAN

5.1 Kesimpulan
Laporan tugas akhir yang berjudul Museum Sepak Bola Persib Bandung yang
berlokasi di lingkungan stadion Gelora Bandung Lautan Api Bandung timur
kecamatan Gede Bage.
Bangunan ini merupakan sebuah wadah edukasi yang difungsikan sebagai
tempat penyimpanan benda sejarah sepak bola persib bandung pada jaman dulu
hingga masa sekarang yang di kenalkan kepada masyarakat umum baik dari
kalangan anak-anak, dewasa dan orang tua.
Dengan terancangnya museum sepak bola persib bandung ini harapan
kedepan masyarakat umum dapat mengetahui perkembangan sepak bola persib dan
dapat mengapresiasi setiap prestasi serta benda sejarah yang dimiliki oleh klub
sepak bola persib bandung.
Kurangnya apresiasi masyarakat pada museum saat ini, maka perlu di bangun
sebuah museum yang bisa meningkat apresiatif masyarakat. Perancagan museum
yang lebih modern bisa menjadi salah satu upaya meningkat minat masyarakat.
Perancangan museum sepak bola persib ini menggunakan tema arsitektur modern,
tema ini berhubungan dengan perkembangan dan penggunaan teknologi pada desain
bangunan baik untuk bagian eksterior maupun interiornya.

5.2 Saran
Dari hasil kesimpulan diatas, berdasarkan proses yang dilakukan selama
penyusunan laporan tugas akhir, maka perlu adanya saran untuk pengembangan
perancangan lebih lanjut kiranya penulis memberikan saran kepada pihak akademis
maupun masyarakat secara umum dalam proses berpikir sebagai tahap perancangan
arsitektur. Saran yang dapat penulis sampaikan baik dalam teknik penulisan maupun
esensi dari isi laporan tugas akhir sebagai tahap perancangan, antara lain :
 Dalam pemilihan judul harus terlebih dahulu mempertimbangkan
fenomena serta isu yang terjadi di tengah masyarakat. Lain dari itu
pemilihan judul juga mempertimbangkan perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi terbaru, agar tujuan dan manfaat dari

84
perancangan tersebut lebih dapat dirasakan dan sangat baik untuk
diterapkan.
 Pemilihan tema sebisa mungkin disesuaikan dengan objek perancangan.
Meskipun semua tema dapat diterapkan pada objek apapun, namun
kedekatan tema dengan objek akan memperkuat dan memperdalam
analisis.
 Dalam pencarian data penentukan lokasi perancangan perlu
dipertimbangan dengan regulasi yang telah di tetapkan oleh pemerintah
setempat.
 Dalam pencarian data-data yang diperlukan dalam penyusunan laporan dan
perancangan bangunan museum perlum di kaji dan di pilah yang dapat
mendukung proses perancangan, bukan hanya data yang berhubungan
dengan objek perancangan.

Penulis berharap, saran-saran diatas pada perancangan museum sepak bola


persib bandung ini nantinya dapat menjadikan kajian pembahasan arsitektur
berkelanjutan. Selain itu, juga bisa dikembangkan menjadi lebih lengkap lagi
sehingga dapat bermanfaat bagi keilmuan arsitektur dan meningkatkan kualitas
produk yang baik untuk objek rancangan arsitektur.

85
13 DAFTAR PUSTAKA

http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/24066/4Chapter%2011.pdf

http://www.indonesiastudents.com/pengertian-museum-menurut-para-ahli/

Ali Akbar, Museum di Indonesia Kendala dan Harapan, Jakarta, 2010.

Sutaarga, M. Amir. Pedoman Penyelenggaraan dan Pengelolaan Museum. Jakarta

86
14 LAMPIRAN

87

Anda mungkin juga menyukai