Oleh:
Pembimbing:
dr. Hj. Abla Ghanie, Sp.T.H.T.K.L (K), FICS
Referat
Judul
ABSES OTAK OTOGENIK
Oleh:
ii
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis haturkan kepada Allah SWT karena atas rahmat dan berkat-Nya
Telaah Ilmiah yang berjudul “Abses Otak Otogenik” ini dapat diselesaikan tepat waktu. Telaah
Ilmiah ini dibuat untuk memenuhi salah satu syarat ujian kepaniteraan klinik di Bagian THT
RSUP Dr. Mohammad Hoesin Palembang Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya.
Melalui kesempatan ini penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepada semua
pihak yang telah membantu penyelesaian laporan kasus ini, terutama kepada yang terhormat dr.
Hj. Abla Ghanie, Sp. T.H.T.K.L. (K)., FICS atas bimbingan dan arahan yang telah diberikan
dalam pembuatan laporan kasus.
Penulis menyadari bahwa laporan kasus ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu
kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu penulis harapkan. Akhir kata,
semoga referat ini membawa manfaat bagi banyak pihak dan semoga Allah SWT senantiasa
meridhai segala usaha kita.
Penulis
iii
DAFTAR ISI
iv
BAB I
PENDAHULUAN
1
merupakan suatu kegawatdaruratan THT dan dapat mengancam jiwa.1, 2 Diagnosis sering
terlambat karena pada stadium dini gejalanya tidak khas.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Anatomi
2.1.1 Anatomi Otak
Otak terdiri dari serebrum, serebelum, dan batang otak yang dibentuk oleh
mesensefalon, pons, dan medulla oblongata. Bila kalvaria dan dura mater disingkirkan,
di bawah lapisan arachnoid mater kranialis dan pia mater kranialis terlihat gyrus, sulkus,
dan fisura korteks serebri. Sulkus dan fisura korteks serebri membagi hemisfer serebri
menjadi daerah lebih kecil yang disebut lobus.2,3
Seperti terlihat pada gambar di atas, otak terdiri dari tiga bagian, yaitu:
1. Serebrum (Otak Besar)
Serebrum adalah bagian terbesar dari otak yang terdiri dari dua hemisfer. Hemisfer
kanan berfungsi untuk mengontrol bagian tubuh sebelah kiri dan hemisfer kiri
berfungsi untuk mengontrol bagian tubuh sebelah kanan. Masing-masing hemisfer
2
terdiri dari empat lobus. Bagian lobus yang menonjol disebut gyrus dan bagian
lekukan yang menyerupai parit disebut sulkus. Keempat lobus tersebut masing-
masing adalah lobus frontal, lobus parietal, lobus oksipital dan lobus temporal.2,3
a. Lobus parietal merupakan lobus yang berada di bagian tengah serebrum. Lobus
parietal bagian depan dibatasi oleh sulkus sentralis dan bagian belakang oleh
garis yang ditarik dari sulkus parieto-oksipital ke ujung posterior sulkus lateralis.
Daerah ini berfungsi untuk menerima impuls dari serabut saraf sensorik thalamus
yang berkaitan dengan segala bentuk sensasi dan mengenali segala jenis
rangsangan somatik.
b. Lobus frontal merupakan bagian lobus yang ada di bagian paling depan dari
serebrum. Lobus ini mencakup semua korteks anterior sulkus sentral dari
Rolando. Pada daerah ini terdapat area motorik untuk mengontrol gerakan otot-
otot, gerakan bola mata; area broca sebagai pusat bicara; dan area prefrontal (area
asosiasi) yang mengontrol aktivitas intelektual.
c. Lobus temporal berada di bagian bawah dan dipisahkan dari lobus oksipital oleh
garis yang ditarik secara vertikal ke bawah dari ujung atas sulkus lateral. Lobus
temporal berperan penting dalam kemampuan pendengaran, pemaknaan informasi
dan bahasa dalam bentuk suara.
d. Lobus oksipital berada di belakang lobus parietal dan lobus temporal. Lobus ini
berhubungan dengan rangsangan visual yang memungkinkan manusia mampu
melakukan interpretasi terhadap objek yang ditangkap oleh retina mata.
Apabila diuraikan lebih detail, setiap lobus masih bisa dibagi menjadi beberapa
area yang punya fungsi masing-masing, seperti terlihat pada gambar di bawah ini.
3
Apabila diuraikan lebih detail, setiap lobus masih bisa dibagi menjadi beberapa
area yang punya fungsi masing-masing, seperti terlihat pada gambar di bawah ini.
4
Batang otak terdiri dari tiga bagian, yaitu:
a. Mesensefalon atau otak tengah (disebut juga mid brain) adalah bagian teratas dari
batang otak yang menghubungkan serebrum dan serebelum. Saraf kranial III dan
IV diasosiasikan dengan otak tengah. Otak tengah berfungsi dalam hal mengontrol
respon penglihatan, gerakan mata, pembesaran pupil mata, mengatur gerakan
tubuh dan pendengaran.
b. Pons merupakan bagian dari batang otak yang berada diantara midbrain dan
medulla oblongata. Pons terletak di fossa kranial posterior. Saraf Kranial (CN) V
diasosiasikan dengan pons.
c. Medulla oblongata adalah bagian paling bawah belakang dari batang otak yang
akan berlanjut menjadi medulla spinalis. Medulla oblongata terletak juga di fossa
kranial posterior. CN IX, X, dan XII disosiasikan dengan medulla, sedangkan CN
VI dan VIII berada pada perhubungan dari pons dan medulla.
5
Telinga Bagian Luar
Telinga luar berfungsi menangkap rangsang getaran bunyi atau bunyi dari luar.
Telinga luar terdiri dari daun telinga (pinna auricularis), saluran telinga (canalis
auditorius externus) yang mengandung rambut-rambut halus dan kelenjar sebasea
sampai di membran timpani.4
Daun telinga terdiri atas tulang rawan elastin dan kulit. Bagian-bagian daun telinga
lobula, heliks, anti heliks, tragus, dan antitragus.
Liang telinga atau saluran telinga merupakan saluran yang berbentuk seperti huruf S.
Pada 1/3 proksimal memiliki kerangka tulang rawan dan 2/3 distal memiliki kerangka
tulang sejati. Saluran telinga mengandung rambut-rambut halus dan kelenjar lilin.
Rambut-rambut alus berfungsi untuk melindungi lorong telinga dari kotoran, debu dan
serangga, sementara kelenjar sebasea berfungsi menghasilkan serumen. Serumen adalah
hasil produksi kelenjar sebasea, kelenjar seruminosa, epitel kulit yang terlepas dan
partikel debu. Kelenjar sebasea terdapat pada kulit liang telinga.5
6
Gambar. Susunan tulang-tulang pendengaran
7
Koklea terbagi atas tiga bagian yaitu:
a. Skala vestibuli terletak di bagian dorsal
b. Skala media terletak di bagian tengah
c. Skala timpani terletak di bagian ventral
Skala vestibuli dan skala timpani berisi perilimfe, sedangkan skala media berisi
endolimfe. Ion dan garam yang terdapat di perilimfe berbeda dengan endolimfe. Hal ini
penting untuk proses pendengaran.Antara skala satu dengan skala yang lain dipisahkan
oleh suatu membran. Ada tiga membran yaitu:
a. Membran vestibuli, memisahkan skala vestibuli dan skala media.
b. Membran tektoria, memisahkan skala media dan skala timpani.
c. Membran basilaris, memisahkan skala timpani dan skala vestibuli.
Pada membran membran basalis ini terletak organ Corti dan pada membran basal
melekat sel rambut yang terdiri dari sel rambut dalam, sel rambut luar dan kanalis Corti,
yang membentuk organ Corti.9 Struktur organ Corti ditampilkan pada gambar berikut.
8
2.2 Abses Otak Otogenik
2.2.1Definisi
Abses otak adalah pengumpulan pus di dalam serebrum atau serebelum, yang
dikelilingi kapsul yang dapat berkembang dengan cepat.1,2Abses otak otogenik adalah
pengumpulan pus didalam serebrum atau serebelum, sebagai akibat komplikasi otitis
media supuratif yang lebih sering menjadi penyebab dibandingkan otitis media akut.
Abses otak otogenik ini dapat berakibat fatal dan menyebabkan kematian.
2.2.2Eidemiologi
Kejadian abses otak otogenik merupakan 25% dari seluruh komplikasi
intrakranial, terutama pada negara berkembang. Pada zaman pre antibiotik sekitar 3%
dari kasus otitis media akut dan kronik menyebabkan komplikasi intrakranial
sedangkan sekarang komplikasi yang terjadi hanya sekitar 0,3% dari kasus.4Pada era
sebelum antibiotika, angka kejadian abses otak otogenik sekitar 2.3% dari seluruh
komplikasi otits media kronik, namun pada era antibiotik dan perkembangan tehnik
operasi yang baik, kejadian komplikasi ini berkurang manjadi 0.15 – 0.04%. Angka
kejadian abses otak serebri diperkirakan 1 per 10000 komplikasi intrakranial akibat
otitis media, dan rata-rata ditemukan 4-5 kasus pertahun dari laporan bagian bedah
saraf di negara-negara maju. Kejadian ini didominasi oleh pria dengan perbandingan
2:1, dan terbanyak dijumpai pada usia 30-45 tahun.
2.2.3Etiologi
Streptococcus faecalis, Proteus spp, and Bacteroides fragilis adalah kuman-
kuman yang sering ditemukan pada abses serebri. Penelitian yang dilakukan di rumah
sakit Greek pada 21 pasien dengan abses serebri menunjukkan kuman pathogen yang
sering ditemukan adalah kuman gram negative anaerob seperti Bacteroides and
Fusobacterlum and aerobic Streptococcus yang diduga kuman ini bergantung dari dari
mana asal abses tersebut.
Pada kolesteatoma merupakan media yang baik untuk pertumbuhan kuman jenis
Proteus dan Pseudomonas aeruginosa.
2.2.4Patogenesis
Komplikasi otitis media didefenisikan sebagai penyebaran infeksi melewati
batasruang pneumatisasi tulang temporal dan mukosa yang berhubungan. Penting
9
untukmemahami bagian yang terinfeksi, jalan penyebaran penyakit dan karakteristik
dari penyakit. Bagaimanapun patogenesis dari komplikasi melibatkan interaksi
yangkompleks antara organisme yang spesifik dan keadaan host. Respon dari host
yangpenting dianggap menjadi penyebab terjadinya komplikasi adalah terbentukya
jaringangranulasi yang menyebabkan obstruksi untuk drainase dan aerasi dan
destruksi daristruktur tulang dan selanjutya terbentuk lingkungan yang
anaerob.l2lnfeksi yang berasal dari rongga mastoid dapat menyebar ke intrakranial
melaluibeberapa jalan yaitu : 1,3
1. Melalui erosi pada tulang akibat proses infeksi akut maupun resorbsi
olehkolesteatom atau osteitis pada infeksi kronik telinga tengah.
2. Penyebaran secara retrograd trombofleblitis, melalui vena emisaria
yangberjalan menembus tulang dan dura ke sinus venosus, selanjutnya
mengenaistruktur intrakranial.
3. Melalui jalan anatomis dari tingkap lonjong dan bulat, meatus
akustikusinternus, koklea, akuaduktus vestibularis dan diantara struktur
temporal.
4. Melalui defek tulang akibat trauma maupun erosi tumor.
5. Melalui defek akibat pembedahan kavum timpani.
Proses pembentukan abses terjadi melalui 4 tahap, yaitu : 1,3
1. Tahap invasi (initial encephalithr$ yaitu abses di sub korteks akan
menembussubstansia alba sehingga akan terjadi trombophlebitis, edema dan
akhirnyaensefalitis.
2. Tahap lokalisasi abses (tahap laten) yaitu terjadi fokal nekrosis dan pencairan
yangsecara cepat akan menimbulkan abses, kemudian mikroglial dan elemen-
elemenmesoblatik vaskuler dimobilisasi untuk membentuk kapsul yang dapat
terdeteksidalam 2 minggu dari onset absesnya dan dalam 5 - 6 minggu kapsul
terbentuksempurna dengan tebal 2 mm, ketika kapsul terbentuk edema
disekitar otak akanberkurang.
3. Tahap pembesaran abses yaitu terjadi aktifitas lagi dalam asbes
sehinggamenyebabkan ukuran abses meningkat dan menekan struktur
sekitarnya.
4. Tahap terminasi (ruptur abses) yaitu abses mendesak dinding kapsul
sehinggaterbentuk abses multilokuler atau pecah ke dalam sistem ventrikuler
dan ronggasubarakhnoid.
10
2.2.5 Manifestasi Klinis
Gejala infeksi lokal di telinga sering ditemukan berupa otore dan adanya
kolesteatoma atau jaringan granulasi. 1, 2 Gejala lain yang paling sering muncul adalah
sakit kepala, perubahan status mental, papiledema, dan iritasi meningeal. Pasien
dengan abses otogenik sebelum adanya CT-Scan untuk diagnosis sangat
3
mengeluhkan sakit kepala (97,5%). Mayoritas telah perubahan status mental (78%)
dan demam (54%), dan 37% menunjukkan tanda-tanda peningkatan tekanan
intrakranial seperti muntah. Setelah CT-Scan menjadi alat diagnostik lini pertama,
lebih sedikit pasien yang mengalami sakit kepala (35%), perubahan status mental
(5%), dan muntah (4%) .4, 5, 6, 7
Ini mungkin karena diagnosis sebelumnya dan abses
yang lebih kecil. Dengan demikian, gejala yang paling umum muncul pada era pasca-
CT adalah demam (dengan proporsi yang mirip dengan era pra-CT) 44%, sakit kepala
33%, dan mual 18% 4, 5, 6, 7
CT scan tulang dan otak temporal atau MRI harus dipertimbangkan pada
pasien dengan riwayat penyakit telinga kronis yang datang dengan demam, sakit
kepala, dan mual yang baru timbul, walaupun harus ditekankan bahwa hanya sebagian
kecil pasien dengan abses otak otogenik yang akan mengalami salah satu dari gejala
ini. Suatu kondisi dengan presentasi yang berpotensi halus dan tingkat kematian
hampir 10% memerlukan indeks kecurigaan yang sangat tinggi, dan dokter yang
mengobati infeksi otologis harus waspada terhadap gejala dan pentingnya pencitraan
dalam membuat diagnosis dini.
2.2.6 Diagnosis
Diagnosis ditegakkan berdasarkan gejala klinik dan pemeriksaan
penunjang.Diagnosis seringkali sulit ditegakkan terutama pada stadium dini.3,13
Adanya keluhannyeri kepala hebat disertai mual atau muntah, suhu tinggi, gangguan
keseimbangan atau kaku kuduk pada pasien OMSK merupakan tanda - tanda telah
terjadinya komplikasi intrakranial. Penderita tersebut harus dirawat dan diberikan
antibiotika dosis tinggi secara intravena.7
Gejala yang sering ditemukan pada keadaan sebelum terjadinya komplikasi
intrakranial antara lain ialah 1) otore persisten, biasanya sekret bau dan konsistensinya
menjadi lebih kental. 2) Nyeri terus menerus pada telinga disertai perubahan kualitas
pus yang biasanya diiringi sakit kepala hebat. 3) Demam tinggi yang diikuti
hipersensitivitas, toksemia, fotofobia dan iritabilitas. 4) Kaku leher dan malaise yang
11
menandakan mikroorganisme telah mencapai cairan serebrospinal.3 Kangsaranak
dkk11 dalam penelitiannya menjelaskan gejala dan tanda yang terjadi pada 87 pasien
dengan komplikasi intrakranial, antara lain 1) meningkatnya otore, 2) terlihatnya
jaringan granulasi dan kolesteatom, 3) demam, 4) sakit kepala 5) penurunan
kesadaran dan 8) gangguan penglihatan.
Dengan adanya Tomografi komputer, diagnosis dapat ditegakkan dengan
cepat dan tepat, maka dapat ditunjukkan letak dan perluasan abses serta apakah abses
sudah terbentuk atau belum. Gambaran abses otak pada tomografi komputer berupa
pusat hipodens yang berisi lekosit dan debris nekrotik, dikelilingi cincin penyangatan
zat kontras, disekitarnya tampak daerah hipodens akibat edema otak.1,3Pemeriksaan
MRI dapat dilakukan apabila diagnosis cenderung kearah abses otak atau serebritis
tetapi pada pemeriksaan tomografi komputer tidak dijumpai adanya abses atau
serebritis. Kelebihan pemeriksaan dengan MRI adalah gambaran lebih jelas antara
daerah yang edema dengan dengan jaringan otak disekelilingnya dan hal ini dapat
mendiagnosis adanya abses otak pada stadium lebih dini, gambaran MRI memberikan
penilaian yang lebih akurat adanya penyebaran ke daerah ekstraparenkim yang
digambarkan dengan hiperdensitas intraventrikuler dan penyangatan di daerah
periventrikuler.1
2.2.8 Tatalaksana
Pengobatan abses otak dibagi menjadi dua yaitu konservatif dan operatif.
Pengobatan konservatif dilakukan bila keadaan umum buruk dan beresiko tinggi bila
dilakukan operasi, abses multiple dan letak abses berjauhan satu sama lainyya, letak
abses di bagian dalam atau abses bersama dnegan meningitis. Pengobatan koservtaif
berhasil jika ukuran diameter abses <3 cm. Pengobatan konservatif abses otak
12
penderita dirawat dan diberikan Pneisilin G atau ampisilin (4x200 – 400
mg/kgBB/hari) dengan kloramfenikol (4x1/2 – 1 g/hari) dan metronidazole.
pemberian antibiotic perlu diubah seusia dnegan hasil biakana kuman dan uji
sensitifitas.
Penanganan terhadap fokal infeksi dilakukan dnegan mastoidektomi. Operasi
mastoidektomi dapat dilakukan bersama-sama dengan bedah saraf. Bila bedah saraf
tidak melakukan operasi segera, maka mastoidektomi dilakukan setelah pengobatan
konservatif selama 2 minggu. Bila pada saat itu keadaan umum buruk, suhu tinggi,
maka mastoidektomi dilakukan dnegan anestesi local.
Tabel 3. Letak lokasi dan flora mikroba dari abses serebral berdasarkan sumber
infeksi
Kemungkinan letak lokasi dan flora mikroba dari abses serebral
berdasarkan sumber infeksi
Sumber infeksi Lokasi abses Patogen Utama Terapi empiris yang
di rekomendasi
Sinus paranasal Lobus frontal Streptococci (S. Cephalosporin III +
Milleri), metronidazol
Staphylococcus aureus,
Haemophilus sp.,
Bacteriodes sp.
Infeksi otogenik Lobus temporal, Streptococci, Ceftazidim +
serebelum Bacteriodes sp., metronidazol
enterobacteria (Proteus
sp.), Pseudomonas sp.,
Haemophilus sp.
13
Kemungkinan letak lokasi dan flora mikroba dari abses serebral
berdasarkan sumber infeksi
Sumber infeksi Lokasi abses Patogen Utama Terapi empiris yang
di rekomendasi
Endokarditis Biasanya abses Staphylococcus aureus, Cephalosporin III +
bacterial multipel, lobus viridans streptococci metronidazol
mana saja dapat
terkena
Infeksi pulmonal Biasanya abses Streptococci, Cephalosporin III +
(abses, empiema, multipel, lobus staphylococci, metronidazol
bronkiektasis) mana saja dapat Bacteriodes sp.,
terkena Fusobacterium sp.,
enterobacteria
14
Kemungkinan letak lokasi dan flora mikroba dari abses serebral
berdasarkan sumber infeksi
Sumber infeksi Lokasi abses Patogen Utama Terapi empiris yang
di rekomendasi
Pasien dengan Sering abses Aspergillus sp., Amphotericin B +
imunosupresi: multipel, Candida sp., Nocardia trimethroprim +
resipien sumsum berbagai lobus sp., Toxoplasma gondii Sulfamethoxazole
tulang atau organ dapat terkena
solid
Pasien AIDS Sering multipel Toxoplasma gondii, Pyrimethamine +
abses, berbagai Cryptococcus Sulfadiazine atau
lobus dapat neoformans, Listenia pyrimethamine +
terkena monocytogenes, clindamycin
Mycobacterium sp.,
Candida, Aspergillus
2.2.9 Komplikasi
Komplikasi utama abses otak otogenik termasuk meningitis, herniasi otak, dan
kematian. Komplikasi jangka panjang termasuk epilepsi, aphasia, gangguan
penglihatan, ataksia, hemiparesis, dan kerusakan saraf wajah. 9
2.2.10 Prognosis
Prognosis ditentukan banyak faktor antara lain: keterlambatan atau kesalahan
diagnosis, lokasi abses, lesi multipel atau multilokuler, adanya (kematian ruptur
ventrikel mencapai 80 - 100%), koma, etiologi oleh jamur, pemberian antibiotika yang
tidak tepat, juga dipengaruhi besar abses, umur dan ada tidaknya perluasan abses. sejak
digunakan tomografi komputer untuk diagnosis, angka kematian menurun 40% menjadi
4,3%.10
Neely12 dan wispeley13 menyebutkan sekuele neurologik masing-masing terjadi
35% dan 30% - 55% , epilepsi atau fokus epilepsi terjadi 29% kasus dan tampak lebih
sering setelah evakuasi pus.Penyembuhan abses akan diikuti terjadinya kejang epilepsi
pada 50% penderita dewasa dan biasanya serangan pertama akan timbul 6 - 12 bulan
15
setelah tindakan operasi' Penyembuhan pada anak di bawah 10 tahun tidak tampak
adanya gejala sisa.11
BAB III
KESIMPULAN
3.1. Kesimpulan
Abses otak adalah pengumpulan pus di dalam serebrum atau serebelum, yang
dikelilingi kapsul yang dapat berkembang dengan cepat.1,2Abses otak otogenik adalah
abses otak yang terjadi akibat komplikasi intrakranial dari otitis media supuratif kronik
terutama pada OMSK yang disertai kolesteatoma dengan prevalensi kejadian abses
sekitar 0.5%-1% dan memiliki angka mortalitas sekitar 30-40%.3
Abses otak otogenik banyak mengenai anak-anak dibandingkan dengan orang
dewasa. 6,8, Kurien et al dan Kremft et al menyatakan bahwa abses otogenik lebih banyak
terjadi pada laki-laki dibandingkan dengan perempuan dengan perbandingan 5:19,11
Abses otak tedapat pada sisi yang sama dengan telinga yang sakit dan lobus temporal
serta serebellum merupakan lokasi umum dari abses otak otogenik.6,9 Abses otak
merupakan komplikasi intrakranial kedua terbanyak setelah meningitis dimana abses
otak menyebabkan kematian 7%-61%. 2,4
Prinsip dari tatalaksana abses otak otogenik adalah melokalisasi infeksi dengan
antibiotika, menghilangkan sumber infeksi di telinga dengan mastoidektomi dan
evakuasi abses otak .
Prognosis dari abses otak otogenik bergantung pada kecepatan diagnosis serta
pengobatan yang diberikan. Prognosis makin buruk, jika abses berukuran besar, abses
ruptur ke dalam sistem ventrikel, abses disertai meningitis, empiema, dan hidrosefalus
serta abses multi- pel.3,9,12 Sekitar 72% penderita dapat mengalami epilepsi setelah 5
tahun.
Walaupun pilihan terapi antibiotik abses otogenik telah berkembang dan di
dukung oleh metode operasi yang canggih dan maju, kasus abses otak otogenik ini
merupakan suatu kegawatdaruratan THT dan dapat mengancam jiwa sehingga
diperlukan diagnosis dan tatalaksana yang tepat dan cepat.
16
DAFTAR PUSTAKA
17