Anda di halaman 1dari 27

SIMULASI PERANCANGAN CORAN OPTICAST DAN NIYAMA

CRITERION BENDA VALVE MENGGUNAKAN APLIKASI


SOLIDCAST 8.5.2

Oleh
Lazuardi Firdaus
215431012

POLITEKNIK MANUFAKTUR NEGERI BANDUNG


BANDUNG
2019
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Pengertian Valve

Gambar.1.1. Valve

Valve atau yang biasa disebut katup adalah sebuah perangkat yang mengatur,
mengarahkan atau mengontrol aliran dari suatu cairan (gas, cairan, padatan terfluidisasi)
dengan membuka, menutup, atau menutup sebagian dari jalan alirannya.
Valve/katup dalam kehidupan sehari-hari, paling nyata adalah pada pipa air, seperti
keran untuk air. Contoh akrab lainnya termasuk katup kontrol gas di kompor, katup kecil
yang dipasang di kamar mandi dan masih banyak lagi. Katup memainkan peran penting
dalam aplikasi industri mulai dari transportasi air minum juga untuk mengontrol
pengapian di mesin roket.
Valve/Katup dapat dioperasikan secara manual, baik oleh pegangan , tuas pedal dan
lain-lain. Selain dapat dioperasikan secara manual katup juga dapat dioperasikan secara
otomatis dengan menggunakan prinsip perubahan aliran tekanan, suhu dll. Perubahan ini
dapat mempengaruhi diafragma, pegas atau piston yang pada gilirannya mengaktifkan
katup secara otomatis. Terdapat 3 jenis gate valve yaitu :
1. Rising Stem Gate Valve, jika dioperasikan handwheel naik dan stem juga naik
2. Non-Rising Stem Gate Valve, jika di opersikan handwheel tetap dan stem juga
tetap.
1
3. Outside Screw & Yoke Gate Valve, jika di operasikan handwheel tetap tapi stemnya
naik.
Rising Stem & Non-Rising Stem digunakan untuk tekanan yang tidak terlalu tinggi,
dan tidak cocok untuk getaran. Outside Screw & Yoke Gate Valve cocok digunakan untuk
high pressure. Biasanya OS & Y banyak di gunakan di lapangan minyak, medan yang
tinggi, temperature tinggi. Karena pada OS & Y stem naik atau turun bisa dijadikan
sebagai penanda. Contoh, apabila stem tinggi itu menandakan posisi valve sedang
membuka penuh.

1.2. Benda Valve


Pada benda valve, terdapat perbedaan ukuran pada ketebalan dan diameter.
Perbedaan ketebalan ini dapat menyebabkan perbedaan perlakuan yang beda pula pada
proses perancangan coran. Hal ini berpengaruh pada perbedaan kebutuhan
riser/penambah, proses directional solidification dll. Perbedaan ukuran dimensi dapat
dilihat seperti yang ditunjukan pada gambar sebagai berikut :

Gambar.1.2. Dimensi Valve


2
BAB II
PERHITUNGAN

2.1. Perhitungan Modul


Modulus (M) adalah penggabungan 2 faktor utama yang menentukan kecepatan
pendinginan dari suatu benda. 2 faktor tersebut adalah volume (V) dan luas penampang
pelepas panas (A).

𝑽𝑶𝑳𝑼𝑴𝑬 𝑽
Modulus (M) = 𝑳𝑼𝑨𝑺 𝑷𝑬𝑵𝑨𝑴𝑷𝑨𝑵𝑮 = 𝑨

Benda valve yang memiliki ketebalan berbeda beda sehingga mempunyai nilai
modul yang berbeda pula. Besar modul didadapatkan menggunakan aplikasi solidcast
sebagai berikut :

Gambar Modul

M = 1,37

M = 1,02

3
M = 0,8

M = 0,58

M = 0,58

M = 0,58

M = 0,58

4
2.2. Perhitungan Riser/ Penambah
Penambah yang disebut juga riser merupakan rancangan penting dari coran untuk
menghindari cacat shrinkage. Berdasarkan letaknya penambah ada dua jenis yaitu
penambah samping dan penambah atas. Sedangkan berdasarkan jenisnya penambah ada
dua jenis yaitu penambah tertutup dan penambah terbuka.
Perhitungan Riser berdasarkan buku Redbook Steel Feeding and Risering membagi
bagian menjadi kategori ukuran yaitu Length ( L ) , Width ( W ), and Thick ( T) yang
dimana akan akan memudahkan proses perhitungan riser .Untuk memudahkan
perhitungan riser/penambah dilakukan dengan bantuan Microsoft excel yang mengacu
kepada Redbook Steel Feeding and Risering sehingga didapatkan perhitungan sebagai
berikut :

2.2.1. Modul Terbesar 1

2.2.2. Modul Terbesar 2

5
2.2.3. Modul Terbesar 3

2.3. Penempatan Riser/Penambah


Pemilihan penempatan riser mempertimbangkan hal-hal berikut ini :
- Modul terbesar terdapat pada bagian tengah, akan tetapi pada bagian tengah sulit
untuk diletakan riser. Oleh karena itu memilih pada bagian permukaan atas benda
yang merupakan modul kedua terbesar yang mempunyai selisih tidak terlalu jauh
dari modul terbesar.
- Kemudahan pada proses pembuatan cetakan dan memanfaatkan efesiensi riser atas
yang dipengaruhi oleh gravitasi sehingga suplai cairan menjadi lebih baik.
- Menempatkan riser disamping bagian luar benda perlu dihindari karena bagian
tersebut merupakan bagian fungsi dari benda dan tidak diberikan pemesinan,
sehingga kebulatan benda akan sulit tercapai dan akan mengganggu fungsi dari
benda

6
2.3.1. Rancangan 1

Gambar.3.1. Rancangan 1

2.3.2. Rancangan 2

Gambar.3.2. Rancangan 2

7
BAB III
SIMULASI

3.1. Simulasi
3.1.1. Simulasi 1
- Saluran masuk : Pada sebelah kanan/Pinggir
- Ukuran Riser
Tinggi : Tetap
Diameter : Berubah

Sebelum Sesudah

8
- Grafik Hasil Simulasi

Didapatkan hasil Yield Casting sebesar 63%

Didapatkan hasil Material Density 93%

9
- Hasil Simulasi

Dari hasil simulasi terdapat porosity yang sangat minim pada bagian yang
ditunjukan. Sehingga tidak dapat dikatakan soundcasting.

3.1.2. Rancangan 2
- Saluran masuk : Pada sebelah kanan
- Ukuran Riser
Tinggi : Berubah
Diameter : Tetap

Sebelum Sesudah

10
- Grafik Hasil Simulasi

Dari hasil simulasi didapatkan Yield Casting sebesar 68%

Dari hasil simulasi didapatkan Material Density 97%

11
- Hasil Simulasi

Pada Hasil simulasi pada bagian riser ujung penyusutan pada benda masih mengenai
pada benda.oleh karena itu rancangan tidak bisa dikatakan soundcasting

3.1.3. Rancangan 3
- Saluran masuk : Pada tengah
- Ukuran Riser
Tinggi : Tetap
Diameter : Berubah

12
Sebelum Sesudah

- Grafik Hasil Simulasi

13
Dari hasil simulasi didapatkan Yield Casting 63%

Dari hasil simulasi didapatkan Material Density 98%

- Hasil Simulasi

Dari hasil simulasi benda dapat dikatakan soundcasting dikarenakan pada hasil
optimalisasi tidak terdapat porosity

3.1.4. Rancangan 4
- Saluran masuk : Pada tengah
- Ukuran Riser
Tinggi : Berubah

14
Diameter : Tetap

Sebelum Sesudah

- Grafik Hasil Simulasi

Dari Hasil simulasi didapatkan Yield Casting sebesar 68%

15
Dari Hasil simulasi didapatkan material density sebesar 96%

- Hasil Simulasi

Dari Hasil simulasi opticast benda dapat dikatakan soundcasting dikarenakan pada
benda tidak terdapat porosity

16
3.1.5. Rancangan 5
- Saluran masuk : Pada sebelah kiri/pinggir
- Ukuran Riser
Tinggi : Berubah
Diameter : Berubah

Sebelum Sesudah

17
- Grafik Hasil Simulasi

Dari Hasil simulasi didapatkan Yield Casting sebesar 67%

Dari Hasil simulasi didapatkan material density sebesar 70%

18
- Hasil Simulasi

Pada Hasil simulasi pada bagian riser ujung penyusutan pada benda masih mengenai
pada benda.oleh karena itu rancangan tidak bisa dikatakan soundcasting

3.1.6. Rancangan 6
- Saluran masuk : Tengah
- Ukuran Riser
Tinggi : Berubah
Diameter : Berubah

Sebelum Sesudah

19
- Grafik Hasil Simulasi

Dari Hasil simulasi didapatkan Yield Casting sebesar 68%

20
Dari Hasil simulasi didapatkan material density sebesar 86%
- Hasil Simulasi

Pada Hasil simulasi pada bagian riser ujung penyusutan pada benda masih mengenai
pada benda.oleh karena itu rancangan tidak bisa dikatakan soundcasting
21
BAB IV
NIYAMA CRITERION

Dari hasil simulasi opticast menggunakan software solidcast didapatkan rancangan


soundcasting pada rancangan 3 dan 4. Adapun hasil analisa niyama criterion pada rancangan
3 dan 4 adalah sebagai berikut :

4.1. Rancangan 3

22
23
4.2. Rancangan 4

24
25
BAB V
KESIMPULAN

1. Simulasi dilakukan dengan dimensi awal diameter riser masing-masing berbeda


pada setiap modul benda yaitu :
Modul 1 : Ø D = 85,58 mm
Modul 2 : Ø D = 86,13 mm
Modul 3 : Ø D = 80,40 mm
Tinggi riser sendiri mengikuti ketinggian dari rangka cetak yaitu 200 mm

2. Dari hasil simulasi didapatkan rancangan simulasi 3 dan 4 yang menunjukan hasil
opticast yang tidak terdapat porosity.
- Pada rancangan 3 dilakukan simulasi opticast dengan merubah diameter riser
tanpa merubah tinggi riser dan didapatkan perubahan diameter riser sebagai
berikut :
Modul 1 : Ø D = 82,39 mm
Modul 2 : Ø D = 91,90 mm
Modul 3 : Ø D = 67,49 mm
- Pada rancangan 4 dilakukan simulasi opticast dengan tidak merubah diameter
riser dan merubah tinggi riser dan didapatkan perubahan tinggi riser sebagai
berikut :
Modul 1 : H = 52,31 mm
Modul 2 : H = 52,36 mm
Modul 3 : H = 50,08 mm
Dengan mempertimbangkan proses pembuatan cetakan, rancangan 4 sulit untuk
dilakukan proses pembuatan cetakan. Oleh karena itu rancangan 3 merupakan
hasil simulasi yang dipilih.

3. Niyama criterion pada hasil simulasi rancangan 3 dan 4 menunjukan bahwa masih
terdapat porosity pada benda. Akan tetapi hal itu tidak menjadi masalah
dikarenakan porosity yag terjadi merupakan skala yang sangat kecil dan tidak
menggangu fungsi dari benda.

26

Anda mungkin juga menyukai