Anda di halaman 1dari 6

Riset Informasi Kesehatan, Vol. 6 No.

1
Juni 2017
Hubungan sepsis neonatorum, BBLR dan asfiksia dengan kejadian ikterus
pada bayi baru lahir

Susi Widiawati
Pragram Studi llmu Keperawatan, STIKES Harapan Ibu Jambi, Indonesia
susi_hasby@yahoo.co.id

Abstrak

Latar Belakang:
Ikterus neonatorum dapat bersifat fisiologis dan patologis, beberapa faktor bisa disebabkan oleh
sepsis neonatorum, berat badan lahir rendah dan asfiksia. Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk
melihat hubungan sepsis neonatorum, berat badan lahir rendah dan asfiksia dengan kejadian
ikterus neonatorum pada bayi baru lahir usia 0-7 hari di RSUD Raden Mattaher Jambi tahun 2016.
Metode: Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan pendekatan case-control. Populasi
kasus pada penelitian ini sebanyak 102 bayi terdiagnosa ikterus dan populasi kontrol sebanyak 167
bayi yang tidak terdiagnosa ikterus. Sampel kasus sebanyak 65 bayi terdiagnosa ikterus dan
sampel kontrol sebanyak 65 bayi tidak terdiagnosa ikterus, Teknik pengambilan sampel dengan
teknik purposive sampling menggunakan matching jenis kelamin. Instrumen yang digunakan adalah
lembar checklist. Data dianalisis secara univariat dan bivariat menggunakan chi-squere.
Hasil: Hasil analisis univariat diketahui bayi ikterus sebanyak 65 (50,0%). Bayi yang sepsis
neonatorum sebanyak 69 (53,1%). Bayi berat badan lahir rendah sebanyak 70 (53,8%) dan bayi
asfiksia sebanyak 74 (56,9%). Ada hubungan antara sepsis neonatorum dengan OR sebesar 3,352
p-value (0,002), ada hubungan BBLR dengan OR sebesar 8,820 p-value (0,000) dan ada
hubungan asfiksia dengan OR sebesar 4,900 p-value (0,000) dengan kejadian ikterus neonatorum
pada bayi baru lahir usia 0-7 hari.
Kesimpulan: Ibu perlu mendapatkan pendidikan kesehatan terkait pentingnya pemeriksaan
kehamilan, untuk memperoleh informasi dari tenaga kesehatan mengenai perkembangan janin,
perawatan bayi baru lahir untuk mencegah terjadinya ikterus neonatorum.

Kata Kunci : Asfiksia, BBLR, ikterusdan sepsis neonatorum

Abstract

Background: Neonatal Jaundice can be both physiological and pathological, several factors could
be due to neonatal sepsis, low birth weight and asphyxia. The purpose of this study was to look at
the relationship neonatal sepsis, low birth weight and asphyxia with the incidence of neonatal
jaundice in newborns aged 0-7 days in hospitals RadenMattaher Jambi 2016.
Methods: This study is a quantitative research, case-control approach. The population of cases in
this study were 102 babies diagnosed with jaundice and population control as many as 167 babies
who are undiagnosed jaundice. Sample cases as much as 65 babies diagnosed with jaundice and a
control sample of 65 infants not diagnosed jaundice, sampling technique purposive sampling
technique using matching sex. The instrument used was a checklist sheet. Data was analyzed by
univariate and bivariate using chi-squere.
Results: The results of the univariate analysis of 65 known infant jaundice (50.0%). Babies who
neonatal sepsis in 69 (53.1%). Infant low birth weight by 70 (53.8%) and neonatal asphyxia by 74
(56.9%). There is a relationship between neonatal sepsis with an OR of 3.352 p-value (0.002), there
is a relationship LBW with OR of 8.820 p-value (0.000) and there is a relationship asphyxia with OR
of 4.900 p-value (0.000) in the incidence of neonatal jaundice in newborn birth age 0-7 days.
Conclusion: Mothers need to get health education about the importance of prenatal care, to obtain
information from health professionals about the development of the fetus, newborn care to prevent
the occurrence of neonatal jaundice.

Keywords: asphyxia, low birth weight, jaundice and neonatal sepsis

52
Riset Informasi Kesehatan, Vol. 6 No.1
Juni 2017

PENDAHULUAN Lahir < 2.500 gram), sindroma


Masalah yang sering dialami oleh ganggguan pernafasan dan kelainan
bayi baru lahir adalah Ikterus neonatorum neonatal Berdasarkan data dari Rumah
yaitu pewarnaan kuning yang tampak Sakit Umum Daerah Raden Mattaher
pada sklera dan kulit yang disebabkan Jambi bayi yang mengalami ikterus
oleh penumpukan bilirubin. Ikterus neonatorum dapat dilihat pada tabel.1
umumnya mulai tampak pada sklera sebagai berikut:
(bagian putih mata) dan muka,
selanjutnya meluas secara sefalokaudal Tabel 1. Angka kejadian ikterus neonatorum tahun
(dari atas ke bawah) ke arah dada, perut 2012-2015
No Tahun Jumlah Bayi ikterus
dan ekstremitas. Pada bayi baru lahir, bayi neonatorum
ikterus seringkali tidak dapat dilihat pada 1 2012 257 123
sklera karena bayi baru lahir umumnya 2 2013 238 101
sulit membuka mata. Ikterus pada bayi 3 2014 249 89
baru lahir pada minggu pertama terjadi 4 2015 269 102
Sumber: Data Rekam Medik RSUD Raden
pada 60% bayi cukup bulan dan 80% Mattaher Jambi tahun 2015
bayi kurang bulan. Hal ini adalah
keadaan yang fisiologis. Walaupun Mengingat pentingnya
demikian, sebagian bayi akan mengalami pencegahan dan penatalaksanaan
ikterus yang berat sehingga memerlukan ikterus naenatorum pada bayi baru lahir
pemeriksaan dan tatalaksana yang benar usia 0-7 hari, maka penelitian ini
untuk mencegah kesakitan dan bertujuan untuk mengetahui hubungan
kematian1. Menurut Bobak (2005) Faktor sepsis neonatorum, berat badan lahir
yang dapat menyebabkan ikterus rendah dan asfiksia dengan kejadian
neonatorum adalah: BB kurang dari 2500 ikterus pada bayi baru lahir usia 0-7 hari
gram, Masa gestasi kurang dari 36 di Rumah Sakit Umum Daerah Raden
minggu,Asfiksia, Hipoksia, SGNN, Mattaher Jambi tahun 2016.
Infeksi/sepsis neonatorum, Trauma lahir
pada kepala, Hipoglikemia. METODE
Data World Health Organization Penelitian ini merupakan
(WHO) tahun 2012 Angka Kematian Bayi penelitian kuantitatif dengan pendekatan
(AKB) di Dunia tahun 2012 sebesar 49 case control. Penelitian ini telah
per 1000 kelahiran hidup, High Risk dilaksanakan di Ruang Rekam Medik
Infant atau faktor bayi yang RSUD Raden Mattaher Jambi. Populasi
mempertinggi risiko kematian perinatal kasus pada penelitian ini sebanyak 102
atau neonatal salah satunya adalah bayi terdiagnosa ikterus dan populasi
ikterus neonatorum atau ikterus yang kontrol sebanyak 167 bayi yang tidak
merupakan penyebab kematian neonatal terdiagnosa ikterus. Sampel kasus
sekitar 20-40% dari seluruh persalinan. sebanyak 65 bayi terdiagnosa ikterus dan
Berdasarkan data Survei Demografi dan sampel kontrol sebanyak 65 bayi tidak
Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2012 terdiagnosa ikterus, Teknik pengambilan
AKB di Indonesia sebesar 32/1000 sampel pada penelitian ini dengan teknik
kelahiran hidup dengan target AKB purposive sampling menggunakan
sebesar 23/1000 kelahiran hidup2. matching jenis kelamin perbandingan
Cakupan penanganan komplikasi kasus: kontrol 1:1. Instrumen yang
neonatal untuk tahun 2012 di Provinsi digunakan pada penelitian ini adalah
Jambi baru mencapai 48,7%. Sementara lembar checklist. Data dianalisis secara
target yang ditetapkan di Provinsi Jambi univariat dan bivariat.
untuk indikator tersebut yang harus
dicapai pada tahun 2012 yaitu sebesar HASIL
70 %. Neonatus risiko tinggi/komplikasi Hasil penelitian didapatkan 65
meliputi asfiksia, tetanus neonatorium, bayi yang ikterus dan 65 bayi yang tidak
sepsis, trauma lahir, BBLR (Berat Badan
53
Riset Informasi Kesehatan, Vol. 6 No.1
Juni 2017
ikterus, sebanyak 69 (53,1%) yang
mengalami sepsis neonatorum, sebanyak
70 (53,8%) bayi mengalami berat badan Tabel.1 Analisis univariat bayi ikterus, sepsis
lahir rendah dan sebanyak 74 (56,9%) neonatorum, berat badan lahir dan asfiksia di
RSUD Raden Mattaher Jambi Tahun 2016
bayi mengalami asfiksia. (table.1).
Berdasarkan hasil penelitian Variabel (n=130) Persentase
bahwah asilanalisis Hubungan sepsis (%)
neonatorumdengan kejadian ikterus Ikterusneonatus
didapatkan sebanyak 44 (67,7%) Ikterus 65 50,0
Tidak ikterus 65 50,0
mengalami sepsis dan hasil uji statistic
didaptkan nilai OR sebesar 3,352, nilai p- Sepsis neonatorum
value=0,002. Hubungan berat badan Tidak sepsis 61 46,9
lahir rendah dengan kejadian ikterus Sepsis
69 53,1
didapatkan sebanyak 51 (78,5%) berat
badan lahir rendah, dan hasil uji statistic Berat badan lahir
didaptkan nilai OR sebesar 8,820, nilai p- Berat badan lahir normal 60 46,2
Berat badan lahir rendah
value=0,000.Hubungan asfiksia dengan 70 53,8
kejadian ikterus didapatkan sebanyak 49
bayi (75,4%) mengalami asfiksia, dan Asfiksia
Tidak Asfiksia 56 43,1
hasiluji statistic didaptkan nilai OR Akfiksia 74 56,9
sebesar 4,900, nilai p-value=0,000.
(table.2)
Tabel 2. Analisis bivariat sepsis neonatorum, berat badan lahir dan asfiksia dengan kejadian ikterus neonates
di RSUD Raden Mattaher Jambi Tahun 2016

Kejadian ikterus
Variabel Kontrol Kasus Total OR P-value
n (%) n (%) n (%)
Sepsis Neonatorum
Tidak sepsis 40 61,5 21 32,3 61 46,9 3,352 0,002
Sepsis 25 38,5 44 67,7 69 53,1
Jumlah 65 100 65 100 130 100
Berat badan lahir
BBL normal 46 70,8 14 21,5 60 46,2
8,820 0.000
BBL rendah 19 29,2 51 78,5 70 53,8
Jumlah 65 100 65 100 130 100
Asfiksia
Tidak Asfiksia 40 61,5 16 24,6 56 43,1
4,900 0,000
Akfiksia 25 38,5 49 75,4 74 56,9
Jumlah 65 100 65 100 130 100
PEMBAHASAN kterus selama usia minggu pertama
Berdasarkan analisis univariat terdapat pada sekitar 60% bayi cukup
didapatkan bahwa bayi mengalami bulan dan 80% bayi preterm1.
ikterus neonatorum sebayak 50%. Menurut muslihatun (2010)
Adapun variable yang mempengaruhi adapun faktor-faktor yang dapat
kejadian ikterus neonatorum pada menyebabkan terjadinya
penelitian ini adalah sepsis neonatorum, hiperbilirubinemia, secara garis besar
Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) dan adalah produksin bilirubin berlebihan,
asfiksia yaitu memperoleh persentasi gangguan proses uptake dan konjugasi
lebih dari 50%. hepar, gangguan transportasi dalam
Ikterus neonatorum merupakan metabolisme dan gangguan dalam
keadaan klinis pada bayi yang ditandai eksresi, ikterus pada hiperbilirubinemia
oleh pewarnaan kuning pada kulit dan dapat disertai oleh BB kurang dari 2500
sklera akibat akumulasi bilirubin tak gram, masa gestasi kurang dari 36
terkonjugasi yang berlebih. Ikterus secara minggu, asfiksia, hipoksia, SGNN, infeksi,
klinis akan mulai tampak pada bayi baru trauma lahir pada kepala, hipoglikemia,
lahir bila kadar bilirubin darah 5-7 mg/dL.I hiperkapnia, dan hiperosmolaritas darah.
54
Riset Informasi Kesehatan, Vol. 6 No.1
Juni 2017
Pencegahan kejadian ikterus selama kehamilan, perawatan antenatal
neonatorum, ibu hamil harus melakukan yang tidak memadai, ibu menderita
pemeriksaan kehamilan minimal 4 kali ekslampsia, diabetes mellitus,
selama hamil, Karena saat ibu pertolongan persalinan yang tidak
memeriksakan kehamilan, tenaga higiene, partus lama, partus dengan
kesehatan akan memberikan pendidikan tindakan, kelahiran kurang bulan, BBLR,
kesehatan mengenai keadaan ibu, cacat bawaan, dan adanya trauma lahir
keadaan janin dan perkembangan janin. asfiksia neonatus, tindakan invansif pada
Berdasarkan analisis bivariat neonatus.
diketahui adanya hubungan sepsis Perlu adanya upaya pencegahan
neonatorum dengan kejadian ikterus yang adekuat seperti pemeriksaan
pada bayi baru lahir dengan p- kesehatan kehamilan secara berkala
value=0,002 dan nilai Odd Ratio (OR) = kepetugas kesehatan dan perhatian yang
3,352, artinya bayi yang mengalami cukup mengingat erat hubungannya
sepsis neonatorum memiliki risiko 3,352 dengan komplikasi yang terjadi akibat
kali terjadi ikterus neonaturum infeksi.
dibandingkan dengan bayi yang tidak Berdasarkan hasil penelitian
mengelami sepsis. Berdasarkan hasil diketahui adanya hubungan berat badan
penelitian didapatkan 67,7% bayi ikterus lahir rendah dengan kejadian ikterus
mengalami sepsis, hal ini dikarenakan neonatorum dengan p-value 0,000 dan
terdapatnya infeksi yang didapatkan janin nilai Odd Ratio (OR) = 8,820artinyabayi
selama kehamilan, seperti adanya virus yang dengan berat badan lahir rendah
dan bakteri. Pada penyakit infeksi terjadi memiliki risiko 8,820 kali terjadi ikterus
jejas sehingga timbul reaksi inflamasi. neonatorum dibandingkan dengan bayi
Meskipun dasar proses inflamasi sama, dengan berat badan lahir normal.
namun intensitas dan luasnya tidaksama, Menurut penelitian yang dilakukan
tergantung luas jejas dan reaksi tubuh. oleh Mutianingsih. R (2012) di Di RSUP
Inflamasi akut dapat terbatas pada NTB Mengenai Hubungan Antara Bayi
tempat jejas saja atau dapat meluas serta Berat Lahir Rendah Dengan Kejadian
menyebabkan tanda dan gejala sistemik. Ikterus menyimpulkan terdapat hubungan
Hasil penelitian ini sejalan dengan bermakna antara Bayi Berat Lahir
penelitian Anggraini H, tahun 2016 ada Rendah Dengan Kejadian Ikterus dengan
hubungan kejadian infeksi (p value = (p-vaue = 0,001). Dan berdasarkan hasil
0,013 < 0,05), OR = 4,103 dengan penelitian Hidayati.E (2015) didaptkan
kejadian ikterusneonatorum. hasil bahwa usia kehamilan berhubungan
Sepsis dimulai dengan invasi dengan kejadian hiperbilirubinemia (p
bakteri dan kontaminasi sistemik. value=0,010, OR=0,235) dan Berat
Pelepasan endotoksin oleh bakteri Badan Lahir berhubungan dengan
menyebabkan perubahan fungsi hiperbilirubinemia (pvalue=0,001,
miokardium, perubahan ambilan dan OR=0,148).
penggunaan oksigen, terhambatnya Kondisi ini sesuai dengan teori
fungsi mitokondria, dan kekacauan yang menyebutkan bahwa bayi yang lahir
metabolik yang progresif. Pada sepsis normal dengan tindakan ekstrasi vakum
yang tiba-tiba dan berat, complment dikarenakan ukuran bayi yang besar
cascade menimbulkan banyak kematian sehingga dilakukan persalinan dengan
dan kerusakan sel. Akibatnya adalah tindakan ekstrasi vakum. Dan risiko yang
penurunan perfusi jaringan, asidosis terjadi pada bayi adalah bisa terjadi
metabolik, dan syok, yang asfiksia dan cidera bayi sehingga dapat
mengakibatkan disseminated menimbulkan infeksi dan dapat
intravaskuler coagulation (DIC) dan menyebabkan kelainan pada bayi, salah
kematian2. satunya yaitu hal tersebut dapat
Menurut Surasmiatal (2009) faktor menyebabkan kematian bayi dan
predisposisi sepsis neonatorum antara keterbelakangan mental untuk jangka
lain: penyakit infeksi yang diderita ibu panjang3.
55
Riset Informasi Kesehatan, Vol. 6 No.1
Juni 2017
Dari hasil penelitian didapatkan kehamilan untuk memperoleh informasi
78,5% bayi mengalami BBLR, hal ini dari tenaga kesehatan tentang
disebabkan karena bayi BBLR, pentingnya berat badan lahir bayi normal
pembentukan hepar belum sempurna demi mencegah terjadinya ikterus
(imaturitas hepar) sehingga neonatorum.
menyebabkan konjugasi bilirubin indirek Berdasarkan hasil analisis bivariat
menjadi bilirubin direk di hepar tidak diketahui adanya hubungan yang
sempurna bermakna antara asfiksia dengan
Berat Badan Lahir yang tidak kejadian ikterus neonatorum p-value
normal (<2500 gram) sangat 0,000 dengan nilaiOdd Ratio (OR) =
mempengaruhi terjadinya ikterus 4,900 artinya bayi yang mengalami
neonatorum terutama pada bayi BBLR asfiksia memiliki risiko 4,900 kali terjadi
(Bayi berat lahir rendah), Hal ini ikterus neonatorum dibandingkan dengan
disebabkan belum matangnya fungsi hati bayi yang tidak mengelami asfiksia.
bayi untuk memproses eritrosit (sel darah Kejadian ikterus dapat disebabkan
merah) lebih dari 85% bayi cukup bulan karena asupan oksigen pada organ-
yang kembali dirawat dalam minggu organ tubuh neonates sehingga fungsi
pertama kehidupan disebabkan oleh kerja organ tidak maksimal, glikogen
keadaan ini4.Banyak bayi, terutama bayi yang dihasilkan tubuh dalam hati
kecil (berat badan kurang dari 2500 berkurang yang menyebabkan terjadinya
gram) pada saat lahir atau lahir sebelum ikterus dalam jangka panjang dan
usia gestasi 37 minggu dapat mengalami kematian dalam jangka pendek. Pada
ikterus selama minggu pertama neonatus yang mengalami asfiksia,
kehidupan5. ikterus dapat dicegah dengan cara
Bayi BBLR kurang bulan memantau kehamilan guna mencegah
mengalami peningkatan risiko terhadap terjadinya gawat janin atau asfiksia pada
infeksi karena cadangan imunologlobulin janin dan penanganan resusitasi pada
maternal menurun, kemampuan untuk neonatus yang mengalami asfiksia
membentuk antibodi rusak dan sistem secara cepat dan tapat, sehingga angka
integumen rusak (kulit tipisdan kapiler kematian neonatus dapat berkurang.
rentan), hipoglikemia karena bayi Terjadinya kekurangan oksigen pada
prematur dan yang mengalami hambatan janin mengakibatkan asupan oksigen ke
pertumbuhan memiliki simpanan glikogen organ dan jaringan berkurang sehingga
yang lebih rendah sehingga tidak dapat neonatus dapat mengalami ikterus
memobilisasi glukosa secepat bayi aterm neonatorum. Hasil ini juga menunjukkan
normal selama periode segera setelah bahwa bayi yang memiliki riwayat asfiksia
lahir dan bayi premature memiliki respons lebih cenderung mengalami ikterus
hormon dan enzim yang imatur, dan neonatorum, dimana pada masa
hiperbilirubin disebabkan oleh faktor neonatus ini fungsi hepar belum berfungsi
kematangan hepar, hingga konjugasi dengan optimal sehingga proses
bilirubin indirek menjadi direk belum glukoronidasi bilirubin tidak terjadi secara
sempurna.Ikterus dapat diperberat oleh maksimal atau jika terdapat gangguan
polisetemia, memar hemolisis dan infeksi dalam fungsi hepar akibat hipoksia,
karena hiperbilirubin dapat menyebabkan asidosis atau kekurangan glukosa
kern ikterus maka warna kulit bayi harus sehingga dapat menyebabkan kadar
seringdicatat dan bilirubin diperiksa, bila bilirubin indirek dalam darah meninggi 6.
ikterus muncul dini atau lebih cepat Ibu perlu mendapatkan
bertambah coklat3. pendidikan kesehatan terkait pentingnya
Untuk itu upaya yang dapat pemeriksaan kehamilan untuk
dilakukan adalah dengan memberikan memperoleh informasi dari tenaga
pendidikan kesehatan kepada ibu bayi kesehatan mengenai pentingnya
terkait pentingnya mengkonsumsi menghindari kejadian asfiksia pada bayi.
makanan yang bergizi dan rajin
melakukan pemeriksaan kondisi
56
Riset Informasi Kesehatan, Vol. 6 No.1
Juni 2017
KESIMPULAN 8. Muslihatun. Asuhan Neonatus Bayi
Berdasarkan hasil penelitian Dan Balita. Yogyakarta: Fitramaya;
disimpulkan bahwa dari analisis univariat 2010
didapatkan sebagian bayi ikterus 9. Mutianingsih, R. (2014). Hubungan
neonaturum, sebagian besar bayi antara bayi berat lahir rendah
mengalami sepsis neonaturum, sebagian dengan kejadian ikterus,
besar berat badan lahir rendah dan 10. Price. Patofisiologi. EGC. Jakarta;
sebagian besar bayi mengalami asfiksia. 2007
Hasil analisis bivariat ada faktor risiko 11. Sulistijono, E., Gebyarani, I., Udin, M.
dan hubungan yang bermakna antara F., Corebima, B., & K, S. L. (2010).
sepsis neonaturum, berat badan lahir Pengaruh Karakteristik Demografis ,
rendah dan asfiksia dengan kejadian Klinis dan Laboratorium pada
ikterus neonaturum. Neonatus dengan Hiperbilirubinemia
The Role of Demographic , Clinical
DAFTAR PUSTAKA and Laboratory Characteristics in
1. Bobak. Buku Ajar Keperawatan Infant with Hyperbilirubinemia, 26(4),
Maternitas. Jakarta: EGC; 2005. 12. Rakhmawati. N. Hubungan Bayi
2. Heni Anggraini.The factors related to Berat Lahir Rendah, Prematur dan
the occurence of icterus; tahun 2012 Kejadian Ikterus dengan Infeksi
3. Hidayati, E., & Rahmaswari, M. Neonaturum di RSUD Dr. Noewardi
(2016). Hubungan faktor ibu dan Surakarta. Tesis. Program
faktor bayi dengan kejadian Pascasarjana. Universitas Sebelas
hiperbilirubinemia pada bayi baru Maret Surakarta; 2016.
lahir (BBL) di Rumah Sakit 93–98. 13. Rosa. M. Hubungan Antara Bayi
4. Ikatan Dokter Anak Indonesia. Buku Berat Lahir Rendah Dengan Kejadian
Saku Pelayanan Anak Sakit di Ikterus. Tesis. Fakultas Kedokteran.
Rumah Sakit;2013. Universitas Brawijaya Malang; 2012.
5. Luluk. (2014). IKterus Neonatorum. 14. RSUD Raden Mattaher. Data
Jurnal Profesi, volume 10, hal.39–43. Medical Record Ikterus Neonatorum
6. Manuaba IBG, Manuaba IAC & Rumah Sakit Umum Raden Mattaher
Manuaba IBGF. Pengantar Kuliah Jambi; 2015
Obstetri. Jakarta: EGC; 2007 15. Surasmi. Perawatan bayi resiko
7. ………………. Obstetri Patologi. tinggi. Jakarta.EGC; 2009.
Jakarta: EGC; 2005. 16. Survei Demografi dan Kesehatan
Indonesia (SDKI); 2012

57

Anda mungkin juga menyukai