Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN

GANGGUAN KEBUTUHAN CAIRAN, ELEKTROLIT, DAN ASAM BASA


DI BANGSAL DAHLIA 4 RSUP DR. SARDJITO YOGYAKARTA

Tugas Mandiri
Stase Praktik Keperawatan Dasar

Disusun Oleh:
Ayuningtyas Satya Lestari
16/406313/KU/19319

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS GADJAH MADA
YOGYAKARTA
2016
I. Pengertian
A. Konsep Umum
Keseimbangan cairan, elektrolit, dan asam basa dibutuhkan untuk mempertahankan
kesehatan. Keseimbangan ini dipertahankan oleh asupan, distribusi, dan keluaran air dan
elektrolit, serta pengaturan tersebut oleh renal dan paru. Banyak faktor yang
mempengaruhi keseimbangan tersebut, salah satunya penyakit. Pada orang dewasa yang
memiliki penyakit berat kapasitas tubuh mereka tidak dapat mempertahankan
keseimbangan cairan, elektrolit, dan asam basa tanpa bantuan.
B. Konsep Cairan
Distribusi cairan tubuh dibagi menjadi dua yaitu cairan ekstrasel dan cairan intrasel.
Cairan ekstrasel terdiri dari cairan interstisial (15%) dan cairan intravaskular yang terdiri
dari plasma (5%). Cairan intrasel (40%) memiliki proporsi kalium lebih banyak
dibandingkan dalam cairan ekstrasel.
Pergerakan cairan tubuh dapat melalui beberapa cara antara lain difusi (perpindahan
dari konsentrasi tinggi ke rendah) dan osmosis (perpindahan dari konsentrasi rendah ke
tinggi melalui membran semipermeabel). Larutan dengan konsentrasi zat terlarut yang
tinggi memiliki tekanan osmosis yang tinggi. Tekanan osmosis larutan disebut dengan
osmolalitas (osmolalitas serum normal 280-295 mOsm/kg). Transpor aktif : partikel
bergerak dari konsentrasi rendah ke konsentrasi tinggi karena adanya daya aktif dari
tubuh seperti pompa jantung.
Larutan dengan osmolalitas sama dengan plasma darah disebut isotonis (RL dan NaCl
0,9%), larutan hipotonis memiliki konsentrasi zat terlarut yang lebih rendah dari plasma
menyebabkan membuat air berpindah ke dalam sel (NaCl 0,45%), larutan hipertonis
adalah konsentrasi zat terlarut yang lebih tinggi dari plasma menyebabkan air keluar dari
sel (dextrose 5%).
Fungsi cairan didalam tubuh antara lain sebagai sarana untuk mengangkut zat-zat
makanan ke sel, mengeluarkan buangan-buangan sel, membantu dalam metabolisme sel,
sebagai pelarut untuk elektrolit dan non elektrolit, membantu memelihara suhu tubuh,
membantu pencernaan, mempermudah eliminasi, mengangkut zat-zat seperti hormon,
enzim, dll.
Gangguan yang berhubungan dengan volume dan osmolaritas (osmolaritas terutama
pada Na):
Osmolaritas
Menurun Tidak ada Meningkat
perubahan
Volume Meningkat Air Konsumsi cairanSel kehilangan
ekstraselular isotonis. air karena air
ke intraselular, Menyebabkan ke ECF
sel menjadi banyak buang sehingga lisis.
bengkak. air kecil Disebabkan
Disebabkan karena
banyak minum konsumsi
cairan
hipertonis
Tidak ada perubahan Cairan akan Normal volume Merangsang
keluar dari ICF dan osmolaritas rasa haus.
Disebabkan
konsumsi
garam tanpa
meminum air
Menurun Kompensasi Pada pasien Pada pasien
tidak sempurna pendarahan dehidrasi
dari dehidrasi

Masalah terkait cairan:


1. Hipovolemi
Adalah suatu kondisi akibat kekurangan volume cairan ekstraseluler (CES) dan
dapat terjadi karena kehilangan melalui kulit, ginjal, gastrointestinal, pendarahan
sehingga menimbulkan syok hipovolumik. Mekanisme kompensasi pada
hipovolumik adalah peningkatan rangsangan saraf simpatis (peningkatan
frekuensi jantung, dan tekanan vaskuler), rasa haus, pelepasan hormon ADH dan
aldosteron. Hipovolumik yang berlangsung lama dapat menimbulkan gagal ginjal
akut.
2. Hipervolemi
Adalah penambahan/kelebihan volume CES dapat terjadi pada saat:
 Stimulasi kronis ginjal untuk menahan natrium dan air.
 Fungsi ginjal abnormal, dengan penurunan ekskresi natrium dan air
 Kelebihan pemberian cairan
 Perpindahan cairan interstisial ke plasma
C. Konsep Elektrolit
Elektrolit merupakan substansi yang berdisosiasi (terpisah) didalam larutan dan akan
menghantarkan arus listrik. Elektrolit berdisosiasi menjadi ion positif dan ion negatif dan
diukur dengan kapasitasnya untuk saling berkaitan satu sama lain, miliekuivalen per liter
atau dengan berat molekul dalam gram, milimol per liter. Jumlah kation dan anion diukur
dalam ekuivalen dalam larutan selalu sama. Kation merupakan ion yang membentuk
muatan positif dalam larutan. Kation ekstra seluler utama adalah natrium sedangkan
kation intraseluler utama adalah kalium. Anion merupakan ion-ion yang membentuk
muatan negatif dalam larutan. Anion ekstraseluler utama adalah klorida (Cl) dan anion
utama intraseluler utama adalah ion phospat (PO4). Jumlah elektrolit dalam tubuh adalah
sebagai berikut:
Elektrolit Plasma Intersisial Intraseluler
Na+ 142 145 10
K+ 4 4 159
Ca2+ 5 3 1
Mg2+ 2 2 40
Cl- 103 117 3
HCO3- 25 28 7
Protein 17 - 45

Macam-macam elektrolit pada tubuh:


1. Natrium (sodium)
Merupakan kation paling banyak dalam cairan ekstrasel. Na+ mempengaruhi
keseimbangan air, hantaran impuls saraf dan kontraksi otot. Sodium diatur oleh
intake garam, aldosteron dan pengeluaran urine. Normalnya sekitar 135-148
mEq/lt.
2. Kalium (potassium)
Merupakan kation utama cairan intrasel. Berfungsi sebagai excitability
neuromuskuler dan kontraksi otot. Diperlukan untuk pembentukan glikogen,
sintesa protein, pengaturan keseimbangan asam basa, karena ion K+ dapat diubah
menjadi ion hidrogen (H+). Nilai normalnya sekitar 3,5-5,5 mEq/lt.
3. Kalsium
Berguna untuk integritas kulit dan struktur sel, konduksi jantung, pembekuan
darah, serta pembentukan tulang dan gigi. Kalsium dalam cairan ekstrasel diatur
oleh kelenjar paratiroid dan tiroid. Hormon paratiroid mengabsorpsi kalisum
melalui gastrointestinal, sekresi melalui ginjal. Hormon thirocalcitonin
menghambat penyerapan Ca+ tulang.
4. Magnesium
Merupakan kation terbanyak kedua pada cairan intrasel. Sangat penting untuk
aktivitas enzim, neurochemia, dan muscular excibility. Nilai normalnya sekita
1,5-2,5 mEq/lt.
5. Klorida
Terdapat pada cairan ekstrasel dan intrasel, normalnya sekitar 95-105 mEq/lt.
6. Bikarbonat
HCO3 adalah buffer kimia utama dalam tubuh dan terdapat pada cairan ekstrasel
dan intrasel. Bikarbonat diatur oleh ginjal.
7. Fosfat
Merupakan anion buffer dalam cairan intrasel dan ekstrasel. Berfungsi untuk
meningkatkan kegiatan neuromuskular, metabolisme karbohidrat, pengaturan
asam basa. Pengaturan oleh hormon paratiroid.
Macam-macam gangguan keseimbangan elektrolit:
1. Hiponatremia dan Hipernatremia
Hiponatremia adalah kekurangan kadar natrium di cairan ekstrasel yang
menyebabkan perubahan tekanan osmotik. Hiponatremia umumnya disebabkan
oleh penyakit ginjal, penyakit Addison, kehilangan natrium melalui pencernaan,
pengeluaran keringat berlebih, diuresis, serta asidosis metabolik. Temuan
laboratorium untuk kondisi ini adalah kadar natrium serum <136 mEq/l.
Hipernatremia adalah kelebihan kadar natrium di cairan ekstrasel yang
menyebabkan peningkatan tekanan osmotik ekstrasel. Penyebab hipernatremia
meliputi asupan natrium yang berlebihan, kerusakan sensasi haus, disfagia, diare,
kehilangan cairan berlebihan dari paru-paru, poliuria. Temuan laboratorium untuk
kondisi ini adalah kadar natrium serum >144 mEq/l.
2. Hipokalemia dan Hiperkalemia
Hipokalemia adalah kekurangan kadar kalium di cairan ekstrasel yang
menyebabkan pindahnya kalium keluar sel. Gejala defisiensi kalium pertama kali
terlihat pada otot yang meliputi kelemahan, keletihan, penurunan kemampuan
otot, distensi usus, penurunan bising usus, serta denyut nadi yang tidak teratur.
Pada pemeriksaan laboraturium ditemukan nilai kalium serum <4 mEq/l.
Hiperkalemia adalah kelebihan kadar kalium di cairan ekstrasel. Tanda dan
gejala hiperkalemia meliputi cemas, iritabilitas, irama jantung irregular,
hipotensi, parastesia dan kelemahan.
3. Hipokalsemia dan Hiperkalsemia
Hipokalsemia adalah kekurangan kadar kalsium di cairan ekstrasel. Tanda dan
gejala hipokalsemia meliputi spasme dan tetani, peningkatan motilitas
gastrointestinal, gangguan kardiovaskuler dan osteoporosis. Temuan laboratorium
untuk keadaan ini adalah kadar kalsium <4,5 mEq/l.
Hiperkalsemia adalah kelebihan kadar kalsium pada cairan ekstrasel. Temuan
laboratorium untuk kondisi ini meliputi kadar kalsium serum >5,8 mEq/l dan
peningkatan BUN akibat kekurangan cairan.
4. Hipomagnesia dan Hipermagnesia
Hipomagnesia terjadi apabila kadar magnesium serum kurang dari 1,5 mEq/l.
Hipermagnesia adalah kondisi meningkatnya kadar magnesium di dalam serum.
Temuan laboratorium untuk kondisi ini adalah kadar magnesium serum >3,4
mEq/l.
5. Hipokloremia dan Hiperkloremia
Hipokloremia adalah penurunan kadar ion klorida dalam serum. Temuan
laboratorium untuk kondisi ini adalah nilai ion klorida <95 mEq/l. Hiperkloremia
adalah peningkatan kadar ion klorida dalam serum. Temuan laboratorium untuk
kondisi ini adalah nilai ion klorida >105 mEq/l.
6. Hipofosfatemia dan Hiperfosfatemia
Hipofosfatemia adalah penurunan kadar fosfat di dalam serum. Temuan
laboratorium untuk kondisi ini adalah nilai ion fosfat <2,8 mg/dl. Hiperfosfatemia
adalah peningkatan kadar ion fosfat di dalam serum. Temuan laboratoriumnya
adalah nilai ion fosfat >4,4 mg/dl atau >3,0 mEq/l
D. Konsep Asam Basa
Ketidakseimbangan asam basa:
a. Asidosis respiratorik: disebabkan karena kegagalan sistem pernapasan dalam
membuang CO2 dari cairan tubuh. Kerusakan pernapasan, peningkatan PCO2
arteri di atas 45 mmHg dengan penurunan PH < 7,35. Penyebab: penyakit
obstruksi, retriksi dada, plimielitis, penurunan aktivitas pusat pernafasan (cedera
kepala, perdarahan, narkotik dll).
b. Alkalosis respiratorik : disebabkan karena kehilangan CO2 dari paru-paru pada
kecepatan yang lebih tinggi dari produksinya dalam jaringan. Hal ini
menimbulkan PCO2 arteri < 35 mmHg, PH > 7, 45. Penyebab: hiperventilasi
alveolar, cemas, demam, meningitis, keracunan aspirin, pneumonia dan emboli
paru.
c. Asidosis metabolik : terjadi akibat akumulasi abnormal fixed acid atau kehilangan
basa. PH arteri < 7,35, HCO3 menurun di bawah 22 mEq/lt.
Penyebab: disorientasi dan koma.
d. Alkalosis metabolik : disebabkan oleh kehilangan ion hidrogen atau penambahan
basa pada cairan tubuh. Bikarbonat plasma meningkat > 26 mEq/lt dan PH arteri
> 7,45.
II. Nilai-Nilai Normal
A. Kebutuhan cairan harian
Dewasa Anak
Air 30-40ml/kg BB/hari <10 kg: 100 ml/kgBB/hari
10-20 kg: 1000 + 50 ml (BB-10 kg)
>20 kg: 1000 + 500+ 20 ml (BB-20
kg)

Na+ 1-2 mEq/kgBB/hari 3 mEq/kgBB/hari


K+ 1 mEq/kgBB/hari 2,5 mEq/kgBB/hari
B. Pengeluaran cairan harian
Urine > 0,5-1 ml/kgBB/hari
IWL Dewasa: 15 ml/kgBB/hari
Anak: 30-usia(tahun) ml/kgBB/hari
Jika ada kenaikan suhu:
IWL+200 (suhu sekarang-36,80)
Feses 100 ml/hari
C. Nilai normal elektrolit
Jenis cairan dan elektrolit
Nilai normal dalam tubuh
- +
Potasium [K ] 3.5 – 5 mEq/L
- Sodium [Na+] 135 – 145 mEq/L
- Kalsium [Ca2+] 8.5 – 10.5 mg/dl (4.5 – 5.8 mEq/L)
- Magnesium [Mg2+] 1.5 – 2.5 mEq/L
- Fosfat [PO42-] 2.7 – 4.5 mg/dl
- Klorida [Cl-] 98 – 106 mEq/L
- Bikarbonat [HCO3] 24 – 28 mEq/L
D. Rumus balance cairan
Balance cairan: Input-Output
Input : air metabolisme, air, nutrisi, infus
Output : IWL, urine, feses, pendarahan, muntah, NGT
E. Kehilangan Cairan
5% Masih dapat dikompensasi tubuh
10% Tidak terlalu terasa, ditandai tubuh merasa tidak nyaman, membran
mukosa kering
20% Kehilangan cairan yang fatal, biasanya pada luka bakar derajat III

III. Hal yang Perlu Dikaji


1. Riwayat keperawatan
- Pemasukan dan pengeluaran cairan dan makanan (oral dan parenteral)
- Tanda umum masalah elektrolit
- Tanda kekurangan cairan seperti rasa dahaga, kulit kering, membrane mukosa
kering, urine pekat dan jumlah urine output.
- Tanda kelebihan cairan: seperti kaki bengkak, kesulitan nafas dan BB
meningkat.
- Pengobatan tertentu yang sedang dijalani dapat mengganggu status cairan
- Status perkembangan seperti usia atau situasi sosial
2. Pengukuran klinik
- Berat badan : kehilangan / bertambahnya berat badan menunjukkan adanya
masalah keseimbangan cairan :
+/- 2 % : ringan
+/- 5 % : sedang
+/- 10 % : berat
Pengukuran berat badan dilakukan setiap hari pada waktu yang sama.
- Keadaan umum : pengukuran tanda vital seperti suhu, tekanan darah, nadi dan
pernapasan. Tingkat kesadaran.
- Pengukuran pemasukan cairan : cairan oral (NGT dan oral), cairan parenteral
termasuk obat-obatan IV, makanan yang cenderung mengandung air, irigasi
kateter atau NGT.
- Pengukuran pengeluaran cairan : urine (volume, kejernihan / kepekatan), feses
(jumlah dan konsistensi), muntah, tube drainase, IWL.
- Ukur keseimbanagn cairan dengan akurat : normalnya sekitar +/- 200 cc.
3. Pemeriksaan fisik
- Integumentum: keadaan turgor kulit, edema, kelelahan, kelemahan otot, tetani,
dan sensasi rasa.
- Tenggorok dan mulut: keadaan mukosa mulut, mulut, bibir dan lidah,
- Kardiovaskuler: distensi vena jugularis, edema, nadi, tekanan darah,
hemoglobin, dan bunyi jantung
- Mata: cekung, air mata kering
- Neurologi: refleks, gangguan motorik dan sensorik, tingkat kesadaran
- Gastrointestinal: muntah-muntah , diare dan bising usus
- Respiratori: peningkatan frekuensi napas, dispnea
- Ginjal: oliguria, anuria, diuresis
4. Pemeriksaan penunjang : pemeriksaan elektrolit, darah lengkap, PH, berat jeins
urine dan analisis gas darah. Hct, Hb, BUN, CVP, Darah vena (sodium,
potassium, klorida, kalsium, magnesium, pospat, osmolalitas serum), Ph Urine.
IV. Diagnosa Keperawatan yang Mungkin Muncul
1. Kekurangan volume cairan
2. Kelebihan volume cairan
3. Risiko kekurangan volume cairan.
4. Risiko ketidakseimbangan elektrolit
V. Penatalaksanaan Keperawatan
No Diagnosa keperawatan Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi

1 Kekurangan volume cairan b.d. NOC : Keseimbangan cairan, NIC : Manajemen cairan
kehilangan cairan aktif, kegagalan dengan kriteria hasil: - Ukur intake dan output
mekanisme regulasi.  Tekanan darah, nadi, suhu cairan serta timbang berat
dalam batas normal badan setiap hari.
Definisi: penurunan cairan  Nadi perifer dapat teraba - Pasang kateter urin, jika
intravaskular, interstisial, dan/atau  Keseimbangan intake dan ada.
intraselular. Ini mengacu pada output selama 24 jam - Monitor status hidrasi
dehidrasi, kehilangan cairan saja  Tidak terdapat rasa haus (misalnya kelembaban
tanpa perubahan pada natrium. yang abnormal membran mukosa, nadi,
 Elektrolit serum dan dan tekanan darah
hematokrit dalam batas ortostatik).
normal - Monitor hasil
laboratorium yang
berhubungan dengan
retensi cairan
- Monitor TTV
- Pasang IV line, sesuai
dengan yang diresepkan.
- Berikan cairan
- Atur kemungkinan
tranfusi
- Persiapan untuk tranfusi
- Monitor kehilangan
cairan
2 Kelebihan volume cairan b.d. NOC : Keseimbangan cairan, NIC : Manajemen cairan
kelebihan intake cairan, gangguan dengan kriteria hasil: - Ukur intake dan output
mekanisme regulasi, kelebihan  Tekanan darah dalam cairan serta timbang berat
intake natrium. batas normal badan setiap hari.
 Berat badan stabil - Monitor hasil
Definisi: peningkatan retensi cairan  Tidak terdapat asites laboratorium yang
isotonik  Tidak terdapat distensi berhubungan dengan
vena jugularis kelebihan cairan
 Tidak terdapat edema - Kaji lokasi dan luas
perifer edema
 Elektrolit serum dalam - Lakukan pemberian
batas normal diuretik sesuai resep
- Monitor TTV
- Pasang IV line, sesuai
dengan yang diresepkan.
- Batasi masukan cairan
pada keadaan
hiponatremi dilusi
dengan serum Na < 130
mEq/l
3 Risiko kekurangan volume cairan NOC: Keseimbangan cairan, NIC : Manajemen cairan
dengan kriteria hasil: - Ukur intake dan output
Definisi: berisiko mengalami  Tekanan darah dalam cairan serta timbang berat
dehidrasi vaskular, selular, atau batas normal badan setiap hari.
intraslular.  Nadi perifer dapat teraba - Pasang kateter urin, jika
 Keseimbangan intake dan ada.
output selama 24 jam - Monitor status hidrasi
 Tidak terdapat suara nafas (misalnya kelembaban
tambahan membran mukosa, nadi,
 Tidak terdapat rasa haus dan tekanan darah
yang abnormal ortostatik).
 Hidrasi kulit adekuat - Pasang IV line, sesuai
 Membran mukosa lembab dengan yang diresepkan.
 Elektrolit serum dan - Monitor indikasi
hematokrit dalam batas terjadinya retensi cairan
normal (bunyi nafas crackles,
peningkatan CVP, dan
peningkatan osmolalitas
urin)
- Monitor kehilangan
cairan
- Persiapkan pasien untuk
transfusi
4 Risiko ketidakseimbangan NOC: Keseimbangan NIC: Manajemen
elektrolit elektrolit dan asam/basa elektrolit
Definisi: berisiko mengalami dengan kriteria hasil: - Monitor hasil serum
perubahan kadar elektrolit serum  Respiratory rate dalam elektrolit yang tidak
yang dapat menganggu kesehatan. batas normal sesuai.
 Serum albumin dalam - Monitor tanda dan gejala
rentang normal keseimbangan elektrolit.
 Tidak ada kelelahan - Persiapkan pasien untuk
 Tidak terdapat kekakuan transfusi.
otot - Monitor kehilangan
 Tidak terdapat mual elektrolit (drain pada
 Tidak terdapat gangguan luka, diare, NGT)
kognisi - Anjurkan diit sesuai
kebutuhan pasien untuk
memenuhi
keseimbangan elektrolit.
- Monitor input dan output
dari pasien.
- Dapatkan spesimen
untuk analisa
laboratorium (urine dan
serum) jika diperlukan.

VI. Daftar Pustaka


Bulechek, GM. Butcher, H.K. Dochterman, J.M., dan Wagner, C.M. 2016. Nursing
Interventions Classification (NIC) 6th Edition. Indonesia: Mocomedia
Herdman, T.H., dan Kamitsuru, S. 2015. Diagnosis Keperawatan. Definisi dan
Klasifikasi 2015-2017. Jakarta: EGC
Moorhead, S. Johnson, M. Maas, M.L., dan Swanson, E. 2016. Nursing Oucome
Classification (NOC) 5th Edition. Indonesia: Mocomedia
Mubarak, Wahid Iqbal; Chayatin, Nurul. 2007. Buku Ajar Kebutuhan Dasar Manusia
Teori & Aplikasi dalam Praktik. Jakarta: EGC.
Potter, P.A., dan Perry, A.G. 2006. Buku Ajar Fundamental Keperawatan Edisi 4.
Jakarta: EGC
Tarwoto dan Wartonah. 2007. Kebutuhan Dasar Manusi & Proses Keperawatan. Edisi
3. Jakarta: Salemba Medika

Anda mungkin juga menyukai