FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS GADJAH MADA YOGYAKARTA 2016 I. KONSEP KEBUTUHAN OKSIGENASI A. DEFINISI Oksigen adalah salah satu komponen gas dan unsur-unsur vital dalam proses metabolisme untuk mempertahankan kelangsungan hidup seluruh sel-sel tubuh. Secara normal elemen ini diperoleh dengan cara menghirup O2 ruangan setiap kali bernafas. Penyampaian oksigen ke jaringan tubuh ditentukan oleh sistem respirasi, kardiovaskuler, dan keadaan hematologi. 1. Sistem respirasi/pernafasan Sistem pernafasan terdiri atas organ pertukaran gas, yaitu paru-paru dan sebuah pompa ventilasi yang terdiri dari dinding dada, otot-otot pernafasan, diafragma, sistem abdomen, dinding abdomen, dan pusat pernafasan di otak. Pada keadaan istirahat frekuensi pernafasan antara 12-15x/menit. Ada 3 langkah dalam proses oksigenasi yaitu ventilasi, perfusi paru, dan difusi. a. Ventilasi Ventilasi adalah proses keluar masuknya udara dari dan ke paru-paru, jumlahnya sekitar 500 ml. Udara yang masuk dan keluar terjadi karena adanya perbedaan tekanan antara intrapleura dengan tekanan atmosfer, dimana pada saat inspirasi tekanan intrapleura lebih negatif (725 mmHg) daripada tekanan atmosfer (760 mmHg) sehingga udara akan masuk ke alveoli. Kepatenan ventilasi tergantung pada faktor: - Kebersihan jalan nafas, adanya sumbatan atau obstruksi jalan nafas akan menghalangi masuk dan keluarnya udara dari dan ke paru-paru. - Adekuatnya sistem saraf pusat dan pusat pernafasan. - Adekuatnya pengembangan dan pengempisan paru-paru. - Kemampuan otot-otot pernafasan seperti diafragma, eksternal interkosta, otot abdominal. b. Perfusi paru Perfusi paru adalah gerakan darah yang melewati sirkulasi paru untuk dioksigenasi, dimana pada sirkulasi paru adalah deoksigenasi yang mengalir dalam arteri pulmonaris dari ventrikel kanan jantung. Darah ini memperfusi paru bagian respirasi dan ikut serta dalam proses pertukaran oksigen dan karbon dioksida di kapiler dan alveolus. Sirkulasi paru bersifat fleksibel dan dapat dipergunakan jika sewaktu-waktu terjadi penurunan volume atau tekanan darah sistemik. c. Difusi Oksigen yang terus-menerus berdifusi dari udara dalam alveoli ke dalam aliran darah dan karbon dioksida (CO2) terus berdifusi dari darah ke dalam alveoli. Difusi adalah pergerakan molekul dari area dengan konsentrasi tinggi ke area konsentrasi rendah. Difusi udara respirasi terjadi antara alveolus dengan membran kapiler. Perbedaan tekanan pada area membran respirasi akan mempengaruhi proses difusi. Misalnya pada tekanan parsial (P) O2 di alveoli sekitar 100 mmHg sedangkan tekanan parsial pada kapiler pulmonal 60 mmHg sehingga oksigen akan berdifusi masuk dalam darah. 2. Sistem kardiovakuler Kemampuan oksigenasi pada jaringan sangat dipengaruhi oleh fungsi jantung untuk memompa darah sebagai transpor oksigen. Darah masuk ke atrium kiri dari vena pulmonalis Aliran darah keluar dari ventrikel kiri menuju aorta melalui katup aorta. Kemudian dari aorta darah disalurkan ke seluruh sirkulasi sistemik melalui arteri, arteriol, dan kapiler serta menyatu kembali membentuk vena yang kemudian dialirkan ke jantung melalui atrium kanan. Darah dari atrium kanan masuk dalam ventrikel kanan melalui katup trikuspidalis kemudian keluar ke arteri pulmonalis melalui katup pulmonalis untuk kemudian dialirkan ke paru-paru kanan dan kiri untuk berdifusi. Darah mengalir di dalam vena pulmonalis kembali ke atrium kiri dan bersirkulasi secara sistemik. Sehingga tidak adekuatnya sirkulasi sistemik berdampak pada kemampuan transpor gas oksigen dan karbon dioksida. 1. Hematologi Oksigen membutuhkan transpor dari paru-paru ke jaringan dan karbon dioksida dari jaringan ke paru-paru. Sekitar 97% oksigen dalam darah dibawa eritrosit yang telah berikatan dengan hemoglobin (Hb) dan 3% oksigen larut dalam plasma. Setiap sel darah merah mengandung 280 juta molekul Hb dan setiap molekul dari keempat molekul besi dalam hemoglobin berikatan dengan satu molekul oksigen membentuk oksihemoglobin. Afinitas atau ikatan Hb dengan O2 dipengaruhi oleh suhu, pH, konsentrasi 2, 3 difosfogliserat dalam darah merah. Dengan demikian besarnya Hb dan jumlah eritrosit akan mempengaruhi fungsi transpor gas. Perubahan fungsi pernafasan: 1. Hiperventilasi Merupakan upaya tubuh dalam meningkatkan jumlah O2 dalam paru-paru agar pernafasan lebih cepat dan dalam. Hiperventilasi dapat disebabkan karena: a. Kecemasan b. Infeksi/sepsis c. Keracunan obat-obatan d. Ketidakseimbangan asam basa seperti pada asidosis metabolik. Tanda-tanda dan gejala hiperventilasi adalah takikardi, nafas pendek, nyeri dada, menurunnya konsentrasi, disorientasi, tinnitus. 2. Hipoventilasi Hipoventilasi terjadi ketika ventillasi alveolar tidak adekuat untuk memenuhi penggunaan O2 tubuh atau untuk mengeluarkan CO2 dengan cukup. Biasanya terjadi pada keadaan atelktasis.Tanda-tanda dan gejala pada keadaan hipoventilasi adalah nyeri kepala, penurunan kesadaran, disorientasi, kardiakdisritmia, ketidakseimbangan elektrolit, kejang, dan kardiak arrest. 3. Hipoksia Tidak adekuatnya pemenuhan O2 seluler akibat dari defisiensi O2 yang diinspirasi atau meningkatnya penggunaan O2 pada tingkat seluler. Hipoksia dapat disebabkan oleh: a. Menurunnya hemoglobin b. Berkurangnya konsentrasi O2 jika berada di puncak gunung c. Ketidakmampuan jaringan mengikat O2 seperti pada keracunan sianida d. Menurunnya difusi O2 dari alveoli ke dalam darah seperti pada pneumonia e. Menurunnya perfusi jaringan seperti pada syok f. Kerusakan / gangguan ventilasi B. NILAI-NILAI NORMAL Nilai normal respiratory rate dewasa: 12-18x/menit Analisa Gas Darah (AGD) merupakan tes untuk mengukur jumlah oksigen dan karbondioksida dalam darah serta keasaman (Ph) darah. Hasil ini digunakan untuk mengevaluasi seberapa efektif paru-paru memberikan oksigen kedarah, seberapa baik paru-paru dengan ginjal mempertahankan Ph darah. Prosedur ini biasanya digunakan untuk menilai penyakit khususnya pernafasan dan kondisi lain yang dapat mempengaruhi paru dan sebagai pengelolaan terapi oksigen. Nilai normal pemeriksaan AGD adalah sebagai berikut: Parameter Nilai Normal Tekanan parsial oksigen (PaO2) 75-100 mmHg Tekanan parsial karbondioksida (PaCO2) 35-45 mmHg Oksigen konten (O2CT) 15-23 % Saturasi oksigen (SaO2) 94-100 % Bikarbonat (HCO3) 22-26 mE/liter Ph 7, 35 - 7,45
Tidal Volume (TV) 500 cc
Volume Cadangan Inspirasi (VCI) 3000 ml Volume Cadangan Ekspirasi (VCE) 1100 ml Volume Residu 1200 ml Kapasitas Inspirasi (KI) 3500 ml Kapasitas Residu Fungsional (KRF) 2300 ml Kapasitas Vital 4600 ml Kapasitas Total Paru 5800 ml
C. HAL-HAL YANG PERLU DIKAJI PADA KLIEN YANG MENGALAMI
GANGGUAN KEBUTUHAN OKSIGENASI 1. Riwayat keperawatan a. Masalah pernafasan yang pernah dialami - pernah mengalami perubahan pola pernafasan - pernah mengalami batuk dengan sputum - pernah mengalami nyeri dada - aktivitas apa saja yang menyebabkan terjadinya gejala-gejala di atas b. Riwayat penyakit pernafasan - apakah sering mengalami ISPA, alergi, batuk, asma, TBC, dan lain-lain? - bagaimana frekuensi setiap kejadian? c. Riwayat kardiovaskuler - pernah mengalami penyakit jantung atau peredaran darah d. Gaya hidup - merokok, keluarga perokok, lingkungan kerja dengan perokok 2. Pemeriksaan fisik a. Mata - konjungtiva pucat (karena anemia) - konjungtiva sianosis (karena hipoksemia) - konjungtiva terdapat petechia (karena emboli lemak atau endokarditis) b. Kulit - sianosis perifer - sianosis secara umum - penurunan turgor - edema - edema periorbital c. Jari dan kuku - sianosis - clubbing finger d. Mulut dan bibir - membran mukosa sianosis - bernafas dengan mengerutkan mulut e. Hidung - pernafasan dengan cuping hidung f. Vena leher - adanya distensi atau bendungan g. dada - Retraksi otot bantu pernafasan - Pergerakan tidak simetris antara dada kiri dan dada kanan - Tactil fremitus, thrills (getaran pada dada karena udara/suara melewati saluran/ rongga pernafasan) - Suara nafas normal - Suara nafas tidak normal - Bunyi perkusi (resonan, hiperesonan, dullness) h. Pola pernafasan - pernafasan normal - pernafasan cepat - pernafasan lambat 3. Pemeriksaan penunjang a. Tes untuk menentukan keadekuatan sistem konduksi jantung - EKG - Exercise stress test b. Tes untuk menentukan kontraksi miokardium aliran darah - Echocardiography - Kateterisasi jantung - Angiografi c. Tes untuk mengukur ventilasi dan oksigenasi - tes fungsi paru-paru dengan spirometri - tes astrup - oksimetri - pemeriksaan darah lengkap d. Melihat struktur sistem pernafasan - X-ray thoraks - Bronkhoskopi - CT scan paru e. Menentukan sel abnormal/ infeksi sistem pernafasan - kultur apus tenggorok - sitologi - spesimen sputum (BTA) II. DIAGNOSA KEPERAWATAN YANG MUNGKIN MUNCUL 1. Bersihan jalan nafas tidak efektif 2. Ketidakefektifan pola napas 3. Gangguan pertukaran gas III. PENATALAKSANAAN KEPERAWATAN 1. Bersihan jalan nafas tidak efektif NOC: Respiratory status: airway patency Indikator: - pasien tidak mengalami demam - pasien tidak cemas - pasien tidak tersedak - RR dalam batas normal - Pola nafas dalam batas normal - Pasien dapat membersihkan sputum dari saluran nafas - Pasien terbebas dari bunyi nafas tambahan NIC: Airway management Aktivitas: - Buka jalan nafas memakai head thin chin lift atau jaw thrust - Posisikan pasien pada posisi ventilasi maksimal - Lakukan fisioterapi dada - Bersihkan sekret dengan mendorong batuk atau suction - Instruksikan untuk batuk efektif - Berikan humidifikasi udara atau oksigen - Atur makanan yang masuk untuk mengoptimalkan balance cairan 2. Ketidakefektifan pola napas NOC: Respiratory status: ventilation Indikator: - RR dalam batas normal - Pola nafas dalam batas normal - Pasien dapat inspirasi dalam - Ekspansi dada simeris - Tidak memakai otot aksesoris pernafasan - Tidak ada dispneu NIC: Respiratory monitoring Aktivitas: - monitor kecepatan, pola, kedalaman, dan usaha respirasi - monitor suara nafas tambahan - Monitor pola nafas - Palpasi kesimetrisan paru - Monitor pertambahan kelelahan, kecemasan 3. Gangguan pertukaran gas NOC: Respiratory status: gas exchange Indikator: - Pasien tidak mengalami dispneu - Pasien mudah bernafas - Status mental dalam batas normal - Tidak ada kelelahan - Tidak ada sianosis NIC: Oxygen theraphy Aktivitas: - Bersihkan mulut, hidung, dari sekresi - Berikan oksigen - Monitor aliran oksigen - Monitor kegelisahan pasien berhubungan dengan kebutuhan oksigen IV. DAFTAR PUSTAKA Bulechek, Gloria M; Butcher, Howard K; Dochterman, Joanne McCloskey. 2008. Nursing Intervention Classification fifth edition. USA: Mosby. Herdman, T. Heather. 2012. NANDA nursing diagnoses: definitions and classification 2012-2014. Philadelphia: NANDA International. Moorhead, Sue; Johnson, Marison; Maas, Meridean L; Swanson, Elizabeth. 2008. Nursing Outcomes Classification (NOC) fifth edition. USA: Mosby Tarwoto dan Wartonah. 2007. Kebutuhan Dasar Manusi & Proses Keperawatan. Edisi 3. Salemba Medika. Jakarta