ASMA (ICD10: J45) STATUS ASMATIKUS (ICD10: J46) 1. Definisi Mengi berulang dan/atau batuk persisten dengan karakteristik sebagai berikut: timbul secara episodik, cenderung pada malam/dini hari (nokturnal), musiman, setelah aktivitas fisik, serta terdapat riwayat asma atau atopi lain pada pasien dan/atau keluarganya.(1) 2. Anamnesis Lihat gambar 1. 3. Pemeriksaan Fisik Lihat gambar 1. 4. Kriteria Diagnosis 1. Sesuai anamnesis. 2. Sesuai pemeriksaan fisik. 5. Diagnosis Kerja ASMA STATUS ASMATIKUS 6. Diagnosis Banding 1. Bronkiolitis (ICD10: J21) 2. Bronkoektasis (ICD10: J47) 3. GERDs(Gastro-Esophageal Reflux Disease)(ICD10: K21) 4. Aspirasi Benda Asing 7. Pemeriksaan 1. X-ray Thoraks AP.(1, 2) (Pada derajat Serangan Berat dan Penunjang Ancaman Henti Nafas). 2. Lab. Darah Perifer.(1) 8. Terapi Sesuai derajat Serangan Asma (Lihat gambar 2, lampiran 1.) 9. Edukasi 1. Menginformasikan tentang gejala asma serta faktor (Hospital Health Promotion) pencetusnya.(2, 3) 2. Kontrol teratur.(2) 3. Pola hidup sehat.(2) 4. Pentingnya melakukan pencegahan dengan:(2, 3) Menghindari setiap pencetus. Menggunakan bronkodilator/steroid inhalasi sebelum melakukan exercise untuk mencegah exercise induced asthma. 10. Prognosis Ad vitam : dubia ad bonam Ad sanationam : dubia ad bonam Ad fungsionam : dubia ad bonam 11. Tingkat Evidens III 12. Tingkat Rekomendasi B 13. Penelaah Kritis 1. ...................................................................................... 2. ...................................................................................... 14. Indikator Medis Pasien Asma/Status Asmatikus teratasi dengan atau tanpa komplikasi dalam waktu 5 hari perawatan. Target : 90 % pasien Asma/Status Asmatikus teratasi dengan atau tanpa komplikasi dalam waktu 5 hari perawatan. 15. Kepustakaan 1. Pudjiadi AH, Hegar B, Handryastuti S, Idris NS, Gandaputra EP, Harmoniati ED. Serangan Asma Akut. Pedoman Pelayanan Medis - Ikatan Dokter Anak Indonesia. I ed. Jakarta: Badan Penerbit Ikatan Dokter Anak Indonesia; 2009. p. 269-73. 2. Amin, Indonesia TP-PBID. Asma Bronkial. Panduan Praktik Klinis bagi Dokter di Fasilitas Pelayanan Kesehatan Primer. 2 ed. Jakarta: PB IDI; 2014. p. 360-72. 3. Amin, Indonesia TP-PBID. Status Asmatikus. Panduan Praktik Klinis bagi Dokter di Fasilitas Pelayanan Kesehatan Primer. 2 ed. Jakarta: PB IDI; 2014. p. 373-8. 4. Rahajoe N, Kartasasmita CB, Supriyatno B, Setyanto DB. Pedoman Nasional Asma Anak. 2 ed. Jakarta: Unit Kerja Koordinasi Respirologi - Pengurus Pusat Ikatan Dokter Anak Indonesia; 2015. Gambar 1. Alur Diagnosis Asma pada Anak.(4) Gambar 2. Alur Tatalaksana Serangan Asma pada Anak.(4) * Bila pulse oximetry tidak tersedia, oksigen tetap diberikan dengan monitor gejala dan tanda distre respirasi, termasuk derajat kesadarannya.
**Tabel 1. Pilihan dan dosis steroid untuk serangan asma.
Nama Generik Sediaan Dosis Methilprednisolon Tablet 4 mg, 8 mg 0,5-1 mg/kgBB/hari – tiap 6 jam Prednison Tablet 5 mg 0,5-1 mg/kgBB/hari – tiap 6 jam Methilprednisolon-suksinat Vial 125 mg, 500 mg 30 mg dalam 30 menit (dosis tinggi) tiap Injeksi 6 jam Hidrokortison- suksinat Vial 100 mg 4 mg/kgBB/kali – tiap 6 jam Injeksi Deksametason Injeksi Ampul 0,5-1 mg/kgBB – bolus, dilanjutkan 1 mg/kgBB/hari – tiap 6-8 jam Betametason Injeksi Ampul 0,05-0,1 mg/kgBB – tiap 6 jam Lampiran 1.
Aminofilin. (Untuk Derajat Serangan Berat)(1, 4)
Bila pasien belum mendapat aminofilin sebelumnya, Dosis inisial 6-8 mg/kgBB, dilarutkan dalam Dekstrosa atau Garam Fisiologis sebanyak 20 ml, dan diberikan selama 30 menit, dengan infusion pump atau mikroburet. Dosis rumatan 0,5-1 mg/kgBB/jam, diberikan selama 6 jam, dilarutkan dalam Dekstrosa atau Garam Fisiologis sebanyak seperempat (1/4) cairan maintenance sehari. Bila pasien telah mendapat aminofilin (kurang dari 8 jam), dosis diberikan separuhnya, Dosis inisial 3-4 mg/kgBB, dilarutkan dalam Dekstrosa atau Garam Fisiologis sebanyak 20 ml, dan diberikan selama 30 menit, dengan infusion pump atau mikroburet. Dosis rumatan 0,25-0,5 mg/kgBB/jam, diberikan selama 6 jam, dilarutkan dalam Dekstrosa atau Garam Fisiologis sebanyak seperempat (1/4) cairan maintenance sehari. Bila memungkinkan, sebaiknya kadar aminofilin diukur dan dipertahankan 10-20 μg/ml. Pantau gejala-gejala intoksikasi aminofilin, efek samping yang sering adalah mual, muntah, takikardi, dan agitasi. Toksisitas yang berat dapat menyebabkan aritmia, hipotensi, dan kejang. Bila telah perbaikan klinis, nebulisasi diteruskan setiap 6 jam hingga mencapai 24 jam, dan steroid serta aminofilin diganti dengan pemberian peroral.
Kriteria pasien yang memerlukan ICU (Intensive Care Unit).(4)
1. Tidak ada respons sama sekali terhadap tata laksana awal di UGD (Unit Gawat Darurat) dan/atau perburukan asma yang cepat. 2. Adanya kebingungna, disorientasi, dan tanda lain ancaman henti nafas, atau hilangnya kesadaran. 3. Tidak ada perbaikan dengan tata laksana baku di Ruang Rawat Inap. 4. Ancaman henti nafas.