Anda di halaman 1dari 16

PRESENTASI KASUS

KRISIS HIPERTENSI DAN OA

Oleh:

Dokter Internship

dr. Muhammad Aji I

Pembimbing

dr. Nur Kartikasari

Rumah Sakit Umum Daerah Kayen

PATI

2016
PRESENTASI PORTOFOLIO

Pada hari ini tanggal September 2016 telah dipresentasikan portofolio oleh :
Nama Peserta : dr. Muhammad Aji I
Dengan judul / topik : Hipertensi Krisis dan Osteoarthritis
Nama Pendamping : dr. Herry Kristiyanto
Nama Wahana : RSUD Kayen Pati

No. Nama Peserta Presentasi No. Tanda Tangan


1. 1.

2. 2.

3. 3.

4. 4.

5. 5.

6 6.

7. 7.

8. 8.

Berita acara ini ditulis dan disampaikan sesuai dengan yang sesungguhnya

Pendamping

(dr. Herry Kristiyanto)


No. ID dan Nama Peserta : dr. Muhammad Aji I
No. ID dan Nama Wahana : RSUD Kayen pati
Topik : Hipertensi Krisis dan Osteoarthritis
Tanggal (kasus) : 26 Septemer 2016
Nama Pasien : Ny. M, 54 thn No. RM : 16062515
Tanggal Presentasi : Pendamping : dr. Herry Kristiyanto
Tempat Presentasi :
Objektif Presentasi :
□ Keilmuan □ Keterampilan □ Penyegaran □ Tinjauan Pustaka
□ Diagnostik □ Manajemen □ Masalah □ Istimewa
□ Neonatus □ Bayi □ Anak □ Remaja □ Dewasa □ Lansia □ Bumil
□ Deskripsi : Wanita usia 54 tahun dengan hipertensi krisis dan osteoarthritis
□ Tujuan : Dapat melakukan manajemen pasien hipertensi krisis dan osteoarthritis
Bahan Bahasan : □ Tinjauan Pustaka □ Riset □ Kasus □ Audit
Cara Membahas : □ Diskusi □ Presentasi dan Diskusi □ E-mail □ Pos

Data Pasien : Nama :Ny.M, 54 thn No. Registrasi : 15052515


Nama RS : RSUD Kayen Pati Telp : 0295-5503662 Terdaftar sejak : 11-05-2015
Data Utama untuk Bahan Diskusi :
1. Diagnosis / Gambaran Klinis :
Keluhan Utama : sakit kepala
RPS :
Pasien datang ke IGD dengan keluhan sakit kepala berdenyut sejak tadi malam. Pasien
mengeluh mual. Pasien juga mengeluh nyeri di lutut sebelah kiri sejak seminggu ini.
Muntah dan nyeri ulu hati disangkal. Batuk pilek disangkal. Kesemutan kadang-kadang
kalau kelelahan. Pandangan pasien kabur. Nyeri dada dan sesak disangkal. Sebelum sakit
kepala, pasien memiliki masalah dengan adiknya.
2. Riwayat Pengobatan :
Sudah membeli obat di warung
3. Riwayat Kesehatan / Penyakit :
 Riwayat sakit seperti ini disangkal
 Riwayat hipertensi sejak 1 tahun ini
 Riwayat kencing manis disangkal
 Riwayat asam urat disangkal
 Riwayat maag disangkal
 Riwayat merokok disangkal
 Riwayat sakit jantung disangkal
 Riwayat stroke sebelumnya disangkal
4. Riwayat Keluarga :
Ayah pasien juga hipertensi
5. Kondisi Lingkungan Sosial dan Fisik :
Pasien tinggal bersama ibu dan kedua anaknya yang masih SD dan SMP. Pasien bekerja
sebagai pedagang di Pasar. Setiap hari minum secangkir kopi instan. Pasien tidak pernah
berolahraga. Kesan ekonomi: cukup, untuk biaya kesehatan ditanggung BPJS

6. PEMERIKSAAN FISIK
Tanggal 26 September 2016, pukul 22.30 WIB (di IGD RSUD Kayen Pati)
Status Generalis
Keadaan umum : Keadaan umum: lemah
Kesadaran: composmentis,GCS 15 (E4M6V5)
Status Gizi : obesitas grade I
TB : 170 cm
BB : 90 kg
IMT: 31.14
Kesan : obesitas grade I
Tanda Vital : Tekanan Darah :200/120 mmHg
Nadi : 88 x/menit, reguler
Respiratory Rate : 20 x/menit
Suhu : 36,7°C
 Kepala : Mesosephal, bentukdanukuran normal
 Rambut : Hitam, tidak mudah dicabut
 Mata : Conjungtiva palpebra anemis (-/-), sklera ikterik (-/-),
korneajernih, pupil bulat, isokor
 Telinga : Bentuk normal, simetris, discharge (-/-)
 Hidung : Simetris, nafas cuping (-), sekret (-/-)
 Mulut : Bibir kering (-), sianosis (-), karies dentis(-), lidahkotor (-), gusiberdarah
(-), faringhiperemis (-),T1-1hiperemis (-/-), stomatitis angularis (-),
atrofi papil (-).
 Leher :pembesaran kelenjar limfe (-),struma (-)
 Jantung
Inspeksi : Iktus kordis tidak tampak
Palpasi : iktuskordistidak teraba

Perkusi :
Batas atas : ICS II linea sternal sinistra
Pinggang : ICS III linea parasternal sinistra
Batas kiri bawah : ICS IV linea midclavicularis sinistra
Batas kanan : ICS VI linea parasternalis dextra
Auskultasi :
BJ I-II, reguler, Bising (-), Gallop (-)

 Pulmo
Inspeksi : Hemithorax dextra dan sinistra simetris statis dan dinamis, retraksi (-
)
Palpasi : Sterm fremitus kanan = kiri
Perkusi : Sonor seluruh lapangan paru
Auskultasi : Suara dasar vesikuler. Suara tambahan: wh (-/-), rh(-/-)
 Abdomen
Inspeksi : datar, tidak ada gambaran usus ataupun vena
Auskultasi : peristaltik  normal
Palpasi : supel, nyeri tekan (-), turgor cukup
Hepar : tidakteraba
Lien : tidakteraba
Perkusi : timpani, pekak sisi (-), pekak alih (-), undulasi (-)
Hepar : pekak(+), liver span dextra 10 cm, liver span sinistra 5 cm,
massa (-)

Lien : troube space perkusi (+)  timpani


Ekstremitas Superior Inferior
Akraldingin -/- -/-
Akralsianosis -/- -/-
Oedem -/- -/-
Capillary refill <2”/<2’ <2”/<2”
Spoon nail -/- -/-

PEMERIKSAAN PENUNJANG
Laboratorium tanggal 26 September 2016
Darah Rutin
Hb : 12,4 g/dL
Ht : 37.9 %
AL : 9,6 x 103/μL
AT : 282 x 103/μL
Kimia klinik
SGOT : 55,0 μ/l
SGPT : 22,5 μ/l
Ureum : 43 mg/dl
Kreatinin : 0,8 mg/dl
GD I: 127 mg/dl
GD II: 185 mg/dl
Lipid Lengkap
Cholesterol : 129 mg/dl
HDL – chol : 50 mg/dl
LDL – chol : 110 mg/dl
Trigliserida : 140 mg/dl

KASUS 1
Rangkuman hasil pembelajaran portofolio:
 Subyektif:
Sakit kepala berdenyut sejak tadi malam. mual. nyeri di lutut sebelah kiri sejak
seminggu ini. Muntah dan nyeri ulu hati disangkal. Batuk pilek disangkal. Kesemutan
kadang-kadang kalau kelelahan. Pandangan pasien kabur. Nyeri dada dan sesak
disangkal. Sebelum sakit kepala, pasien memiliki masalah dengan adiknya.
 Obyektif:
Obesitas
TD 200/120
Cor dbn
Lutut kiri teraba sedikit bengkak dan merah
 Assesement:
Hipertensi krisis ditegakkan berdasar pengukuran tekanan darah pasien, belum ada
kerusakan organ target. Osteoarthritis ditegakkan berdasar anamnesis dan pemeriksaan
fisik pada pasien.
 Plan:
Diagnosis: diperlukan pemeriksaan lebih lanjut untuk osteoarthritis, yaitu rontgen
genu.

Pengobatan:

Infus RL 2O tpm
Injeksi Ranitidin 2x50 mg iv
Injeksi Furosemid 1 amp 20mg ext
P.o:
Captopril 3x25 mg
Amlodipin 5 mg 1x1
Antasida syr 3x2C ac
Meloxicam 2x7,5 mg
Diazepam 2mg 0-0-1
OSTEOARTRITIS

1. Pengertian Osteoartritis
Osteoartitis (OA) merupakan penyakit sendi degeneratif, dimana keseluruhan
struktur dari sendi mengalami perubahan patologis. Ditandai dengan kerusakan tulang
rawan (kartilago) hyalin sendi, meningkatnya ketebalan serta sklerosis dari lempeng
tulang, pertumbuhan osteofit pada tepian sendi, meregangnya kapsula sendi, timbulnya
peradangan, dan melemahnya otot–otot yang menghubungkan sendi.

2. Epidemiologi Osteoartritis
Osteoartritis merupakan penyakit sendi pada orang dewasa yang paling umum
di dunia. Felson (2008) melaporkan bahwa satu dari tiga orang dewasa memiliki tanda-
tanda radiologis terhadap OA. OA pada lutut merupakan tipe OA yang paling umum
dijumpai pada orang dewasa. Penelitian epidemiologi dari Joern et al (2010)
menemukan bahwa orang dewasa dengan kelompok umur 60-64 tahun sebanyak 22%
. Pada pria dengan kelompok umur yang sama, dijumpai 23% menderita OA. pada lutut
kanan, sementara 16,3% sisanya didapati menderita OA pada lutut kiri. Berbeda halnya
pada wanita yang terdistribusi merata, dengan insiden OA pada lutut kanan sebanyak
24,2% dan pada lutut kiri sebanyak 24,7.

3.Etiopatogenesis
Osteoartritis diklasifikasikan menjadi dua menurut patogenesisnya, yaitu
osteoartritis primer dan osteoartritis sekunder. Osteoartritis primer merupakan
osteoartritis yang tidak diketahui penyebabnya (Idiopatik). Sedangkan osteoartritis
sekunder yaitu osteoartritis yang dapat disebabkan karena trauma akut maupun kronik,
kelainan kongenital, metabolik, endokrin penyakit deposit kalsium, penyakit tulang dan
sendi lainnya serta penyakit neuropatik.
Patogenesis osteoartritis tidak hanya melibatkan proses degeneratif saja, namun
melibatkan hasil kombinasi antara degradasi rawan sendi, remodelling tulang dan
inflamasi cairan sendi. Osteoartritis diperkirakan dapat diakibatkan oleh proses
biokimiawi dan biomekanis.
Pada tulang rawan sendi (kartilago) dilumasi oleh cairan sendi sehingga mampu
menghilangkan gesekan antar tulang yang terjadi ketika cairan sendi (sinovial)
mengurangi gesekan antar kartilago pada permukaan sendi sehingga mencegah
terjadinya keletihan kartilago akibat gesekan. Protein yang disebut dengan lubricin
merupakan protein pada cairan sendi yang berfungsi sebagai pelumas. Protein ini akan
berhenti disekresikan apabila terjadi cedera dan peradangan pada sendi.
Rawan sendi dibentuk oleh sel rawan sendi (kondrosit) dan matriks rawan sendi.
Kondrosit berfungsi menyintesis dan memelihara matriks rawan sehingga fungsi
bantalan rawan sendi tetap terjaga dengan baik.19 Gangguan pada fungsi kondrosit akan
memicu proses patogenik osteoartritis.
Rawan sendi pada keadaan normal melapisi ujung tulang. Matrik rawan sendi
mempunyai dua macam makromolekul, yaitu proteoglikan dan kolagen, disamping
mineral, air dan enzim. Proteoglikan terdiri atas protein dengan rantai
glikosaminoglikan, kondroitin sulfat dan keratan sulfat. Proteoglikan bergabung
dengan glikosaminoglikan lain dan protein lain untuk menstabilkan dan memperkuat
rawan sendi. Kolagen rawan sendi atau kolagen tipe II penting untuk integritas struktur
dan kemampuan fungsi rawan sendi.
Stres mekanik yang terjadi akan mempengaruhi metabolisme kondrosit,
pelepasan enzim MPP gangguan biokimia sifat matrik sehingga terdapat penurunan
kadar proteoglikan sedangkan kolagen masih normal, sementara sintesis kondrosit
meningkat sebagai tanda usaha memperbaiki diri. Sintesis kondrosit meningkatkan
kuantitas sitokin seperti interleukin I (IL I), Tumor Necrosis Factor (TNFa) enzim
kolagenase, gelatin IL dan TNF a sebagai media yang akan mengaktifkan enzim proteolitik.
Molekul pro-inflamasi lain seperti Nitride Oxide (NO, radikal bebas inorganik) dapat
menjadi faktor yang ikut berperan dalam kerusakan kartilago sendi. Proses ini terjadi akibat
terbentuknya enzim metaloproteinase (MPP) yang akan memecahkan proteoglikan dan
kolagen.
Enzim MPP dalam keadaan normal dihambat oleh Tissue Inhibitor of
Metaloprotein (TIMP). Secara teoritis ketidakseimbangan antara produksi MPP dan TIMP
akan menyebabkan peningkatan proteolisis matrik sehingga terjadi degenerasi rawan sendi
(Osteoartritis).

4. Faktor Risiko
Ada beberapa faktor yang dapat meningkatkan risiko terjadinya osteoartrits
lutut, antara lain :
1. Usia
Usia merupakan faktor risiko paling penting pada osteoartritis.
Prevalensi osteoartritis lutut akan meningkat seiring dengan bertambahnya
usia.1 Peningkatan osteoartritis lutut ini terjadi pada usia lebih dari 65 tahun
dengan rata-rata usia pada laki-laki 59,7 tahun dan rata-rata usia pada
perempuan 65,3 tahun.
2. Jenis kelamin
Osteoartritis lutut umumnya terjadi dua kali lipat pada wanita dibanding
pria. Wanita dengan umur diatas 50 tahun dapat meningkatkan risiko terjadinya
osteoartritis lutut.
Pada wanita kulit hitam lebih tinggi untuk terjadinya osteroartritis lutut
dibanding pada wanita kulit putih, sedangkan pada pria kulit hitam memiliki
risiko yang sama dengan pada kulit putih untuk terjadinya osteoartritis lutut.
3. Ras/warna kulit
Osteoartritis lutut diduga disebabkan oleh faktor ras. Osteoartritis lebih
banyak di temukan pada ras kulit berwarna dibandingkan kulit putih.
4. Aktivitas Fisik
Aktivitas dan latihan yang normal tidak menyebabkan osteoartritis,
tetapi bila aktivitas tersebut dilakukan sangat berat, berulang atau pekerjaan
yang menuntut fisik seseorang dapat meningkatkan risiko osteoartritis.
Pekerjaan dan olahraga yang berat dapat meningkatkan risiko
osteoartritis lutut. Penelitian HANES I menyebutkan bahwa pekerja yang sering
membebani sendi lutut mempunyai risiko lebih besar dibanding dengan pekerja
yang jarang membebani sendi lutut.
5. Injuri
Injuri dapat mengakibatkan rusaknya rawan sendi, baik yang bersifat
trauma akut maupun trauma berulang yang melebihi kekuatan otot dan tendon
periartikular untuk menahan beban mekanik dan menyalurkannya ke rawan
sendi, sendi menjadi rusak hingga dapat menimbulkan osteoartritis.
6. Faktor Genetik
Faktor genetik berperan utama dalam timbulnya osteoartritis lutut. Jika
orang dengan salah satu anggota keluarga memiliki osteoartritis lutut, maka
orang tersebut mempunyai kesempatan besar untuk terjadinya osteoartritis lutut.
7. Nutrisi
Penelitian menunjukkan faktor nutrisi mempengaruhi perjalanan
penyakit osteoartritis. Asupan makanan yang mengandung banyak
mikronutrien, seperti vitamin E, vitamin C, dan buah-buahan yang mengandung
karoten dapat mencegah timbulnya osteoartritis. Beberapa penelitian lain
menunjukkan bahwa ada dampak sebagai antioksidan dari vitamin C dan
vitamin E. Vitamin C dibutuhkan pada metabolisme kolagen dan vitamin E
mempunyai dampak pada inflamasi ringan atau sinovitis yang terjadi pada
osteoartritis. Sedangkan, delta dan gamma, yang ditemukan dalam kedelai,
sawit dan minyak lainnya, ditemukan dua kali lipat mengalami osteoartritis
lutut. Kekurangan vitamin D juga berhubungan dengan peningkatan risiko
penyempitan ruang sendi dan progresivitas penyakit osteoartritis.
8. Penyakit Sendi Lainnya
Osteoartritis kadang kala merupakan akibat kerusakan dari berbagai
penyakit sendi yang jarang terjadi, seperti gout atau asam urat yang terjadi
selama bertahun-tahun sebelumnya.
9. Obesitas
Kegemukan merupakan faktor penting untuk terjadinya osteoartritis,
terutama pada lutut. Obesitas juga dapat meningkatkan prognosa menjadi lebih
buruk. Pada Penelitian Marks dengan metode Cohort dilaporkan bahwa terdapat
setidaknya 80% penderita osteoartritis lutut yang obesitas dengan BMI yang
lebih tinggi mengalami nyeri lebih dari individu dengan BMI yang lebih rendah
(p <0,05) dan nyeri yang terkait dengan pengerahan tenaga fisik yang dirasakan
(p <0,05).22 Risiko terjadinya osteoartritis akan meningkat sebanyak 9-13%
pada individu dengan peningkatan 1 kg berat badan. Itu berarti bahwa jika
seseorang mengalami peningkatan berat badan 10 pound (4,54 kg) maka akan
mengakibatkan peningkatan risiko 40 sampai 59 persen. Kelebihan berat badan
selama masa dewasa awal juga dapat meningkatkan risiko terjadinya penyakit
di kemudian hari. Sebagai contoh, sebuah studi longitudinal 1.180 orang, yang
tidak memiliki osteoartritis lutut antara usia 20 sampai 29, didapatkan bahwa
peserta terberat (IMT 24,7-37,6) adalah tiga kali lebih mungkin untuk terjadinya
osteoartritis lutut dengan usia 65 tahun dibanding mereka yang memiliki IMT
15,6-22,8.23
Berat badan lebih berhubungan dengan meningkatnya risiko timbulnya
osteoartritis baik pada wanita maupun pria. Kegemukan tidak hanya berkaitan
dengan osteoartritis pada sendi yang menanggung beban, tapi juga dengan
osteoartritis sendi lain (tangan atas sternoklavikula). Selain faktor mekanis yang
berperan (karena meningkatnya beban mekanis), diduga terdapat faktor lain
(metabolik) yang berperan pada timbulnya kaitan tersebut. Peran faktor
metabolik dan hormonal berhubungan erat antara osteoartritis dan kegemukan
yang disokong oleh adanya kaitan antara osteoartritis dengan penyakit jantung
koroner, diabetes mellitus dan hipertensi.
5. Gambaran Klinis
1. Nyeri Sendi
Nyeri sendi merupakan keluhan utama yang sering dirasakan penderita
ketika berkunjung ke dokter, meskipun sebelumnya perrnah mengalami kaku
sendi dan deformitas. Nyeri ini akan bertambah berat saat melakukan gerakan
dan akan berkurang bila penderita istirahat.
2. Kaku Sendi
Kaku sendi pada osteoartritis dapat terjadi setelah imobilitas, seperti
duduk dalam waktu cukup lama atau bahkan setelah bangun tidur dan
berlangsung kurang dari 30 menit.
3. Hambatan Gerak Sendi
Hambatan gerak pada osteoartritis disebabkan oleh nyeri, inflamasi,
fleksi menetap, kelainan sendi atau deformitas. Hambatan gerak tergantung
pada lokasi dan beratnya kelainan sendi yang terkena.
4. Krepitus
Rasa gemeretak saat sendi yang sakit digerakkan. Krepitus kasar dan
jelas terdengar mempunyai nilai diagnostik bermakna.
5. Pembengkakan Sendi
Pembengkakan sendi dapat terjadi karena efusi pada sendi yang
biasanya tak banyak (< 100 cc).1 Deformitas dapat terlihat pada sendi yang
terkena yang disebabkan terbentuknya osteofit. Tanda-tanda adanya peradangan
pada sendi (nyeri tekan, gangguan gerak, rasa hangat yang merata dan warna
kemerahan) mungkin dijumpai pada osteoartritis karena adanya sinovitis.
6. Perubahan Gaya Berjalan
Gangguan berjalan dan gangguan fungsi sendi yang lain merupakan
ancaman yang besar untuk kemandirian penderita usia lanjut.
6. Diagnosis
Diagnosis osteoartritis lutut ditegakkan berdasarkan gabungan dari gejala
klinik dan gambaran radiologi.

7. Penatalaksanaan dan Progresivitas


Ada 3 (tiga) modalitas penatalaksanaan pada osteoarthritis
A. Non Farmakologis
1. Edukasi (perawatan sendiri, konsep nyeri)
2. Exercise, penguatan otot, perbaikan lebar jangkauan gerakan
3. Memodifikasi faktor risiko : penurunan berat badan, alas kaki yang sesuai,
pengaturan kegiatan, tongkat, alat-alat pembantu, spin
4. Terapi fisik dan rehabilitasi : panas, dingin, rangsangan elektrik
B. Farmakologis
1. Topikal : gel OAINS, capsaicin
2. Injeksi lokal : Kortikosteroid, Hyaluronan
3.Obat-obat per oral : Analgesik, OAINS, antidepresan, dan disease modifying
osteoartritis
C. Operatif
1. Intervensi fisik invasif : bilas atroskopi, irigasi
2. Artroplasti : Osteotomi, penggantian sendi
Osteoartritis dapat dipantau progresivitas dan outcome dengan 3 (tiga) cara
utama, yaitu :
1. Pengukuran nyeri sendi dan disabilitas pada pasien : misalnya dengan
menggunakan nilai algofungsional dari WOMAC, indeks beratnya sendi lutut
dan panggul (Indeks Lequesne).
2. Pengukuran perubahan struktural (anatomi) pada sendi yang terserang,
misalnya radiografi polos, MRI, atroskopi dan ultrasound frekuensi tinggi.
3. Pengukuran frekuensi penyakit yang dinyatakan dengan perubahan
metabolisme atau perubahan kemampuan fungsional dari rawan sendi
artrikuler, tulang subkondral atau jaringan sendi lainnya : misalnya marker
rawan sendi dalam cairan tubuh, skintigrafi tulang, pengukuran resistensi
terhadap kompresi pada rawan sendi dengan mengukur kemampuan identasi
atau penyebaran.

8. Pencegahan
Osteoartritis dapat dicegah dengan beberapa langkah, antara lain :
1. Menghindari setiap faktor risiko, misal mencegah obesitas
2. Istirahat atau proteksi terhadap sendi yang terkena
3. Olah raga yang tepat untuk membantu mempertahankan kesehatan tulang rawan,
meningkatkan daya gerak sendi dan kekuatan otot-otot disekitarnya sehingga otot
dapat menyerap benturan dengan lebih baik
4. Menjaga berat badan agar senantiasa dalam kondisi seimbang
5. Menjaga pola makan dan minum (diet) agar selalu baik dan seimbang sehingga
pertumbuhan sendi dan tulang rawan sempurna dan normal
6. Berdiri, berjalan, mengangkat barang harus pada posisi yang benar
7. Senantiasa berhati-hati agar terhindar dari berbagai kecelakaan yang
mengakibatkan sendi rusak
8. Dianjurkan menggunakan kursi dengan sandaran keras, kasur yang tidak terlalu
lembek dan tempat tidur yang dialas dengan papan
9. Menekan lembut dengan hati-hati pada bagian yang bengkak dan kaku sambil
memberi terapi pemanasan sederhana dengan minyak oles atau krim balsem
10. Untuk nyeri pada jari tangan, dianjurkan merendam tangan dalam campuran
parafin panas dengan minyak mineral pada suhu 45-520C atau mandi dengan air
hangat.
DAFTAR PUSTAKA

1. Soeroso S, Isbagio H, Kalim H, Broto R, Pramudiyo R. Osteoartritis. In: Sudoyo AW,


Setiyohadi B, Alwi I, Simadibrata M, Setiati S, editors. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid
II Edisi IV. Jakarta:Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia;2006.p.1195-1201.

2. Isbagio H, Setiyohadi B. Masalah dan Penanganan Osteoartritis Sendi Lutut. Cermin dunia
Kedokteran 1995 Okt;104:8-10.

3. Suseno A. Pengukuran BMI (Body Mass Index) Sebagai Indikator Obesitas Dalam
Hubungannya Dengan Kejadian Osteoartritis [serial online] 2008 Juli [cited 2011 Ags 23].
Available from: URL: HIPERLINK http://agussuseno.blogspot.com/.

4. Wachjudi RG, Dewi S, Hamijaya L, Pramudiyo R, editors. Diagnosis dan Terapi Penyakit
Reumatik. Jakarta:CV. Sagung Seto;2006.

5. Dorland WAN. Kamus Kedokteran Dorland Edisi 29. Jakarta:EGC;2002.

6. Arthritis Resesarch UK. Osteoarthritis [serial online] 2011 April [cited 2011 Jun
21];11(1):[36screen]. Available from: URL: HIPERLINK
http://www.arthritisresearchuk.org/arthritis_information/arthritis_types__symptoms/osteoarth
ritis.aspx.

7. Sumariyono, Wijaya LK. Struktur Sendi, Otot, Saraf dan Endotel Vaskuler. In: Sudoyo AW,
Setiyohadi B, Alwi I, Simadibrata M, Setiati S, editors. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid
II Edisi IV. Jakarta:Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia;2006.p.1085.

Anda mungkin juga menyukai