PENDAHULUAN
1
Akibatnya fungsi otak berhenti dan terjadi penurunan fungsi otak. Secara
sederhana stroke didefinisikan sebagai penyakit otak akibat terhentinya suplai
darah ke otak karena sumbatan atau perdarahan dengan gejala lumpuh sesaat, atau
gejala berat sampai hilangnya kesadaran, dan kematian.
Kenyataannya masih banyak pasien yang datang ke rumah sakit dalam
keadaan kesadaran yang menurun (koma).Keadaan yang seperti ini memerlukan
penanganan dan perawatan yang bersifat umum, khusus, rehabilitasi, serta
rencana pemulangan pasien. Mengetahui keadaan tersebut, maka peran perawat
bekerja sama dengan tim kesehatan lain sangat dibutuhkan baik masa akut
maupun sesudahnya. Usaha yang dilakukan mencakup pelayanan kesehatan
secara menyeluruh, mulai dari promotif, preventif, kuratif, sampai dengan
rehabilitasi.Berdasarkan uraian diatas penulis tertarik untuk menjadikan penyakit
stroke sebagai laporan studi kasus, agar penulis lebih memahami bagaimana
proses keperawatan yang dilakukan pada pasien dengan penyakit stroke.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas rumusan masalah pada kasus stroke
hemoragik yakini sebagai berikut: Bagaimana asuhan keperawatan pada Ny. A
dengan diagnosa medis stroke hemoragikdi ruang IGD RSUD dr. Doris Sylvanus
Palangka Raya?
1.3 Tujuan Penulisan
Tujuan penyusunan dan penulisan laporan studi kasus dapat dibagimenjadi
tujuan umum dan tujuan khusus.
1.3.1 Tujuan Umum
Tujuan umum penyusunan dan penulisan studi kasus ini adalah
agarpenulis mampu menggambarkan asuhan keperawatan secara komprehensif
yang meliputi bio, psiko, sosial dan spiritual pada pasien dengan stroke
hemoragik dengan menggunakan proses keperawatan.
1.3.2 Tujuan Khusus
1) Melakukan pengkajian status kesehatan pada Ny. A dengan masalah stroke
hemoragik.
2) Menegakkan diagnosa keperawatan yang mungkin muncul pada Ny. A dengan
masalah stroke hemoragik.
3) Membuat intervensi keperawatan sesuai dengan diagnosa yang muncul pada
Ny. A dengan stroke hemoragik.
4) Membuat implementasi keperawatan sesuai dengan intervensi yang dibuat
pada Ny. A dengan stroke hemoragik.
5) Membuat evaluasi asuhan keperawatan pada Ny. A dengan stroke hemoragik.
1.4 Manfaat Penulisan
1.4.1 Teoritis
Menambah pengetahuan dan keterampilan bagi mahasiswa dalam
memberikan asuhan keperawatan pada pasien dengan stroke hemoragik.
1.4.2 Praktis
1) Ilmu Pengetahuan
Mengembangkan ilmu pengetahuan terbaru khususnya dalam bidang
keperawatan serta dapat diaplikasikan dalam asuhan keperawatan.
2) Institusi Rumah Sakit
Memberikan informasi tentang penyakit stroke hemoragik dari penyebab,
tanda dan gejala, serta perencanaan dan penatalaksaan asuhan keperawatan.
3) Bagi Institusi Pendidikan
Sebagai persyaratan untuk mengikuti Ujian Akhir Periode (UAP) di
pendidikan dan untuk menambah referensi bagi pendidikan.
4) Mahasiswa
Menambah wawasan dan pengetahuan bagi semua mahasiswa tentang asuhan
keperawatan pada pasien dengan stroke hemoragik dan untuk memenuhi tugas
akhir semester yang diberikan oleh pendidikan.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.2 Etiologi
Secara umum penyebab stroke Menurut Tarwoto (2007) sebagai berikut:
1) Trombosis, terjadi penyempitan pembuluh darah otak akibat timbunan bekuan
darah (bekuan cairan dalam pembuluh darah otak).
2) Emboli, akibat penyumbatan pembuluh darah otak.
3) Hypoperfusi global
4) Perdarahan subarachnoid
5) Perdarahan intraserebral
Beberapa keadaan dibawah ini yang menyebabkan stroke menurut Fransisca
Baticaca (2008) dalam buku yang berjudul Asuhan Keperawatan Klien Dengan
Gangguan Sistem Persarafan adalah sebagai berikut:
1) Kekurangan suplai oksigen yang menuju otak.
2) Pecahnya pembuluh darah di otak karena kelumpuhan pembuluh darah otak.
3) Adanya sumbatan bekuan darah di otak.
2.1.4 Patofisiologi
Infark serebral adalah berkurangnya suplai darah ke area tertentu di otak(Mutaqin,
Arif. Pengantar Asuhan Keperawatan Klien Dengan Gangguan Sistem
Persarafan. 2008).Luasnya infark bergantung pada faktor-faktor seperti lokasi
dan besarnya pembuluh darah dan adekuatnya sirkulasi kolateral terhadap area
yang disuplai oleh pembuluh darah yang tersumbat.Suplai darah ke otak dapat
berubah (makin lambat atau cepat) pada gangguan lokal (thrombus, emboli,
perdarahan, dan spasme vaskular) atau karena gangguan umum (hipoksia karena
gangguan paru dan jantung).Aterosklerosis sering sebagai faktor penyebab infark
padaotak.Thrombus dapat berasal dari aterosklerotik, atau darah dapat beku pada
area yang stenosis, tempat aliran darah mengalami perlambatan atau terjadi
turbulensi.
Thrombus dapat pecah dari dinding pembuluh darah terbawa sebagai emboli
dalam aliran darah.Thrombus mengakibatkan iskemia jaringan otak yang disuplai
oleh pembuluh darah yang bersangkutan dan edema dan kongesti di sekitar
area.Area edema ini menyebabkan disfungsi yang lebih besar daripada area infark
itu sendiri. Edema dapat berkurang dalam beberapa jam atau kadang-kadang
sesudah beberapa hari. Dengan berkurangnya edema pasien mulai menunjukan
perbaikan.Oleh karena thrombosis biasanya tidak fatal, jika tidak terjadi
perdarahan massif.Oklusi pada pembuluh darah serebral oleh embolus
menyebabkan edema dan nekrosis di ikuti trombosis. Jika terjadi septik infeksi
akan meluas pada dinding pembuluh darah maka akan terjadi abses atau
ensefalitis, atau jika sisa infeksi berada pada pembuluh darah yang tersumbat
menyebabkan dilatasi aneurisma pembuluh darah. Hal ini akan menyebabkan
perdarahan serebral, jika aneurisma pecah atau ruptur.
Perdarahan pada otak disebabkan oleh rupturarteriosklerotik dan hipertensi
pembuluh darah. Perdarahan intraserebral yang sangat luas akan lebih sering
menyebabkan kematian dibandingkan keseluruhan penyakit serebrovaskular,
karena perdarahan yang luas terjadi destruksi masa otak, peningkatan tekanan
intrakranial dan yang lebih berat dapat menyebabkan herniasi otak pada falk
serebri atau lewat foramen magnum.Kematian dapat disebabkan kematian
kompresi batang otak, hemisfer otak, dan perdarahan batang otak sekunder atau
ekstensi perdarahan ke batang otak. Perembesan darah ke ventrikel otak terjadi
pada sepertiga kasus perdarahan otak di nukleus kaudatus, thalamus, dan pons.
Jika sirkulasi serebral terhambat, dapat berkembang anoksia
serebral.Perubahan yang disebabkan oleh anoksia serebral dapat reversibel untuk
waktu 4-6 menit.Perubahan ireversibel jika anoksia lebih dari 10 menit.Anoksia
serebral dapat terjadi oleh karena gangguan yang bervariasi salah satunya henti
jantung.Selain kerusakan parenkim otak, akibat volume perdarahan yang relatif
banyak akan mengakibatkan peningkatan tekanan intrakranial dan penurunan
tekanan perfusi otak serta gangguan drainase otak.
Bagan 2.1 PathwayStroke Hemoragik
Trombosis serebral Penyumbatan pembuluh darah otak oleh bekuan Pendarahan intraserebral
darah, lemak, dan udara
Perembesan darah ke
Pembuluh darah oklusi Emboli serebral dalam parenkim otak
Iskemik jaringaan otak
Strok Penekanan jaringan otak
Edema dan kongesti (cerebrovascular accident)
jaringan sekitar Infark otak, edema
dan herniasi otak
Defisit Neorologis
Kerusakan Kerusakan
mobilitas fisik komunikasi verbal
2.2.3 Intervensi
Perencanaan keperawatan adalah pendeskripsian utuh perilaku spesifik yang
di harapkan dari pasien atau tindakan yang harus dilakukan oleh perawat.Sesuai
dengan diagnosa keperawatan yang diangkat dalam kasus Stroke Hemoragik
maka intervensi keperawatan meliputi:
2.2.3.1 Diagnosa 1: Gangguan perfusi jaringan serebral berhubungan dengan
peningkatan tekanan intrakranial (TIK).
Tujuan: Dalam waktu 3x24 jam tidak terjadi peningkatan TIK pada pasien.
Kriteria Hasil: Pasien tidak gelisah, pasien tampak nyaman, nilai GCS : 4, 5, 6
Intervensi:
1) Kaji faktor penyebab dari situasi/keadaan individu/penyebab koma/
penurunan perfusi jaringan dan penyebab peningkatan TIK.
Rasional: Deteksi dini untuk memprioritaskan intervensi
2) Monitor tanda-tanda vital setiap 4 jam
Suatu keadaan normal bila sirkulasi serebral terpelihara dengan baik
3) Evaluasi pupil
Reaksi pupil dan pergerakan kembali bola mata merupakan tanda dari
gangguan nervus/saraf jika batang otak terkoyak.
4) Monitor temperatur dan pengaturan suhu lingkungan.
Panas merupakan reflek dari hipotalamus. Peningkatan kebutuhan oksigen
akan menunjang peningkatan TIK.
5) Kurangi rangsangan ekstra dan berikan rasa nyaman seperti masase punggung,
lingkungan yang tenang, sentuhan yang ramah dan suasana/pembicaraan yang
tidak gaduh.
Memberikan suasana yang tegang dapat mengurangi respons psikologis dan
memberikan istirahat untuk mempertahankan TIK yang rendah.
6) Kaji peningkatan istirahat dan tingkah laku pada pagi hari.
Tingkah nonverbal ini dapat merupakan indikasi peningkatan TIK atau
memberikan reflek nyeri di mana pasien tidak mampu mengungkapkan
keluhan secara verbal, nyeri yang tidak menurun dapat meningkatkan TIK.
7) Observasi tingkat kesadaran GCS.
Prubahan kesadaran menunjukkan peningkatan TIK dan berguna menentukan
lokasi perkembangan penyakit.
1) Kaji mobilitas yang ada dan observasi terhadap peningkatan kerusakan. Kaji
secara teratur fungsi motorik.
Rasional: Mengetahui tingkat kemampuan pasien dalam melakukan aktivitas
2) Ubah posisi pasien tiap 2 jam.
Menurunkan risiko terjadinya iskemia jaringan akibat sirkulasi darah yang jelek
pada daerah yang tertekan.
3) Ajarkan pasien untuk melakukan latihan gerakan aktif pada ekstremitas yang
tidak sakit.
Gerakan aktif memberikan massa, tonus dan kekuatan otot, serta memperbaiki
fungsi jantung dan pernapasan
4) Lakukan gerakan pasif pada ekstremitas yang sakit.
Otot volunter akan kehilangan tonus dan kekuatannya bila tidak dilatih untuk
digerakan.
5) Bantu pasien melakukan latihan ROM, perawatan diri sesuai toleransi.
Untuk memelihara fleksibilitas sesuai kemampuan
6) Bantu pasien dalam memenuhi ADL seperti bantu pasien mandi, mengganti
pakaian, menyisir rambut, mengganti pengalas tempat tidur.
Memandikan pasien merupakan salah satu cara memperkecil infeksi
nasokomial. Agar terlihat rapi.Menyisir rambut merupakan bentuk
fisioterapi.Merupakan salah satu kebutuhan fisiologis manusia.
7) Kolaborasi dengan ahli fisioterapi untuk latihan fisik pasien..
Peningkatan kemampuan dalam mobilitasi ekstremitas dapat ditingkatkan
dengan latihan fisik dari tim fisioterapi.
2.2.5 Evaluasi
Evaluasi di maksudkan untuk pencapaian tujuan dalam asuhan keperawatan
yang telah di lakukan pasien. Evaluasi merupakan langkah terakhir dari proses
keparawatan dan berasal dari hasil yang ditetapkan dalam rencana keperawatan.
Hasil yang diharapkan setelah dilakukan implementasi keperawatan
meliputi:
1) Pasien tidak terjadi peningkatan TIK.
(1) Pasien tidak gelisah,
(2) pasien tampak nyaman,
(3) nilai GCS normal dengan total nilai 15 yaitu kesadaran penuh
(4) TTV dalam batas normal.
2) Pasien mampu melaksanakan aktivitas fisik sesuai dengan kemampuannya.
Meningkatnya kekuatan
3) Kebutuhan nutrisi pasien terpenuhi
(1) Turgor baik,
(2) Asupan dapat masuk sesuai kebutuhan
(3) Terdapat kemampuan menelan..
4) Memperlihatkan tidak adanya defisit perawatan diri.
(1) Menunjukkan perubahan gaya hidup untuk kebutuhan merawat diri.
(2) Pasien mampu melakukan aktivitas perawatan diri sesuai dengan tingkat
kemampuan.
5) Mendemonstrasikan integritas kulit adekuat
(1) Pasien mampu berpartisispasi terhadap pencegahan luka
(2) Pasien mengetahui penyebab dan cara pencegahan luka.
(3) Tidak ada tanda-tanda kemerahan atau luka.
6) Pasien mampu meningkatkan dan mempertahankan keefektifan jalan napas
agar tetap bersih dan mencegah aspirasi.
(1) Bunyi napas terdengar bersih,
(2) Ronkhi tidak terdengar,
(3) Menunjukan batuk yang efektif.
7) Pemenuhan eliminasi alvi terpenuhi
(1) Pasien dapat defekasi secara spontan dan lancer tanpa menggunakan obat,
(2) Konsistensi feses lembek berbentuk
(3) Bising usus normal.
DAFTAR PUSTAKA