Makalah Geo Ips 2
Makalah Geo Ips 2
PERTANIAN INDONESIA
Disusun oleh:
Ahmad Rafli H
Meazza Ratry A
Mia Safitri
Nahdi Ramadhan
Putri Zahra K
Jl. H. Jaelani III No.89, Petukangan Utara, Pesanggrahan, Jakarta selatan, DKI
Jakarta, 12260
2018/2019
KATA PENGANTAR
Puji serta syukur marilah kita panjatkan kepada kehadirat Allah SWT. yang telah
memberikan begitu banyak nikmat yang mana makhluk-Nya pun tidak akan menyadari
begitu banyak nikmat yang telah didapatkan dari Allah SWT. Selain itu, penulis juga merasa
sangat bersyukur karena telah mendapatkan hidayah-Nya baik iman maupun islam.
Dengan nikmat dan hidayah-Nya pula kami dapat menyelesaikan penulisan makalah
yang berjudul “Dampak Perubahan Iklim terhadap Pertanian Indonesia” yang merupakan
tugas mata pelajaran Geografi. Penulis sampaikan terimakasih sebesar-besarnya kepada Guru
mata pelajaran Geografi, Dwiana Puji R, S.Pd . dan semua pihak yang turut membantu proses
penyusunan makalah ini.
Demikian semoga makalah ini memberikan manfaat umumnya pada para pembaca dan
khususnya bagi penulis sendiri. Aamiin.
Penulis
Kelompok 5
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..........................................................................................i
DAFTAR ISI........................................................................................................ii
BAB I. PENDAHULUAN
3.1 Kesimpulan......................................................................................14
3.2 Saran...............................................................................................14
DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................15
ii
BAB I
PENDAHULUAN
Perubahan iklim global disebabkan antara lain oleh peningkatan emisi Gas Rumah
Kaca (GRK) akibat berbagai aktivitas yang mendorong peningkatan suhu bumi. Mengingat
iklim adalah unsur utama dalam sistem metabolisme dan fisiologi tanaman, maka perubahan
iklim global akan berdampak buruk terhadap keberlanjutan pembangunan pertanian.
1.3 Tujuan
Berdasarkan latar belakang masalah dan latar belakang yang dikemukakan diatas,
maka secara umum penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apa saja yang mempengaruhi
perubahan iklim, bagaimana keadaan iklim di Indonesia. kemudian dapat mengetahui dampak
1
apa saja yang terjadi pada pertanian karena perubahan iklim. Dan mengetahui cara
mengantisipasi perubahan iklim.
1.4 Manfaat
Berdasarkan tujuan diatas maka diharapkan penelitian ini berguna untuk :
1. Sebagai bhan informasi yang penting bagi pemerintah dalam pengambilan keputusan
untuk pengembangan usaha tani padi sebagai antisipasi dan adaptasi terhadap
perubahan iklim, serta pengambilan kebijakamn dalam bidsng ketahanan pangan yang
berkaitan dengan perubahan iklim di Indonesia.
2. Bagi para peneliti lainnya dapat digunakan sebagai bahan informasi untuk
melakukan penelitian lebih lanjut.
2
BAB II
PEMBAHASAN
a. Suhu udara
Karena posisi Indonesia terletak pada lintang yang rendah, maka Indonesia memiliki
suhu rata –rata tahunan yang tinggi yaitu kurang lebih 26oc. suhu udara di pengaruhi oleh
iklim karena suhu yang tinggi akan mengakibatkan banyak penguapan apalagi dilihat dari
letak geografis Indonesia, memungkinkan adanya penguapan yang besar, oleh karena itu pada
musim kemarau kadang – kadang juga masih banyak hujan. Dengan demikian tidak ada batas
yang jelas antara musim kemarau dan musim penghujan.
b. Kelembaban udara
Kelembaban udara ialah keadaan fisik atmosfer dalam hubungannya dengan uap air.
Dalam kaitannya dengan air yang selalu terdapat dalam atmosfer, berupa uap(gas), butir-butir
air atau es yang melayang-layang(awan, kabut). Jumlahnhya sekitar 2% dari massa seluruh
atmosfer. Tetapi jumlah ini tidak tetap dan berkisar antara hampir 0%-5%. Sebagai Negara
kepulauan yang memiliki laut yang luas, iklim tropis dan suhu yang tinggi , maka penguapan
di Indonesia sangat banyak sehingga kelembaban udara selalu tinggi.
c. Curah hujan
Sebagai Negara kepulauan yang memiliki laut yang luas, iklim tropis dan suhu yang
tinggi , maka penguapan di Indonesia sangat banyak sehingga kelembaban udara selalu
tinggi. Kelembaban udara yang tinggi inilah yang akan menyebabkan curah hujan yang tinggi
pula. Meskipun demikian, banyaknya curah hujan di Indonesia juga dipengaruhi oleh
beberapa factor. Diantaranya yaitu :
Rata – rata curah hujan di Indonesia tergolong tinggi, yaitu lebih dari 2000 mm/tahun. Daerah
yang paling tinggi curah hujannya yaitu daerah baturaden di lereng gunung slamet dengan
rata – rata curah hujan kurang lebih 589 mm/bulan. Daerah yang paling kering adalah daerah
palu, Sulawesi tengah dengan curah hujan rata-rata kurang lebih 45,.5 mm/bulan.
3
di kendalikan. Oleh karena itu dalam usaha pertanian, pada umumnya cara – cara bertani
disesuaikan dengan kondisi iklim setempat.
Kondisi ini berbeda dengan daerah lintang sedang yang suhunya berbeda sangat jauh
antara musim dingin dan musim panas. Suhu pada musim dingin dapat mencapai sekitar -20
C atau lebih, sedangkan pada saat musim panas dapat mencapai sekitar 40 C atau lebih. Ciri
daerah tropis lainnya adalah lama siang dan lama malam hampir sama yaitu sekitar 12 jam
siang dan 12 jam malam.
Secara umum, keadaan iklim di daerah Indonesia dipengaruhi oleh tiga jenis iklim, yaitu
iklim musim, iklim laut, dan iklim panas.
Iklim musim, dipengaruhi oleh angin musim yang berubah-ubah setiap periode waktu
tertentu. Biasanya satu periode perubahan adalah enam bulan
Iklim laut, terjadi karena Indonesia memiliki wilayah laut yang luas sehingga banyak
menimbulkan penguapan dan akhirnya mengakibatkanterjadinya hujan.
Iklim panas, terjadi karena Indonesia berada di daerah tropis. Suhu yang tinggi
mengakibatkan penguapan yang tinggi dan berpotensi untuk terjadinya hujan.
Ketiga jenis iklim tersebut berdampak pada tingginya curah hujan di daerah Indonesia.
Curah hujan di daerah Indonesia bervariasi antarwilayah, tetapi umumnya sekitar 2.500
mm/tahun. Walaupun angka curah hujan bervariasi antarwilyah di daerah Indonesia, tetapi
pada umumnya curah hujan tergolong besar. Kondisi curah hujan yang besar ditunjang
dengan penyinaran matahari yang cukup membuat Indonesia sangat cocok untuk kegiatan
pertanian sehingga mampu memenuhi kebutuhan penduduk pangan.
Gas CO2 merupakan sumber karbon utama bagi pertumbuhan tanaman. Konsentrasi
CO2 di atmosfir saat ini belum optimal, sehingga penambahan CO2 kepada tanaman di dalam
industri pertanian di dalam rumah kaca merupakan kegiatan normal untuk meningkatkan
pertumbuhan tanaman seperti tomat, selada, timun dan bunga potong.
Pengaruh fisiologis utama dari kenaikan CO2 adalah meningkatnya laju assimilasi (laju
pengikatan CO2 untuk membentuk karbohidrat,fotosintesis) di dalam daun. Efisiensi
4
penggunaan faktor-faktor pertumbuhan lainnya (seperti radiasi matahari, air dan nutrisi) juga
akan ikut meningkat.
Selain pengaruh positif terhadap proses fotosintesis, kenaikan CO2 juga akan
mempunyai pengaruh positif terhadap penggunaan air oleh tanaman. Stomata mempunyai
fungsi sebagai pintu gerbang masuknya CO2 dan keluarnya uap air ke/dari daun. Besar
kecilnya pembukaan stomata merupakan regulasi terpenting yang dilakukan oleh tanaman,
dimana tanaman berusaha memasukkan CO2 sebanyak mungkin tetapi dengan mengeluarkan
H2O sesedikit mungkin, untuk mencapai effisiensi pertumbuhan yang tinggi. Jika CO2 di
atmosfir meningkat, tanaman tidak membutuhkan pembukaan stomata maksimum untuk
mencapai konsentrasi CO2 optimum di dalam daun, sehingga laju pengeluaran H2O dapat
dikurangi. Dengan kondisi tersebut maka laju pembentukan biomassa akan meningkat.
Efek langsung dari meningkatnya CO2, berdampak positif terhadap pertumbuhan dan
perkembangan tanaman, sebagaimana dijelaskan diatas. Akan tetapi dampak pengikutan
berupa peningkatan suhu dan perubahan siklus hidrologi menyebabkan pengaruh positif dari
kenaikan CO2 menjadi berkurang atau terhambat sama sekali.
2. Naiknya Suhu Udara yang Juga Berdampak Terhadap Unsur Iklim Lain.
Dampak peningkatan suhu terhadap tanaman pangan menurut Las (2007) adalah
terjadinya peningkatan transpirasi yang menurunkan produktivitas, peningkatan konsumsi
air, percepatan pematangan buah/biji yang menurunkan mutu hasil, dan perkembangan
beberapa organisme pengganggu tanaman. Bahkan dirjen IRRI (International Rice
Researh Institute) menyatakan bahwa dengan peningkatan suhu udara rata-rata 1°C dapat
menurunkan produktivitas beras dunia sekitar 5-10 %
5
Peningkatan temperatur dapat menyebabkan penurunan produksi pada berbagai jenis
tanaman pangan. Pada tanaman padi, fase pembentukan malai sangat sensitif terhadap
temperatur tinggi. Selama tahap ini, stress akibat panas sangat memungkinkan untuk
terjadinya sterilitas floret, menurunnya kesuburan dan kehilangan hasil. Hal ini terutama
disebabkan oleh menurunnya aktifitas serta perkecambahan polen, terbatasnya pertumbuhan
tabung polen, rendahnya daya dehiscence polen dan penyerbukan yang tidak sempurna.
Di samping itu temperatur juga secara langsung berperan terhadap perkembangan biji
seperti pengisian biji dan laju produksi bahan kering pada biji. Temperatur tinggi dapat
menghambat perkembangan biji pada padi dan gandum.
Peningkatan temperatur selama kemasakan juga dapat menyebabkan penurunan kualitas biji
terutama yang diakibatkan oleh terhambatnya akumulasi cadangan makanan pada biji.
Munculnya bagian “putih buram” yang biasanya di dapatkan pada bagian gabah yang kurang
sempurna pada musim panas diperkirakan mempunyai hubungan yang erat dengan sistem
transfer dan transportasi cadangan makanan selama pembentukan biji. Bagian putih buram ini
adalah bagian dari kerusakan yang disebabkan oleh temperatur tinggi selama kemasakan.
Perubahan siklus hidrologi terutama ditunjukkan oleh periode La-Nina dan El-Nino
yang semakin sering. La-Nina merupakan fenomena alam yang ditandai dengan kondisi suhu
muka laut di perairan Samudra Pasifik ekuator berada di bawah nilai normalnya (dingin),
sementara kondisi suhu muka laut di perairan Benua Maritim Indonesia berada di atas nilai
normalnya (hangat). Kondisi suhu muka laut di samudra pasifik yang dingin menimbulkan
tekanan udara tinggi, sementara kondisi hangat perairan Indonesia yang berada di sebelah
barat pasifik menimbulkan tekanan udara rendah. Kondisi ini menyebabkan mengalirnya
massa udara dari pasifik ke wilayah Indonesia. Aliran tersebut mendorong terjadinya
konvergensi massa udara yang kaya uap air. Akibatnya semakin banyak awan yang
terkonsentrasi dan menyebabkan turunnya hujan yang lebih banyak di daerah tersebut (lebih
dari 40 mm/bulan di atas rata-rata normalnya). Kebalikan dari La-Nina adalah El-Nino ketika
suhu permukaan laut di Samudra Pasifik menghangat dan menyebabkan terjadinya musim
kemarau yang kering dan panjang di Indonesia. Penurunan curah hujan pada saat El-Nino
dapat mencapai 80 mm/bulan.
6
tersebut mengakibatkan penurunan produksi atau kehilangan hasil pada tahun 1991
diperkirakan mencapai 1,455 juta ton GKG atau setara dengan 0,873 juta ton beras,
sedangkan pada tahun 1994 dan 1997 menyebabkan kehilangan hasil 640 ton GKG.
Dampaknya naiknya permukaan air laut di sektor pertanian terutama dalah pencuitan
lahan pertanian di pesisir pantai, kerusakan infrastuktutur pertanian dan peningkatan stabilitas
yang merusak tanaman. Selain akan menciutkan luas lahan pertanian akibat terendam air laut,
peningkatan permukaan air laut juga akan meningkatkan salinitas (kegaraman) tanah sekitar
pantai. Salinitas pada tanah bersifat racun bagi tanaman sehingga mengganggu fisiologis dan
fisik pada tanaman, kecuali tumbuhan laut dan pantai atau varietas adaptif. Salinitas pada
padi sangat erat kaitannya dengan keracunan logam berat, terutama Fe dan Al. Indonesia
sebagai negara kepulauan mempunyai garis dan hamparan pantai yang sangat panjang,
sehingga penciutan lahan pertanian akibat peningkatan permukaan air laut menjadi sangat
luas.
Pengaruh garam terlarut terhadap tanaman adalah melalui osmotik karena konsentrasi
garam yang tinggi menyulitkan tanaman menyerab air. Akar tanaman memiliki membran
semi permeabel yang melalukan air tapi tidak dapat melewatkan hampir semua garam
terlarut. Jadi air secara osmotik semakin sulit diperoleh tanaman dengan semakin
7
meningkatnya kadar garam larutan tanah. Tanaman yang tumbuh pada media salin pada
tingkat tertentu dapat meningkatkan kosentrasi osmotik internalnya melalui produksi asam-
asam organik atau peningkatan serapan garam. Proses ini disebut sebagai penyesuaian
osmotik (osmotic adjusment). Pengaruh salinitas terhadap tanaman nampaknya berupa
perubahan energi dari proses pertumbuhan menjadi untuk mempertahankan perbedaan
osmotik. Salah satu proses pertama adalah deversi energi pertumbuhan untuk perpanjangan
sel. Jadi, untuk dapat mempertahankan perbedaan osmotik, sel jaringan daun membelah tetapi
tidak menyebabkan pemanjangan. Gejala terjadinya pertambahan jumlah sel tapi tidak diikuti
dengan perpanjangan sel dikarenakan adanya stres osmotik ini adalah terjadinya warna daun
yang menjadi hijau gelap .
Strategi antisipasi ditujukan untuk menyiapkan strategi mitigasi dan adaptasi berdasarkan
kajian dampak perubahan iklim terhadap
sumberdaya pertanian seperti pola curah hujan dan musim (aspek klimatologis),
sistem hidrologi dan sumberdaya air (aspek hidrologis), keragaan dan penciutan luas
lahan pertanian di sekitar pantai
infrastruktur/sarana dan prasarana pertanian, terutama sistem irigasi, dan waduk
sistem usahatani dan agribisnis, pola tanam, produktivitas, pergeseran jenis dan
varietas dominan, produksi
aspek sosial-ekonomi dan budaya.
Berdasarkan kajian tersebut ditetapkan strategi yang harus ditempuh dalam upaya:
Strategi mitigasi. Walaupun tidak sepenuhnya benar, sebagai emitor terbesar oksigen (O2)
dari hutan dan areal pertaniannya, Indonesia juga dituding sebagai negara terbesar ketiga
dalam mengemisi GRK, terutama dari sistem pertanian lahan sawah dan rawa, kebakaran
hutan/lahan, emisi dari lahan gambut. Oleh sebab itu, Indonesia dituntut untuk senantiasa
berupaya mengurangi (mitigasi) GRK antara lain melalui;
8
CDM (Clean Development Mechanism)
perdagangan karbon (carbon trading) melalui pengembangan teknologi budidaya yang
mampu menekan emisi GRK, dan
penerapan teknologi budidaya seperti penanaman varietas dan pengelolaan lahan dan
air dengan tingkat emisi GRK yang lebih rendah.
Strategi adaptasi adalah pengembangan berbagai upaya yang adaptif dengan situasi yang
terjadi akibat dampak perubahan iklim terhadap sumberdaya infrastruktur dan lain-lain
melalui
reinventarisasi dan redelineasi potensi dan karakterisasi sumberdaya lahan dan air.
penyesuaian dan pengembangan infrastruktur pertanian, terutama irigasi sesuai
dengan perubahan sistem hidrologi dan potensi sumberdaya air
penyesuaian sistem usahatani dan agribisnis, terutama pola tanam, jenis tanaman dan
varietas, dan sistem pengolahan tanah.
9
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
3.2 Saran
Kami sebagai penerus bangsa akan mengurangi efek rumah kaca dan penebangan hutan dan
pohon secara liar sehingga suhu di bumi dapat stabil dan berhemat dalam kebetuhan hidup
seperti makanan,listrik, air .
10
DAFTAR PUSTAKA
https://www.slideshare.net/mobile/saefullohmaslul/a1-c015034-saefulloh-maslul-pengaruh-
iklim-terhadap-pertanian-indonesia
http://makalah-laporan.blogspot.com/2017/05/makalah-dampak-perubahan-iklim.html?m=1
https://www.academia.edu/9045862/DAMPAK_PERUBAHAN_IKLIM_TERHADAP_PER
TANIAN_DI_INDONESIA_DAN
11