Anda di halaman 1dari 14

DAMPAK PERUBAHAN IKLIM TERHADAP

PERTANIAN INDONESIA

Tujuan makalah ini disusun untuk memenuhi nilai semester ganjil

Disusun oleh:

Ahmad Rafli H

Meazza Ratry A

Mia Safitri

Nahdi Ramadhan

Putri Zahra K

Jl. H. Jaelani III No.89, Petukangan Utara, Pesanggrahan, Jakarta selatan, DKI
Jakarta, 12260

2018/2019
KATA PENGANTAR
Puji serta syukur marilah kita panjatkan kepada kehadirat Allah SWT. yang telah
memberikan begitu banyak nikmat yang mana makhluk-Nya pun tidak akan menyadari
begitu banyak nikmat yang telah didapatkan dari Allah SWT. Selain itu, penulis juga merasa
sangat bersyukur karena telah mendapatkan hidayah-Nya baik iman maupun islam.

Dengan nikmat dan hidayah-Nya pula kami dapat menyelesaikan penulisan makalah
yang berjudul “Dampak Perubahan Iklim terhadap Pertanian Indonesia” yang merupakan
tugas mata pelajaran Geografi. Penulis sampaikan terimakasih sebesar-besarnya kepada Guru
mata pelajaran Geografi, Dwiana Puji R, S.Pd . dan semua pihak yang turut membantu proses
penyusunan makalah ini.

Penulis menyadari dalam makalah ini masih begitu banyak kekurangan-kekurangan


dan kesalahan-kesalahan baik dari isinya maupun struktur penulisannya, oleh karena itu
penulis sangat mengharapkan kritik dan saran positif untuk perbaikan dikemudian hari.

Demikian semoga makalah ini memberikan manfaat umumnya pada para pembaca dan
khususnya bagi penulis sendiri. Aamiin.

Jakarta, 10 Desember 2018

Penulis

Kelompok 5

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..........................................................................................i

DAFTAR ISI........................................................................................................ii

BAB I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang......................................................................................1


1.2 Rumusan Masalah.................................................................................2
1.3 Tujuan...................................................................................................2
1.4 Manfaat.................................................................................................2
1.5 Metodelogi Penulisan...........................................................................2

BAB II. PEMBAHASAN

2.1 Faktor yang Mempengaruhi Iklim........................................................3


2.2 Keadaan Iklim di Indonesia..................................................................4
2.3 Dampak Perubahan Iklim pada Pertanian............................................5
2.4 Strategi dalam Menanggulangi Iklim................................................11

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan......................................................................................14
3.2 Saran...............................................................................................14

DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................15

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Perubahan iklim global disebabkan antara lain oleh peningkatan emisi Gas Rumah
Kaca (GRK) akibat berbagai aktivitas yang mendorong peningkatan suhu bumi. Mengingat
iklim adalah unsur utama dalam sistem metabolisme dan fisiologi tanaman, maka perubahan
iklim global akan berdampak buruk terhadap keberlanjutan pembangunan pertanian.

Indonesia sebagai negara kepulauan yang terletak di daerah katulistiwa termasuk


wilayah yang sangat rentan terhadap perubahan iklim. Perubahan pola curah hujan, kenaikan
muka air laut, dan suhu udara, serta peningkatan kejadian iklim ekstrim berupa banjir dan
kekeringan merupakan beberapa dampak serius perubahan iklim yang dihadapi Indonesia.

Perubahan iklim yang telah menimbulkan beberapa bencana yang memiliki


kemungkinan untuk menjadi lebih buruk di masa mendatang. Dengan menggunakan asumsi
kenaikan suhu di Indonesia antara 0,40 - 30 C di tahun 2030 dan 0,90 - 40 C di tahun 2070,
terbukti bahwa perubahan iklim akibat memanasnya bumi secara negatif akan menurunkan
produksi pertanian dan tingkat kesejahteraan antara 2,5 - 18 persen per tahun.

Beberapa penemuan terakhir mulai memperjelas pengaruh iklim terhadap produksi


pertanian. Pengaruh pada produksi pertanian dapat disebabkan paling tidak oleh pengaruhnya
terhadap produktivitas tanaman, organisme pengganggu tanaman, dan kondisi tanah. Iklim
dan cuaca merupakan faktor penentu utama bagi pertumbuhan dan produktifitas tanaman
pangan. Produktifitas pertanian berubah-ubah secara nyata dari tahun ke tahun. Perubahan
drastis cuaca, lebih berpengaruh terhadap pertanian dibanding perubahan rata-rata. Tanaman
sangat peka terhadap perubahan cuaca yang sifatnya sementara dan drastis. Perbedaan
diproyeksikan. Makalah ini akan membahas mengenai penyebab terjadinya perubahan iklim
dan pengaruhnya terhadap pertumbuhan dan produktifitas tanaman.

1.2 Rumusan Masalah

 Apasaja faktor yang mempengaruhi iklim?


 Bagaimana keadaan iklim di Indonesia?
 Apa pengaruh iklim terhadap pertanian Indonesia
 Bagaimana strategi dalam menanggulangi iklim?

1.3 Tujuan
Berdasarkan latar belakang masalah dan latar belakang yang dikemukakan diatas,
maka secara umum penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apa saja yang mempengaruhi
perubahan iklim, bagaimana keadaan iklim di Indonesia. kemudian dapat mengetahui dampak

1
apa saja yang terjadi pada pertanian karena perubahan iklim. Dan mengetahui cara
mengantisipasi perubahan iklim.

1.4 Manfaat
Berdasarkan tujuan diatas maka diharapkan penelitian ini berguna untuk :

1. Sebagai bhan informasi yang penting bagi pemerintah dalam pengambilan keputusan
untuk pengembangan usaha tani padi sebagai antisipasi dan adaptasi terhadap
perubahan iklim, serta pengambilan kebijakamn dalam bidsng ketahanan pangan yang
berkaitan dengan perubahan iklim di Indonesia.
2. Bagi para peneliti lainnya dapat digunakan sebagai bahan informasi untuk
melakukan penelitian lebih lanjut.

1.5 Metodelogi Penulisan


Pada pembuatan makalah ini metode yang digunakan adalah mengumpulkan data dari
internet.

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Faktor yang Mempengaruhi Iklim

a. Suhu udara
Karena posisi Indonesia terletak pada lintang yang rendah, maka Indonesia memiliki
suhu rata –rata tahunan yang tinggi yaitu kurang lebih 26oc. suhu udara di pengaruhi oleh
iklim karena suhu yang tinggi akan mengakibatkan banyak penguapan apalagi dilihat dari
letak geografis Indonesia, memungkinkan adanya penguapan yang besar, oleh karena itu pada
musim kemarau kadang – kadang juga masih banyak hujan. Dengan demikian tidak ada batas
yang jelas antara musim kemarau dan musim penghujan.

b. Kelembaban udara
Kelembaban udara ialah keadaan fisik atmosfer dalam hubungannya dengan uap air.
Dalam kaitannya dengan air yang selalu terdapat dalam atmosfer, berupa uap(gas), butir-butir
air atau es yang melayang-layang(awan, kabut). Jumlahnhya sekitar 2% dari massa seluruh
atmosfer. Tetapi jumlah ini tidak tetap dan berkisar antara hampir 0%-5%. Sebagai Negara
kepulauan yang memiliki laut yang luas, iklim tropis dan suhu yang tinggi , maka penguapan
di Indonesia sangat banyak sehingga kelembaban udara selalu tinggi.

c. Curah hujan
Sebagai Negara kepulauan yang memiliki laut yang luas, iklim tropis dan suhu yang
tinggi , maka penguapan di Indonesia sangat banyak sehingga kelembaban udara selalu
tinggi. Kelembaban udara yang tinggi inilah yang akan menyebabkan curah hujan yang tinggi
pula. Meskipun demikian, banyaknya curah hujan di Indonesia juga dipengaruhi oleh
beberapa factor. Diantaranya yaitu :

- Letak daerah konvergensi antartropis


- Bentuk medan dan arah lereng medan
- Arah angin yang sejajar dengan pantai
- Jarak perjalanan angin di atas medan datar
- Posisi geografis daerahnya.

Rata – rata curah hujan di Indonesia tergolong tinggi, yaitu lebih dari 2000 mm/tahun. Daerah
yang paling tinggi curah hujannya yaitu daerah baturaden di lereng gunung slamet dengan
rata – rata curah hujan kurang lebih 589 mm/bulan. Daerah yang paling kering adalah daerah
palu, Sulawesi tengah dengan curah hujan rata-rata kurang lebih 45,.5 mm/bulan.

d. Kebutuhan pangan atau memproduksi pangan


Hal tersebut di pengaruhi iklim karena penting mengingat setiap jenis tanaman pada
berbagai tingkat pertumbuhan memerluhkan kondisi iklim yang berbeda-beda. Hasil suatu
jenis tanaman bergantung pada interaksi antara factor genetic dan factor lingkungan seperti
jenis tanah, topografi, pengelolaan, pola iklim, teknologi dan factor ekonomi. Dari factor
lingkungan, maka factor tanah telah banyak dipelajari dan difahami dibandingkan dengan
factor iklim. Dan iklim ini merupakan salah satu peubah dalam produksi pangan yang sukar

3
di kendalikan. Oleh karena itu dalam usaha pertanian, pada umumnya cara – cara bertani
disesuaikan dengan kondisi iklim setempat.

2.2 Keadaan Iklim Di Indonesia

Letak astronomis Indonesia yang berada di wilayah tropis membuat Indonesia


beriklim tropis. Ciri iklim tropis adalah suhu udara yang tinggi sepanjang tahun, dengan rata-
rata tidak kurang dari 18 C, yaitu sekitar 27 C. Di daerah tropis, tidak ada perbedaan yang
jauh atau berarti antara suhu pada musim hujan dan suhu pada musim kemarau.

Kondisi ini berbeda dengan daerah lintang sedang yang suhunya berbeda sangat jauh
antara musim dingin dan musim panas. Suhu pada musim dingin dapat mencapai sekitar -20
C atau lebih, sedangkan pada saat musim panas dapat mencapai sekitar 40 C atau lebih. Ciri
daerah tropis lainnya adalah lama siang dan lama malam hampir sama yaitu sekitar 12 jam
siang dan 12 jam malam.

Secara umum, keadaan iklim di daerah Indonesia dipengaruhi oleh tiga jenis iklim, yaitu
iklim musim, iklim laut, dan iklim panas.

 Iklim musim, dipengaruhi oleh angin musim yang berubah-ubah setiap periode waktu
tertentu. Biasanya satu periode perubahan adalah enam bulan
 Iklim laut, terjadi karena Indonesia memiliki wilayah laut yang luas sehingga banyak
menimbulkan penguapan dan akhirnya mengakibatkanterjadinya hujan.
 Iklim panas, terjadi karena Indonesia berada di daerah tropis. Suhu yang tinggi
mengakibatkan penguapan yang tinggi dan berpotensi untuk terjadinya hujan.

Ketiga jenis iklim tersebut berdampak pada tingginya curah hujan di daerah Indonesia.
Curah hujan di daerah Indonesia bervariasi antarwilayah, tetapi umumnya sekitar 2.500
mm/tahun. Walaupun angka curah hujan bervariasi antarwilyah di daerah Indonesia, tetapi
pada umumnya curah hujan tergolong besar. Kondisi curah hujan yang besar ditunjang
dengan penyinaran matahari yang cukup membuat Indonesia sangat cocok untuk kegiatan
pertanian sehingga mampu memenuhi kebutuhan penduduk pangan.

2.3 Dampak Iklim Di Indonesia


Perubahan iklim global akan mempengaruhi setidaknya tiga unsur iklim dan
komponen alam yang sangat erat kaitannya dengan pertanian, yaitu:

1. Dampak Peningkatan Konsentrasi CO2 di Atmosfer.

Gas CO2 merupakan sumber karbon utama bagi pertumbuhan tanaman. Konsentrasi
CO2 di atmosfir saat ini belum optimal, sehingga penambahan CO2 kepada tanaman di dalam
industri pertanian di dalam rumah kaca merupakan kegiatan normal untuk meningkatkan
pertumbuhan tanaman seperti tomat, selada, timun dan bunga potong.
Pengaruh fisiologis utama dari kenaikan CO2 adalah meningkatnya laju assimilasi (laju
pengikatan CO2 untuk membentuk karbohidrat,fotosintesis) di dalam daun. Efisiensi

4
penggunaan faktor-faktor pertumbuhan lainnya (seperti radiasi matahari, air dan nutrisi) juga
akan ikut meningkat.

Selain pengaruh positif terhadap proses fotosintesis, kenaikan CO2 juga akan
mempunyai pengaruh positif terhadap penggunaan air oleh tanaman. Stomata mempunyai
fungsi sebagai pintu gerbang masuknya CO2 dan keluarnya uap air ke/dari daun. Besar
kecilnya pembukaan stomata merupakan regulasi terpenting yang dilakukan oleh tanaman,
dimana tanaman berusaha memasukkan CO2 sebanyak mungkin tetapi dengan mengeluarkan
H2O sesedikit mungkin, untuk mencapai effisiensi pertumbuhan yang tinggi. Jika CO2 di
atmosfir meningkat, tanaman tidak membutuhkan pembukaan stomata maksimum untuk
mencapai konsentrasi CO2 optimum di dalam daun, sehingga laju pengeluaran H2O dapat
dikurangi. Dengan kondisi tersebut maka laju pembentukan biomassa akan meningkat.

Efek langsung dari meningkatnya CO2, berdampak positif terhadap pertumbuhan dan
perkembangan tanaman, sebagaimana dijelaskan diatas. Akan tetapi dampak pengikutan
berupa peningkatan suhu dan perubahan siklus hidrologi menyebabkan pengaruh positif dari
kenaikan CO2 menjadi berkurang atau terhambat sama sekali.

2. Naiknya Suhu Udara yang Juga Berdampak Terhadap Unsur Iklim Lain.

Merupakan faktor lingkungan yang berpengaruh terhadap pertumbuhan dan


perkembangan tanaman. Suhu udara dipengaruhi oleh radiasi yang diterima di permukaan
bumi sementara tinggi rendahnya suhu disekitar tanaman ditentukan oleh radiasi matahari,
kerapatan tanaman, distribusi cahaya dalam tajuk tanaman, kandungan lengas tanah.
Umumnya laju metabolisme makhluk hidup akan bertambah dengan meningkatnya suhu
hingga titik optimum tertentu. Beberapa proses metabolisme tersebut antara lain bukaan
stomata, laju transpirasi, laju penyerapan air dan nutrisi, fotosintesis, dan respirasi. Setelah
melewati titik optimum, proses tersebut mulai dihambat: baik secara fisik maupun kimia,
menurunnya aktifitas enzim (enzim terdegradasi).

Pengaruh peningkatan suhu dapat mengurangi atau bahkan mengurangi dampak


positif yang diberikan dari meningkatnya konsentrasi CO2 di atmosfir. Peningkatan suhu
disekitar iklim mikro tanaman akan menyebabkan cepat hilangnya kandungan lengas tanah
(kadar air tanah) akibat evaporasi. Hal tersebut dapat berpengaruh negatif terhadap
pertumbuhan dan perkembangan tanaman terutama pada daerah yang lengas tanahnya
terbatas.
Setiap tanaman memiliki suhu dasar yang merupakan suhu minimum bagi tanaman
untuk bermetabolisme. Besaran suhu dasar ini akan mempengaruhi besarnya Thermal unit
yang diperlukan oleh tanaman untuk melewati setiap fase perkembangannya. Hubungan
antara thermal unit dengan suhu lingkungan adalah berbanding lurus sementara berbanding
terbalik dengan umur tanaman. Artinya semakin tinggi suhu, maka umur tanaman akan
semakin pendek yang akhirnya berdampak pada waktu penumpukan fotosintat dan
pembentukan biomassa yang lebih rendah.

Dampak peningkatan suhu terhadap tanaman pangan menurut Las (2007) adalah
terjadinya peningkatan transpirasi yang menurunkan produktivitas, peningkatan konsumsi
air, percepatan pematangan buah/biji yang menurunkan mutu hasil, dan perkembangan
beberapa organisme pengganggu tanaman. Bahkan dirjen IRRI (International Rice
Researh Institute) menyatakan bahwa dengan peningkatan suhu udara rata-rata 1°C dapat
menurunkan produktivitas beras dunia sekitar 5-10 %

5
Peningkatan temperatur dapat menyebabkan penurunan produksi pada berbagai jenis
tanaman pangan. Pada tanaman padi, fase pembentukan malai sangat sensitif terhadap
temperatur tinggi. Selama tahap ini, stress akibat panas sangat memungkinkan untuk
terjadinya sterilitas floret, menurunnya kesuburan dan kehilangan hasil. Hal ini terutama
disebabkan oleh menurunnya aktifitas serta perkecambahan polen, terbatasnya pertumbuhan
tabung polen, rendahnya daya dehiscence polen dan penyerbukan yang tidak sempurna.

Di samping itu temperatur juga secara langsung berperan terhadap perkembangan biji
seperti pengisian biji dan laju produksi bahan kering pada biji. Temperatur tinggi dapat
menghambat perkembangan biji pada padi dan gandum.
Peningkatan temperatur selama kemasakan juga dapat menyebabkan penurunan kualitas biji
terutama yang diakibatkan oleh terhambatnya akumulasi cadangan makanan pada biji.
Munculnya bagian “putih buram” yang biasanya di dapatkan pada bagian gabah yang kurang
sempurna pada musim panas diperkirakan mempunyai hubungan yang erat dengan sistem
transfer dan transportasi cadangan makanan selama pembentukan biji. Bagian putih buram ini
adalah bagian dari kerusakan yang disebabkan oleh temperatur tinggi selama kemasakan.

3. Berubahnya Pola Curah Hujan.

Perubahan iklim juga menyebabkan terjadinya perubahan jumlah


hujan dan pola hujan yang mengakibatkan pergeseran awal musim dan periode masa
tanam. Penurunan curah hujan telah menurunkan potensi satu periode masa tanam padi.
Dampak perubahan pola hujan diantaranya mempengaruhi waktu dan musim tanam, pola
tanam, degradasi lahan, kerusakan tanaman dan produktivitas, luas areal tanam dan areal
panen, serta perubahan dan kerusakan keanekaragaman hayati.

4. Makin Meningkatnya Intensitas Kejadian Iklim Ekstrim (Anomali Iklim)

Perubahan siklus hidrologi terutama ditunjukkan oleh periode La-Nina dan El-Nino
yang semakin sering. La-Nina merupakan fenomena alam yang ditandai dengan kondisi suhu
muka laut di perairan Samudra Pasifik ekuator berada di bawah nilai normalnya (dingin),
sementara kondisi suhu muka laut di perairan Benua Maritim Indonesia berada di atas nilai
normalnya (hangat). Kondisi suhu muka laut di samudra pasifik yang dingin menimbulkan
tekanan udara tinggi, sementara kondisi hangat perairan Indonesia yang berada di sebelah
barat pasifik menimbulkan tekanan udara rendah. Kondisi ini menyebabkan mengalirnya
massa udara dari pasifik ke wilayah Indonesia. Aliran tersebut mendorong terjadinya
konvergensi massa udara yang kaya uap air. Akibatnya semakin banyak awan yang
terkonsentrasi dan menyebabkan turunnya hujan yang lebih banyak di daerah tersebut (lebih
dari 40 mm/bulan di atas rata-rata normalnya). Kebalikan dari La-Nina adalah El-Nino ketika
suhu permukaan laut di Samudra Pasifik menghangat dan menyebabkan terjadinya musim
kemarau yang kering dan panjang di Indonesia. Penurunan curah hujan pada saat El-Nino
dapat mencapai 80 mm/bulan.

Bencana kekeringan sering terjadi di Indonesia. Hasil pengamatan jangka panjang


menunjukkan bahwa terjadinya musim kemarau panjang akibat adanya fenomena anomali
iklim global El-Nino pada umumnya terjadi secara periodik setiap 5 tahun sekali (Bey et al.,
1992). Pada tahun El-Nino 1991, 1994, 1997 dan 2003 luas pertanaman tanaman padi telah
mengalami kekeringan berturut-turut seluas 868 ribu ha, 544 ribu ha, 504 ribu ha dan 568
ribu ha dengan luasan gagal panen (puso) masing-masing seluas 192 ribu ha (22%), 161 ribu
ha (30%), 88 ribu ha (18%) dan 117 ribu ha (21%). Penurunan luas panen karena kekeringan

6
tersebut mengakibatkan penurunan produksi atau kehilangan hasil pada tahun 1991
diperkirakan mencapai 1,455 juta ton GKG atau setara dengan 0,873 juta ton beras,
sedangkan pada tahun 1994 dan 1997 menyebabkan kehilangan hasil 640 ton GKG.

Kekeringan merupakan faktor lingkungan utama yang dapat menghambat


pertumbuhan tanaman dan menurunkan produksi bergantung pada besarnya tingkat cekaman
yang dialami dan fase pertumbuhan tanaman ketika mendapat cekaman kekeringan. Pada
periode cekaman kekeringan yang panjang akan mempengaruhi seluruh proses
metabolismeme di dalam sel dan mengakibatkan penurunan produksi tanaman.
Pada saat terjadi kekeringan, sebagian stomata daun menutup sehingga terjadi
hambatan masuknya CO2 dan menurunkan aktivitas fotosintesis. Selain menghambat
aktivitas fotosintesis, cekaman kekeringan juga menghambat sintesis protein dan dinding sel
(Salisbury and Ross, 1995). Pengaruh cekaman kekeringan tidak saja menekan pertumbuhan
dan hasil bahkan menjadi penyebab kematian tanaman.

Penurunan laju fotosintesis akibat cekaman kekeringan, merupakan kombinasi dari


beberapa proses, yaitu :
1) penutupan stomata secara hidroaktif mengurangi suplai CO2 kedalam daun
2) dehidrasi kutikula, dinding epidermis, dan membran sel mengurangi
permeabilitas terhadap CO2
3) bertambahnya tahanan sel mesofil terhadap pertukaran gas, dan
4) menurunnya efisiensi sistem fotosintesis berkaitan dengan proses biokimia dan
aktifitas enzim dalam sitoplasma. Dimana dalam proses fotosintesis terdapat proses
hidrolisis yang memerlukan air.

Sedangkan La-Nina menyebabkan kerusakan tanaman akibat banjir, dan


meningkatkan intensitas serangan hama dan penyakit. La-Nina menyebabkan kelembaban
dan curah hujan tinggi yang disukai oleh Organisme Pengganggu Tanaman (OPT). Pada
daerah rawan banjir, kehadiran La-Nina menyebabkan gagal panen akibat terendamnya
tanaman. Pengaruh kelebihan air terhadap tanaman akan lebih sensitif pada tanaman muda
dibandingkan tanaman dewasa . Jasis dan Karama (1998) menyatakan, banjir menyebabkan
kehilangan hasil tanaman padi sebesar 214 ton GKG per tahun.

4. Naiknya Permukaan Air Laut.

Dampaknya naiknya permukaan air laut di sektor pertanian terutama dalah pencuitan
lahan pertanian di pesisir pantai, kerusakan infrastuktutur pertanian dan peningkatan stabilitas
yang merusak tanaman. Selain akan menciutkan luas lahan pertanian akibat terendam air laut,
peningkatan permukaan air laut juga akan meningkatkan salinitas (kegaraman) tanah sekitar
pantai. Salinitas pada tanah bersifat racun bagi tanaman sehingga mengganggu fisiologis dan
fisik pada tanaman, kecuali tumbuhan laut dan pantai atau varietas adaptif. Salinitas pada
padi sangat erat kaitannya dengan keracunan logam berat, terutama Fe dan Al. Indonesia
sebagai negara kepulauan mempunyai garis dan hamparan pantai yang sangat panjang,
sehingga penciutan lahan pertanian akibat peningkatan permukaan air laut menjadi sangat
luas.

Pengaruh garam terlarut terhadap tanaman adalah melalui osmotik karena konsentrasi
garam yang tinggi menyulitkan tanaman menyerab air. Akar tanaman memiliki membran
semi permeabel yang melalukan air tapi tidak dapat melewatkan hampir semua garam
terlarut. Jadi air secara osmotik semakin sulit diperoleh tanaman dengan semakin

7
meningkatnya kadar garam larutan tanah. Tanaman yang tumbuh pada media salin pada
tingkat tertentu dapat meningkatkan kosentrasi osmotik internalnya melalui produksi asam-
asam organik atau peningkatan serapan garam. Proses ini disebut sebagai penyesuaian
osmotik (osmotic adjusment). Pengaruh salinitas terhadap tanaman nampaknya berupa
perubahan energi dari proses pertumbuhan menjadi untuk mempertahankan perbedaan
osmotik. Salah satu proses pertama adalah deversi energi pertumbuhan untuk perpanjangan
sel. Jadi, untuk dapat mempertahankan perbedaan osmotik, sel jaringan daun membelah tetapi
tidak menyebabkan pemanjangan. Gejala terjadinya pertambahan jumlah sel tapi tidak diikuti
dengan perpanjangan sel dikarenakan adanya stres osmotik ini adalah terjadinya warna daun
yang menjadi hijau gelap .

2.4 Strategi dalam menanggulangi iklim


Untuk menghadapi penyimpangan iklim, Departemen Pertanian telah menyusun
strategi. Antisipasi dan penanggulangan yang dipilah atas:

(a) strategi antisipasi

(b) strategi mitigasi

(c) strategi adaptasi.

Strategi antisipasi ditujukan untuk menyiapkan strategi mitigasi dan adaptasi berdasarkan
kajian dampak perubahan iklim terhadap

 sumberdaya pertanian seperti pola curah hujan dan musim (aspek klimatologis),
sistem hidrologi dan sumberdaya air (aspek hidrologis), keragaan dan penciutan luas
lahan pertanian di sekitar pantai
 infrastruktur/sarana dan prasarana pertanian, terutama sistem irigasi, dan waduk
 sistem usahatani dan agribisnis, pola tanam, produktivitas, pergeseran jenis dan
varietas dominan, produksi
 aspek sosial-ekonomi dan budaya.

Berdasarkan kajian tersebut ditetapkan strategi yang harus ditempuh dalam upaya:

 mengurangi laju perubahan iklim (mitigasi) melalui penyesuaian dan perbaikan


aktivitas/praktek dan teknologi pertanian.
 mengurangi dampak perubahan iklim terhadap sistem dan produksi pertanian melalui
penyesuaian dan perbaikan infrastruktur (sarana dan prasarana) pertanian dan
penyesuaian dan teknologi pertanian (adaptasi).

Strategi mitigasi. Walaupun tidak sepenuhnya benar, sebagai emitor terbesar oksigen (O2)
dari hutan dan areal pertaniannya, Indonesia juga dituding sebagai negara terbesar ketiga
dalam mengemisi GRK, terutama dari sistem pertanian lahan sawah dan rawa, kebakaran
hutan/lahan, emisi dari lahan gambut. Oleh sebab itu, Indonesia dituntut untuk senantiasa
berupaya mengurangi (mitigasi) GRK antara lain melalui;

8
 CDM (Clean Development Mechanism)
 perdagangan karbon (carbon trading) melalui pengembangan teknologi budidaya yang
mampu menekan emisi GRK, dan
 penerapan teknologi budidaya seperti penanaman varietas dan pengelolaan lahan dan
air dengan tingkat emisi GRK yang lebih rendah.

Strategi adaptasi adalah pengembangan berbagai upaya yang adaptif dengan situasi yang
terjadi akibat dampak perubahan iklim terhadap sumberdaya infrastruktur dan lain-lain
melalui

 reinventarisasi dan redelineasi potensi dan karakterisasi sumberdaya lahan dan air.
 penyesuaian dan pengembangan infrastruktur pertanian, terutama irigasi sesuai
dengan perubahan sistem hidrologi dan potensi sumberdaya air
 penyesuaian sistem usahatani dan agribisnis, terutama pola tanam, jenis tanaman dan
varietas, dan sistem pengolahan tanah.

9
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

1) Perubahan iklim berdampak sekali terhadap pembanguna pertanian, sehingga apabila


perubahan ini terus menerus bumi akan kering sehinga bahan pangan pun menjadi
berkurang
2) Indonesia yaitu sebagai Negara kepulauan dan di daerah katulistiwa yaitu sangat
rentan terhadap perubahan iklim perubahan pola hujan kenaikan air laut, dan suhu
udara dan kekeringan segagai dampak serius yang di hadapi Indonesia.
3) Sebagai warga Negara Indonesia sebaik nya kita berhemat dalam kebutuhan seperti
makanan, air , listrik dan lain lain . perubahan cuaca yang dasyat tidak sepenuh nya
dapat di peridiksi. Memang sudah takdir ALLAH SWT jadi sebelum itu terjadi sebaik
nya kita bersiap siap dengan dating nya perubahan iklim tersebut.
4) Perubahan iklim tidak hanya berpengaruh terhadap tanaman tetapi juag berdampak
dalam kesehatan manusia segala macam penyakit ada dalam perubahan iklim,
Meningkatnya penyakit pernapasan, jantung, dan alergi akibat buruknya kualitas
udara, misalnya, sebagai akibat seringnya terjadi kebakaran hutan.

3.2 Saran
Kami sebagai penerus bangsa akan mengurangi efek rumah kaca dan penebangan hutan dan
pohon secara liar sehingga suhu di bumi dapat stabil dan berhemat dalam kebetuhan hidup
seperti makanan,listrik, air .

10
DAFTAR PUSTAKA

Saefulloh Maslul. 2015. Pengaruh iklim terhadap pertanian Indonesia.

https://www.slideshare.net/mobile/saefullohmaslul/a1-c015034-saefulloh-maslul-pengaruh-
iklim-terhadap-pertanian-indonesia

Andhealthy family. 2017. Dampak perubahan iklim.

http://makalah-laporan.blogspot.com/2017/05/makalah-dampak-perubahan-iklim.html?m=1

A. kristiningrum. 2016. Dampak perubahan iklim terhadap pertanian di indonesi.

https://www.academia.edu/9045862/DAMPAK_PERUBAHAN_IKLIM_TERHADAP_PER
TANIAN_DI_INDONESIA_DAN

11

Anda mungkin juga menyukai