Anda di halaman 1dari 22

Ayang prima lestari/1102012035/ske 1 kedkom

Mm. Perilaku Berisiko Dan Perilaku Kesehatan Pada Usia Pubertas

Perkembangan Perilaku Remaja


Perkembangan perilaku remaja pada masa pubertas ditandai dengan perubahan-perubahan akibat pubertas yaitu sebagai
berikut :
1. Perkembangan Perilaku Kognitif Remaja
Perkembangan kognitif remaja, dalam pandangan Jean Piaget (seorang ahli perkembangan kognitif)
merupakan periode terakhir dan tertinggi dalam tahap pertumbuhan operasi formal (period of formal operations).
Pada periode ini, idealnya para remaja sudah memiliki pola pikir sendiri dalam usaha memecahkan masalah-masalah
yang kompleks dan abstrak. Kemampuan berpikir para remaja berkembang sedemikian rupa sehingga mereka dengan
mudah dapat membayangkan banyak alternatif pemecahan masalah beserta kemungkinan akibat atau hasilnya.
Kapasitas berpikir secara logis dan abstrak mereka berkembang sehingga mereka mampu berpikir multi-dimensi
seperti ilmuwan.

Para remaja tidak lagi menerima informasi apa adanya, tetapi mereka akan memproses informasi itu serta
mengadaptasikannya dengan pemikiran mereka sendiri. Mereka juga mampu mengintegrasikan pengalaman masa
lalu dan sekarang untuk ditransformasikan menjadi konklusi, prediksi, dan rencana untuk masa depan. Dengan
kemampuan operasional formal ini, para remaja mampu mengadaptasikan diri dengan lingkungan sekitar mereka.
Masa remaja ialah masa semakin meningkatnya pengambilan keputusan. Remaja yang lebih tua lebih kompeten dalam
mengambil keputusan disbanding remaja yang lebih muda, dimana mereka lebih kompeten daripada anak-anak.

Kemampuan untuk mengambil keputusan tidak menjamin kemampuan itu diterapkan, karena dalam kehidupan
nyata, luasnya pengalaman adalah penting. Remaja perlu lebih banyak peluang untuk mempraktekkan dan mendiskusikan
keputusan realistis. Dalam beberapa hal, kesalahan pengambilan keputusan pada remaja mungkin terjadi ketika dalam
realitas yang menjadi masalah adalah prientasi masyarakat terhadap remaja dan kegagalan untu member mereka pilihan-
pilihan yang memadai.

2. Perkembangan Perilaku Sosioemosional Remaja


Masa remaja merupakan masa yang penuh gejolak. Pada masa ini mood (suasana hati) bisa berubah dengan
sangat cepat. Perubahan mood (swing) yang drastis pada para remaja ini seringkali dikarenakan beban pekerjaan rumah,
pekerjaan sekolah, atau kegiatan sehari-hari di rumah. Meski mood remaja yang mudah berubah-ubah dengan cepat,
hal tersebut belum tentu merupakan gejala atau masalah psikologis.

Dalam hal kesadaran diri, pada masa remaja para remaja mengalami perubahan yang dramatis dalam
kesadaran diri mereka (self-awareness). Mereka sangat rentan terhadap pendapat orang lain karena mereka
menganggap bahwa orang lain sangat mengagumi atau selalu mengkritik mereka seperti mereka mengagumi atau
mengkritik diri mereka sendiri. Anggapan itu membuat remaja sangat memperhatikan diri mereka dan citra yang
direfleksikan (self-image).

Page 1 of 22
Ayang prima lestari/1102012035/ske 1 kedkom
Remaja cenderung untuk menganggap diri mereka sangat unik dan bahkan percaya keunikan mereka akan
berakhir dengan kesuksesan dan ketenaran. Remaja putri akan bersolek berjam-jam di hadapan cermin karena ia
percaya orang akan melirik dan tertarik pada kecantikannya, sedang remaja putra akan membayangkan dirinya
dikagumi lawan jenisnya jika ia terlihat unik dan “hebat”.

Para remaja juga sering menganggap diri mereka serba mampu, sehingga seringkali mereka terlihat “tidak
memikirkan akibat” dari perbuatan mereka. Tindakan impulsif sering dilakukan; sebagian karena mereka tidak
sadar dan belum biasa memperhitungkan akibat jangka pendek atau jangka panjang.

Remaja yang diberi kesempatan untuk mempertangung-jawabkan perbuatan mereka, akan tumbuh menjadi
orang dewasa yang lebih berhati-hati, lebih percaya-diri, dan mampu bertanggung-jawab. Rasa percaya diri dan
rasa tanggung-jawab inilah yang sangat dibutuhkan sebagai dasar pembentukan jati- diri positif pada remaja. Kelak,
ia akan tumbuh dengan penilaian positif pada diri sendiri dan rasa hormat pada orang lain dan lingkungan. Bimbingan
orang yang lebih tua sangat dibutuhkan oleh remaja sebagai acuan bagaimana menghadapi masalah itu sebagai
“seseorang yang baru”; berbagai nasihat dan berbagai cara akan dicari untuk dicobanya.

Dapat dimengerti bahwa akibat yang luas dari masa puber pada keadaan fisik remaja juga memperngaruhi sikap dan
perilaku. Namun ada bukti yang menunjukkan bahwa perubahan dalam sikap dan perilaku yang terjadi pada saat ini lebih
merupakan akibat dari perubahan sosial daripada akibat perubahan kelenjar yang berpengaruh pada keseimbangan tubuh.
Semakin sedikit simpati dan pengertian yang diterima remaja puber dari orang tua, kakak-adik, guru-guru, dan teman-
teman dan semakin besar harapan-harapan social pada periode ini, semakin besar akibat psikologis dari perubahan-
perubahan fisik.

Pada umumnya pengaruh masa puber lebih banyak pada remaja perempuan daripada remaja laki-laki, sebagian
disebabkan karena remaja perempuan biasanya lebih cepat matang daripada remaja laki-laki dan sebagian karena banyak
hambatan-hambatan social mulai ditekankan pada perilaku remaja perempuan justru pada saat remaja perempuan mencoba
untuk membebaskan diri dari berbagai pembatasan. More membahas sebab-sebab mengapa remaja laki-laki tidak banyak
berpengaruh oleh perubahan-perubahan masa puber seperti halnya remaja perempuan:

Masa puber rupanya lebih merupakan kejadian yang berlangsung secara bertahap. Tidak terjadi secara serentak
dengan kepesatan perkembangan seperti yang dialami remaja perempuan. Rangsangan yang ditimbulkan sama
kuatnya atau lebih kuat bagi pria namun ia mempunyai kesempatan lebih akrab untuk menyesuaikan dirinya.
Karena mencapai masa puber lebih dulu, remaja perempuan lebih cepat menunjukkan tanda-tanda perilaku yang
mengganggu daripada remaja laki-laki. Tetapi perilaku remaja perempuan lebih cepat stabil daripada remaja laki-laki, dan
remaja perempuan mulai berperilaku seperti sebelum masa puber.

Seberapa serius perubahan masa puber akan mempengaruhi perilaku sebagian besar bergantung pada kemampuan
dan kemauan remaja puber untuk mengungkapkan keprihatinan dan kecemasannya kepada orang lain sehingga dengan
begitu ia dapat memperoleh pandangan yang baru dan yang lebih baik. Seperti yang dijelaskan Dunbar, “Reaksi efektif

Page 2 of 22
Ayang prima lestari/1102012035/ske 1 kedkom
terhadap perubahan terutama ditentukan oleh kemampuan untuk berkomunikasi…. Komunikasi adalah cara untuk
mengatasi kecemasan yang selalu disertai tekanan”. Remaja yang merasa sulit atau tidak mampu berkomunikasi dengan
orang lain lebih banyak berperilaku negatif daripada remaja yang mampu dan mau berkomunikasi (11)

Akibat perubahan masa puber pada sikap dan perilaku remaja adalah sebagai berikut (12) :
1. Ingin Menyendiri
Kalau perubahan pada masa puber mulai terjadi, remaja biasanya menarik diri dari teman-teman dan dari berbagai
kegiatan keluarga dan sering bertengkar pada teman-teman dan pada anggota keluarga. Remaja puber kerap
melamun, sering tidak dimengerti dan diperlakukan dengan kurang baik, dan ia juga mengadakan ekperimen seks
melalui masturbasi. Gejala menarik diri ini mencakup ketidakinginan berkomunikasi dengan orang-orang lain.
Dalam masa remaja, remaja berusaha untuk melepaskan diri dari milieu orang tua dengan maksud untuk menemukan
dirinya. Erikson menyebutnya untuk menemukan identitas diri.
2. Bosan
Remaja puber bosan dengan permainan yang sebelumnya amat digemari, tugas-tugas sekolah, kegiatan-kegiatan
sosial, dan kehidupan pada umumnya. Akibatnya, remaja sedikit sekali bekerja sehingga prestasinya diberbagai
bidang menurun. Remaja menjadi terbiasa untuk tidak mau berprestasi khususnya karena sering timbul perasaan
akan keadaan fisik yang tidak normal.
3. Inkoordinasi
Pertumbuhan pesat dan tidak seimbang mempengaruhi pola koordinasi gerakan, dan remaja akan merasa kikuk dan
janggal selama beberapa waktu. Setelah pertumbuhan melambat, koordinasi akan membaik secara bertahap.
4. Antagonisme sosial
Remaja puber seringkali tidak mau bekerja sama, sering membantah, dan menentang. Permusuhan terbuka anatara
dua seks yang berlainan diungkapkan dalam kritik, dan komentar-komentar yang merendahkan. Dengan berlanjutnya
masa puber, remaja kemudian menjadi lebih ramah, lebih dapat bekerja sama dan lebih sabar kepada orang lain.
5. Emosi yang meninggi
Kemurungan, merajuk, ledakan amarah dan kecenderungan untuk menangis karena hasutan yang sangat kecil
merupakan ciri-ciri bagian awal masa puber. Pada masa ini remaja merasa khawatir, gelisah, dan cepat marah. Sedih,
mudah marah, dan suasana hati yang negative sangat sering terjadi selama masa prahaid dan awal periode haid.
Dengan semakin matangnya keadaan fisik remaja, ketegangan lambat laun berkurang dan remaja sudah mulai
mampu mengendalikan emosinya.
6. Hilangnya kepercayaan diri
Remaja yang tadinya sangat yakin pada diri sendiri sekaran menjadi kurang percaya diri dan takut akan kegagalan
karena daya tahan fisik menurun dank arena kritik yang bertubi-tubi datang dari orang tua dan teman-temannya.
Banyak remaja laki-laki dan perempuan setelah masa puber mempunyai perasaan rendah diri.
7. Terlalu sederhana
Perubahan tubuh yang terjadi selama masa puber menyebabkan remaja menjadi sangat sederhana dalam segala
penampilannya karena takut orang-orang lain akan memperhatikan perubahan yang dialaminya dan member
komentar yang buruk.

Page 3 of 22
Ayang prima lestari/1102012035/ske 1 kedkom
3. Perkembangan Perilaku Seksual Remaja
a. Berpacaran
Berpacaran dikalangan remaja bukanlah merupakan hal yang biasa, dibuktikan dari hampir sebagian
responden menyatakan bahwa mereka pernah atau sedang berpacaran. Sebagian remaja berpendapat bahwa pacaran
juga memberikan dampak yang positif, misalnya terpacu untuk belajar lebih giat atau memberikan dampak negatif
terhadap perilaku remaja mengarah keseksualitas. Usia pertama berpacaran berkisar 14-17 tahun. Hal ini di dukung
juga dari kegiatan yang biasa dilakukan remaja ketika berpacaran adalah ngobrol, namun tak jarang juga berpacaran
diselingi dengan berciuman. Mengapa remaja memilih berpacaran ? banyak faktor pendorong yang menyebabkan
remaja memilih berpacaran. Dikalangan remaja muncul trend yang menyatakan bahwa jika seseorang remaja
berpacaran berarti remaja tersebut modern dan tidak “kampungan”. Perkembangan terhadap informasi juga menjadi
salah satu pendorong.

b. Mengenal Media pornografi


Sebagian besar remaja pernah menggunakan/melihat media pornografi pada saat berusia 14-17 tahun. Pada
masa tersebut merupakan masa remaja dengan rasa ingin tahu yang tinggi. Dan sepatutnya pada masa ini, remaja
memperoleh informasi seks yang benar sehingga remaja tidak salah dalam bertingkah laku. Informasi tersebut
memang sangat diperlukan oleh remaja. Informasi mengenai kesehatan reproduksi merupakan hal yang perlu diketahui
bagi remaja. Lembaga pendidikan hendaknya memikirkan bagaimana agar informasi tersebut dapat diberikan melalui
sekolah oleh seorang guru tau dijadikan suatu mata pelajaran penunjang byang memiliki kurikulum pelajaran.

Media yang biasa/ sering digunakan remaja yaitu foto/gambar (semakin maraknya internet sehingga remaja
memanfaatkannya untuk hal yang negatif dengan mengunjungi situs-situs X yang memberikan informasi seks yang
tidak terbatas), majalah dan VCD/ film (semakin banyak dan mudahnya diperoleh remaja didukung dengan harga yang
relatif terjangkau).

Kebanyakan remaja menggunakanmedia pornografiu di rumah, sekolah, bioskop atau rumah teman. Remaja
cenderung memilih di rumah teman, karena merasa lebih leluasa dan dapat berdiskusi bersama jika ada yang tidak
dipahami. Sumber media pornografi sebagian besar diperoleh melalui teman, menyewa atau membelinya sendiri
akibat dorongan rasa ingintahu yang tinggi. Keinginan tahu remaja adalah hal yang wajar, namun bagaimana
mengemasnya dan cara penyampaian informasi yang tepat, gar remaja tidak salah menafsirkannya.

c. Mengalami Masalah Masturbasi dan Hubungan seksual


Pemahaman remaja mengenai masturbasi atau onani masih sangatlah rendah. Dan dikalangan remaja
berpendapat bahwa jika melakukan masturbasi atau onani berarti melakukan perbuatan yang melanggar norma.
Hubungan seksual merupakan perilaku seksual yang tertinggi, karena jika remaja berani melakukan hal tersebut berarti
remaja telah dan harus siap menerima segala resiko yang akan dihadapi.

Pada umumnya usia pertama kali melakukan hal tersebut berkisar 15-19 tahun. Pada masa ini memang
secara fisik telah siap, namun banyak hal lain perlu diingat bahwa resikonya pun akan besar. Pacar merupakan

Page 4 of 22
Ayang prima lestari/1102012035/ske 1 kedkom
pasangan utama melakukan hubungan seks tersebut. Hal ini berarti kondisi pacaran dapat mendorong dan merangsang
untuk melakukannya. Didukung dengan pacaran yang dilakukan di rumah tanpa adanya pengawasan dari orang tua
atau saudara. Alasan utama remaja melakukan hubungan seksual adalah karena cinta atau sama-sama mau, terangsang
dan rasa ingin tau. Jika dilihat dari umur remaja pertama kali melakukan hubungan seksual, telah dapat tercermin
bahwa memang ketiga alasan di atas lah yang mendorong seorang remaja menyerahkan kehormatannya

d. Mengalami berbagai Permasalahan Remaja


Apabila remaja dihadapkan dalam suatu kondisi yang tidak diinginkan maka tjika terjadi kehamilan, remaja
kebanyakan akan memilih akan meneruskannya dan menikah, karena menurut kalangan remaja bahwa pengguguran
kandungan merupakan perbuatan yang tercela. Dan jika pun pengguguran kandungan yang dipilih maka hal tersebut
akan dilakukan dengan seorang dokter kandungan.
Kesimpulan

Berdasarkan isi makalah, maka dapat disimpulkan bahwa pubertas merupakan masa pertumbuhan tulang-tulang
dan kematangan seksual yang terjadi pada masa awal remaja, dimana ditandai dengan adanya menstruasi pada wanita
dan mimpi basah pada pria yang diikuti oleh cirri-ciri seks sekunder, seperti tumbuhnya rambut pada ketiak dan kemaluan,
pinggul membesar, payudara membesar, suara berubah. Hal tersebut berdampak pada perkembangan perilaku remaja, baik
secara kognitif (operasional formal), sosioemosional (ingin menyendiri, bosan, emosi meningkat), maupun seksual
(berpacaran, hubungan seksual, pornografi).

Mm. Kehamilan yang Tidak Diinginkan Dan Kehamilan Pada Remaja

Kehamilan Yang Tidak Diinginkan - Kehamilan bagi sebagian orang merupakan anugerah dan sangat didambakan,
karena mereka percaya bahwa anak adalah titipan Tuhan. Dengan hamil mereka dapat meneruskan keturunannya. Di sisi
lain kehamilan merupakan malapetaka dan tidak diinginkan. Hal ini dikarenakan wanita belum siap atau tidak
menginginkan kehamilannya. Kejadian tersebut banyak terjadi di kalangan remaja.

Kehamilan tidak diinginkan adalah suatu kondisi dimana pasangan (laki-laki dan perempuan) tidak menginginkan
terjadinya kelahiran sebagai akibat kehamilan. Terjadinya kehamilan di sini dapat diakibatkan oleh perilaku atau hubungan
seksual yang disengaja maupun tidak disengaja seperti perkosaan. Banyak kejadian yang menunjukkan orang yang tidak
bertanggung jawab atas kejadian ini.

WHO pada tahun 2000 memperkirakan 2/3 kehamilan didunia merupakan Kehamilan tidak diinginkan yaitu sekitar 50 juta
/tahun. Di Indonesia sendiri diperkirakan sekitar 1 juta perempuan mengalami Kehamilan tidak diinginkan tiap tahunnya.
Kejadian ini dapat menimpa pasangan yang belum menikah ataupun yang sudah menikah. Bagi yang belum menikah
beberapa pasangan bertanggung jawab dengan melakukan pernikahan, sedangkan beberapa yang lain melakukan aborsi
atau pengguguran kandungan. Aborsi yang marak terjadi di Indonesia sebagian besar termasuk dalam kategori aborsi
kriminal. Bahkan sering kali, aborsi dilakukan dengan cara tidak aman, sehingga dapat mengakibatkan dampak-dampak
tertentu.

Kehamilan tidak diinginkan bagi pasangan yang belum menikah dan keluarganya merupakan sebuah aib terutama bagi
masyarakat ber-peradaban timur seperti Indonesia. Bagi mereka ini adalah sebuah dilema, Di satu sisi jika kehamilan
tersebut dipertahankan maka harus mau menanggung rasa malu dan tentunya harus ada yang 'bertanggung jawab' terhadap
calon bayi tersebut agar mempunyai ayah. Disamping itu juga harus mempertimbangkan pendidikan si calon ibu dan
bagaimana dengan risiko yang akan dihadapi saat bersalin. Di sis lain, jika digugurkan maka akan melanggar undang-
undang serta norma dan ajaran agama. Kebanyakan mereka melakukan aborsi dengan bantuan tenaga dukun, kebanyakan
disebabkan karena rasa malu dan pihak laki-laki tidak mau bertanggung jawab

Page 5 of 22
Ayang prima lestari/1102012035/ske 1 kedkom
Penyebab Kehamilan tidak diinginkan

Banyak faktor yang menyebabkan Kehamilan tidak diinginkan antara lain :

1. Penundaan dan meningkatnya usia kawin serta semakin mudanya umur saat menarch (menstruasi pertama kali ).
Hal ini menyebabkan semakin jauhnya jarak saat menstruasi sampai dengan menikah, 'masa rawan' semakin meningkat.
Terbukti dengan meningkatnya kasus kehamilan di luar nikah.
2. Kurangnya pengetahuan remaja tentang kesehatan reproduksi serta perilaku seksual yang menyebabkan kehamilan.
3. Tidak menggunakan alat kontrasepsi terutama bagi wanita yang sudah menikah.
4. Kegagalan alat kontrasepsi
5. Kehamilan tersebut diakibatkan oleh pemerkosaan
6. Kondisi ibu yang tidak memungkinkan, seperti menderita penyakit-
penyakit tertentu
7. Pertimbangan ekonomi, tidak memiliki biaya untuk melahirkan dan membesarkan anak.
8. Alasan karir atau sekolah karena kehamilan dianggap menghalangi karir atau pendidikan di sekolah.
9. Kehamilan karena incest atau masih ada pertalian darah
10. Kondisi bayi yang dikandung cacat atau jenis kelaminnya tidak sesuai
keinginan.

Pencegahan Kehamilan Tidak Diinginkan

Pencegahan Kehamilan yang Tidak Diinginkan antara lain melalui beberapa yaitu :

1. Cara yang paling efektif adalah tidak melakukan hubungan seksual sebelum menikah
2. Mengisi waktu luang dengan melakukan kegiatan positif seperti olahraga, seni dan kegiatan keagamaan
3. Hindari perbuatan yang dapat menyebabkan dorongan seksual seperti meraba-raba tubuh pasangan maupun menonton
video porno
4. Memperoleh informasi tentang manfaat dan menggunakan alat kontrasepsi, cara menggunakannya serta kemungkinan
kegagalannya
5. Pada pasangan yang telah menikah sebaiknya memakai kontrasepsi yang aman seperti suntikan, sterilisasi, IUD dan
implant.
Penanganan Kasus Kehamilan Tidak Diinginkan

Diperlukan penanganan ekstra sabar dan bersahabat pada remaja. Alternatif yang biasanya digunakan menyelesaikan
kehamilan tidak diinginkan antara lain dengan menyelesaikan secara kekeluargaan, pasangan tersebut segera menikah. (*)

Mm. Penanganan Pada Risiko Tinggi Kehamilan

Yang diklasifikasikan sebagai kehamilan berisiko tinggi dibagi dalam 4 golongan:

1. Penyakit yang menyertai kehamilan

a) Penyakit yang berhubungan dengan pembuluh darah dan ginjal misalnya darah tinggi, rendahnya kadar protein dalam
darah dan tingginya kadar protein dalam urin.

b) Inkompatibilitas darah atau ketidaksesuaian golongan darah misalnya pada janin dan ibu yang dapat menyebabkan
bahaya baik bagi janin maupun ibu seperti ketidaksesuaian resus.

c) Endokrinopati atau kelainan endokrin seperti penyakit gula

Page 6 of 22
Ayang prima lestari/1102012035/ske 1 kedkom
d) Kardiopati atau kelainan jantung pada ibu yang tidak memungkinkan atau membahayakan bagi ibu jika hamil dan
melahirkan.

e) Haematopati atau kelainan darah, misalnya adanya gangguan pembekuan darah yang memungkinkan terjadinya
perdarahan yang lama yang dapat mengancam jiwa.

f) Infeksi, misalnya infeksi TORCH (Toksoplasma, Rubella, Citomegalo virus dan Herpes simpleks), dapat
membahayakan ibu dan janin.

2. Penyulit kehamilan

a) Partus prematurus atau melahirkan sebelum waktunya yaitu kurang dari 37 minggu usia kehamilan. Hal ini
merupakan sebab kematian neonatal yang terpenting.

b) Perdarahan dalam kehamilan, baik perdarahan pada hamil muda yang disebabkan oleh abortus atau keguguran,
kehamilan ektopik atau kehamilan diluar kandungan dan hamil mola, maupun perdarahan pada triwulan terakhir kehamilan
yang disebabkan oleh plasenta previa atau plasenta (ari-ari) yang berimplantasi atau melekat tidak normal dalam
kandungan dan solutio plasenta atau pelepasan plasenta sebelum waktunya.

c) Ketidaksesuaian antara besarnya rahim dan tuanya kehamilan, misalnya hidramnion atau cairan ketuban yang banyak,
gemelli atau kehamilan kembar dan gangguan pertumbuhan janin dalam kandungan.

d) Kehamilan serotin atau kehamilan lewat waktu yaitu usia kehamilan lebih dari 42 minggu.

e) Kelainan uterus atau kandungan, misalnya bekas seksio sesarea dan lain-lain

3. Riwayat obstetris yang buruk

a) Kematian anak pada persalinan yang lalu atau anak lahir dengan kelainan congenital (cacat bawaan)

b) Satu atau beberapa kali mengalami partus prematurus atau melahirkan belum pada waktunya.

c) Abortus habitualis atau keguguran yang terjadi berulang kali dan berturut-turut terjadi, sekurang-kurangnya 3 kali
berturut-turut.

d) Infertilitas tidak disengaja lebih dari 5 tahun yaitu tidak merencanakan untuk menunda kehamilan dengan cara
apapun, tapi selama 5 tahun tidak hamil.

4. Keadaan ibu secara umum

a) Umur ibu, kurang dari 20 tahun atau lebih dari 35 tahun

b) Paritas atau banyaknya melahirkan, berisiko tinggi pada ibu yang sudah melahirkan lebih dari 4 orang anak.

c) Berat badan ibu, yaitu ibu yang terlalu kurus atau ibu yang terlalu gemuk.

d) Tinggi badan ibu, yaitu tinggi badan kurang dari 145 cm.

e) Bentuk panggul ibu yang tidak normal.

f) Jarak antara dua kehamilan yang terlalu berdekatan yaitu kurang dari 2 tahun.

g) Ibu yang tidak menikah, berhubungan dengan kondisi psikologis

h) Keadaan sosio ekonomi yang rendah

i) Ketagihan alkohol, tembakau dan morfin.

Page 7 of 22
Ayang prima lestari/1102012035/ske 1 kedkom

KOMPLIKASI KEHAMILAN RESIKO TINGGI

Bahaya-bahaya yang ditimbulkan oleh kehamilan risiko tinggi bisa terjadi pada janin maupun pada ibu. Antara lain:12,14

1) Bayi

a) Bayi lahir belum cukup bulan.

b) Bayi lahir dengan berat lahir rendah (BBLR)

c) Janin mati dalam kandungan.

2) Ibu

a) Keguguran (abortus).

b) Persalinan tidak lancar / macet.

c) Perdarahan sebelum dan sesudah persalinan.

d) Ibu hamil / bersalin meninggal dunia.

e) Keracunan kehamilan/kejang-kejang.

Pengobatan atau perawatan yang dilakukan pada ibu hamil dengan resiko tinggi dilakukan dengan cara yang berbeda-beda
sesuai dengan penyakit dan efek yang diakibatkan oleh penyakit yang diderita oleh ibu hamil tersebut selama
kehamilannya. Jika perlu dilakukan pemeriksaan tambahan agar dapat lebih membantu dalam menunjang pengobatan atau
perawatan yang sebaiknya dilakukan selama kehamilan.

PENANGANAN KEHAMILAN RISIKO TINGGI

Penanganan terhadap pasien dengan kehamilan risiko tinggi berbeda-beda tergantung dari penyakit apa yang sudah di
derita sebelumnya dan efek samping penyakit yang dijumpai nanti pada saat kehamilan.tes penunjang sangat diharapkan
dapat membantu perbaikan dari pengobatan atau dari pemeriksaan tambahan.

Kehamilan dengan risiko tinggi harus ditangani oleh ahli kebidanan yang harus melakukan pengawasan yng intensif,
misalnya dengan mengatur frekuensi pemeriksaan prenatal. Konsultasi diperlukan dengan ahli kedokteran lainnya terutama
ahli penyakit dalam dan ahli kesehatan anak. Pengelolaan kasus merupakan hasil kerja tim antara berbagai ahli. Keputusan
untuk melakukan pengakhiran kehamilan perlu dipertimbngkan oleh tim tersebut dan juga dipilih apakah perlu di lakukan
induksi persalinan atau tidak.

PENCEGAHAN KEHAMILAN RISIKO TINGGI

Pendekatan risiko pada ibu hamil merupakan strategi operasional dalam upaya pencegahan terhadap kemungkinan
kesakitan atau kematian melalui peningkatan efektifitas dan efisiensi dengan memberikan pelayanan yang lebih intensif
kepada risiko ibu hamil dengan cepat serta tepat, agar keadaan gawat ibu maupun gawat janin dapat dicegah. Untuk itu
diperlukan skrining sebagai komponen penting dalam perawatan kehamilan untuk mengetahui ada tidaknya faktor risiko
pada ibu hamil tersebut.

Page 8 of 22
Ayang prima lestari/1102012035/ske 1 kedkom
Pengenalan adanya Resiko Tinggi Ibu Hamil dilakukan melalui skrining/deteksi dini adanya faktor resiko secara pro/aktif
pada semua ibu hamil, sedini mungkin pada awal kehamilan oleh petugas kesehatan atau nonkesehatan yang terlatih di
masyarakat, misalnya ibu-ibu PKK, Kader Karang Taruna, ibu hamil sendiri, suami atau keluarga.

Setiap kontak pada saat melakukan skrining dibicarakan dengan ibu hamil, suami, keluarga tentang tempat dan penolong
untuk persalinan aman. Pengambilan keputusan dapat dilakukan dalam keluarga untuk persiapan mental dan perencanaan
untuk biaya, transportasi telah mulai dolakukan jauh sebelum persalinan menuju kepatuhan untuk Rujukan Dini Berencana/
Rujukan In Utero dan Rujukan Tepat Waktu.

Mengingat sebagian besar kematian ibu sesungguhnya dapat dicegah, maka diupayakan untuk mencegah 4 terlambat yang
meyebabkan kematian ibu, yaitu :

1. Mencegah terlambat mengenali tanda bahaya resiko tinggi

2. Mencegah terlambat mengambil keputusan dalam keluarga

3. Mencegah terlambat memperoleh transportasi dalam rujukan

4. Mencegah terlambat memperoleh penanganan gawat darurat secara memadai

PEMERIKSAAN PENUNJANG

1. Tes darah

Jenis pemeriksaan ini dianjurkan dokter setelah Anda dinyatakan positif hamil. Contoh darah akan diambil untuk diperiksa
apakah terinfeksi virus tertentu atau resus antibodi. Contoh darah calon ibu juga digunakan untuk pemeriksaan hCG. Dunia
kedokteran menemukan, kadar hCG yang tinggi pada darah ibu hamil berarti ia memiliki risiko yang tinggi memiliki bayi
dengan Down Syndrom. 11

2. Alfa Fetoprotein (AFP)

Tes ini hanya pada ibu hamil dengan cara mengambil contoh darah untuk diperiksa. Tes dilaksanakan pada minggu ke-16
hingga 18 kehamilan. Kadar Maternal-serum alfa-fetoprotein (MSAFP) yang tinggi menunjukkan adanya cacat pada batang
saraf seperti spina bifida (perubahan bentuk atau terbelahnya ujung batang saraf) atau anencephali (tidak terdapatnya semua
atau sebagian batang otak). Kecuali itu, kadar MSAFP yang tinggi berisiko terhadap kelahiran prematur atau memiliki bayi
dengan berat lahir rendah.

3. Sampel Chorion Villus (CVS)

Tes ini jarang dilakukan oleh para dokter karena dikhawatirkan berisiko menyebabkan abortus spontan. Tes ini dilakukan
untuk memeriksa kemungkinan kerusakan pada kromosom. Serta untuk mendiagnosa penyakit keturunan. Tes CVS ini
mampu mendeteksi adanya kelainan pada janin seperti Tay-Sachs, anemia sel sikel, fibrosis berkista, thalasemia, dan
sindroma Down.

4. Ultrasonografi (USG)

Tes ini dilakukan untuk mendeteksi kelainan strukturapada janin, seperti; bibir sumbing atau anggota tubuh yang tidak
berkembang. Sayangnya USG tidak bisa mendeteksi kecacatan yang disebabkan oleh faktor genetik. Biasanya USG
dilakukan pada minggu ke-12 kehamilan. Pada pemeriksaan lebih lanjut USG digunakan untuk melihat posisi plasenta dan
jumlah cairan amnion, sehingga bisa diketahui lebih jauh cacat yang diderita janin.

Page 9 of 22
Ayang prima lestari/1102012035/ske 1 kedkom
Kelainan jantung, paru-paru, otak, kepala, tulang belakang, ginjal dan kandung kemih, sistem pencernaan, adalah hal-hal
yang bisa diketahui lewat USG.

5. Amiosentesis

Pemeriksaan ini biasanya dianjurkan bila calon ibu berusia di atas 35 tahun. Karena hamil di usia ini memiliki risiko cukup
tinggi. Terutama untuk menentukan apakah janin menderita sindroma Down atau tidak. Amniosentesis dilakukan dengan
cara mengambil cairan amnion melalui dinding perut ibu. Cairan amnion yang mengandung sel-sel janin, bahan-bahan
kimia, dan mikroorganisme, mampu memberikan informasi tentang susunan genetik, kondisi janin, serta tingkat
kematangannya. Tes ini dilakukan pada minggu ke-16 dan 18 kehamilan. Sel-sel dari cairan amnion ini kemudian
dibiakkan di laboratorium. Umumnya memerlukan waktu sekitar 24 sampai 35 hari untuk mengetahui dengan jelas dan
tuntas hasil biakan tersebut.

6. Sampel darah janin atau cordosentesis

Sampel darah janin yang diambil dari tali pusar. Langkah ini diambil jika cacat yang disebabkan kromosom telah terdeteksi
oleh pemeriksaan USG. Biasanya dilakukan setelah kehamilan memasuki usia 20 minggu. Tes ini bisa mendeteksi kelainan
kromosom, kelainan metabolis, kelainan gen tunggal, infeksi seperti toksoplasmosis atau rubela, juga kelainan pada darah
(rhesus), serta problem plasenta semisal kekurangan oksigen.

7. Fetoskopi

Meski keuntungan tes ini bisa menemukan kemungkinan mengobati atau memperbaiki kelainan yang terdapat pada janin.
Namun tes ini jarang digunakan karena risiko tindakan fetoskopi cukup tinggi. Sekitar 3 persen sampai 5 persen
kemungkinan kehilangan janin. Dilakukan dengan menggunakan alat mirip teleskop kecil, lengkap dengan lampu dan
lensa-lensa.

Dimasukkan melalui irisan kecil pada perut dan rahim ke dalam kantung amnion. Alat-alat ini mampu memotret janin.
Tentu saja sebelumnya perut si ibu hamil diolesi antiseptik dan diberi anestesi lokal.

8. Biopsi kulit janin

Pemeriksaan ini jarang dilakukan di Indonesia. Biopsi kulit janin (FSB) dilakukan untuk mendeteksi kecacatan serius pada
genetika kulit yang berasal dari keluarga, seperti epidermolysis bullosa lethalis (EBL). Kondisi ini menunjukkan lapisan
kulit yang tidak merekat dengan pas satu sama lainnya sehingga menyebabkan panas yang sangat parah. Biasanya tes ini
dilakukan setelah melewati usia kehamilan 15-22 minggu.

Prognosis

Prognosis untuk ibu dengan kehamilan resiko tinggi tergantung pada ringan beratnya penyakit yang dialami ibu. Ada
beberapa kondisi yang tidak memungkinkan untuk seorang ibu untuk hamil dikarenakan jika ibu tersebut hamil maka akan
membawa beresiko pada bayi yang dikandungnya. Contohnya seorang ibu dengan penyakit thyroid, pada penyakit ini
glandula thyroid dapat menghasilkan hormon thyroid yang tidak stabil, bisa dalam jumlah banyak ataupun sedikit. Jumlah
dari hormon thyroid yang abnormal dapat mnyebabkan masalah pada kehamilan sehingga dapat mengganggu kesehatan
bayi yang ada dalam kandungan ibu. Dan untungnya penyakit thyroid ini dapat dibantu dengan pengobatan.selama jumlah
dari hormon thyroid masih dalam batas yang terkontrol selama kehamilan maka tidak akan ada masalah selama kehamilan,
baik untuk ibu maupun untuk bayinya.

Page 10 of 22
Ayang prima lestari/1102012035/ske 1 kedkom
Ada beberapa kondisi yang biasanya tidak berhubungan dengan kehamilan tapi dapat timbul suatu kondisi yang dipicu oleh
kehamilan itu sendiri. Seperti asma, epilepsi, dan colitis ulcerative. Contohnya beberapa ibu dengan riwayat cholitis
ulcerative akan menunjukkan kondisi dengan gejala yang lebih berat selama kehamilan, sementara yang lainnya ada juga
yang tidak mengalami perubahan apa-apa selama kehamilan ataupun dapat membaik selama kehamilannya . hal yang sama
juga bisa dialami oleh ibu dengan penyakit asma, beberapa ibu bahkan mengalami perbaikan selama kehamilannya, dan
juga ada yang semakin memburuk, dan ada juga ada yang merasa tidak berpengaruh pada kehamilannya. Kondisi ini
memang sulit untuk diprediksikan, sampai saat ini tidak ada yang mengerti mengapa bisa terjadi kondisi yang demikian,
pada intinya semua wanita dengan penyakit kronik sebaiknya harus kontrol secara rutin selama kehamilannya.

Ada beberapa kelompok dari kondisi medis yang dapat berdampak langsung pada kehamilan. Wanita dengan lupus
(penyakit yang disebabkan perubahan pada sistem imun yang mengakibatkan peradangan pada jaringan penyokong dan
organ – organ) atau dengan penyakit ginjal mengahadapi risiko serius selama masa kehamilannya. Kehamilan dapat
menyebabkan keluhan penyakit ini semakin memberat secara signifikan dan dapat menuju tingkat yang lebih serius. Oleh
karena penyakit ini dapat mempengaruhi kemampuan ibu untuk menyediakan oksigen dan nutrisi ke bayi melalui plasenta,
hal ini juga akan menyebabkan masalah pada bayi. Bayi-bayi ini mungkin tidak dapat berkembang dan mengalami
pertambahan berat badan yang sesuai (retardasi pertumbuhan intrauterin). Selain itu juga terjadi peningkatan risiko bayi
lahir meninggal.

Diabetes adalah suatu kondisi dimana dapat terjadi karena dipengaruhi dan mempengaruhi kehamilan itu sendiri. Diabetes
dapat menyebabkan keguguran, defek kelahiran, kematian pada bayi baru lahir. Ketika seorang wanita mengontrol kadar
gula dalam darahnya dengan hati-hati dan mengobati kadar gulanya yang tinggi dengan insulin, hal itu tidak berarti
menandakan hal yang baik untuk si ibu. Dan buruknya, kehamilan membuat diabetes semakin sulit untuk dikontrol. Secara
keseluruhan, gula darah dan kebutuhan insulin sebaiknya dikontrol selama menjalani kehamilan.

Ada beberapa hal yang dapat sedikit mengurangi komplikasi selama kehamilan yaitu dengan sering berkunjung ke
penyedia layanan kesehatan dan hendaknya hati-hati terhadap obat-obatan, wanita dengan masalah medis biasanya
berusaha untuk melakukan pola hidup sehat, dan biasanya kehamilannya sukses. Ada juga beberapa kondisi medis yang
dapat menimbulkan risiko kesehatan bagi ibu dan bayi selama kehamilan. Wanita dengan masalah medis itu harus
mempertimbangkan risiko tersebut sebelum memutuskan untuk hamil. Banyak juga dari ibu hamil yang mendapatkan
perawatan dari perinatologis selama kehamilan. Walaupun kejadiannya jarang dalam kasus penyakit jantung berat,
misalnya, risiko ibu begitu tinggi untuk hamil sehingga ia tidak lagi harus mempertimbangkan kehamilan sama sekali atau
dengan kata lain mutlak tidak boleh hamil.

Mm. Pencatatan Tentang AKI Dan IMR

Definisi ; Angka Kematian Ibu (AKI) adalah banyaknya kematian perempuan pada saat hamil atau selama 42 hari sejak
terminasi kehamilan tanpa memandang lama dan tempat persalinan, yang disebabkan karena kehamilannya atau
pengelolaannya, dan bukan karena sebab-sebab lain, per 100.000 kelahiran hidup.

Cara Menghitung

Kemudian kematian ibu dapat diubah menjadi rasio kematian ibu dan dinyatakan per 100.000 kelahiran hidup, dengan
membagi angka kematian dengan angka fertilitas umum. Dengan cara ini diperoleh rasio kematian ibu kematian maternal
per 100.000 kelahiran

Rumus

Dimana:

Page 11 of 22
Ayang prima lestari/1102012035/ske 1 kedkom
Jumlah Kematian Ibu yang dimaksud adalah banyaknya kematian ibu yang disebabkan karena kehamilan, persalinan
sampai 42 hari setelah melahirkan, pada tahun tertentu, di daerah tertentu.

Jumlah kelahiran Hidup adalah banyaknya bayi yang lahir hidup pada tahun tertentu, di daerah tertentu.

Konstanta =100.000 bayi lahir hidup.

Faktor - faktor yang mempengaruhi Kematian Ibu dan Perinatal

1. Faktor medik : beberapa faktor medik yang melatarbelakangi adalah faktor resiko

a) Usia ibu saat hamil

b) Jumlah anak

c) Jarak antara kehamilan

Komplikasi kehamilan, persalinan, dan nifas :

a) Perdarahan pervaginam, khususnya pada kehamilan trimester tiga, persalinan dan pasca persalinan

b) Infeksi

c) Pre-eklampsi, hipertensi akibat hamil

d) Komplikasi akibat partus lama

e) Trauma persalinan

Keadaan yang memperburuk derajat kesehatan ibu saat hamil :

a) Kekurangan gizi dan anemia

b) Bekerja ( fisik ) berat selama kehamilan

2. faktor non medik

a) Kurangnya kesadaran ibu untuk mendapat pelayanan antenatal

b) Terbatasnya pengetahuan ibu tentang bahaya kehamilan resiko tinggi

c) Ketidakberdayaan sebagian besar ibu hamil di pedesaan dalammpengambilan keputusan untuk dirujuk

d) Ketidakmampuan sebagian besar ibu hamil untuk membayar biaya transpor dan perawatan RS

3. faktor pelayanan kesehatan

a) Berbagai aspek manajemen yang belum menunjang antara lain :

1) belum semua Dati II (daerah tingkat II) memberi prioritas yang memadai untuk program KIA

2) kurangnya komunikasi dan koordinasi antara Dinkes Dati II, RS Dati II dan puskesmas dalam upaya kesehatan ibudan
perinatal

3) belum mantapnya mekanisme rujukan dari puskesmas ke RS Dati II atau sebaliknya

b) Berbagai keadaan yang berkaitan dengan keterampilan pemberi pelayanan KIA masih merupakan faktor penghambat

Page 12 of 22
Ayang prima lestari/1102012035/ske 1 kedkom
(a). belum ditetapkannya prosedur tetap penanganan kasus kegawatdaruratan kebidanan dan perinatal secara konsisten

(b). kurangnya pengalaman bidan di desa yang baru ditempatkan dalam mendeteksi dan menangani ibu/bayi resiko tinggi

(c). kurang mantapnya keterampilan bidan di puskesmas dan bidan praktik klinik swasta untuk ikut aktif dalam jaringan
sistem rujukan saat ini

(d). terbatasnya keterampilan dokter puskesmas dalam menangani kegawat daruratan kebidanan dan perinatal

(e). kurangnya alih teknologi tepat guna (yang sesuai dengan permasalahan setempat) dari dokter spesialis RS II kepada
dokter/bidan puskesmas.

Angka Kematian Ibu (AKI) di Indonesia sudah berhasil diturunkan secara signifikan dari 390 per 100.000 kelahiran hidup
pada tahun 1991 (SDKI 1991) menjadi 228 per 100.000 kelahiran hidup pada tahun 2007 (SDKI 2007). Sesuai target
MDGs, AKI harus diturunkan sampai 102 per 100.000 kelahiran hidup pada tahun 2015. Untuk dapat mencapai target
MDGs, diperlukan terobosan dan upaya keras dari seluruh pihak, baik Pemerintah, sektor swasta, maupun masyarakat.

Terjadinya kematian ibu terkait dengan faktor penyebab langsung dan penyebab tidak langsung. Faktor penyebab langsung
kematian ibu di Indonesia masih didominasi oleh perdarahan, eklampsia, dan infeksi. Sedangkan faktor tidak langsung
penyebab kematian ibu karena masih banyaknya kasus 3 Terlambat dan 4 Terlalu, yang terkait dengan faktor akses, sosial
budaya, pendidikan, dan ekonomi. Kasus 3 Terlambat meliputi:

 Terlambat mengenali tanda bahaya persalinan dan mengambil keputusan

 Terlambat dirujuk

 Terlambat ditangani oleh tenaga kesehatan di fasilitas kesehatan

Berdasarkan Riskesdas 2010, masih cukup banyak ibu hamil dengan faktor risiko 4 Terlalu, yaitu:

 Terlalu tua hamil (hamil di atas usia 35 tahun) sebanyak 27%

 Terlalu muda untuk hamil (hamil di bawah usia 20 tahun) sebanyak 2,6%

 Terlalu banyak (jumlah anak lebih dari 4) sebanyak 11,8%

 Terlalu dekat (jarak antar kelahiran kurang dari 2 tahun)

Hasil Riskesdas juga menunjukkan bahwa cakupan program kesehatan ibu dan reproduksi umumnya rendah pada ibu-ibu di
pedesaan dengan tingkat pendidikan dan ekonomi rendah. Secara umum, posisi perempuan juga masih relatif kurang
menguntungkan sebagai pengambil keputusan dalam mencari pertolongan untuk dirinya sendiri dan anaknya. Ada budaya
dan kepercayaan di daerah tertentu yang tidak mendukung kesehatan ibu dan anak. Rendahnya tingkat pendidikan dan
ekonomi keluarga berpengaruh terhadap masih banyaknya kasus 3 Terlambat dan 4 Terlalu, yang pada akhirnya terkait
dengan kematian ibu dan bayi.

Dalam rangka percepatan penurunan AKI guna mencapai target MDGs tahun 2015, Direktorat Bina Kesehatan Ibu telah
merumuskan skenario percepatan penurunan AKI sebagai berikut:

 Target MDG 5 akan tercapai apabila 50% kematian ibu per provinsi dapat dicegah/dikurangi.

Page 13 of 22
Ayang prima lestari/1102012035/ske 1 kedkom
 Kunjungan antenatal pertama (K1) sedapat mungkin dilakukan pada trimester pertama, guna mendorong peningkatan
cakupan kunjungan antenatal empat kali (K4).

 Bidan Di Desa sedapat mungkin tinggal di desa, guna memberikan kontribusi positif untuk pertolongan persalinan
serta pencegahan dan penanganan komplikasi maternal.

 Persalinan harus ditolong tenaga kesehatan dan sedapat mungkin dilakukan di fasilitas kesehatan.

 Pelayanan KB harus ditingkatkan guna mengurangi faktor risiko 4 Terlalu.

 Pemberdayaan keluarga dam masyarakat dalam kesehatan reproduksi responsif gender harus ditingkatkan untuk
meningkatkan health care seeking behaviour.

Permasalahan kesehatan, termasuk kematian ibu, merupakan tanggung jawab bersama dan tidak akan dapat diselesaikan
oleh sektor kesehatan sendiri. Oleh karena itu, Kementerian Kesehatan terus menggalang kerja sama lintas sektor, baik
dengan Kementerian/Lembaga lain, Pemerintah Daerah, sektor swasta, kalangan akademisi, organisasi profesi, serta
masyarakat. Perhatian khusus dan upaya keras semua pihak tersebut menjadi modal bagi pencapaian target penurunan AKI
menjadi 102 per 100.000 kelahiran hidup pada tahun 2015.

http://www.kesehatanibu.depkes.go.id/archives/335

Pelaksanaan AMP di Indonesia

AMP menurut Departemen Kesehatan adalah suatu kegiatan untuk menelusuri kembali sebab kesakitan dan kematioan ibu
dan perinatal dengan tujuan mencegah kesakitan dan kematian yang akan datang.

Dari kegiatan ini dapat ditentukan :

1. Sebab dan faktor-faktor terkait dalam kesakitan / kematian ibu dan perinatal

2. Tempat dan alasan berbagi sistem dan program gagal dalam mencegah kematian

3. Jenis intervensi yang dibutuhkan

Otopsi verbal adalah informasi tentang sebab kematian digunakan untuk prioritas kesehatan masyarakat, pola penyakit, tren
penyakit dan untuk evaluasi dampak upaya preventif ataupun promotif.

L. Tujuan AMP

1. Tujuan Umum : meningkatkan mutu pelayanan KIA di seluruh wilayah kabupaten dalam rangka mempercepat
penuruna angka kematian ibu dan perinatal

2. Tujuan Khusus :

a) Menerapkan pembahasan analitik mengenai kasus kebidanan dan perinatal secara teratur dan berkesinambungan yang
dilakukan oleh Dinas Kesehatan Kota, RS kabupaten dan puskesmas.

b) Menentukan intervensi untuk masing-masing pihak yang diperlukan untuk mengatasi masalah-masalah yang ditemukan
dalam mengatasi pembahasan kasus.

c) Mengembangkan mekanisme koordinasi antara DKK, RS kabupaten/daerah, dan puskesmas dalam perencanaan,
pelaksanaan, pemantauan, dan evaluasi terhadap intervensi yang disepakati.

Mm. Pandangan Islam Terhadap Aborsi Dan Risiko Kehamilan Di Luar Nikah

Page 14 of 22
Ayang prima lestari/1102012035/ske 1 kedkom
Aborsi merupakan suatu proses pengakhiran hidup dari janin sebelum diberi kesempatan untuk bertumbuh (Kapita Seleksi
Kedokteran, Edisi 3, halaman 260), Sedangkan Menurut Dr. Musthafa Lubnah dalam karangnya Naqlan an-jarimatil Ijhadh
al- Hawamil, ia menyatakan bahwa sebagian Ulama syafi’iyah berpendapat bahwa aborsi adalah seorang wanita membuang
janin sebelum sempurna masa kehamilannya hidup atau mati, sehingga janin tersebut tidak dapat menikmati kehidupan di
dunia ini. Sedangkan bayi tersebut telah sempurna sebagian penciptaannya.

Dari Ibnu Mas’ud bahwasanya Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam bersabda : Sesungguhnya seseorang dari kamu
dikumpulkan penciptaannya di dalam perut ibunya selama empat puluh hari. Setelah genap empat puluh hari kedua,
terbentuklah segumlah darah beku. Ketika genap empat puluh hari ketiga, berubahlah menjadi segumpal daging. Kemudian
Allah mengutus malaikat untuk meniupkan roh, serta memerintahkan untuk menulis empat perkara, yaitu penentuan rizki,
waktu kematian, amal, serta nasibnya, baik yang celaka, maupun yang bahagia. (HR Bukhari dan Muslim)

Janganlah kamu mencari alasan untuk menggugurkan kandunganmu dan menghindar darinya dengan cara apapun, karena
ALLAH Ta’ala memberikan keringanan padamu dengan berbuka di bulan Ramadhan bilamana puasa itu menyusahkan
dirimu atau puasa itu dapat membahayakan kehamilanmu. Sungguh, perbuatan aborsi (menggugurkan kandungan) tidak
asing lagi di zaman ini. Padahal perbuatan ini adalah perbuatan yang diharamkan.

Apabila aborsi dilakukan di awal kehamilan yakni sebelum ruh (nyawa) ditiupkan ke dalam (janin) tersebut adalah dosa
besar. Karena ia akan menginjak pada tahap penyempurnaan yang kemudian berlanjut kepada penyelesaian , kecuali bahwa
hal tersebut lebih kecil dosa besarnya daripada yang telah ditiupkan ruh (nyawa) ke dalamnya. Maka keyakinan
pengguguran terhadap janin yang telah ada ruh di dalamnya adalah sama seperti pembunuhan terhadap seorang mukmin.

“ Dan janganlah kamu membunuh jiwa yang diharamkan Allah (membunuhnya), melainkan dengan suatu (alasan) yang
benar. “ ( Q.S. Al Israa’: 33 )

1. Menggugurkan Janin Setelah Peniupan Roh

Secara umum, para ulama telah sepakat bahwa menggugurkan janin setelah peniupan roh hukumnya haram. Peniupan roh
terjadi ketika janin sudah berumur empat bulan dalam perut ibu, Ketentuan ini berdasarkan hadist Ibnu Mas’ud di atas.
Janin yang sudah ditiupkan roh dalam dirinya, secara otomatis pada saat itu, dia telah menjadi seorang manusia, sehingga
haram untuk dibunuh. Hukum ini berlaku jika pengguguran tersebut dilakukan tanpa ada sebab yang darurat.

Namun jika disana ada sebab-sebab darurat, seperti jika sang janin nantinya akan membahayakan ibunya jika lahir nanti,
maka dalam hal ini, para ulama berbeda pendapat:

Pendapat Pertama :

Menyatakan bahwa menggugurkan janin setelah peniupan roh hukumnya tetap haram, walaupun diperkirakan bahwa janin
tersebut akan membahayakan keselamatan ibu yang mengandungnya. Pendapat ini dianut oleh Mayoritas Ulama.

Dalilnya adalah firman Allah swt :

‫س الَّتِي َح َّر َم ه‬
ِ ‫ّللا ُ ِإالَّ بِال َح ه‬
‫ق‬ َ ‫َوالَ ت َ ْقتُلُواْ النَّ ْف‬

“ Dan janganlah kamu membunuh jiwa yang diharamkan Allah (membunuhnya), melainkan dengan suatu (alasan) yang
benar. “ ( Q.S. Al Israa’: 33 )

Kelompok ini juga mengatakan bahwa kematian ibu masih diragukan, sedang keberadaan janin merupakan sesuatu yang
pasti dan yakin, maka sesuai dengan kaidah fiqhiyah : “ Bahwa sesuatu yang yakin tidak boleh dihilanngkan dengan
sesuatu yang masih ragu.”, yaitu tidak boleh membunuh janin yang sudah ditiup rohnya yang merupakan sesuatu yang
pasti , hanya karena kawatir dengan kematian ibunya yang merupakan sesuatu yang masih diragukan. ( Hasyiyah Ibnu
Abidin : 1/602 ).

Page 15 of 22
Ayang prima lestari/1102012035/ske 1 kedkom
Selain itu, mereka memberikan permitsalan bahwa jika sebuah perahu akan tenggelam, sedangkan keselamatan semua
perahu tersebut bisa terjadi jika sebagian penumpangnya dilempar ke laut, maka hal itu juga tidak dibolehkan.

Pendapat Kedua :

Dibolehkan menggugurkan janin walaupun sudah ditiupkan roh kepadanya, jika hal itu merupakan satu-satunya jalan untuk
menyelamatkan ibu dari kematian. Karena menjaga kehidupan ibu lebih diutamakan dari pada menjaga kehidupan janin,
karena kehidupan ibu lebih dahulu dan ada secara yakin, sedangkan kehidupan janin belum yakin dan keberadaannya
terakhir.( Mausu’ah Fiqhiyah : 2/57 )

Prediksi tentang keselamatan Ibu dan janin bisa dikembalikan kepada ilmu kedokteran, walaupun hal itu tidak mutlak
benarnya. Wallahu A’lam.

Dari keterangan di atas, bisa diambil kesimpulan bahwa para ulama sepakat bahwa Abortus Profocatus Criminalis, yaitu
aborsi kriminal yang menggugurkan kandungan setelah ditiupkan roh ke dalam janin tanpa suatu alasan syar’I hukumnya
adalah haram dan termasuk katagori membunuh jiwa yang diharamkan Allah swt.

Adapun aborsi yang masih diperselisihkan oleh para ulama adalah Abortus Profocatus Therapeuticum, yaitu aborsi yang
bertujuan untuk penyelamatan jiwa, khususnya janin yang belum ditiupkan roh di dalamnya.

Zinah

1. Pengertian zina

Zina (bahasa Arab : ‫الزنا‬, bahasa Ibrani : ‫ – ניאוף‬zanah ) adalah perbuatan bersanggama antara laki-laki dan perempuan yang
tidak terikat oleh hubungan pernikahan (perkawinan). Secara umum, zina bukan hanya di saat manusia telah melakukan
hubungan seksual, tapi segala aktivitas-aktivitas seksual yang dapat merusak kehormatan manusia termasuk dikategorikan
zina.

Sedangkan zina secara harfiah artinya fahisyah, yaitu perbuatan keji. Zina dalam pengertian istilah adalah hubungan
kelamin di antara seorang lelaki dengan seorang perempuan yang satu sama lain tidak terikat dalam hubungan perkawinan

Dalam setiap agama, perzinahan merupakan sesuatu yang paling dibenci

dan dilarang. Konteksnya pada agama Islam, hal tersebut dapat dibuktikan pada

surat – surat Al qur’an tentang perzinahan atau melakukan hubungan seksual

diluar nikah diantaranya adalah:

1. Surat Yusuf ayat 24

“ Sesungguhnya wanita itu telah bermaksud ( melakukan perbuatan itu )

dengan Yusuf, dan yusuf pun bermaksud (melakukan pula ) dengan wanita

itu andai kata dia tidak melihat tanda ( dari ) Tuhannya. Demikanlah, agar

kami memalingkan daripadanya kemungkaran dan Kekejian.”

Page 16 of 22
Ayang prima lestari/1102012035/ske 1 kedkom
1. Surat An Nur ayat 2 :

“ Perempuan yang berzina dan laki – laki yang berzina, maka deralah tiap – tiap seorang dari keduanya seratus kali dera
dan janganlah belas kasihan kepada keduanya mencegah kamu untuk ( menjalankan ) agama Allah.” Selain itu pula, Allah
SWT mengajarkan agar menjaga “kemaluan “. Kemaluan dalam dan arti luas, termasuk dalam arti “kemaluan” adalah
organ sex

Surat Al Ma’aarif ayat 29

“ Dan orang – orang yang memelihara kemaluannya.” (criteria orang – orang yang dianjurkan oleh Allah SWT). Demikan
halnya atas larangan Al Qur’an mengenai homoseksualitas

Surat A’raf ayat 81 :

“ Sesungguhnya kamu mendatangi lelaki untuk melepaskan nafsumu (kepada mereka ), bukan kepada wanita, malah kamu
ini adalah kamu yang melampaui batas.”

Surat An Naml ayat 58

“ Dan kami turunkan atas mereka ( hujan batu), maka amat beratkah hujan yang ditimpakan atas orang – orang yang diberi
peringatan itu.” Jelaslah secara yuridis bahwa pandangan Islam, terang – terangan mengutuk perbuatan zinah, berhubungan
sex diluar perkawinan dan homo seksual.

Jadi bisa dikatakan bahwa zina merupakan perbuatan yang menimbulkan kerusakan besar dilihat secara ilmiah. Zina adalah
salah satu diantara sebab-sebab dominan yang mengakibatkan kerusakan dan kehancuran peradaban, menularkan penyakit
yang sangat berbahaya, misalnya AIDS, dan lain-lain. Mendorong orang untuk terus menerus hidup membujang serta
praktek hidup bersama tanpa nikah.

Berdasarkan hukum Islam, perzinaan termasuk salah satu dosa besar. Dalam agama Islam, aktivitas-aktivitas seksual oleh
lelaki/perempuan yang telah menikah dengan lelaki/perempuan yang bukan suami/istri sahnya, termasuk perzinaan. Dalam
Al-Quran, dikatakan bahwa semua orang Muslim percaya bahwa berzina adalah dosa besar dan dilarang oleh Allah.

1. Macam – macam zina menurut pandangan islam

Sebuah hadits Dari Abu Hurairah r.a. Bahwa Rasulullah saw telah bersabda yang artinya:

“Kedua mata itu bisa melakukan zina, kedua tangan itu (bisa) melakukan zina, kedua kaki itu (bisa) melakukan zina. Dan
kesemuanya itu akan dibenarkan atau diingkari oleh alat kelamin.” (Hadis sahih diriwayatkan oleh Imam Bukhari dan
Imam Muslim dari Ibnu Abbas dan Abu Hurairah).

dan

“Tercatat atas anak Adam nasibnya dari perzinaan dan dia pasti mengalaminya. Kedua mata zinanya melihat, kedua
telinga zinanya mendengar, lidah zinanya bicara, tangan zinanya memaksa (memegang dengan keras), kaki zinanya
melangkah (berjalan) dan hati yang berhazrat dan berharap. Semua itu dibenarkan (direalisasi) oleh kelamin atau
digagalkannya.” (HR Bukhari).

Adapun macam-macam zina yang akan kita pelajari, diantara :

1. Zina al-lamam

 Zina ain (zina mata) yaitu memandang lawan jenis dengan perasaan senang.

Di dalam Islam ada jenis maksiat yang disebut dengan ‘zina mata’ (lahadhat atau zina ain). Lahadhat itu, pandangan kepada
hal-hal, yang menuju kemaksiatan. Lahadhat bukan hanya sekadar memandang, tetapi diikuti dengan pandangan
selanjutnya. Pandangan mata adalah sumber itijah (orientasi) kemuliaan, juga sekaligus duta nafsu syahwat. Seseorang

Page 17 of 22
Ayang prima lestari/1102012035/ske 1 kedkom
yang menjaga pandangan berarti ia menjaga kemaluan. Barangsiapa yang mengumbar pandangannya, maka manusia itu
akan masuk kepada hal-hal yang membinasakannya.

Rasulullah Shallahu Alaihi Wa Sallam, pernah menasihati Ali :

“Jangan kamu ikuti pandangan pertamamu dengan pandangan kedua dan selanjutnya. Milik kamu adalah pandangan yang
pertama, tapi yang kedua bukan”.

Dalam musnad Ahmad, disebutkan, Rasulullah Shallahu Alaihi Wa Sallam, bersabda

“Pandangan adalah panah beracun dari panah-pandah Iblis. Barangsiapa yang menundukkan pandangannya dari
keelokkan wanita yang cantik karena Allah, maka Allah akan mewariskan dalam hatinya manisnya iman sampai hari
kiamat”

Yang tergolong “zina mata” (berzina dengan mata) adalah melihat dengan syahwat. Misalnya: memandangi foto porno,
mengintip cewek mandi, dsb.

 Zina qolbi (zina hati) yaitu memikirkan atau menghayalkan lawan jenis dengan perasaan senag kepadanya.

“Zina hati” adalah “mengharap-harap kesempatan untuk berzina” atau “memelihara hasrat untuk berzina”. Dari kata-kata
ukhti, saya tidak melihat adanya zina hati pada diri ukhti. Ataukah ukhti mengira bahwa “kecondongan hati” terhadap si dia
merupakan “zina hati”? Ketahuilah bahwa kecondongan hati itu merupakan rasa cinta, sedangkan rasa cinta itu halal dan
bukan tergolong “zina hati”.

Dengan demikian pula, merindukan si dia atau pun merasakan getaran di hati ketika memikirkan si dia bukanlah tergolong
“zina hati”. Pengertian “zina hati” (berzina dalam hati) adalah mengharap dan menginginkan pemenuhan nafsu birahi.
Contohnya: berpikiran mesum, “Kapan-kapan aku akan ke tempat kostnya saat sepi tiada orang lain. Siapa tahu dia mau
kuajak ‘begituan’.”

 Zina lisan (zina ucapan) yaitu membincangkan lawan jenis dengan perasaan senang kepadanya

Selain itu, menyampaikan kata-kata mesra kepada sang pacar bukanlah tergolong zina lisan.Yang tergolong “zina lisan”
adalah yang disertai dengan nafsu birahi. Contohnya: ucapan mesum kepada pacar, “Aku ingin sekali meletakkan mulutku
ke mulutmu berpagutan dalam ciuman.”

 Zina yadin (zina tangan) yaitu memegang tuuh lawan jenis dengan perasaan senag kepadanya

Tangan dianggap telah melakukan zina dengan melakukan perbuatan yang tidak baik, melakukan masturbasi atau onani
untuk memperoleh kepuasan seksual dll. Jadi kalau ditilik dari kaca mata tasawuf, maka masturbasi atau onani
dikategorikan sebagai bentuk zina tangan.

Sementara itu, orang yang telah melakukan masturbasi atau onani, apabila sampai mengeluarkan sperma, maka baginya
berlaku hukum mandi besar (junub). Hal itu berdasarkan hadis Nabi saw yang mengatakan ”Air (mandi itu wajib) dari
(keluarnya) air (sperma). (HR Muslim). Apabila tidak sampai keluar sperma, maka tidak wajib mandi besar.

Untuk itu Nabi saw dalam salah satu hadisnya menganjurkan ”Wahai para pemuda, barang siapa yang sudah sanggup
kawin, maka kawinlah, karena hal itu (kawin) akan menjaga pandangan dan melindungi (kehormatan) kemaluan, dan jika
tidak mampu, maka hendaklah ia berpuasa, karena hal itu (puasa) akan mengekang hawa nafsu.” (HR Bukhari).
b. Zina Luar Al-Lamam (Zina Yang Sebenarnya)

 zina muhsan yaitu zina yang dilakukan oleh orang yang telah bersuami istri, hukumannya adalah dirajam sampai
mati.
 Zina gairu muhsan yaitu zina yang dilakukan oleh orang yang belum bersuami istri, hukumannya adalah didera
sebanyak 100X dengan menggunakan rotan.
Perbuatan zina adalah perbuatan dosa besar yang berakibat akan mendapatkan sangsi yang berat bagi pelaku, oleh karena

Page 18 of 22
Ayang prima lestari/1102012035/ske 1 kedkom
itu untuk menentukan bahwa seseorang telah berbuat zina dapat dilakukan dengan 4 cara sbagaimana telah digariskan oleh
rasulullah saw, yaitu : ada 4 orang saksi yang adil, laki-laki, memberikan yang sama mengenai: tempat, waktu, pelaku, dan
cara melakukannya.
Pengakuan dari pelaku dengan syarat pelaku sudah baligh dan berakal. Menurut imam syafi’i dan imam malik pengakuan
cukup diucapkan oleh pelaku satu kali, namun menurut imam abu hanifah dan imam ahmad pengakuan harus diulang-ulang
sampai empat kali, setelah itu baru dijatuhi hukuman.

1. Hukuman yang didapat untuk para pezina

Di dalam Islam, pelaku perzinaan dibedakan menjadi dua, yaitu pezina muhshan dan ghayru muhshan. Pezina muhshan
adalah pezina yang sudah memiliki pasangan sah (menikah). Sedangkan pezina ghayru muhshan adalah pelaku yang belum
pernah menikah dan tidak memiliki pasangan sah.

Di bawah hukum Islam, perzinaan termasuk salah satu dosa besar. Dalam agama Islam, hubungan seksual oleh
lelaki/perempuan yang telah menikah dengan lelaki/perempuan yang bukan suami/istri sahnya, termasuk perzinaan. Dalam
Al-Quran, dikatakan bahwa semua orang Muslim percaya bahwa berzina adalah dosa besar dan dilarang oleh Allah.

Tentang perzinaan di dalam Al-Quran disebutkan di dalam ayat-ayat berikut; Al Israa’ 17:32, Al A’raaf 7:33, An Nuur
24:26. Dalam hukum Islam, zina akan dikenakan hukum rajam.

Hukumnya menurut agama Islam untuk para penzina adalah sebagai berikut:

* Jika pelakunya muhshan, mukallaf (sudah baligh dan berakal), suka rela (tidak dipaksa, tidak diperkosa), maka dicambuk
100 kali, kemudian dirajam, berdasarkan perbuatan Ali bin Abi Thalib atau cukup dirajam, tanpa didera dan ini lebih baik,
sebagaimana dilakukan oleh Muhammad, Abu Bakar ash-Shiddiq, dan Umar bin Khatthab.

* Jika pelakunya belum menikah, maka dia didera (dicambuk) 100 kali. Kemudian diasingkan selama setahun.

Sebagai konsekuensi atau larangan zina allah berfirman dalam surah an-Nurr (24) ayat 4 dan 5 sebagai berikut:

Artinya: orang-orang yang menuduh wanita-wanita yang baik (berbuat zina) dan mereka tidak mendatangkan empat orang
saksi, maka deralah mereka (yang menuduh itu) delapan puluh kali dera, dan janganlah kamu terima kesaksian mereka
buat selama-lamanya. Dan mereka itulah orang-orang fasik. Kecuali orang-orang yang berdaulat sesudah itu dan
mmemperbaiki (dirinya) maka sesungguhnya allah maha pengampun lagi maha penyayang.

Dalam kitabnya Abdul Qodir Audah dijelaskan:

Jadi ketika perempuan atau laki-laki berbuat zina maka dihukum dengan hukuman, yang pertama yaitu jilid, dan kedua
adalah pengasingan.

Pertama, yaitu hukuman jilid, ketika gadis/perawan berzina maka dihukum jilid 100 kali jilidan berdasarkan surat an-Nur
ayat 2.

Hukuman jilid adalah dihad, yaitu hukuman yang ditetapkan, dan tidak boleh bagi hakim (qodli) mengurangi atau
menambahnya karena beberapa sebab.

Kedua, yaitu pengasingan, para ulama berbeda pendapat dalam hal ini, menurut Imam Syafii dan Imam Ahmad adalah
pengasingan dari daerah yang dijadikan untuk zina ke daerah lain. Sedangkan menurut Imam Malik dan Abu Hanifah
tahgrib adalah menahan.

1. Syarat-syarat pezina mendapatkan hukuman

Hukuman yang ditetapkan atas diri seseorang yang berzina dapat dilaksanakan dengan syaarat-syarat sebagai berikut:

1 Orang yang berzina itu berakal/waras.

Page 19 of 22
Ayang prima lestari/1102012035/ske 1 kedkom
2.Orang yang berzina sudah cukup umur (baligh).

3.Zina dilakukan dalam keadaan tidak terpaksa, tetapi atas kemauannya sendiri.

4.Orang yang berzina tahu bahwa zina itu diharamkan.

Jadi hukuman tidak dapat dijatuhkan dan dilaksanakan terhadap anak kecil, orang gila dan orang yang dipaksa untuk
melakukan zina.

Hal ini didasarkan pada hadits Nabi saw, sebagai berikut:

Artinya: “Tidaklah dicatat dari tiga hal: orang yang tidur hingga ia bangun, dari anak-anak hingga dia baligh, dan dari
orang gila hingga dia waras.”

1. Solusi dalam permasalahan moral (zina)

Islam adalah agama fitrah yang mengakui keberadaan naluri seksual. Di dalam Islam, pernikahan merupakan bentuk
penyaluran naluri seks yang dapat membentengi seorang muslim dari jurang kenistaan. Maka, dalam masalah ini nikah
adalah solusi jitu yang ditawarkan oleh Rasulullah saw sejak 14 abad yang lampau bagi gadis/perjaka.

Selain itu, penerapan syariat Islam merupakan solusi terhadap berbagai problematika moral ini dan penyakit sosial lainnya.
Karena seandainya syariat ini diterapkan secara kaffah (menyeluruh dalam segala aspek kehidupan manusia) dan sungguh-
sungguh, maka sudah dapat dipastikan tingkat maksiat khalwat, zina, pemerkosaan dan kriminal lainnya akan berkurang
drastic.

Orang tua pun sangat berperan dalam pembentukan moral anaknya dengan memberi pemahaman dan pendidikan islami
terhadap mereka. Orang tua hendaknya menutup peluang dan ruang gerak untuk maksiat ini dengan menyuruh anak
gadisnya untuk berpakaian syar’i (tidak ketat, tipis, nampak aurat dan menyerupai lawan jenis). Memberi pemahaman akan
bahaya pacaran dan pergaulan bebas. Dalam konteks kehidupan masyarakat, tokoh masyarakat dapat memberikan sanksi
tegas terhadap pelaku zina sebagai preventif (pencegahan). Jangan terlalu cepat menempuh jalur damai “nikah”, sebelum
ada sanksi secara adat, seperti menggiring pelaku zina ke seluruh kampung untuk dipertontonkan dan sebagainya. Selain
itu, majelis ta’lim dan ceramah pula sangat berperan dalam mendidik moral masyarakat dan membimbing mereka.

Begitu pula sekolah, dayah dan kampus sebagai tempat pendidikan secara formal dan informal mempunyai peran dalam
pembentukan moral pelajar/mahasiwa. Dengan diajarkan mata pelajaran Tauhid, Al-Quran, Hadits dan Akhlak secara
komprehensif dan berkesinambungan, maka para pelajar/mahasiswa diharapkan tidak hanya menjadi seorang muslim yang
cerdas intelektualnya, namun juga cerdas moralnya (akhlaknya).

Peran Pemerintah dalam amal ma’ruf nahi munkar mesti dilakukan. Pemerintah diharapkan mengawasi dan menertibkan
warnet-warnet, salon-salon, kafe-kafe dan pasangan non-muhrim yang berboncengan. Karena, bisa memberi celah dan
ruang untuk maksiat ini. Mesti ada tindak pemblokiran situs-situs porno sebagaimana yang diterapkan di Negara Islam
lainnya seperti Arab Saudi, Iran, Malaysia dan sebagainya.

1. Pengaruh zina terhadap kejiwaan

Keterkaitan antara aspek psikis pelaku perzinahan adalah factor yang saling mendukung dan saling mempengaruhi otak
untuk melakukan perbuatan. Berikut adalah deskripsi kejiwaan pelaku perzinahan :

1. Psikis “ Hewani” mendominasi

Maksudnya adalah kejiwaan manusia pelaku sudah tidak manusiawi lagi. Kondisi yang ada ketika melakukan perzinahan
baik bagi hetero seksual maupun homo seksual, adalah psikis hewani yang mementingkan pemuas nafsu birahi belaka.
Sedangkan manusia, adalah makhluk yang beradab dengan dilengkapi naluri manusiawi dan akal yang (seharusnya ) sehat.

1. Psikis yang adktif akan perzinahan.

Page 20 of 22
Ayang prima lestari/1102012035/ske 1 kedkom
Apabila seseorang melakukan perzinahan, secara statistic pasti akan mengulanginya lagi (adiktif). Hal ini dibuktikan
dengan meningkatnya penderita HIV / AIDS baik dalam skala nasional maupun internasional. Sedangkan cara penularan
virus HIV / AIDS yang paling banyak dijumpai adalah dengan gonta ganti pasangan seksual (baik hetero seksual maupun
homoseksual). Cara penularan yang kedua adalah dengan penggunaan jarum suntik yang tidak bersih secara klinis. Dengan
demikian, akibat kejiwaan adiktif terhadap perzinahan tersebut, mengakibatkan pada kesehatan fisik si pelaku zinah.

1. Psikis yang ekstra posesif

Hal ini terjadi pada umumnya, didominasi oleh gay/ lesbian. Contoh kasus yang tengah menjadi sorotan public saat ini
adalah kasus pembunuhan berantai yang dilakukan oleh tersangka Ryan atau Very Idham Afriansyah. Setelah dilakukan uji
psikologis oleh Tim Dokter Polri, tersangka Ryan divonis menderita kelainan kejiwaan yang dalam bahasa Ilmu psikologi
disebut psikopat, yakni kondisi kejiwaan yang sangat labil dan tidak dapat membedakan perbuatan yang baik atau buruk.
Hal tersebut dapat terjadi pada setiap orang yang salah satu pemicunya adalah sifat yang extra posesif ( rasa memiliki
terhadap sesuatu yang berlebihan ).

1. Larangan berbuat zina

Zina dinyatakan sebagai perbuatan yang melanggar hukum yang harus diberi hukuman setimpal, karena mengingat akibat
yang ditimbulkan sangat buruk. Hubungan bebas dan segala bentuk diluar ketentuan agama adalah perbuatan yang
membahayakan dan mengancam keutuhan masyarakat dan merupakan perbuatan yang sangat nista. Allah SWT berfirman:

Artinya: “Dan janganlah kamu mendekati zina. Sesungguhnya zina itu adalah perbuatan yang keji dan merupakan jalan
yang buruk.” (QS. al-Isra’ :32).

Jadi bisa dikatakan bahwa zina merupakan perbuatan yang menimbulkan kerusakan besar dilihat secara ilmiah. Zina adalah
salah satu diantara sebab-sebab dominan yang mengakibatkan kerusakan dan kehancuran peradaban, menularkan penyakit
yang sangat berbahaya, misalnya AIDS, dan lain-lain. Mendorong orang untuk terus menerus hidup membujang serta
praktek hidup bersama tanpa nikah.

Dengan demikian, zina merupakan sebab utama dari pada kemelaratan, pemborosan, pencabulan, dan pelacuran. Maka dari
itu Islam menetapkan hukuman yang keras/berat terhadap pelaku zina. Dengan kata lain, Islam menetapkan hukuman
berdasarkan dan setelah menimbang bahwa menghukum pelaku zina dengan hukuman yang lebih berat itu lebih adil
ketimbang membiarkan rusaknya masyarakat disebabkan merajalelanya perzinahan. Hukuman yang dijatuhkan atas diri
pezina memang mencelakakan dirinya, tetapi memberi hukuman itu mengandung arti memelihara jiwa, mempertahankan
kehormatan dan melindungi keutuhan keluarga.

Hukuman zina tidak hanya menimpa pelakunya saja, tetapi juga berimbas kepada masyarakat sekitarnya, karena murka
Allah akan turun kepada kaum atau masyarakat yang membiarkan perzinaan hingga mereka semua binasa, berdasarkan
sabda Rasulullah saw:

“Jika zina dan riba telah merebak di suatu kaum, maka sungguh mereka telah membiarkan diri mereka ditimpa azab
Allah.” (HR. Al-Hakim).

Di dalam riwayat lain Rasulullah saw bersabda:

“Ummatku senantiasa ada dalam kebaikan selama tidak terdapat anak zina, namun jika terdapat anak zina, maka Allah
Swt akan menimpakan azab kepada mereka.” (H.R Ahmad).

Di dalam UU No 1 th 1974 pasal 43 ayat (1) disebutkan bahwa anak yang dilahirkan di luar perkawinan hanya mempunyai
hubungan perdata dengan ibunya dan keluarga ibunya. Kemudian UU ini dijudicial review oleh Macicha Mokhtar,
sehingga keluarlah putusan Mahkamah Konstitusi pada tanggal 17 Pebruari 2012 menjadi : Anak yang dilahirkan di luar
perkawinan mempunyai hubungan pedata dengan ibunya dan keluarga ibunya serta dengan laki-laki sebagai ayahnya yang
dapat dibuktikan berdasarkan ilmu pengetahuan dan teknologi dan/atau alat bukti lain menurut hukum mempunyai
hubungan darah, termasuk hubungan perdata dengan ayahnya. Argumentasi yang melandasi keputusan ini antara lain
bahwa setiap anak adalah tetap anak dari kedua orang tuanya, terlepas apakah dia lahir dalam perkawinan yang sah atau di
luar itu dan bahwasanya dia berhak memperoleh layanan dan tanggung jawab yang sama dalam perwalian, pemeliharaan,
pengawasan dan pengangkatan anak tanpa diskriminasi. Hal ini sesuai dengan UU N0 12 tahun 2006

Page 21 of 22
Ayang prima lestari/1102012035/ske 1 kedkom
tentang Kewargannegaraan yang menyangkut hak asasi manusia (HAM).

Status Anak di Luar Nikah Menurut Islam

Dalam sebuah hadis yang diriwayatkan Muslim dari Aisyah Rasulullah saw bersabda, “ Al-waladu li al-firaasyi,
walil`aahiri alhajaru” artinya “ Status (kewalian) anak adalah bagi pemilik kasur/suami dari perempuan yang melahirkan.
Dan bagi pelaku zina (dihukum) batu.” Status kewalian dalam hadis tersebut adalah dalam konteks hubungan pernikahan
agar anak yang dilahirkan kelak memiliki identitas yang jelas siapa ayah nasabnya.
Menurut Abu Hanifah, anak mempunyai hubungan darah dengan laki-laki yang tidur seranjang dengan ibu anak. Bila
dilahirkan di luar perkawinan maka menurut Abu hanifah anak tersebut meski tidak memiliki hubungan nasab dengan ayah
biologisnya ia tetap menjadi mahram (haram dinikahi) oleh ayah biologisnya sama dengan mahram melalui pernikahan.(
Al-Qurthubi, Bidayah al--Mujtahid, juz 2 hal. 34).

Dari kitab referensi yang sama, pendapat ini disanggah oleh Syafi`iy dan Malik yang didukung jumhur ulama, menurut
mereka jika anak di lahirkan kurang dari enam bulan setelah akad nikah maka tidak bisa dinasabkan kepada ayah yang
menikahi ibunya, juga tidak menjadi mahram dan dengan demikian dia bisa dinikahi ayah tersebut.

Mereka berpedoman pada pendapat Ali bin Abi Thalib ketika menghentikan rencana khalifah Usman bin Affan
menghukum rajam terhadap seorang perempuan atas tuduhan zina yang diadukan suaminya karena sang isteri melahirkan
bayi pada 6 bulan (kurang 9 bulan) dari waktu akad nikah. Maka Ali menjelaskan kepada Usman bahwa al-Qur`an
menyebutkan masa mengandung dan menyusui bayi adalah 30 bulan seperti yang tertera di dalam surat Al- Ahqaaf ayat 15,
lalu dikaitkan dengan surat al-Baqarah ayat 233 bahwa masa menyusui adalah 2 tahun, ini artinya masa mengandung
paling pendek 6 bulan dan masa menyusui paling panjang 2 tahun. ( Tafsir Al-Alusi, Surat al Ahqaaf ayat 15)

Tegasnya, meskipun si ibu melangsungkan akad nikah, bila kurang dari 6 bulan sejak pernikahannya itu lalu ia melahirkan
anak, maka sang anak tersebut tidak boleh dinasabkan kepada ayah yang menikahi ibunya.

Page 22 of 22

Anda mungkin juga menyukai