Impetigo Vesikobulosa
Oleh :
Anne Marsha
Pembimbing :
dr. Hendrik Kunta Adjie, Sp.KK
II. Anamnesis
Berdasarkan autoanamnesis pada tanggal 2 Mei 2017 pukul 11.00
- Keluhan Utama
Muncul beberapa lenting berisi nanah di daerah tungkai bawah kanan sebelah dalam
sejak 1 minggu yang lalu.
- Riwayat Pengobatan
(-)
- Riwayat Penyakit Dahulu
Keluhan Serupa : Disangkal
Typhoid : Disangkal
DBD : Disangkal
Diare : Disangkal
ISPA : Disangkal
Alergi : Disangkal
Hipertensi : Disangkal
Diabetes : Disangkal
- Riwayat Kontak
Pasien tidak kontak dengan siapapun yang menderita penyakit yang sama.
III. PemeriksaanFisik
Status Generalis
Keadaan umum : Tampak sakit ringan
Kesadaran : Compos mentis
Keadaan Gizi : Baik
Tanda Vital : TD : 120/80 N: 80 x/menit
RR : 18 x/menit Suhu: afebris
Mata : Konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik
Mulut : Mukosa hiperemis (-), tonsil T1-T1
Leher : Bentuk normal, pembesaran KGB (-)
Thoraks : Jantung : Bunyi jantung I-II regular,murmur -, gallop –
Paru : Suara nafas vesikuler, Rhonki-/-, wheezing -/-
Abdomen : Datar, supel, nyeri tekan (-)
Ekstremitas : Akral hangat, edema -/-
Status Dermatologis :
Regio : Tungkai bawah kanan sebelah dalam
Distribusi : Lokalisata
Efloresensi Primer : Vesikel-Pustul-Bula pustulosa
Warna : Dasar eritem
Ukuran : Lentikular
Jumlah : Multiple
Efloresensi Sekunder : Erosi
Konfigurasi : (-)
IV. Anjuran Pemeriksaan Penunjang
Sediaan langsung dengan pemeriksaan GRAM yang diambil dari dasar krusta atau dasar
ulkus. Hasil yang diharapkan :
Epitel
Leukosit PMN
Kokus GRAM positif
Kultur dan Tes Resistensi
V. Resume
Seorang laki-laki berusia 19 tahun datang ke poli kulit RS. Husada dengan keluhan
lenting/gelembung berisi cairan bening bercampur nanah sejak 1 minggu yang lalu.
Sejak 1 minggu yang lalu kelainan kulit bertambah hebat sehingga menjadi gelembung-
gelembung bernanah. Awalnya hanya muncul berupa bintik merah yang terasa gatal
disertai rasa nyeri. Beberapa kali pasien merasa tidak tahan dengan keadaan gatalnya
kemudian menggaruk gelembung-gelembung yang ada di bagian kakinya tersebut.
Beberapa gelembung ada yang pecah dan mengeluarkan nanah. Karena sudah terasa
sangat mengganggu akhirnya pasien datang ke poli klinik untuk memeriksakan
keadaannya. Gelembung-gelembung itu hanya muncul di daerah kaki kiri saja dan tidak
ditemukan di tempat lain. Pasien mengaku tidak pernah mengalami keadaan seperti ini
sebelumnya. Pasien juga mengaku tidak memiliki riwayat alergi baik obat maupun
makanan. Pasien juga mengaku tidak demam dari mulai keluhan ini muncul. Pada
pemeriksaan didapatkan lesi di tungkai bawah kanan sebelah dalam multiple berbentuk
vesikel, pustul dan bula pustulosa dengan ukuran lentikuler serta warna dasarnya eritem.
VI. Diagnosa Banding
Impetigo Vesico-bulosa
Impetigo Bulosa
VII.Diagnosa Kerja
Impetigo Vesico-bulosa
VIII. Penatalaksanaan
- Non Medikamentosa:
o Jangan memegang kelainan kulit dengan menggunakan tangan
o Keluhan kulit diobat sesuai anjuran dokter
o Hindari terjadinya trauma yang menyebabkan luka
o Bila terjadi luka, luka harus segera dibersihkan
o Mandi sehari dua kali (pagi dan sore hari), dan mengganti pakaian setelah
mandi dengan pakaian yang bersih
o Memakan makanan yang bergizi
- Medikamentosa:
o Topikal:
As. Salisilat 1 %o (kompres terbuka) 5-10 menit selama 1jam 3x sehari.
Krim Gentamisin sulfat 1% dioleskan 2x sehari (bila lesi sudah kering)
o Sistemik:
Amoksilin tab 3 x 500 mg
IX. Prognosis
- Ad Vitam : Ad bonam
- Ad Functionam : Ad bonam
- Ad Sanationam : Ad bonam
TINJAUAN PUSTAKA
I. PENDAHULUAN
Kulit merupakan organ tubuh yang berfungsi sebagai pertahanan yang terus menerus
terpengaruh oleh lingkungan luar dan selalu beradaptasi dengan perubahan lingkungan.
Insidens penyakit infeksi kulit dipengaruhi oleh beberapa hal misalnya keadaan kulit, iklim
Pioderma didefinisikan sebagai infeksi bakteri pada kulit yang disebabkan oleh
epidermidis merupakan flora normal di kulit dan jarang menyebabkan infeksi. Faktor
predisposisi yang menyebabkan infeksi antara lain, hygiene yang kurang, menurunnya daya
primer adalah infeksi yang terjadi pada kulit normal dimana penyebabnya biasanya satu
macam mikroorganisme. Pioderma sekunder adalah infeksi yang terjadi pada kulit yang
telahadap penyakit kulit yang lain. Gambaran klinis nyata khas dan mengikuti penyakit yang
telah ada. Jika penyakit kulit disertai pioderma sekunder disebut impetigenisata. Tanda
impetigenisata adalah terdapat pus, pustule, bula purulen, krusta berwarna kuning kehijauan,
pembesaran kelenjar getah bening regional, leukositosis dan dapat pula disertai dengan
demam.1,2
Salah satu jenis pioderma yang akan dibahas lebih lanjut adalah impetigo. Impetigo
secara klinis didefinisikan sebagai penyakit infeksi menular pada kulit yang superficial yaitu
berisi nanah (pustula). Terdapat dua jenis impetigo yaitu impetigo vesikobulosa yang
disebabakan oleh Staphyilococcus aureus dan impetigo krustosa yang disebabkan oleh
Streptococcus β hemolitikus.2
II. EPIDEMIOLOGI
Insiden impetigo ini terjadi hampir di seluruh dunia. Paling sering mengenai usia 2-5
tahun, umumnya mengenai anak yang belum sekolah, namun tidak menutup kemungkinan
untuk semua umur dimana frekuensi laki-laki dan wanita sama.5 Di Inggris kejadian
impetigo pada anak sampai usia 4 tahun sebanyak 2,8% pertahun dan 1,6% pada anak usia 5-
15 tahun. Impetigo nonbullous atau impetigo krustosa meliputi kira-kira 70 persen dari semua
kasus impetigo.2,3 DiBelanda, insidensi impetigo meningkat dari 16,5 (1987) menjadi 20,6
(2001) per 1000 penduduk.Kebanyakan kasus ditemukan di daerah tropis atau beriklim panas
serta pada negara-negara yang berkembang dengan tingkat ekonomi masyarakatnya masih
titik infeksi, dimana paling sering oleh Staphylococcus fagagrup II (Staphylococcus aureus).
granulosum.5
Impetigo vesikobulosa menyebar melalui kontak langsung dengan lesi (daerah kulit
yang terinfeksi). Pasien dapat lebih jauh menginfeksi dirinya sendiri atau orang lain setelah
menggaruk lesi. Infeksi seringkali menyebar dengan cepat pada tempat dengan higiene yang
buruk atau tempat tinggal yang padat penduduk. Faktor predisposisi antara lain kontak
langsung dengan pasien impetigo, kontak tidak langsung melalui handuk, selimut, atau
pakaian pasien impetigo, cuaca panas maupun kondisi lingkungan yang lembab,
IV. PATOFISIOLOGI
aureusyang menghasilkan racun eksfoliatif serta mengandung protease serin yang berkerja
pada desmoglein 1, yaitu suatu ikatan peptide penting yang terikat pada molekul yang
menahan sel epidermal secara bersamaan. Proses ini memungkinkan bakteri Staphylococcus
aureus untuk menyebar dibawah stratum korneum dan kemudian mengeluarkan toksin yang
akan menyebabkan epidermis terpisah dari stratum granulosum. Lesi yang besar kemudian
terbentuk pada bagian epidermis dengan sebukan neutrofil dan sering terjadi migrasi bakteri
pada rongga bulosa. Sekitar 30% dari populasi bakteri ini berkoloni di daerah nares anterior.
Bakteri dapat menyebar dari hidung ke kulit yang normal di dalam 7-14 hari, dengan lesi
impetigo yang muncul 7-14 hari kemudian. Mekanisme terbentuknya lesi dapat menjelaskan
bagaimana tubuh mampu menahan masuknya benda asing melalui permukaan epidermis.
Pada impetigo vesikobulosa pecahnya bula dapat terjadi secara cepat menyababkan erosi
V. GAMBARAN KLINIS
Impetigo vesiobulosa paling sering terjadi pada bayi dan anak-anak tetapi terdapat
kemungkinan untuk terjadi pada orang dewasa. Bakteri umumnya menginfeksi bagian wajah
tetapi juga memungkinkan menginfeksi permukaan tubuh lainnya. Terdapat beberapa lesi
yang terlokalisasi pada suatu area. Tempat predileksi tersering pada impetigobulosa adalah di
ketiak, dada, punggung. Sering bersama-sama dengan miliaria. Terdapat pada anak dan
dewasa. Kelainan kulit berupa vesikel (gelembung berisi cairan dengan diameter 0,5cm)
kurang dari 1 cm pada kulit yang utuh, dengan kulit sekitar normal atau kemerahan. Pada
awalnya vesikel berisi cairan yang jernih yang berubah menjadi berwarna keruh. Atap dari
bulla pecah dan meninggalkan gambaran “collarette” pada pinggirnya. Krusta “varnishlike”
terbentuk pada bagian tengah yang jika disingkirkan memperlihatkan dasar yang merah dan
pemeriksaan penunjang dapat digunakan untuk memberikan gambaran terapi terhadap obat-
obatan yang sensitive dan menyingkirkan kemungkinan diagnosa banding. Pemeriksaan yang
1. Kultur bakteri dan sensitivitas antibiotik, dapat digunakan dalam menentukan terapi
bakteri gram positif dengan bentuk coccus (bulat) dan berkelompok dapat menunjukkan
gambaran klinis dari lesi. Kultur dilakukan bila terdapat kegagalan pengobatan dengan terapi
standar, biopsy jarang dilakukan. Biasanya diagnose dari impetigo dapat dilakukan tanpa
adanya tes laboratorium. Namun demikian, apabila diagnosis tersebut masih dipertanyakan,
1. Erythema multifome vesikel atau bula berasal dari sebagian plak merah dengan
2. Lupus erythematous penyebaran dari vesikobula yang telah pecah dan kadang disertai
dengan gatal cenderung terjadi pada tubuh dan ekstremitas atas bagian proksimal.
3. Herpes simpleks virus vesikel bergerombol dengan dasar eritema yang apabila rupture
menyebabkan erosi dengan bagian yang tertutup krusta, biasanya terjadi pada daerah
4. Varisela vesikel berdinding tipis dengan dasar eritema, dimana penyebaran dimulai
dan genitalia. Ulserasi stomatitis dengan krusta hemoragis merupakan gambaran yang
khas.
1. Terapi medikamentosa:2
Antibiotik DosisdanDurasiTerapi
Topikal
Oral
2. Terapi non-medikamentosa:2,7
Mencegah untuk menggaruk daerah lesi. Dapat dengan menutup daerah yang lecet
Lakukan drainase pada bula dan pustule secara aseptic dengan jarum suntik untuk
Dapat dilakukan kompres dengan menggunakan larutan NaCl 0,9% pada lesi yang
basah.
1. Djuanda, A, editor. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin Edisi Kelima. Jakarta :FKUI.
2007
4. Koning, R.S.A. Mohammedamin, J.C. van der Wouden, L.W.A. van Suijlekom-Smit,
practice in 1987 and 2001: results from two national surveys. British Journal of
Mosby2004:p. 267-269
6. http://bestpractice.bmj.com/best-
Oktober 2012)
7. Ferri, F.F. Ferri’s Fast Facts in Dermatology. Saunders Elsevier 2011. p. 195-197.
Oktober 2012)