Anda di halaman 1dari 8

LAPORAN TUGAS AKHIR

EFEKTIVITAS DROP BOX DALAM PENERIMAAN DAN


PENGOLAHAN SPT TAHUNAN

VALERY CUMBAYA HUTABARAT

111020100056/810201664

PROGRAM ON THE JOB TRAINING CPNS


KPP PRATAMA MEDAN BARAT
KANTOR WILAYAH DJP SUMATERA UTARA I
DIREKTORAT JENDERAL PAJAK
2014
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL

LEMBAR PENGESAHAN DAN PENILAIAN LAPORAN INDIVIDU

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ……………………………………………………… 1


1. Kondisi Ideal …………………………………………………….. 2

2. Kondisi Saat Ini …………………………………………………. 3

B. Sasaran ……………………………………………………………… 3

BAB II PEMBAHASAN

A. Permasalahan ...................................................................... ….. 4


B. Analisis Penyebab Permasalahan …………………..…………… 4

BAB III PENUTUP

Kesimpulan & Saran ………………………………………………………... 5

1
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Sistem perpajakan di Indonesia menganut asas Self Assesment. Asas telah


ada sejak masa reformasi pajak pada tahun 1983. Sejak reformasi tersebut,
Indonesia mulai menganut asas Self Assesment dalam hal pemungutan pajak
sebagai pengganti dari asas Official Assesment . Self Assesment merupakan Wajib
Pajak yang berkewajiban mengurus sendiri Surat Pemberitahuan (SPT) dengan kata
lain Wajib Pajak telah diberi kepercayaan oleh pemerintah untuk menghitung,
menyetorkan, dan melaporkan sendiri pajak yang harus dibayar oleh Wajib Pajak
sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Segala bentuk kewajiban perpajakan tersebut telah diamanatkan dalam


peraturan perundang – undangan, yang berdasarkan aspek legalitasnya apabila
telah diberitakan dalam lembaran Negara, maka telah efektif berlaku dan masyarakat
dianggap telah mengetahuinya, tetapi kenyataan dilapangan tidak selamanya sejalan
dengan apa yang diharapkan. Berbagai faktor dapat menjadi penyebab rendahnya
kepatuhan Wajib Pajak, seperti pemberitaan yang tidak berimbang mengenai kinerja
aparat petugas pajak, kinerja pemerintahan, dan kualitas layanan publik. Tentu saja
penurunan tingkat kepatuhan Wajib Pajak tersebut merupakan pekerjaan rumah
yang berat bagi aparat petugas pajak mengingat target penerimaan pajak yang
selalu meningkat setiap tahun.
Berbagai cara dapat dilakukan pegawai pajak untuk meningkatkan kepatuhan
Wajib Pajak. Seperti melalui kegiatan sosialisasi, penyuluhan, advisory visit kepada
Wajib Pajak,mobil pajak, pojok pajak dan drop box. Melalui kegiatan kegiatan
tersebut, diharapkan kepatuhan Wajib Pajak meningkat sehingga mau memenuhi
kewajibannya. Luigi Alberto Franzoni (1999) menyebutkan bahwa kepatuhan atas
pajak adalah melaporkan penghasian sesuai peraturan perpajakan, melaporkan
surat pemberitahuan dan membayar pajak tepat waktu. Sehingga aspek kepatuhan
tersebut mencakup 2 konsep penting, yaitu pemenuhan kewajiban secara formal,
dan secara material kebenaran surat pemberitahuan dan perhitungan pajak yang
disetor.

1
1. KONDISI IDEAL

Namun dalam Laporan ini penulis akan membahas tentang drop box.
Sebagai catatan penting, Pelayanan dropbox juga berpengaruh baik terhadap tingkat
kepatuhan wajib pajak yang melaporkan SPT tahunannya. Drop Box adalah fasilitas
berupa kotak yang diberikan oleh pihak Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan
Barat sebagaimana digunakan untuk menyampaikan SPT Tahunan Pajak
Penghasilan oleh Wajib Pajak. Kotak- kotak tersebut diletakkan di Kantor Pelayanan
Pajak (KPP), pusat perbelanjaan dan tempat-tempat strategis lainnya. Fasilitas drop
box ini dapat memudahkan wajib pajak dalam menyampaikan SPT-nya karena wajib
pajak tidak perlu datang ke tempat dimana wajib pajak tersebut terdaftar tetapi bisa
mendatangi drop box yang tempatnya sudah ditentukkan. Drop Box pertama kali
dikenalkan pada tahun 2009 sebagai inovasi pelayanan dalam penerimaan SPT/ e-
Filling disamping sarana pelayanan lain yang sudah ada yaitu penyampaian SPT
melalui Tempat Pelayanan Terpadu (TPT), KP2KP, pos tercatat, jasa ekspedisi,
maupun e-Filling.

Petugas tidak akan melakukan penelitian terhadap SPT yang dimasukkan ke


drop box, melainkan SPT tersebut langsung diterima. Namun menurut SE-
55/PJ/2012, Petugas Penerima SPT menerima SPT tanpa melihat tempat
terdaftarnya Wajib Pajak kecuali atas SPT Tahunan lebih bayar, SPT Tahunan
pembetulan, SPT Tahunan yang disampaikan setelah batas waktu penyampaian
SPT dan/atau SPT Tahunan dalam bentuk e-SPT. Dalam hal SPT Tahunan yang
disampaikan adalah SPT Tahunan lebih bayar, SPT Tahunan pembetulan, SPT
Tahunan yang disampaikan setelah batas waktu penyampaian SPT dan/atau SPT
Tahunan dalam bentuk e-SPT, SPT tersebut harus disampaikan di TPT KPP tempat
Wajib Pajak terdaftar.

Apabila wajib pajak telah menyerahkan SPT tahunannya, petugas akan


memberikan tanda terima. Tanda terima ini terdiri dari tiga bagian. Yang satu
diberikan kepada wajib pajak dan yang satu lagi untuk ditempel di amplop atau
langsung dijadikan satu dengan SPT (apabila SPT tidak menggunakan amplop), dan
yang lain untuk diarsipkan. Konsep drop box dapat dikatakan sebagai lanjutan dari
konsep Sunset Policy.

Cara menyampaikan SPT melalui drop box adalah formulir SPT diisi dengan
jelas, benar dan lengkap. Bagi yang SPT kurang bayar harus melampirkan Surat
Setoran Pajak (SSP) tanda pembayaran. Kemudian berkas-berkas tersebut
disatukan kedalam wadah berupa amplop tertutup. Di amplop tersebut ditulis nama

1
wajib pajak, NPWP, tahun pajak, status SPT, dan cantumkan nomor telepon yang
dapat dihubungi. SPT yang disampaikan lewat drop box adalah SPT Tahunan PPh
Badan (1771&1771S).

KPP wajib mengirimkan SPT wajib pajak yang tidak terdaftar pada KPP
tersebut kepada KPP tempat wajib pajak terdaftar paling lambat dalam jangka waktu
10 (sepuluh) hari sejak SPT diterima, kecuali untuk SPT LB (lebih bayar) dalam
jangka waktu 3 (tiga) hari. KPP melakukan penelitian atas kelengkapan SPT paling
lama dalam jangka waktu 2 (dua) bulan setelah SPT diterima, dan untuk SPT LB
dalam jangka waktu 14 hari kerja. Jika ternyata SPT yang disampaikan belum
lengkap, maka wajib pajak akan dihimbau untuk melakukan kelengkapan paling
lambat setelah surat permintaan kelengkapan SPT. (SE-55/PJ/2010)

2. KONDISI SAAT INI


Pada kenyataannya, drop box berjalaan dengan lancar seperti kondisi ideal.
Justru ditemukan banyak kekurangan dalam pelaksanaan teknis baik di lapangan
maupun saat proses lanjutan terhadap SPT yang sudah masuk. Sehingga pada
dasarnya sistem ini belum sempurna dengan adanya SPT masuk yang tidak sesuai
harapan. Kondisi inilah yang memyebabkan data error, kurang akurat, dan berakibat
kurangnya efektivitas kerja dalam menangani drop box. Selain itu, kendala jangka
waktu untuk melakukan kelengkapan SPT bagi Wajib Pajak yang mungkin dirasa
perlu diubah. Atas Permasalahan inilah penulis menyusun laporan OJT mengenai
drop box.

B. SASARAN

Sasaran Penyusunan laporan OJT ini ialah pengamatan khusus terhadap


drop box agar terciptanya pelayanan yang maksimal dalam bentuk kemudahan bagi
Wajib pajak (stakeholders) untuk melakukan pemenuhan kewajiban perpajakannya.

1
BAB II

PEMBAHASAN

A. PERMASALAHAN

Sehebat-hebatnya sebuah sistem tetap memiliki kekurangan atau keburukan.


Walaupun perihal tentang tatacara penerimaan SPT tahunan melalui drop box
tertuang dalam peraturan Direktur Jenderal Pajak nomor Per-26/PJ/2012 dan SE-
55/PJ/2012, masih terlihat kendala-kendala dalam pelaksanaannya sebagai berikut:

1. Sistem monitoring drop box perlu ditinjau lagi dimana sering sekali error atau
kekeliriuan data meliputi NPWP dan nama yang sama, terekam dua tanda
terima SPT tahunan yang berbeda dan ada juga WP salah dalam menuliskan
NPWP-nya yang menyebabkan terekam dua tanda terima SPT juga.
2. Adanya kemungkinan kesalahan pengiriman SPT ke KPP terdaftar
dikarenakan kurang atau kesalahan informasi amplop menyebabkan
terhalangnya upaya jemput bola SPT.
3. sebagaimana dimaksud pada SE-55/PJ/2012 tertera bahwa apabila
berdasarkan hasil penelitian SPT Tahunan/e-Filling dinyatakan tidak lengkap,
terhadap Wajib Pajak dikirimkan Surat Permintaan Kelengkapan SPT
Tahunan/e-Filling sebaiknya jangka waktunya terhitung sejak surat
kelengkapan itu diterima.

B. ANALISIS PENYEBAB PERMASALAHAN


Penerimaan hingga perekaman/monitoring SPT Tahunan memakan proses
yang cukup Panjang sehingga perlunya adanya pengawasan ketat. Kendala timbul
bisa karena WP yang belum paham benar/keliru tatacara pengisian SPT hingga
memasukkannya ke drop box.Pada bagian monitoring, kelemahan terjadi karena
adanya penggunaan primary key(nomor identifikasi khusus) untuk nomor Tanda
Terima SPT yang menolak perekaman lebih dari satu Tanda Terima SPT dan
subprimary key(nomor identifikasi khusus tambahan) tidak digunakan untuk NPWP
sehingga selama nomor tanda terima SPT Tahunannya berbeda walaupun NPWP
sama maka tetap diproses. Oleh karena itu ditemukan data yang tidak matching
sepenuhnya. Dalam hal sistem penginputan, sering sekali error penyebabnya karena
jaringan sibuk oleh karena banyak pegawai yang mengakses(bootle neck).

1
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN DAN SARAN


Berdasarkan uraian- uraian yang telah disampaikan, tidak salah memang
melanjutkan sistem drop box ini selama masih berada dalam koridor perbaikan yang
mengarah pada kesempurnaan sistem. Peningkatan Jumlah SPT setelah adanya
drop box adalah bukti. Atas nama pelayanan, Direktorat Jenderal Pajak ingin
mengoptimalkan penyerapan pajak dan kepatuhan masyarakat. Penulis mencoba
memberikan saran berdasarkan hasil analisis sebagai berikut :
1. Sistem ini merekam semua SPT tahunan dengan syarat tanda terima
berbeda meskipun NPWP dan tahunnya sama. Selain itu, Aplikasi drop box
seharusnya terintegrasi dengan Sistem Informasi DJP agar pegawai
mengetahui bahwasanya SPT telah diinput.
2. Untuk hal Kesalahan informasi pada NPWP, pegawai wajib memastikan SPT
tersebut melalui master file Kanwil DJP Sumatera Utara I, dan apabila tidak
ada harus mengecek melalui master file nasional.
3. Selain itu, dalam hal sering error, pegawai dituntut lebih bersabar atau
apabila selalu terjadi kerusakan jaringan dapat melapor ke pusat bagi sistem
informasi.

Anda mungkin juga menyukai