Anda di halaman 1dari 161

HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN SOSIAL SUAMI DAN

FAMILY SUPPORTIVE SUPERVISION BEHAVIORS


DENGAN WORK FAMILY BALANCE PADA WANITA
YANG BEKERJA

SKRIPSI

Oleh :
Marista Heni Widiasari
15081260

FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS MERCU BUANA YOGYAKARTA
2019

1
HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN SOSIAL SUAMI
DAN FAMILY SUPPORTIVE SUPERVISION BEHAVIORS
DENGAN WORK FAMILY BALANCE PADA WANITA
YANG BEKERJA

SKRIPSI

Diajukan kepada:

Fakultas Psikologi Universitas Mercu Buana

Yogyakarta Sebagai salah satu syarat untuk mencapai

derajat Sarjana Strata Satu (S1)

Oleh :
Marista Heni Widiasari
15081260

FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS MERCU BUANA YOGYAKARTA
2019

ii
HALAMAN PENGESAHAN

HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN SOSIAL SUAMI


DAN FAMILY SUPPORTIVE SUPERVISION BEHAVIORS
DENGAN WORK FAMILY BALANCE PADA WANITA
YANG BEKERJA

Oleh :

Marista Heni Widiasari


15081260

Telah dipertanggung jawabkan dan diterima


Oleh tim penguji pada tanggal
-- Januari 2019

Mengetahui

Dekan Dosen Pembimbing

Dr. Kamsih Astuti, M.Si, Psikolog Dr. Triana Noor Edwina DS, M.Si

Dosen Penguji

Xxxxxxxxx
………………………….

iii
PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya yang

pernah diajukan untuk gelar kesarjanaan di suatu Perguruan Tinggi, dan sepanjang

pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau

diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan

disebutkan dalam daftar pustaka.

Yogyakarta, 17 Januari 2019

Yang menyatakan,

Marista Heni Widiasari

iv
HALAMAN MOTTO

“Success is liking yourself,


liking what you do,
and liking how you do it” – Maya Angelou

“Masa depan itu milik orang yang percaya


akan mimpinya dan bekerja sepenuh hati
untuk mewujudkannya” – Wishnutama

“You are as big as your thoughts,


Your dreams and your action” – #88LoveLife

“Belajarlah dari kemarin, hiduplah untuk hari ini,


berharaplah untuk besok. Yang paling penting adalah
tidak berhenti untuk bertanya” – Albert Einstein

“Remember the things that people say you can’t do,


That you did anyway!” – Maudy Ayunda

“Apabila kamu sudah memutuskan menekuni


suatu bidang, jadilah orang yang konsisten,
itu adalah kunci keberhasilan sesungguhnya” – Bj Habibie

“Life becomes easier when you learn to accept


an apology you never got” – Robert Brault

v
HALAMAN PERSEMBAHAN

Karya ini penulis persembahkan


Untuk Allah SWT.
Yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya pada penulis
Sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini dengan tepat waktu

Untuk keluarga, khususnya kedua orang tua tercinta,


Papa Heri Setyo Budianto dan Mama Ningwikan Utami Widiastuti

Untuk adik tersayang,


Raihan Ardhyawira Satrio dan M. Dimas Rizqi

Untuk almameter tercinta,


Fakultas Psikologi Universitas Mercu Buana Yogyakarta

vi
UCAPAN TERIMA KASIH

Assalamu’alaikum Warahmatullahhi Wabarakatuh,

Puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat-Nya

berupa kesehatan dan kesempatan sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi

ini. Peneliti menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi banyak pihak yang telah

terlibat dalam menyelesaikan penelitian ini, sehingga peneliti mengucapkan

terima kasih yang sebesarnya kepada:

1. Dr. Alimatus Sahrah., M.Si., M.M., Psikolog selaku Rektor Universitas

Mercu Buana Yogyakarta.

2. Dr. Kamsih Astuti., M.Si., Psikolog selaku Dekan Fakultas Psikologi.

3. Nur Fachmi Budi Setyawan, M.Psi., Psikolog selaku Dosen Pembimbing

Akademik

4. Dr. Triana Noor Edwina DS, M.Si., Psikolog selaku Dosen Pembimbing

Skripsi yang telah bersedia menyediakan waktu, tenaga dan pikiran untuk

mengarahkan penulis dalam penyusunan skripsi ini.

5. ., selaku Dosen Penguji yang telah memberikan arahan, kritik dan saran

kepada penulis untuk memperbaiki penulisan skripsi ini.

6. Domnina Rani Puna Rengganis, S.Psi, M.Si., CPHR., yang telah bersedia

membantu penulis dalam melakukan professional judgment skala

penelitian.

7. Nadya Anjani Rismarini, S.Psi., M.Psi., Psikolog, yang telah bersedia

membantu penulis dalam melakukan verfikasi data penelitian.

vii
8. Seluruh Dosen Fakultas Psikologi Universitas Mercu Buana Yogyakarta

yang telah memberikan banyak ilmu selama penulis menyelesaikan studi.

9. Staf tata usaha Fakultas Psikologi Universitas Mercu Buana Yogyakarta

yang telah memberikan pelayanan dengan baik selama penulis

menyelesaikan studi.

10. Bapak Wildan Zia Muhammad Dani selaku General Manager Pamella

Supermarket yang telah memberikan izin peneliti untuk melakukan

penelitian.

11. Bapak Sulis cabang Janturan, Ibu Yuli selaku supervisor Pamella Dua, Ibu

Asih selaku supervisor Pamella Tiga, dan Bapak Suryo selaku supervisor

Pamella 4, Bapak Ngadino selaku supervisor Pamella Tujuh, dan Bapak

Ngatno selaku supervisor Pamella Sembilan yang telah mengizinkan

peneliti untuk menyebar skala uji coba dan skala penelitian.

12. Seluruh responden penelitian, yaitu karyawati yang sudah menikah di

cabang swalayan Pamella Supermarket Dua, Tiga, Empat, Tujuh, dan

Sembilan yang telah meluangkan waktunya dalam membantu proses

penelitian.

13. Kedua orang tua tercinta, Papa Heri Setyo Budianto dan Mama Ningwikan

Utami Widiastuti yang telah memberikan dukungan, doa, saran, nasehat

dan motivasi kepada penulis.

14. Sahabat terbaik, Mariana Ardhyani, Aida Nindi, Eriyanthi N. Sihaloho,

Kyla Paquita, Geulis Tiara, dan Rahayuningrum yang selalu

mendengarkan keluh kesah penulis dalam menyelesaikan skripsi ini

viii
15. Partner terbaik, Andrean Aldi Wijaya yang juga selalu mendengarkan

keluh kesah penulis dalam menyelesaikan skripsi ini

16. Seluruh teman-teman yang membantu penulis menyelesaikan skripsi ini.

17. Semua pihak yang terlibat dalam proses pembuatan skripsi ini, yang tidak

bisa peneliti tuliskan satu persatu.

Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam penulisan skripsi

ini. Oleh karena itu, kritik dan saran sangat diperlukan untuk memperbaiki skripsi

ini atau pada penelitian selanjutnya. Semoga penelitian ini dapat bermanfaat bagi

berbagai pihak.

Wassalamu’alaikum Warahmatullahhi Wabarakatuh.

Yogyakarta, 17 Januari 2019

Penulis,

Marista Heni Widiasari

ix
DAFTAR ISI

COVER ........................................................................................................................ i

HALAMAN JUDUL .................................................................................................. ii

HALAMAN PENGESAHAN ................................................................................... iii

PERNYATAAN ......................................................................................................... iv

HALAMAN MOTTO ................................................................................................ v

HALAMAN PERSEMBAHAN ............................................................................... vi

UCAPAN TERIMA KASIH ................................................................................... vii

DAFTAR ISI ............................................................................................................... x

DAFTAR TABEL.................................................................................................... xiii

DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................................... xiv

ABSTRAK ............................................................................................................... xvi

BAB I PENDAHULUAN ........................................................................................... 1

A. Latar Belakang Permasalahan ......................................................................... 1

B. Tujuan dan Manfaat Penelitian ..................................................................... 13

BAB II TINJAUAN PUSTAKA .............................................................................. 15

A. Work Family Balance ................................................................................... 15

1. Pengertian Work Family Balance ........................................................... 15

2. Komponen - Komponen Work Family Balance ..................................... 16

3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Work Family Balance .................... 18

x
B. Dukungan Sosial Suami................................................................................ 23

1. Pengertian Dukungan Sosial Suami ........................................................ 23

2. Aspek-aspek Dukungan Sosial Suami .................................................... 25

C. Family Supportive Supervision Behaviors ................................................... 28

1. Pengertian Family Supportive Supervision Behaviors ........................... 28

2. Dimensi - Dimensi Family Supportive Supervision Behaviors .............. 29

D. Hubungan antara Dukungan Sosial Suami dengan Work Family Balance pada

Wanita yang Bekerja ................................................................................... 32

E. Hubungan antara Family Supportive Supervision Behaviors dengan Work

Family Balance pada Wanita yang Bekerja ................................................ 35

F. Hipotesis ....................................................................................................... 40

BAB III METODE PENELITIAN ......................................................................... 41

A. Identifikasi Variabel dan Definisi Operasional ............................................. 41

1. Work Family Balance ............................................................................. 41

2. Dukungan Sosial Suami .......................................................................... 42

3. Family Supportive Supervision Behaviors .............................................. 42

B. Subjek Penelitian........................................................................................... 43

C. Metode Pengumpulan Data ........................................................................... 44

1. Skala Work Family Balance .................................................................... 46

2. Skala Dukungan Sosial Suami ................................................................ 49

3. Skala Family Supportive Supervision Behaviors .................................... 52

D. Pelaksanaan Penelitian .................................................................................. 54

E. Metode Analisis Data .................................................................................... 55

xi
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN.................................................................. 57

A. Hasil Penelitian .............................................................................................. 57

1. Deskripsi data dan Data Penelitian .......................................................... 57

2. Kategorisasi .............................................................................................. 58

3. Hasil Uji Prasyarat ................................................................................... 61

4. Hasil Uji Hipotesis ................................................................................... 62

B. Pembahasan .................................................................................................... 63

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ................................................................... 72

A. Kesimpulan .................................................................................................... 72

B. Saran ............................................................................................................... 73

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................... 75

LAMPIRAN .............................................................................................................. 81

xii
DAFTAR TABEL

Tabel 1. Blueprint Skala Work Family Balance .......................................... 48

Tabel 2. Blueprint Skala Work Family Balance Setelah Uji Coba ............. 49

Tabel 3. Blueprint Skala Dukungan Sosial Suami ...................................... 50

Tabel 4. Blueprint Skala Dukungan Sosial Suami Setelah Uji Coba .......... 51

Tabel 5. Blueprint Skala Family Supportive Supervision Behaviors .......... 53

Tabel 6. Blueprint Skala Family Supportive Supervision Behaviors

Setelah Uji Coba ........................................................................... 54

Tabel 7. Deskripsi Statistik Data Penelitian ................................................ 58

Tabel 8. Kategorisasi Skala Work Family Balance .................................... 59

Tabel 9. Kategorisasi Skala Dukungan Sosial Suami ................................. 60

Tabel 10. Kategorisasi Skala Family Supportive Supervision Behaviors ..... 60

xiii
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Skala Uji Coba ............................................................................ 82

Lampiran 2 Data Uji Coba Skala Work Family Balance ................................. 90

Lampiran 3 Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Skala Work Family Balance 94
(Sebelum Seleksi Aitem) ..............................................................
Lampiran 4. Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Skala Work Family Balance 96
(Sesudah Seleksi Aitem) ..............................................................
Lampiran 5. Data Uji Coba Skala Dukungan Sosial Suami.............................. 98

Lampiran 6. Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Skala Dukungan Sosial 102
Suami (Sebelum Seleksi Aitem) ..................................................
Lampiran 7. Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Skala Dukungan Sosial 104
Suami (Sesudah Seleksi Aitem) ...................................................
Lampiran 8. Data Uji Coba Skala Family Supportive Supervision Behaviors... 106

Lampiran 9. Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Skala Family Supportive 110
Supervision Behaviors (Sebelum Seleksi Aitem) .........................
Lampiran 10. Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Skala Family Supportive 112
Supervision Behaviors (Sesudah Seleksi Aitem) .........................
Lampiran 11. Skala Penelitian ............................................................................ 115

Lampiran 12. Data Penelitian Skala Work Family Balance ............................... 122

Lampiran 13. Data Penelitian Skala Dukungan Sosial Suami ........................... 125

Lampiran 14. Data Penelitian Skala Family Supportive Supervision 128


Behaviors.....................................................................................
Lampiran 15. Deskripsi Data ............................................................................ 131

Lampiran 16. Hasil Uji Normalitas ................................................................... 135

Lampiran 17. Hasil Uji Linieritas ...................................................................... 138

xiv
Lampiran 18 Hasil Uji Hipotesis ...................................................................... 140

Lampiran 19. Surat Keterangan Professional Judgement ................................. 141

Lampiran 20. Surat Perizinan Pra-Penelitian .................................................... 142

Lampiran 21. Surat Perizinan Penelitian .......................................................... 143

Lampiran 22. Surat Tanda Bukti Telah Melaksanakan


Penelitian..................................................................................... 144

xv
ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara dukungan sosial


suami dan family supportive supervision behaviors dengan work family balance
pada wanita yang bekerja. Hipotesis pertama yang diajukan dalam penelitian ini
yaitu ada hubungan positif antara dukungan sosial suami dengan work family
balance pada wanita yang bekerja. Kemudian hipotesis kedua yang diajukan dalam
penelitian ini yaitu ada hubungan positif antara family supportive supervision
behaviors dengan work family balance pada wanita yang bekerja. Subjek dalam
penelitian ini adalah wanita yang bekerja di cabang swalayan Pamella Supermarket
Yogyakarta. Subjek dalam penelitian ini sebanyak 53 wanita. Pengumpulan data
dilakukan dengan Skala Work Family Balance, Skala Dukungan Sosial Suami, dan
Skala Family Supportive Supervision Behaviors. Metode analisis data yang
digunakan adalah analisis Pearson Correlation. Berdasarkan hasil penelitian,
hipotesis satu diperoleh koefisien korelasi sebesar rxy = 0.762 dengan taraf
signifikansi sebesar p = 0.000 (p < 0.010), yang berarti ada hubungan positif yang
signifikan antara dukungan sosial suami dan work family balance pada wanita yang
bekerja. Kemudian, hipotesis dua diperoleh koefisien korelasi sebesar rxy = 0.422
dengan taraf signifikansi p = 0.001 (p < 0.010), yang berarti ada hubungan positif
yang signifikan antara family supportive supervision behaviors dan work family
balance pada wanita yang bekerja. Diterimanya hipotesis dalam penelitian ini
menunjukan koefesien determinasi (R²) yang memperoleh sumbangan efektif
sebesar 0.580 atau 58% dari dukungan sosial suami untuk work family balance dan
sisanya 42% dipengaruhi oleh faktor lainnya. Sedangkan koefesien determinasi (R²)
yang memperoleh sumbangan efektif sebesar 0.178 atau 17.8% dari family
supportive supervision behaviors untuk work family balance dan sisanya 82.2%
dipengaruhi oleh faktor lainnya.

Kata kunci: work family balance, dukungan sosial suami, family supportive
supervision behaviors, wanita yang bekerja.

xvi
ABSTRAK

This study aims to determine the relationship between husband social support
and family supportive supervision behaviors with work family balance on working
women. The first proposed hypothesis has a positive relationship between husband
social support and work family balance on working women. Then the second
hypothesis that there is a positive relationship between family supportive
supervision behaviors and work family balance on working women. Subjects in this
study were working woman in Pamella Supermarket Yogyakarta. Research subjects
were 53 women. Data collection was performed using Work Family Balance Scale,
Husband Social Support Scale, and Family Supportive Supervision Behaviors
Scale. Data analysis method used is Pearson Correlation analysis. Based on the
research result, first hypothesis obtained correlation coefficient equal to rxy = 0.762
with significance level equal to p = 0.000 (p < 0.010), which means there is a
significant positive correlation between husband social support and work family
balance on working women. Then, hypothesis of two obtained correlation
coefficient of rxy= 0.422 with significance level equal to p = 0.001 (p < 0.010),
which means there is a significant positive correlation between family supportive
supervision behaviors and work family balance on working women. The acceptance
of the hypothesis in this study shows the coefficient of determination (R²) which has
an effective contribution of 0.580 or 58% of the husband's social support for work
family balance and the remaining 42% is influenced by other factors. Whereas the
coefficient of determination (R²) which obtained an effective contribution of 0.178
or 17.8% from family supportive supervision behaviors for work family balance
and the remaining 82.2% was influenced by other factors.

Keywords: work family balance, husband social support, family supportive


supervision behaviors, working women.

xvii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Permasalahan

Perkembangan ekonomi yang semakin maju telah membuka peluang besar

bagi setiap orang yang akan memasuki dunia kerja karena dengan terbukanya

kesempatan untuk bekerja membuat tidak adanya batasan bagi setiap individu yang

ingin bekerja baik dari sisi gender, kelas sosial, dan latar belakang pendidikan

(Novenia & Ratnaningsih, 2017). Keterlibatan wanita dalam sektor publik saat ini

semakin tahun semakin meningkat di berbagai bidang dan profesi. Bagi seorang

wanita bekerja yang telah menikah dan memiliki anak, tidak hanya dihadapkan pada

tugas dan tanggung jawab sebagai seorang pekerja, namun juga dihadapkan pada

peran domestiknya sebagai istri dan ibu dalam rumah tangga. Hal ini tentunya

menjadi tantangan tersendiri untuk wanita yang bekerja karena apabila tidak dapat

dikelola dengan baik dapat mempengaruhi kinerja atau bahkan keutuhan

keluarganya (Wulandari, 2015).

Pekerjaan dan keluarga merupakan dua domain kehidupan yang berbeda

namun saling berhubungan antara satu dengan yang lainnya, dua domain yaitu

pekerjaan dan keluarga yang tidak dapat dipisahkan dan saling mempengaruhi,

namun tuntutan pekerjaan seringkali bertentangan dengan tuntutan keluarga

sehingga dapat memicu adanya work family conflict (Bailyn et al., dalam

Dhamayantie, 2012). Alasan wanita yang bekerja pada umumnya ialah mencari

uang tambahan untuk membantu suami dalam mencari nafkah, akan tetapi tujuan

dan motivasi yang dimiliki oleh wanita yang bekerja telah berbeda karena selain

1
2

untuk mencari uang, tujuan lainnya adalah untuk mencari eksistensi diri. Bagi

wanita bekerja yang sekaligus berperan sebagi istri dan ibu rumah tangga sulit

melepaskan diri dari lingkungan keluarga, sehingga dalam bekerja seorang wanita

mempunyai beban dan hambatan yang lebih berat dibandingkan pria. Oleh sebab

itu, jika wanita yang bekerja tidak dapat menyeimbangkan peran di pekerjaan dan

peran di keluarga maka akan menimbulkan konflik peran ganda (Dewi & Saman,

2010).

Kondisi wanita dengan peran ganda sebagai pekerja sekaligus istri, serta

sebagai ibu rumah tangga ini tentunya dapat menjadi beban tersendiri. Adanya

tuntutan pekerjaan, mengharuskan seorang individu untuk dapat menyelesaikan

tanggung jawabnya dengan sebaik mungkin, namun jika kapasitas individu tersebut

tidak sesuai dengan beban kerja yang diberikan kepadanya, maka individu tersebut

dapat mengalami tekanan atau biasa disebut dengan stres kerja (Wulandari, 2015).

Meningkatnya jumlah wanita yang bekerja akan diikuti dengan terciptanya

tuntutan-tuntutan yang harus dipenuhi oleh wanita bekerja yang juga berperan

sebagai ibu rumah tangga. Oleh karena itu, wanita bekerja yang memiliki anak

berkewajiban untuk mengasuh anak dan mengurus keperluan rumah tangga,

sehingga memiliki kompleksitas peran antara pekerjaan dan keluarga. Tuntutan

pekerjaan dan keluarga yang tercipta perlu diseimbangkan dengan adanya tanggung

jawab karena peran yang dijalankan bersamaan dapat mengganggu keseimbangan

antara pekerjaan dan keluarga (Puspitawati, 2009). Kenyataannya, wanita yang

bekerja lebih rentan mengalami konflik dibandingkan pria karena wanita


3

mempunyai peran ganda yaitu sebagai seorang pekerja, sekaligus istri serta ibu

rumah tangga (Handayani, 2013).

Work life balance sering disamakan dengan work family balance karena

keluarga merupakan bagian dalam kehidupan individu. Banyak organisasi

menggunakan istilah work life balance untuk pekerja yang bukan berstatus sebagai

orang tua atau menikah, namun untuk pekerja yang menginginkan keseimbangan

dalam pekerjaan dan kegiatan di luar pekerjaan seperti olahraga, wisata, dan studi.

Work family balance digunakan untuk pekerja yang berstatus sebagai orang tua atau

telah menikah yang menginginkan keseimbangan dalam dalam pekerjaan dan

keluarganya (Kalliath & Brough, 2008).

Dalam menjalankan peran ganda sebagai ibu dan pekerja, perlu adanya work

family balance atau keseimbangan pekerjaan dan keluarga (Novenia &

Ratnaningsih, 2017). Menurut Greenhaus, Collins & Shaw (2003) work family

balance adalah keadaan dimana individu merasa terikat dan puas terhadap perannya

di pekerjaan maupun di keluarga. Definisi tersebut sesuai dengan pendapat Clark

(2000) yang menyatakan bahwa work family balance merefleksikan kepuasan

individu dalam perannya di keluarga maupun perannya di pekerjaan dengan konflik

yang minimal. Pendapat yang sama dikemukakan oleh Frone (dalam Kalliath &

Brough, 2008) bahwa work family balance dipresentasikan oleh sedikitnya konflik

yang muncul karena menjalankan peran di pekerjaan dan di keluarga serta

memperoleh keuntungan dalam menjalankan perannya tersebut.

Greenhaus, Collins & Shaw (2003) menyebutkan bahwa terdapat tiga

komponen dalam work-family balance, yaitu: a) Keseimbangan waktu (time


4

balance), komponen ini menyangkut adanya keseimbangan antara waktu yang

digunakan untuk melakukan peran individu dalam pekerjaan dan peran dalam

keluarga; b) Keseimbangan keterlibatan (involvement balance), komponen ini

berkaitan dengan seimbangnya keterlibatan individu secara psikologis dan

komitmennya terhadap peran dalam pekerjaan maupun peran dalam keluarga; c)

Keseimbangan kepuasan (satisfaction balance), komponen ini menekankan pada

tingkat kepuasan individu yang seimbang dalam menjalankan perannya pada

pekerjaan maupun peran dalam keluarga.

Fakta secara umum mengenai work family balance berdasarkan hasil studi

Universitas Rutgers dan Universitas Connecticut pada tahun 2001 didapatkan 90%

pekerja usia dewasa mengatakan bahwa mereka tidak fokus dan mereka tidak

memiliki waktu yang cukup bersama dengan keluarga (Lockwood, 2003). Hasil

penelitian Keene dan Quadagno (2004) mendukung hal tersebut, bahwa 60% orang

dewasa yang bekerja menunjukkan sulit untuk mencapai keseimbangan antara

pekerjaan dengan keluarga, terutama pada pasangan suami istri yang keduanya

bekerja dengan anak dibawah 18 tahun.

Hal ini juga diperkuat dengan wawancara yang dilakukan peneliti pada

tanggal 6-7 November 2018 melalui wawancara langsung dan chat whatsapp.

Peneliti melakukan wawancara pada 6 orang subjek dengan karakteristik, yaitu

wanita yang sudah menikah, tinggal bersama suami dan mempunyai anak, dengan

masa kerja minimal satu tahun. Pada komponen keseimbangan waktu, lima dari

enam orang subjek mengaku lebih banyak menghabiskan waktu di pekerjaan yang

mengakibatkan kurangnya waktu untuk bersama keluarga, sedangkan satu orang


5

subjek mengaku tidak terlalu banyak menghabiskan waktu di pekerjaan sehingga

masih dapat menghabiskan waktu bersama keluarga. Keenam subjek mengaku

merasa bersalah ketika lebih banyak menghabiskan waktu di pekerjaan dikarenakan

hanya memiliki sedikit waktu untuk keluarga, dan beberapa subjek juga mengaku

masih merasa kesulitan untuk membagi waktu antara pekerjaan dan keluarga.

Selain itu, lima dari enam orang subjek pada komponen keseimbangan

keterlibatan mengaku di sela kesibukan jam kerja jarang mengikuti kegiatan atau

acara di lingkungan tempat tinggal, dan keenam orang subjek juga mengaku jarang

untuk meluangkan waktu bersama dengan keluarga di hari kerja. Ketika subjek

bekerja terdapat hal penting yang terlewati, yaitu subjek mengaku tidak dapat

melihat langsung pertumbuhan anak di rumah, kurang memberikan perhatian pada

anak, dan berkurangnya momen kumpul bersama keluarga, misalnya makan siang

bersama.

Pada komponen keseimbangan kepuasan, keenam subjek merasa kurang puas

karena keterbatasan waktu antara pekerjaan dan keluarga. Subjek merasa tidak puas

karena sedikitnya waktu untuk bersama keluarga. Hal ini membuat subjek merasa

kurang memberikan perhatian pada anak, sehingga mengakibatkan subjek merasa

kurang dekat dengan anak. Harapan subjek agar dapat mencapai kepuasan di

pekerjaan dan keluarga, yaitu dapat lebih fokus ketika bekerja. Hal ini dapat

membuat subjek secepat mungkin menyelesaikan pekerjaan agar dapat pulang ke

rumah tepat waktu untuk meluangkan lebih banyak waktunya bersama keluarga.

Berdasarkan hasil wawancara yang peneliti lakukan, dapat disimpulkan

bahwa wanita yang bekerja memiliki permasalahan pada work family balance.
6

Menurut Grzywacz & Bass (2003), seharusnya wanita yang bekerja dapat mencapai

keseimbangan kerja dan keluarga karena akan menguntungkan berbagai pihak. Dari

pihak individu merasa diuntungkan karena akan berkontribusi pada kesejahteraan

mereka, dan kesehatan yang baik dalam lingkungan bermasyarakat (Halpern, dalam

Handayani, 2013). Barnett dan Hyde (dalam Greenhaus, Collins, & Shaw, 2003)

mengemukakan bahwa tercapainya work family balance pada wanita yang bekerja

dapat meningkatkan kualitas hidup individu yang bersangkutan karena keterlibatan

individu dalam peran di pekerjaan dan peran di keluarga dapat melindungi individu

dari efek negatif yang muncul di salah satu peran dan mampu tanggap menghadapi

suatu tuntutan peran. Selain itu, tercapainya work family balance pada wanita yang

bekerja dapat meningkatkan kesejahteraan, menurunkan stres dalam pekerjaan, dan

rendahnya tingkat burnout pada individu (Parkes & Langford, 2008).

Penelitian mengenai work family balance penting untuk dilakukan karena

ketidakmampuan individu dalam mencapai work family balance akan menimbulkan

tingkat stres yang tinggi, kualitas hidup yang rendah dan efektivitas kerja yang

menurun, sehingga berdampak pada meningkatnya intensitas turnover pada

karyawan (Kofodimos dalam Greenhaus, Collins, & Shaw, 2003). Meenakshi, dkk

(2013) menambahkan bahwa work family balance menjadi sesuatu yang penting,

jika individu tidak memiliki waktu untuk bersantai dan memulihkan kembali

fisiknya akan membuat kemampuan menyelesaikan pekerjaan dan tingkat kinerja

individu menjadi menurun karena tanpa adanya keseimbangan pekerjaan dan

keluarga, individu tidak dapat meluangkan waktu untuk menikmati hidupnya dan
7

akan membuat individu merasa terbebani, kesulitan untuk bertemu dengan suami,

keluarga, dan kerabat.

Menurut beberapa hasil penelitian, faktor yang mempengaruhi work family

balance, yaitu: (1) dukungan sosial suami, yaitu berdasarkan penelitian yang

dilakukan Novenia & Ratnaningsih (2017), salah satu faktor yang mempengaruhi

work family balance adalah dukungan sosial suami. Dukungan sosial suami adalah

dukungan penuh yang diberikan suami kepada istri dalam bentuk memberi

semangat, nasihat, dan memberikan bantuan, (2) family supportive supervision

behaviors, yaitu berdasarkan penelitian yang dilakukan Ayuningtyas & Septarini

(2013), salah satu faktor yang mempengaruhi work family balance adalah family

supportives supervision behaviors. Menurut Hammer, Kossek, Zimmerman &

Daniels (2007), family supportives supervision behaviors adalah perilaku suportif

dari atasan terhadap keadaan keluarga bawahannya, yang dapat membentuk

persepsi bawahannya mengenai dukungan organisasi, (3) persepsi dukungan

organisasi, yaitu berdasarkan penelitian yang dilakukan Hanifia & Ratnaningsih

(2018), salah satu faktor yang mempengaruhi work family balance adalah persepsi

dukungan organisasi. Menurut Rhoades & Eisenberger (2002), persepsi dukungan

organisasi adalah persepsi mengenai sejauh mana karyawan percaya bahwa

organisasi menghargai kontribusi dan peduli pada kesejahteraan mereka.

Berdasarkan dari beberapa faktor work family balance, peneliti memilih

dukungan sosial suami sebagai faktor pertama dan family supportive supervision

behaviors sebagai faktor kedua yang mempengaruhi work family balance dalam

penelitian ini. Pemilihan dukungan sosial suami sebagai faktor pertama yang
8

mempengaruhi work family balance didasari penelitian sebelumnya yang dilakukan

oleh Voydanoff (2004) yang menyatakan bahwa dukungan yang diperoleh dari

suami penting artinya bagi istri untuk meningkatkan nilai positif pekerjaan-

keluarga, dukungan emosional dan instrumental yang diperoleh dari suami akan

membantu meningkatkan nilai positif pekerjaan-keluarga. Dukungan sosial suami

juga dapat membuat batin istri menjadi lebih tenang dan senang sehingga istri dapat

lebih mudah untuk menyesuaikan dirinya di lingkungan keluarga dan di lingkungan

pekerjaan (Yanita & Zamralita, 2001). Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh

Novenia & Ratnaningsih (2017) mengenai hubungan antara dukungan sosial suami

dengan work family balance pada guru wanita didapatkan hasil bahwa terdapat

hubungan positif yang signifikan antara dukungan sosial suami dengan work family

balance. Hal ini mengindikasikan bahwa dukungan sosial suami berpengaruh

terhadap work family balance pada guru wanita.

Pemilihan family supportive supervision behaviors sebagai faktor kedua yang

mempengaruhi work family balance didasari oleh penelitian yang dilakukan oleh

penelitian yang dilakukan oleh Greenhaus, Ziegert & Allen (2012) yang

menyatakan bahwa family supportive supervision behaviors merupakan salah satu

bentuk dukungan informal dari organisasi. Atasan memiliki peranan yang sangat

penting karena atasan merupakan seseorang yang menghubungkan dan

mengimplementasikan kebijakan-kebijakan yang ada (dukungan formal) kepada

bawahannya. Adanya dukungan dari atasan juga harus diperkuat oleh iklim

organisasi yang menunjukkan bahwa organisasi tersebut suportif terhadap

kehidupan keluarga anggota organisasinya. Sehingga nilai-nilai organisasi


9

mengenai dukungan terhadap kehidupan keluarga dapat ditunjukkan oleh perilaku

dari atasan (Greenhaus, Ziegert & Allen, 2012). Berdasarkan penelitian yang

dilakukan oleh Ayuningtyas & Septarini (2013) mengenai hubungan family

supportive supervision behaviors dengan work family balance pada wanita yang

bekerja didapatkan hasil bahwa terdapat hubungan antara family supportive

supervision behaviors dengan work family balance pada wanita yang bekerja. Hal

ini mengindikasikan bahwa family supportive supervision behaviors berpengaruh

terhadap work family balance pada wanita yang bekerja.

Faktor pertama yang dipilih peneliti dalam penelitian ini, yaitu dukungan

sosial suami. Menurut Sarafino & Smith (2011) dukungan sosial mengacu pada

kenyamanan, perhatian, harga diri, atau ketersediaan bantuan kepada seseorang dari

orang lain atau suatu kelompok. Dukungan sosial dapat diperoleh dari sejumlah

orang yang dianggap penting (significant others) seperti suami, anak, orang tua,

saudara atau kerabat dan teman akrab (Kumolohadi, 2001). Suami adalah salah satu

orang yang terpenting dalam kehidupan seorang ibu karena suami merupakan orang

yang pertama dan utama dalam memberikan dorongan kepada istrinya sebelum

pihak lain turut memberikan dorongan (Dagun dalam Melati & Raudatussalamah,

2012). Menurut Greenglass, Fiksenbaum, & Eaton (2006) dukungan sosial suami

merupakan dukungan yang diterima istri berupa informasi, nasehat, atau sesuatu

yang dapat membesarkan hati agar istri lebih aktif untuk menyelesaikan masalah

yang dihadapi.

Sarafino & Smith (2011) menyatakan terdapat empat aspek dukungan sosial

antara lain; a) Emotional support, dukungan emosional merupakan dukungan yang


10

diberikan pada seseorang dalam bentuk perhatian, kepedulian, rasa empati,

penerimaan, dan dorongan sehingga orang tersebut merasa dicintai dan

diperhatikan ketika sedang menghadapi tekanan dalam hidupnya, b) Instrumental

support, dukungan instrumental melibatkan adanya bantuan langsung yang bisa

berupa barang, bantuan finansial maupun bantuan jasa dari orang lain untuk

mengerjakan tugas-tugas tertentu ketika seseorang sedang menghadapi tekanan, c)

Infomational support, dukungan ini diberikan dalam bentuk saran, arahan,atau

feedback yang dapat membantu seseorang untuk menemukan jalan keluar dari

masalah yang sedang dihadapi, d) Companionship support, dukungan

inimerupakan bentuk dukungan yang memberikan rasa kebersamaan, saling berbagi

minat dan melakukan aktivitas sosial bersama.

Grzywacz & Carlson (2007) menyatakan bahwa work family balance dapat

mengurangi kecenderungan untuk mengundurkan diri dan mengurangi tingkat

absenteeism. Ketidakmampuan seseorang dalam mencapai work family balance

akan menimbulkan stres yang tinggi, kualitas hidup yang berkurang, dan efektivitas

kerja yang menurun sehingga berdampak pada meningkatnya intensitas turnover

pada karyawan (Kofodimos dalam Greenhaus, Collins, & Shaw, 2003). Hal ini

diperkuat berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan Novenia & Ratnaningsih

(2017) yang menunjukkan adanya hubungan positif yang signifikan antara

dukungan sosial suami dengan work family balance. Dukungan yang berasal dari

suami, baik secara langsung ataupun tidak langsung memegang peran penting

dalam memelihara keadaan psikologis maupun fisiologis seorang istri. Penelitian

yang dilakukan oleh Greenhaus, Ziegert, & Allen (2012) membuktikan bahwa
11

seseorang akan lebih mudah mencapai work family balance apabila memiliki suami

yang suportif terhadap pekerjaannya. Dukungan dari suami dapat berupa

memberikan nasihat untuk membantu istri menyeimbangkan tanggung jawab di

keluarga dan pekerjaan serta pengertian yang diberikan oleh suami ketika istri

menghadapi masalah di pekerjaan. Adanya dukungan dari suami, seperti ikut

membantu dalam menyelesaikan pekerjaan rumah tangga, mengurus anak, dan

mendengarkan keluh kesah istri dapat membuat beban wanita yang bekerja dapat

berkurang. Dukungan sosial suami juga dapat membuat batin istri menjadi lebih

tenang dan senang sehingga istri dapat lebih mudah untuk menyesuaikan dirinya di

lingkungan keluarga dan di lingkungan pekerjaan (Yanita & Zamralita, 2001).

Faktor kedua yang dipilih peneliti dalam penelitian ini, yaitu family

supportives supervision behaviors. Hammer, Kossek, Zimmerman & Daniels

(2007) mendefinisikan family supportives supervision behaviors adalah perilaku

suportif dari atasan pada keadaan keluarga bawahannya yang dapat membentuk

persepsi bawahannya mengenai dukungan organisasi. Menurut Greenhaus, Ziegert

& Allen (2012) family supportives supervision behaviors merupakan salah satu

bentuk dukungan informal yang diberikan oleh organisasi. Dukungan organisasi

merupakan keyakinan seseorang bahwa organisasi menghargai kontribusinya dan

peduli pada kesejahteraannya (Rhoades dkk, 2001). Robbins (dalam Mujiasih,

2015) menjelaskan dukungan organisasional yang dirasakan adalah tingkat sampai

dimana karyawan yakin bahwa organisasi mengahargai kontribusi dan peduli

dengan kesejahteraan mereka.


12

Hammer, Kossek, Yragui, Bodner & Hansen (2009) menyatakan terdapat

empat dimensi family supportive supervision behaviors, yaitu; a) Emotional

support, dukungan berupa rasa peduli, mempertimbangkan perasaan dan membuat

bawahan merasa nyaman untuk mengkomunikasikan permasalahannya, b)

Instrumental support, perilaku yang menunjukkan bagaimana atasan merespon

kebutuhan karyawannya baik kebutuhan dalam pekerjaan maupun keluarga yang

berkaitan dengan kebijakan yang telah ditetapkan, c) Role modelling behavior,

atasan memberikan strategi serta contoh perilaku yang dipercaya dapat membantu

bawahannya dalam mengintegrasikan tanggung jawab di pekerjaan dan keluarga,

d) Creative work-family management, yaitu tindakan inovatif atasan dalam

menstruktur pekerjaan untuk mendukung bawahannya dalam mencapai efektivitas

kerja.

Wanita yang bekerja memiliki beban tersendiri karena wanita dituntut untuk

berkomitmen terhadap tugas-tugas pekerjaan dan harus memberikan prioritas peran

pada keluarga sebagai ibu rumah tangga. Peran sebagai pekerja sekaligus sebagai

ibu rumah tangga dapat membawa wanita dalam suatu kondisi dimana wanita tidak

mampu menyeimbangkan peran di pekerjaan dan keluarga (Duxbury dan Higgins,

2001). Atasan merupakan orang penting dalam menciptakan suasana nyaman dalam

bekerja untuk bawahannya. Hammer, Kossek, Zimmerman, & Daniels (2007)

menyatakan bahwa atasan memiliki peran penting karena merupakan seseorang

yang menghubungkan dan mengimplementasikan kebijakan-kebijakan yang ada

(dukungan formal) kepada bawahannya. Adanya dukungan atasan dapat

mengurangi efek negatif stressor dari pekerjaan dan keluarga, seperti pemberian
13

saran, nasihat, dan petunjuk dalam menyelesikan pekerjaan akan membuat wanita

yang bekerja termotivasi untuk dapat lebih cepat menyelesaikan pekerjaannya dan

dapat mengatur waktunya bersama dengan keluarga, sehingga tercipta

keseimbangan antara pekerjaan dan keluarga (Hammer, Kossek, Yragui, Bodner &

Hanson, 2009). Adanya dukungan dari atasan juga dapat membantu wanita yang

bekerja untuk mengatasi kesulitan dan masalah yang timbul dari interaksi pekerjaan

dan keluarga (Cucuani & Fitriyani, 2017).

Berdasarkan uraian diatas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini

diantaranya:

1. Apakah ada hubungan antara dukungan sosial suami dengan work family

balance pada wanita yang bekerja?

2. Apakah ada hubungan antara family supportive supervision behaviors dengan

work family balance pada wanita yang bekerja?

B. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk:

a. Mengetahui hubungan antara dukungan sosial suami dengan work family

balance pada wanita yang bekerja.

b. Mengetahui hubungan antara family supportive supervision behaviors

dengan work family balance pada wanita yang bekerja.


14

2. Manfaat Penelitian

a. Manfaat Teoritis

Manfaat teoritis penelitian, secara garis besar penelitian ini

diharapkan dapat memberikan sumbangan penting terhadap ilmu

psikologi, khususnya ilmu psikologi industri dan organisasi, dan psikologi

perkembangan serta memperkaya kepustakaan yang sudah ada

sebelumnya dengan mengungkap lebih jauh tentang work family balance,

dukungan sosial suami, dan family supportive supervision behaviors.

b. Manfaat Praktis

Manfaat praktis penelitian ini yaitu dapat mengetahui work family

balance, dukungan sosial suami dan family supportive supervision

behaviors pada wanita yang bekerja, sehingga wanita yang bekerja dapat

memaknai dukungan sosial suami dan family supportive supervision

behaviors agar dapat memperoleh work family balance.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Work Family Balance pada Wanita yang Bekerja

1. Pengertian Work Family Balance

Menurut Greenhaus, Collins & Shaw (2003) work family balance adalah

keadaan dimana individu merasa terikat dan puas terhadap perannya di

pekerjaan maupun di keluarga. Definisi tersebut sesuai dengan pendapat Clark

(2000) yang menyatakan bahwa work family balance merefleksikan kepuasan

individu dalam perannya di keluarga maupun perannya di pekerjaan dengan

konflik yang minimal. Pendapat yang sama dikemukakan oleh Frone (dalam

Kalliath & Brough, 2008) bahwa work family balance dipresentasikan oleh

sedikitnya konflik yang muncul karena menjalankan peran di pekerjan dan di

keluarga serta memperoleh keuntungan dalam menjalankan perannya tersebut.

Grzywacz & Carlos (2007) mendefinisikan work family balance sebagai

pencapaian harapan terkait peran yang dinegosiasikan dan dibagikan antara

individu dan mitra perannya di ranah pekerjaan dan ranah keluarga. Menurut

Kirchmeyer (dalam Kalliath & Brough, 2008) work family balance adalah

tercapainya kepuasan di semua aspek kehidupan yang membutuhkan tenaga,

waktu, dan komitmen yang didistribusikan dengan baik ke semua aspek.

Work family balance adalah sejauh mana efektivitas dan kepuasan

individu di dalam peran pekerjaan dan peran keluarga yang sesuai dengan

prioritas kehidupan individu (Greenhaus dan Allen, 2010). Menurut Voydanoff

15
16

(2005), work family balance dianggap sebagai penilaian global bahwa sumber

daya pekerjaan dan keluarga cukup untuk memenuhi tuntutan pekerjaan dan

keluarga sehingga partisipasi efektif di kedua domain.

Berdasarkan uraian pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa work

family balance pada wanita yang bekerja adalah keadaan dimana individu

merasa terikat dan puas terhadap perannya di pekerjaan maupun di keluarga.

2. Komponen Work Family Balance

Greenhaus, Collins & Shaw (2003) menyebutkan bahwa terdapat tiga

komponen dalam work-family balance, yaitu:

a. Keseimbangan waktu (time balance)

Komponen ini menyangkut adanya keseimbangan antara waktu yang

digunakan untuk melakukan peran individu dalam pekerjaan dan peran

dalam keluarga.

b. Keseimbangan keterlibatan (involvement balance)

Komponen ini berkaitan dengan seimbangnya keterlibatan individu

secara psikologis dan komitmennya terhadap peran dalam pekerjaan

maupun peran dalam keluarga.

c. Keseimbangan kepuasan (satisfaction balance)

Komponen ini menekankan pada tingkat kepuasan individu yang

seimbang dalam menjalankan perannya pada pekerjaan maupun peran

dalam keluarga.
17

Fisher (dalam Poulose, 2014) menyatakan bahwa work life balance

terdapat 4 aspek, yaitu:

a. Waktu

Perbandingan antara waktu yang dihabiskan untuk bekerja dan

waktu yang digunakan untuk aktivitas lain.

b. Perilaku

Perbandingan antara perilaku individu dalam bekerja dan dalam

aspek kehidupan yang lain.

c. Ketegangan

Ketegangan yang dialami baik dalam pekerjaan maupun aspek

kehidupan yang lain dapat menimbulkan konflik peran dalam diri individu.

d. Energi

Perbandingan antara energi yang digunakan individu untuk

menyelesaikan pekerjaannya dan energi yang digunakan dalam aspek

kehidupan selain pekerjaan,

Berdasarkan pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa komponen work

family balance menurut Greenhaus, Collins & Shaw (2003), yaitu

keseimbangan waktu (time balance), keseimbangan keterlibatan (involvement

balance), dan keseimbangan kepuasan (satisfication balance). Menurut Fisher

(dalam Poulose, 2014) terdapat empat aspek work life balance, yaitu waktu,

perilaku, ketegangan, dan energi.


18

Dalam penelitian ini, peneliti memilih komponen work family balance

yang dikemukakan oleh Greenhaus, Collins & Shaw (2003). Alasan peneliti

memilih komponen tersebut karena akan digunakan peneliti sebagai indikator

penyusunan alat ukur. Pertimbangan pemilihan komponen pada penelitian ini

juga berdasarkan penelitian yang dilakukan Hudson (2005), dengan adanya

aspek keseimbangan waktu (time balance), keseimbangan keterlibatan

(involvement balance), dan keseimbangan kepuasan (satisfaction balance)

memungkinkan adanya gambaran yang lebih luas mengenai wanita peran ganda

dalam menjalan peran di pekerjaan dan peran di keluarga.

3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Work Family Balance

Berdasarkan beberapa hasil penelitian sebelumnya ditemukan faktor-

faktor yang mempengaruhi work family balance, meliputi:

a. Dukungan Sosial Suami

Berdasarkan penelitian yang dilakukan Novenia & Ratnaningsih

(2017), salah satu faktor yang mempengaruhi work family balance adalah

dukungan sosial suami. Dukungan sosial suami adalah dukungan penuh

yang diberikan suami kepada istri dalam bentuk memberi semangat,

nasihat, dan memberikan bantuan.

Sarafino dalam Novenia & Ratnaningsih (2017) menyatakan bahwa

salah satu dukungan sosial adalah berupa dukungan emosional yang terdiri

dari perhatian dan empati sehingga dukungan ini akan membuat penerima

dukungan merasa nyaman, tentram, semangat, merasa dimiliki dan dicintai


19

ketika mengalami stres, kehangatan personal, dan cinta. Dukungan

emosional tersebut dapat berasal dari keluarga, yaitu suami karena suami

merupakan orang yang terdekat bagi wanita yang telah menikah yang mana

istri lebih banyak menghabiskan waktu bersama dan tinggal bersama

dengan suami.

Novenia & Ratnaningsih (2017) mengungkapkan bahwa dukungan

yang berasal dari suami, baik secara langsung ataupun tidak langsung

memegang peran penting dalam memelihara keadaan psikologis maupun

fisiologis seorang istri. Selain itu, dengan adanya dukungan sosial suami

dapat membantu istri dalam menjalankan peran di pekerjaan dan di

keluarga. Voydanoff (2004) menyatakan bahwa dukungan yang diperoleh

dari suami penting artinya bagi istri untuk meningkatkan nilai positif

pekerjaan-keluarga, dukungan emosional dan instrumental yang diperoleh

dari suami akan membantu meningkatkan nilai positif pekerjaan-keluarga.

Dukungan sosial suami juga dapat membuat batin istri menjadi lebih

tenang dan senang sehingga istri dapat lebih mudah untuk menyesuaikan

dirinya di lingkungan keluarga dan di lingkungan pekerjaan (Yanita &

Zamralita, 2001).

b. Family Supportives Supervision Behaviors

Berdasarkan penelitian yang dilakukan Ayuningtyas & Septarini

(2013), salah satu faktor yang mempengaruhi work family balance adalah

family supportives supervision behaviors. Menurut Hammer, Kossek,

Zimmerman & Daniels (2007), family supportives supervision behaviors


20

adalah perilaku suportif dari atasan terhadap keadaan keluarga

bawahannya, yang dapat membentuk persepsi bawahannya mengenai

dukungan organisasi.

Greenhaus, Ziegert & Allen (2012) menyatakan bahwa family

supportive supervision behaviors merupakan salah satu bentuk dukungan

informal dari organisasi. Hammer, Kossek, Yragui, Bodner & Hanson

(2009) menyatakan bahwa dengan adanya dukungan atasan dapat

mengurangi efek negatif stressor dari pekerjaan dan keluarga. Hal tersebut

didukung dengan adanya penelitian yang dilakukan oleh Hammer,

Kossek, Zimmerman, & Daniels (2007), atasan memiliki peran penting

karena merupakan seseorang yang menghubungkan dan

mengimplementasikan kebijakan-kebijakan yang ada (dukungan formal)

kepada bawahannya. Adanya dukungan dari atasan juga harus diperkuat

oleh iklim organisasi yang menunjukkan bahwa organisasi tersebut

suportif terhadap kehidupan keluarga anggota organisasinya. Sehingga

nilai-nilai organisasi mengenai dukungan terhadap kehidupan keluarga

dapat ditunjukkan oleh perilaku dari atasan (Greenhaus, Ziegert & Allen,

2012). Penelitian yang dilakukan oleh Greenhaus, Ziegert & Allen (2012)

menunjukkan bahwa hubungan antara family supportive supervision

dengan work family balance lebih kuat pada organisasi yang suportif

terhadap keluarga anggota organisasinya daripada organisasi yang tidak

suportif terhadap keluarga anggota organisasinya.

c. Persepsi Dukungan Organisasi


21

Berdasarkan penelitian yang dilakukan Hanifia & Ratnaningsih

(2018), salah satu faktor yang mempengaruhi work family balance adalah

persepsi dukungan organisasi. Menurut Rhoades & Eisenberger (2002),

persepsi dukungan organisasi adalah persepsi mengenai sejauh mana

karyawan percaya bahwa organisasi menghargai kontribusi dan peduli

pada kesejahteraan mereka.

Rhoades & Eisenberger (2002) menyatakan persepsi karyawan yang

baik terhadap dukungan organisasi dapat membuat karyawan merasa

berkewajiban untuk memelihara kesejahteraan organisasi. Organisasi dapat

memperkuat keyakinan karyawan dengan memenuhi kebutuhan sosio-

emosional, mengakui dan menghargai kinerja mereka. Salah satu program

yang dimiliki oleh organisasi untuk meningkatkan keseimbangan kerja-

keluarga adalah karyawan dapat memiliki jadwal jam kerja yang fleksibel,

kebijakan cuti untuk merawat anak yang sakit, dan fasilitas penitipan anak

(Halpern & Murphy, dalam Novenia & Ratnaningsih, 2017). Individu yang

merasa didukung oleh organisasi dapat menimbulkan norma timbal balik,

yaitu individu yang diperlakukan baik oleh organisasi akan merasa wajib

membalas kebaikan yang diberikan (Rhoades & Eisenberger, 2002).

Saginak & Saginak dalam Handayani, dkk (2015) menjelaskan bahwa

individu yang memiliki komitmen dalam perannya di pekerjaan dan

keluarga dapat berhasil dalam menyeimbangkan perannya di pekerjaan dan

keluarga karena dengan adanya komitmen, individu akan membagi waktu,

tenaga, dan pikiran dalam perannya di pekerjaan dan keluarga.


22

Hal tersebut diperkuat dengan adanya hasil penelitian yang

dilakukan oleh Hanifia & Ratnaningsih (2018) mengenai hubungan antara

persepsi dukungan organisasi dengan keseimbangan kerja-keluarga pada

dosen wanita di Universitas Diponegoro Semarang menyimpulkan terdapat

hubungan yang positif dan signifikan antara persepsi dukungan organisasi

dengan keseimbangan kerja-keluarga pada dosen wanita di Universitas

Diponegoro. Hal ini menunjukkan semakin positif persepsi dukungan

organisasi, maka semakin tinggi pula keseimbangan kerja-keluarga yang

dimiliki dosen wanita. Sebaliknya, semakin negatif persepsi dukungan

organisasi, maka semakin rendah pula keseimbangan kerja-keluarga yang

dimiliki dosen wanita. Hal ini menjelaskan bahwa adanya persepsi

dukungan organisasi dapat membantu subjek dalam menjalankan peran di

pekerjaan dan keluarga.

Berdasarkan uraian di atas, faktor-faktor yang mempengaruhi work

family balance yaitu dukungan sosial suami, family supportives supervision

behaviors, dan persepsi dukungan organisasi. Pada penelitian ini, peneliti

memilih dukungan sosial suami sebagai faktor pertama yamg mempengaruhi

work family balance karena berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh

Novenia & Ratnaningsih (2017) mengenai hubungan antara dukungan sosial

suami dengan work family balance pada guru wanita didapatkan hasil bahwa

terdapat hubungan positif yang signifikan antara dukungan sosial suami dengan

work family balance. Hal ini mengindikasikan bahwa dukungan sosial suami
23

berpengaruh terhadap work family balance pada guru wanita. Alasan yang

membedakan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya ialah peneliti

memilih subjek secara luas, yaitu wanita yang bekerja agar lebih mengetahui

secara pasti hubungan antara dukungan yang diberikan oleh suami dapat

mempengaruhi work family balance pada wanita yang bekerja.

Peneliti juga memilih family supportive supervision behaviors sebagai

faktor kedua yang mempengaruhi work family balance karena berdasarkan

penelitian yang dilakukan oleh Ayuningtyas & Septarini (2013) mengenai

hubungan family supportive supervision behaviors dengan work family balance

pada wanita yang bekerja didapatkan hasil bahwa terdapat hubungan antara

family supportive supervision behaviors dengan work family balance pada

wanita yang bekerja. Hal ini mengindikasikan bahwa family supportive

supervision behaviors berpengaruh terhadap work family balance pada wanita

yang bekerja. Alasan yang membedakan penelitian ini dengan penelitian

sebelumnya ialah peneliti mengungkap dengan jelas mengenai hubungan antara

family supportives supervision behaviors dengan work family balance pada

wanita yang bekerja dikarenakan masih sedikit peneliti yang meneliti tentang

family supportive supervision behaviors.

B. Dukungan Sosial Suami

1. Pengertian Dukungan Sosial Suami

Sebelum penulis menjabarkan pengertian dukungan sosial suami,

terlebih dahulu penulis menjabarkan pengertian dukungan sosial karena


24

pengertian dukungan sosial suami diturunkan dari pengertian dukungan sosial.

Menurut Sarafino & Smith (2011) dukungan sosial mengacu pada

kenyamanan, perhatian, harga diri, atau ketersediaan bantuan kepada seseorang

dari orang lain atau suatu kelompok. Dukungan sosial juga merupakan cara

yang paling efektif dan dapat digunakan seseorang untuk menyesuaikan diri

dari peristiwa yang sulit dikendalikan dan penuh tekanan (Kim, Sherman, &

Taylor, 2008). Gottlieb (dalam Smet, 1994) menyatakan dukungan sosial

terdiri dari informasi atau nasehat verbal dan non-verbal, bantuan nyata, atau

tindakan yang diberikan oleh keakraban sosial atau didapat karena kehadiran

mereka dan mempunyai manfaat emosional atau efek perilaku bagi pihak

penerima.

Dukungan sosial dapat diperoleh dari sejumlah orang yang dianggap

penting (significant others) seperti suami, anak, orang tua, saudara atau kerabat

dan teman akrab (Kumolohadi, 2001). Suami adalah salah satu orang yang

terpenting dalam kehidupan seorang ibu karena suami merupakan orang yang

pertama dan utama alam memberikan dorongan kepada istrinya sebelum pihak

lain turut memberikan dorongan (Dagun dalam Melati & Raudatussalamah,

2012).

Menurut Greenglass, Fiksenbaum, & Eaton (2006) dukungan sosial

suami merupakan dukungan yang diterima istri berupa informasi, nasehat, atau

sesuatu yang dapat membesarkan hati agar istri lebih aktif untuk

menyelesaikan masalah yang dihadapi. Dukungan suami adalah bantuan

berupa tindakan yang bersifat membantu istri dengan melibatkan emosi,


25

informasi, instrumental, penghagaan dan motivasi yang diberikan sepenuhnya

kepada istri. Dengan adanya dukungan suami beban yang dirasakan istri dapat

berkurang dan istri akan merasa dicintai, diperhatikan, dan dihargai oleh suami

(Dewi & Saman, 2010).

Berdasarkan uraian definisi diatas dapat disimpulkan bahwa dukungan

sosial suami merupakan dukungan yang diterima istri berupa informasi,

nasehat, atau sesuatu yang dapat membesarkan hati agar istri lebih aktif untuk

menyelesaikan masalah yang dihadapi.

2. Aspek Dukungan Sosial Suami

Sarafino & Smith (2011) menyatakan terdapat empat aspek dukungan

sosial antara lain, yaitu:

a. Emotional Support

Dukungan emosional merupakan dukungan yang diberikan pada

seseorang dalam bentuk perhatian, kepedulian, rasa empati, penerimaan,

dan dorongan sehingga orang tersebut merasa dicintai dan diperhatikan

ketika sedang menghadapi tekanan dalam hidupnya.

b. Instrumental Support

Dukungan instrumental melibatkan adanya bantuan langsung yang

bisa berupa barang, bantuan finansial maupun bantuan jasa dari orang lain

untuk mengerjakan tugas-tugas tertentu ketika seseorang sedang

menghadapi tekanan.

c. Infomational Support
26

Dukungan ini diberikan dalam bentuk saran, arahan, atau feedback

yang dapat membantu seseorang untuk menemukan jalan keluar dari

masalah yang sedang dihadapi.

d. Companionship Support

Dukungan ini merupakan bentuk dukungan yang memberikan rasa

kebersamaan, saling berbagi minat dan melakukan aktivitas sosial bersama.

Dimensi dukungan suami menurut Caplan (dalam Friedman, 1998)

terbagi menjadi tiga, yaitu:

a. Dukungan Informasional

Bentuk dukungan ini melibatkan pemberian informasi, saran atau

umpan balik tentang situasi dan kondisi individu. Jenis informasi seperti

ini dapat menolong individu untuk mengenali dan mengatasi masalah

dengan lebih mudah. Sarafino (dalam Rahmadita, 2013) menjelaskan

bahwa suami dapat memberikan informasi apa saja yang diperlukan istri.

b. Dukungan Penilaian

Jenis dukungan dimana suami bertindak sebagai pembimbing,

pemberi umpan balik, dan memecahkan masalah di dalam keluarga.

Sarafino (dalam Rahmadita, 2013) menyatakan dukungan penilaian dapat

berupa penilaian yang positif dari suami bahwa apapun yang terjadi suami

akan selalu mendampingi serta membantu istri dalam memberikan

pengertian untuk pemecahan masalahnya


27

c. Dukungan Instrumental

Bentuk dukungan ini merupakan penyediaan materi yang dapat

memberikan pertolongan langsung seperti pinjaman uang, pemberian

barang, makanan serta pelayanan. Sarafino (dalam Rahmadita, 2013)

menjelaskan bahwa dukungan instrumental dapat berupa materi yang dapat

digunakan istri untuk pekerjaan yang sedang dilakukannya.

Berdasarkan pendapat diatas, dapat disimpulkan bahwa aspek dukungan

sosial suami menurut Sarafino & Smith (2010), yaitu emotional support,

instrumental support, informational support, dan companionship support.

Menurut Caplan (dalam Friedman, 1998) dimensi dukungan suami, yaitu

dukungan informasional, dukungan penilaian, dan dukungan instrumental.

Dalam penelitian ini, peneliti memilih aspek dukungan sosial yang

dikemukakan oleh Sarafino & Smith (2010). Alasan peneliti memilih aspek

tersebut karena aspek tersebut akan digunakan peneliti sebagai indikator

penyusunan alat ukur. Pertimbangan pemilihan aspek pada penelitian ini

dikarenakan aspek yang dikemukakan oleh Sarafino & Smith (2010) sejalan

dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Novenia & Ratnaningsih (2017)

yang menyatakan bahwa dengan adanya dukungan sosial suami dapat

membantu wanita yang bekerja dalam menjalankan peran di pekerjaan dan

keluarga. Hal tersebut juga didukung dengan adanya penelitian yang dilakukan

oleh Voydanoff (2004) yang menyatakan bahwa dukungan yang diperoleh dari

suami penting artinya bagi istri untuk meningkatkan nilai positif pekerjaan-
28

keluarga, dukungan emosional dan instrumental yang diperoleh dari suami

akan membantu meningkatkan nilai positif pekerjaan-keluarga.

C. Family Supportive Supervision Behaviors

1. Pengertian Family Supportive Supervision Behaviors

Hammer, Kossek, Zimmerman & Daniels (2007) mendefinisikan family

supportives supervision behaviors adalah perilaku suportif dari atasan pada

keadaan keluarga bawahannya yang dapat membentuk persepsi bawahannya

mengenai dukungan organisasi. Menurut Greenhaus, Ziegert & Allen (2012)

family supportives supervision behaviors merupakan salah satu bentuk

dukungan informal yang diberikan oleh organisasi. Dukungan organisasi

merupakan keyakinan seseorang bahwa organisasi tempat dia bekerja

menghargai kontribusinya dan peduli pada kesejahteraannya (Rhoades dkk,

2001). Robbins (dalam Mujiasih, 2015) menjelaskan dukungan organisasional

yang dirasakan adalah tingkat sampai dimana karyawan yakin bahwa

organisasi mengahargai kontribusi dan peduli dengan kesejahteraan mereka.

Family supportives supervision behaviors adalah perilaku atasan yang

menunjukkan rasa empati yang sesuai dengan keinginan karyawan untuk

menyeimbangkan antara tanggung jawab pekerjaan dan keluarga (Thomas &

Ganster, 1995). Hammer, Kossek, Yragui, Bodner & Hanson (2009)

mendefinisikan family supportives supervision behaviors sebagai sebuah

konstruk dimana atasan memberikan dukungan yang terdiri dari dukungan

emosional dan instrumental mengenai tuntutan keluarga, serta atasan juga


29

menjadi contoh berperilaku yang baik dan kreatif dalam memanajemen

tuntutan pekerjaan dan keluarga.

Berdasarkan uraian definisi diatas dapat disimpulkan bahwa family

supportives supervision behaviors adalah perilaku suportif dari atasan pada

keadaan keluarga bawahannya yang dapat membentuk persepsi bawahannya

mengenai dukungan organisasi.

2. Dimensi Family Supportive Supervision Behaviors

Hammer, Kossek, Yragui, Bodner & Hansen (2009) menyatakan

terdapat empat dimensi family supportive supervision behaviors, yaitu:

a. Emotional Support

Dukungan yang berupa rasa peduli, mempertimbangkan perasaan,

dan membuat bawahan merasa nyaman mengkomunikasikan

permasalahannya. Dukungan ini mencakup intensitas berkomunikasi

dengan karyawan dan menyadari komitmen yang dimiliki karyawan dalam

perannya di keluarga dan kehidupan pribadi, melibatkan sejauh mana

atasan membuat karyawan merasa nyaman mendiskusikan permasalahan

terkait dengan keluarga, menyatakan keprihatinan atas tanggung jawabnya

di pekerjaan mempengaruhi keluarga, dan menunjukkan rasa hormat,

pengertian, simpati, dan kepekaan terhadap keluarga bawahannya

sehubungan dengan tanggung jawab di keluarga.

b. Instrumental Support
30

Dukungan instrumental menunjukkan bagaimana atasan merespon

kebutuhan karyawannya baik kebutuhan dalam pekerjaan maupun keluarga

yang berkaitan dengan kebijakan yang telah ditetapkan. Dukungan ini

dapat ditunjukkan dengan cara fleksibilitas dalam mengatur jadwal, serta

menginterpretasikan kebijakan yang ada dan bagaimana

mengimpletasikannya, serta mengelola jadwal kerja rutin untuk

memastikan bahwa karyawan menyelesaikan tugasnya di pekerjaan,

melibatkan sejauh mana atasan menyediakan sumber daya atau layanan

sehari-hari untuk membantu karyawan dalam upaya mereka untuk berhasil

mengelola tanggung jawab ganda mereka dalam peran di pekerjaan dan

keluarga.

c. Role Modelling Behavior

Atasan memberikan strategi serta contoh perilaku yang dipercaya

dapat membantu bawahannya dalam mengintegrasikan tanggung jawab di

pekerjaan dan keluarga. Kirby dan Krone (dalam Hammer, Kossek, Yragui

& Bodner, 2011) mengatakan bahwa ketika organisasi menerapkan suatu

kebijakan, kebijakan tersebut harus ditunjukkan melalui tulisan,

komunikasi langsung maupun perilaku. Role Modeling Behavior dapat

ditunjukkan dengan cara mendiskusikan konsekuensi dari sebuah karir

serta bagaimana cara membuat keputusan dengan mempertimbangkan

nilai-nilai yang ada di pekerjaan maupun keluarga

d. Creative Work-Family Management

Creative work-family management merupakan tindakan yang


31

memperhatikan kebutuhan karyawan dan organisasi (Hammer, Kossek,

Yragui & Bodner, 2011). Mengacu pada tindakan inovatif dalam

menstruktur pekerjaan untuk mendukung bawahannya dalam mencapai

efektivitas kerja. Upaya yang dimulai dengan inisiatif untuk melakukan

pekerjaan rumah tangga untuk memfasilitasi efektivitas karyawan di dalam

dan di luar pekerjaan. Perilaku ini dapat melibatkan perubahan besar dalam

waktu, tempat, dan cara kerja yang dilakukan yang secara bersamaan

menyeimbangkan kepekaan terhadap tanggung jawab individu pekerjaan

dan keluarga dengan kebutuhan perusahaan, pelanggan, dan rekan kerja.

Berdasarkan pendapat diatas, dapat disimpulkan bahwa dimensi family

supportive supervision behaviors menurut Hammer, Kossek, Yragui, Bodner &

Hansen (2009), yaitu emotional support, instrumental support, role modeling

behaviors, dan creative work family management.

Dalam penelitian ini, peneliti memilih dimensi family supportive

supervision behaviors yang dikemukakan oleh Hammer, Kossek, Yragui,

Bodner & Hansen (2009). Alasan peneliti memilih dimensi tersebut karena

merupakan salah satu dimensi yang sering digunakan sebagai indikator

penyusunan alat ukur pada penelitian-penelitian sebelumnya seperti penelitian

yang dilakukan oleh Greenhaus, Ziegert & Allen (2012), Ayuningtyas &

Septarini (2013), dan Cucuani & Fitriyani (2017).


32

D. Hubungan antara Dukungan Sosial Suami dengan Work Family Balance

pada Wanita yang Bekerja

Menurut Greenglass, Fiksenbaum, & Eaton (2006) dukungan sosial

suami merupakan dukungan yang diterima istri berupa informasi, nasehat, atau

sesuatu yang dapat membesarkan hati agar istri lebih aktif untuk

menyelesaikan masalah yang dihadapi. Dukungan yang berasal dari suami,

baik secara langsung ataupun tidak langsung memegang peran penting dalam

memelihara keadaan psikologis maupun fisiologis seorang istri. Penelitian

yang dilakukan oleh Greenhaus, Ziegert, & Allen (2012) membuktikan bahwa

seseorang akan lebih mudah mencapai work family balance apabila memiliki

suami yang suportif terhadap pekerjaannya. Dukungan dari suami dapat berupa

memberikan nasihat untuk membantu istri menyeimbangkan tanggung jawab

di keluarga dan pekerjaan serta pengertian yang diberikan oleh suami ketika

istri menghadapi masalah di pekerjaan. Sarafino & Smith (2010) menyatakan

empat aspek dukungan sosial, yaitu (1) emotional support, (2) instrumental

support, (3) informational support, dan (4) companionship support.

Pada aspek emotional support, merupakan dukungan yang diberikan

pada seseorang dalam bentuk perhatian, kepedulian, rasa empati, penerimaan,

dan dorongan sehingga orang tersebut merasa dicintai dan diperhatikan ketika

sedang menghadapi tekanan dalam hidupnya (Sarafino & Smith, 2010).

Wanita yang bekerja dituntut untuk dapat menyeimbangkan antara perannya di

pekerjaan dan keluarga. Apabila wanita yang bekerja tidak dapat

menyeimbangkan perannya akan menimbulkan konflik kerja keluarga. Adanya


33

perhatian dan kepedulian dari suami yang diberikan untuk istri akan

memberikan dampak yang positif pada wanita yang bekerja, yaitu wanita akan

merasa lebih tenang dalam menyelesaikan pekerjaannya di tempat kerja,

sehingga dapat mencapai keseimbangan kepuasan dimana wanita yang bekerja

dapat merasa puas dalam menjalankan perannya di pekerjaan maupun peran

dalam keluarga karena merasa didukung dengan ungkapan kasih sayang dan

perhatian yang diberikan oleh suami dapat memunculkan perasaan

diperhatikan, perasaan berharga dan dimiliki dalam diri wanita yang bekerja

(House, dalam Utami & Wijaya, 2018), serta dukungan emosional yang

diberikan suami kepada istri misalnya berupa mendengarkan cerita istri,

mengucapkan kata-kata cinta, dan dapat meningkatkan rasa percaya diri istri

baik di rumah maupun di tempat kerja (Parasuraman, Purohit, & Godshalk,

1996).

Adanya bantuan langsung yang bisa berupa barang, bantuan finansial

maupun bantuan jasa dari orang lain untuk mengerjakan tugas-tugas tertentu

ketika seseorang sedang menghadapi tekanan disebut instrumental support

(Sarafino & Smith, 2010). Dukungan instrumental yang diberikan suami untuk

membantu tugas istri di rumah misalnya dengan mencuci piring, bergantian

menjaga anak di waktu anak sakit, dan lain sebagainya, sangat jelas

meringankan beban tanggung jawab keluarga dan memungkinkan istri

memberikan waktu yang cukup untuk pekerjaannya (Parasuraman et al., dalam

Aycan et al., 2005). Adanya dukungan instrumental yang diberikan oleh suami

yang berupa ikut membantu tugas istri di rumah dapat mencapai keseimbangan
34

keterlibatan pada wanita yang bekerja yang mana akan membuat seorang

wanita yang bekerja merasa terbantu dan membuat pekerjaannya menjadi lebih

ringan, sehingga upaya wanita yang bekerja dalam menyeimbangkan peran di

pekerjaan dan peran di keluarga dapat menjadi lebih maksimal.

Informational support merupakan dukungan yang diberikan dalam

bentuk saran, arahan, atau feedback yang dapat membantu seseorang untuk

menemukan jalan keluar dari masalah yang sedang dihadapi (Sarafino &

Smith, 2010). Peran suami adalah memberikan nasihat, saran dan evaluasi

untuk istri yang berguna untuk menjadi bahan pertimbangan istri dalam

mengambil setiap keputusan yang akan diambil. Hal ini dapat memberi

dampak positif bagi istri, yaitu istri dapat memiliki sarana pilihan dalam

pengambilan keputusan lebih banyak apabila dibandingkan dengan yang tidak

mendapatkan dukungan informasi dari suami. Dukungan informasi yang

diberikan suami pada wanita yang bekerja dapat mencapai keseimbangan

waktu dimana dengan banyaknya pilihan, membuat istri tidak harus kehabisan

banyak tenaga dan waktu untuk memikirkan keputusan apa yang harus diambil,

sehingga meminimalkan adanya konflik dalam peran di pekerjaan dan keluarga

(Julianty & Prasetya, 2016).

Dukungan yang memberikan rasa kebersamaan, saling berbagi minat dan

melakukan aktivitas sosial bersama disebut companionship support (Sarafino

& Smith, 2010). Dukungan ini melibatkan keikutsertaan suami dalam

menemani istri melakukan aktivitas secara bersama-sama. Adanya dukungan

ini, dapat mencapai keseimbangan keterlibatan pada wanita yang bekerja


35

karena membuat wanita merasa adanya waktu yang dihabiskan bersama dengan

suami. Selain itu, wanita yang bekerja tidak merasa sendiri dalam menjalankan

suatu aktivitas karena ada suami yang menemani dan terus mendukung

aktivitas yang dilakukan bersama-sama dengan istrinya.

Berdasarkan penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa dukungan yang

diberikan oleh suami berupa perhatian, nasehat, bantuan, dan rasa kebersamaan

membuat wanita yang bekerja menjadi merasa dicintai, disayangi, dan

diperhatikan, sehingga akan memunculkan semangat dan perasaan bahagia

dalam menjalankan peran di pekerjaan dan peran di keluarga. Apabila wanita

yang bekerja tidak mendapatkan dukungan sosial dari suami, maka wanita

yang bekerja akan merasa tidak diperhatikan dan dicintai oleh suami, serta

cenderung akan memiliki konflik dalam perannya di pekerjaan maupun

perannya di keluarga. Oleh sebab itu, dukungan sosial yang diberikan oleh

suami sangat penting bagi wanita yang bekerja agar wanita yang bekerja dapat

menjalankan dan menyeimbangkan perannya di pekerjaan dan keluarga

dengan baik.

E. Hubungan antara Family Supportive Supervision Behaviors dengan Work

Family Balance pada Wanita yang Bekerja

Menurut Hammer, Kossek, Zimmerman & Daniels (2007) family

supportives supervision behaviors adalah perilaku suportif dari atasan pada

keadaan keluarga bawahannya yang dapat membentuk persepsi bawahannya

mengenai dukungan organisasi. Atasan memiliki peranan yang sangat penting


36

karena atasan merupakan seseorang menghubungkan dan

mengimplementasikan kebijakan-kebijakan yang ada (dukungan formal)

kepada bawahannya. Adanya dukungan dari atasan juga harus diperkuat oleh

iklim organisasi yang menunjukkan bahwa organisasi tersebut suportif

terhadap kehidupan keluarga anggota organisasinya. Sehingga nilai-nilai

organisasi mengenai dukungan terhadap kehidupan keluarga dapat ditunjukkan

oleh perilaku dari atasan (Greenhaus, Ziegert & Allen, 2012). Hammer,

Kossek, Yragui, Bodner & Hansen (2009) menyatakan terdapat empat dimensi

family supportive supervision behaviors, yaitu emotional support, role

modelling behaviots, instrumental support, dan creative work family

management.

Dukungan yang berupa rasa peduli, mempertimbangkan perasaan, dan

membuat bawahan merasa nyaman mengkomunikasikan permasalahannya.

disebut emotional support. Dukungan emosional yang diberikan atasan

mencakup sejauh mana atasan membuat bawahannya merasa nyaman ketika

mendiskusikan hal-hal yang berkaitan dengan keluarga, mengekspresikan

keprihatinan terhadap tanggung jawab pekerjaan yang berdampak pada

keluarga, dan menunjukkan rasa hormat, pengertian, simpati dan sensitivitas

terhadap tanggung jawab keluarga. Misalnya, seorang atasan yang

menanyakan hal sederhana mengenai apa yang dirasakan karyawannya setelah

mengalami perceraian yang sulit. Adanya dukungan emosional yang diberikan

atasan, maka wanita bekerja akan mampu mencapai keseimbangan kepuasan

dimana wanita bekerja akan merasa puas karena dapat menceritakan


37

permasalahan tentang keluarga pada atasannya sehingga memperoleh perasaan

nyaman, berharga, tidak sendiri bagi karyawan, kebutuhan emosi dapat

membantu wanita bekerja menjadi lebih optimal, dan lebih fokus dalam

menyelesaikan tugas-tugas pekerjaan. Selain itu, perasaan nyaman, dan

berharga juga membuat wanita yang bekerja kembali ke rumah dalam

menghadapi peran di keluarga dan tugas di rumah dengan emosi yang positif

(Cucuani & Fitriyani, 2017).

Instrumental support menunjukkan bagaimana atasan merespon

kebutuhan karyawannya baik kebutuhan dalam pekerjaan maupun keluarga

yang berkaitan dengan kebijakan yang telah ditetapkan (Hammer, Kossek,

Yragui, Bodner & Hansen, 2009). Adanya dukungan instrumental yang

diberikan atasan yang mencakup sejauh mana atasan menyediakan sumber daya

atau jasa untuk membantu wanita bekerja dalam upaya menciptakan

keseimbangan waktu dan mengelola tanggung jawab dalam peran pekerjaan

dan keluarga (Cucuani & Fitriyani, 2017), misalnya atasan memberikan

fleksibilitas dalam mengatur jadwal, serta menginterpretasikan kebijakan yang

ada dan bagaimana mengimpletasikannya, serta mengelola jadwal kerja rutin

untuk memastikan bahwa karyawan menyelesaikan tugasnya di pekerjaan

(Hammer, Kossek, Yragui, Bodner & Hansen, 2009), sehingga karyawan

mampu mengatur waktu kerja secara mandiri yang akan meningkatkan

kemandirian dan kemampuan pengaturan waktu dalam keluarga (Cucuani &

Fitriyani, 2017).

Memberikan strategi serta contoh perilaku yang dipercaya dapat


38

membantu bawahannya dalam mengintegrasikan tanggung jawab di pekerjaan

dan keluarga disebut role modeling behavior (Hammer, Kossek, Yragui,

Bodner & Hansen, 2009). Perilaku yang ditunjukkan oleh atasan kepada

bawahannya dalam mencegah atau menghadapi masalah yang terkait dengan

pekerjaan dan keluarga dapat menambah wawasan, pengetahuan, keterampilan

menyelesaikan masalah secara efektif, sehingga karyawan mampu untuk

mencapai keseimbangan keterlibatan dimana karyawan terbiasa dan mampu

untuk menyelesaikan masalah baik di tempat kerja maupun dirumah. Misalnya,

atasan mencontohkan perilaku memasukkan anaknya ke tempat penitipan yang

disediakan oleh perusahaan atau instansi. Selain itu, berbagi ide dan saran

tentang strategi yang biasanya berhasil digunakan dalam mengatur tuntutan

peran dalam pekerjaan dan keluarga akan sangat membantu karyawan

(Cucuani & Fitriyani, 2017),

Creative work-family management merupakan tindakan yang

memperhatikan kebutuhan karyawan dan organisasi (Hammer, Kossek, Yragui

& Bodner, 2011). Mengacu pada tindakan inovatif dalam menstruktur

pekerjaan untuk mendukung bawahannya dalam mencapai efektivitas kerja.

Upaya yang dimulai dengan inisiatif untuk melakukan pekerjaan rumah tangga

untuk memfasilitasi efektivitas karyawan di dalam dan di luar pekerjaan.

Creative work-family management tidak hanya berusaha menyelesaikan

permasalahan karyawan, namun lebih kepada strategi dalam memberikan

keuntungan dengan meminimalkan kerugian di kedua belah pihak, karyawan

dan perusahaan. Dengan demikian, karyawan tidak hanya menuntut untuk


39

dipahami namun juga berusaha untuk memberikan yang terbaik kepada

perusahaan. Adanya creative work-family management yang ditunjukkan

atasan akan menimbulkan rasa aman karena karyawan merasa diperhatikan dan

menjadi bagian dari perusahaan, sehingga karyawan mampu mencapai

keseimbangan kepuasan di dalam pekerjaan dan keluarga karena dapat

membuat karyawan merasa nyaman, dapat belajar dalam menghadapi dan

mengatasi masalah terkait tuntutan peran di pekerjaan dan keluarga, serta

membantu karyawan memenuhi kebutuhan keluarga mereka dan

membebaskan mereka dari kekhawatiran mengenai keluarga (Cucuani &

Fitriyani, 2017).

Berdasarkan penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa dukungan yang

diberikan oleh atasan yang peduli dengan keadaan keluarga bawahannya

berupa perhatian, fleksibilitas dalam mengatur jadwal, atasan dapat menjadi

suri tauladan bagi bawahannya, dan tindakan inovatif dalam menstruktur

pekerjaan membuat wanita yang bekerja menjadi merasa diperhatikan dan

dipedulikan ketika sedang mengalami permasalahan, sehingga menimbulkan

perasaan nyaman dan dihargai oleh atasan, serta memiliki efektivitas dalam

menyelesaikan pekerjaan. Apabila wanita yang bekerja tidak memperoleh

dukungan dari atasan yang peduli dengan keadaan keluarganya, maka wanita

yang bekerja akan merasa tidak dipedulikan dan tidak dihargai oleh atasan

sehingga wanita yang bekerja cenderung akan mengalami stres kerja yang

dapat menyebabkan burnout, serta dapat menimbulkan konflik dalam perannya

di pekerjaan dan keluarga.


40

F. Hipotesis

Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah:

1. Adanya hubungan positif antara dukungan sosial suami dengan work

family balance pada wanita yang bekerja. Semakin tinggi dukungan sosial

suami maka semakin tinggi work family balance pada wanita yang bekerja.

Begitu juga sebaliknya, semakin rendah dukungan sosial suami maka

semakin rendah work family balance pada wanita yang bekerja.

2. Adanya hubungan positif antara family supportive supervision behaviors

dengan work family balance pada wanita yang bekerja. Semakin tinggi

family supportive supervision behaviors maka semakin tinggi work family

balance pada wanita yang bekerja. Begitu juga sebaliknya, semakin rendah

family supportive supervision behaviors maka semakin rendah work family

balance pada wanita yang bekerja.


BAB III

METODE PENELITIAN

A. Identifikasi Variabel dan Definisi Operasional

Berdasarkan rumusan permasalahan serta rumusan hipotesis penelitian maka

yang menjadi variabel dalam penelitian ini adalah:

1. Variabel Kriterium (Y): Work Family Balance

Work family balance pada wanita yang bekerja adalah keadaan dimana

individu merasa terikat dan puas terhadap perannya di pekerjaan maupun di

keluarga. Work family balance dalam penelitian ini diukur dengan

menggunakan Skala Work Family Balance yang disusun peneliti berdasarkan

skala yang telah disusun oleh peneliti sebelumnya, yaitu Novenia &

Ratnaningsih (2017) yang mengacu pada komponen work family balance

menurut Greenhaus, Collins, & Shaw (2003) yang terdiri dari 3 komponen,

yaitu keseimbangan waktu (time balance), keseimbangan keterlibatan

(involvement balance), dan keseimbangan kepuasan (satisfaction balance)

dengan mengubah beberapa aitem disesuaikan dengan aitem yang ingin diteliti.

Penentuan skor tinggi atau rendah dari Skala Work Family Balance pada

wanita yang bekerja dapat ditentukan dengan mengakumulasikan jumlah skor.

Skor tinggi yang diperoleh subjek dari Skala Work Family Balance

menunjukkan tingginya work family balance pada wanita yang bekerja, dan

sebaliknya skor rendah yang didapatkan dari Skala Work Family Balance

41
42

menunjukkan rendahnya work family balance pada wanita yang bekerja.

2. Variabel Prediktor (X1): Dukungan Sosial Suami

Dukungan suami merupakan dukungan yang diterima istri berupa

informasi, nasehat, atau sesuatu yang dapat membesarkan hati agar istri lebih

aktif untuk menyelesaikan masalah yang dihadapi. Dukungan sosial suami

dalam penelitian ini diukur dengan menggunakan Skala Dukungan Sosial

Suami yang disusun peneliti berdasarkan pada aspek dukungan sosial suami

dari Sarafino & Smith (2010) yang terdiri dari 4 aspek, yaitu emotional

support, instrumental support, informational support, dan companionship

support.

Penentuan skor tinggi atau rendah dari Skala Dukungan Sosial Suami

pada wanita yang bekerja dapat ditentukan dengan mengakumulasikan jumlah

skor. Skor tinggi yang diperoleh subjek dari Skala Dukungan Sosial Suami

menunjukkan tingginya dukungan sosial suami pada wanita yang bekerja, dan

sebaliknya skor rendah yang didapatkan dari Skala Dukungan Sosial Suami

menunjukkan rendahnya dukungan sosial suami pada wanita yang bekerja.

3. Variabel Prediktor (X2): Family Supportive Supervision Behaviors

Family supportives supervision behaviors adalah perilaku suportif dari

atasan pada keadaan keluarga bawahannya yang dapat membentuk persepsi

bawahannya mengenai dukungan organisasi. Family supportives supervision

behaviors dalam penelitian ini diukur dengan menggunakan Skala Family


43

Supportives Supervision Behaviors yang disusun peneliti berdasarkan pada

dimensi family supportives supervision behaviors dari Hammer, Kossek,

Yragui, Bodner & Hansen (2009) yang terdiri dari 4 dimensi, yaitu emotional

support, instrumental support, role modeling behaviors, dan creative work

family management.

Penentuan skor tinggi atau rendah dari Skala Family Supportives

Supervision Behaviors pada wanita yang bekerja dapat ditentukan dengan

mengakumulasikan jumlah skor. Skor tinggi yang diperoleh subjek dari Skala

Family Supportives Supervision Behaviors menunjukkan tingginya family

supportives supervision behaviors pada wanita yang bekerja, dan sebaliknya

skor rendah yang didapatkan dari Skala Family Supportives Supervision

Behaviors menunjukkan rendahnya family supportives supervision behaviors

pada wanita yang bekerja.

B. Subjek Penelitian

Subjek dalam penelitian ini adalah wanita yang bekerja di cabang swalayan

Pamella Supermarket Yogyakarta. Subjek dalam penelitian ini berjumlah 53

wanita. Teknik sampel yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu menggunakan

teknik purposive sampling. Sugiyono (2017) menyatakan bahwa purposive

sampling merupakan teknik penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu.

Karakteristik-karakteristik subjek dalam penelitian ini, yaitu:

1. Wanita yang bekerja yang sudah menikah, tinggal bersama suami dan

mempunyai anak
44

Wanita yang bekerja dijadikan sebagai salah satu karakteristik subjek

penelitian ini yaitu dikarenakan keterlibatan wanita dalam sektor publik saat

ini semakin tahun semakin meningkat di berbagai bidang dan profesi. Bagi

seorang wanita bekerja yang telah menikah dan memiliki anak, tidak hanya

dihadapkan pada tugas dan tanggung jawab sebagai seorang pekerja, namun

juga dihadapkan pada peran domestiknya sebagai istri dan ibu dalam rumah

tangga. Hal ini tentunya menjadi tantangan tersendiri untuk wanita yang

bekerja karena apabila tidak dapat dikelola dengan baik dapat mempengaruhi

kinerja atau bahkan keutuhan keluarganya (Wulandari, 2015).

2. Masa kerja minimal satu tahun

Masa kerja minimal satu tahun dijadikan sebagai salah satu karakteristik

subjek penelitian ini yaitu dikarenakan bahwa seseorang yang telah dewasa

adalah seseorang yang memiliki pekerjaan tetap dan penuh (Santrock, 2012).

C. Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah

menggunakan metode skala. Skala yang digunakan dalam penelitian ini

menggunakan skala likert. Skala likert merupakan metode pengukuran yang

digunakan untuk mengukur sikap, pendapat dan persepsi seseorang atau kelompok

orang tentang fenomena sosial (Sugiyono, 2017).

Skala likert pada penelitian ini disajikan dengan 4 alternatif jawaban, yaitu

Sangat Sesuai (SS), Sesuai (S), Tidak Sesuai (TS), dan Sangat Tidak Sesuai (STS).
45

Untuk kelompok item favourable, skor jawaban bergerak dari 4 sampai 1, dimana

skor 4 untuk jawaban Sangat Sesuai (SS), skor 3 untuk jawaban Sesuai (S), skor 2

untuk jawaban Tidak Sesuai (TS), skor 1 untuk jawaban Sangat Tidak Sesuai (STS).

Sedangkan, untuk kelompok item unfavorable, skor jawaban bergerak dari 4

sampai 1, dimana skor 4 untuk jawaban Sangat Tidak Sesuai (STS), skor 3 untuk

jawaban Tidak Sesuai (TS), skor 2 untuk jawaban Sesuai (S), skor 1 untuk jawaban

Sangat Sesuai (SS). Penggunaan alternatif jawaban tersebut bertujuan agar subjek

berpendapat dan tidak bersikap netral, apabila pilihan tengah atau netral disediakan

maka kebanyakan subjek akan cenderung untuk menempatkannya dikategori

tengah tersebut, sehingga data mengenai perbedaan di antara responden menjadi

kurang informatif (Azwar, 2016). Menurut Azwar (2016) penggunaan istilah sesuai

dapat mengukur keadaan diri subjek sendiri sehingga dalam merespon aitem subjek

lebih dahulu menimbang sejauh manakah isi pernyataan yang merupakan gambaran

mengenai keadaan dirinya atau perilakunya.

Untuk mengetahui apakah skala mampu menghasilkan data yang akurat sesuai

dengan tujuan ukurnya, diperlukan suatu proses pengujian validitas atau validasi.

Jenis validitas yang digunakan dalam skala ini adalah validitas isi. Validitas isi

skala ini dilakukan peneliti bersama Domnina Rani Puna Rengganis, S.Psi, M.Si.,

CPHR., sebagai dosen ahli dibidang psikologi industri dan organisasi pada tanggal

05 Desember 2018. Setelah melakukan validitas isi terdapat masukan, yaitu

perbaikan minor pada kalimat dalam aitem, dan hasilnya menyatakan layak untuk

dipergunakan dalam penelitian atau pengukuran.

Setelah melalui proses pengujian validitas, selanjutnya skala yang dibuat


46

diproses melalui uji daya beda aitem. Daya beda aitem (daya diskriminasi aitem)

adalah sejauh mana aitem mampu membedakan antara individu atau kelompok

individu yang memiliki dan tidak memiliki atribut yang di ukur. Daya beda aitem

yang dianggap memuaskan adalah 0.30 (Azwar, 2016). Tetapi apabila jumlah aitem

yang valid masih belum mencukupi jumlah yang diinginkan, peneliti dapat

mempertimbangkan untuk menurunkan batas kriteria menjadi 0.25 atau 0.20

(Azwar, 2016). Dalam penelitian ini, Skala Work Family Balance, Skala Dukungan

Sosial Suami, dan Skala Family Supportive Supervision Behaviors menggunakan

batas kriteria 0,30.

Setelah dilakukan uji daya beda aitem, selanjutnya dilakukan uji reliabilitas.

Uji reliabilitas dalam penelitian ini dilakukan menggunakan program SPSS, metode

yang dilakukan dengan menggunakan Alpha Cronbach. Setiap tes dituntut untuk

mampu menghasilkan skor yang memiliki koefisien reliabilitas yang setinggi

mungkin yaitu 0,900 (Azwar, 2016).

Dalam penelitian ini terdapat 3 macam skala yang akan digunakan, yaitu Skala

Work Family Balance, Skala Dukungan Sosial Suami, dan Skala Family Supportive

Supervision Behaviors.

1. Skala Work Family Balance

Skala Work Family Balance yang akan digunakan dalam penelitian ini

adalah disusun peneliti berdasarkan skala yang telah disusun oleh peneliti

sebelumnya, yaitu Novenia & Ratnaningsih (2017) yang mengacu pada

komponen work family balance menurut Greenhaus, Collins, & Shaw (2003)

dengan mengubah beberapa aitem disesuaikan dengan aitem yang ingin diteliti
47

sehingga terbentuklah Skala Work Family Balance yang peneliti gunakan

dalam penelitian ini. Dalam skala ini terdapat 24 aitem yang terdiri dari aitem-

aitem yang bersifat favourable dan unfavourable yang didasarkan pada

komponen work family balance, yaitu :

a. Keseimbangan waktu (time balance). Komponen ini menyangkut adanya

keseimbangan antara waktu yang digunakan untuk melakukan peran

individu dalam pekerjaan dan peran dalam keluarga. Contoh pernyataan

dalam skala ini, yaitu “Saya memiliki waktu yang cukup untuk

menyelesaikan pekerjaan meskipun saya juga harus mengurus rumah

tangga”.

b. Keseimbangan keterlibatan (involvement balance). Komponen ini

berkaitan dengan seimbangnya keterlibatan individu secara psikologis dan

komitmennya terhadap peran dalam pekerjaan maupun peran dalam

keluarga. Contoh pernyataan dalam skala ini, yaitu “Saya mampu

menyediakan kebutuhan keluarga meskipun harus bekerja”.

c. Keseimbangan kepuasan (satisfaction balance). Komponen ini

menekankan pada tingkat kepuasan individu yang seimbang dalam

menjalankan perannya pada pekerjaan maupun peran dalam keluarga.

Contoh pernyataan dalam skala ini, yaitu “Saya dapat menjalani peran di

pekerjaan ataupun peran di keluarga tanpa beban” .

Adapun blueprint distribusi aitem pernyataan pada Skala Work Family Balance

uji coba dapat dilihat pada Tabel. 1 berikut ini :


48

Tabel 1.
Blueprint Skala Work Family Balance
No Komponen Nomor Item
Aitem Aitem Jumlah
Favourable Unfavourable
1 Keseimbangan waktu 1, 7, 13, 19 4, 10, 16, 22 8

2 Keseimbangan 2, 8, 14, 20 5, 11, 17, 23 8


keterlibatan
3 Keseimbangan 3, 9, 15, 21 6, 12, 18, 24 8
kepuasan
Total 24

Uji coba Skala Work Family Balance dilakukan pada subjek yang berbeda

dengan subjek penelitian, namun memiliki kriteria yang sama. Jumlah subjek uji

coba sebanyak 60 wanita yang bekerja di cabang swalayan Pamella Supermarket

yang berada di Yogyakarta. Peneliti melakukan uji coba skala untuk mengetahui

daya beda aitem dan reliabilitas alat ukur. Berdasarkan hasil uji daya beda aitem

terhadap 24 aitem pernyataan pada Skala Work Family Balance menunjukkan

bahwa terdapat 7 aitem yang tidak valid, yaitu nomor 6, 7, 9, 10, 12, 14 dan 19.

Koefisien uji daya beda aitem bergerak dari angka 0.312 sampai dengan 0.617.

Setelah dilakukan uji daya beda aitem, selanjutnya dilakukan uji reliabilitas.

Reliabilitas skala dalam penelitian ini diuji menggunakan prosedur Cronbach Alpha

dengan koefisien reliabilitas alpha (α) sebesar 0.798.

Berdasarkan data mengenai uji daya beda dan uji reliabilitas dari Skala Work

Family Balance tersebut, peneliti menyimpulkan bahwa Skala Work Family

Balance dapat dinyatakan valid dan reliabel, sehingga layak digunakan dalam

penelitian. Blueprint distribusi pernyataan Skala Work Family Balance setelah uji

coba dan disusun ulang kembali, dapat dilihat pada Tabel. 2 berikut ini :
49

Tabel. 2
Blueprint Skala Work Family Balance Setelah Uji Coba
No Komponen Nomor Item
Aitem Aitem Jumlah
Favourable Unfavourable
1 Keseimbangan waktu 1, 7 4, 10, 15 5

2 Keseimbangan 2, 8, 13, 20 5, 11, 16, 17 8


keterlibatan
3 Keseimbangan 3, 9, 14 6, 12 5
kepuasan
Total 17

2. Skala Dukungan Sosial Suami

Skala Dukungan Sosial Suami yang akan digunakan dalam penelitian ini

adalah skala yang disusun peneliti yang didasarkan pada aspek dari Sarafino &

Smith (2011) sehingga terbentuklah Skala Dukungan Sosial Suami yang

peneliti gunakan dalam penelitian ini. Dalam skala ini terdapat 24 aitem yang

terdiri dari aitem-aitem yang bersifat favourable dan unfavourable yang

didasarkan pada aspek dukungan sosial, yaitu :

a. Emotional Support. Dukungan emosional merupakan dukungan yang

diberikan pada seseorang dalam bentuk perhatian, kepedulian, rasa empati,

penerimaan, dan dorongan sehingga orang tersebut merasa dicintai dan

diperhatikan ketika sedang menghadapi tekanan dalam hidupnya. Contoh

pernyataan dalam skala ini, yaitu “Suami saya bersedia mendengarkan

keluh kesah yang saya alami”.

b. Instrumental Support. Dukungan instrumental melibatkan adanya bantuan

langsung yang bisa berupa barang, bantuan finansial maupun bantuan jasa

dari orang lain untuk mengerjakan tugas-tugas tertentu ketika seseorang


50

sedang menghadapi tekanan. Contoh pernyataan dalam skala ini, yaitu

“Suami saya ikut membantu mengerjakan pekerjaan rumah”.

c. Infomational Support. Dukungan ini diberikan dalam bentuk saran, arahan,

atau feedback yang dapat membantu seseorang untuk menemukan jalan

keluar dari masalah yang sedang dihadapi. Contoh pernyataan dalam skala

ini, yaitu “Dalam mengambil suatu keputusan, suami saya memberikan

saran yang terbaik”.

d. Companionship Support. Dukungan ini merupakan bentuk dukungan yang

memberikan rasa kebersamaan, saling berbagi minat dan melakukan

aktivitas sosial bersama. Contoh pernyataan dalam skala ini, yaitu “Suami

saya mampu berbagi suka duka dalam menjalani kehidupan rumah tangga

dengan saya”.

Adapun blueprint distribusi aitem pernyataan pada Skala Dukungan Sosial

Suami uji coba dapat dilihat pada Tabel. 3 berikut ini :

Tabel. 3
Blueprint Skala Dukungan Sosial Suami
No Dimensi Nomor Item
Aitem Aitem Jumlah
Favourable Unfavourable
1 Emotional support 1, 9, 17 5, 13, 21 6

2 Instrumental support 2, 10, 18 6, 14, 22 6

3 Informational 3, 11, 19 7, 15, 23 6


support
4 Companionship 4, 12, 20 8, 16, 24 6
support
Total 24
51

Uji coba Skala Dukungan Sosial Suami dilakukan pada subjek yang berbeda

dengan subjek penelitian, namun memiliki kriteria yang sama. Jumlah subjek uji

coba sebanyak 60 wanita yang bekerja di cabang swalayan Pamella Supermarket

yang berada di Yogyakarta. Peneliti melakukan uji coba skala untuk mengetahui

daya beda aitem dan reliabilitas alat ukur. Berdasarkan hasil uji daya beda aitem

terhadap 24 aitem pernyataan pada Skala Dukungan Sosial Suami menunjukkan

bahwa terdapat 3 aitem yang tidak valid, yaitu nomor 11, 13, dan 22. Koefisien uji

daya beda aitem bergerak dari angka 0.312 sampai dengan 0.708. Setelah dilakukan

uji daya beda aitem, selanjutnya dilakukan uji reliabilitas. Reliabilitas skala dalam

penelitian ini diuji menggunakan prosedur Cronbach Alpha dengan koefisien

reliabilitas alpha (α) sebesar 0.894.

Berdasarkan data mengenai uji daya beda dan uji reliabilitas dari Skala

Dukungan Sosial Suami tersebut, peneliti menyimpulkan bahwa Skala Dukungan

Sosial Suami dapat dinyatakan valid dan reliabel, sehingga layak digunakan dalam

penelitian. Blueprint distribusi pernyataan Skala Dukungan Sosial Suami setelah uji

coba dan disusun ulang kembali, dapat dilihat pada Tabel. 4 berikut ini :

Tabel. 4
Blueprint Skala Dukungan Sosial Suami Setelah Uji Coba
No Dimensi Nomor Item
Aitem Aitem Jumlah
Favourable Unfavourable
1 Emotional support 1, 9, 17 5, 13 5

2 Instrumental support 2, 10, 18 6, 14 5

3 Informational 3, 11 7, 15, 20 5
support
4 Companionship 4, 12, 19 8, 16, 21 6
support
Total 21
52

3. Skala Family Supportive Supervision Behaviors

Skala Family Supportive Supervision Behaviors yang akan digunakan

dalam penelitian ini adalah skala asli yang disusun oleh peneliti sebelumnya,

yaitu Hammer, Kossek, Yragui, Bodner & Hansen (2009) dengan

menambahkan aitem pada dimensi yang jumlah aitemnya tidak sama, sehingga

terbentuklah Skala Family Supportive Supervision Behaviors yang peneliti

gunakan dalam penelitian ini. Dalam skala ini terdapat 16 aitem yang terdiri

dari aitem-aitem yang bersifat favourable yang didasarkan pada dimensi family

supportive supervision behaviors, yaitu :

a. Emotional Support. Dukungan yang berupa rasa peduli,

mempertimbangkan perasaan, dan membuat bawahan merasa nyaman

mengkomunikasikan permasalahannya. Contoh pernyataan dalam skala

ini, yaitu “Atasan saya bersedia mendengarkan permasalahan yang saya

alami di pekerjaan ataupun di keluarga”.

b. Instrumental Support. Dukungan instrumental menunjukkan bagaimana

atasan merespon kebutuhan karyawannya baik kebutuhan dalam pekerjaan

maupun keluarga yang berkaitan dengan kebijakan yang telah ditetapkan.

Contoh pernyataan dalam skala ini, yaitu “Saya dapat bergantung pada

atasan saya untuk membantu mengatasi konflik”.

c. Role Modeling Behavior. Atasan memberikan strategi serta contoh

perilaku yang dipercaya dapat membantu bawahannya dalam

mengintegrasikan tanggung jawab di pekerjaan dan keluarga. Contoh


53

pernyataan dalam skala ini, yaitu “Atasan saya merupakan contoh yang

baik dalam menyeimbangkan antara pekerjaan dan keluarga”.

d. Creative Work-Family Management. Tindakan inovatif atasan dalam

menstruktur pekerjaan untuk mendukung bawahannya dalam mencapai

efektivitas kerja. Contoh pernyataan dalam skala ini, yaitu “Atasan saya

memikirkan tentang bagaimana pekerjaan pada divisi saya dapat diatur

untuk saling menguntungkan karyawan maupun perusahaan”

Adapun blueprint distribusi aitem pernyataan pada Skala Family Supportive

Supervision Behaviors uji coba dapat dilihat pada Tabel. 5 berikut ini :

Tabel. 5
Blueprint Skala Family Supportive Supervision Behaviors
No Komponen Nomor Item
Aitem Favourable Jumlah
1 Emotional support 1, 5, 9, 13 4
2 Instrumental support 2, 6, 10, 14 4
3 Role modeling behavior 3, 7, 11, 15 4
4 Creative work-family 4, 8, 12, 16 4
management
Total 16

Uji coba Skala Family Supportive Supervision Behaviors dilakukan pada

subjek yang berbeda dengan subjek penelitian, namun memiliki kriteria yang sama.

Jumlah subjek uji coba sebanyak 60 wanita yang bekerja di cabang swalayan

Pamella Supermarket yang berada di Yogyakarta. Berdasarkan hasil uji daya beda

aitem terhadap 16 aitem pernyataan pada Skala Family Supportive Supervision

Behaviors menunjukkan bahwa terdapat 4 aitem yang tidak valid, yaitu nomor 2, 6,

7, dan 8. Koefisien uji daya beda aitem bergerak dari angka 0.508 sampai dengan
54

0.772. Setelah dilakukan uji daya beda aitem, selanjutnya dilakukan uji reliabilitas.

Reliabilitas skala dalam penelitian ini diuji menggunakan prosedur Cronbach Alpha

dengan koefisien reliabilitas alpha (α) sebesar 0.912.

Berdasarkan data mengenai uji daya beda dan uji reliabilitas dari Skala Family

Supportive Supervision Behaviors tersebut, peneliti menyimpulkan bahwa Skala

Family Supportive Supervision Behaviors dapat dinyatakan valid dan reliabel,

sehingga layak digunakan dalam penelitian.

Blueprint distribusi pernyataan Skala Family Supportive Supervision Behaviors

setelah uji coba dan disusun ulang kembali, dapat dilihat pada Tabel. 6 berikut ini :

Tabel. 6
Blueprint Skala Family Supportive Supervision Behaviors Setelah Uji Coba
No Komponen Nomor Item
Aitem Favourable Jumlah
1 Emotional support 1, 5, 9, 12 4
2 Instrumental support 2, 6 2
3 Role modeling behavior 3, 7, 10 3
4 Creative work-family 4, 8, 11 3
management
Total 12

D. Pelaksanaan Penelitian

Peneliti melakukan tryout pada tanggal 08 Desember 2018 dengan menyebar

skala kepada 60 wanita yang bekerja di cabang swalayan Pamella Supermarket

yang berada di Yogyakarta, yaitu Pamella Dua sebanyak 15 orang, Pamella Tiga

sebanyak 25 orang, dan Pamella Empat sebanyak 20 orang. Pemilihan subjek tryout

dilakukan dengan cara memilih subjek berdasarkan karakteristik yang sama dengan

subjek penelitian, yaitu wanita yang sudah menikah, tinggal bersama suami dan

mempunyai anak, dengan masa kerja minimal satu tahun. Setelah memperoleh data
55

uji coba skala, peneliti melakukan analisis data skala uji coba dan diperoleh hasil,

yaitu pada skala work family balance terdapat 7 aitem yang gugur, pada skala

dukungan sosial suami terdapat 3 aitem yang gugur, dan pada aitem family

supportive supervision behaviors terdapat 4 aitem yang gugur.

Selanjutnya pada tanggal 21 Desember 2018 peneliti melakukan penelitian

kepada 60 wanita yang bekerja di cabang swalayan Pamella Supermarket yang

berada di Yogyakarta, yaitu Pamella Tujuh sebanyak 30 orang, dan Pamella

Sembilan sebanyak 30 orang. Peneliti melakukan penelitian dengan cara

menitipkan sebanyak 60 booklet kuisioner kepada supervisor masing-masing

cabang, tetapi pada saat peneliti mengambil kembali kuisioner penelitian, kuisioner

yang dikembalikan tidak sama jumlahnya pada saat pertama kali peneliti

menitipkan kuisioner karena disebabkan banyak yang hilang. Pada Pamella Tujuh

terhitung satu booklet hilang, dan pada Pamella Sembilan terhitung enam booklet

yang hilang. Oleh karena itu, total keseluruhan booklet kuisioner penelitian hanya

terdapat 53 booklet.

E. Metode Analisis Data

Pengujian hipotesis pada penelitian ini menggunakan analisis korelasi product

moment yang dikembangkan oleh Pearson untuk menguji hubungan antara

dukungan sosial suami dengan work family balance pada wanita yang bekerja dan

hubungan antara family supportive supervision behavior dengan work family

balance pada wanita yang bekerja. Peneliti menggunakan teknik analisis ini karena

analisis korelasi product moment sesuai untuk menguji hipotesis mengenai


56

hubungan antara dua variabel. Analisis data dilakukan dengan menggunakan

bantuan program analisis data.


BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

1. Deskripsi Data dan Data Penelitian

Data penelitian dari Skala Work Family Balance, Skala Dukungan Sosial

Suami, dan Skala Family Supportive Supervision Behaviors akan dianalisis

untuk memperoleh skor empirik dan perhitungan skor hipotetik. Berdasarkan

perhitungan data hipotetik, skala work family balance memiliki rerata

hipotetik, yaitu (1 x 17) + (4 x 17) : 2 = 42.5, dengan skor terendah, yaitu 1 x

17 = 17, dan skor tertinggi, yaitu 4 x 17 = 68, serta standar deviasi, yaitu (68 –

17) : 6 = 8.5. Sedangkan, perhitungan data empirik skala work family balance

memiliki rerata empirik sebesar 53.85, dengan skor terendah 39, dan skor

tertinggi 67, serta memiliki standar deviasi sebesar 7.265. Perhitungan data

hipotetik skala dukungan sosial suami memiliki rerata hipotetik, yaitu (1 x 21)

+ (4 x 21) : 2 = 52.5 dengan skor terendah, yaitu 1 x 21 = 21, dan skor tertinggi,

yaitu 4 x 21 = 84, serta memiliki standar deviasi sebesar (84 – 21) : 6 = 10.5.

Sedangkan, perhitungan data empirik skala dukungan sosial suami memiliki

rerata empirik sebesar 67.74, dengan skor terendah 46, dan skor tertinggi 83,

serta memiliki standar deviasi sebesar 9.578. Sementara, perhitungan data

hipotetik skala family supportive supervision behaviors memiliki rerata

hipotetik, yaitu (1 x 12) + (4 x 12) : 2 = 30, dengan skor terendah, yaitu 1 x 12

= 12, dan skor tertinggi, yaitu 4 x 12 = 48, serta memiliki standar deviasi, yaitu

(48 – 12) : 6 = 6. Sedangkan, perhitungan data empirik skala family supportive

57
58

supervision behaviors memiliki rerata empirik sebesar 37.21, dengan skor

terendah 23, dan skor tertinggi 48, serta memiliki standar deviasi sebesar

6.008. Deskripsi skor data dari ketiga variabel tersebut dapat dilihat pada tabel

7. dibawah ini:

Tabel 7.
Deskripsi Statistik Data Penelitian
Data Hipotetik Data Empirik
Variabel N Skor Skor
Mean SD Mean SD
Min Max Min Max
Work Family 53 42.5 17 68 8.5 53.85 39 67 7.265
Balance

Dukungan
Sosial Suami 53 52.5 21 84 10.5 67.74 46 83 9.578

Family
Supportive
Supervision 53 30 12 48 6 37.21 23 48 6.008
Behaviors

Keterangan:
N = Jumlah aitem
Mean = Rerata
Min = Skor minimal atau terendah
Max = Skor maksimal atau tertinggi
SD = Standar Deviasi

2. Kategorisasi Variabel

Berdasarkan data deskriptif, maka dapat dilakukan pengkategorisasian

pada ketiga variabel penelitian. Kategorisasi yang akan digunakan adalah

jenjang berdasarkan distribusi normal. Tujuan dari kategorisasi ini adalah

untuk menempatkan individu ke dalam kelompok-kelompok yang posisinya

berjenjang menurut suatu kontinum berdasarkan atribut yang diukur (Azwar,

2016). Peneliti melakukan kategorisasi Skala Work Family Balance, Skala


59

Dukungan Sosial Suami, dan Skala Family Supportive Supervision Behaviors

yang ditentukan berdasarkan nilai mean dan standar deviasi hipotetik dengan

mengelompokkan menjadi tiga kategori yaitu tinggi, sedang, dan rendah.

Klasifikasi skor jawaban subjek dari masing-masing variabel, yaitu:

a. Work Family Balance

Berdasarkan hasil kategorisasi skala work family balance

menunjukan bahwa subjek yang berada dalam kategori tinggi sebesar 60

% (32 subjek), kategori sedang sebesar 40 % (21 subjek), dan tidak ada

subjek yang berada dalam kategori rendah. Skor skala dikategorisasikan

untuk mengetahui tinggi dan rendahnya skor yang diperoleh subjek dapat

dilihat pada tabel 8. berikut:

Tabel 8.
Kategorisasi Skor Skala Work Family Balance
Kategori Pedoman Skor N Presentase
Tinggi X > (µ + 1σ) X >51 32 60 %
Sedang  - 1 ≤ X < + 1 34 ≤X≤ 51 21 40 %
Rendah X < (µ - 1σ) X <34 - -
Total 53 100 %

Keterangan :
X = X – Skor subjek
µ = Mean atau rerata hipotetik
σ = Standart deviasi hipotetik

b. Dukungan Sosial Suami

Berdasarkan hasil kategorisasi skala dukungan sosial suami

menunjukan bahwa subjek yang berada dalam kategori tinggi sebesar 62%

(33 subjek), kategori sedang sebesar 38% (20 subjek), dan tidak ada subjek

yang berada dalam kategori rendah. Skor skala dikategorisasikan untuk

mengetahui tinggi dan rendahnya skor yang diperoleh subjek dapat dilihat
60

pada tabel 9. berikut:

Tabel 9.
Kategorisasi Skor Skala Dukungan Sosial Suami
Kategori Pedoman Skor N Presentase
Tinggi X > (µ + 1σ) X > 63 33 62 %
Sedang  - 1 ≤ X < + 1 42 ≤X≤ 63 20 38 %
Rendah X < (µ - 1σ) X < 42 - -
Total 53 100 %

Keterangan :
X = X – Skor subjek
µ = Mean atau rerata hipotetik
σ = Standart deviasi hipotetik

c. Family Supportive Supervision Behaviors

Berdasarkan hasil kategorisasi skala family supportive supervision

behaviors menunjukan bahwa subjek yang berada dalam kategori tinggi

sebesar 34 % (18 subjek), kategori sedang sebesar 64 % (34 subjek), dan 2

% (1 subjek). Skor skala dikategorisasikan untuk mengetahui tinggi dan

rendahnya skor yang diperoleh subjek dapat dilihat pada tabel 10. berikut:

Tabel 10.
Kategorisasi Skor Skala Family Supportive Supervision
Behaviors
Kategori Pedoman Skor N Presentase
Tinggi X > (µ + 1σ) X > 36 18 34 %
Sedang  - 1 ≤ X < + 1 24 ≤X≤ 36 34 64 %
Rendah X < (µ - 1σ) X < 24 1 2%
Total 53 100 %

Keterangan :
X = X – Skor subjek
µ = Mean atau rerata hipotetik
σ = Standart deviasi hipotetik
61

3. Hasil Uji Prasyarat

a. Uji Normalitas

Pedoman yang digunakan dalam uji normalitas untuk menentukan

suatu data terdistribusi normal atau tidak menggunakan model

Kolmogorov-Smirnov dengan kaidah jika p > 0.050 maka sebaran data

normal dan jika p ≤ 0.050 maka sebaran data tidak normal. Berdasarkan

hasil uji Kolmogorov-Smirnov untuk variabel work family balance

diperoleh K-S Z= 0.095 dan p = 0.200 (p > 0.050) berarti sebaran data

variabel work family balance mengikuti sebaran data normal. Selanjutnya,

untuk variabel dukungan sosial suami diperoleh K-S Z = 0.107 dan p =

0.186 (p > 0.050) berarti sebaran data variabel dukungan sosial suami

mengikuti sebaran data normal. Kemudian untuk variabel family

supportive supervision behaviors diperoleh K-S Z = 0.240 dan p = 0.000

(p ≤ 0.050) berarti sebaran data variabel family supportive supervision

behaviors tidak mengikuti sebaran data normal. Priyatno (2010)

mengatakan bahwa data yang banyaknya lebih dari 30 maka dapat

dikatakan terdistribusi normal dan biasa disebut sampel besar. Data dalam

penelitian ini menggunakan subjek sebanyak 53 orang, sehingga data

skala family supportive supervision behaviors dapat dikatakan

terdistribusi normal.

b. Uji Linieritas

Setelah melakukan uji normalitas, maka peneliti melakukan uji

prasyarat yang kedua yaitu uji linieritas. Uji linieritas dilakukan untuk
62

mengetahui apakah variabel work family balance, variabel dukungan sosial

suami, dan variabel family supportive supervision behaviors memiliki

hubungan yang linier atau tidak. Pedoman yang digunakan adalah apabila

nilai signifikansi p < 0.050 maka kedua variabel penelitian dinyatakan

mempunyai hubungan yang linier dan apabila nilai p ≥ 0.050 berarti kedua

variabel dinyatakan tidak mempunyai hubungan yang linier. Berdasarkan

uji linieritas untuk variabel work family balance dan variabel dukungan

sosial suami diperoleh F = 88.495 dengan taraf signifikansi sebesar 0.000

(p < 0.050) hal ini berarti hubungan antara variabel work family balance

dan variabel dukungan sosial suami merupakan hubungan yang linier.

Kemudian pada variabel work family balance dan variabel family

supportive supervision behaviors diperoleh F = 12.709 dengan taraf

signifikansi sebesar 0.001 (p < 0.050) hal ini berarti hubungan antara

variabel work family balance dan variabel family supportive supervision

behaviors merupakan hubungan yang linier.

4. Uji Hipotesis

Setelah uji prasyarat terpenuhi, peneliti melakukan uji hipotesis dengan

analisis korelasi product moment. Analisis korelasi product moment digunakan

untuk mengetahui korelasi tunggal antara variabel bebas dan variabel terikat.

Pedoman dalam analisis ini adalah apabila nilai signifikansi p < 0.050 berarti

terdapat korelasi yang signifikan antara variabel bebas dan variabel terikat,

apabila nilai signifikansi p ≥ 0.050 berarti tidak ada korelasi antara variabel

bebas dan variabel terikat. Berdasarkan hasil analisis korelasi product moment
63

(pearson correlation) diperoleh koefisien korelasi (rxy) hipotesis 1 (satu) =

0.762 dengan p = 0.000 (p < 0.010) dan diperoleh koefisien korelasi (rxy)

hipotesis 2 (dua) = 0.422 dengan p = 0.001 (p < 0.010). Hal ini menunjukkan

bahwa terdapat hubungan antara dukungan sosial suami dengan work family

balance pada wanita yang bekerja dan terdapat juga terdapat hubungan antara

family supportive supervision behaviors dengan work family balance pada

wanita yang bekerja, sehingga hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini

diterima.

Diterimanya hipotesis dalam penelitian ini menunjukan koefesien

determinasi (R²) yang memperoleh sumbangan efektif sebesar 0.580 atau 58%

dari dukungan sosial suami untuk work family balance dan sisanya 42%

dipengaruhi oleh faktor lainnya. Sedangkan koefesien determinasi (R²) yang

memperoleh sumbangan efektif sebesar 0.178 atau 17.8% dari family

supportive supervision behaviors untuk work family balance dan sisanya

82.2% dipengaruhi oleh faktor lainnya.

B. Pembahasan

Berdasarkan hasil analisis data menggunakan analisis korelasi product moment

pada penelitian ini menunjukkan bahwa hipotesis 1 (satu) yaitu terdapat hubungan

positif antara dukungan sosial suami dengan work family balance diperoleh

koefisien korelasi (rxy) sebesar 0.762 dengan p = 0.000 (p < 0.010) artinya hipotesis

1 (satu) dalam penelitian ini diterima. Hal tersebut sesuai dengan hipotesis yang

diajukan peneliti bahwa semakin tinggi dukungan sosial suami maka semakin
64

tinggi work family balance pada wanita yang bekerja. Begitu juga sebaliknya,

semakin rendah dukungan sosial suami maka semakin rendah work family balance

pada wanita yang bekerja.

Menurut Greenglass, Fiksenbaum, & Eaton (2006) dukungan sosial suami

merupakan dukungan yang diterima istri berupa informasi, nasehat, atau sesuatu

yang dapat membesarkan hati agar istri lebih aktif untuk menyelesaikan masalah

yang dihadapi. Aspek dukungan sosial suami menurut Sarafino & Smith (2010),

yaitu emotional support, instrumental support, informational support, dan

companionship support.

Emotional support merupakan dukungan yang diberikan pada seseorang dalam

bentuk perhatian, kepedulian, rasa empati, penerimaan, dan dorongan sehingga

orang tersebut merasa dicintai dan diperhatikan ketika sedang menghadapi tekanan

dalam hidupnya (Sarafino & Smith, 2010). Berdasarkan hasil penelitian diketahui

bahwa ketika wanita yang bekerja memiliki permasalahan maka suami mampu

memberi motivasi, dan mampu untuk mendengarkan keluh kesah yang dialami,

serta merasa khawatir dengan permasalahan yang dihadapi istrinya. Hal ini

menunjukkan dengan adanya perhatian dan kepedulian dari suami yang diberikan

untuk istri akan memberikan dampak yang positif pada wanita yang bekerja, yaitu

wanita akan merasa lebih tenang dalam menyelesaikan pekerjaannya di tempat

kerja, sehingga dapat mencapai keseimbangan kepuasan dimana wanita yang

bekerja dapat merasa puas dalam menjalankan perannya di pekerjaan maupun

peran dalam keluarga karena merasa didukung dengan ungkapan kasih sayang dan

perhatian yang diberikan oleh suami dapat memunculkan perasaan diperhatikan,


65

perasaan berharga dan dimiliki dalam diri wanita yang bekerja (House, dalam

Utami & Wijaya, 2018).

Instrumental support adalah adanya bantuan langsung yang bisa berupa

barang, bantuan finansial maupun bantuan jasa dari orang lain untuk mengerjakan

tugas-tugas tertentu ketika seseorang sedang menghadapi tekanan (Sarafino &

Smith, 2010). Berdasarkan hasil data yang diperoleh dapat diketahui bahwa wanita

yang bekerja merasa suaminya mampu membantu mengerjakan pekerjaan rumah,

dan bersedia membantu istri ketika membutuhkan bantuan, serta mampu merawat

istrinya ketika sedang sakit. Hal tersebut menunjukkan dengan adanya dukungan

instrumental yang diberikan oleh suami yang berupa ikut membantu tugas istri

dirumah dapat mencapai keseimbangan keterlibatan pada wanita yang bekerja yang

mana akan membuat seorang wanita yang bekerja merasa terbantu dan membuat

pekerjaannya menjadi lebih ringan, sehingga upaya wanita yang bekerja dalam

menyeimbangkan peran di pekerjaan dan peran di keluarga dapat menjadi lebih

maksimal.

Informational support merupakan dukungan yang diberikan dalam bentuk

saran, arahan, atau feedback yang dapat membantu seseorang untuk menemukan

jalan keluar dari masalah yang sedang dihadapi (Sarafino & Smith, 2010).

Mengacu pada hasil penelitian yang telah dilakukan, maka terlihat bahwa ketika

wanita yang bekerja mengambil suatu keputusan maka suami dapat memberikan

saran yang terbaik, dan mampu memberikan kritik yang membangun. Hal ini

menujukkan dengan adanya dukungan informasi yang diberikan suami pada wanita

yang bekerja dapat mencapai keseimbangan waktu dimana dengan banyaknya


66

pilihan, membuat istri tidak harus kehabisan banyak tenaga dan waktu untuk

memikirkan keputusan apa yang harus diambil, sehingga meminimalkan adanya

konflik dalam peran di pekerjaan dan keluarga (Julianty & Prasetya, 2016).

Companionship support merupakan dukungan yang memberikan rasa

kebersamaan, saling berbagi minat dan melakukan aktivitas sosial bersama

(Sarafino & Smith, 2010). Mengacu pada hasil penelitian yang telah dilakukan,

maka terlihat bahwa wanita yang bekerja merasa suami mampu berbagi suka duka

dalam menjalani kehidupan rumah tangga, dan apabila wanita yang bekerja sedang

mengalami kesulitan maka suami mampu berusaha bersama-sama mencari jalan

keluar. Hal ini menunjukkan bahwa dengan adanya dukungan ini, dapat mencapai

keseimbangan keterlibatan pada wanita yang bekerja karena membuat wanita yang

bekerja tidak merasa sendiri dalam menjalankan suatu aktivitas karena ada suami

yang menemani dan terus mendukung aktivitas yang dilakukan bersama-sama

dengan istrinya.

Berdasarkan uraian diatas, wanita bekerja yang memiliki dukungan sosial

suami tinggi, maka akan memiliki work family balance yang tinggi pula. Hal ini

didukung oleh penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Novenia &

Ratnaningsih (2017) yang menyatakan bahwa dukungan sosial suami berhubungan

dengan work family balance sehingga semakin tinggi dukungan sosial suami yang

dimiliki wanita bekerja maka akan semakin tinggi pula work family balance pada

wanita yang bekerja. Sebaliknya, semakin rendah dukungan sosial suami yang

dimiliki wanita bekerja maka akan semakin rendah pula work family balance pada

wanita yang bekerja.


67

Mengacu pada hasil penelitian yang dilakukan, dapat diketahui bahwa

dukungan sosial suami subjek berada pada kategori tinggi, yaitu sebanyak 33

subjek (62%), kemudian 20 subjek (38%) berada pada kategori sedang, dan tidak

ada subjek yang berada pada kategori rendah. Selain itu, diketahui pula bahwa

sumbangan efektif dukungan sosial suami terhadap work family balance pada

wanita yang bekerja yaitu sebesar 0.580 atau 58% dan sisanya 42% dipengaruhi

oleh salah satu faktor lain, diantaranya yaitu persepsi dukungan organisasi

(Rhoades & Eisenberger, 2002).

Hipotesis kedua yang diajukan dalam penelitian ini yaitu terdapat hubungan

positif antara family supportive supervision behaviors dengan work family balance

pada wanita yang bekerja diperoleh koefisien korelasi (rxy) sebesar 0.422 dengan

p = 0.001 (p < 0.010) artinya hipotesis 2 (dua) dalam penelitian ini diterima. Hal

tersebut sesuai dengan hipotesis yang diajukan peneliti bahwa semakin tinggi

family supportive supervision behaviors maka semakin tinggi work family balance

pada wanita yang bekerja. Begitu juga sebaliknya, semakin rendah family

supportive supervision behaviors maka semakin rendah work family balance pada

wanita yang bekerja.

Menurut Hammer, Kossek, Zimmerman & Daniels (2007) family supportives

supervision behaviors adalah perilaku suportif dari atasan pada keadaan keluarga

bawahannya yang dapat membentuk persepsi bawahannya mengenai dukungan

organisasi. Hammer, Kossek, Yragui, Bodner & Hansen (2009) menyatakan

terdapat empat dimensi family supportive supervision behaviors, yaitu emotional

support, role modelling behaviots, instrumental support, dan creative work family
68

management.

Emotional support merupakan dukungan yang berupa rasa peduli,

mempertimbangkan perasaan, dan membuat bawahan merasa nyaman

mengkomunikasikan permasalahannya. Berdasarkan hasil penelitian, dapat

diketahui bahwa wanita yang bekerja merasa atasannya bersedia mendengarkan

permasalahan yang dialami di pekerjaan ataupun di keluarga, atasan dapat

meluangkan waktu untuk mempelajari tentang kebutuhan pribadi, dan mampu

membuat nyaman ketika bercerita tentang permasalahan yang dialami di pekerjaan

ataupun di keluarga, serta mampu berkomunikasi secara efektif untuk

menyelesaikan konflik yang terjadi antara pekerjaan ataupun keluarga. Hal ini

menunjukkan dengan adanya dukungan emosional yang diberikan atasan, maka

wanita bekerja akan mampu mencapai keseimbangan kepuasan dimana wanita

bekerja akan merasa puas karena dapat menceritakan permasalahan tentang

keluarga pada atasannya sehingga memperoleh perasaan nyaman, berharga, tidak

sendiri bagi karyawan, kebutuhan emosi dapat membantu wanita bekerja menjadi

lebih optimal, dan lebih fokus dalam menyelesaikan tugas-tugas pekerjaan. Selain

itu, perasaan nyaman, dan berharga juga membuat wanita yang bekerja kembali ke

rumah dalam menghadapi peran di keluarga dan tugas di rumah dengan emosi yang

positif (Cucuani & Fitriyani, 2017).

Instrumental support menunjukkan bagaimana atasan merespon kebutuhan

karyawannya baik kebutuhan dalam pekerjaan maupun keluarga yang berkaitan

dengan kebijakan yang telah ditetapkan (Hammer, Kossek, Yragui, Bodner &

Hansen, 2009). Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, dukungan


69

instrumental dalam penelitian ini ditunjukkan dengan tingginya pemilihan pada

aitem atasan memberikan kemudahan dalam mengatur jadwal kerja. Hasil

penelitian ini menunjukkan bahwa dengan adanya dukungan instrumental yang

diberikan atasan dapat membantu wanita bekerja dalam upaya menciptakan

keseimbangan waktu dan mengelola tanggung jawab dalam peran pekerjaan dan

keluarga (Cucuani & Fitriyani, 2017).

Role modeling behavior ialah atasan memberikan strategi serta contoh

perilaku yang dipercaya dapat membantu bawahannya dalam mengintegrasikan

tanggung jawab di pekerjaan dan keluarga (Hammer, Kossek, Yragui, Bodner &

Hansen, 2009). Mengacu pada hasil penelitian yang telah dilakukan, role modeling

behavior ini digambarkan dengan atasan merupakan contoh yang baik dalam

menyeimbangkan antara pekerjaan dan keluarga, atasan juga mampu menunjukkan

bagaimana seseorang dapat menjadi sukses di pekerjaan dan di keluarga, serta

atasan mampu mencontohkan bagaimana cara membagi waktu untuk pekerjaan dan

waktu untuk keluarga. Hal ini menujukkan dengan adanya perilaku yang

ditunjukkan oleh atasan kepada bawahannya dalam mencegah atau menghadapi

masalah yang terkait dengan pekerjaan dan keluarga dapat menambah wawasan,

pengetahuan, keterampilan menyelesaikan masalah secara efektif, sehingga

karyawan mampu untuk mencapai keseimbangan keterlibatan dimana karyawan

terbiasa dan mampu untuk menyelesaikan masalah baik di tempat kerja maupun

dirumah.

Creative work-family management merupakan tindakan yang memperhatikan

kebutuhan karyawan dan organisasi (Hammer, Kossek, Yragui & Bodner, 2011).
70

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, creative work-family management

digambarkan dengan atasan memikirkan tentang bagaimana pekerjaan pada divisi

dapat diatur untuk saling menguntungkan, atasan juga kreatif dalam menempatkan

tugas pekerjaan untuk membantu divisi agar dapat bekerja lebih baik dalam sebuah

tim, dan atasan mampu mengelola suatu divisi sebagai tim yang utuh untuk

memungkinkan semua anggotanya berkomunikasi. Hal tersebut menunjukkan

dengan adanya creative work-family management yang ditunjukkan atasan akan

menimbulkan rasa aman karena karyawan merasa diperhatikan dan menjadi bagian

dari perusahaan, sehingga karyawan mampu mencapai keseimbangan kepuasan di

dalam pekerjaan dan keluarga karena dapat membuat karyawan merasa nyaman,

dapat belajar dalam menghadapi dan mengatasi masalah terkait tuntutan peran di

pekerjaan dan keluarga, serta membantu karyawan memenuhi kebutuhan keluarga

mereka dan membebaskan mereka dari kekhawatiran mengenai keluarga (Cucuani

& Fitriyani, 2017).

Berdasarkan uraian di atas, wanita bekerja yang memiliki family supportive

supervision behaviors tinggi, maka akan memiliki work family balance yang tinggi

pula. Hal ini didukung oleh penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh

Ayuningtyas & Septarini (2013), yang menyatakan bahwa family supportive

supervision behaviors berhubungan dengan work family balance sehingga semakin

tinggi family supportive supervision behaviors yang dimiliki wanita bekerja maka

akan semakin tinggi pula work family balance pada wanita yang bekerja.

Sebaliknya, semakin rendah family supportive supervision behaviors yang dimiliki

wanita bekerja maka akan semakin rendah pula work family balance pada wanita
71

yang bekerja.

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, dapat diketahui bahwa family

supportive supervision behaviors subjek berada pada kategori tinggi, yaitu

sebanyak 18 subjek (34%), kemudian 34 subjek (64%) berada pada kategori

sedang, dan 1 subjek (2%) berada pada kategori rendah. Selain itu, diketahui pula

bahwa sumbangan efektif dukungan sosial suami terhadap work family balance

pada wanita yang bekerja yaitu sebesar 0.178 atau 17.8% dan sisanya 82.2%

dipengaruhi oleh salah satu faktor lain, diantaranya yaitu persepsi dukungan

organisasi (Rhoades & Eisenberger, 2002).

Demikian berdasarkan hasil analisis dan pembahasan diatas, maka diperoleh

beberapa kesimpulan diantaranya :

a. Diterimanya hipotesis pertama yaitu terdapat hubungan positif antara

dukungan sosial suami dengan work family balance diperoleh koefisien korelasi

(rxy) sebesar 0.762 dengan p = 0.000 (p < 0.010), dengan sumbangan efektif

sebesar 0.580 atau 58% dari dukungan sosial suami untuk work family balance

dan sisanya 42% dipengaruhi oleh faktor lainnya.

b. Diterimanya hipotesis kedua yaitu terdapat hubungan positif antara family

supportive supervision behaviors dengan work family balance pada wanita

yang bekerja diperoleh koefisien korelasi (rxy) sebesar 0.422 dengan p = 0.001

(p < 0.010), dengan sumbangan efektif sebesar 0.178 atau 17.8% dari family

supportive supervision behaviors untuk work family balance dan sisanya

82.2% dipengaruhi oleh faktor lainnya.


BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dilakukan dapat

disimpulkan bahwa terdapat hubungan yang positif antara dukungan sosial suami

dengan work family balance pada wanita yang bekerja rxy = 0.762 dengan p = 0.000

(p < 0.010), hal ini menunjukkan bahwa seorang wanita bekerja yang memiliki

dukungan sosial suami akan merasa lebih tenang dalam menyelesaikan

permasalahannya karena suami mampu untuk mendengarkan keluh kesah yang

dialami, suami mampu membantu mengerjakan pekerjaan rumah, suami juga

mampu memberi kritik yang membangun, dan suami mampu berbagi suka duka

dalam menjalani kehidupan rumah tangga. Adanya perhatian, bantuan, pemberian

saran, dan rasa kebersamaan dari suami yang diberikan akan memberikan dampak

yang positif karena dapat menjadikan wanita yang bekerja memiliki work family

balance yang tinggi.

Kemudian terdapat hubungan yang positif antara family supportive

supervision behaviors dengan work family balance pada wanita yang bekerja rxy =

0.422 dengan p = 0.001 (p < 0.010). Ketika seseorang memiliki family supportive

supervision behaviors yang tinggi maka akan membuat wanita yang bekerja

memiliki perasaan nyaman karena atasan bersedia mendengarkan permasalahan

yang dialami di pekerjaan ataupun di keluarga, atasan memberikan kemudahan

dalam mengatur jadwal, atasan juga merupakan contoh yang baik dalam

72
73

menyeimbangkan antara pekerjaan dan keluarga, dan atasan kreatif dalam

menempatkan tugas pekerjaan untuk membantu divisi agar dapat bekerja lebih baik

dalam sebuah tim. Adanya perhatian, rasa peduli, pemberian contoh, dan sikap

kreatif dari atasan akan memberikan dampak yang positif karena dapat menjadikan

wanita yang bekerja memiliki work family balance yang tinggi.

B. Saran

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka diajukan beberapa saran

sebagai berikut :

1. Bagi subjek penelitian

Diharapkan dengan adanya penelitian ini, wanita yang bekerja akan terus

mendapatkan dukungan sosial suami dan family supportive supervision

behaviors sehingga wanita yang bekerja mampu menyeimbangkan perannya di

pekerjaan ataupun di keluarga. Dengan adanya dukungan sosial suami dan

family supportive supervision behaviors yang tinggi, maka akan membuat

wanita yang bekerja dapat memiliki work family balance yang tinggi pula.

2. Bagi suami

Analisis lebih lanjut dalam penelitian ini yaitu pada dukungan suami

menunjukkan bahwa tingkat dukungan emosional yang dirasakan oleh wanita

yang bekerja berada pada tingkat paling rendah, maka untuk meningkatkan

work family balance pada wanita yang bekerja, peneliti menyarankan kepada

suami agar dapat meningkatkan dukungan emosional, seperti mendengarkan

keluh kesah istri baik di pekerjaan ataupun di keluarga, memberikan perhatian


74

yang penuh agar istri merasa diperhatikan oleh suami, bersikap peduli ketika

istri sedang membutuhkan bantuan suami, dan memberikan motivasi ketika

istri apabila sedang menghadapi masalah.

3. Bagi atasan

Analisis lebih lanjut dalam penelitian ini yaitu pada family supportive

supervision behaviors menunjukkan bahwa tingkat dukungan instrumental

yang dirasakan oleh wanita yang bekerja berada pada tingkat paling rendah,

maka untuk meningkatkan work family balance pada wanita yang bekerja,

peneliti menyarankan kepada atasan agar dapat meningkatkan dukungan

instrumental, seperti memberikan fleksibilitas dalam mengatur jadwal kerja

agar dapat membantu wanita yang bekerja dalam menyeimbangkan perannya

di pekerjaan ataupun di keluarga, serta mengelola jadwal kerja rutin untuk

memastikan bahwa karyawan menyelesaikan tugasnya di pekerjaan.

4. Bagi peneliti selanjutnya

Bagi peneliti selanjutnya, peneliti menyarankan untuk meneliti faktor-

faktor lain yang mempengaruhi work family balance berdasarkan hasil dari

penelitian-penelitian sebelumnya yang belum peneliti tuliskan dalam penelitian

ini. Selain itu, diharapkan peneliti selanjutnya dapat ikut langsung menyebar

kuisioner penelitian pada subjek tanpa harus menitipkan kuisioner penelitian

pada supervisor agar mengurangi resiko kuisioner penelitian terselip atau

bahkan kehilangan kuisioner penelitian.


75

DAFTAR PUSTAKA

Agustiningrum, E. P., & Suryanto. (2013). Hubungan antara persepsi dukungan


organisasi dan trait anxiety dengan performance pemain speeder pump it up
di Surabaya. Jurnal Psikologi Industri dan Organisasi, 2 (3), 147-156.

Azwar, S. (2016). Penyusunan Skala Psikologi. Yogyakarta : Pustaka Belajar

Aycan, Z., & Eskin, M. (2005). Relative contributions of childcare, spousal support,
and organizational support in reducing work–family conflict for men and
women: the case of Turkey. Sex Roles. 53 (7), 453-471.

Ayuningtyas, L., & Septarini B. G. (2013). Hubungan family supportive behaviors


dengan work family balance pada wanita yang bekerja. Jurnal Psikologi
Industri dan Organisasi, 2 (1), 1-11.

Clark, S. C. (2000). Work/family border theory: a new theory of work/family


balance. Human Relations, 53, 747–770.

Cucuani, H., & Fitriyani, E. (2017). Hubungan family supportive supervisor


behaviors di tempat kerja dengan work family enrichment pada perempuan
bekerja. Jurnal Perempuan, Agama dan Jender, 16 (1), 1-12.

Dhamayantie, E. (2012). Peranan dukungan sosial pada interaksi positif pekerjaan-


keluarga dan kepuasan hidup. Jurnal Ekonomi dan Keuangan, 18(2), 181-
200.

Dewi, E. M. P., & Saman, A. (2010). Peran motivasi kerja dan dukungan suami
terhadap stress konflik peran ganda dan kepuasan perkawinan. Jurnal Ilmiah
Psikologi, 3 (2), 169-177.

Duxburry, L., Higgins, C. (2001). Work life balance in the new millenium: where
are we? Where do we need to go? Work network. Canadian Policy Research
Networks, Inc.

Eisenberger, R., Stinglhamber, F., Vandenberghe, C., Sucharski, I., & Rhoades, L.
76

(2002). Perceived supervisor support: contributions to perceived


organizational support and employee retention. Journal of Applied
Psychology, 87, 565-573.

Friedman, M. (1998). Keperawatan Keluarga: Teori dan Praktek, Edisi 3. Alih


Bahasa: Ina adaebora R.L, Yoakim Asy. Jakarta : EGC

Greenglass, E., Fiksenbaum, L., & Eaton, J. (2006). The relationship between
coping, social support, function of disability and depression in the elderly.
Journal Routledge Taylor and Francis Group, 19 (1), 15-31.

Greenhaus, G. H., & Allen, T. D. (2010). Work–family balance: A review and


extension of the literature. In L. Tetrick & J. C. Quick (Eds.), Handbook of
occupational health psychology (2nd ed.) (pp. 165–183). Washington, DC:
American Psychological Association.

Greenhaus, J.H., Collins, K.M & Shaw, J. (2003). The relation between work family
balance and quality of life. Journal of Vacational Behavior, 63 (3), 510-531.

Greenhaus, J. H., Ziegert, J. C., & Allen, T. D. (2012). When family-supportives


supervision matters: Relation between multiple sources of support and work
family balance. Jornal of Vocational Behavior, 80 (2), 266-275.

Grzywacz JG, Carlson DS. (2007). Conceptualizing work-family balance:


implications for practice and research. Adv Dev Hum Resour, 9 (4), 455-471.

Hammer, L. B., Kossek E. E., Yragui, N. L., Bodner, T. E., & Hanson, G. C. (2009).
Development and validation of a multimensional measure of family
supportive supervisor behaviors (FSSB). Journal of Management, 35 (4),
837-856.

Hammer, L. B., Kossek, E. E., Zimmerman, K., & Daniels, R. (2007). Clarifying
the construct of family supportive supervisory behaviors (FSSB): A
multilevel perspective. Research in Occupational Stress and Well Being, 6,
165-204.
77

Hanifia, C., & Ratnaningsih, Ika. K. (2018). Hubungan antara persepsi dukungan
organisasi dengan keseimbangan kerja-keluarga pada dosen wanita di
Universitas Diponegoro Semarang. Jurnal Empati, 7 (1), 130-135.

Handayani, A. (2013). Keseimbangan kerja keluarga pada perempuan bekerja


tinjauan teori border. Jurnal Fakultas Psikologi Universitas Gadjah Mada,
21 (2), 90-101.

Handayani, A., Afiatin, T., Adiyanti, M. G., & Himam, F. (2015). Factors impacting
work family balance of working mothers. Anima Indonesian Psychologycal
Journal, 30 (4), 178-190.

Hudson. (2005). The Case for Work/Life Balance Chosing the gap Between Policy
and Practice. Hudson Highland Group, Inc.

Julianty & Prasetya. (2016). Hubungan antara dukungan sosial suami dengan
konflik peran ganda guru wanita di kabupaten Halmahera Barat. Jurnal
Psikologi Perseptual, 1 (1), 27-39.

Kalliath, T & Brough, P. (2008). Work life balance: A review of the meaning of the
balance construct. Journal of Management & Organization, 14 (3), 323-531.

Keene, J. R., & Quadagno, J. (1998). Predictors of perceived work-family balance:


Gender difference or gender similarity? Sociological Perspective, 47 (1), 1-
23.

Kim, Sherman & Taylor. (2008). Culture and social support. Journal of American
Psychological Asociation, 63 (6), 518-526.

Kumolohadi, R. (2001). Tingkat stress dosen perempuan UII ditinjau dari dukungan
suami. Jurnal Psikologika, 12 (6), 33-35.

Lockwood, N. R. (2003). Work/life balances: challenges and solutions. Society For


Human Resource Management, SHRM Research Journal.

Melati, R., & Raudatussalamah. (2012). Hubungan dukungan sosial suami dengan
78

motivasi dalam menjaga kesehatan selama kehamilan. Jurnal Psikologi, 8


(2), 111-118.

Meenakshi, P. S., Subrahmanyam, V., & Ravichandran, K. (2013). The importance


of work-life balance. Journal of Business and Management, 4 (3), 31-35.

Mujiasih, E. (2015). Hubungan antara persepsi dukungan organisasi (perceived


organizational support) dengan keterikatan karyawan (employee
engagement). Jurnal Psikologi Undip, 14 (1), 40-51.

Novenia, D., & Ratnaningsih. I., Z. (2017). Hubungan antara dukungan sosial suami
dengan work family balance pada guru wanita di SMA negeri kabupaten
Purworejo. Jurnal Empati, 6 (1), 97-103.

Parasuraman, S., Purohit, Y. S., Godshalk, V. M., & Beutell, N. J. (1996). Work
and family variables, entrepreneurial career success and psychological well-
being. Journal of Vocational Behavior, 48 (3), 275-300.

Parkes, L. P. dan Langford, P. H. (2008). Work-life balance or work-life alignment?


a test of the importance of work-life balance for employee engagement and
intention to stay in organizations. Journal of Management and Organization,
14 (3), 267-284.

Poulose, S., & Sudarsan, N. (2014). Work life balance: a conceptual review.
International Journal of Advances in Management and Economics, 3 (2), 1–
17.

Priyatno, D. (2010). Teknik Mudah dan Cepat Melakukan Analisis Data Penelitian
dengan SPSS. Yogyakarta: Penerbit Gaya Media.

Puspitawati, H. (2009). Pengaruh strategi penyeimbangan antara aktivitas pekerjaan


dan keluarga terhadap kesejahteraan keluarga subjektif pada perempuan
bekerja di Bogor: analisis structural equation modelling. Jurnal Ilmial
Keluarga dan Konseling, 2 (2), 111-121.
79

Rahmadita, I. (2013). Hubungan antara konflik peran ganda dan dukungan sosial
pasangan dengan motivasi kerja pada karyawati di rumah sakit Abdul Rivai-
Berau. eJournal Psikologi, (1), 58-68.

Rhoades, L., & Eisenberger, R. (2002). Perceived organizational support: A review


of the literature. Journal of Applied Psychology, 87 (4), 698-714.

Rhoades, L., Eisenberger, R., & Armeli, S. (2001). Affective commitment to the
organization: The contribution of perceived organizational support. Journal
of Applied Psychology, 86 (5), 825 – 836.

Santrok, J.W. (2012). Life-Span Development (13th ed.). Jakarta : Erlangga.

Sarafino, E.P., & Smith, T. W. (2011). Helath Psychology: Biopsychosicial


Interactions, 7th edition. USA: John Wiley & Sons, Inc.

Smet, B. (1994). Psikologi Kesehatan. Jakarta: PT. Gramedia Widiasarana


Indonesia.

Sugiyono. (2017). Metode penelitian kuantitatif, kualitatif dan R&D. Bandung: PT


Alfabet.

Utami, K. P., & Wijaya, Y. D. (2018). Hubungan dukungan sosial pasangan dengan
konflik pekerjaan-keluarga pada ibu bekerja. Jurnal Psikologi, 16 (1), 1-8.

Voydanoff, P. (2004). The effects of work demands and resources on work-to-


family conflict and facilitation. Journal of Mariage and the Family, 66 (2),
398-412.

Voydanoff, P. (2005). Toward a conceptualization of perceived work-family fit and


balance: a demands and resources approach. Journal of Marriage and
Family, 67 (4), 822-836.

Wulandari, J. (2015). Tinjuan tentang konflik peran ganda dan dukungan sosial
suami terhadap stres kerja (studi pada dosen perempuan fakultas ilmu sosial
dan ilmu politik di Universitas Lampung). Journal Ecodemica, 3 (1), 417-
80

434.

Yanita & Zamralita. (2001). Persepsi perempuan primipara tentang dukungan sosial
suami dalam usaha menanggulangi gejala depresi pasca salin. Phronesis, 3
(5), 47.
81
82

Lampiran 1. Skala Uji Coba

SKALA PENELITIAN

UNIVERSITAS MERCU BUANA YOGYAKARTA


YOGYAKARTA
2018
83

PENGANTAR

Kepada Ibu yang terhormat, perkenalkan saya Marista Heni Widiasari


mahasiswi tingkat akhir Fakultas Psikologi Universitas Mercu Buana Yogyakarta.
Saat ini saya sedang menjalankan penelitian guna menyelesaikan studi akhir.
Saya memohon izin atas kesediaan Ibu sebagai responden untuk mengisi
kuesioner pada penelitian saya ini. Informasi yang Ibu berikan melalui kuesioner
ini sangat berharga dan bermanfaat bagi proses penelitian saya.
Sebelum menjawab, bacalah pernyataan dengan baik dan usahakan tidak ada nomor
yang terlewati. Tidak ada jawaban yang benar atau jawaban yang salah dalam
kuesioner ini. Oleh karena itu, Ibu tidak perlu ragu untuk menjawab semua
pertanyaan ini dengan jujur dan terbuka, sesuai dengan keadaan yang sebenarnya.
Kerahasiaan jawaban yang Ibu berikan dijamin dan dijunjung tinggi oleh etika
penelitian.
Saya sampaikan terima kasih atas kesediaan, kesungguhan dan kejujuran Ibu
dalam menjawab setiap pernyataan. Semoga Allah SWT membalas kebaikan Ibu
dengan kebaikan yang lebih banyak dan kemuliaan yang lebih tinggi. Aamiin.

Hormat saya,

Marista Heni Widiasari


84

Nama : (boleh disamarkan)

Usia :

PETUNJUK PENGISIAN

Berikut ini terdapat beberapa pertanyaan yang menggambarkan keadaan Ibu saat

ini. Bacalah setiap pernyataan dengan cermat dan pilihlah jawaban yang Ibu

anggap paling sesuai dengan keadaan diri. Ibu diminta untuk memilih salah satu

dari empat jawaban dengan memberi tanda centang ( ) pada lembar jawab.

Jika terjadi kesalahan, Ibu dapat memberikan tanda sama dengan ( = ) pada

jawaban yang salah dan kembali memilih jawaban yang Ibu anggap sesuai.

SS = Sangat Sesuai
S = Sesuai
TS = Tidak Sesuai
STS = Sangat Tidak Sesuai

Contoh pengisian skala :


No Pernyataan SS S TS STS

1. Saya merasa puas 

Contoh pengisian skala jika ada yang salah :

No Pernyataan SS S TS STS

1. Saya merasa puas  

SELAMAT MENGERJAKAN ☺
85

SKALA I

No. Pernyataan SS S TS STS

1. Saya dapat dengan mudah mengatur kehidupan di


keluarga ataupun di pekerjaan
2. Saya mampu menyediakan kebutuhan keluarga
meskipun harus bekerja
3. Saya dapat menjalani peran di pekerjaan ataupun
peran di keluarga tanpa beban
4. Saya sibuk dengan pekerjaan sehingga sulit untuk
memenuhi tanggung jawab dalam keluarga
5. Saya mengabaikan kebutuhan keluarga karena
pekerjaan
6. Demi berkembang di tempat kerja, saya mengabaikan
kebutuhan keluarga
7. Saya dapat dengan mudah mengurus keluarga karena
pekerjaan saya yang fleksibel
8. Saya dapat melakukan tugas pekerjaan dengan tenang
karena keluarga mengerti tuntutan pekerjaan saya
9. Saya dapat berkompromi dengan pekerjaan agar
keluarga saya tetap bahagia
10. Saya menunda pekerjaan di tempat kerja karena
tuntutan waktu di rumah
11. Karena peran yang berlebihan di rumah, saya menjadi
lelah untuk melaksanakan tanggung jawab pekerjaan
12. Saya merasa lelah saat harus menyelesaikan pekerjaan
ataupum mengurus kebutuhan rumah tangga
13. Saya memiliki waktu yang cukup untuk
menyelesaikan pekerjaan meskipun saya juga harus
mengurus rumah tangga
86

No. Pernyataan SS S TS STS

14. Saya dapat mengikuti acara keluarga tanpa


melewatkan acara di tempat kerja
15. Jika teringat keluarga, saya menjadi bersemangat
ketika bekerja
16. Saya memilih untuk pergi seorang diri ketika tidak ada
pekerjaan di tempat kerja daripada bersama keluarga
17. Saya melewatkan acara keluarga karena pekerjaan
saya
18. Tekanan yang berhubungan dengan keluarga atau
pekerjaan membuat saya mudah marah ketika bekerja
19. Saya dapat fokus menyelesaikan pekerjaan tanpa
mengabaikan waktu bersama keluarga
20. Saya dengan senang hati mengikuti acara keluarga
ataupun acara di tempat kerja
21. Saya bersyukur atas apa yang telah saya pilih yakni
sebagai pekerja sekaligus sebagai ibu rumah tangga
22. Pekerjaan menjadi terbengkalai karena saya memilih
melewatkan waktu senggang untuk bersantai bersama
keluarga
23. Saya mengabaikan keluarga karena harus mengikuti
acara yang diadakan oleh tempat kerja
24. Saya sering uring-uringan ketika sedang bekerja
ataupun sedang bersama dengan keluarga ketika
segala sesuatu tidak sesuai kehendak saya

SKALA II

No. Pernyataan SS S TS STS

1. Ketika saya bermasalah, suami saya memotivasi saya


87

No. Pernyataan SS S TS STS

2. Suami saya ikut membantu mengerjakan pekerjaan


rumah
3. Dalam mengambil suatu keputusan, suami saya
memberikan saran yang terbaik
4. Suami saya memiliki banyak waktu untuk bersama
dengan saya
5. Ketika saya bermasalah, suami saya tidak menanggapi
dengan serius
6. Suami saya merasa keberatan ketika saya meminta
bantuan
7. Suami saya tidak memberi nasihat ketika saya
mengeluh dengan keadaan
8. Saya merasa tidak ada waktu bersama suami

9. Suami saya bersedia mendengarkan keluh kesah yang


saya alami
10. Suami saya bersedia membantu ketika saya
membutuhkan bantuan
11. Ketika saya kebingungan pada suatu hal, suami saya
memberikan informasi sejelas mungkin
12. Suami saya mampu berbagi suka duka dalam
menjalani kehidupan rumah tangga dengan saya
13. Suami saya tidak menanyakan saya mengenai
pekerjaan saya
14. Ketika saya mengalami kesulitan ekonomi, suami
saya tidak memberikan uang
15. Suami saya hanya diam ketika diminta untuk memberi
saran mengenai masalah yang saya hadapi
16. Suami saya tidak pernah mengajak saya untuk
menemaninya melakukan hal yang disukai
88

No. Pernyataan SS S TS STS

17. Suami saya khawatir dengan permasalahan yang saya


hadapi
18. Ketika saya sakit, suami saya bersedia merawat saya

19. Suami saya mampu memberi kritik yang membangun

20. Apabila sedang mengalami kesulitan, suami saya


berusaha bersama-sama mencari jalan keluar
21. Suami saya tidak ingin mengetahui permasalahan
yang saya hadapi
22. Ketika ada hari spesial, suami saya tidak memberi
hadiah kesukaan saya
23. Suami saya membiarkan begitu saja permasalahan
yang saya alami
24. Suami saya melakukan apapun sendiri tanpa ada saya

SKALA III

No. Pernyataan SS S TS STS

1. Atasan saya bersedia mendengarkan permasalahan


yang saya alami di pekerjaan ataupun di keluarga
2. Saya dapat bergantung pada atasan saya untuk
membantu mengatasi konflik di pekerjaan ataupun di
keluarga
3. Atasan saya merupakan contoh yang baik dalam
menyeimbangkan antara pekerjaan dan keluarga
4. Atasan saya memikirkan tentang bagaimana
pekerjaan pada divisi saya dapat diatur untuk saling
menguntungkan karyawan maupun perusahaan
5. Atasan saya dapat meluangkan waktu untuk
mempelajari tentang kebutuhan pribadi saya
89

No. Pernyataan SS S TS STS

6. Saya dapat mengandalkan atasan untuk menggantikan


tanggung jawab pekerjaan saya ketika ada suatu hal
yang tidak terduga
7. Atasan saya menunjukkan perilaku yang efektif dalam
menyeimbangkan antara pekerjaan dan keluarga
8. Atasan saya meminta saran untuk memudahkan
anggotanya dalam menyeimbangkan tuntutan antara
pekerjaan dan keluarga
9. Atasan saya mampu membuat nyaman ketika saya
bercerita tentang permasalahan yang saya alami di
pekerjaan ataupun di keluarga
10. Atasan saya dapat bekerja secara efektif dengan
anggotanya untuk menyelesaikan konflik secara
kreatif antara pekerjaan dan keluarga
11. Atasan saya menunjukkan bagaimana seseorang dapat
menjadi sukses di pekerjaan dan di keluarga
12. Atasan saya kreatif dalam menempatkan tugas
pekerjaan untuk membantu divisi saya agar dapat
bekerja lebih baik dalam sebuah tim
13. Atasan dan saya mampu berkomunikasi secara efektif
untuk menyelesaikan konflik yang terjadi antara
pekerjaan dan keluarga
14. Atasan saya memberikan kemudahan dalam mengatur
jadwal kerja
15. Atasan saya mencontohkan bagaimana cara membagi
waktu untuk pekerjaan dan waktu untuk keluarga
16. Atasan saya mampu mengelola suatu divisi sebagai
tim yang utuh untuk memungkinkan semua
anggotanya dapat berkomunikasi

Terima Kasih ☺
90

Lampiran 2. Data Uji Coba Skala Work Family Balance


91
92
93
94

Lampiran 3. Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Skala Work Family Balance

(Sebelum Seleksi Aitem)

Reliability Statistics

Cronbach's Alpha N of Items

.802 24

Item Statistics

Mean Std. Deviation N

A1 2.90 .573 60
A2 3.18 .469 60
A3 2.88 .555 60
A4 3.05 .429 60
A5 3.20 .403 60
A6 3.25 .474 60
A7 2.95 .467 60
A8 3.03 .367 60
A9 2.95 .429 60
A10 2.93 .446 60
A11 3.07 .406 60
A12 2.80 .708 60
A13 3.03 .317 60
A14 2.92 .462 60
A15 3.25 .474 60
A16 3.23 .533 60
A17 2.78 .585 60
A18 2.92 .497 60
A19 3.08 .497 60
A20 3.15 .404 60
A21 3.32 .504 60
A22 2.95 .502 60
A23 2.98 .469 60
A24 2.97 .637 60
95

Item-Total Statistics

Scale Mean if Scale Variance if Corrected Item- Cronbach's Alpha


Item Deleted Item Deleted Total Correlation if Item Deleted

A1 69.88 22.749 .355 .795


A2 69.60 22.685 .473 .789
A3 69.90 22.261 .468 .788
A4 69.73 22.843 .486 .789
A5 69.58 22.959 .491 .790
A6 69.53 23.440 .295 .798
A7 69.83 23.531 .281 .798
A8 69.75 23.614 .357 .795
A9 69.83 24.785 .012 .809
A10 69.85 24.265 .127 .805
A11 69.72 22.783 .534 .788
A12 69.98 23.779 .107 .813
A13 69.75 23.411 .492 .792
A14 69.87 23.575 .275 .798
A15 69.53 22.050 .617 .782
A16 69.55 22.692 .403 .792
A17 70.00 22.712 .353 .795
A18 69.87 22.423 .499 .787
A19 69.70 24.620 .031 .810
A20 69.63 23.592 .322 .796
A21 69.47 22.999 .366 .794
A22 69.83 22.412 .496 .787
A23 69.80 23.383 .312 .797
A24 69.82 22.661 .322 .797

Scale Statistics

Mean Variance Std. Deviation N of Items

72.78 25.020 5.002 24


96

Lampiran 4. Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Skala Work Family Balance

(Sesudah Seleksi Aitem)

Reliability Statistics

Cronbach's Alpha N of Items

.798 17

Item Statistics

Mean Std. Deviation N

A1 3.22 .415 60
A2 3.25 .508 60
A3 3.23 .465 60
A4 3.10 .477 60
A5 3.03 .450 60
A8 3.18 .504 60
A11 3.07 .406 60
A13 2.80 .546 60
A15 3.15 .481 60
A16 3.08 .381 60
A17 3.02 .390 60
A18 3.30 .561 60
A20 3.27 .548 60
A21 3.07 .516 60
A22 2.63 .688 60
A23 3.05 .534 60
A24 3.03 .551 60
97

Item-Total Statistics

Scale Mean if Scale Variance if Corrected Item- Cronbach's Alpha


Item Deleted Item Deleted Total Correlation if Item Deleted

A1 49.27 15.758 .375 .789


A2 49.23 15.436 .369 .790
A3 49.25 15.648 .355 .790
A4 49.38 15.495 .386 .788
A5 49.45 14.930 .586 .776
A8 49.30 15.061 .474 .782
A11 49.42 16.484 .158 .801
A13 49.68 16.864 .002 .816
A15 49.33 15.175 .470 .783
A16 49.40 15.397 .544 .781
A17 49.47 15.948 .343 .791
A18 49.18 14.729 .493 .780
A20 49.22 14.783 .495 .780
A21 49.42 14.756 .541 .777
A22 49.85 15.452 .230 .805
A23 49.43 14.487 .589 .773
A24 49.45 15.404 .338 .792

Scale Statistics

Mean Variance Std. Deviation N of Items

52.48 17.169 4.144 17


98

Lampiran 5. Data Uji Coba Skala Dukungan Sosial Suami


99
100
101
102

Lampiran 6. Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Skala Dukungan Sosial

Suami (Sebelum Seleksi Aitem)

Reliability Statistics

Cronbach's Alpha N of Items

.876 24

Item Statistics

Mean Std. Deviation N

A1 3.22 .415 60
A2 3.25 .508 60
A3 3.23 .465 60
A4 3.10 .477 60
A5 3.03 .450 60
A6 3.17 .376 60
A7 3.10 .477 60
A8 3.18 .504 60
A9 3.22 .454 60
A10 3.25 .437 60
A11 3.07 .406 60
A12 3.32 .469 60
A13 2.80 .546 60
A14 3.32 .504 60
A15 3.15 .481 60
A16 3.08 .381 60
A17 3.02 .390 60
A18 3.30 .561 60
A19 3.22 .524 60
A20 3.27 .548 60
A21 3.07 .516 60
A22 2.63 .688 60
A23 3.05 .534 60
A24 3.03 .551 60
103

Item-Total Statistics

Scale Mean if Scale Variance if Corrected Item- Cronbach's Alpha


Item Deleted Item Deleted Total Correlation if Item Deleted

A1 71.85 33.553 .479 .871


A2 71.82 32.762 .517 .869
A3 71.83 33.090 .510 .870
A4 71.97 33.118 .489 .870
A5 72.03 33.050 .537 .869
A6 71.90 33.007 .667 .867
A7 71.97 33.626 .394 .873
A8 71.88 32.749 .525 .869
A9 71.85 32.367 .668 .865
A10 71.82 32.322 .708 .865
A11 72.00 34.644 .255 .876
A12 71.75 32.936 .534 .869
A13 72.27 35.724 .001 .885
A14 71.75 33.377 .412 .872
A15 71.92 32.925 .520 .869
A16 71.98 33.542 .530 .870
A17 72.05 34.116 .386 .873
A18 71.77 32.826 .449 .871
A19 71.85 32.435 .557 .868
A20 71.80 32.807 .465 .871
A21 72.00 32.847 .493 .870
A22 72.43 34.182 .171 .883
A23 72.02 32.695 .499 .870
A24 72.03 33.728 .312 .876

Scale Statistics

Mean Variance Std. Deviation N of Items

75.07 36.029 6.002 24


104

Lampiran 7. Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Skala Dukungan Sosial

Suami (Sesudah Seleksi Aitem)

Reliability Statistics

Cronbach's Alpha N of Items

.894 21

Item Statistics

Mean Std. Deviation N

A1 3.22 .415 60
A2 3.25 .508 60
A3 3.23 .465 60
A4 3.10 .477 60
A5 3.03 .450 60
A6 3.17 .376 60
A7 3.10 .477 60
A8 3.18 .504 60
A9 3.22 .454 60
A10 3.25 .437 60
A12 3.32 .469 60
A14 3.32 .504 60
A15 3.15 .481 60
A16 3.08 .381 60
A17 3.02 .390 60
A18 3.30 .561 60
A19 3.22 .524 60
A20 3.27 .548 60
A21 3.07 .516 60
A23 3.05 .534 60
A24 3.03 .551 60
105

Item-Total Statistics

Scale Mean if Scale Variance if Corrected Item- Cronbach's Alpha


Item Deleted Item Deleted Total Correlation if Item Deleted

A1 63.35 30.130 .501 .889


A2 63.32 29.203 .569 .887
A3 63.33 29.616 .545 .888
A4 63.47 29.643 .524 .889
A5 63.53 29.948 .495 .889
A6 63.40 29.769 .653 .886
A7 63.47 30.423 .369 .893
A8 63.38 29.529 .512 .889
A9 63.35 29.011 .689 .884
A10 63.32 28.898 .746 .883
A12 63.25 29.411 .581 .887
A14 63.25 30.191 .387 .893
A15 63.42 29.705 .506 .889
A16 63.48 30.288 .513 .889
A17 63.55 30.489 .452 .891
A18 63.27 29.351 .480 .890
A19 63.35 29.113 .567 .887
A20 63.30 29.400 .486 .890
A21 63.50 29.780 .451 .891
A23 63.52 29.610 .463 .891
A24 63.53 30.524 .289 .896

Scale Statistics

Mean Variance Std. Deviation N of Items

66.57 32.589 5.709 21


106

Lampiran 8. Data Uji Coba Skala Family Supportive Supervision Behaviors


107
108
109
110

Lampiran 9. Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Skala Family Supportive

Supervision Behaviors (Sebelum Seleksi Aitem)

Reliability Statistics

Cronbach's Alpha N of Items

.873 16

Item Statistics

Mean Std. Deviation N

A1 2.78 .585 60
A2 2.48 .596 60
A3 2.97 .520 60
A4 3.12 .324 60
A5 2.35 .659 60
A6 2.53 .650 60
A7 2.97 .450 60
A8 2.75 .541 60
A9 2.72 .585 60
A10 2.95 .534 60
A11 2.95 .594 60
A12 2.93 .516 60
A13 2.88 .524 60
A14 3.10 .399 60
A15 2.98 .504 60
A16 3.03 .450 60
111

Item-Total Statistics

Scale Mean if Scale Variance if Corrected Item- Cronbach's Alpha


Item Deleted Item Deleted Total Correlation if Item Deleted

A1 42.72 22.003 .509 .866


A2 43.02 23.135 .287 .877
A3 42.53 22.118 .562 .864
A4 42.38 23.190 .591 .865
A5 43.15 21.587 .508 .867
A6 42.97 24.067 .101 .887
A7 42.53 24.253 .154 .879
A8 42.75 23.648 .227 .878
A9 42.78 21.190 .669 .858
A10 42.55 21.065 .772 .854
A11 42.55 20.625 .770 .853
A12 42.57 21.301 .749 .855
A13 42.62 21.901 .604 .862
A14 42.40 22.685 .603 .863
A15 42.52 21.915 .629 .861
A16 42.47 21.779 .752 .857

Scale Statistics

Mean Variance Std. Deviation N of Items

45.50 25.136 5.014 16


112

Lampiran 10. Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Skala Family Supportive

Supervision Behaviors (Sesudah Seleksi Aitem)

Reliability Statistics

Cronbach's Alpha N of Items

.912 12

Item Statistics

Mean Std. Deviation N

A1 2.78 .585 60
A3 2.97 .520 60
A4 3.12 .324 60
A5 2.35 .659 60
A9 2.72 .585 60
A10 2.95 .534 60
A11 2.95 .594 60
A12 2.93 .516 60
A13 2.88 .524 60
A14 3.10 .399 60
A15 2.98 .504 60
A16 3.03 .450 60
113

Item-Total Statistics

Scale Mean if Scale Variance if Corrected Item- Cronbach's Alpha


Item Deleted Item Deleted Total Correlation if Item Deleted

A1 31.98 17.169 .516 .911


A3 31.80 17.519 .511 .910
A4 31.65 18.197 .619 .908
A5 32.42 16.722 .530 .912
A9 32.05 16.387 .693 .902
A10 31.82 16.457 .754 .899
A11 31.82 15.983 .773 .898
A12 31.83 16.446 .788 .898
A13 31.88 16.851 .672 .903
A14 31.67 17.785 .614 .906
A15 31.78 16.952 .676 .903
A16 31.73 16.945 .774 .900

Scale Statistics

Mean Variance Std. Deviation N of Items

34.77 20.012 4.474 12


114
115

Lampiran 11. Skala Penelitian

SKALA PENELITIAN

UNIVERSITAS MERCU BUANA YOGYAKARTA


YOGYAKARTA
2018
116

PENGANTAR

Kepada Ibu yang terhormat, perkenalkan saya Marista Heni Widiasari


mahasiswi tingkat akhir Fakultas Psikologi Universitas Mercu Buana Yogyakarta.
Saat ini saya sedang menjalankan penelitian guna menyelesaikan studi akhir.
Saya memohon izin atas kesediaan Ibu sebagai responden untuk mengisi
kuesioner pada penelitian saya ini. Informasi yang Ibu berikan melalui kuesioner
ini sangat berharga dan bermanfaat bagi proses penelitian saya.
Sebelum menjawab, bacalah pernyataan dengan baik dan usahakan tidak ada nomor
yang terlewati. Tidak ada jawaban yang benar atau jawaban yang salah dalam
kuesioner ini. Oleh karena itu, Ibu tidak perlu ragu untuk menjawab semua
pertanyaan ini dengan jujur dan terbuka, sesuai dengan keadaan yang sebenarnya.
Kerahasiaan jawaban yang Ibu berikan dijamin dan dijunjung tinggi oleh etika
penelitian.
Saya sampaikan terima kasih atas kesediaan, kesungguhan dan kejujuran Ibu
dalam menjawab setiap pernyataan. Semoga Allah SWT membalas kebaikan Ibu
dengan kebaikan yang lebih banyak dan kemuliaan yang lebih tinggi. Aamiin.

Hormat saya,

Marista Heni Widiasari


117

Nama : (boleh disamarkan)


Usia :
Pekerjaan :
Lama Bekerja : … bulan / tahun

*Identitas Diri Wajib Diisi

PETUNJUK PENGISIAN

Berikut ini terdapat beberapa pertanyaan yang menggambarkan keadaan Ibu saat

ini. Bacalah setiap pernyataan dengan cermat dan pilihlah jawaban yang Ibu

anggap paling sesuai dengan keadaan diri. Ibu diminta untuk memilih salah satu

dari empat jawaban dengan memberi tanda centang ( ) pada lembar jawab.

Jika terjadi kesalahan, Ibu dapat memberikan tanda sama dengan ( = ) pada

jawaban yang salah dan kembali memilih jawaban yang Ibu anggap sesuai.

SS = Sangat Sesuai

S = Sesuai

TS = Tidak Sesuai

STS = Sangat Tidak Sesuai

Contoh pengisian skala :


No Pernyataan SS S TS STS

1. Saya merasa puas 

Contoh pengisian skala jika ada yang salah :

No Pernyataan SS S TS STS

1. Saya merasa puas  

SELAMAT MENGERJAKAN ☺
118

SKALA I

No. Pernyataan SS S TS STS

1. Saya dapat dengan mudah mengatur kehidupan di


keluarga ataupun di pekerjaan
2. Saya mampu menyediakan kebutuhan keluarga
meskipun harus bekerja
3. Saya dapat menjalani peran di pekerjaan ataupun
peran di keluarga tanpa beban
4. Saya sibuk dengan pekerjaan sehingga sulit untuk
memenuhi tanggung jawab dalam keluarga
5. Saya mengabaikan kebutuhan keluarga karena
pekerjaan
6. Tekanan yang berhubungan dengan keluarga atau
pekerjaan membuat saya mudah marah ketika bekerja
7. Saya memiliki waktu yang cukup untuk
menyelesaikan pekerjaan meskipun saya juga harus
mengurus rumah tangga
8. Saya dapat melakukan tugas pekerjaan dengan tenang
karena keluarga mengerti tuntutan pekerjaan saya
9. Jika teringat keluarga, saya menjadi bersemangat
ketika bekerja
10. Saya memilih untuk pergi seorang diri ketika tidak ada
pekerjaan di tempat kerja daripada bersama keluarga
11. Karena peran yang berlebihan di rumah, saya menjadi
lelah untuk melaksanakan tanggung jawab pekerjaan
12. Saya sering uring-uringan ketika sedang bekerja
ataupun sedang bersama dengan keluarga ketika
segala sesuatu tidak sesuai kehendak saya
13. Saya dengan senang hati mengikuti acara keluarga
ataupun acara di tempat kerja
119

No. Pernyataan SS S TS STS

14. Saya bersyukur atas apa yang telah saya pilih yakni
sebagai pekerja sekaligus sebagai ibu rumah tangga
15. Pekerjaan menjadi terbengkalai karena saya memilih
melewatkan waktu senggang untuk bersantai bersama
keluarga
16. Saya melewatkan acara keluarga karena pekerjaan
saya
17. Saya mengabaikan keluarga karena harus mengikuti
acara yang diadakan oleh tempat kerja

SKALA II

No. Pernyataan SS S TS STS

1. Ketika saya bermasalah, suami saya memotivasi saya

2. Suami saya ikut membantu mengerjakan pekerjaan


rumah
3. Dalam mengambil suatu keputusan, suami saya
memberikan saran yang terbaik
4. Suami saya memiliki banyak waktu untuk bersama
dengan saya
5. Ketika saya bermasalah, suami saya tidak menanggapi
dengan serius
6. Suami saya merasa keberatan ketika saya meminta
bantuan
7. Suami saya tidak memberi nasihat ketika saya
mengeluh dengan keadaan
8. Saya merasa tidak ada waktu bersama suami

9. Suami saya bersedia mendengarkan keluh kesah yang


saya alami
120

No. Pernyataan SS S TS STS

10. Suami saya bersedia membantu ketika saya


membutuhkan bantuan
11. Suami saya mampu memberi kritik yang membangun

12. Suami saya mampu berbagi suka duka dalam


menjalani kehidupan rumah tangga dengan saya
13. Suami saya tidak ingin mengetahui permasalahan
yang saya hadapi
14. Ketika saya mengalami kesulitan ekonomi, suami
saya tidak memberikan uang
15. Suami saya hanya diam ketika diminta untuk memberi
saran mengenai masalah yang saya hadapi
16. Suami saya tidak pernah mengajak saya untuk
menemaninya melakukan hal yang disukai
17. Suami saya khawatir dengan permasalahan yang saya
hadapi
18. Ketika saya sakit, suami saya bersedia merawat saya

19. Apabila sedang mengalami kesulitan, suami saya


berusaha bersama-sama mencari jalan keluar
20. Suami saya membiarkan begitu saja permasalahan
yang saya alami
21. Suami saya melakukan apapun sendiri tanpa ada saya

SKALA III

No. Pernyataan SS S TS STS

1. Atasan saya bersedia mendengarkan permasalahan


yang saya alami di pekerjaan ataupun di keluarga
2. Atasan saya dapat bekerja secara efektif dengan
anggotanya untuk menyelesaikan konflik secara
kreatif antara pekerjaan dan keluarga
121

No. Pernyataan SS S TS STS

3. Atasan saya merupakan contoh yang baik dalam


menyeimbangkan antara pekerjaan dan keluarga
4. Atasan saya memikirkan tentang bagaimana
pekerjaan pada divisi saya dapat diatur untuk saling
menguntungkan karyawan maupun perusahaan
5. Atasan saya dapat meluangkan waktu untuk
mempelajari tentang kebutuhan pribadi saya
6. Atasan saya memberikan kemudahan dalam mengatur
jadwal kerja
7. Atasan saya menunjukkan bagaimana seseorang dapat
menjadi sukses di pekerjaan dan di keluarga
8. Atasan saya kreatif dalam menempatkan tugas
pekerjaan untuk membantu divisi saya agar dapat
bekerja lebih baik dalam sebuah tim
9. Atasan saya mampu membuat nyaman ketika saya
bercerita tentang permasalahan yang saya alami di
pekerjaan ataupun di keluarga
10. Atasan saya mencontohkan bagaimana cara membagi
waktu untuk pekerjaan dan waktu untuk keluarga
11. Atasan saya mampu mengelola suatu divisi sebagai
tim yang utuh untuk memungkinkan semua
anggotanya dapat berkomunikasi
12. Atasan dan saya mampu berkomunikasi secara efektif
untuk menyelesaikan konflik yang terjadi antara
pekerjaan dan keluarga

PASTIKAN IBU SUDAH MENGISI SETIAP NOMOR DAN JANGAN SAMPAI


ADA NOMOR YANG TERLEWAT, TERIMA KASIH ☺
122

Lampiran 12. Data Penelitian Skala Work Family Balance


123
124
125

Lampiran 13. Data Penelitian Skala Dukungan Sosial Suami


126
127
128

Lampiran 14. Data Penelitian Skala Family Supportive Supervision Behaviors


129
130
131

Lampiran 15. Deskripsi Data

Descriptive Statistics

N Range Minimum Maximum Mean Std. Deviation Variance

Work Family Balance 53 28 39 67 53.85 7.265 52.784

Dukungan Sosial Suami


53 37 46 83 67.74 9.578 91.737

Family Supportive
Supervision Behaviors 53 25 23 48 37.21 6.008 36.091

Valid N (listwise) 53

Statistics

Work Family Dukungan Sosial Family

Balance Suami Supportive

Supervision

Behaviors

Valid 53 53 53
N
Missing 0 0 0

Mean 53.85 67.74 37.21

Median 54.00 67.00 36.00

Mode 50a 82 36

Std. Deviation 7.265 9.578 6.008

Variance 52.784 91.737 36.091

Range 28 37 25

Minimum 39 46 23

Maximum 67 83 48

a. Multiple modes exist. The smallest value is shown


132

Work Family Balance

Frequency Percent Valid Percent Cumulative


Percent
39 1 1.9 1.9 1.9
41 2 3.8 3.8 5.7
42 1 1.9 1.9 7.5
43 1 1.9 1.9 9.4
44 1 1.9 1.9 11.3
45 1 1.9 1.9 13.2
46 1 1.9 1.9 15.1
47 3 5.7 5.7 20.8
48 2 3.8 3.8 24.5
49 1 1.9 1.9 26.4
50 4 7.5 7.5 34.0
51 3 5.7 5.7 39.6
52 3 5.7 5.7 45.3

Valid 53 1 1.9 1.9 47.2


54 3 5.7 5.7 52.8
55 4 7.5 7.5 60.4
56 3 5.7 5.7 66.0
57 2 3.8 3.8 69.8
58 3 5.7 5.7 75.5
60 1 1.9 1.9 77.4
62 2 3.8 3.8 81.1
63 4 7.5 7.5 88.7
64 2 3.8 3.8 92.5
65 2 3.8 3.8 96.2
66 1 1.9 1.9 98.1
67 1 1.9 1.9 100.0

Total 53 100.0 100.0


133

Dukungan Sosial Suami

Frequency Percent Valid Percent Cumulative


Percent
46 1 1.9 1.9 1.9
50 1 1.9 1.9 3.8
51 1 1.9 1.9 5.7
52 1 1.9 1.9 7.5
55 1 1.9 1.9 9.4
56 1 1.9 1.9 11.3
57 1 1.9 1.9 13.2
59 1 1.9 1.9 15.1
60 2 3.8 3.8 18.9
61 3 5.7 5.7 24.5
62 6 11.3 11.3 35.8
63 1 1.9 1.9 37.7
64 1 1.9 1.9 39.6

Valid 65 1 1.9 1.9 41.5


66 1 1.9 1.9 43.4
67 4 7.5 7.5 50.9
68 4 7.5 7.5 58.5
69 3 5.7 5.7 64.2
70 1 1.9 1.9 66.0
71 3 5.7 5.7 71.7
74 1 1.9 1.9 73.6
75 1 1.9 1.9 75.5
76 2 3.8 3.8 79.2
80 2 3.8 3.8 83.0
82 7 13.2 13.2 96.2
83 2 3.8 3.8 100.0

Total 53 100.0 100.0


134

Family Supportive Supervision Behaviors

Frequency Percent Valid Percent Cumulative


Percent
23 1 1.9 1.9 1.9
27 1 1.9 1.9 3.8
30 4 7.5 7.5 11.3
31 1 1.9 1.9 13.2
32 3 5.7 5.7 18.9
33 1 1.9 1.9 20.8
34 3 5.7 5.7 26.4
35 9 17.0 17.0 43.4

Valid 36 12 22.6 22.6 66.0


37 3 5.7 5.7 71.7
40 1 1.9 1.9 73.6
42 3 5.7 5.7 79.2
43 1 1.9 1.9 81.1
46 1 1.9 1.9 83.0
47 5 9.4 9.4 92.5
48 4 7.5 7.5 100.0

Total 53 100.0 100.0


135

Lampiran 16. Hasil Uji Normalitas

Case Processing Summary

Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent

Work Family Balance 53 100.0% 0 0.0% 53 100.0%

Dukungan Sosial
53 100.0% 0 0.0% 53 100.0%
Suami

Family Supportive
53 100.0% 0 0.0% 53 100.0%
Supervision Behaviors

Tests of Normality

Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk

Statistic df Sig. Statistic df Sig.

Work Family Balance


.095 53 .200* .973 53 .283

Dukungan Sosial
Suami .107 53 .186 .954 53 .039

Family Supportive
.240 53 .000 .902 53 .000
Supervision Behaviors

*. This is a lower bound of the true significance.


a. Lilliefors Significance Correction
136

Descriptives

Statistic Std. Error

Mean 53.85 .998


Lower Bound 51.85
95% Confidence Interval for Mean
Upper Bound 55.85
5% Trimmed Mean 53.92
Median 54.00
Work Variance 52.784
Family Std. Deviation 7.265
Balance Minimum 39
Maximum 67
Range 28
Interquartile Range 11
Skewness -.039 .327
Kurtosis -.780 .644
Mean 67.74 1.316
Lower Bound 65.10
95% Confidence Interval for Mean
Upper Bound 70.38
5% Trimmed Mean 67.96
Median 67.00
Dukungan Variance 91.737
Sosial Std. Deviation 9.578
Suami Minimum 46
Maximum 83
Range 37
Interquartile Range 14
Skewness -.004 .327
Kurtosis -.605 .644
137

Mean 37.21 .825


Lower Bound 35.55
Family 95% Confidence Interval for Mean
Upper Bound 38.86
Supportive
5% Trimmed Mean 37.22
Supervision
Median 36.00
Behaviors
Variance 36.091
Std. Deviation 6.008
Minimum 23
Maximum 48
Range 25
Interquartile Range 8
Skewness .421 .327
Kurtosis -.266 .644
138

Lampiran 17. Hasil Uji Linieritas

Case Processing Summary

Cases

Included Excluded Total

N Percent N Percent N Percent

Work Family Balance *


53 100.0% 0 0.0% 53 100.0%
Dukungan Sosial Suami
Work Family Balance *
Family Supportive 53 100.0% 0 0.0% 53 100.0%
Supervision Behaviors

ANOVA Table

Sum of Squares df Mean Square F Sig.

(Combined) 2259.031 25 90.361 5.023 .000

Linearity 1592.124 1 1592.124 88.495 .000


Work Family
Between Groups
Balance * Deviation
666.907 24 27.788 1.545 .137
Dukungan Sosial from Linearity

Suami
Within Groups 485.762 27 17.991

Total 2744.792 52

Measures of Association

R R Squared Eta Eta Squared

Work Family
Balance * Dukungan .762 .580 .907 .823
Sosial Suami
139

ANOVA Table

Sum of Squares df Mean Square F Sig.

(Combined) 1322.037 15 88.136 2.292 .020

Work Family Linearity 488.680 1 488.680 12.709 .001

Balance * Family Between Groups Deviation

Supportive from 833.357 14 59.526 1.548 .142


Supervision Linearity
Behaviors Within Groups 1422.756 37 38.453

Total 2744.792 52

Measures of Association

R R Squared Eta Eta Squared

Work Family Balance


* Family Supportive .422 .178 .694 .482
Supervision Behaviors
140

Lampiran 18. Hasil Uji Hipotesis

Correlations

Work Family Dukungan Sosial


Balance Suami

Pearson Correlation 1 .762**


Work Family
Sig. (1-tailed) .000
Balance
N 53 53
Pearson Correlation .762** 1
Dukungan Sig. (1-tailed) .000
Sosial Suami
N 53 53

**. Correlation is significant at the 0.01 level (1-tailed).

Correlations

Work Family Family Supportive


Balance Supervision
Behaviors
Pearson Correlation 1 .422**
Work Family
Sig. (1-tailed) .001
Balance
N 53 53
Pearson Correlation .422** 1
Family
Sig. (1-tailed) .001
Supportive
Supervision
N 53 53
Behaviors

**. Correlation is significant at the 0.01 level (1-tailed).


141

Lampiran 19. Surat Keterangan Professional Judgement


142

Lampiran 20. Surat Perizinan Pra Penelitian


143

Lampiran 21. Surat Perizinan Penelitian


144

Lampiran 22. Surat Tanda Bukti Telah Melaksanakan Penelitian

Anda mungkin juga menyukai