Anda di halaman 1dari 5

SEJARAH KEGEMPAAN DAN TSUNAMI DI SELATAN JAWA

Rinaldi Oky Setiawan / Alumni KMNU ITB

Pertemuan dua lempeng besar, yakni lempeng Indo – Australia (lempeng samudera)
dengan lempeng Eurasia (lempeng benua) berada di sepanjang lepas pantai barat pulau Sumatera
dan selatan pulau Jawa hingga ke lepas pantai selatan Timor Leste. Pergerakan kedua lempeng
yang berlawanan arah mengakibatkan adanya tunjaman lempeng Indo – Australia ke bawah
lempeng benua. Hasil penunjaman ini memunculkan bentang alam baru di dasar laut yang
dinamakan sebagai palung, yang di sepanjang tunjaman di daerah ini dinamakan sebagai palung
Sunda.
Keberadaan palung Sunda, khususnya di selatan Jawa, memunculkan adanya bencana –
bencana alam seperti gempa bumi dan tsunami. Gempa bumi yang membangkitkan tsunami yang
terjadi di selatan Jawa adalah Tsunami Banyuwangi tahun 1994 dan Tsunami Pangandaran tahun
2006. Kedua peristiwa tersebut merupakan tsunami terbesar yang pernah terjadi di selatan Jawa
dan menewaskan banyak korban jiwa. Secara histori, terjadi 4 kali tsunami sebelum dua tsunami
terakhir, namun tidak didapati laporan yang detail terkait dampak tsunami tersebut di pesisir yang
terlanda. Tsunami – tsunami tersebut terjadi pada tahun 1840, 1930 (dua kali), dan 1957 (Tabel 1).

Sejarah Kegempaan di Selatan Jawa


Latief dkk. (2000) mengklasifikasikan zona – zona subduksi yang ada di Indonesia
(Gambar 2.8) yang meliputi Sunda bagian barat (zona A), Sunda bagian timur (zona B), busur
Banda (zona C), Makassar (zona D), Maluku (zona E), dan Papua (zona F). Zona yang akan dikaji
lebih mendalam adalah zona B karena daerah kajian penelitian yang berada di Kulon Progo,
Yogyakarta yang notabene berada di Pulau Jawa dan berhadapan langsung dengan Samudera
Hindia. Busur ini meliputi bagian timur dari Selat Sunda hingga ke Sumba. Aktivitas kegempaan
yang terdapat pada zona B dipicu oleh subduksi lempeng Indo – Australia terhadap lempeng
Eurasia. Hal ini menyebabkan adanya gempa bumi dan tsunami di sepanjang zona B. Terdapat
sekurang – kurangnya sembilan tsunami yang pernah terjadi di sepanjang zona B dan sekali
tsunami akibat letusan gunung (Tambora). Terdapat dua mekanisme patahan yang menyebabkan
tsunami di zona B yaitu patahan tipe thrust (Tsunami Banyuwangi tahun 1994) dan sesar normal
(Tsunami Sumba tahun 1977).
Gambar 1. Zona seismotektonik di Indonesia (Sumber : Latief dkk., 2000)

Sejumlah gempa tercatat pernah terjadi di sepanjang zona B yang dapat dirasakan secara
luas terutama dampaknya di sepanjang zona antara lain pada tahun 1586, 1699, 1722, 1757, 1780,
1815, 1834, 1840, 1847, 1859, 1862, 1865, 1867 dan 1875 (Harris dan Major, 2016). Harris dan
Major (2016) mengatakan bahwa kejadian yang berdampak signifikan terhadap masyarakat dalam
katalog Wichmann tidak ditandai oleh pergerakan slip yang lambat atau gempa dangkal, yakni
pada tahun 1699, 1780, 1834, 1840, 1847, 1865, 1867 dan 1875.
Morfologi palung Jawa memiliki bentuk yang tidak rata serta dipengaruhi oleh sesar turun
dari kerak samudera dengan struktur horst dan graben di sepanjang dinding palung sebelah luar
(Brune dkk., 2010). Brune dkk. (2010) menambahkan bahwa patahan yang terbentuk di sepanjang
palung Jawa memiliki panjang > 60 km dan memiliki lontaran sejauh 500 m. Palung Jawa
diperkirakan mampu untuk menyebabkan gempa megathrust dan kejadian terakhir pada tahun
1699, dengan potensi slip yang mencapai 30 m (Harris dan Major, 2016).
Gambar 2. Kenampakan horst dan graben
(Sumber : https://geograph88.blogspot.com/2013/06/bentangalam-struktural-struktural.html)
Sejarah Tsunami di Selatan Jawa
Tsunami yang terjadi di sepanjang pesisir selatan Jawa tidak sebanyak yang terjadi di barat
Sumatera. Newcomb dan McCann (1987) menyatakan bahwa setidaknya terdapat tiga tsunami
purba yang pernah terjadi di selatan Jawa yakni pada 4 Januari 1840, 20 Oktober 1859, dan 11
September 1921. Setidaknya terdapat 10 tsunami yang pernah terjadi di selatan Jawa, dengan
tsunami yang memiliki run - up tertinggi terjadi di Banyuwangi pada tahun 1994 dan Pangandaran
pada tahun 2006 (Tabel 1).

Tabel 1. Riwayat Tsunami di Selatan Jawa (Sumber : modifikasi dari www.ngdc.noaa.gov)


Gambar 3. Fenomena gempa yang terjadi di zona subduksi Sunda pada 4 Januari 1840, 20
Oktober 1859, dan 11 September 1921. Titik – titik hitam menunjukkan intensitas gempa
sesuai Modified Mercalli Intensity (MMI > VIII ditunjukkan oleh warna hitam pekat). Garis
bergelombang menunjukkan keberadaan tsunami. (Sumber : Newcomb dan McCann, 1987)

Beberapa gempa tercatat memiliki skala MMI (Modified Mercalli Intensity) < 5, namun
masih dapat membangkitkan tsunami, seperti yang terjadi di Banyuwangi pada tahun 1994 (Mw =
7,8) dan Pangandaran pada tahun 2006 (Mw = 7,7). Peristiwa – peristiwa tersebut kemungkinan
memiliki hiposenter / fokus pada patahan yang berada di dekat pantai yang mengakomodir
deformasi baik di dalam maupun di sekitar busur Sunda, meskipun data yang dimiliki sangat
sedikit untuk mengungkap patahan aktif di Jawa (Harris dan Major, 2016). Tsunami yang terjadi
di pesisir selatan Jawa seringkali lebih tinggi dari ekspektasi run – up yang dihasilkan (Fritz dkk.,
2007).

Sumber :
Brune, S., A.Y. Babeyko, S. Ladage, dan S.V. Sobolev, 2010, Landslide Tsunami Hazard
in the Indonesian Sunda Arc, Natural Hazard and Earth System Sciences, 10 (2010)
: 589-604
Fritz, H. M., W. Kongko, A. Moore, B. Mcadoo, J. Goff, C. Harbitz, B. Uslu, N. Kalligeris, D.
Suteja, K. Kalsum, V. Titov, A. Gusman, H. Latief, E. Santoso, S. Sujoko,
D. Djulkarnaen, H. Sunendar, dan C. Synolakis. 2007. Extreme Run - up from the
17 July 2006 Java Tsunami. Geophysical Research Letters, Vol. 34, L12602,
Doi:10.1029/2007gl029404, 2007.
Harris, R. dan J. Major. 2016. Waves of Destruction in The East Indies: The Wichmann Catalogue
of Earthquakes and Tsunami in The Indonesian Region from 1538 to 1877. Geohazards in
Indonesia : Earth Science for Disaster Risk Reduction, Geological Society, London,
Special Publications, 441, 9 – 46.
Latief, H., N.T. Puspito, F. Imamura. 2000. Tsunami Catalog and Zoning in Indonesia,
Journal of Natural Disaster, Japan.
Newcomb, K.R., dan W.R. McCann. 1987. Seismic History and Seismotectonics of the Sunda
Arc. Journal of Geophysical Research, Vol.92, No. B1 Pages 421 – 439.

https://geograph88.blogspot.com/2013/06/bentangalam-struktural-struktural.html (diakses pada


15 November 2018 pukul 18.03)
www.ngdc.noaa.gov (diakses pada 20 November 2017 pukul 12.54)

Anda mungkin juga menyukai