SKRIPSI
Disusun Oleh:
LYO AKHBAR PRATAMA PUTRA
145020100111013
i
THE EFFECT OF FEMALE LABOR FORCE
PARTICIPATION RATE, PER CAPITA GROSS
REGIONAL DOMESTIC PRODUCT, HDI, AND OPEN
UNEMPLOYMENT RATE ON THE INCOME
INEQUALITY IN RIAU ISLANDS YEAR 2009-2016
MINOR THESIS
By:
LYO AKHBAR PRATAMA PUTRA
145020100111013
DEPARTMENT OF ECONOMICS
FACULTY OF ECONOMICS AND BUSINESS
UNIVERSITY OF BRAWIJAYA
MALANG
2018
ii
LEMBAR PENGESAHAN
iii
LEMBAR PERSETUJUAN
iv
SURAT PERNYATAAN
v
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT dengan segala rahmat
salah satu syarat untuk meraih derajat Sarjana Ekonomi pada Jurusan Ilmu
Dalam proses penyusunan skripsi ini, penulis tidak terlepas dari berbagai
kendala yang dihadapi. Namun, berbagai kendala tersebut dapat diatasi berkat
banyaknya bantuan dan dukungan yang tak terhingga dari berbagai pihak baik
secara moril maupun materiil. Oleh sebab itu pada kesempatan ini, penulis ingin
1. Allah SWT atas hidayah dan nikmat yang telah diberikan kepada penulis
2. Kedua orangtua, Bapak Yos Effendy, Ibu Lilly Meikasanti, Adik Hafith, Adik
Hanifth, dan Adik Syifa beserta keluarga besar yang selalu memberikan doa,
3. Bapak Drs. Nurkholis, M.Buss., Ak., Ph.D selaku Dekan Fakultas Ekonomi
4. Bapak Dr. rer. pol. Wildan Syafitri, SE., ME selaku Ketua Jurusan Ilmu
5. Ibu Nurul Badriyah, SE., ME selaku Sekretaris Jurusan Ilmu Ekonomi Fakultas
vi
vii
6. Ibu Dra. Marlina Ekawaty, M.Si., Ph.D selaku Ketua Program Studi Ekonomi
7. Bapak Devanto Shasta Pratomo, SE., M.Si., Ph.D. selaku dosen pembimbing
8. Bapak Dr. Susilo, SE., MS dan Bapak Nurman S. Fadjar, SE., M.Sc. selaku
9. Sahabat terkasih dan tersayang Amirah Jinan Dhia dan Hania Rizkieta Hazah
dukungan materi, moril, motivasi, doa, serta semangat yang luar biasa.
10. Wira Andika Arli, Bintang Trias, Afrianzah Kurniawan, Fauzan Ahnaf,
Maulidina, Citra Rosalina Fikri selaku keluarga kecil di tanah rantau telah
11. Tim Futsal Sumatera Army selaku tim dan keluarga yang selalu memberikan
12. Resti Adesti selaku kekasih terbaik dan tersayang yang selalu memberikan
14. Seluruh pihak-pihak yang telah membantu penulis dalam penyusunan skripsi
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini jauh dari kata
kemampuan, serta pengalaman yang dimiliki. Oleh karena itu, kritik dan saran
Harapan penulis adalah skripsi yang telah disusun bisa bermanfaat dalam
viii
akademika. Penulis juga berharap skripsi ini juga bermanfaat bagi pihak-pihak
ix
x
Tabel 1.1: IPM laki-laki, IPM Perempuan, IPG dan Ranking IPG di Beberapa
Provinsi Menurut Peringkat Tertinggi dan Terendah pada Tahun 2015
Dibandingkan dengan Kondisi Tahun 2014 ....................................... 5
Tabel 1.2: Perbandingan TPAK Wanita dan TPAK Laki-laki Provinsi Kepulauan
Riau Tahun 2009-2016 ...................................................................... 6
Tabel 1.5: Penduduk Usia Kerja yang Bekerja Menurut Lapangan Pekerjaan
Utama, Kepulauan Riau Tahun 2009, 2012 dan 2016 ...................... 15
xi
xii
Gambar 1.3: Penduduk Indonesia Menurut Kelompok Umur dan Jenis Kelamin
Tahun 2016 .................................................................................... 3
Gambar 1.4: IPM Laki-Laki, IPM Perempuan dan IPG Negara-negara ASEAN
2014 .............................................................................................. 4
Gambar 1.5: Rasio Gini Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2009-2016 ................... 8
Gambar 1.6: Rasio Gini Provinsi di Pulau Sumatera Tahun 2014 ........................ 9
Gambar 1.7: Rasio Gini Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2013-2016 ................. 10
Gambar 4.2: Perbandingan Rasio Gini dengan Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja
Wanita di Kabupaten/Kota Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2009-
2016 ............................................................................................. 75
xiii
ABSTRAKSI
Putra, Lyo Akhbar Pratama. 2018. Analisis Pengaruh TPAK Wanita, PDRB
Perkapita, IPM, dan Tingkat Pengangguran Terbuka Terhadap
Ketimapangan Pendapatan di Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2009-
2016. Skripsi, Jurusan Ilmu Ekonomi dan Bisnis, Universitas
Brawijaya. Devanto Shasta Pratomo, SE., M.Si., Ph.D.
pendapatan ini, salah satunya adalah Provinsi Kepulauan Riau. Penelitian ini
Provinsi Kepulauan Riau tahun 2009-2016. Pada penelitian ini menggunakan data
panel, yaitu gabungan antara data time series dan cross section. Data time series
Wanita, IPM dan Tingkat Pengangguran Terbuka memiliki pengaruh negatif dan
xiv
ABSTRACT
xv
BAB I
PENDAHULUAN
menjadi hal yang cukup menarik. Karena kedua hal ini saling memberikan dampak
terhadap satu sama lain. Menurut Arsyad (2010) dalam pemecahan masalah
tidak ada habisnya. Bahkan menurut BPS (gambar 1.1), pada tahun 2009-2016
rasio gini meningkat mulai dari 0.37 menjadi 0.41 pada tahun 2014 dan mulai
menurun pada tahun 2015-2016. Hal ini menunjukkan bahwa masih terdapat
kesenjangan yang cukup tinggi antar Provinsi di Indonesia. Hal ini diduga tidak
ketenagakerjaan.
1
2
0.42
0.41
0.41
0.4 0.4 0.4
0.4
0.39 0.39
0.39
0.38
0.38
0.37
0.36
0.36
0.35
0.34
0.33
2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016
Berdasarkan data pada Badan Pusat Statistik, pada tahun 2000 jumlah
penduduk Indonesia terdiri dari 206.264.595 jiwa dan meningkat cukup tinggi pada
tahun 2010 yaitu dengan total jumlah penduduk 237.641.326 jiwa. Dapat dilihat
dalam gambar 1.2, pada tahun 2017 jumlah penduduk Indonesia berjumlah
daerah. Secara teknis ketika ada daerah tertentu yang mengalami peningkatan
pertumbuhan ekonomi lebih baik dibanding daerah lain, maka hal tersebut akan
menjadi beban karena akan banyak penduduk yang berpindah ke daerah tersebut.
Sehingga, daerah yang ditinggalkan akan semakin tertinggal dan terjerat dalam
lingkar kemiskinan.
3
350
305.6
300
261.9
237.6
250
206.5
200
150
100
50
0
2000 2010 2017 2035
Dalam keadaan dengan jumlah penduduk yang banyak, secara otomatis usia
produktif yang juga akan bertambah, hal ini tidak hanya menimbulkan dampak
positif namun juga akan ada dampak-dampak negatif yang terjadi. Ketika jumlah
usia produktif cukup banyak, proporsi penduduk yang terdiri dari laki-laki dan
ekonomi yang dimana ketimpangan pendapatan antar daerah akan terjadi. Dapat
dilihat pada gambar 1.3, di tahun 2016 rasio jenis kelamin penduduk Indonesia
sebesar 101 yang artinya diantara 100 perempuan terdapat 101 laki-laki.
Walaupun terlihat bahwa rasio yang tidak timpang, namun hal ini memicu
Gambar 1.4: IPM Laki-Laki, IPM Perempuan dan IPG Negara-negara ASEAN
2014
Pada tingkat ASEAN (Gambar 1.4), angka IPG Indonesia berada di bawah
masih cukup tinggi, atau peran perempuan masih belum setara dengan laki-laki
ini terjadi yang diharapkan adalah laki-laki dan perempuan dengan umur yang
pertumbuhan sektor tenaga kerja atau angkatan kerja menjadi salah satu
adalah pengurangan ketimpangan pendapatan antar daerah atau dengan kata lain
pengelompokkan Provinsi dengan IPG tertinggi dan terendah. Dimana hal ini
beberapa daerah. Seperti Provinsi Kepulauan Riau yang menjadi lokasi penelitian
ini, Provinsi Kepulauan Riau masuk kedalam urutan 5 besar untuk IPG tertinggi di
Indonesia. Dapat dilihat pada tabel 1.1, angka IPG Provinsi Kepulauan Riau 93,20
dan meningkat pada tahun 2015 dengan angka 93,22. Adapun daerah lain yang
termasuk dalam 5 peringkat tertinggi yaitu Sumatera Barat, DKI Jakarta, Sulawesi
Tabel 1.1: IPM laki-laki, IPM Perempuan, IPG dan Ranking IPG di Beberapa
Selain itu, Provinsi Kepulauan Riau memiliki jumlah angkatan kerja pria
sebesar 586 ribu jiwa dan 292 ribu jiwa angkatan kerja wanita pada tahun 2015.
Jumlah angkatan kerja wanita pada tahun 2015 ini mengalami peningkatan yang
sebelumnya pada tahun 2014 berjumlah 266 ribu jiwa atau sebesar 32,49%. Bila
6
peningkatannya dari tahun 2014 ke tahun 2015. Fenomena ini diharapkan dapat
Pada tabel 1.2 diatas, dapat dilihat perbandingan antara TPAK Wanita dan
pekerja wanita dibanding dengan pekerja laki-laki. Padahal bila dilihat dari capaian
gender tertinggi. Seharusnya perbedaan jumlah tenaga kerja wanita dan laki-laki
Pada tahun 2009 data TPAK Wanita menunjukkan nilai sebesar 47.05 dan turun
menjadi 45.16 pada tahun 2016. Begitu juga dengan TPAK Laki-laki yang pada
7
tahun 2009 sebesar 86.56 persen dan turun menjadi 84.63 persen pada tahun
2016. Penurunan jumlah tenaga kerja wanita ini diakibatkan dari adanya
tertinggalnya daerah yang ditinggalkan, dan semakin banyak pekerja wanita yang
menganggur. Maka dari itu, dalam penelitian ini akan diliat apakah penurunan
pendapatan atau Rasio Gini Provinsi Kepulauan Riau meningkat pada 5 tahun
belakangan mulai dari tahun 2009 hingga 2014. Berdasarkan angka Rasio Gini
angka Rasio Gini Provinsi Kepulauan Riau terus meningkat dari 0,29 pada 2009,
0.5
0.44
0.45
0.4
0.35 0.36 0.35
0.35 0.32 0.33
0.29 0.29
0.3
0.25
0.2
0.15
0.1
0.05
0
2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016
Dapat dilihat pada tahun 2013 (gambar 1.5), tercatat bahwa Rasio Gini
Provinsi Kepulauan Riau berada pada angka 0,36 persen dan meningkat drastis
pada September 2014 yaitu sebesar 0,44 persen. Namun pada tahun 2014 hingga
2016, tercatat bahwa Gini Rasio Provinsi Kepri yang berada berada pada angka
0.44, menurun pada tahun 2015 menjadi 0.33 dan pada akhirnya menjadi 0.35
pada tahun 2016. Tidak hanya itu, Rasio Gini di Provinsi Kepulauan Riau
Tercatat bahwa Rasio Gini Provinsi Kepulauan Riau memegang peringkat pertama
dengan angka 0.44, dan diikuti dengan Provinsi Riau dan Provinsi Sumatera
Selatan dengan angka 0.38, Provinsi Bengkulu 0.35, Provinsi Jambi dan Aceh
0.34, Provinsi Sumatera Barat dan Lampung 0.33, Provinsi Sumatera Utara 0.31,
dan yang terendah adalah Provinsi Kepulauan Bangka Belitung dengan angka
0.5
0.44
0.45
0.4 0.38 0.38
0.35 0.34 0.34
0.35 0.33 0.33
0.31 0.3
0.3
0.25
0.2
0.15
0.1
0.05
0
distribusi sumber daya alam yang kurang merata, dan perbedaan kualitas sumber
sumber daya alam besar, sementara daerah lainnya hanya bergantung pada
0.45 0.44
0.43
0.41 0.43
0.39
0.37
0.38
0.35 0.34 0.35
0.34
0.33 0.33
0.31 0.31 0.31
0.29
0.28
0.27
0.26
0.25
2013 2014 2015 2016
Pada gambar 1.7 diatas, ada pemisahan Rasio Gini yaitu dengan
pendapatan yang terjadi tidak berbeda jauh. Hal ini mengindikasikan bahwa
ketimpangan pendapatan ini erat kaitannya dengan pengaruh dari sumber daya
Permasalahan ini menjadi penting untuk diteliti karena berdasarkan data yang
Riau ini dapat membaik. Hal-hal yang dapat mengurangi ketimpangan tersebut
pekerja wanita di setiap daerah (Sjafrizal, 2014). Salah satu contohnya adalah
pada periode 1987 sampai 1994. Hasil penelitian lain juga menemukan bahwa
peningkatan TPAK wanita secara umum pada periode 2000 sampai 2014
Di Provinsi Kepulauan Riau jumlah kaum wanita dalam dunia tenaga kerja
pada tahun 2012 hingga 2014 cukup fluktuatif. Namun secara umum sudah
adanya migrasi tenaga kerja pada tahun 2013-2014 (Tabel 1.3). dalam situasi
Kepulauan Riau.
12
Tahun
Kabupaten/Kota
2012 2013 2014
Karimun 25.391 27.643 24.160
Bintan 18.632 16.371 16.780
Natuna 9.616 10.093 9.470
Lingga 11.153 9.209 9.884
Kep. Anambas 3.416 4.166 4.337
Kota Batam 171.853 159.009 173.291
Kota Tanjungpinang 29.119 26.837 30.359
Kepulauan Riau 269.180 253.328 268.281
Sumber: Data Diolah BPS Provinsi Kepulauan Riau, 2017
Tidak hanya tenaga kerja wanita saja yang dapat mempengaruhi ketimpangan
pendapatan, sebab ada beberapa faktor sumber daya manusia yang perlu
Manusia masih menjadi persoalan serius dan secara umum IPM tiap daerah pasti
dari pembangunan manusia. Hal inilah yang menjadikan IPM sebagai salah satu
adalah tingkat produktivitas yang akan mengikuti secara searah terhadap tingkat
pendapatan yang berfluktuasi juga mengikuti arah IPM daerah tersebut. Badan
Riau setiap tahun memperlihatkan perkembangan yang cukup baik, hal ini dapat
IPM Provinsi Kepulauan Riau terlihat terus meningkat seperti pada 2015
mencapai 73,8 naik sekitar 0,35 dibanding satu tahun sebelumnya. Berdasarkan
data diatas IPM Kepulauan Riau selama enam tahun terakhir tumbuh sebesar 0,48
persen, yakni pada tahun 2010 sebesar 71,1 lalu menjadi 74,0 pada tahun 2016.
Berarti selama periode tersebut, IPM Kepulauan Riau tumbuh sebesar sekitar 0,74
mengikuti fluktuasi nilai IPM tersebut. Terlihat adanya jarak yang cukup jauh antara
IPM tertinggi dan IPM terendah yaitu dengan nilai 60.1 untuk Kabupaten Lingga
sebagai IPM terendah dan Kota Batam dengan nilai 79.1 sebagai IPM tertinggi.
9 8.12
8 7.6
6.64 6.64 6.93 6.69
7
6 5.24
5 4.14
4
3
2
1
0
Karimun Bintan Natuna Linggaa Kep. Anambas Batam Tg. Pinang
Kepulauan Riau
Selain itu, terdapat sektor yang memberi pengaruh cukup besar dalam
lapangan pekerjaan. Bila dilihat dari data pada gambar 1.8, TPT Kepulauan Riau
sebesar 6,69 persen yang artinya adalah dalam setiap 100 orang angkatan kerja,
terdapat 6-7 orang yang menganggur. Jika dilihat per Kab/Kota, Bintan (8,12
persen), Kab.Natuna (7,60 persen) dan Kota Tanjungpinang (6,93 persen) menjadi
Kab/Kota yang memiliki TPT diatas TPT Provinsi Kepulauan Riau itu sendiri.
Riau yaitu Kota Batam (6,64 persen), Kabupaten Karimun (6,64 persen),
masih terdapat beberapa faktor produksi yang belum digunakan secara optimal
dari TPT serta rendahnya PDRB Perkapita di beberapa daerah sejatinya akan
adanya penurunan jumlah perusahaan industri. Sehingga para pekerja yang ada
Tabel 1.5: Penduduk Usia Kerja yang Bekerja Menurut Lapangan Pekerjaan
Berdasarkan data pada tabel 1.5, dalam beberapa tahun kebelakang terdapat
Perubahan ini terlihat pada sektor industri, yang dimana walaupun menunjukkan
jumlah yang tinggi pada tahun 2009 yaitu sebesar 157.600 jiwa, jumlah penduduk
yang bekerja di sektor industri langsung menurun secara drastis pada tahun 2012
pada tahun 2016 menjadi 144.005 jiwa. Walaupun ada peningkatan antara tahun
16
2012 dan tahun 2016, tren dari tahun 2009-2016 menunjukkan adanya penurunan
yang tidak dapat masuk pada sektor industri akan semakin terserat dalam
kemiskinan. Hal ini juga dapat menjadikan PDRB sebagai salah satu faktor dalam
tinggi. Tapi tetap terlihat adanya gap antara Kabupaten/Kota dengan PDRB
perkapita tertinggi dan PDRB perkapita terendah. Dapat dilihat pada tabel 1.6,
Kabupaten Natuna dan Kota Batam. Kota Batam sebagai kawasan FTZ Batam
yang menjadi kawasan perdagangan bebas dan pelabuhan bebas memiliki tingkat
yang memiliki pertumbuhan ekonomi yang lambat dan tidak bisa mengikuti
tenaga kerja dari jumlah tenaga kerja yang tersedia, adanya perbedaan jumlah
lapangan kerja setiap daerah, kurang optimalnya penggunaan sumber daya alam,
kebijakan mengenai infrastruktur itu adalah manusia, yang nantinya ketika sumber
Serta juga, alasan penulis mengambil lokasi penelitian di Provinsi Kepulauan Riau
adalah Provinsi Kepulauan Riau ini menjadi salah satu Provinsi dengan tingkat
Rasio Gini tertinggi di pulau Sumatera pada tahun penelitian yaitu 2009-2016, dan
juga dalam skala nasional. Apabila faktor Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja
2. Bagi Pemerintah
TINJAUAN PUSTAKA
kerja usaha, niaga, ataupun jasa dengan berupa harta atau uang kepada setiap
kekayaan antar penduduk satu dengan penduduk lainnya dalam wilayah tertentu.
konsep yang berisi tentang penyebaran pendapatan kepada setiap orang atau
memiliki dua ukuran utama yang berguna untuk analisis kuantitatif, yaitu:
menghitung jumlah pendapatan yang diterima oleh setiap orang atau individu yang
19
20
Secara khusus, populasi dibagi menjadi lima kelompok atau biasa disebut
kuintil atau sepuluh kelompok yang disebut dengan desil. Pembagian tersebut
yang diterima oleh masing-masing kelompok dan berangkat dari perhitungan ini
nasional oleh masing-masing faktor produksi yang terdiri dari tanah, tenaga kerja,
dan modal. Teori ini secara khusus tidak melihat unit usaha atau faktor produksi
menurut fungsinya terbagi menjadi 3, yaitu para tenaga kerja akan memperoleh
upah, para pemilik tanah akan memperoleh sewa, dan para pemilik modal akan
SL
R
Wage Rate
Profits
WE
E
Wages
DL=MPL
0 LE
terbagi menjadi dua daerah kurva, yakni OWEL sebagai tenaga kerja dalam
bentuk upah laba dari kaum kapitalis berada pada WRE. DL menunjukkan
penawaran permintaan tenaga kerja yang berslope positif, dan memiliki titik
Ukuran dari kurva diatas berfokus pada bagian dari pendapatan nasional yang
dan pengaruh kekuatan yang ada diluar pasar dengan kata lain distribusi
fungsional ini tidak meliha faktor eksternal dalam proses distribusi pendapatan ini.
dapat diartikan sebagai perbedaan jumlah pendapatan yang diterima oleh masing-
lebih besar antar golongan masyarakat disuatu daerah dengan daerah yang lain.
Koefisien Gini
0
Produk Nasional Bruto Per Kapita
Pada gambar 2.2 dapat dilihat bahwa menurut Kuznets (1955), pada awal
memburuk, namun pada tahap jangka panjang distribusi pendapatan ini akan
membaik. Hal ini tercermin pada teori Simon Kuznets yang cukup terkenal, yakni
Teori Kurva “U” Terbalik. Kuznets (1955) membuat hipotesis adanya kurva U
distribusi pendapatan akan makin tidak merata, namun setelah mencapai suatu
sejarah pertumbuhan ekonomi pada negara maju dalam jangka panjang. Hipotesa
Kuznets bersandar pada asumsi bahwa terdapat dua sektor ekonomi dalam suatu
kapita dan ketidakmerataan pendapatan yang rendah dan sektor modern (sektor
Kurva Lorenz merupakan salah cara untuk dapat menganalisis data mengenai
pendapatan individu disuatu daerah, yang dengan kata lain Kurva Lorenz ini
penduduk dengan klasifikasi pendapatan yang diterimanya (Todaro & Smith 2006).
E
Pendapatan
% Kumulatif
0 P
% Kumulatif Penduduk
Kurva Lorenz adalah kurva yang bisa dijadikan patokan dalam menentukan
merata atau tidaknya distribusi pendapatan. Unsur dalam kurva lorenz: Sumbu
24
diterima penduduk. Dari titik koordinat yang di dapat bisa ditarik sebuah garis
dalam kurva tersebut disebut garis kemerataan. Kurva Lorenz ini dibentuk oleh titik
P, B dan E. Dengan kata lain, apabila daerah A (daerah arsiran, antara kurva PBE
dan garis PE) semakin luas, artinya pendapatan penduduk semakin tidak merata
Koefisien Gini atau Indeks Gini adalah ukuran yang dikembangkan oleh
ilmuwan Italia yang bernama Corrado Gini, dan dipublikasikan pada tahun 1912
dalam karyanya “Variabilità e mutabilità”. Koefisien Gini adalah satu ukuran yang
secara menyeluruh. Dalam Todaro & Smith (2006), dijelaskan bahwa Indeks Gini
wilayah antara garis diagonal dengan Kurva Lorenz sebagaimana hal ini
dibandingkan dengan total setengah wilayah segiempat yang berisi kurva tersebut.
E
𝐁𝐢𝐝𝐚𝐧𝐠 𝐀
𝐊𝐨𝐞𝐟𝐢𝐬𝐢𝐞𝐧 𝐆𝐢𝐧𝐢 =
𝐁𝐢𝐝𝐚𝐧𝐠 𝐁𝐂𝐃
Pendapatan
% Kumulatif
Garis Pemerataan
Kurva Lorenz
B C
% Kumulatif Penduduk
Nilai Koefisien Gini hanya berkisar antara 0 sampai 1. Ketika Koefisien Gini
pendapatannya sempurna atau dengan kata lain setiap orang memiliki pendapatan
per kapita yang sama. Semakin lebar daerah A maka akan semakin timpang
yang diarsis. Sedangkan koefisien gini adalah rasio antara luas bidang yang diarsir
1. Prinsip Anonimitas
tidak memandang orang tersebut kaya atau miskin atau dengan kata lain tidak
bergantung pada apa yang diyakini sebagai manusia yang lebih baik.
4. Prinsip Transfer
Prinsip Transfer atau Prinsip Pigou-Dalton. Maksud dari prinsip ini adalah
jika mentransfer sejumlah pendapatan dari orang kaya ke orang miskin, maka
𝐺𝑅 = 1 − ∑ 𝑃𝑖 (𝐹𝑖 + 𝐹𝑖−1 )
𝑖=1
Keterangan:
pengeluaran ke-i
pengeluaran ke (i-1)
Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) adalah jumlah nilai yang didapatkan
dari seluruh unit usaha di suatu daerah tertentu atau dengan kata lain PDRB
adalah nilai dari barang dan jasa akhir yang di hasilkan oleh sektor ekonomi secara
27
universal (Agung, 2015). Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) ini merupakan
menjadi salah stau aspek penting dalam pertumbuhan ekonomi nasional maupun
regional. Hal ini tercermin dalam 3 (pendekatan) cara menghitung PDRB dari suatu
Pendekatan ini merujuk pada jumah nilai barang atau jasa akhir yang
dihasilkan dari berbagai unit produksi di suatu daerah pada jangka waktu
tertentu.
faktor-faktor produksi yang ikut serta dalam proses produksi di suatu region
perekonomian suatu negara tidak bisa hanya melihat Produk Domestik Bruto atau
Produk Domestik Regional Bruto saja, karena PDB atau PDRB rata-rata tidak
dirasakan oleh setiap individu yang ada di suatu negara atau daerah tersebut. Hal
tersebut terjadi karena ketika rata-rata PDB atau PDRB suatu daerah itu tinggi,
pendapatan didaerah tersebut, ketika PBD atau PDRB tinggi dan distribusi
1. Pertanian
2. Pertambangan
3. Industri pengolahan
4. Listrik
6. Bangunan
8. Perdagangan
ini sangat bergantung pada aspek ekonomi di suatu daerah. Ketika sumbangan
pendapatan pada setiap sektor ekonomi tersebut memiliki nilai yang besar dan
terus meningkat, maka PDRB daerah tersebut akan terdongkrak dan begitu
daerah. Menurut Arsyad (2010), pembangunan di suatu daerah atau negara dapat
digambarkan pada kurva U terbalik yang menjelaskan bawah pada tahap awal
2.1.6 Ketenagakerjaan
mengenai sumber daya manusia (SDM), yang dimana SDM itu sendiri memiliki
dua pengertian. Pertama, sumber daya manusia adalah usaha atau jasa yang
diberikan dalam proses atau kegiatan produksi. Kedua, sumber daya manusia
meliputi atau membahas mengenai manusia yang mampu memberika jasa atau
saha kerja. Mampu disini memiliki maksud bahwa, setiap manusia yang mampu
melakukan kegiatan yang bersifat ekonomis, atau memiliki nilai ekonomi yang
dalam kata lain adalah dapat menghasilkan output berupa barang atau jasa yang
secara fisik kemampuan bekerjanya diukur dengan usia. Lalu, orang yang berada
dalam usia kerja tersebut disebut dengan tenaga kerja. (P. Simanjuntak, 1985)
2. Tenaga kerja adalah setiap orang yang mampu melakukan pekerjaan guna
Menurut Payaman Simanjuntak (1985), man power atau tenaga kerja adalah
konsep yang mencakup penduduk yang sudah dan/atau sedang bekerja, serta
mencari pekerjaan. Secara sederhana, tenaga kerja dan bukan tenaga kerja hanya
dibedakan oleh batas umur, yang dimana tujuan dari pembatasan umur ini adalah
2009), yaitu:
Tenaga kerja merupakan penduduk usia kerja (15-64 tahun) atau jumlah
seluruh penduduk dalam suatu negara yang dapat memproduksi barang dan
ketenagakerjaan tersebut.
Angkatan kerja merupakan bagian dari tenaga kerja yang secara kenyatannya
ikut dalam kegiatan, atau berusaha terlibat dalam kegiatan produksi barang
dan jasa.
Unlabor force atau bukan angkatan kerja adalah penduduk berusia 15-64
tahun namun kegiatan utama selama seminggu yang lalu adalah sekolah,
mereka bekerja minimal 1 jam selama seminggu yang lalu, tetapi kegiatan
aktivitas ekonomi yaitu proses produksi dilakukan, yang bertindak sebagai pelaku
ekonominya adalah tenaga kerja. Hal ini berbeda dengan faktor produksi lainnya
yang hanya sebagai faktor pasif, yang diantaranya adalah modal, ban baku, mesin,
31
dan tanah (Adi, 2010). Menurut Sumarsono (2003), tenaga kerja dapat
produksi ketika tenaga kerja tersebut memiliki kemampuan bertindak aktif dalam
tenaga kerja merupakan aspek utama dalam perekonomiam, karena ketika tenaga
kerja tidak memiliki kemampuan dalam proses produksi maka hal tersebut akan
Permintaan adalah jumlah barang dan jasa yang bersedia dibeli oleh
konsumen di berbagai tingkat harga dalam periode tertentu. Ketika permintaan ini
dikaitkan dengan tenaga kerja, maka pengertian permintaan tenaga kerja adalah
hubungan antara tingkat upah dan jumlah pekerja yang dikehendaki oleh
jumlah tenaga kerja dan tingkat upah yang dipekerjakan oleh perusahaan untuk
melakukan proses produksi (Arfida, 2003). Permintaan tenaga kerja ini juga
produk marginal tenaga kerja yang dimana merupakan peningkatan jumlah hasil
produksi dari satu unit tenaga kerja. Sehingga penambahan jumlah tenaga kerja
product menyebutkan bahwa ada perilaku permintaan tenaga kerja ketika pekerja
semakin banyak dalam suatu proses produksi maka kontribusi pekerja tambahan
Upah Nominal
SL
WE E
DL
0 Jumlah Pekerja
tenaga berslope negatif sesuai dengan teori bahwa ketika adanya penambahan
jumlah pekerja diikuti dengan turunnya nilai produk marjinal pekerja, secara
otomatis upah tenaga kerja tersebut akan turun (McConnell, 2003). Begitu
sebaliknya, ketika upah naik sebesar 𝑂𝑊𝐵 maka jumlah tenaga kerja akan
permintaan tenaga kerja dapat disebabkan oleh berbagai hal yaitu (Gilang, 2009):
a. Pertumbuhan Ekonomi
b. Peningkatan Produktifitas
Ketika ada peningkatan produktifitas, secara otomatis biaya produksi per unit
barang akan turun lalu dampaknya harga per unit barang juga akan turun.
33
Dikarenakan harga per unit barang turun maka permintaan terhadap barang
tersebut akan naik, hal ini akan membuat para pengusaha akan menambah
Perubahan cara berproduksi kearah yang lebih dinamis dan lebih modern,
teknologi dan mesin akan memegang peran penting dalam suatu proses
produksi. Hal ini akan berdampak kepada permintaan tenaga kerja, yang
oleh pemilik tenaga kerja di jangka waktu yang ditentukan dalam setiap
pengaruh terhadap komponen dalam penawaran tenaga kerja ini, dimana jumlah
penduduk yang memilih berada dalam angkatan kerja, jam kerja yang ditawakan
(2003), keputusan memilih berada dalam angkatan kerja dipengaruhi oleh tingg
cukup tinggi, maka akan terjadi pengurangan waktu bekerja oleh tenaga kerja
tersebut. Hal tersebut memiliki kurva yang membelok ke kiri yang disebut dengan
kesejahteraan yang sudah baik serta memiliki keahlian yang lebih dibanding
sebelumnya, upah yang tinggi akan menurunkan penawaran jumlah jam kerjanya.
34
Hal ini lah yang membuat slope akan berbentuk melengkung ke kiri atau slope
Tingkat Upah
25
Kurva Penawaran Tenaga Kerja
20
13
10
0
20 30 40 Jumlah Jam Kerja
adalah berslope positif, yang dimana kurva penawaran ini merupakan hubungan
antara jam kerja dan tingkat upah. Semakin tinggi jam kerja yang ditawarkan maka
akan semakin tinggi pula tingkat upah yang didapat oleh pekerja. Begitu
sebaliknya ketika semakin rendah jam kerja maka tingkat upah akan semakin
WB SL
WA
0
LA LB Jumlah Pekerja
Kurva penawaran tenaga kerja ini akan selalu berslope positif sampai pada
waktunya tiba di titik tertentu. Lalu keadaan dapat berubah ketika seseorang telah
memiliki kesejahteraan yang lebih baik sehingga kurva ini akan melengkung ke kiri
perbandingan diantara angkatan kerja dengan penduduk yang berada dalam usia
kerja. Hubungannya bersifat positif atau dengan kata lain ketika jumlah penduduk
dalam usia kerja semakin besar makan angkatan kerja juga semakin besar, hal
tersebut akan berpengaruh terhadap tingkat partisipasi angkatan kerja yang juga
akan meningkat.
yang bekerja dan pencari kerja. Sedangkan pengertian tingkat partisipasi angkatan
penduduk usia kerja dalam kelompok yang sama. Tingkat partisipasi angkatan
36
Ketika jumlah penduduk yang masih sekolah dan jumlah penduduk yang
mengurus rumah tangga bertambah semakin besar, maka akan semakin kecil
2. Jenis Kelamin
Indonesia masih memiliki sistem nilai masyarakat yang dimana yang wajib
3. Tingkat Umur
Ketika jumlah penduduk dengan usia muda bertambah semakin besar, maka
TPAK akan kecil. Karena penduduk yang berusia muda umumnya adalah
4. Tingkat Upah
Tingkat upah memiliki hubungan positif terhadap TPAK. Karena ketika upah
semakin tinggi, maka akan semakin banyak masyarakat yang tertarik untuk
5. Tingkat Pendidikan
banyak, maka angkatan kerja akan semakin kecil sehingga TPAK rendah.
Sukirno (1994) menyebutkan bahwa jumlah tenaga kerja yang terdapat dalam
suatu perkeonomian pada waktu tertetu adalah angkatan kerja. Yang dimana
angkatan kerja ini memiliki beberapa bagian, yakni golongan yang menganggur
dan golongan yang sedah mencari pekerjaa. Secara umum TPAK memiliki rumus
sebagai berikut:
𝐴𝑛𝑔𝑘𝑎𝑡𝑎𝑛 𝐾𝑒𝑟𝑗𝑎
𝑇𝑃𝐴𝐾 = 𝑋 100%
𝑃𝑒𝑛𝑑𝑢𝑑𝑢𝑘 𝑈𝑠𝑖𝑎 𝐾𝑒𝑟𝑗𝑎
ketika semakin besar penduduk yang tidak bekerja (bersekolah & mengurus rumah
tangga) maka akan semakin kecil angkatan kerja yang dampaknya akan
TPAK meningkat, makan akan semakin besar juga angkatan kerja dalam
adalah Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja Wanita (TPAKW), yang dimana secara
tersebar secara merata. Bahkan menurut beberapa penilitian, TPAK wanita mejadi
salah satu faktor tidak meratanya distribusi pendapatan disuatu negara atau
perekonomian suatu negara atau daerah disebabkan oleh beberapa faktor, yaitu:
38
1) Ada perubahan sistem nilai dimasyarakat yang dimana yang bekerja tidak
harus laki-laki, kaum perempuan juga harus bekerja dan memiliki tingkat
kurang baik.
Secara khusus atau jika dilihat dari sisi ketenagakerjaan, TPAK wanita
wanita yang mengurus rumah tangga, atau dengan kata lain wanita yang
Dapat disimpulkan secara umum bahwa, TPAK menjadi salah satu faktor yang
Ketika banyak masyarakat yang produktif, secara otomatis output yang dihasilkan
akan lebih banyak sehingga PDRB dan pendapatan perkapita juga terangkat.
TPAK wanita menjadi masalah yang serius di era sekarang karena melihat situasi
39
dimana tenaga kerja perempuan terus bertambah di beberapa daerah atau dengan
kata lain semakin bertambahnya perempuan yang lebih memilih berkarir dibanding
Menurut Barthos (1993) kecilnya jumlah wanita yang masuk angkatan kerja
kerja wanita akan memiliki pendapatan tanpa harus bergantung pada pria yang
dilakukan oleh Kuhn dan Ravazzini (2017) peningktana TPAK wanita secara
orang yang tidak bekerja padahal orang tersebut termasuk dalam angkatan kerja
atau bekerja kurang dari dua hari selama seminggu. Sedangkan menurut Sukirno,
perekonomian yang secara aktif sedah mencari pekerjaan, dan dibedakan atas 3
jenis yaitu:
a. Pengangguran Friksional
b. Pengangguran Struktural
c. Pengangguran Konjungtor
a. Pengangguran Terbuka
Pengangguran terbuka adalah orang yang mampu bekerja dan ingin bekerja
b. Setengah Pengangguran
kurang gizi).
Orang yang memiliki pekerjaan tetapi tidak dapat menghasilkan output yang
aspek penting dalam pengukuran tingkat kesejahteraan suatu daerah yang dimana
Hal ini menjadi masalah yang cukup berat bagi perkotaan karena, tanpa
adanya perpindahan penduduk dari desa ke kota saja, perkotaan sudah memiliki
dikarenakan masyarakat pedesaan pasti memilih tempat untuk hidup dan bekerja
pembangunan suatu daerah lambat dibanding daerah lain, hal ini akan
Ketimpangan Pendapatan
perkapita di suatu daerah tersebut akan meningkat. Hal ini yang akan menurunkan
(Todaro, 2000). Dalam sebuah negara, sumber daya manusia merupakan aspek
nomor satu dan utama yang harus diperhatikan karena semua sektor
negara tercermin dari kualitas sumber daya manusianya, teknologi tidak akan maju
jika tidak ada manusia yang berkualitas didalamnya. Menurut Pradnyadewi &
Bagus (2017), kualitas sumber daya manusia tersebut dapat dilihat dari indeks
Menurut Badan Pusat Statistik (BPS), IPM merupakan salah satu alat ukut
Indeks harapan hidup merupakan jumlah tahun hidup yang dapat dinikmati
kelahiran dan angka kematian per tahun yang mencerminkan rata-rata hidup
b. Pendidikan
Indeks pendidikan ini dihitung dengan angka melek huruf dan rata-rata lama
Unsur dasar pembangunan manusia ini memiliki indicator yang dilihat dari
Gini.
Keterangan:
𝑋2 = Indeks Pendidikan
geometrik ini memiliki maksud bahwa pencapaian satu indikator tidak dapat
ditutupi oleh capaian indikator lainnya. Secara umum, untuk dapat mewujudkan
pembangunan manusia yang baik, ke tiga indikator ini haruslah menjadi perhatian
indikator tersebut serta nilai minimumnya dengan selisih nilai maksmun dan nilai
Dapat dilihat dari tabel 2.2 diatas, Angka Melek Huruf (AMH) pada metode
perhitungan IPM yang lama telah diganti pada tahun 2014 dengan Harapan Lama
Sekolah (HLS). Alasan BPS mengganti indikator tersebut karena AMH tidak dapat
menjelaskan tingkat pendidikan antar daerah secara baik, karena secara umum
AMH disebagian besar daerah di Indonesia sudah tinggi. Serta PDB berubah
Menurut Todaro & Smith (2004) bahwa kesenjangan pendapatan atau tidak
kualitas sumber daya manusia yang ada seperti kesehatan dan pendidikan. Ketika
kualitas SDM ini meningkat maka akan mendorong pendapatan perkapita didaerah
pendapatan.
Tengah Tahun 2011-2014”, Penelitian ini menggunakan data panel dengan data
cross section 35 Kabupaten/Kota dan data time series 4 tahun. Alat analisis yang
digunakan adalah regresi linier berganda dengan metode OLS (Ordinary Least
yang di perkirakan hal tersebut terjadi akibat data yang disajikan kurang
pengaruh yang signifikan dan bersifat positif terhadap ketimpangan, yang artinya
Penelitian terdahulu selanjutnya dilakukan oleh Juhn & Kim pada tahun 1999
dengan judul “The Effects of Rising Female Labor Supply on Male Wages” Vol.17
No.1 dalam Journal of Labor Economics. Dalam penelitian ini variabel yang
46
digunakan adalah ketimpangan pendapatan dan penurunan upah riil tenaga kerja
pria sebagai variabel independen, dan suplai tenaga kerja wanita sebagai variable
Statistical Area) dengan estimasi elasitisitas silang antara pria dan wanita. Hasil
dari penelitian ini adalah subtitusi antara tenaga kerja terdidik dan tenaga kerja
pria kurang terdidik hilang, karena subtitusi hanya berlaku jika keduanya sama-
Callan & Sweetman melakukan penelitian pada tahun 1998 dengan judul
“Female Labor Supply and Income Inequality in Ireland” dalam Irish Economics
variabel independen. Penelitian ini menggunakan data panel yang terdiri dari data
pasangan menikah umur 24-55 tahun dan data time series pada tahun 1987-1994
serta menggunakan estimasi OLS. Hasil dari penelitian ini membuktikan bahwa
Dalam jurnal yang berjudul “Pengaruh IPM, Biaya Infrastruktur, Investasi dan
Bali” yang disusun oleh Dyah Pradnyadewi dan Ida Bagus Putu Purbadharmaja
pada tahun 2017 Vol.6 No.2, terlihat beberapa hubungan antar variabel
Provinsi Bali serta time series dengan rentang waktu tahun 2008-2015. Penelitian
hubungan langsung dan tidak langsung dengan model analisis jalur. Kesimpulan
yang dihasilkan dari penelitian ini adalah IPM berpengaruh langsung terhadap
Katherine C, Hellen & Lauran R. Penelitian ini dilakukan pada tahun 2015 dalam
dengan rentang waktu 1992-2007 (16 Tahun) dan di estimasi dengan regresi
Pooled Least Square, Fixed Effect & Random Effect. Kesimpulan yang didapatkan
Penelitian ini berangkat dari pemikiran penulis terkait masih tingginya tingkat
diakibatkan dari beberapa faktor, yang dimana faktor ini telah diteliti di beberapa
penelitian terdahulu pada daerah lain selain Provinsi Keulauan Riau. Variabel
dependen atau ketimpangan pendapatan dalam penelitian ini berupa Rasio Gini
yang telah di publikasi oleh BPS. TPAK wanita yang diteliti dalam penelitian ini
adalah dengan melihat presentase jumlah angkatan kerja wanita dengan jumlah
penduduk usia kerja wanita. IPM dilihat dari tingkat harapan hidup, tingkat
pendidikan, dan standar hidup layak yang secara keseluruhan telah disusun dalam
48
bentuk data IPM Provinsi Kepulauan Riau dari BPS. Tingkat Pengangguran diteliti
juga melalui data BPS yang di publikasikan dalam bentuk persentase per
dalam penelitian ini adalah PDRB per kapita atas dasar harga berlaku dalam
Ketimpangan
Pendapatan
2.4 Hipotesa
pemikiran yang disajikan, maka hipotesa yang akan diajukan dalam penelitian ini
1. H0: Diduga terdapat pengaruh positif antara TPAK Wanita (X1) dengan
H1: Diduga terdapat pengaruh negatif antara TPAK Wanita (X1) dengan
2. H0: Diduga terdapat pengaruh positif antara PDRB Perkapita (X2) dengan
H1: Diduga terdapat pengaruh negatif antara PDRB Perkapita (X2) dengan
3. H0: Diduga terdapat pengaruh positif antara IPM (X3) dengan Ketimpangan
H1: Diduga terdapat pengaruh negatif antara IPM (X3) dengan Ketimpangan
4. H0: Diduga terdapat pengaruh negatif antara TPT (X4) dengan Ketimpangan
H1: Diduga terdapat pengaruh positif antara TPT (X4) dengan Ketimpangan
METODE PENELITIAN
menurut Indriantoro (1999) penelitian dengen metode kuantitatif itu metode yang
angka dan analisis data dengan prosedur statistik. Menurut Sugiono (2008),
Metode Kuantitatif merupakan salah satu pendekatan ilmiah yang melihat suatu
realitas yang dimana hubungan variabelnya memiliki sebab akibat serta data nya
lainnya adalah penulis juga merupakan penduduk dari Provinsi Kepulauan Riau.
1. Variabel dependen
50
51
dengan daerah yang lain (Baldwin, 1986). Variabel ini diukur berdasarkan
2. Variabel Independen
Variabel ini merupakan jumlah angkatan kerja wanita dalam suatu kelompok
Produk Domestik Regional Bruto pekapita atas dasar harga belaku pada
IPM terdiri dari beberapa indikator yaitu angka harapan hidup, tingkat
pendidikan dan standar hidup layak yang dikemas dalam satu bentuk data
dalam persentase yang bersumber dari BPS dalam kurun waktu 2009-2016 di
Menurut Arikunto (2010), sumber data dalam penelitian merupakan subjek dari
mana data dapat diperoleh. Data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu data
sekunder yang dimana data sekunder bersumber dari data yang diperoleh dengan
cara tidak langsung. Artinya data didapat dari jurnal, tesis, hasil publikasi, dan
pihak ketiga lainnya (Wardiyanta, 2006). Data sekunder dalam penelitian ini
bersumber dari instansi yang terkait dengan penelitian ini, seperti Badan Pusat
Statistik Indonesia dan Provinsi Kepulauan Riau, Pusat Data dan Informasi
beberapa metode dalam pengumpulan data sekunder pada penelitian ini adalah
sebagai berikut:
1) Studi Dokumenter
telah dipublikasi. Data yang dikumpulkan adalah data terkait dengan variabel
dalam penelitian ini yang bersumber dari jurnal, penelitian terdahulu, dan data
publikasi lainnya.
2) Studi Kepustakaan
dengan data panel. Regresi ini bertujuan untuk menguji hipotesis yang telah
53
diuraikan dalam bab sebelumnya sebagai tujuan dari penelitian ini untuk mencari
hubungan antar variabel dependen dan variabel independen. Hubungan ini dilihat
dari uji signifikansi antar variabel, yang dimana jika probabilitas berada dibawah α
alat analisis regresi linier berganda yang berbasis OLS (Ordinary Least Square).
Analisis yang dilakukan dalam penelitian ini secara spesifik dihitung dengan
Keterangan:
𝛽0 = Konstanta
𝛽1 − 𝛽4 = Koefisien regresi
Kabupaten/Kota Provinsi Kepulauan Riau yang dilihat dari Indeks Gini (IG)
Dalam data panel, ada beberapa tahapan yang harus dilakukan sebelum
menganalisis. Tahap awal yang harus dilakukan adalah memilih model estimasi,
yang dimana terdapat tiga pendekatan dalam menganalisis data panel yaitu:
Model Common Effect ini termasuk pendekatan yang paling sederhana, sebab
hanya menggabungkan dua data yaitu time series dan cross section. Yang
dimana data panel pada pendekatan Common Effect, data time series dan
individu sama dalam berbagai kurun waktu. Common Effect ini memakai
individu dan memiliki asumsi bahwa slope nya tetap tetapi memiliki intersep
yang berbeda antar individu. Pendekatan ini memakai model estimasi Least
Pendekatan Random Effect ini memiliki asumsi bahwa setiap individu memiliki
intersep yang berbeda yang artinya pendekatan ini memakai variabel random.
55
Random Effect ini tidak memiliki korelasi antara intersep dan variabel
Dalam menentukan tiga teknik estimasi data panel ini diperlukan beberapa uji
untuk memilih antara pendekatan common effect, fixed effect, atau random effect.
Uji tersebut adalah Uji Statistik F atau Uji Chow, Uji Hausman, dan Uji Lagrange
Multiplier (LM).
Uji ini merupakan salah satu cara untuk menentukan mana yang lebih baik
antara Fixed Effect dan Common Effect dengan melihat signifikansi dalam uji
F ini. Uji ini dilakukan dengan melihat perbedaan dua model regresi dengan
menggunakan statistic uji F, lalu hasil akan terlihat dari dua kemungkinan,
yaitu:
a. H0 ditolak maka Common Effect lebih baik dari pada Fixed Effect.
b. H1 ditolak maka Fixed Effect lebih baik dari pada Common Effect.
2) Uji Hausman
Uji Hausman ini dilakukan untuk mencari mana yang lebih baik antara Fixed
Effect dan Random Effect dalam estimasi data panel. Uji bisa dilakukan ketika
peneliti sudah mengetahui bahwa kedua pendekatan ini lebih baik dilakukan
Model LM ini dilakukan untuk menguji manakah yang lebih baik antara
Random Effect dan Common Effect dalam estimasi data panel. Uji ini
a. H0 ditolak maka Random Effect lebih baik dari pada Common Effect.
b. H1 ditolak maka Common Effect lebih baik dari pada Random Effect.
Uji F-Statistik ini bertujuan untuk melihat apakah secara keseluruhan variabel
Hasilnya dapat dilihat dari prob F statistik apakah lebih besar atau lebih kecil dari
α = 0.05 atau melihat apakah nilai F hitung lebih besar atau lebih kecil dari F tabel.
Jika F hitung lebih besar dari F tabel maka dapat disimpulkan bahwa variabel
Uji T memiliki tujuan untuk melihat ada atau tidaknya pengaruh dari setiap
variabel bebas terhadap variabel terikat. Secara mudah hasil dari uji ini bisa dilihat
kolom signifikansi pada setiap t hitung, apabila nilai probabilitas t statistik lebih
memberi penjelasan terhadap variabel terikat dalam model. Ada 2 kelompok dalam
57
pengujian ini, yaitu 𝑅 2 = 0, maka variabel terikat tidak dapat diterangkan oleh
rentang nilai 𝑅 2 berkisar antara 0-1, yang dimana akan lebih baik jika mendekati 0
BAB IV
memiliki luas wilayah sebesar 425.124,67 KM2, yang dimana luas ini terdiri dari
luas lautan sebesar 417.005,06 KM2 dan 10.595,41 KM2 luas daratan. Provinsi
Kepulauan Riau memiliki 2.408 pulau, yang dimana sebanyak 385 pulau telah
negara lain. Provinsi Kepulauan Riau terdiri dari 7 Kabupaten/Kota yang terbagi
Tanjungpinang, Dan Kota Batam. Hal ini dapat dilihat pada peta wilayah Provinsi
ASEAN, yang dimana hal ini menjadikan Provinsi Kepulauan Riau menjadi daerah
58
59
Kepulauan Riau terletak antara 04o40’ Lintang Utara sampai 00o29’ Lintang
Selatan, dan antara 103o22’ hingga 109o40’ Bujur Timur, yang dimana memiliki
Riau memiliki cita-cita untuk membangun daerahnya menjadi salah satu pusat
Provinsi Kepulauan Riau pada tahun 2002 hanya memiliki 5 Kabupaten/Kota yang
Kabupaten Karimun dan Kabupaten Natuna). Lalu pada tahun 2003 terjadi
menjadi Kabupaten Bintan pada tahun 2006. Kabupaten Kepulauan Riau ini
dimekarkan menjadi Kabupaten Lingga dan Kabupaten Bintan. Pada tahun 2008
Kabupaten Kepulauan Anambas. Dan pada saat itu sampai sekarang, secara
tabel 4.1.
60
Luas Jumlah
Luas Lautan Jumlah
No Kabupaten/Kota Daratan 2 Desa/Kelu
(km ) Kecamatan
(km2) rahan
1 Karimun 1.524,00 4.698,09 12 71
2 Bintan 1.739,44 102.964,08 10 51
3 Natuna 2.814,26 216.113,42 15 76
4 Lingga 2.117,72 43.339,00 10 82
Kepulauan
5 590,14 46.074,00 7 54
Anambas
6 Batam 1.570,35 3.675,25 12 64
7 Tanjungpinang 239,50 149,13 4 18
Kepulauan Riau 10.595,41 417.012,97 70 416
Sumber: Kepulauan Riau Dalam Angka 2017
Provinsi Kepulauan Riau terdiri dari beberapa gugusan pulau besar dan kecil
yang letak antar pulaunya dihubungkan dengan perairan. Ada beberapa pulau
yang relatif besar diantaranya adalah Pulau Batam yang merupakan pusat
kawasan perluasan wilayah yaitu diantaranya Pulau Rempang dan Pulau Galang.
Dan beberapa pulau besar lainnya adalah Pulau Bintan, Pulau Lingga, serta
gugusan pulau Anambas. Pada Tabel 4.2 dapat dilihat Ibukota dari masing-masing
Kepulauan Riau.
suatu wilayah. Begitu pula dengan Provinsi Kepulauan Riau yang membutuhkan
Sumber Daya Manusia berkualitas agar dapat bersaing dan berperan aktif dalam
pembangunan di Provinsi Kepulauan Riau. Dapat dilihat pada tabel 4.3, jumlah
penduduk Provinsi Kepulauan Riau mencapai jumlah 2.028.169 jiwa yang terdiri
Jenis Kelamin
No Kabupaten/Kota Jumlah Rasio
Laki-laki Perempuan
1 Kabupaten Karimun 115.814 111.463 227.277 104
2 Kabupaten Bintan 79.576 75.008 154.584 106
3 Kabupaten Natuna 38.826 36.456 75.282 107
4 Kabupaten Lingga 45.365 43.606 88.971 104
5 Kabupaten Anambas 21.097 19.824 40.921 106
6 Kota Batam 631.338 605.061 1.236.399 104
7 Kota Tanjungpinang 103.495 101.24 204.735 102
Kepulauan Riau 1.035.511 992.658 2.028.169 104
Sumber: Data Diolah BPS Provinsi Kepulauan Riau, 2016
dengan luas wilayah Provinsi Kepulauan Riau. Untuk Provinsi Kepulauan Riau
yang rata-rata didominasi oleh perairan, luas wilayah yang dibanding hanya luas
daratannya saja. Maka dari itu tingkat kepadatan penduduk Provinsi Kepulauan
pada penelitian ini digambarkan melalui Indeks Gini menurut Kabupaten/Kota dari
tahun 2009-2016. Pada tabel 4.4 dapat dilihat bahwa Indeks Gini Kabupaten/Kota
di Provinsi Kepulauan Riau dalam kurun waktu 8 tahun, dari tahun 2009 sampai
2016 memiliki tren yang meningkat. Ketimpangan memiliki rata-rata sebesar 0.378
terus membesar ini menjadi masalah yang harus diperhatikan agar peningkatan
tinggi saja.
Berdasarkan tabel 4.4 menunjukkan bahwa pada tahun 2009 Kota Batam
menjadi daerah dengan Indeks Gini tertinggi dengan nilai 0.29. Lalu diikuti oleh
daerah dengan Indeks Gini peringkat kedua di Provinsi Kepulauan Riau tahun
2009. Sedangkan, Kabupaten dengan Indeks Gini terendah pada tahun 2009 yaitu
Kabupaten Karimun dan Kota Tanjungpinang dengan nilai 0.25. Selanjutnya, jika
63
Provinsi Kepulauan Riau diduduki oleh Kabupaten Natuna dengan nilai sebesar
0.36. Lalu, Kota Batam menduduki posisi kedua dengan nilai sebesar 0.34, hal ini
menunjukkan adanya penurunan peringkat dari tahun 2009 walaupun jika dilihat
Kepulauan Riau
jumlah angkatan kerja wanita dengan penduduk usia kerja wanita. Adapun faktor
dari Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja Wanita ini adalah adanya perubahan
TPAK Wanita ini juga dipengaruhi oleh jumlah penduduk wanita yang mengurus
rumah tangga, atau dengan kata lain wanita yang memiliki pekerjaan utama
didalam rumah dibanding dengan wanita yang bekerja diluar rumah atau mungkin
wanita karir.
Dapat dilihat pada tabel 4.5 bahwa dalam 8 tahun yaitu dari tahun 2009
menunjukkan tren yang menurun. Hal ini terjadi karena adanya ketidakmerataan
pekerjaan yang ada di daerah selain Kota Batam. Dapat dilihat pada tahun 2009
dan 2016 Kota Batam menduduki peringkat pertama dengan TPAK Wanita
tertinggi di Provinsi Kepulauan Riau. Hal ini terjadi karena Kota Batam merupakan
Kota industri yang terdapat banyak lapangan pekerjaan. Dari data tersebut juga
dapat dilihat bahwa daerah yang memiliki TPAK Wanita terendah di Provinsi
Kepulauan Riau pada tahun 2009 adalah Kabupaten Natuna. Sedangkan pada
salah satu indikator penting. PDRB Perkapita didapatkan dari PDRB dibagi dengan
jumlah penduduk dalam suatu wilayah. Kondisi PDRB Perkapita pada tiap
Kabupaten/Kota di Provinsi Kepulauan Riau tahun 2009 dan 2016 dapat diamati
Berdasarkan tabel 4.6 menunjukkan bahwa dalam kurun waktu 8 tahun yaitu
dari tahun 2009 sampai dengan tahun 2016, PDRB Perkapita di Provinsi
Kepulauan Riau mengalami peningkatan. Pada tahun 2009 daerah yang memiliki
pada tahun 2016 daerah yang memiliki PDRB Perkapita tertinggi adalah
adanya selisih PDRB Perkapita tertinggi dengan PDRB Perkapita terendah yang
cukup jauh yaitu Kabupaten Anambas dengan Kabupaten Lingga yang memiliki
mengembangkan kualitas sumber daya manusia nya, maka akan ada daerah yang
Dapat dilihat pada tabel 4.7, bahwa Indeks Pembangunan Manusia di Provinsi
Kepulauan Riau menunjukkan tren yang positif atau meningkat dari tahun 2009-
2016. Hanya saja masih terlihat adanya selisih yang cukup jauh antara
2009, Indeks Pembangunan Manusia tertinggi dipegang oleh Kota Batam dengan
nilai 76.69 persen dan yang terendah adalah Kabupaten Lingga dengan nilai 57.06
persen. Begitu pula dengan halnya pada tahun 2016, Kota Batam menjadi daerah
dengan Indeks Pembangunan Manusia tertinggi dengan nilai 79.80 persen dan
pengukuran tingkat kesejahteraan suatu daerah yang dimana hal tersebut juga
daerah tersebut.
67
Pada tabel 4.8 terlihat bahwa tren dari Tingkat Penangguran Terbuka di
hingga taun 2016. Dapat dilihat pada tahun 2009, Kabupaten Lingga menjadi
Riau dengan nilai sebesar 6.79 persen, dan Kabupaten Karimun dengan Tingkat
2016, Kabupaten Karimun yang pada tahun 2009 merupakan daerah dengan
Dalam data panel, ada beberapa pengujian untuk menentukan model mana
yang lebih baik digunakan antara Common Effect Model, Fixed Effect Model, atau
Random Effect Model. Teknik pengujian yang dipakai dalam uji pemilihan model
ini yaitu Uji Chow dan Uji Hausman dengan menggunakan Stata 14. Berdasarkan
hasil regresi data panel dengan pendekatan Common Effect Model, Fixed Effect
68
Model, Random Effect Model, dan kemudian dilakukan uji Chow dan uji Hausman
Nilai
Uji Hipotesis Kesimpulan
Signifikansi
Chow test H0: Common Effect Model Fixed Effect
0.0011
H1: Fixed Effect Model Model
Hausman H0: Random Efect Model Fixed Effect
0.0000
Test H1: Fixed Effect Model Model
Sumber: Data Diolah Stata 14, 2018
Dapat dilihat pada tabel 4.9 hasil yang didapatkan menunjukkan bahwa P
Value (Prob>F) < derajat signifikansi (alpha) sebesar 0.05 atau 5%. Sehingga
model yang terbaik dalam penelitian ini berdasarkan Uji Chow yaitu Fixed Effect
Model dari pada Common Effect Model. Setelah melakukan Uji Chow untuk
pemilihan model antara Fixed Effect dan Common Effect, akan dilakukan Uji
Hausman untuk memilih model antara Fixed Effect Model dan Random Effect
Model.
Berdasarkan hasil uji Hausman, pada tabel 4.9 dapat disimpulkan bahwa
model yang terbaik untuk dipakai dalam penelitian ini adalah Fixed Effect Model.
Hal ini terlihat dari P-Value yang memiliki nilai dibawah 0.05 atau 5% yaitu sebesar
0.0000. Dari hasil diatas dapat disimpulkan bahwa pemilihan Fixed Effect Model
lebih baik daripada Random Effect Model. Maka dari itu tidak perlu dilakukan uji
pemilihan model apapun karena Fixed Effect adalah model terbaik bagi penelitian
ini.
Dapat dilihat dalam hasil uji pemilihan model regresi unuk data panel, model
yang paling baik untuk penelitian ini adalah dengan Fixed Effect Model. Maka
selanjutnya adalah dengan melihat Fixed Effect Model tersebut untuk melihat
Number of Obs = 56
Prob > F = 0.0011
F (4,6) = 21.13
R-Squared = 0.6979
RG (Rasio Robust
Koefisien t P > |t|
Gini) Standard Error
TPAKW -0.0051126 0.0007678 -6.66 0.001 *
LnPDRB 0.0245035 0.0077863 3.15 0.020 *
IPM -0.0066303 0.0024342 -2.72 0.034 *
TPT 0.0109069 0.0027498 3.97 0.007 *
Konstanta 0.5015765 0.2108634 2.38 0.055 **
*) = P<0.05 (signifikan pada level 5% atau 0.05)
**) = P<0.1 (signifikan pada level 10% atau 0.1)
Sumber: Data Diolah Stata 14, 2018
Dari hasil regresi pada tabel 4.10 dapat menjelaskan bagaimana pengaruh
dari masing-masing variabel independent yang terdiri dari TPAK Wanita (TPAKW),
Pendapatan atau Rasio Gini (RG). Jika disimpulkan dalam model, maka
persamaan regresi yang dihasilkan dari regresi diatas adalah sebagai berikut:
Dalam penelitian ini variabel TPAKW memiliki koefisien regresi bernilai negatif
sebesar 0.00511 yang berarti bahwa apabila terjadi peningkatan pada TPAK
70
Variabel PDRB Perkapita pada penelitian ini memiliki koefisien regresi bernilai
Variabel IPM dalam penelitian ini memiliki koefisien regresi bernilai negatif
Variabel TPT dalam penelitian ini memiliki koefisien regresi berniali positif
Pada subbab ini akan ditampilkan hasil pengujian signifikansi untuk melihat
dependen (Uji t), dan bagaimana pengaruh semua variabel independent terhadap
variabel dependen (Uji F), serta melihat bagaimana kemampuan dari variabel
Berdasarkan hasil regresi data panel pada tabel 4.10, hasil dari uji signifikansi
secara parsial (uji t) dengan tingkat signifikansi α 5 % atau 0.05 dapat dilihat
sebagai berikut:
signifikansi 0.001 (lebih kecil dari α 5% atau 0.05), artinya secara parsial
(lebih kecil dari α 5% atau 0.05), artinya secara parsial variabel PDRB
sebesar 0.034 (lebih kecil dari α 5% atau 0.05), artinya secara parsial variabel
sebesar 0.007 (lebih kecil dari α 5% atau 0.05), artinya secara parsial variabel
Tujuan pengujian simultan (uji f) pada penelitian ini adalah untuk mengetahui
Provinsi Kepulauan Riau. Berdasarkan hasil regresi pada tabel 4.11, didapatkan
probabilitas F statistic sebesar 0.0011 yang dimana nilai ini lebih kecil dari α 5%
atau 0.05. Maka dapat disimpulkan bahwa secara simultan atau bersamaan,
variabel independent yang terdiri dari TPAKW, LnPDRB, IPM, dan TPT memiliki
Tujuan Koefisien Determinasi (R2) adalah untuk menilai kebaikan model yang
memiliki nilai sebesar 0.6979 atau 69.80%. Maka dapat disimpulkan bahwa
oleh variabel Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja Wanita, PDRB Perkapita, Indeks
hasil uji regresi data panel dan uji signifikansi dalam pembahasan sebelumnya.
73
Berdasarkan regresi yang dilakukan dalam penelitian ini diperoleh hasil bahwa
koefisien dari variabel Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja Wanita benilai negatif
sebesar 0.0051126 dan nilai signifikansi sebesar 0.001 (lebih kecil dari α 5% atau
0.05). Hasil tersebut memiliki arti bahwa variabel TPAK Wanita ini memiliki
Kepulauan Riau. Dengan kata lain, ketika TPAK Wanita meningkat maka,
dilakukan oleh Callan dkk pada tahun 1998 yang menemukan bahwa peningkatan
periode 1987 sampai 1994. Penelitian lain juga menunjukkan hasil yang sama
yaitu peningkatan TPAK Wanita secara umum para periode 2000 sampai 2004
Hasil penelitian ini sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Barthos
pada tahun 1993 tentang angkatan kerja wania. Menurut Barthos (1993) kecilnya
angkatan kerja dalam kegiatan ekonomi di Indonesia. Dalam teori ini disebutkan
pendapatan tanpa harus bergantung pada pria yang bekerja, hal ini akan merubah
tingkat produktivitas dalam suatu rumah tangga maupun daerah. Maka ketika itu
74
penelitian yang dilakukan oleh Pranowo (1993) yang menyatakan bahwa tenaga
kerja wanita adalah bagian dari penduduk yang secara ekonomis potensial untuk
terjun ke dalam pasar tenaga kerja dan bertindak sebagai angkatan kerja didalam
pendapatan disuatu daerah akibat dari kecilnya pendapatan dalam suatu rumah
tangga yang dimana hanya suami saja yang bekerja. Hasil penelitian ini juga
TPAK Wanita terlihat sangat fluktuatif, namun rasio gini tidak terlalu terlihat
Provinsi Kepulauan Riau ini. Seperti halnya penelitian yang dilakukan oleh Nurlaili
(2016) faktor-faktor ketimpangan pendapatan ini tidak dapat dilihat pada faktor
ekonomi saja namun ada juga faktor geografis yang dimana perbedaan geografis
perbedaan fluktuasi pada ke dua grafik tersebut juga didukung oleh hasil regresi,
yang dimana pengaruh TPAK Wanita terhadap ketimpangan ini hanya berkisar
RASIO GINI
0.40
0.35
0.30
0.25
0.20
0.15
0.10
0.05
0.00
2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016
TPAK WANITA
50.00
49.00
48.00
47.00
46.00
45.00
44.00
43.00
42.00
41.00
40.00
39.00
2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016
Berdasarkan gambar 4.2 dapat dilihat bahwa TPAK Wanita dan ketimpangan
pendapatan atau Rasio Gini dalam kurun waktu 8 tahun memiliki hubungan
negatif. Dari data diatas, dapat diketahui bahwa ketika TPAK Wanita menurun
Namun hal ini bertolak belakang dengan pernyataan yang dikemukakan oleh
data dari BPS. Yang menyatakan bahwa ketika Indeks Pembangunan Gender
daerah tersebut.
Berdasarkan data pada tabel 4.12, dapat dilihat bahwa Provinsi Kepulauan
Riau merupakan salah satu Provinsi dengan indeks pembangunan gender tertinggi
angkatan kerja wanita atau tingkat partisipasi angkatan kerja wanita di Provinsi
Kepulauan Riau ini. Karena, walaupun Provinsi Kepulauan Riau menjadi daerah
dengan IPG yang cukup tinggi, tingkat partisipasi angkatan kerja wanita nya masih
terbilang kurang dan trennya menurun dari tahun 2009 sampai dengan 2016. Dan
menurut hasil regresi yang didapatkan dalam penelitian ini, TPAK Wanita tersebut
77
Menurut Dinas Tenaga Kerja Kota Batam (2016), menurunnya TPAK Wanita
yang cukup serius bagi Provinsi Kepulauan Riau khususnya daerah-daerah yang
dianggap menjanjikan untuk bekerja, seperti Kota Batam. Sehingga banyak para
Batam, dengan alasan Kota Batam adalah daerah industri, perdagangan dan
hanya menjadi permasalahan bagi pencari kerja tersebut, karena ketika jumlah
pencari kerja meningkat maka skill (keahlian) pekerja yang dibutuhkan oleh
perusahaan industri di Kota Batam juga meningkat. Hal inilah yang mempengaruhi
Kepulauan Riau, dimana para pekerja dari daerah lain pindah ke Kota Batam serta
tidak memiliki keahlian yang cukup dengan keinginan perusahaan industri di Kota
Batam. Hal tersebut akan membuat daerah yang ditinggal akan semakin
merasakan adanya ketimpangan pendapatan yang terjadi dan di Kota Batam akan
Selain itu, penurunan jumlah TPAK Wanita ini juga diakibatkan dari banyaknya
perusahaan industri yang tutup pada tahun 2014 hingga tahun 2016 yang dapat
Tabel 4.12: Jumlah Tenaga Kerja Wanita dalam Industri Manufaktur Provinsi
Kepulauan Riau Tahun 2014-2016
Kepulauan Riau pada tahun 2014 hingga tahun 2016. Pada tahun 2014 jumlah
turun pada tahun 2015 menjadi 18.650 perusahaan dan terus turun hingga
menyentuh angka 18.568 perusahaan tutup pada tahun 2016. Dampak dari
banyaknya perusahaan yang tutup pada tahun 2014 hingga tahun 2016 ini adalah
berkurang tenaga kerja wanita yang ada di Provinsi Kepulauan Riau. Pada tabel
4.12 pada tahun 2014 jumlah tenaga kerja wanita dalam industri manufaktur di
Provinsi Kepulauan Riau berjumlah 57.410 jiwa, lalu menurun hingga 50.912 jiwa
wanita yang ada. Karena secara umum, tenaga kerja wanita yang berada di
jumlah tenaga kerja inilah yang menjadi masalah serius bagi perekonomian di
Provinsi Kepulauan Riau mulai pada tahun 2014 hingga saat ini dalam
Berdasarkan hasil regresi yang dilakukan dalam penelitian ini diperoleh hasil
bahwa koefisien dari variabel PDRB Perkapita benilai positif sebesar 0.0245035
dan nilai signifikansi sebesar 0.020 (lebih kecil dari α 5% atau 0.05). Hasil tersebut
memiliki arti bahwa variabel PDRB Perkapita ini memiliki pengaruh positif dan
kata lain, ketika PDRB Perkapita meningkat maka, ketimpangan pendatan yang
Hasil penelitian ini bertolak belakang dengan hipotesis dan penelitian yang
dilakukan oleh Hana (2015), dimana dinyatakan bahwa PDRB Perkapita yang
ketimpangan pendapatan di Provinsi Jawa timur. Hal tersebut didukung oleh teori
Namun hasil penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh
Akai dan Sakata (2005), dimana PDRB Perkapita berpengaruh positif dan
sejumlah orang yang memiliki penghasilan cukup tinggi di suatu daerah yang tidak
hal yang sama dengan penelitian Sakata (2005), bahwa pada tahap awal
80
memburuk. Namun hal tersebut akan berubah pada tahap selanjutnya yang
dimana distribusi pendapatan akan membaik atau dengan kata lain ketimpangan
pendapatan. Hasil tersebut dapat dibuktikan dengan data pada gambar 4.3
sebagai berikut:
RASIO GINI
0.40
0.30
0.20
0.10
0.00
2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016
PDRB PERKAPITA
140000000
120000000
100000000
80000000
60000000
40000000
20000000
0
2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016
ketimpangan pendapatan atau Rasio Gini dalam kurun waktu 8 tahun memiliki
hubungan positif. Dari data diatas, dapat diketahui bahwa ketika PDRB Perkapita
Riau juga akan meningkat. Begitu juga sebaliknya ketika PDRB Perkapita
Riau menurun juga. Diketahui bahwa Anambas menjadi Kabupaten yang memiliki
PDRB Perkapita tertinggi di Provinsi Kepulauan Riau. Hal ini terjadi karena
Riau, serta terlihat adanya selisih yang cukup jauh antara PDRB Perkapita tertinggi
dan terendah di Kabupaten/Kota Provinsi Kepulauan Riau ini, hal inilah yang
ketimpangan pendapatan.
Penelitian ini juga didukung oleh penelitian yang dilakukan Theyson pada
tahun 2015 dengan menggunakan data panel 147 negara dengan kurun waktu 16
tersebut bersifat positif. Hal tersebut juga sesuai dengan hipotesis Kuznets yang
Berdasarkan hasil regresi yang dilakukan dalam penelitian ini diperoleh hasil
bahwa koefisien dari variabel IPM benilai negatif sebesar 0.0066303 dan nilai
signifikansi sebesar 0.034 (lebih kecil dari α 5% atau 0.05). Hasil tersebut memiliki
82
arti bahwa variabel IPM ini memiliki pengaruh negatif dan signifikan terhadap
Riau akan menurun. Hasil ini sesuai dengan teori Modal Manusia yang dicetuskan
ditemouh oleh seseorang maka semakin tinggi pula pendapatan yang didapatkan,
serta tingkat pendidikan ini merupakan salah satu indikator dalam indeks
pembangunan manusia.
dilakukan oleh Masruri (2016), dimana IPM memiliki pengaruh yang negatif dan
hasil yang sama yaitu penelitian oleh Theyson (2015), dengan menggunakan
bahwa semakin tinggi IPM disuatu daerah maka akan memancing peningkatan
Selain itu penelitian ini juga didukung dengan teori Todaro dan Smith (2004)
yang dapat menanggulangi kesenjangan yang ada. Ketika kualitas sumber daya
manusia diperbaiki menjadi lebih baik maka akan meningkatkan produktivitas serta
tersebut juga dibuktikan pada data yang disajikan pada gambar 4.4 sebagai
berikut:
83
RASIO GINI
0.40
0.35
0.30
0.25
0.20
0.15
0.10
0.05
0.00
2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016
70.00
69.00
68.00
67.00
66.00
65.00
2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016
pendapatan atau Rasio Gini dalam kurun waktu 8 tahun memiliki hubungan
negatif. Dari data diatas, dapat diketahui bahwa secara umum grafik menunjukkan
Provinsi Kepulauan Riau tidak merata. Diketahui bahwa Kota Batam menjadi
84
daerah dengan IPM tertinggi di Provinsi Kepulauan Riau sebesar 79.80% dan yang
Riau memiliki hubungan yang berfluktuasi atau berubah-ubah, namun bila dilihat
secara rinci menurut Kabupaten/Kota maka akan terlihat hubungan yang negatif.
Terlihat adanya jarak yang cukup jauh antara IPM tertinggi dan IPM terendah yaitu
Kabupaten Lingga sebagai IPM terendah dan Kota Batam sebagai IPM tertinggi.
Serta perbedaan fluktuasi pada grafik tersebut juga didukung oleh hasil
cukup rendah yaitu berkisar pada nilai 0.0066. Hal tersebut dikarenakan adanya
faktor lain selain faktor ekonomi yaitu keadaan geografis di Provinsi Kepulauan
Riau yang memiliki lautan yang lebih luas dibandingkan dengan daratannya.
Berdasarkan regresi yang dilakukan dalam penelitian ini diperoleh hasil bahwa
0.109069 dan nilai signifikansi sebesar 0.007 (lebih kecil dari α 5% atau 0.05).
Hasil tersebut memiliki arti bahwa variabel TPT ini memiliki pengaruh positif dan
kata lain, ketika TPT meningkat maka ketimpangan pendapatan yang terjadi di
pendapatan di Jawa Tengah dalam kurun waktu 4 tahun. Penelitian yang dilakukan
Penelitian ini sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Kuncoro (1997),
asalnya. Hal ini memberikan dampak yang cukup serius bagi kota-kota yang
menjadi tujuan perpindahan penduduk tersebut, dimana daerah besar atau kota-
kota tersebut akan terbebani oleh datangnya para pencari kerja namun lapangan
pekerjaan yang ada masih sedikit atau hanya cukup untuk penduduk kota tersebut
karena kurangnya tenaga kerja yang berminat untuk bekerja di daerah tersebut.
Selain itu, hasil penelitian ini juga dibuktikan dengan adanya data pada gambar
RASIO GINI
0.40
0.35
0.30
0.25
0.20
0.15
0.10
0.05
0.00
2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016
Berdasarkan data pada gambar 4.5 dapat dilihat bahwa TPT dan ketimpangan
pendapatan atau Rasio Gini dalam kurun waktu 8 tahun memiliki hubungan positif.
Dari data diatas, dapat diketahui bahwa ketika TPT meningkat maka ketimpangan
menurun.
beberapa tahun kebelakang, yaitu pada tahun 2008-2009. Dimana pada tahun
tersebut terjadi penurunan jumlah pekerja industri dari 30% menjadi 25%, hal ini
terjadi akibat dari banyaknya perusahaan industri yang tutup atau bangkrut. Serta
data dari BPS menunjukkan, permasalahan tersebut terus berjalan sampai tahun
2016. Pada tahun 2013 jumlah tenaga kerja industri berjumlah 213.961 jiwa lalu
turun drastis pada tahun 2016 menjadi 144.005. Hal ini lah yang mengakibatkan
diakibatkan karena adanya faktor-faktor diluar variabel penelitian ini, seperti faktor
geografis. Provinsi Kepulauan Riau ini terdiri dari lautan yang lebih luas
perekonomian juga cukup sulit untuk dikembangkan. Hal ini didukung oleh
penelitian yang dilakukan oleh Samarta (2014), yang dimana hal tersebut
tersebut juga didukung oleh hasil regresi yang dimana pengaruh Tingkat
pada nilai 0.010 atau dengan kata lain pengaruhnya cukup kecil, karena ada
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan analisis data yang telah dilakukan mengenai
analisis pengaruh TPAK Wanita, PDRB Perkapita, IPM dan TPT Terhadap
1. Hasil estimasi menunjukkan bahwa semua variabel independen yang terdiri dari
TPAK Wanita, PDRB Perkapita, IPM, dan TPT memiliki pengaruh signifikan
pada variabel PDRB Perkapita hasil yang didapatkan tidak sesuai dengan
hipotesis awal penelitian ini, yang dimana PDRB Perkapita memiliki pengaruh
Riau.
2. TPAK Wanita di Provinsi Kepulauan Riau ini memiliki pengaruh yang signifikan
perpindahan tenaga kerja wanita dari daerah lain ke Kota Batam, Sehingga
ketimpangan.
88
89
Provinsi Kepulauan Riau adalah PDRB Perkapita yang tinggi tidak dapat
Pengaruh negatif ini disebabkan karena adanya jarak yang cukup jauh antara
IPM tertinggi dan IPM terendah. Hal ini mengindikasikan bahwa masih adanya
Kepulauan Riau.
Pengaruh positif ini disebabkan oleh banyaknya perusahaan industri yang tutup
5.2 Saran
maupun bagi pihak-pihak lain. Adapun saran yang diberikan sebagai berikut:
kerja bagi wanita, tidak hanya bertumpu pada satu atau beberapa daerah saja
pemerataan. Sehingga hal yang ditakutkan tidak terjadi, seperti halnya orang
yang kaya akan semakin kaya dan yang miskin akan semakin miskin.
DAFTAR PUSTAKA
Juhn, Chinhul, dan Dae Il Kim. 1999. “The Effects od Rising Female Labor Supply
on Male Wages”. Journal of Labor Economics. Vol. 17. No. 1. PP: 23-48.
Kuhn, Ursina, dan Laura Ravazzini. 2017. “The Impact of Female Labour Force
Participation on Household Income Inequality in Switzerland”. Swiss Journal
of Sociology. Vol. 43. No. 1. PP: 115-135.
Kuznets, Simon. 1955. “Economic Growth and Income Inequality*”. The American
Economic Review. Vol.25. No.1.
Mc Connell, Campbell. R., Brue, Stanley L., dan Macpherson David A. 2003.
Contemporary Labor Economics, Fifth Edition. Singapore: McGraw-Hill Irwin
Companies, Inc.
Nainggolan, Indra Oloan. 2009. Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi
Kesempatan Kerja Pada Kabupaten/Kota di Provinsi Sumatera Utara. Tesis.
Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara.
Nurlaili, Ani. 2016. Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Ketimpangan
Distribusi Pendapatan di Pulau Jawa Tahun 2007-2013. Skripsi. Fakultas
Ekonomi Universitas Negeri Yogyakarta.
Owens, R. G. 1987. Organization Behavior in Education. New Jersey: Englewood
Cliffs, Prentice Hall Inc.
Pranowo. 1993. Tenaga Kerja Wanita: Peranannya Dalam Pembangunan
Ekonomi. Cakrawala Pendidikan. No.2. PP: 161-177.
Pradnyadewi, Diah, dan Ida Bagus. 2017. Pengaruh IPM, Biaya Infrastruktur,
Investasi, Dan Pertumbuhan Ekonomi Terhadap Ketimpangan Distribusi
Pendapatan Di Provinsi Bali. E-Jurnal Ekonomi Pembangunan Universitas
Udayana. Vol. 6. No. 2. PP: 255-285.
Samarta, Tia. 2014. Pengaruh Indeks Pembangunan Manusia, Pertumbuhan
Ekonomi, Tingkat Pengangguran Terbuka Terhadap Tingkat Kemiskinan Di
Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2008-2012. Tesis. Program Pascasarjana
Universitas Gadjah Mada. (tidak dipublikasikan)
Setyowati, Eni. 2009. Analisis Tingkat Partisipasi Wanita Dalam Angkatan Kerja Di
Jawa Tengah Periode Tahun 1982-2000. Jurnal Ekonomi Pembangunan
Vol.10. No.2. PP: 215-233.
Simanjuntak, Pajaman. 1985. Pengantar Ekonomi Sumber Daya Manusia.
Jakarta: Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi UI.
Simanjuntak, Payaman. 2001. Pengantar Ekonomi Sumber Daya Manusia.
Jakarta: LPFEUI.
Sjafrizal. 1997. Pertumbuhan Ekonomi dan Ketimpangan Regional Wilayah
Indonesia Bagian Barat. Prisma, LP3ES. Nomor 3. PP: 27-38.
Sjafrizal. 2014. Perencanaan Pembangunan Daerah Dalam Era Otonomi. Jakarta:
PT Rajagrafindo Persada.
Sukirno, Sadono. 1994. Pengantar Teori Makroekonomi. Jakarta: Raja Grafindo
Sukirno, Sadono. 1995. Pengantar Teori Ekonomi Makro. Jakarta: Raja Grafindo
Sukirno, Sadono. 1997. Pengantar Teori Mikro Ekonomi Edisi 2. Jakarta: Raja
Grafindo Persada.
Sumarsono, Sonny. 2003. Ekonomi Manajemen Sumber Daya Manusia dan
Ketenagakerjaan. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Syaifudin, Arif. 2013. Strategi Pengembangan Sektor Pertanian Sub Sektor
Tanaman Pangan Dalam Upaya Peningkatan PDRB Kabupaten Pati.
Semarang: Economics Development Analysis Journal 2. Vol.3. No.3. PP: 1-
6.
Putri, Eka. 2014. Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pertumbuhan
Ekonomi dan Ketimpangan Pendapatan di Indonesia.
Todaro, Michael, dan Smith, Stephen C. 2004. Economic Development, Eight
Edition. United Kingdom: Pearson Education Limited.
Todaro, Michael P., dan Smith, Stephen C. 2006. Pembangunan Ekonomi.
Jakarta: Erlangga.
Todaro, Michael P., dan Smith, Stephen C. 2011. Economic Development.
Eleventh Edition. United States: Addison Wesley.
Wardiyanta, 2006. Metode Penelitian Pariwisata. Yogyakarta: CV Andi Offset.
LAMPIRAN
Lampiran 1: Data Rasio Gini, TPAK Wanita, PDRB Perkapita, IPM, dan Tingkat
CHOW TEST
F(4,6) = 21.13
corr(u_i, Xb) = -0.8112 Prob > F = 0.0011
Robust
RG Coef. Std. Err. t P>|t| [95% Conf. Interval]
sigma_u .05548651
sigma_e .02229257
rho .86101824 (fraction of variance due to u_i)
Lampiran 8: Hasil Regresi Penentuan Model (Uji Hausman)
HAUSMAN TEST
Coefficients
(b) (B) (b-B) sqrt(diag(V_b-V_B))
fixed random Difference S.E.
chi2(4) = (b-B)'[(V_b-V_B)^(-1)](b-B)
= 26.27
Prob>chi2 = 0.0000
(V_b-V_B is not positive definite)
Lampiran 9: Hasil Regresi Model Data Panel (Fixed Effect Model)
F(4,6) = 21.13
corr(u_i, Xb) = -0.8112 Prob > F = 0.0011
Robust
RG Coef. Std. Err. t P>|t| [95% Conf. Interval]
sigma_u .05548651
sigma_e .02229257
rho .86101824 (fraction of variance due to u_i)