Makalah AKL Fix
Makalah AKL Fix
Kelompok II
Siti Mas Intan N201 16 021
Lia Roziah N201 16 076
Moh. Reza Rizaldy N201 16 086
Nastesya Gebriella Mandat N201 16 101
Karmila N201 16 151
Miftahul Jannah N201 16 161
Muh. Ibnu Sabil N201 16 165
Muliani N201 16 171
Ni Made Arinda N201 16 176
Nur’aini N201 16 186
Shinta Widya Puspita N201 16 206
Penyusun
DAFTAR ISI
Table of Contents
HALAMAN JUDUL................................................................................................1
KATA PENGANTAR...............................................................................................1
DAFTAR ISI............................................................................................................3
BAB I.......................................................................................................................4
PENDAHULUAN...................................................................................................4
A. Latar Belakang..............................................................................................4
B. Tujuan...........................................................................................................6
C. Manfaat.........................................................................................................7
BAB II......................................................................................................................8
TINJAUAN PUSTAKA...........................................................................................8
A. Pengertian IPU..............................................................................................8
B. Parameter IPU...............................................................................................8
D. Rumus IPU....................................................................................................9
BAB III...................................................................................................................11
BAB IV..................................................................................................................16
PENUTUP..............................................................................................................16
A. Kesimpulan.................................................................................................16
B. Saran............................................................................................................16
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................17
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kualitas udara pada umumnya dinilai dari konsentrasi parameter
pencemaran udara yang terukur lebih tinggi atau lebih rendah dari nilai Baku
Mutu Udara Ambien Nasional. Baku mutu udara adalah ukuran batas atau
kadar unsur pencemaran udara yang dapat ditenggang keberadaannya dalam
udara ambien. Udara ambien adalah udara bebas di permukaan bumi pada
lapisan troposfer (lapisan udara setebal 16 km dari permukaan bumi) yang
berada di dalam wilayah yurisdiksi Republik Indonesia yang dibutuhkan dan
mempengaruhi kesehatan manusia, mahluk hidup dan unsur lingkungan hidup
lainnya. Baku mutu udara ambien nasional ditetapkan sebagai batas maksimum
mutu udara ambien untuk mencegah terjadinya pencemaran udara sebagaimana
terlampir dalam PP No 41 Tahun 1999. Pemerintah menetapkan Baku Mutu
Udara Ambien Nasional untuk melindungi kesehatan dan kenyamanan
masyarakat (Kurniawan, 2017)
Terminal adalah tempat umum yang memiliki risiko terjadi pencemaran
udara diakibatkan karena adanya aktivitas kendaraan bermotor yang
menghasilkan buangan emisi. Pemantauan kualitas udara terminal memiliki
peran yang sangat penting dalam menentukan tercemar atau tidaknya udara
pada lokasi terminal dengan membandingkan hasil pengukuran ke dalam
Indeks Standar Pencemaran Udara (ISPU)(Fauziah, 2017)
Gas buang kendaraan bermotor sering lebih dekat dengan
masyarakat, dibandingkan dengan gas buang dari cerobong industri yang
tinggi. Dengan demikian, masyarakat yang tinggal atau melakukan kegiatan
lainnya di sekitar jalan yang padat lalu lintas kendaraan bermotor dan mereka
yang berada di jalan raya seperti para pengendara bermotor, pejalan kaki, dan
polisi lalu lintas sering kali terpajan oleh bahan pencemar dari
hasil pembakaran mesin dengan bahan bakarnya yang kadarnya cukup tinggi.
Estimasi dosis pemajanan sangat tergantung kepada tinggi rendahnya pencemar
yang dikaitkan dengan kondisi lalu lintas pada saat tertentu. Di dalam emisi gas
kendaraan bermotor terdapat banyak substansi pencemar, antara lain gas
karbonmonoksida (CO), sulfur dioksida (SO2)dan nitrogen dioksida (NO2)
(Rose, 2014)
Gangguan yang lazim dikenal akibat emisi kendaraan bermotor adalah
gangguan saluran pernafasan, sakit kepala, iritasi mata, mendorong terjadinya
serangan asma, ispa, gangguan fungsi paru dan penyakit jantung. Polisi lalu
lintas juga dapat menerima risiko yang bertugas di jalan raya karena pada
tempat tersebut dilakukan pengaturan kendaraan bermotor yang mesinnya
masih hidup. Orang yang dalam pekerjaannya selalu terpapar oleh substansi
tertentu, seperti karbonmonoksida, timbal, sulfur dioksida dan nitrogen
dioksida, maka substansi tersebut akan masuk melalui hidung dan atau rongga
mulut yang selanjutnya dapat mengendap di paru sehingga dapat
mengakibatkan perubahan fungsi paru-paru terutama rasa sesak napas
(Mahardika, 2012).
Obesitas anak adalah kondisi multifaktorial yang dihasilkan dari
interaksi antara beberapa faktor risiko genetik dan non-genetik (Han et al.,
2010), dengan ketidakseimbangan antara asupan energi dan pengeluaran energi
sebagai penyebab utama.Selama dekade terakhir telah ada peningkatan minat
pada apakah paparan bahan kimia lingkungan dapat berkontribusi pada
meningkatnya prevalensi obesitas (Holtcamp, 2012).Polusi udara ambien
adalah salah satu yang dicurigai sebagai obesogens lingkungan (McConnell et
al., 2016).Beberapa penelitian pada hewan menunjukkan bahwa polusi udara
sekitar dapat mengubah metabolisme dan meningkatkan penambahan berat
badan (Bolton et al., 2012; Sun et al., 2009; Xu et al., 2010).
Beberapa studi epidemiologis telah menganalisis hubungan antara
paparan polusi udara sekitar dan obesitas pada masa kanak-kanak dan sebagian
besar dari ini melaporkan peningkatan indeks massa tubuh (BMI) yang terkait
dengan peningkatan kadar nitrogen dioksida (NO2), nitrogen oksida (NOx),
partikel < 2,5 μm (PM2.5), <10 μm (PM10) dan kasar (PMcoarse) (Dong et al.,
2015; Jerrett et al., 2010, 2014; McConnell et al., 2014). Namun, studi kohort
kelahiran baru-baru ini di Italia termasuk 499 anak-anak pada usia 8 tahun
tidak menemukan hubungan antara paparan polusi udara terkait lalu lintas
(TRAP) dan BMI, lipid darah, atau adipositas perut (Fioravanti et al., 2018).
Tidak ada bukti tentang dampak pencemaran udara sekitar seperti partikel
ultrafine (UFP) dan karbon unsur (EC) pada obesitas anak.Lebih lanjut, studi-
studi sebelumnya telah menilai paparan polusi udara sekitar secara eksklusif di
alamat rumah. Namun, anak-anak usia sekolah menghabiskan antara 23% dan
35% dari hari di sekolah termasuk jam pagi ketika puncak tertinggi dalam
polusi udara ambien dicatat (Mazaheri et al., 2014; Nieuwenhuijsen, 2015;
Pañella et al., 2017) . Bahkan, sebuah studi pemantauan pribadi dari 45 anak
sekolah di Barcelona menemukan bahwa 37% dari dosis BC terintegrasi harian
mereka diterima di sekolah (Rivas et al., 2016). Oleh karena itu ada kebutuhan
untuk studi termasuk evaluasi peran paparan polusi udara ambien di sekolah-
sekolah dalam risiko obesitas.(Bont, Casas, Barrera-gómez, Cirach, & Rivas,
2019)
Pada tahun 2010, sekitar 3,3 juta orang di seluruh dunia meninggal
hanya dikarenakan menghirup debu-debu kecil yang beterbangan di udara dan
diperkirakan akan berlipat ganda pada tahun 2050. Debu yang masuk alveoli
dapat menyebabkan pengerasan pada jaringan (fibrosis) dan apabila 10%
alveoli mengeras akan mengakibatkan berkurangnya elastisitas alveoli dalam
menampung udara. Fibrosis yang terjadi dapat menurunkan kapasitas vital
paru. Kapasitas vital paru yang tidak maksimal dapat diakibatkan karena faktor
dari luar tubuh atau ekstrinsik meliputi lingkungan kerja fisik dan faktor dari
dalam tubuh penderita itu sendiri atau instrinsik(Fauziah, 2017)
Berdasarkan uraian diatas maka hal inilah yang mendasari penulis
menuyusun makalah yang berjudul “Indeks Pencemaran Udara”
B. Tujuan
Adapun tujuan dari makalah ini, yaitu:
1. Untuk mengetahui Pengertian Indeks Pencemaran Udara
2. Untuk mengetahui Parameter Indeks Pencemaran Udara
3. Untuk mengetahui Baku Mutu Indeks Pencemaran Udara
4. Untuk mengetahui Rumus dari Indeks Pencemaran Udara
C. Manfaat
Adapun manfaat dari makalah ini, yaitu:
1. Mahasiswa dapat mengetahui Pengertian Indeks Pencemaran
Udara
2. Mahasiswa dapat mengetahui Parameter Indeks Pencemaran Udara
3. Mahasiswa dapat mengetahui Baku Mutu Indeks Pencemaran
Udara
4. Mahasiswa dapat mengetahui Rumus dari Indeks Pencemaran
Udara
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian IPU
B. Parameter IPU
Parameter-parameter yang digunakan dalam penentuan nilai ISPU
dituangkan lebih detil lagi dalam Lampiran Keputusan Kepala Badan
Pengendalian Dampak Lingkungan No. 107 Tahun 1997 tentang Perhitungan
dan Pelaporan Serta Informasi Indeks Standar Pencemaran Udara. (Kurniawan,
2017)
Parameter dasar untuk pengukuran ISPU dan periode waktu
pengukurannya sesuai dengan lampiran keputusan Kepala Bapedal No. 107
Tahun 1997 yaitu: pada parameter Partikulat (PM10) dengan waktu pengukuran
(rata-rata) 24 jam, pada parameter Sulfurdioksida (SO2) dengan waktu
pengukuran rata-rata 24 jam, pada parameter Karbonmonoksida (CO) dengan
waktu pengukuran 8 jam, pada parameter Ozon (O 3) dengan waktu pengukuran
rata-rata 1 jam dan pada parameter Nitrogendioksida (NO 2) dengan waktu
pengukuran rata-rata 1 jam. (Kurniawan, 2017)
Pengukuran parameter gas (CO, NO2, SO2, dan O) Pengukuran Ozon
permukaan (O3)Pengukuran ozon permukaan (O3) dilakukan dengan
menggunakan instrument TEI Tipe 49C Ozone Analyzer. Detail mengenai
metode pengukuran dan hasil pengukuran beserta koreksinya ini dapat dilihat
pada publikasi lain (Klausen et al., 2003, Mairisdawenti, 2014). Resolusi data
dibuat menjadi agregat per-jam untuk selanjutnya diproses sesuai dengan
keperluan perhitungan nilai ISPU, keluaran data konsentrasi O memiliki satuan
parts per-billion (ppb). (Kurniawan, 2017)
C. Baku Mutu IPU
Baku mutu udara ambien nasional ditetapkan sebagai batas maksimum
mutu udara ambien untuk mencegah terjadinya pencemaran udara sebagaimana
terlampir dalam PP No 41 Tahun 1999. Pemerintah menetapkan Baku Mutu
Udara. Ambien Nasional untuk melindungi kesehatan dan kenyamanan
masyarakat. Baku Mutu Udara Ambien Nasional.
Baku mutu udara ambien nasional menurut PP No 41 tahun 1999 yaitu:
parameter aerosol (PM10) dalam waktu 24 jam baku mutunya yaitu 150 µg/m 3,
parameter karbonmonoksida (CO) dalam waktu 1 jam baku mutunya 30000
µg/m3, dan pada waktu 24 jam terdapat baku mutu 10000 µg/m 3, parameter
Ozon (O3) dalam waktu 1 jam yaitu baku mutunya 235 µg/m 3, pada waktu 1
tahun 50 µg/m3, para meter Sulfurdioksida(SO2) pada waktu 24 jam terdapat
baku mutu 365 µg/m3 sedangkan apda waktu 1 tahun terdapat baku mutu yaitu
80 µg/m3, dan pada Nitrogendioksida (NO2) pada waktu 1 jam yaitu 0.25
µg/m3 Sedangkan pada waktu 1 tahun terdapat baku mutu 100 µg/m3.
D. Rumus IPU
Konsentrasi yang digunakan dalam perhitungan ISPU adalah µg/m 3
konsentrasi PM10 sudah dalam satuan µg/M3 sedangkan konsentrasi instrument
O3, CO, NO2 dan SO2 dalam ppb, sehingga data tersebut harus dikonversi
terlebih dahulu ke µg/m3menggunakan persamaan:
dengan:
Keterangan :
p = tekanan udara (Pascal)
Mr = massa molekul relatif (g/mol)
R = konstanta gas ideal (8.314 N m mol-1 K)
T = temperatur udara (Kelvin)
Untuk persamaan ini, nilai tekanan udara(p) dan temperatur udara (T)
digunakan padakondisi STP (temperatur udara 25 C=293Kdan tekanan udara 1
atm). Koreksi tersebutdihitung dengan persamaan berikut:
Keterangan :
X0= konsentrasi awal
X1 = konsentrasi terkoreksi
T0= temperatur udara STP (K)
T1 = temperatur udara rata-rata (K)
P0= tekanan udara STP (Pa)
P1= tekanan udara rata-rata (Pa)
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN
Bont, J. De, Casas, M., Barrera-gómez, J., Cirach, M., & Rivas, I. (2019).
Ambient air pollution and overweight and obesity in school-aged children
in. Environment International, 125(September 2018), 58–64.
https://doi.org/10.1016/j.envint.2019.01.048
Fauziah, D. A. (2017). ANALISIS TINGKAT PENCEMARAN UDARA DI
TERMINAL KOTA SEMARANG. JURNAL KESEHATAN
MASYARAKAT (e-Journal), 5(5), 561–570.
Kurniawan, A. (2017). PENGUKURAN PARAMETER KUALITAS UDARA, 7,
1–13. https://doi.org/10.22146/teknosains.34658
Rose, K. D. C. (2014). PENILAIAN RISIKO PAPARAN ASAP KENDARAAN
BERMOTOR PADA POLANTAS POLRESTABES SURABAYA TAHUN
2014. The Indonesian Journal of Occupational Safety and Health, 3(1),
46–57.
Perlmutt, Lars D. and Kevin R. Cromar. 2019. “Comparing Associations of
Respiratory Risk for the EPA Air Quality Index and Health-Based Air
Quality Indices.” Atmospheric Environment 202(July 2018):1–7.