Anda di halaman 1dari 4

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Jakarta merupakan ibu kota di Indonesia memiliki tingkat perekonomian yang cukup
tinggi. Hal ini berdampak semakin meningkatnya kebutuhan perkantor sebagai salah satu
penunjang pertumbuhan ekonomi. Pembangunan struktur perkantoran beton tingkat tinggi
merupakan salah satu pilihan untuk memenuhi kebutuhan tersebut karena terbatasnya lahan
yang ada. Hutama Karya Office Tower Jakarta dibangun untuk menjawab hal tersebut.
Pembangunan Hutama Karya Office Tower Jakarta yang terdiri dari 16 lantai tower, 5 lantai
podium, dan 3 lantai basement direncanakan menggunakan bahan struktur beton bertulang
biasa, sistem cor ditempat dan terletak di kawasan zona gempa tinggi.
Semakin berkembangnya pembangunan gedung bertingkat dan infrastruktur publik
tinggi di Indonesia menuntut adanya teknologi yang mendukung inovasi serta perkembangan
pembangunan tersebut. Dalam perencanaan struktur, terdapat kecenderungan untuk melakukan
penghematan dengan tidak mengurangi unsur kekuatan struktur tersebut. Struktur yang
dibangun dengan menggunakan sistem rangka pemikul momen (SRPM) dengan balok
dianggap memiliki beberapa kekurangan tertentu. Ditinjau dari sisi tinggi per lantai, tinggi
bebas gedung berkurang karena pekerjaan finishing plafond untuk menutup atap akibat adanya
balok. Dari segi ekonomi, beton yang diperlukan untuk membentuk struktur lebih banyak
karena adanya balok dan bekistingnya jika dibandingkan dengan struktur tanpa balok. Salah
satu solusi yang digunakan adalah perancangan struktur menggunakan metode Flat Slab.
Struktur Flat Slab merupakan struktur beton bertulang pelat langsung didukung oleh kolom
tanpa menggunakan balok. Soedarsono (2002) menyatakan bahwa keunggulan dari Flat Slab
adalah fleksibilitas terhadap tata ruang, yaitu lantai tinggi bebas per lantai yang didapat
semakin tinggi dan area lantai semakin luas. Waktu pengeriaan selama proyek relatif lebih
pendek. Struktur Flat Slab tidak memerlukan finishing dengan plafond dan bias menghemat
biaya proyek karena mengurangi pemakaian beton dan bekisting untuk elemen balok.
Pada perencanaan bangunan tinggi yang tidak menggunakan balok dan terletak pada
kawasan zona gempa tinggi, geseran merupakan pertimbangan kritis terutama pada bagian
pertemuan antara pelat dan kolom sehingga dibutuhkan peredam untuk mengurangi gaya dalam
yang terjadi berupa base isolator. Konsep base isolator adalah meredam beban gempa yang
terjadi pada base isolator dan memperkecil kekakuan gedung tanpa melemahkan elemen
struktur pada gedung. Kekakuan gedung yang kecil menyebabkan periode getar alami
membesar, sehingga beban gempa yang terjadi menjadi lebih kecil. Meskipun bulding drift
yang dialami oleh gedung menjadi lebih besar saat menggunakan base isolator, akan tetapi
interstory drift akan menjadi lebih kecil, yang berarti gaya dalam yang terjadi pada seriap
elemen struktur juga menjadi lebih kecil. Base isolator bermaterialkan kombinasi karet dan
pelat baja yang tersusun. Material inilah yang menyebabkan base isolator dapat memperkecil
kekauan gedung karena material yang fleksibel. Dengan sifat fleksibel tersebut, saat gaya
gempa menggeser pondasi, base isolator dapat meredamnya dengan melakukan simpangan
horisontal bolak-balik dari tanah sehingga gaya tersebut hanya sebagian kecil saja yang akan
diterima ke struktur bangunan. (Qoemia, 2010). Base isolator yang akan digunakan untuk
meredam beban gempa yang terjadi adalah High Damping Rubber Bearing.
Oleh karena itu pada Tugas Akhir ini dilakukan modifikasi perencanaan gedung
Hutama Karya Office Tower menggunakan metode Flat Slab dan Base Isolator : High
Damping Rubber Bearing.
1.2 Perumusan Masalah
1.2.1 Masalah Utama
Bagaimana merencanakan modifikasi struktur Apartemen Purimas Kota
Surabaya dengan metode flat slab?
1.2.2 Rincian Masalah
1. Bagaimana merancang struktur daktail yang mampu menahan beban gempa?;
2. Bagaimana melakukan desain perancangan apartemen yang dibangun dengan metode
flat slab?;
3. Bagaimana melakukan analisa dan permodelan struktur apartemen yang dibangun
dengan metode flat slab?;
4. Bagaimana merencanakan dimensi kolom, drop panel. pelat dan shearwall yang
efisien sehingga mampu menahan beban-baban yang bekerja pada struktur gedung
apartemen?;
5. Bagaimana merencanakan pondasi yang mampu mentransfer beban struktur ke
tanah?;
6. Bagaimana menuangkan hasil perhitungan dan perancangan ke dalam gambar teknik
sesuai peraturan yang berlaku?

1.3 Tujuan Tugas Akhir


1.3.1 Tujuan Utama
Tujuan utama dari Tugas Akhir ini adalah mampu merencanakan dan
menerapkan metode flat slab dalam pembangunan struktur apartemen Purimas sesuai
dengan peraturan yang berlaku.

1.3.2 Tujuan Detail


Tujuan detail dari Tugas Akhir ini adalah:
1. Mendapatkan perancangan struktur apartemen yang daktail terhadap beban gempa;
2. Mampu melakukan desain perancangan apartemen yang dibangun dengan metode
flat slab;
3. Mampu melakukan analisa dan permodelan struktur apartemen yang dibangun
dengan metode flat slab;
4. Mendapatkan dimensi kolom, drop panel, pelat dan shearwall yang efisien sehingga
mampu menahan beban-baban yang bekerja pada struktur Gedung dan apartemen;
5. Mendapatkan dimensi pondasi yang mampu mentransfer beban struktur ke tanah;
6. Menuangkan hasil perhitungan dan perancangan ke dalam gambar Teknik
1.4 Batasan Masalah
Masalah yang dikaji dalam penulisan Tugas Akhir ini dibatasi sebagai berikut:
diperhitungkan adalah:
1. Struktur sekunder yang struktur tangga, ramp dan lift;
2. Elemen Balok dihilangkan/tidak direncanakan;
3. Struktur Basement tidak direncanakan/diperhitungkan dan dianggap ada dinding
penahan tanah yang kaku;
4. Tidak meninjau manajemen konstruksi (biaya dan waktu konstruksi);
5. Tidak meninjau metode konstruksi/pelaksanaan di lapangan;
6. Tidak meninjau estetika dari segi arsitektural Gedung;
7. Tidak membahas sistem utilitas, sanitasi, mekanikal, elektrikal dan plumbing;
8. Program bantu perhitungan matematis menggunakan Microsoft Excel;
9. Program bantu gambar teknik yang dipakai adalah AutoCAD 2016;
10. Program bantu analisa dan permodelan struktur yang dipakai adalah ETABS;
11. Metode desain dan perancangan struktur mengacu pada peraturan SNI 1727:2013,
SNI 1726:2012, dan SNI 2847:2013.
1.5 Manfaat
Manfaat yang diharapkan dari penulisan Tugas Akhir antara lain:
1. Memahami perancangan pada struktur Gedung bertingkat dengan menggunakan
metode flat slab;
2. Menjadi referensi alternatif perancangan struktur perancangan dengan metode flat
slab;
3. Perencana dapat memenuhi keinginan owner untuk memaksimalkan tinggi bebas
bangunan;
4. Menjadi acuan untuk sosialisasi cara merencanakan metode flat slab dan drop panel
yang benar serta sesuai dengan peraturan-peraturan yang berlaku saat ini maupun
yang baru untuk para tenaga ahli;
5. Menjadi rujukan untuk peneliti selanjutnya dalam pengembangan teknologi
perancangan struktur metode flat slab.
no (2002)
Soedarsono (2002) menyatakan bahwa keunggulan dari Flat Slab adalah fleksibilitas terhadap
tata ruang, yaitu lantai tinggi bebas per lantai yang didapat semakin tinggi dan area lantai
semakin luas. Waktu pengeriaan selama proyek relatif lebih pendek. Struktur Flat Slab tidak
memerlukan finishing dengan plafond dan bias menghemat biaya proyek karena mengurangi
pemakaian beton dan bekisting untuk elemen balok.
Diab adalah se
luas. semakin luas Waktu pengerjaan sela
ktur Flat Slab tidak memerlukan o. me
proyek karena mengurangi plafond dan bisa menghemat biay
beton dan bekisting untuk elemen balok. pemakaian beton dan bekisting untuk e
bangunan tinggi yang
tidak
merupakan pertimbangan kritis menggunakan balok, geseran merupak terutama pada bagian
pertemuan antara pelat
antara pelat dan kolom. Apabila bagian pertemuan pada struktur tersebut tidak kuat, maka
kolom. kolom penyangga pada pelat akan memberikan tekanan pons vano hendak menembus
pelat. Hal ini dapat menimbulkan tegangan geser yang besar pada area sekitar kolom dan
mengakibatkan keruntuhan pons. Untuk itu, kekuatan geser di struktur tersebut ditunjang
dengan adanya drop panel, yaitu penebalan pelat di daerah kolom (Wang, 1990)
Berdasarkan hal di atas, maka dengan tugas akhir ini penyusun melakukan modifikasi
perencanaan struktur Apartemen Purimas Surabaya menggunakan metode Flat Slab. Metode
desain dan perancangan mengacu pada SNI 1727:2013, SNI 1726:2012, dan SNI 2847:2013.

Anda mungkin juga menyukai