Jakarta merupakan ibu kota di Indonesia memiliki tingkat perekonomian yang cukup tinggi. Hal ini berdampak semakin meningkatnya kebutuhan perkantor sebagai salah satu penunjang pertumbuhan ekonomi. Pembangunan struktur perkantoran beton tingkat tinggi merupakan salah satu pilihan untuk memenuhi kebutuhan tersebut karena terbatasnya lahan yang ada. Hutama Karya Office Tower Jakarta dibangun untuk menjawab hal tersebut. Pembangunan Hutama Karya Office Tower Jakarta yang terdiri dari 16 lantai tower, 5 lantai podium, dan 3 lantai basement direncanakan menggunakan bahan struktur beton bertulang biasa, sistem cor ditempat dan terletak di kawasan zona gempa tinggi. Semakin berkembangnya pembangunan gedung bertingkat dan infrastruktur publik tinggi di Indonesia menuntut adanya teknologi yang mendukung inovasi serta perkembangan pembangunan tersebut. Dalam perencanaan struktur, terdapat kecenderungan untuk melakukan penghematan dengan tidak mengurangi unsur kekuatan struktur tersebut. Struktur yang dibangun dengan menggunakan sistem rangka pemikul momen (SRPM) dengan balok dianggap memiliki beberapa kekurangan tertentu. Ditinjau dari sisi tinggi per lantai, tinggi bebas gedung berkurang karena pekerjaan finishing plafond untuk menutup atap akibat adanya balok. Dari segi ekonomi, beton yang diperlukan untuk membentuk struktur lebih banyak karena adanya balok dan bekistingnya jika dibandingkan dengan struktur tanpa balok. Salah satu solusi yang digunakan adalah perancangan struktur menggunakan metode Flat Slab. Struktur Flat Slab merupakan struktur beton bertulang pelat langsung didukung oleh kolom tanpa menggunakan balok. Soedarsono (2002) menyatakan bahwa keunggulan dari Flat Slab adalah fleksibilitas terhadap tata ruang, yaitu lantai tinggi bebas per lantai yang didapat semakin tinggi dan area lantai semakin luas. Waktu pengeriaan selama proyek relatif lebih pendek. Struktur Flat Slab tidak memerlukan finishing dengan plafond dan bias menghemat biaya proyek karena mengurangi pemakaian beton dan bekisting untuk elemen balok. Pada perencanaan bangunan tinggi yang tidak menggunakan balok dan terletak pada kawasan zona gempa tinggi, geseran merupakan pertimbangan kritis terutama pada bagian pertemuan antara pelat dan kolom sehingga dibutuhkan peredam untuk mengurangi gaya dalam yang terjadi berupa base isolator. Konsep base isolator adalah meredam beban gempa yang terjadi pada base isolator dan memperkecil kekakuan gedung tanpa melemahkan elemen struktur pada gedung. Kekakuan gedung yang kecil menyebabkan periode getar alami membesar, sehingga beban gempa yang terjadi menjadi lebih kecil. Meskipun bulding drift yang dialami oleh gedung menjadi lebih besar saat menggunakan base isolator, akan tetapi interstory drift akan menjadi lebih kecil, yang berarti gaya dalam yang terjadi pada seriap elemen struktur juga menjadi lebih kecil. Base isolator bermaterialkan kombinasi karet dan pelat baja yang tersusun. Material inilah yang menyebabkan base isolator dapat memperkecil kekauan gedung karena material yang fleksibel. Dengan sifat fleksibel tersebut, saat gaya gempa menggeser pondasi, base isolator dapat meredamnya dengan melakukan simpangan horisontal bolak-balik dari tanah sehingga gaya tersebut hanya sebagian kecil saja yang akan diterima ke struktur bangunan. (Qoemia, 2010). Base isolator yang akan digunakan untuk meredam beban gempa yang terjadi adalah High Damping Rubber Bearing. Oleh karena itu pada Tugas Akhir ini dilakukan modifikasi perencanaan gedung Hutama Karya Office Tower menggunakan metode Flat Slab dan Base Isolator : High Damping Rubber Bearing. 1.2 Perumusan Masalah 1.2.1 Masalah Utama Bagaimana merencanakan modifikasi struktur Apartemen Purimas Kota Surabaya dengan metode flat slab? 1.2.2 Rincian Masalah 1. Bagaimana merancang struktur daktail yang mampu menahan beban gempa?; 2. Bagaimana melakukan desain perancangan apartemen yang dibangun dengan metode flat slab?; 3. Bagaimana melakukan analisa dan permodelan struktur apartemen yang dibangun dengan metode flat slab?; 4. Bagaimana merencanakan dimensi kolom, drop panel. pelat dan shearwall yang efisien sehingga mampu menahan beban-baban yang bekerja pada struktur gedung apartemen?; 5. Bagaimana merencanakan pondasi yang mampu mentransfer beban struktur ke tanah?; 6. Bagaimana menuangkan hasil perhitungan dan perancangan ke dalam gambar teknik sesuai peraturan yang berlaku?
1.3 Tujuan Tugas Akhir
1.3.1 Tujuan Utama Tujuan utama dari Tugas Akhir ini adalah mampu merencanakan dan menerapkan metode flat slab dalam pembangunan struktur apartemen Purimas sesuai dengan peraturan yang berlaku.
1.3.2 Tujuan Detail
Tujuan detail dari Tugas Akhir ini adalah: 1. Mendapatkan perancangan struktur apartemen yang daktail terhadap beban gempa; 2. Mampu melakukan desain perancangan apartemen yang dibangun dengan metode flat slab; 3. Mampu melakukan analisa dan permodelan struktur apartemen yang dibangun dengan metode flat slab; 4. Mendapatkan dimensi kolom, drop panel, pelat dan shearwall yang efisien sehingga mampu menahan beban-baban yang bekerja pada struktur Gedung dan apartemen; 5. Mendapatkan dimensi pondasi yang mampu mentransfer beban struktur ke tanah; 6. Menuangkan hasil perhitungan dan perancangan ke dalam gambar Teknik 1.4 Batasan Masalah Masalah yang dikaji dalam penulisan Tugas Akhir ini dibatasi sebagai berikut: diperhitungkan adalah: 1. Struktur sekunder yang struktur tangga, ramp dan lift; 2. Elemen Balok dihilangkan/tidak direncanakan; 3. Struktur Basement tidak direncanakan/diperhitungkan dan dianggap ada dinding penahan tanah yang kaku; 4. Tidak meninjau manajemen konstruksi (biaya dan waktu konstruksi); 5. Tidak meninjau metode konstruksi/pelaksanaan di lapangan; 6. Tidak meninjau estetika dari segi arsitektural Gedung; 7. Tidak membahas sistem utilitas, sanitasi, mekanikal, elektrikal dan plumbing; 8. Program bantu perhitungan matematis menggunakan Microsoft Excel; 9. Program bantu gambar teknik yang dipakai adalah AutoCAD 2016; 10. Program bantu analisa dan permodelan struktur yang dipakai adalah ETABS; 11. Metode desain dan perancangan struktur mengacu pada peraturan SNI 1727:2013, SNI 1726:2012, dan SNI 2847:2013. 1.5 Manfaat Manfaat yang diharapkan dari penulisan Tugas Akhir antara lain: 1. Memahami perancangan pada struktur Gedung bertingkat dengan menggunakan metode flat slab; 2. Menjadi referensi alternatif perancangan struktur perancangan dengan metode flat slab; 3. Perencana dapat memenuhi keinginan owner untuk memaksimalkan tinggi bebas bangunan; 4. Menjadi acuan untuk sosialisasi cara merencanakan metode flat slab dan drop panel yang benar serta sesuai dengan peraturan-peraturan yang berlaku saat ini maupun yang baru untuk para tenaga ahli; 5. Menjadi rujukan untuk peneliti selanjutnya dalam pengembangan teknologi perancangan struktur metode flat slab. no (2002) Soedarsono (2002) menyatakan bahwa keunggulan dari Flat Slab adalah fleksibilitas terhadap tata ruang, yaitu lantai tinggi bebas per lantai yang didapat semakin tinggi dan area lantai semakin luas. Waktu pengeriaan selama proyek relatif lebih pendek. Struktur Flat Slab tidak memerlukan finishing dengan plafond dan bias menghemat biaya proyek karena mengurangi pemakaian beton dan bekisting untuk elemen balok. Diab adalah se luas. semakin luas Waktu pengerjaan sela ktur Flat Slab tidak memerlukan o. me proyek karena mengurangi plafond dan bisa menghemat biay beton dan bekisting untuk elemen balok. pemakaian beton dan bekisting untuk e bangunan tinggi yang tidak merupakan pertimbangan kritis menggunakan balok, geseran merupak terutama pada bagian pertemuan antara pelat antara pelat dan kolom. Apabila bagian pertemuan pada struktur tersebut tidak kuat, maka kolom. kolom penyangga pada pelat akan memberikan tekanan pons vano hendak menembus pelat. Hal ini dapat menimbulkan tegangan geser yang besar pada area sekitar kolom dan mengakibatkan keruntuhan pons. Untuk itu, kekuatan geser di struktur tersebut ditunjang dengan adanya drop panel, yaitu penebalan pelat di daerah kolom (Wang, 1990) Berdasarkan hal di atas, maka dengan tugas akhir ini penyusun melakukan modifikasi perencanaan struktur Apartemen Purimas Surabaya menggunakan metode Flat Slab. Metode desain dan perancangan mengacu pada SNI 1727:2013, SNI 1726:2012, dan SNI 2847:2013.