Appendix PDF
Appendix PDF
Appendix PDF
Adam Malik
66
Lampiran 2. Blanko Pelaporan Monitoring Efek Samping Obat (MESO)
a. Bagian Depan
b. Bagian Belakang
Lampiran 1 :
Lampiran 3 . Format Lembar Pelayanan Informasi Obat
1. Identitas Penanya
Nama : Status :
No Telp :
2. Data Pasien :
Kehamilan : Ya / Tidak…………………………………Minggu
3. Pertanyaan :
Uraian permohonan
.............................................................................................................................
.............................................................................................................................
Jenis Permohonan
o Stabilitas o Farmakokinetik/Farmakodinamik
4. Jawaban : ..............................................................................................................
.............................................................................................................................
5. Referensi : .............................................................................................................
di
Studi Kasus
Disusun Oleh:
Yelfi Ratmi, S.Farm.
NIM 123202149
Halaman
RINGKASAN ......................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN
2.1 Defenisi
2.2 Etiologi
2.3 Patofisiologi
2.5 Gejala
2.6 Diagnosa
2.7 Pengobatan
2.8.6Deksametason .......................................................................... 24
2.8.7Dobutamin................................................................................ 25
2.8.8Dulcolax ................................................................................... 26
2.8.9Gentamisin ............................................................................... 27
2.8.10Ketorolac ............................................................................... 28
2.8.11Ranitidin ................................................................................. 29
2.8.12Valsartan ................................................................................ 31
3.3 Pemeriksaan
BAB IV PEMBAHASAN
LAMPIRAN ............................................................................................ 96
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 4.34 dan Efek Samping dan Interaksi Obat pada tanggal
5 Oktober 2013 ....................................................................... 46
Halaman
Halaman
PENDAHULUAN
Salah satu tujuan dari praktek farmasi di rumah sakit adalah melakukan
bahwa penggunaan obat tersebut tepat karena tanggung jawab apoteker dalam
kesalahan penggunan obat agar meningkatkan kualitas hidup pasien (Siregar dan
Lia, 2004).
kunjungan ke pasien rawat inap bersama tim dokter dan tenaga kesehatan lainnya.
menjamin obat-obat yang digunakan sesuai indikasi, efektif, aman, dan terjangkau
atau permasalahan terkait dengan obat, yang terdiri dari (1) unnecessary drug
therapy(pasien mendapat terapi obat yang tidak diperlukan), (2) needs additional
dosis obat yang terlalu rendah), (5)adverse drug reaction (pasien mendapat
problem medis seperti timbul efek yang tidak diinginkan, interaksi obat, reaksi
alergi), (6)dosage too high(pasien mendapat dosis obat yang terlalu tinggi),
terlalu mahal, obat tidak tersedia, cara pemberian tidak dimengerti pasien)
memenuhi persyaratan tetap pasien, tepat obat, tepat indikasi, tepat dosis dan
problem maka mahasiswa apoteker perlu diberi perbekalan dan pengalaman dalam
bentuk Praktek Kerja Profesi Apoteker (PKPA) di rumah sakit. PKPA di rumah
sakit merupakan salah satu praktek pelayanan kefarmasian yang bertujuan untuk
difokuskan untuk dilaksanakan adalah visite pasien dan pemantauan terapi obat.
Studi kasus yang diambil adalah Carsinoma Laring, Hipertensi stage II dan
A 5). Secara umum, insiden kanker laring dan hipertensi sering dialami oleh laki-
Ventrikular Respon.
pasien.
pasien.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Defenisi
Kanker Laring (pita suara) adalah keganasan pada pita suara, kotak suara
(laring) atau daerah lainnya di tenggorokan. Laring atau organ suara adalah
struktur epitel kartilago yang menghubungkan faring dan trachea. Fungsi utama
jalan nafas bawah dari obstruksi dari benda asing dan memudahkan batuk. Laring
2.1.2 Hipertensi
ginjal.Pada pemeriksaan tekanan darah akan didapat dua angka. Angka yang lebih
tinggi diperolehpada saat jantung berkontraksi (sistolik), angka yang lebih rendah
2.1.3 AF RVR
2.2 Etiologi
Penyebab kanker laring (pita suara) biasanya lebih banyak ditemukan pada
Etiologi CA laring:
b. Laringitis kronis
d. Herediter
2.2.2 Hipertensi
hipertensi penting). Hipertensi seperti ini tidak dapat diobatai, hanya bisa
hipertensi spesifik (hipertensi sekunder). Ada banyak potensi yang ikut menjadi
penyebab, yaitu gejala dari keadaan medis/penyakit atau induksi endogen. Jika
penyebab hipertensi sekunder dapat dikenali, hipertensi jenis ini pada pasien dpat
a. Hipertensi Primer
Lebih dari 90% individu yang mengalami hipertensi primer. Banyak
b. Hipertensi Sekunder
penyakit ginjal kronis atau penyakit renovascular myang menjadi penyebab paling
natrium, etanol, merkuri, liium dan lainnya. Sebagian dari agen ini adalah produk
herbal. Walaupun ini tidak obat secara teknis, tapi merupakan penyebab terjadinya
obat yang menggangu atau perbaiki yang mendasari kondisi comorbid harus
2.2.3 AF RVR
jantung seperti mitral stenosis, mitral regurgitasi, post operasi jantung, chronic
didalamnya teofilin (yang digunakan untuk terapi asma atau chronic lung disease)
2.3.1Cancer Laring
merokok, bekerja dengan debu serbuk kayu, kimia toksik atau serbuk, logam
berat. Bagaimana terjadinya belum diketahui secara pasti oleh para ahli.
penderita tumor ganas laring di RSUP H. Adam Malik Medan dengan hasil
(94,4%) dan wanita dua orang (5,6%). Usia terbanyak 51-60 tahun lima belas
orang (41,7%). Faktor risiko perokok 21 orang (58,3%) diikuti konsumsi alkohol
enam orang (16,7%). Kemudian, didapati keluhan suara serak 33 orang (91,7%),
sesak 29 orang (80,6%), batuk 21 orang (58,3%) dan massa dileher dua belas
2.3.2 Hipertensi
bahwa laki-laki 30.1% dan wanita 27.1%. Ini menunjukan peningkatan yang
signifikan dari 5.6% wanita pada tahun 1988 sampai 2000, sedangkan laki-laki
tidak ada perubahan. Tingkat penderita hipertensi paling tinggi adalah non-
Hispanic hitam (33.5%), yang diikuti oleh orang kulit putih non-Hispanic
(28.9%) dan orang meksiko-orang amerika. Risiko terkena hipertensi antara
umur 55 tahun dan lebih tua adalah normotensive adalah 90%. Dari usia 55
perbedaan dari jenis kelamin ini menjadi lebih besar pada usia yang lebih tua (≥
75 tahun). Pada usia yang lebih tua (umur ≥ 60 tahun), kejadian hipertensi adalah
65.4% (yang diperkirakan tahun 2000), perubahan yang tinggi 57.9% pada tahun
2.3.3 AF RVR
AF terjadi pada 13% dari keseluruhan orang dengan overaktif kelenjar tiroid
teofilin (yang digunakan untuk terapi asma atau chronic lung disease) dan juga
kafein.
2.4 Klasifikasi
2.4.1Cancer Laring
a. Supraglotis
palsu, ventrikel.
b. Glotis
c. Subglotis
Dinding subglotis.
Klasifikasi dan stadium tumor berdasarkan UICC :
i. Stadium I : T1 N0 M0
ii. Stadium II : T2 N0 M0
2.4.2 Hipertensi
normal, hipertensi ini tidak diketahui penyebabnya dan mencakup + 90% dari
dasar kedua selain hipertensi esensial. Hipertensi ini penyebabnya diketahui dan
sistolik.
anak-anak dan dewasa muda. Hipertensi campuran (sistol dan diastol yang
meninggi) yaitu peningkatan tekanan darah pada sistol dan diastol. Hipertensi
(DiPiro, 2005).
Joint National Committee on Prevention, Detecetion, Evaluation and The
usia ≥ 18 tahun, klasifikasi hipertensi tersebut dapat dilihat pada Tabel 2.1.
2.4.3 AF RVR
a. Paroxysmal AF
dalam waktu kurang dari 7 hari dan biasanya kurang dari 24 jam.
b. Persistent AF
kardioversion.
c. Permanent AF
a. Suara parau
b. Sesak nafas
d. Disfagia
g. Benjolan dileher
2.5.2 Hipertensi
sampai bertahun-tahun. Oleh karena itulah hipertensi dikenal sebagai silent killer.
Pada pemeriksaan fisik, tidak dijumpai kelainan apapun selain tekanan darah yang
tinggi, tetapi dapat pula ditemukan perubahan pada retina, seperti pendarahan,
eksudat (kumpulan cairan), penyempitan pembuluh darah, dan pada kasus berat
a. Nyeri kepala saat terjaga, kadang-kadang disertai mual dan muntah, akibat
c. Ayunan langkah yang tidak mantap akibat susunan saraf pusat telah rusak
pusing, muka merah, sakit kepala, keluarnya darah dari hidung secara tiba-tiba,
2.5.3 AR RVR
2.6 Diagnosa
a. Anamnese
Diagnosa penunjang
a. Laringoskopi optik
b. Hispatologi
d. Esofagogram
e. Laringogram
hipertensi. Akurasi cara pengukuran tekanan arah dan alat ukur yang digunakan,
dilakukan pada posisi duduk setelah beristirahat 5 menit dan 30 menit bebas rokok
pada keadaan tertentu. Sebaiknya alat ukur yang dipilih adalah sfigmamonometer
air raksa dengan ukuran cuff yang sesuai. Balon di pompa sampai 20-30 mmHg
diatas tekanan sistolik yaitu saat pulsasi nadi tidak teraba lagi, kemudian dibuka
yaitu hilangnya bunyi setelah bunyi pertama terdengar yang disebabkan oleh
2.6.3 AF RVR
gelombang P oleh osilasi yang cepat atau gelombang fibrilasi yang bervariasi baik
ukuran, bentuk dan waktu yang berkaitan dengan Rapid Ventricular Respon
(RVR) yang irreguler dan frekuensi ketika AV teraktivasi (Fuster et al, 2001;
Schwinghammer, 2009).
2.7Pengobatan
2.7.1Cancer Laring
i. Laringektomi
b) Laringektomi total
batas atas (epiglotis dan os hioid) sampai batas bawah cincin trakea.
tumor supraglotis, subglotis dan tumor glotis stadium lanjut sering kali
tindakan diseksi leher. Pembedahan ini tidak disarankan bila telah terdapat
metastase jauh.
b. Radioterapi
T2 dengan hasil yang baik (angka kesembuhannya 90%). Keuntungan dengan cara
ini adalah laring tidak cedera sehingga suara masih dapat dipertahankan. Dosis
yang dianjurkan adalah 200 rad perhari sampai dosis total 6000 –7000 rad.
c. Kemoterapi
umum itu, pada hipertensi lebih berat perlu ditambahkan obat-obat antihipertensi
(Tan, 2002):
a. Diuretika
menghancurkan garam yang tersimpan di alam tubuh. Pengaruhnya ada dua tahap
yaitu :
i. Pengurangan dari volume darah total dan curah jantung; yang menyebabkan
penurunan Angiotensin II
iii. Efek sentral yang mempengaruhi aktivitas saraf simpatis, perubahan pada
biosentesis prostasiklin.
Pengaruhnya lebih spesifik pada Angiotensin II dan mengurangi atau sama sekali
Eprosartan, Zolosartan.
e. Antagonis Kalsium
otot polos pembuluh darah dan miokard. Di pembuluh darah, antagonis kalsium
Penurunan resistensi perifer ini sering diikuti efek takikardia dan vasokonstriksi,
terutama bila menggunakan golongan obat dihidropirin (Nifedipine). Sedangkan
et al, 2006; Fuster et al, 2001; Khoo dan Lip, 2009). Tujuan terapi untuk AF :
a. Mengontrol ritme
Pasien dengan atau tanpa gangguan jantung diterapi dengan beta bloker.Pasien
dengan AF tanpa gangguan jantung yang gagal dengan beta bloker, dapat
a. Indikasi
Terapi pada penyakit saluran pernafasan akut dan kronik yang disertai
b. Mekanisme kerja
c. Farmakologi
urin dalam bentuk tidak berubah. Waktu paruh eliminasi 8,8 jam.
d. Dosis
e. Efek samping
a. Indikasi
b. Mekanisme kerja
beta adrenergik.
c. Farmakokinetik
Onset action oral 2 hari – 3 mg, IV: mungkin lebih cepat. Durasi setelah
d. Dosis
Fibrilasi atrial berulang oral: awal 10mg/kg/hari selama 14 hari, diikuti 300
e. Efek Samping
alergi,dispnea,eosinofilia.
a. Indikasi
(terbatas pada pasien tanpa gagal jantung atau fraksi ereksi < 40%).
b. Mekanisme kerja
Menghambat ion kalsium ketika memasuki saluran lambat atau area sensitif
angina vasospastik.
c. Farmakokinetik
Onset 30-50 menit. Puncak efek : 6-12 jam. Durasi: 24 jam. Diabsorpsi
bentuk metabolit.
d. Dosis
mg sekali sehari.
e. Efek Samping
4%); SSP: sakit kepala (7,3%), pusing (1-3%)fatigue (4%), palpitasi (1-
multiforma,dermatitis eksfoliatif.
a. Indikasi
plasmin terhadap fibrin ; inhibisi terhadap plasmin ini sangat terbatas pada
tingkat tertentu.
c. Farmakokinetika
protein yang lemah. Berdifusi ke plasenta dan air susu. Waktu paruh
berubah.
d. Efek samping
a. Indikasi
efektif terendah.
b. Mekanisme kerja
ginjal dan pengurangan aliran tonus simpatis dari pusat vasomotor pada
c. Farmakokinetaka
fumarat sekitar 20%. Ikatan dengan protein serum sekitar 30%. Konsentrasi
puncak plasma pada dosis 5-20 mg terjadi dalam 2-4 jam, dan nilai puncak
eliminasi plasma adalah 9-12 jam dan sedikit lebih lama pada penderita
fumarat dieliminasi melalui ginjal dan bukan ginjal, sekitar 50% dari dosis,
tetap dalam bentuk utuh di urin dan sisanya dalam bentuk metabolit tidak
d. Dosis
20 mg 1 x sehari.
a. Indikasi
b. Meknisme kerja
dengan reseptor protein yang spesifik dalam sitoplasma sel jaringan dan
steroid.
c. Farmakokinetika
Pemberian oral : absorpsi cepat, efek puncak tercapai dalam 1-2 jam. Onset
pemberian (IV atau IM dan tergantung luasnya suplai darah pada tempat
d. Dosis
e. Efek samping
b. Mekanisme kerja
yang poten dan memiliki efek alfa 1 yang lemah, jadi tidak terlalu
c. Farmakokinetika
urin (metabolit).
d. Dosis
e. Efek Samping
a. Indikasi
b. Mekanisme kerja
melalui iritasi lokal mukosaatau kerja yang lebih selektif pada plexus saraf
feses. Beberapa obat ini dapat secara langsungmerangsang sekresi ion usus
aktif.
c. Farmakokinetik
dinding usus. Defekasi terjadi setelah lebih kurang 7 jam, pada penggunaan
d. Dosis
sebelum operasi :dewasa : 2-4 tablet pada malam hari sebelum operasi dan
e. Efek samping
Kram dan nyeri perut, reaksi alergi, angioedema dan reaksi anafilaktoid.
a. Indikasi
infeksi – infeksi yang serius pada: susunan saraf pusat (meningitis); saluran
b. Mekanisme kerja
c. Farmakokinetik
Oral tidak diabsorpsi, Ikatan protein <30%, waktu paruh 1,5-3 jam, penyakit
d. Dosis
e. Efek Samping
kulit gatal.
a. Indikasi
Injeksi ketorolac diindikasikan untuk terapi jangka pendek pada rasa sakit
b. Mekanisme kerja
1 & COX-2.
c. Farmakokinetik
Ketorolac adalah suatu NSAID yang memiliki aktifitas anti-inflamasi,
waktu paruh 2-6 jam. Kadar steady state plasma dicapai setelah diberikan
dosis tiap 6 jam dalam sehari. Ketorolac diekskresikan melalui urin rata-rata
sebesar 91.4% dan sisanya rata-rata sebesar 6.1% diekskresikan melalui feses.
d. Dosis
Dosis ketorolac untuk pasien dibawah umur 65 tahun adalah 30 mg tiap 6 jam
tidak boleh lebih dari 120 mg. Untuk pasien dengan gangguan ginjal dan
e. Efek samping
a. Indikasi
Ranitidin injeksi diindikasikan untuk pasien rawat inap di rumah sakit dengan
keadaan hipersekresi patologis atau ulkus 12 jari yang sulit diatasi atau
sebagai pengobatan alternatif jangka pendek pemberian oral pada pasien yang
b. Mekanisme kerja
gastrin serum.
c. Farmakokinetika
hepatik, waktu paruh eliminasi oral 2,5 – 3jam IV: 2-2,5 jam.
d. Dosis
Dosis rujukan terapi injeksi dari ranitidin adalah 2 – 4 mg/ kgBB tiap 6 – 8
jam, maksimal 50 mg/ hari. Ranitidin bekerja untuk waktu 8-12 jam.
e. Efek samping
Efek samping dari ranitidin adalah diare, nyeri otot, pusing, dan timbul ruam
kulit.
a. Indikasi
tulang dan sendi, infeksi intra abdominal, infeksi saluran kemih dan
infeksi cedera diotak karena ceftiakson dapat menembus sawar darah otak .
b. Mekanisme kerja
Menghambat sintesis dinding sel bakteri dengan berikatan dengan satu atau
akan mengalami lisis karena aktivitas enzim autolitik (autolisin dan murein
c. Dosis
Biasa Dosis harian 1000-2000 mg/ hari untuk pemberian intravena atau
pada sifat dan keparahan infeksi. Untuk infeksi yang disebabkan oleh
4000mg/ hari, dalam rangka mencapai lebih dari 90% pencapaian target.
d. Efek samping
Efek samping dari ceftriakson adalah reaksi kulit, sakit kepala, pusing,
a. Indikasi
b. Mekanisme kerja
inhibitor ACE.
c. Farmakokinetika
95%, T1/2 : 6 jam Tmax: 2-4 jam. Ekskresi: feses(83%) urin (13%).
d. Dosis
e. Efek Samping
PENATALAKSANAAN UMUM
Nama : NU
RM : 00.57.24.56
Agama : Islam
Suku : Mandailing
Berat Badan : 65 kg
Status : Jamkesmas
Pasien masuk RSUP H. Adam Malik Medan pada hari Kamis 03April
bulan ini dan semakin memberat sejak 3 hari terkahir. Riwayat suara serak sejak 1
tahun terakhir dan semakin lama semakin parah sehingga suara hampir hilang,
kimia klinik yang meliputi faal ginjal, faal hati, darah lengkap, elektrokardiografi
Tabel 3.1.PemeriksaanFisik
Tanggal HR RR
Sensoriu BP
Pemeriksaa (kali/menit) (kali/menit) T (oC)
m (mmHg)
n
04-10-2013 Cm 180/90 92 28 36,9
05-10-2013 Cm 170/90 92 28 36,9
06-10-2013 Cm 116/66 127 24 36,5
07-10 2013 Cm 125/80 77 20 36,4
08-10-2013 Cm 150/70 96 20 36,8
09-10-2013 Cm 110/70 70 18 36,7
10-10-2013 Cm 110/70 70 18 36,3
11-10-2013 Cm 115/70 71 18 36,7
Keterangan: cm = compos mentis (sadar penuh), BP = blood pressure, HR =
heart rate, RR = respiratory rate, T = temperature
3.3.2Laringoskopic indirect
Massa di daerah glotis, warna kemerahan, pita suara tidak dapat dilihat.
Dilakukan pada tanggal 4 Oktober 2013, dengan hasil hipertensi stage II.
b. Patologi klinik
penunjang dari laboratorium kimia klinik sebanyak dua kaliyaitu pada tanggal 3
dan 8 Oktober 2013 (ginjal, metabolisme karbohidrat, elektrolit, hematologi),
tanggal 4 dan 8 Oktober 2013 (hati dan gas darah). Hasil pemeriksaan patologi
c. Laringoskopic Optic
epiglotis normal, massa tampak didaerah glotis warna kemerahan dan pita suara
Diagnosa :susp.CancerLaring.
d. Elektrokardigram (EKG)
abu-abu putih.
3.4 Diagnosis
3.5 Terapi
Keterangan :
Infus RL : Infus Ringer Laktat
Infus NaCl : Infus Natrium Klorida
i.v : Intra Vena
p.o : Per Oral
i.r : Intra Rektal
Supp : Suppositoria
BAB IV
PEMBAHASAN
Pasien masuk RSUP H. Adam Malik Medan pada hari Kamis 3 Oktober
bulan ini dan semakin memberat sejak 3 hari terkahir. Riwayat suara serak sejak 1
tahun terakhir dan semakin lama semakin parah sehingga suara hampir hilang,
kimia klinik yang meliputi faal ginjal, faal hati, darah lengkap, elektrokardiografi
adalah:
Objektif (O) :
Palnning (P): konsultasi internal untuk tekanan darah dan anestesi untuk rencana
trakeostomi
Barcode pasien sudah sesuai dengan nama, tangggal lahir dan nomor RM.
Pada cancer laringgejala yang sering terjadi suara parau, sesak nafas, rasa nyeri di
tenggorok, disfagia, batuk dan benjolan dileher. Pasien mengalami gejala yang
sama yakni, suara parau, sesak nafas. Pemeriksaan penunjang yang telah
dilakukan adalah:
f. Laringoskopic indirect :Massa di daerah glotis, warna kemerahan, pita suara
103/mm3).
stage II.
Oktober 2013 tampak epiglotis normal, massa tampak didaerah glotis warna
kemerahan dan pita suara tidak dapat dilihat. Diagnosa :suspect cancer laring
valsartan.
Infus ringer laktat diindikasikan untuk jalan obat masuk ke dalam tubuh
pasien. Salah satu tujuan penggunaan infus adalah memberikan jalan masuk untuk
pemeliharaan asma.
leukosit pasien diatas normal yaitu 19.72 x 103/mm3 (Normal: 4.5-11 x 103/mm3),
golongan sefalosporin generasi ketiga yang yang dapat mengobati infeksi yang
disebabkan oleh bakteri gram positif dan gram negatif (Depkes R.I., 2007). Maka
atihipertensi lain.
c. Pengkajian Tepat Obat
obat.
Infus ringer laktat diindikasikan untuk jalan obat masuk ke dalam tubuh
pemberian infus ringer laktat yang mengandung natrium ini harus diperhatikan,
bekerja cepat, spesifik dan reversibel melalui pengurangan kadar ion hidrogen
pemberian, saat pemberian dan interval dosis. Kajian ketepatan dosis dapat
Tabel 4.2 Dosis obat-obatan yang digunakan pasien pada tanggal4 dan 5 Oktober
2013
Sediaan Rute Lama Saat
Rejimen Interval
Jenis obat Kekua- Pembe- Pemb- Pemb-
Bentuk Dosis pemberian
tan rian erian erian
2-3
O2 - - i.v - - -
liter/menit
Karena
digunakan Tergan-
sebagai tung
500 mL/ Sebelum
2,5 mL/kg jalan obat dosis
botol pengg-
BB/jam maka tetap indivi-
Injeksi RL Infus (Pramu- i.v dual
unaan
(Pramudia- digunkan obat i.v
dianto, (Pramudi
nto, 2011) selama lainny.
2011) -anto,
penggunaan
2011)
obat iv
lainnya
Pagi
Dosis lazim hari
7-14
BB>50 kg: (pukul
12 jam hari
Injeksi 1000 1000 – 2000 07
Seftriakson i.v (Anderson, (Depkes
mg mg/hari AM;03
et al.,2002) RI,
(Anderson, PM)
2007)
et al.,2002) (Tatro,
2003)
5ml/ Diberi-
1-6 mg/ 4- Setiap 4-6
Deksamet- ampul kan
Injeksi 6jam (Tatro, i.v jam (Tatro, -
ason (Tatro, sesudah
2003) 2003)
2003) makan
Dosis lazim
5
Hipertensi :
mg/table Setiap 24 Selama
dosis awal 5
t jam 7-14 Diberi-
mg sekali
(Farma- (Farmako- hari kan
Amlodipin Tablet sehari, dosis p.o
-kologi logi & (Depkes pada
maksimum
& Terapi, RI, pagi hari
10 mg
Terapi, 2007) 2007).
sekali
2007)
sehari.
Penye-
80 mg Dosis lazim: suaian
Setiap 12 Diberi-
/tablet 80-320mg/ dapat
atau 24 jam kan
(Farma- hari dilaku-
(Farmako- sebelum
Valsartan Tablet kologi (Farmako- p.o kan
logi & atau
& logi & tergantu
Terapi, sesudah
Terapi, Terapi, ng
2007) makan
2007) 2007) respon
pasien
50 mg/ Dosis lazim Setiap 12 2 Diberi-
Ranitidin Injeksi i.v
ampul untuk jam (Depkes minggu kan
dewasa 50 R.I., 2007) (Depkes sebelum
mg setiap R.I, atau
12 jam 2007) sesudah
(Depkes makan
R.I., 2007).
Infus ringer laktat dengan kekuatan sediaan 500 mL/botol. Menurut
MIMS2012, dosis Infus rnger laktat adalah 2,5 mL/kg BB/jam. Perhitungan dosis
ini berlaku bila pasien menjalani puasa sehingga untuk mencegah terjadinya
dehidrasi maka dosis perlu disesuaikan. Dalam hal ini, infus RL hanya digunakan
sebagai jalan obat sehingga tidak diperlukan perhitungan dosis. Dosis yang
lambat 3-5 menit. Dosis pemberian pada pasien 1000 mg/12 jam sudahsesuai
lazim untuk dewasa 1-6mg tiap 4-6jam. Dosis yang diterima pasien 5mg setiap 8
jam. Jika ditinjau dari dosis lazim untuk deksametason, interval pemberian
dewasa 2,5-10 mg per hari dengan interval pemberian setiap 12 atau 24 jam.
Dosis yang diterima pasien 5 mg untuk 24 jam. Jika ditinjau dari dosis lazim
dewasa 80-320mg per hari dengan interval pemberian setiap 24 jam. Dosis yang
diterima pasien 80 mg/24 jam. Jika ditinjau dari dosis lazim valsartan, maka dosis
lazim untuk dewasa50 mg setiap 12 jam. Dosis pemberian pada pasien 50mg/12
Setiap obat memiliki efek samping dan interaksi obat yang tidak diinginkan
dalam terapi sehingga pengkajian terhadap efek samping dan interaksi obat oleh
pasien. Efek samping dan interaksi. Adapun obat-obat yang digunakan pasien
pada tanggal 4 dan 5 Oktober 2013 adalah infus RL, seftriakson, deksametason,
ranitidin, amlodipin dan valsartan.Efek samping dan interaksi obat dapat dilihat
Tabel 4.3 Efek Samping dan Interaksi Obat pada tanggal 4 dan 5Oktober 2013
Jenis Obat Efek Samping Interaksi obat
Komplikasi lokal biasanya dapat dilihat pada Obat-Hasil lab:
atau disekitar lokasi penyisipan atau terjadi Tidak ada obat yang
Infus RL sebagai hasil kegagalan mekanis. berinteraksi
Komplikasi ini adalah lebih umum
dibanding komplikasi yang sistemik.
Komplikasi sistemik adalah terjadi di dalam Obat-Makanan:-
sistem pembuluh (Philips, 2005)
Gangguan gastrointestinal, reaksi kulit, sakit
kepala, pusing, dan nyeri di tempat suntikan, Obat-Obat:-
Injeksi seftriakson
peningkatan BUN, SGOT, SGPT, nyeri pada
tempat injeksi (Pramudianto, 2011, ISO,
2011).
Tukak lambung, aritmia, bradikardia, henti
jantung, kardiomiopati, CHF, kolaps
sirkulasi, edema, hipertensi, ruptur
miokardial (post-MI), syncope,
tromboembolisme, depresi, instabilitas
Injeksi
emosional, euforia, sakit kepala,
deksametason
peningkatan tekanan intracranial, insomnia,
malaise, neuritis, pseudotumor cerebri,
perubahan psikis, kejang, vertigo, akne,
dermatitis alergi, alopecia, angioedema, kulit
kering, erythema, kulit pecah-pecah,
hirsutism, nefrotoksisitas, hiperopigmentasi,
hypertrichosis, perianal pruritus (pemberian
IV).
Tabel 4.3 (Lanjutan)
Jenis Obat Efek Samping Interaksi obat
Kardiovaskular: palpitasi, peripheral edema,
syncope, takikardi, bradikardi, dan aritmia,
sakit kepala, pusing, dan kelelahan,
Tablet amlodipin dermatitis, rash, pruritus, dan urtikaria,
mual, nyeri perut, kram, dan tidak nafsu
makan. Efek pada saluran pernafasan: nafas
menjadi pendek-pendek, dyspnea, dan
wheezing(Depkes RI, 2007).
pusing, hipotensi orthostatik yang
berhubungan dengan dosis, yang mungkin
Tablet valsartan terjadi secara khusus pada pasien yang
kekurangan volume); kerusakan ginjal. Efek
lainnya yang agak jarang: ruam, angioedema
(Depkes RI, 2007).
Sakit kepala, fatigue, pusing, insomnia,
Injeksi ranitidin halusinasi, depresi, rash, mual, diare,
konstipasi, agranulositosis (Depkes R.I,
2007).
f. Kesimpulan
i. PPSOR terlampir
Objektif (O) :
Assessment(A):
dosis lazim.
Planning (P):
pasien.
untuk pasien.
dengan penggunaan obat melalui konseling, informasi obat dan edukasi kepada
pasien saat visite. Konseling, informasi dan edukasi kepada pasien dapat dilihat
Respon.
Oktober 2013 tampak epiglotis normal, massa tampak didaerah glotis warna
kemerahan dan pita suara tidak dapat dilihat. Diagnosa :cancer laring.
103/mm3).
adalah O2, Infus RL, infus NaCl 0,9%, seftriakson, asam traneksamat, amiodaron,
Berdasarkan hasil pemeriksaan fisik awal pasien masuk (tabel 3.1), pasien
memiliki tekanan darah 116/66mmHg dan denyut nadi 127 kali/menit. Pasien
Infus ringer laktat dan infus NaCl 0,9% sudah tepat indikasi, karena untuk
jalan masuk obat. Salah satu tujuan penggunaan infus adalah memberikan jalan
masuk untuk pemberian obat-obatan ke dalam tubuh (Lab. Keterampilan Medik,
2013).
mengobati infeksi yang disebabkan oleh bakteri gram positif dan gram negatif.
fibrilasi atrial.Amiodaron adalah antiaritmia kelas III, obat ini banyak digunakan
dan efektif sebagai terapi akut maupun jangka panjang, pada penatalaksanaan
Infus ringer laktat dan NaCl 0,9%sudah tepat obat, diindikasikan untuk jalan
obat masuk ke dalam tubuh pasien. pada kondisi pasien yang didiagnosa
menderita hipertensi, pemberian infus ringer laktat yang mengandung natrium ini
Pemberian injeksi ketorolac sudah tepat obat sebagai analgetik, pasien pasca
spesifik dan reversibel melalui pengurangan kadar ion hidrogen cairan lambung
(Hardjosaputra, 2008).
pemberian, saat pemberian dan interval dosis. Kajian ketepatan dosis dapat
Tabel 4.7 Dosis obat-obatan yang digunakan pasien pada tanggal6 Oktober 2013
Sediaan Interval
Rute Lama Saat
Rejimen pember-
Jenis obat Kekua- Pemb- Pember- Pember-
Bentuk Dosis ian
tan erian ian ian
3-4
O2 - - liter/men i.v - 24 jam -
it
Karena
digunakan
sebagai Tergant-
Sebelum
jalan obat ung dosis
500 2,5 pengguna-
Ringer maka tetap indivdual
Infus mL/bot mL/kg i.v an obat i.v
Laktat digunakan (Pramud-
ol BB/jam lainnya
selama ianto,
pengguna- 2011)
an obat iv
lainnya
MIMS2012, dosis Infus rnger laktat adalah 2,5 mL/kg BB/jam. Perhitungan dosis
ini berlaku bila pasien menjalani puasa sehingga untuk mencegah terjadinya
dehidrasi maka dosis perlu disesuaikan. Dalam hal ini, infus RL hanya digunakan
sebagai jalan obat sehingga tidak diperlukan perhitungan dosis. Dosis yang
Dalam hal ini, infus NaCl 0,9% hanya digunakan sebagai jalan obat, maka dosis
lambat 3-5menit. Dosis pemberian pada pasien 1000mg/12 jam sudah tepat sesuai
adalah 500mg/ 8 jam. Dengan demikian pemberian asam traneksamat sudah tepat
dosis.
800 mg/24 jam, dosis yang diberikan pada pasien adalah 600 mg/24 jam. Dengan
ml, dipakai spuit 50 ml, jadi 250 mg/50 ml= 5 mg/ml = 5000mcg/ml. Jadinya
lazim untuk dewasa50 mg setiap 12 jam. Dosis pemberian pada pasien 50mg/12
lazim untuk dewasa 10-30 mg setiap 4-6 jam maksimum 120 mg per hari
30 mg/6 jam, akan tetapi melihat kondisi pasien yang tidak mengalami nyeri hebat
maka pemberian injeksi ketorolac 30 mg/8 jam tepat dosis. Pemberian injeksi
Setiap obat memiliki efek samping dan interaksi obat yang tidak diinginkan
dalam terapi sehingga pengkajian terhadap efek samping dan interaksi obat oleh
pasien. Efek samping dan interaksi obat infus RL, infus NaCl 0,9%, seftriakson,
f. Kesimpulan
i. PPSOR terlampir
Assessment(A):
Planning (P):
pasien.
dengan penggunaan obat melalui konseling, informasi obat dan edukasi kepada
pasien saat visite. Konseling, informasi dan edukasi kepada pasien dapat dilihat
4.1.3Pembahasan Tanggal7Oktober2013
Barcode pasien sudah sesuai dengan nama, tangggal lahir dan nomor RM.
103/mm3).
warna kemerahan dan pita suara tidak dapat dilihat. Diagnosa :cancer
laring.
Infus ringer laktat diindikasikan untuk jalan obat masuk ke dalam tubuh
pasien. Salah satu tujuan penggunaan infus adalah memberikan jalan masuk untuk
leukosit pasien diatas normal yaitu 19.72 x 103/mm3 (Normal: 4.5-11 x103/mm3),
golongan sefalosporin generasi ketiga yang yang dapat mengobati infeksi yang
disebabkan oleh bakteri gram positif dan gram negatif. Maka penggunaan
Infus ringer laktat dan NaCl 0,9 % sudah tepat obat, diindikasikan untuk
jalan obat masuk ke dalam tubuh pasien. pada kondisi pasien yang didiagnosa
menderita hipertensi, pemberian infus ringer laktat yang mengandung natrium ini
harus diperhatikan, karena kelebihan natrium dapat memperburuk keadaan
Pemberian Injeksi ketorolac sudah tepat obat sebagai analgetik, pasien pasca
spesifik dan reversibel melalui pengurangan kadar ion hidrogen cairan lambung
(Hardjosaputra, 2008).
pemberian, saat pemberian dan interval dosis. Kajian ketepatan dosis dapat
MIMS2012, dosis Infus rnger laktat adalah 2,5 mL/kg BB/jam. Perhitungan dosis
ini berlaku bila pasien menjalani puasa sehingga untuk mencegah terjadinya
dehidrasi maka dosis perlu disesuaikan. Dalam hal ini, infus RL hanya digunakan
sebagai jalan obat sehingga tidak diperlukan perhitungan dosis. Dosis yang
lazim untuk dewasa 1000-2000 mg/12 jam. Pemberian intravena secara lambat 3-
5 menit. Dosis pemberian pada pasien 1000 mg/12 jam sudah tepat sesuai dengan
dosis lazim.
adalah 500mg/ 8 jam. Dengan demikian pemberian asam traneksamat sudah tepat
dosis.
lazim untuk dewasa50 mg setiap 12 jam. Dosis pemberian pada pasien 50mg/12
lazim untuk dewasa 10-30 mg setiap 4-6 jam maksimum 120 mg per hari
30 mg/6 jam, akan tetapi melihat kondisi pasien yang tidak mengalami nyeri hebat
maka pemberian injeksi ketorolac 30 mg/8 jam tepat dosis. Pemberian injeksi
ketorolac dengan dosis 30 mg/8 jam bila diperlukan sudah tepat dosis.
Setiap obat memiliki efek samping dan interaksi obat yang tidak diinginkan
dalam terapi sehingga pengkajian terhadap efek samping dan interaksi obat oleh
pasien. Efek samping dan interaksi obat Infus RL, seftriakson, asam traneksamat,
ketorolac dan ranitidin. Efek samping dan interaksi obat dapat dilihat pada Tabel
4.13.
Tabel 4.13Efek Samping dan Interaksi Obat Tanggal 7 Oktober 2013
Jenis Obat Efek Samping Interaksi obat
Komplikasi lokal biasanya dapat dilihat pada Obat-Hasil lab:
atau disekitar lokasi penyisipan atau terjadi Tidak ada obat yang
Infus RL sebagai hasil kegagalan mekanis. berinteraksi
Komplikasi ini adalah lebih umum
dibanding komplikasi yang sistemik.
Komplikasi sistemik adalah terjadi di dalam Obat-Makanan:-
sistem pembuluh (Philips, 2005)
Gangguan gastrointestinal, reaksi kulit, sakit
Injeksi
kepala, pusing, dan nyeri di tempat suntikan, Obat-Obat:-
seftriakson
peningkatan BUN, SGOT, SGPT, nyeri pada
tempat injeksi (ISO, 2011).
Injeksi asam Sakit kepala, mual, muntah, diare, dan
traneksamat pusing. (Depkes RI, 2007).
Sakit kepala, pusing, cemas, depresi, sulit
konsentrasi, mual, diare, konstipasi, sakit
lambung, perasaan kenyang, muntah,
Injeksi ketorolac
kembung, luka lambung, tidak ada nafsu
makan, sampai pendarahan lambung &
saluran pembuangan, sakit di daerah tempat
penyuntikan (Depkes RI, 2007)
Aritmia, bradikardia, sakit kepala, fatigue,
pusing, insomnia, halusinasi, depresi, rash,
Injeksi ranitidin
mual, diare, konstipasi, agranulositosis
(Tatro, 2003).
f. Kesimpulan
i. PPSOR terlampir
Assessment (A) :
Masalah 1. Pemberian antibiotik kepada pasien tidak dilakukan uji kultur.
Planning (P):
pasien.
dengan penggunaan obat melalui konseling, informasi obat dan edukasi kepada
pasien saat visite. Konseling, informasi dan edukasi kepada pasien dapat dilihat
Barcode pasien sudah sesuai dengan nama, tangggal lahir dan nomor
peningkatan BUN 53,40 mg/dl (normal <50 mg/dl), SGOT 39 U/L (normal <
Oktober 2013 tampak epiglotis normal, massa tampak didaerah glotis warna
kemerahan dan pita suara tidak dapat dilihat. Diagnosa :cancer laring.
ritme.
Infus ringer laktat sudah tepat indikasi, karena untuk jalan masuk obat.
Salah satu tujuan penggunaan infus adalah memberikan jalan masuk untuk
mengobati infeksi yang disebabkan oleh bakteri gram positif dan gram negatif.
saluran nafas, infeksi kulit dan jaringan lunak, infeksi saluran urin, abdomen,
disertai dengan sekresi bronkus yang abnormal, terutama pada bronkitis kronik
Infus ringer laktat sudah tepat obat, diindikasikan untuk jalan obat masuk ke
dalam tubuh pasien. pada kondisi pasien yang didiagnosa menderita hipertensi,
pemberian infus ringer laktat yang mengandung natrium ini harus diperhatikan,
oleh pasien.
pada tekanan darah sistol 140–159 mmHg atau tekanan darah diastol 90–99
mmHg.
pasca trakeostomi. Ketorolac termasuk golongan obat AINS dengan kerja sebagai
spesifik dan reversibel melalui pengurangan kadar ion hidrogen cairan lambung
(Hardjosaputra, 2008).
Pemberian sirup ambroksol sudah tepat obat, digunakan sebagai obat batuk.
2007).
pemberian, saat pemberian dan interval dosis. Kajian ketepatan dosis dapat
Tabel 4.17Dosis obat-obatan yang digunakan pasien pada tanggal8 Oktober 2013
Sediaan Rute Interval Lama Saat
Rejimen
Jenis obat Keku- Pembe- pemberian Pember- Pembe-
Bentuk Dosis
atan rian ian rian
Karena Tergant
digunakan ung
500 2,5 mL/kg
sebagai jalan Sebelum dosis
mL/botol BB/jam
obat maka tetap pengguna- indivi-
Infus RL Infus (Pramudi- (Pramudi- i.v digunakan an obat i.v dual
anto, anto, selama lainnya (Pramu-
2011) 2011) penggunaan dianto,
obat i.v lainnya
2011)
Tabel 4.17 (Lanjutan)
Sediaan Rute Interval Lama Saat
Rejimen
Jenis obat Pemb- pemberian Pember- Pembe-
Bentuk Kekuatan Dosis
erian ian rian
Disesuaik
0,5g-1,0g an dengan
Setiap 8 jam
Asam 500 (Sweet- keadaan
Injeksi i.v (Sweetman, -
traneksamat mg/vial man, penyakit
2007)
2007) (Sweetm-
an, 2007)
Dosis Pagi
lazim BB: hari
>50 kg (pukul
12 jam 7-14 hari
Injeksi 1000 – 07
Seftriakson 1000mg i.v (Anderson, et (Depkes
2000mg/ AM;03
hari al.,2002) RI, 2007)
PM)
(Anderson, (Tatro,
et al.,2002) 2003)
Sesuai
dengan
80 3– 5 aturan
Setiap 8 jam
mg/ampul mg/kg iv pada
(Hardjosapu-
Gentamisin Injeksi (Depkes BB/ dosis (Martin, pemberian -
tra, P. dkk.
R.I., (Martin, 2009) dosis
2008)
2007) 2009) (Depkes
R.I.,
2007)
5 Dosis Diberi-
Bisoprolol Tablet p.o 24 jam -
mg/tablet Lazim kan
untuk pada
dewasa pagi
:2,5-5 mg hari
sehari
Dosis 30 menit
lazim 10- sebelum
30 mg mengi-
mak- Setiap 4-6 jam 5 hari nginkan
30mg/
Ketorolac Injeksi simum i.v (Sweetman, (Sweetma efek
ampul
120 mg 2007) n, 2007) analge-
per hari sik
(Sweetm- (Tatro,
an, 2007) 2003)
Dosis
lazim Diberi-
Lama
untuk kan
pemberian
50 mg/ dewasa 50 sebelum
Ranitidin Injeksi i.v Setiap 12 jam 2 minggu
ampul mg atau
(Depkes
(Depkes sesudah
R.I, 2007)
R.I., makan
2007)
Dosis
Dibagi
lazim
oral dalam 2-
dewasa Setiap 8 jam 7 hari
Sirup 60 (Sweet 3 dosis
Ambroksol 60-120 (Depkes R.I, (Sweetma
ml/botol man, (Sweet
mg/hari 2007) n, 2007)
2007 man,
(Sweetm-
2007)
an, 2007)
MIMS2012, dosis Infus rnger laktat adalah 2,5 mL/kg BB/jam. Perhitungan dosis
ini berlaku bila pasien menjalani puasa sehingga untuk mencegah terjadinya
dehidrasi maka dosis perlu disesuaikan. Dalam hal ini, infus RL hanya digunakan
sebagai jalan obat sehingga tidak diperlukan perhitungan dosis. Dosis yang
lambat 3-5menit. Dosis pemberian pada pasien 1000 mg/12 jam sudah tepat sesuai
pasien sudah tepat dosis karena masih berada pada range dosis lazim.
adalah 500mg/ 8 jam. Dengan demikian pemberian asam traneksamat sudah tepat
dosis.
untuk dewasa:2,5-5 mg sehari, dosis yang diberikan pada pasien adalah 2,5 mg/
lazim untuk dewasa 10-30 mg setiap 4-6 jam maksimum 120 mg per hari
30 mg/6 jam, akan tetapi melihat kondisi pasien yang tidak mengalami nyeri hebat
maka pemberian injeksi ketorolac 30 mg/8 jam tepat dosis. Pemberian injeksi
ketorolac dengan dosis 30 mg/8 jam bila diperlukan sudah tepat dosis.
lazim untuk dewasa50 mg setiap 12 jam. Dosis pemberian pada pasien 50mg/12
per hari satu sendok makan, artinya satu hari dosisnya 135 mg. Dosis lazim
ambroksol untuk dewasa adalah 60–120 mg per hari dalam 2–3 dosis terbagi
(Depkes R.I., 2007). Dosis pemberian ambroksol 135 mg/hari tidak tepat dosis.
Dulcolax supp dengan kekuatan 10 mg, dosis untuk persiapan diagnostik
1 kali pada pagi hari. Dosis dulcolax supp sudah tepat dosis.
Setiap obat memiliki efek samping dan interaksi obat yang tidak diinginkan
dalam terapi sehingga pengkajian terhadap efek samping dan interaksi obat oleh
pasien. Efek samping dan interaksi obat adalah Infus RL, seftriakson, gentamisin,
f. Kesimpulan
i. PPSOR terlampir
plasma gentamisin
nefrotoksisitas.
Masalah4. Pemberian antibiotik dapat menyebakan peningkatan BUN, SGOT
dan SGPT.
Planning (P):
pasien.
dengan penggunaan obat melalui konseling, informasi obat dan edukasi kepada
pasien saat visite. Konseling, informasi dan edukasi kepada pasien dapat dilihat
4.1.5Pembahasan Tanggal9-11Oktober2013
Objektif(O) :
Pemeriksaan tanggal 9 Oktober 2013:
Barcode pasien sudah sesuai dengan nama, tangggal lahir dan nomor
peningkatan BUN 53,40 mg/dl (normal <50 mg/dl), SGOT 39 U/L (normal <
Oktober 2013 tampak epiglotis normal, massa tampak didaerah glotis warna
kemerahan dan pita suara tidak dapat dilihat. Diagnosa :cancer laring.
iv. Elektrokardiogram: pada tanggal 8 Oktober 2013kesimpilan normal sinus
ritme.
ranitidindan ambroksol.
Infus ringer laktat sudah tepat indikasi, karena untuk jalan masuk obat.
Salah satu tujuan penggunaan infus adalah memberikan jalan masuk untuk
untuk mengobati infeksi yang disebabkan oleh bakteri gram positif dan gram
saluran nafas, infeksi kulit dan jaringan lunak, infeksi saluran urin, abdomen,
disertai dengan sekresi bronkus yang abnormal, terutama pada bronkitis kronik
Infus ringer laktat sudah tepat obat, diindikasikan untuk jalan obat masuk ke
dalam tubuh pasien. pada kondisi pasien yang didiagnosa menderita hipertensi,
pemberian infus ringer laktat yang mengandung natrium ini harus diperhatikan,
oleh pasien.
Pemberian injeksi ketorolac sudah tepat obat sebagai analgetik, pasien pasca
spesifik dan reversibel melalui pengurangan kadar ion hidrogen cairan lambung
(Hardjosaputra, 2008).
Pemberian sirup ambroksol sudah tepat obat, digunakan sebagai obat batuk.
pemberian, saat pemberian dan interval dosis. Kajian ketepatan dosis dapat
MIMS2012, dosis Infus rnger laktat adalah 2,5 mL/kg BB/jam. Perhitungan dosis
ini berlaku bila pasien menjalani puasa sehingga untuk mencegah terjadinya
dehidrasi maka dosis perlu disesuaikan. Dalam hal ini, infus RL hanya digunakan
sebagai jalan obat sehingga tidak diperlukan perhitungan dosis. Dosis yang
lambat 3-5menit. Dosis pemberian pada pasien 1000 mg/12 jam sudah tepat sesuai
untuk pasien yaitu 80 mg /12 jam (190 mg/hari), jadi pemberian gentamisin pada
pasien sudah tepat dosis karena masih berada pada range dosis lazim.
adalah 500mg/ 8 jam. Dengan demikian pemberian asam traneksamat sudah tepat
dosis.
lazim untuk dewasa 10-30 mg setiap 4-6 jam maksimum 120 mg per hari
30 mg/6 jam, akan tetapi melihat kondisi pasien yang tidak mengalami nyeri hebat
maka pemberian injeksi ketorolac 30 mg/8 jam tepat dosis. Pemberian injeksi
ketorolac dengan dosis 30 mg/8 jam bila diperlukan sudah tepat dosis.
lazim untuk dewasa50 mg setiap 12 jam. Dosis pemberian pada pasien 50mg/12
per hari satu sendok teh, artinya satu hari dosisnya 135 mg. Dosis lazim
ambroksol untuk dewasa adalah 60–120 mg per hari dalam 2–3 dosis terbagi
(Depkes R.I., 2007). Dosis pemberian ambroksol 135 mg/hari tidaktepat dosis.
Setiap obat memiliki efek samping dan interaksi obat yang tidak diinginkan
dalam terapi sehingga pengkajian terhadap efek samping dan interaksi obat oleh
pasien. Efek samping dan interaksi obat Infus RL, seftriakson,gentamisin, asam
traneksamat, ketorolac, ranitidin dan ambroksol. Efek samping dan interaksi obat
Tabel 4.23Efek Samping dan Interaksi Obat Tanggal 9-11 Oktober 2013
Jenis Obat Efek Samping Interaksi obat
Komplikasi lokal biasanya dapat dilihat Obat-Hasil lab:
pada atau disekitar lokasi penyisipan atau Tidak ada obat yang
Infus RL terjadi sebagai hasil kegagalan mekanis. berinteraksi
Komplikasi ini adalah lebih umum
dibanding komplikasi yang sistemik. Obat-Makanan:-
Komplikasi sistemik adalah terjadi di
dalam sistem pembuluh (Philips, 2005) Obat-Obat:
Gangguan gastrointestinal, reaksi kulit, Gentamisim >< ketorolac
Injeksi sakit kepala, pusing, dan nyeri di tempat Meningkatkan kadar plasma
seftriakson suntikan, peningkatan BUN, SGOT, gentamisin
SGPT, nyeri pada tempat injeksi Mekanisme: NSAIDS dapat
(Pramudianto, 2011, ISO, 2011). menyebabkan akumulasi
aminoglikosida dengan
Injeksi Nefrotoksikdanotoktositas(DepkesR.I.,200 mengurangi filtrasi glomerulus.
gentamisin 7) Manajemen: Hindari kombinasi
Sakit kepala, mual, muntah, diare, dan ini jika mungkin. Jika serentak
Injeksi asam pusing (Depkes R.I., 2007). penggunaan tidak bisa
traneksamat dihindarkan, mengurangi dosis
aminoglikosida.
Sakit kepala, pusing, cemas, depresi, sulit Monitoring fungsi ginjal dan
konsentrasi, mual, diare, konstipasi, sakit kadar aminoglikosida diserum.
Injeksi lambung, perasaan kenyang, muntah, Lakukan penyesuaian dosis
ketorolac kembung, luka lambung, tidak ada nafsu aminoglikosida yang
makan, sampai pendarahan lambung & didasarkan pada parameter
saluran pembuangan, sakit di daerah dimonitor (Mosayani, 2004).
tempat penyuntikan (Depkes RI, 2007)
Sakit kepala, fatigue, pusing, insomnia, Gentamisin ><Seftriakson
Injeksi halusinasi, depresi, rash, mual, diare, Meningkatkan nefrotoksisitas.
ranitidin konstipasi, agranulositosis (Tatro, 2003). Mekanisme: yang tak dikenal.
Manajemen: monitoring kadar
Sirup Gangguan ringan pada saluran pencernaan aminoglikosida di ginjal. Jika
ambroksol dan reaksi alergi (Depkes RI, 2007) terjadi kelainan fungsi
tubuhberkenaan dengan
perkembangan ginjal, dosis
dikurangi atau menghentikan 1
atau kedua-duanya obat
(Mosayani, 2004).
f. Kesimpulan
i.PPSOR terlampir
Objektif (O) :
Pemeriksaan tanggal 9 Oktober 2013:
Temperatur(T) : 36,7oC
Assessment(A):
plasma gentamisin.
nefrotoksisitas.
dan SGPT.
Planning (P):
pasien.
b. Dilakukan koreksi (dosis dikurangi) untuk gentamisin jika diberikan
dengan penggunaan obat melalui konseling, informasi obat dan edukasi kepada
pasien saat visite. Konseling, informasi dan edukasi kepada pasien dapat dilihat
5.1 Kesimpulan
Pasien, Tepat Obat, Tepat Indikasi, Tepat Dosis dan Waspada Efek Samping pada
adalah:
Pasien, Tepat Obat, Tepat Indikasi, Tepat Dosis dan Waspada Efek samping.
Obat-obat yang dipantau dalam kasus ini adalah Iinfus RL, Infus NaCl 0,9%,
kultur.
2003).
f. Terjadi interaksi obat-obatan yang digunakan seperti injeksi gentamicin dan
g. Telah diberikan masukan dan pertimbangan kepada dokter dan perawat yang
kepada pasien.
5.2 Saran
terapi antibiotik.
Anderson, P.O., Knoben, J.E., and Troutman, W.G. (2002). Handbook of Clinical
Drug Data. Edisis Kesepuluh. New York: The McGraw-Hill Co., Inc.
Hal. 300-303, 718-719, 727-729.
Carbajo, E.V. dan Deewania, P.C. (2002). Congestive Heart Faiulure. In:
Crawford, M.H. Current Diagnosis & Treatment in Cardiology. Edisi
Kedua. Arizona: McGraw-Hill/Appleton & Lange. Hal. 356-407.
Chobania, A.V, Bakris, G.I, Balck, H.R. (2004). The seventh Report of the Joint
National committee on Prevention, Detection, Evaluation and Treatment
of High Blood Pressure. The JNC 7. U.S. Department of Health and
human services. NIH Publication.
DiPiro, Joseph T, Talbert, Robert L, Yee, Gary C., Matzke, Gary R., Wells ,
Barbara G., Posey , L. Michael. (2005). Pharmacotherapy: A
Pathophysiologic Approach. Edisi Keenam. New York: McGraw-Hill
Companies Inc. Hal. 631, 637-638.
Mycek, M.J., Harvey, A., dan Champe, P.C. (2001). Farmakologi Ulasan Bergambar.
Jakarta: Widya Medika. Hal. 153.
Phillips, L.D. (2005). Manual of I.V. Therapeutics. Edisi ke-4. Philadelphia: F.A
Davis Company. Hal. 183, 358.
Siregar, C. J.P., dan Lia, A. (2004). Farmasi Rumah Sakit: Teori dan Penerapan.
Cetakan Pertama. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC. Hal. 11.
Sukandar, E.Y. (2009). ISO Farmakoterapi. Jakarta: PT. ISFI Penerbitan. Hal. 37.
Tan, T.H., dan Raharja, K. (2002). Obat-Obatan Penting. Edisi Kelima. Cetakan
Kedua. Jakarta: PT. Elex Media Komputindo. Hal. 251, 254, 257, 268.
Tatro, D.S. (2003). Drug Interaction Facts. California: Wolters Kluwer Health.