PENDAHULUAN
masyarakat. Diare dapat disebabkan oleh virus, parasit, toksin, bakteri, bahan kimia, dan
obat-obatan. Empat jenis bakteri yang umum ditemui dalam kasus-kasus diare, yaitu
Campylobacter sp., Salmonella sp., Shigella sp., dan Escherichia coli. Kasus diare yang patut
diwaspadai di Indonesia adalah diare berdarah yang disebabkan oleh S. dysenteriae, terutama
pada anak-anak yang belum terbiasa mencuci tangan dengan sabun. (1, 2, 3, 4)
S. dysenteriae merupakan bakteri Gram negatif yang berbentuk basil dengan suhu
pertumbuhan optimum mencapai 37°C. S. dysenteriae berpindah dari penderita melalui fekal-
oral seperti melalui makanan, tangan, air yang terkontaminasi feses penderita, dan lalat.
Shigella menyerang tubuh dengan menghasilkan racun (toksin shiga) yang dapat menyerang
permukaan usus besar, menyebabkan pembengkakan, luka pada dinding usus, dan diare
berdarah. (5, 6)
untuk mengobati penyakit yang dianggap ringan seperti diare. Untuk mengobati diare,
biasanya digunakan campuran biji tanaman adas dan kulit batang pulosari dalam bentuk
jamu. Dari penelitian mengenai ekstrak etanol 70% dari kulit batang pulosari hanya
S. typhi, E. coli, dan S. dysenteriae. Untuk itulah, perlu dilakukan penelitian dari biji adas. (7,
8)
Adas yang seharusnya digunakan dalam campuran bersama dengan kulit batang pulosari
adalah adas (Foeniculum vulgare). Setelah dilakukan observasi, jenis adas yang menjadi
pilihan masyarakat Indonesia adalah adas manis (Pimpinella anisum) karena memberikan
sedikit rasa manis. Namun berdasarkan sifat kimiawinya, zat antibakteri berupa flavonoid,
saponin, dan tanin dimiliki oleh adas, sedangkan adas manis hanya memiliki saponin dan
flavonoid tipe flavonol glikosid. Selain itu, dilihat dari kandungan minyak atsiri, adas manis
Hasil penelitian sebelumnya menyebutkan bahwa ekstrak kloroform biji adas manis
konsentrasi 1% dan ekstrak etanol adas manis dapat menghambat pertumbuhan E. coli.
Setelah dilakukan uji pendahuluan pertama pada ekstrak etanol biji adas manis pada
konsentrasi 1%, 2%, 3%, 4%, dan 5%, uji pendahuluan kedua pada konsentrasi 5%, 10%,
15%, serta uji pendahuluan ketiga pada konsentrasi 5%, 25%, dan 50%. Ekstrak tersebut
mulai menghambat S. dysenteriae pada konsentrasi 25% sebesar 11,35 mm. Untuk itulah
(112,
peneliti mengambil konsentrasi penelitian pada 20%, 25%, 30%, 35%, 40%, dan 45%.
13, 14)
“Aktivitas Antibakteri Ekstrak Etanol Biji Adas Manis dalam Menghambat Pertumbuhan
Shigella dysenteriae”.
Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan masalah sebagai berikut:
1. Apakah ekstrak etanol biji adas manis (Pimpinella anisum) memiliki aktivitas antibakteri
2. Berapakah konsentrasi minimum ekstrak etanol biji adas manis (Pimpinella anisum)
dysenteriae?
4.3 Tujuan Penelitian
1. Untuk menentukan adanya aktivitas antibakteri ekstrak etanol biji adas manis
2. Untuk menentukan konsentrasi minimum ekstrak etanol biji adas manis (Pimpinella
dysenteriae.
Masyarakat diharapkan dapat menggunakan biji adas manis (Pimpinella anisum) sebagai
salah satu alternatif untuk pengobatan diare yang disebabkan oleh Shigella dysenteriae.