Anda di halaman 1dari 4

BAB I

PENDAHULUAN

4.1 Latar Belakang

Di negara berkembang seperti Indonesia, diare masih merupakan masalah kesehatan

masyarakat. Diare dapat disebabkan oleh virus, parasit, toksin, bakteri, bahan kimia, dan

obat-obatan. Empat jenis bakteri yang umum ditemui dalam kasus-kasus diare, yaitu

Campylobacter sp., Salmonella sp., Shigella sp., dan Escherichia coli. Kasus diare yang patut

diwaspadai di Indonesia adalah diare berdarah yang disebabkan oleh S. dysenteriae, terutama

pada anak-anak yang belum terbiasa mencuci tangan dengan sabun. (1, 2, 3, 4)

S. dysenteriae merupakan bakteri Gram negatif yang berbentuk basil dengan suhu

pertumbuhan optimum mencapai 37°C. S. dysenteriae berpindah dari penderita melalui fekal-

oral seperti melalui makanan, tangan, air yang terkontaminasi feses penderita, dan lalat.

Shigella menyerang tubuh dengan menghasilkan racun (toksin shiga) yang dapat menyerang

permukaan usus besar, menyebabkan pembengkakan, luka pada dinding usus, dan diare

berdarah. (5, 6)

Masyarakat Indonesia memercayakan penyembuhan dengan menggunakan obat herbal

untuk mengobati penyakit yang dianggap ringan seperti diare. Untuk mengobati diare,

biasanya digunakan campuran biji tanaman adas dan kulit batang pulosari dalam bentuk

jamu. Dari penelitian mengenai ekstrak etanol 70% dari kulit batang pulosari hanya

menghambat bakteri jenis V. cholerae dibandingkan

S. typhi, E. coli, dan S. dysenteriae. Untuk itulah, perlu dilakukan penelitian dari biji adas. (7,
8)

Adas yang seharusnya digunakan dalam campuran bersama dengan kulit batang pulosari

adalah adas (Foeniculum vulgare). Setelah dilakukan observasi, jenis adas yang menjadi
pilihan masyarakat Indonesia adalah adas manis (Pimpinella anisum) karena memberikan

sedikit rasa manis. Namun berdasarkan sifat kimiawinya, zat antibakteri berupa flavonoid,

saponin, dan tanin dimiliki oleh adas, sedangkan adas manis hanya memiliki saponin dan

flavonoid tipe flavonol glikosid. Selain itu, dilihat dari kandungan minyak atsiri, adas manis

tidak memiliki fenkon. (8, 9, 10, 11)

Hasil penelitian sebelumnya menyebutkan bahwa ekstrak kloroform biji adas manis

dihitung dari supernatan yang diperoleh dapat menghambat K. pneumoniae pada

konsentrasi 1% dan ekstrak etanol adas manis dapat menghambat pertumbuhan E. coli.

Setelah dilakukan uji pendahuluan pertama pada ekstrak etanol biji adas manis pada

konsentrasi 1%, 2%, 3%, 4%, dan 5%, uji pendahuluan kedua pada konsentrasi 5%, 10%,

15%, serta uji pendahuluan ketiga pada konsentrasi 5%, 25%, dan 50%. Ekstrak tersebut

mulai menghambat S. dysenteriae pada konsentrasi 25% sebesar 11,35 mm. Untuk itulah
(112,
peneliti mengambil konsentrasi penelitian pada 20%, 25%, 30%, 35%, 40%, dan 45%.
13, 14)

Berdasarkan uraian di atas, penulis tertarik untuk melakukan penelitian mengenai

“Aktivitas Antibakteri Ekstrak Etanol Biji Adas Manis dalam Menghambat Pertumbuhan

Shigella dysenteriae”.

4.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan masalah sebagai berikut:

1. Apakah ekstrak etanol biji adas manis (Pimpinella anisum) memiliki aktivitas antibakteri

dalam menghambat pertumbuhan S. dysenteriae?

2. Berapakah konsentrasi minimum ekstrak etanol biji adas manis (Pimpinella anisum)

yang masih memiliki aktivitas antibakteri dalam menghambat pertumbuhan S.

dysenteriae?
4.3 Tujuan Penelitian

Tujuan pnelitian ini, adalah:

1. Untuk menentukan adanya aktivitas antibakteri ekstrak etanol biji adas manis

(Pimpinella anisum) dalam menghambat pertumbuhan S. dysenteriae.

2. Untuk menentukan konsentrasi minimum ekstrak etanol biji adas manis (Pimpinella

anisum) yang masih memiliki aktivitas antibakteri dalam menghambat pertumbuhan S.

dysenteriae.

4.1 Manfaat Penelitian

Masyarakat diharapkan dapat menggunakan biji adas manis (Pimpinella anisum) sebagai

salah satu alternatif untuk pengobatan diare yang disebabkan oleh Shigella dysenteriae.

Anda mungkin juga menyukai