Anda di halaman 1dari 41

1.

Anemia
a. Pengertian
Anemia adalah penurunan kadar hemoglonbin (Hb), hematokrit atau hitung
eritrosit (red cell count) akibat pada penurunan kapasitas pengangkutan oksigen
oleh darah. Pada keadaan tertentu ketiga parameter tersebut tidak sejalan dengan
masa eritrosit, seperti pada dehidrasi, perdarahan akut, dan kehamilan. (Nurarif, et
al., 2015).
Kriteria anemia menurut WHO adalah sebagai berikut:
Kelompok Kriteria Anemia (Hb)
Laki-laki dewasa <13 g/dl
Wanita dewasa tidak hamil <12 g/dl
Wanita hamil <11 g/dl

b. Etiologi
Anemia bukanlah suatu kesatuan penyakit tersendiri (disease entity), tetapi
merupakan gejala berbagai macam penyakit dasar (underlying disease). Pada
dasarnya anemia disebabkan oleh karena: 1). Gangguan pembentukan eritrosit oleh
sumsum tulang; 2). Kehilangan darah keluar tubuh (perdarahan); 3). Proses
penghancuran eritrosit oleh tubuh sebelum waktunya (hemolisis).
c. Manifestasi Klinis
1). Manifestasi klinis yang sering muncul
a). Pusing
b). Mudah berkunang-kunang
c). Lesu
d). Aktivitas kurang
e). Rasa mengantuk
f). Susah konsentrasi
g). Cepat lelah
h). Prestasi kerja

2). Gejala khas masing-masing anemia


a). Perdarahan berulang/kronik pada anemia pasca perdarahan, anemia defisiensi
besi
b). Ikterus, urin berwarna kuning tua/coklat, perut mrongkol/makin buncit pada
anemia hemolitik
c). Mudah infeksi pada anemia aplastik dan anemia karena keganasan.
3). Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik yang dilakukan pada penderita anemia yaitu : pucat,
takhikardi, pulsus celer, suara pemnbuluh darah spontan, bising karotis, bising
sistolik anorganik, pembesaran jantung.
d. Pemeriksaan Penunjang
1). Pemeriksaan labolatorium
a). Tes penyaring, tes ini dikerjakan pada tahap awal pada setiap kasus anemia.
Dengan pemeriksaan ini, dapat dipastikan adanya anemia dan bentuk morfologi
anemia tersebut. Pemeriksaan ini meliputi pengkajian pada komponen-komponen
berikut ini: kadar hemoglobin, indeks eritrosit (MCV dan MCHC)
b). Pemeriksaan darah seri anemia: hitung leukosit, trombosit, laju endap darah
(LED) dan hitung retikulosit.
c). Pemeriksaan sumsum tulang: pemeriksaan ini memberikan informasi
mengenai keadaan sistem hematopoesis.
d). Pemeriksaan atas indikasi khusus: pemeriksaan ini untuk mengkonfirmasi
dugaan diagnosis awal yang memiliki komponen berikut ini: anemia defisiensi besi,
anemia megaloblastik, anemia hemolitik, anemia pada leukimia akut biasanya
dilakukan pemeriksaan sitokimia.
2). Pemeriksaan labolatorium nonhematologis: faal ginjal, faal endokrin, asam
urat, faal hati, biakan kuman.
3). Radiologi: toraks, bone survey, USG atau linfaniografi.
4). Pemeriksaan sitogenik
5). Pemeriksaan biologi molekuler (PCR=Polymerase Chain Reaction, FISH=
Fluorescence In Situ Hybridization)
e. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan anemia ditujukan untuk mencari penyebab dan mengganti
darah yang hilang. Penatalaksanaan anemia berdasarkan penyebabnya yaitu:
1). Anemia aplastik
Dengan transplantasi sumsum tulang dan terapi imunosupresif dengan
antithimocyte globulin (ATG) yang diperlukan melalui jalur sentral selama 7-10
hari prognosis buruk jika transplantasi sumsum tulang tidak berhasil. Bila
diperlukan dapat diberikan transfusi RBC rendah leukosit dan praatelet.
2). Anemia pada penyakit ginjal
Pada pasien dialisis harus ditangani dengan pemberian besi dan asam folat.
Kalau tersedia, dapat diberikan eritropoiten rekombinan.
3). Anemia pada penyakit kronis
Kebanyakan pasien tidak menunjukkan gejala dan tidak memerlukan
penanganan untuk anemianya. Dengan menangani kelainan yang mendasarinya,
maka anemia akan terobati dengan sendirinya.
4). Anemia pada defisiensi besi dan asam folat
Dengan pemberian makanan yang adekuat. Pada defisiensi besi diberikan
sulfas ferosus 3x10 mg/hari. Transfusi darah diberikan bila kadar Hb <5 g%.
5). Anemia megaloblastik
a). Defisiensi vitamin B12 ditangani dengan pemberian vitamin B12, bila
defisiensi disebabkan oleh defek absorbsi atau tidak tersedianya faktor intrinsik
dapat diberikan vitamin B12 dengan injeksi IM.
b). Untuk mencegah kekambuhan anemia, terapi vitamin B12 harus diteruskan
selama hidup pasien yang menderita anemia pernisiosa atau malabsorbsi yang tidak
dapat dikoreksi.
c). Pada anemia defisiensi asam folat diberikan asam folat 3x5 mg/hari.
d). Anemia defisiensi asam folat pada pasien dengan gangguan absorbsi,
penanganannya dengan diet dan penambahan asam folat 1 mg/hari secara IM.
6). Anemia pasca perdarahan
Dengan memberikan transfusi darah dan plasma. Dalam keadaan darurat diberikan
cairan intravena dengan cairan infus apasaja yang tersedia.
7). Anemia hemolitik
Dengan pemberian tranfusi darah menggantikan darah yang hemolisis.
2. Diabetes Melitus
a. Pengertian
Diabetes Melitus merupakan suatu kelompok penyakit metabolik dengan
karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi insulin, kinerja
insulin atau kedua-duanya (ADA, 2010).
Menurut WHO, Diabetes Melitus (DM) didefinisikan sebagai suatu penyakit
atau gangguan metabolisme kronis dengan multietiologi yang ditandai dengan
tingginya kadar gula darah disertai dengan gangguan metabolisme karbohidrat,
lipid dan protein sebagai akibat dari insufisiensi fungsi insulin. Insufisiensi insulin
dapat disebabkan oleh gangguan produksi insulin oleh sel-sel beta Langerhans
kelenjar pankreas atau disebabkan oleh kurang responsifnya sel-sel tubuh terhadap
insulin (Depkes, 2008).
b. Etiologi
1) Diabetes tipe I:
a. Faktor genetik
Penderita diabetes tidak mewarisi diabetes tipe I itu sendiri; tetapi mewarisi
suatu predisposisi atau kecenderungan genetik ke arah terjadinya DM tipe I.
Kecenderungan genetik ini ditemukan pada individu yang memiliki tipe antigen
HLA.
b. Faktor-faktor imunologi
Adanya respons otoimun yang merupakan respons abnormal dimana antibodi
terarah pada jaringan normal tubuh dengan cara bereaksi terhadap jaringan tersebut
yang dianggapnya seolah-olah sebagai jaringan asing. Yaitu otoantibodi terhadap
sel-sel pulau Langerhans dan insulin endogen.
c. Faktor lingkungan
Virus atau toksin tertentu dapat memicu proses otoimun yang menimbulkan
destruksi selbeta.
2) Diabetes Tipe II
Mekanisme yang tepat yang menyebabkan resistensi insulin dan gangguan
sekresi insulin pada diabetes tipe II masih belum diketahui. Faktor genetik
memegang peranan dalam proses terjadinya resistensi insulin.
Faktor-faktor risiko:
a. Usia (resistensi insulin cenderung meningkat pada usia di atas 45 tahun)
b. Obesitas dan riwayat keluarga
c. Manifestasi Klinis
Gejala dan tanda-tanda diabetes melitus memiliki ciri khas seseorang
mengalami diabetes melitus diantaranya : sering makan (poliphagia), sering minum
(polidipsia), sering kencing (poliuria), nafsu makan berkurang/berat badan
menurun dengan drastis (turun dalam waktu 1 – 4 minggu sebesar 5 – 10 kg),
kesemutan, kulit terasa panas, atau seperti tertusuk-tusuk jarum, rasa tebal di kulit,
kram, mudah mengantuk, mata kabur serta mudah lelah.
d. Pemeriksaan Penunjang
1) Kadar glukosa darah
Tabel : kadar glukosa darah sewaktu dan puasa dengan metode enzimatik
sebagai patokan penyaring
Kadar glukosa darah sewaktu (mg/dl)
Kadar glukosa darah DM Belum pasti DM
sewaktu
Plasma vena > 200 100 – 200
Darah kapiler > 200 80 – 100
Kadar glukosa darah puasa (mg/dl)
Kadar glukosa darah DM Belum pasti DM
puasa
Plasma vena > 120 110 - 120
Darah kapiler > 110 90 - 110

2) Kriteria diagnostik WHO untuk diabetes melitus pada sedikitnya 2 kali


pemeriksaan :
a) Glukosa plasma sewaktu > 200 mg/dl (11,1 mmol/L)
b) Glukosa plasma puasa > 140 mg/dl (7,8 mmol/L)
c) Glukosa plasma dari smpel yang diambil 2 jam kemudian sesudah
mengkonsumsi 75 gram karbohidrat (2 jam post prandial) > 200 mg/dl
3) Tes laboratorium DM
Jenis tes pada pasien DM dapat berupa tes saring, tes diagnostik, tes
pemantauan terakhir, dan tes untuk mendeteksi komplikasi.
4) Tes saring
Tes – tes saring pada DM adalah : GDP, GDS dan tes glukosa urine. Misalnya
tes konvensional (metode deruksi/benedict) dan tes carik celup (metode glukosa
oksidase/hexokinase)
5) Tes diagnostik
Tes – tes diagnostik pada DM adalah : GDP, GDS, GD2PP (glukosa darah 2
jam post prandial), glukosa jam ke-2 TTGU
6) Tes monitoring terapi
Tes – tes monitoring terapi DM yaitu GDP : plasma vena, darah kapiler, GD2
PP : plasma vena, A1c : darah vena, darah kapiler
7) Tes untuk mendeteksi komplikasi
Tes – tes untuk mendeteksi komplikasi antara lain mikroalbuminuria : urine,
ureum, kreatinin, asam urat, kolesterol total : plasma vena (puasa), kolesterol LDL
: plasma vena (puasa), kolesterol HDL : plasma vena (puasa), trigliserida : plasma
vena (puasa)
e. Penatalaksanaan
Dalam pengelolaan diabetes melitus di kenal 4 pilar utama pengelolaan yaitu :
1. Penyuluhan (Edukasi)
Edukasi merupakan bagian integral asuhan perawatan diabetes. Edukasi
diabetes adalah pendidikan dan latihan mengenai pengetahuan dan ketrampilan
dalam pengelolaan diabetes yang diberikan. Agar penderita mampu memahami
penyakit yang diderita serta mampu melakukan pencegahan dan penanganan
mengenai penyakit tersebut agar tidak terjadi komplikasi (Waspadji, dkk, 2002).
2. Diet
a. Perencanaan makanan (Diet)
Penatalaksanaan nutrisi pada diabetes diarahkan untuk mencapai tujuan
berikut:
1) Memberikan semua unsur makanan esensial (misalnya vitamin dan mineral).
2) Mencapai dan mempertahankan berat badan yang sesuai.
3) Memenuhi kebutuhan energi.
4) Mencegah fluktuasi kadar glukosa darah setiap harinya dengan mengupayakan
kadar glukosa darah mendekati normal melalui cara-cara yang aman dan
praktis.
5) Menurunkan kadar lemak darah jika kadar ini meningkat.
6) Menekan dan menunda timbulnya penyakit angiopati diabetik
7) Memberikan modifikasi Diet sesuai dengan keadaan penderita.
8) Menarik dan mudah diberikan
Tujuan Diet :
1) Mempertahankan kadar glukosa darah supaya mendekati normal dengan
menyeimbangkan asupan makann dengan nsulin (endogenous atau
exogeneous), dengan obat penurunan glukosa oral dan aktifitas fisik
2) Mencapai dan mempertahankan kadar lipid serum normal
3) Memberi cukup energi untuk mempertahankan atau mencapai berat badan
normal dan menghindari atau menangani komplikasi akut.
4) Meningkakan derajat kesehatan secara keseluruhan melalui gizi yang optimal.
Prinsip Diet :
1) Tepat jadwal
3 kali makan utama 2 kali makan selingan. 6.30 (20%), 09.30 (10%), 12.30
(25%), 15.30 (10%), 18.30 (25%), 21.30 (10%)
2) Tepat jenis
Sumber karbohidrat kompleks, seperti nasi, roti, kentang. Sumber protein renda
lemak seperti ikan, ayam tanpa kulit, susu skim, tempe tahu. Sumber lemak
dalam jumlah terbatas yaitu bentuk makanan yang mudah dicerna makanan
terutama diolah dengan cara dipangang, disetup, direbus.
3) Tepat jumlah
Jumlah kalori yang diberikan harus dihabiskan.
Syarat Diet :
1) Kebutuhan energi ditentukan dengan memperhitungkan untuk metabolisme
basal sebesar 25-30 kkal/kg bb normal ditambah kebutuhan untuk aktifitas fisik
dan keadaan khusus, misalnya kehamilan atau laktasi dan adanya komplikasi
2) Kebutuhan protein 10-15 % dari kebutuhan energi total
3) Kebutuhan lemak 20-25 % dari kebutuhan energi total
(<10% dari lemak jenuh, 100% dari lemak tidak jenuh ganda, sisanya dari
lemak tidak jenuh tunggal) kolesterol makanan diabetes maksimal 300 mg/hari.
4) Kebutuhan karbohidrat 60-70% dari kebutuhan energi total.
5) Penggunan gula murni tidak diperbolehkan, bila kadar gula darah sudah
terkendali diperbolehkan mengkonsumsi gula murni sampai 5% dari energi
total
6) Serat dianjurkan 25 gram/hari
Diet DM sesuai dengan paket-paket yang telah disesuaikan dengan kandungan
kalorinya.
1) Diet DM I : 1100 kalori
2) Diet DM II : 1300 kalori
3) Diet DM III : 1500 kalori
4) Diet DM IV : 1700 kalori
5) Diet DM V : 1900 kalori
6) Diet DM VI : 2100 kalori
7) Diet DM VII : 2300 kalori
8) Diet DM VIII : 2500 kalori
Dalam melaksanakan Diet diabetes sehari-hari hendaklah diikuti pedoman 3 J yaitu:
JI : jumlah kalori yang diberikan harus habis, jangan dikurangi atau
ditambah
J II : jadwal Diet harus sesuai dengan intervalnya.
J III : jenis makanan yang manis harus dihindari
b. Bahan Makanan Untuk Penderita Diabetes Melitus
Tabel 1. Bahan Makanan Untuk Penderita Diabetes Melitus
Bahan Makanan Yang di Bahan Makanan yang tidak
No
Anjurkan Dianjurkan
1 Sumber Karbohidrat: Makanan mengandung banyak gula
Nasi, roti, mi, kentang, sederhana, seperti:
singkong, ubi, dan sagu Gula pasir, sirup, jam, jeli, buah-
buahan yang diawetkan dengan gula,
susu kental manis, minuman botol
ringan, es krim
2 Sumber protein: Mekanan mengandung banyak lemak,
seperti:
Ikan, ayam tanpa kulit, susu Cake, makanan siap saji, goreng-
skim, tempe, tahu, dan gorengan
kacang-kacangan
3 Sumber lemak: Mengandung banyak natrium seperti:
Bahan makanan yang mudah Ikan asin, telur asin, makanan yang
dicerna dan diolah dengan diawetkan
cara dikukus, dipanggang,
direbus dan dibakar

c. Contoh Menu 1 Hari Untuk Penderita Diabetes Melitus


Tabel 2. Contoh menu untuk penderita diabetes melitus
No. Waktu Menu Bahan Makanan URT
1. Pagi Nasi Nasi 1 gls
Telur dadar Telur 1 btr
Oseng-oseng tempe Tempe 1 ptg sdg
Sop Sawi+tomat Sawi+Tomat 1 gls
Minyak 1 sdm
2. Snack Buah Pepaya 1 ptg sdg
3. Siang Nasi Nasi 1½ gls
Pepes ikan Ikan 1 ptg sdg
Tempe goreng Tempe 2 ptg sdg
Lalapan kc.panjang+kol Kc.panjang+kol 1 gls
Buah
Minyak Nenas ¼ bh sdg
1 sdm
4. Snack Buah Pisang 1bh
5. Malam Nasi Nasi 1½ gls
Tum ayam Ayam 1 ptg sdg
Tahun bacem Tahu 1 bh bs
Sup buncis+wortel Buncis+wortel 1 gls
Buah Pepaya 1 ptg sdg
Minyak 1 sdm

3. Aktivitas fisik
Dalam pengelolaan diabetes, latihan jasmani yang teratur memegang peran
penting terutama pada DM tipe 2. Manfaat latihan jasmani yang teratur pada
diabetes adalah memperbaiki metabolisme atau menormalkan kadar glukosa darah
dan lipid darah, meningkatkan kerja insulin, membantu menurunkan berat badan,
meningkatkan kesegaran jasmani dan rasa percaya diri, mengurangi risiko
kardiovaskuler (Waspadji, dkk, 2002).
4. Obat hipoglikemik
Jika pasien telah melaksanakan program makan dan latihan jasmani teratur,
namun pengendalian kadar glukosa darah belum tercapai, perlu ditambahkan obat
hipoglikemik baik oral maupun insulin. Obat hipoglikemik oral (OHO) dapat
dijumpai dalam bentuk golongan sulfonilurea, golongan biguanida dan inhibitor
glukosidase alfa (Waspadji, dkk, 2002).
3. Penyakit Jantung Bawaan
a. Pengertian
Kehamilan bisa menyebabkan sejumlah perubahan fisiologis dari sistem
kardiovaskular. Ini bisa ditolerir dengan baik oleh wanita yang sehat. Namun bisa
seorang ibu hamil sebelumnya sudah punya gangguan jantung, ini bisa menjadi
ancaman serius. Tanpa diagnosis yang tepat, maka penyakit jantung dalam
kehamilan dapat menyebabkan kematian sang ibu.
Penyakit Jantung Bawaan (PJB) adalah penyakit dengan kelainan pada struktur
jantung atau fungsi sirkulasi jantung yang dibawa dari lahir yang terjadi akibat
adanya gangguan atau kegagalan perkembangan struktur jantung pada fase awal
perkembangan janin. Ada 2 golongan besar PJB, yaitu non sianotik dan sianotik
yang masing – masing memberikan gejala dan memerlukan penatalaksanaan yang
berbeda. (Webb, 2011).
b. Etiologi
Penyebab utama terjadinya penyakit jantung congenital belum dapat diketahui
secara pasti, tetapi ada beberapa faktor yang diduga mempunyai pengaruh pada
peningkatan angka kejadian penyakit jantung bawaan.
1) Faktor Prenatal :
a) Ibu menderita penyakit infeksi : rubella, influenza atau chicken fox.
b) Ibu alkoholisme.
c) Umur ibu lebih dari 60 tahun.
d) Ibu menderita penyakit Diabetes Mellitus (DM) yang memerlukan insulin.
e) Ibu meminum obat-obatan penenang atau jamu dan sebelumnya ikut program
KB oral atau suntik, minum obat-obatan tanpa resep dokter, ( thalidmide,
dextroamphetamine, aminopterin, amethopterin).
f) Terpajan radiasi (sinar X), gizi ibu yang buruk dan kecanduan obat – obatan
yang mempengaruhi perkembangan embrio
2) Faktor Genetik :
a) Ayah / Ibu menderita penyakit jantung bawaan.
b) Kelainan kromosom seperti Sindrom Down.
c) Lahir dengan kelainan bawaan yang lain.
c. Manifestasi Klinis
Tanda dan gejala yang terdapat pada penyakit jantung bawaan antara lain,
1) Mengeluarkan keringat berlebihan, mudah lelah
2) Tidak nafsu makan, berat badan menurun
3) Kesulitan berolahraga atau melakukan aktivitas tertentu
4) Detak jantung yang tidak beraturan (aritmia), napas terasa cepat dan pendek
5) Terasa sakit pada dada , sianosis atau kulit menjadi kebiruan
6) Kelainan bentuk ujung jari dan kuku yang dikenal dengan jari tabuh (clubbing
fingers), pembengkakan pada jaringan atau organ tubuh (edema)
d. Pemeriksaan Penunjang
1) Radiologi: foto rontgen dada hampir selalu terdapat kardiomegali.
2) Elektrokardiografi/EKG, menunjukkan adanya gangguan konduksi pada
ventrikel kanan dengan aksis QRS bidang frontal lebih dari 90°.
3) Pemeriksaan dengan Doppler berwarna : digunakan untuk mengevaluasi aliran
darah dan arahnya.
4) Ekokardiografi, bervariasi sesuai tingkat keparahan, pada PDA kecil tidak ada
abnormalitas, hipertrofi ventrikel kiri pada PDA yang lebih besar. sangat
menentukan dalam diagnosis anatomik.
5) Kateterisasi jantung untuk menentukan resistensi vaskuler paru
e. Penatalaksanaan
Pasien hamil dengan PJB harus didampingi tim ahli saat kehamilan dan
persalinan, mencakup dokter jantung, dokter kandungan, bidan, dokter anestesi,
dokter intensif, dan neonatologis.
1) Selama Kehamilan
Setiap pirau kanan ke kiri akan menurunkan resistensi vaskuler sistemik.
Hipoksia dapat memburuk karena janin membutuhkan oksigen dari aliran darah dan
karena kapasitas residu fungsional ibu rendah, sehingga pertukaran gas berkurang.
Terdapat risiko perburukan gagal jantung, aritmia, preeklampsia, atau pertumbuhan
janin buruk.
2) Persalinan
Pemantauan sebelum bersalin mencakup EKG, oksimetri, serta tekanan darah.
Pemasangan kateter vena sentral atau arteri pulmonalis mungkin perlu pada kondisi
parah, terutama jika terdapat edema paru. Baru-baru ini, terdapat kecenderungan
persalinan normal dengan analgesia epidural dosis rendah dan bantuan vakum
elektif.
3) Pasca-persalinan
Pemantauan ibu harus terus dilakukan sampai periode pasca-melahirkan.
Risiko perburukan ibu setelah melahirkan dapat disebabkan oleh perubahan aliran
balik vena, kehilangan darah, dan thrombogenic milieu.
4) Terminasi Kehamilan
Terminasi kehamilan harus didiskusikan pada wanita hamil dengan risiko
tinggi; trimester pertama merupakan saat paling aman untuk terminasi kehamilan
elektif. Terminasi kehamilan harus dilakukan di rumah sakit.
5) Kontrasepsi
Kontrasepsi hormonal harus dihindari pada pasien sianosis karena
berhubungan dengan risiko tromboemboli. AKDR sebaiknya tidak diberikan pada
pasien dengan risiko tinggi endokarditis. Metode kondom lebih terpilih. Oklusi tuba
(dengan klip) sebaiknya ditawarkan hanya untuk pasien dengan risiko tinggi
komplikasi seperti sindrom Eisenmenger.
a) Semua wanita pada usia reproduksi dengan penyakit jantung kongenital atau
bawaan harus:
b) Memiliki akses kepada pra konsepsi spesialis multidisiplin konseling yang
menganjurkan pada kontrasepsi yang aman dan efektif yang tersedia.
c) Menerima anjuran dari tim multidisiplin sebelum bantuan konsepsi diambil.
d) Menilai secara klinis sesegera mungkin setelah mengandung oleh tim
multidisiplin dan pemeriksaan sesuai (misalnya: Ekokardiografi, MRI) diambil
2. Penatalaksaan Oleh Tim Ahli
a. Perawat/dokter ahli neonatus
Seorang konsultan neonatal dapat memberikan perawatan pada neonatus
setelah melahirkan:
1) Dapat mengarahkan tim pada kemungkinan hasil neonatal pada usia
kehamilan yang berbeda
2) Dapat menyarankan ibu tentang prognosis, khususnya untuk kelangsungan
hidup dan statistik kecacatan
b. Bidan/dokter/perawat ahli maternitas
Seorang bidan terlibat dalam memberikan perawatan pada wanita dengan risiko
kehamilan yang tinggi dan dengan gangguan kesehatan pada kehamilan: Dapat
memberikan dukungan emosional kepada ibu dan memberikan anjuran kepada
pasien.
1. Menyusun perawatan yang sesuai di Rumah sakit umum atau pusat tergantung
pada kompleksitas penyakit jantung, penilaian risiko serta fasilitas lokal dan
dokter ahli yang tersedia.
2. Menjalani stratifikasi risiko oleh tim multidisiplin untuk menentukan frekuensi
dan perawatan antenatal yang memuaskan.
3. Melakukan pengawasan perawatan intrapartum oleh tim yang berpengalaman
dalam perawatan wanita hamil dengan penyakit jantung.
4. Memiliki rencana penanganan yang jelas untuk persalinan dan masa nifas.
5. Rencana untuk persalinan vaginal kecuali terdapat pertimbangan obstetrik atau
kelainan jantung yang spesifik.
6. Surveilan maternal multidisiplin tingkat tinggi seiring dengan persalinan saat
terjadi sebagian besar perubahan hemodinamik.
7. Penilaian tindak lanjut multidisiplin pada paling tidak 6 minggu setelah
melahirkan.

4. Asma
a. Pengertian
Asma adalah suatu keadaan dimana saluran napas mengalami penyempitan
karena hiperaktivitas terhadap rangsangan tertentu, yang menyebabkan
peradangan, penyempitan ini bersifat berulang namun reversibel, dan diantara
episode penyempitan bronkus tersebut terdapat keadaan ventilasi yang lebih
normal. Beberapa faktor penyebab asma: jenis kelamin, umur, status atopi, faktor
keturunan serta faktor lingkungan. Asma dibedakan menjadi 2 jenis yaitu:
1). Asma bronkial
Penderita asma bronkial, hipersensitif dan hiperaktif terhadap rangsangan dari
luar, seperti debu rumah, bulu binatang, asap, dan bahan lain penyebab alergi.
Gejala kemunculannya sangat mendadak, sehingga gangguan asma bisa datang
secara tiba-tiba. Jika tidak mendapatkan pertolongan secepatnya resiko kematian
bisa datang. Gangguan asma bronkial juga bisa muncul lantaran adanya radang
yang mengakibatkan penyempitan saluran pernapasan bagian bawah. Penyempitan
ini akibat berkerutnya otot polos, saluran pernapasan, pembengkakan selaput lendir
dan pembentukan timbunan lendir yang berlebihan.
2). Asma kardial
Asma yang timbul akibat adanya kelainan jantung. Gejala asma kardial
biasanya terjadi pada malam hari disertai sesak napas yang hebat. Kejadian ini
disebut nokturnal paroxymul dyspnea. Biasanya terjadi pada saat penderita sedang
tidur.
b. Etiologi
Menurut berbagai penelitian patologi dan etiologi asma belum diketahui
dengan pasti penyebabnya akan tetapi hanya menunjukkan dasar gejala asma yaitu
inflamasi dan respon saluran napas yang berlebihan ditandai dengan adanya kalor
(panas karena vasodilatasi), tumor (eksudasi plasma dan edema), dolor (rasa sakit
karena rangsangan sensori) dan function laesa (fungsi yang terganggu). Dan raang
harus disertai dengan infiltrasi sel-sel radang.
Sebagai pemicu timbulnya serangan-serangan dapat berupa infeksi (infeksi
virus RSV), iklim (perubahan mendadak suhu, tekanan udara), inhalan (debu,
kapuk, tungau, sisa-sisa serangga mati, bulu binatang, serbuk sari, uap cap, bau
asap), makanan (putih telur, susu sapi, kacang tanah, coklat, biji-bijian, tomat), obat
(aspirin), kegiatan fisik (olahraga berat, kecapaian, tertawa terbahak-bahak), dan
emosi.
c. Manifestasi Klinis
Ringan Sedang Berat Gagal napas
yang mungkin
terjadi
Gejala
Dispnea Sakit Saat Pada saat Saat istirahat
beraktivitas berbicara istirahat
Bicara Dalam Dalam Dalam kata- Diam
kalimat frasa kata
Tanda
Posisi tubuh Mampu Lebih suka Tidak Tidak mampu
berbaring duduk mampu berbaring
berbaring
Frekuensi Meningkat Meningkat Sering kali >30 x/mnt
pernapasan lebih dari
30/mnt
Penggunaan Biasanya Umumnya Biasanya Gerakan
obat bantu tidak ada ada ada torakoabdominal
pernapasan paradoksial
Suara napas Mengi Mengi Mengi keras Gerakan udara
sedang pada keras saat sedikit tanpa
pertengahan selama inspirasi dan mengi
sampai akhir ekspirasi ekspirasi
ekspirasi
Frek jantung <100 100-120 >120 Bradikardi
(x/menit) reaktif
Pulsus <10 10-25 Sering lebih Sering kali tidak
paradoksus dari 25 ada
(mmHg)
Status Mungkin Biasanya Biasanya Bingung atau
mental agitasi agitasi agitasi mengantuk
Pengkajian
fungsional
PEF (% >80 50-80 <50/respon <50
yang terhadap
diprediksi terapi
atau terbaik berlangsung
secara <2 jam
personal)
SaO2 (% >95 91-95 <91 <91
udara
ruangan)
PaO2 Normal >60 <60 <60
(mmHg
udara
ruangan)
PaCO2 <42 <42 ≥42 ≥42
(mmHg)

d. Pemeriksaan Penunjang
1) Spirometer: dilakukan sebelum dan sesudah bronkodilator hirup
(nebulizer/inhaler), positif jika peningkatan VEP/KVP > 20%
2) Sputum: eosinofil meningkat
3) Eosinofil darah meningkat
4) Uji kulit
5) RO dada yaitu patogenesis paru/komplikasi asma
6) AGD: terjadi pada asma berat pada fase awal terjadi hipoksemia (PO2
turun) kemudian fase lanjut normokapnia dan hiperkapnia (PCO2 naik)
7) Foto dada AP dan lateral, hiperinflasi paru, diameter anteroposterior
membesar pada foto lateral, dapat terlihat bercak konsolidasi yang
tersebar.
e. Penatalaksanaan
Tujuan utama penatalaksanaan asma adalah meningkatkan dan
mempertahankan kualitas hidup agar penderita asma dapat hidup normal tanpa
hambatan dalam melakukan aktivitas sehari – hari. Program pentalaksanaan asma
meliputi 7 komponen, yaitu : (Perhimpunan Dokter Paru Indonesia)
1. Edukasi
Edukasi yang baik akan menurunkan morbiditi dan mortaliti. Edukasi tidak
hanya ditujukan untuk penderita dan keluarga tetapi juga pihak lain yang
membutuhkan seperti pemegang keputusan, pembuat perencanaan bidang
kesehatan / asma, profesi kesehatan.
2. Menilai dan monitor berat asma secara berkala
Penilaian klinis berkala antara 1-6 bulan dan monitoring asma oleh penderita
sendiri mutlak dilakukan pada penatalaksanaan asma. Hal tersebut disebabkan
sebagai factor antara lain :
a. Gejala dan berat asma berubah, sehingga membutuhkan perubahan terapi .
b. Pajanan pencetus menyebabkan penderita mengalami perubahan pada
asmanya.
c. Daya ingat (memori) dan motivasi penderita yang perlu direview, sehingga
membantu penanganan asma terutama asma sendiri.
3. Identifikasi dan mengendalikan factor pencetus.
4. Merencanakan dan memberikan pengobatan jangka panjang.
Penatalaksanaan asma bertujuan untuk mengontrol penyakit, disebut sebagai asma
terkontrol. Terdapat 3 faktor yang perlu dipertimbangkan :
a. Medikasi (obat-obatan)
Medikasi asma bertujuan untuk mengatasi dan mencegah gejala obstruksi jalan
nafas, terdiri atas pengontrolan dan pelega.
b. Tahap pengobatan
Tahap pengobatan sesuai berat asma.
Semua tahapan : ditambahkan agonis beta – 2 kerja singkat untuk
pelega bila dibutuhkan, tidak melebihi 3-4 kali sehari.
Berat Medikasi pengontrol Alternative / pilihan Alternative
Asma harian lain lain
Asma Tidak perlu - -
Intermit
en
Asma Glukokortikosteroid - Teofillin lepas -
Persiste inhalasi (200-400 ug lambat
n BD/hari atau - Kromolin
Ringan ekivalennya) - Leukotriene
modifers
Asma Kombinasi inhalasi - Glukokortikoste - Ditamb
Persiste Glukokortikosteroid roid inhalasi ah
n inhalasi (400-800 ug (400-800 ug BD agonis
Sedang BD/hari atau atau beta- 2
ekivalennya) dan ekivalennya) kerja
agonis beta- 2 kerja ditambah lama
lama Teofillin lepas oral
lambat, atau atau
- Glukokortikoste - Ditamb
roid inhalasi ( ah
400-800 ug BD Teofilli
atau n lepas
ekivalennya) lambat
ditambah agonis
beta- 2 kerja
lama oral, atau
- Glukokortikoste
roid inhalasi
dosis tinggi (
>800 ug BD
atau
ekivalennya)
atau
- Glukokortikoste
roid inhalasi (
400-800 ug BD
atau
ekivalennya)
ditambah
Leukotriene
modifers
Asma Kombinasi inhalasi Prednisolone/
Persiste Glukokortikosteroid meltiprednisolon
n Berat ( >800 ug BD atau oral selang sehari 10
ekivalennya) dan mg ditambah agonis
agonis beta-2 kerja beta-2 kerja lama
lama, ditambah 1 oral, ditambah
dibawah ini : teofillin lepas
- Teofillin lepas lambat.
lambat
- Glukokortikoste
roid
- oral
Semua tahapan : bila tercapai asma terkontrol, pertahankan terapi
paling tidak 3 bulan, kemudian turunkan bertahap sampai mencapai
terapi seminimal mungkin dengan kondisi asma tetap terkontrol.

c. Penanganan asma mandiri (pelangi asma)


Hubungan penderita – dokter yang baik adalah dasar yang kuat untuk terjadi
kepatuhan efektif penatalaksanaan asma. Rencanakan pengobatan asma jangka
panjang sesuai kondisi penderita, realistic / memungkinkan bagi penderita
dengan maksud mengontrol asma. Bila memungkinkan ajaklah perawat, farmasi,
tenaga fisioterapi pernafasan dan lain – lainnya untuk membantu memberikan
edukasi dan menunjang keberhasilan pengobatan penderita
Tabel pelangi asma
Pelangi asma , monitoring keadaan asma secara mandiri
Hijau
- Kondisi baik, asma terkontrol
- Tidak ada / minimal gejala
- APE 80-100% nilai dugaan / terbaik
Pengobatan bergantung berat asma, prinsipnya pengobatan
dilanjutkan. Bila tetap berada pada warna hijau minimal 3 bulan,
maka pertimbangkan turunkan terapi.
Kuning
- Berarti hati – hati, asma tidak terkontrol, dapat terjadi serangan
akut/ eksaserbasi
- Dengan gejala asma (asma malam, aktivis terhambat, batuk,
mengi dada terasa berat baik saat aktivitas maupun istirahat)
dan/atau APE 60-80% prediksi/nilai terbaik
Membutuhkan peningkatan dosis medikasi atau perubahan
medikasi
Merah
- Berbahaya
- Gejala asma terus menerus dan membatasi aktivitas sehari – hari
- APE <60% nilai dugaan/terbaik
Penderita membutuhkan pengobatan segera sebagai rencana
pengobatan yang disepakati dokter - penderita secara tertulis. Bila
tetap tidak ada respons, segera hubungi dokter atau ke rumah sakit

5. Menetapkan pengobatan pada serangan akut


Tabel rencana pengoabatan serangan asma berdasarkan berat serangan dan
tempat pengobatan
Serangan Pengobatan Tempat pengobatan
Ringan Terbaik : Di rumah
Aktivitas relative Inhalasi agonis beta-2 Di praktek dokter/
normal Alternatif : klinik/ puskesmas
Berbicara satu kalimat Kombinasi oral agonis
dalam satu nafas beta-2 dan teofillin
Nadi <100
APE >80%
Sedang Terbaik Darurat gawat / RS
Jalan ajrak jauh Nebilisasi agonis beta-2 Klinik
timbulkan gejala tiap 4 jam Praktek dokter
Berbicara beberapa Alternatif Puskesmas
kata dalam satu nafas - Agonis beta-2
Nadi 100-120 subkutan
APE 60-80% - Aminofilin IV
- Adrenalin 1/1000
0,3ml SK

Oksigen bila mungkin


Kortikosteroid
sistemik
Berat Terbaik Darurat gawat / RS
Sesak saat istirahat Nebulisasi agonis beta- Klinik
Berbicara kata perkata 2 tiap 4 jam
dalam satu nafas Alternative
Nadi >120 - Agonis beta-2
APE <60% atau SK/IV
100l/dtk - Adrenalin 1/1000
0,3ml SK

Aminofilin bolus
dilanjutkan drip
Oksigen
Kortokisteroid IV
Mengancam jiwa Seperti serangan akut Darurat gawat / RS
berat ICU
Kesadaran berubah / Pertimbangkan intubasi
menurun dan ventilasi mekanis
Gelisah
Sianosis
Gagal nafas

6. Kontrol secara teratur


Pada penatalaksanaan jangka panjang terdapat 2 hal yang penting
diperhatikan oleh dokter yaitu ;
a. Tindak lanjut (follow-up) teratur
b. Rujuk ke ahli paru untuk konsultasi atau penanganan lanjut bila diperlukan
7. Pola hidup sehat
a. Meningkatkan kebugaran fisik
Olahraga menghasilkan kebugaran fisik sevara umum. Walaupun terdapat
salah satu bentuk asma yang timbul serangan sesudah exercise (exercise
include asthma / EIA), akan tetapi tidak berarti penderita EIA dilarang
melakukan olahraga. Senam Asma Indonesia (SAI) adalah salah satu
bentuk olahraga yang dianjurkan karena melatih dan menguatkan otot –
otot pernafasan khususnya, selain manfaat lain pada olehraga umumnya.
b. Berhenti atau tidak pernah merokok
c. Lingkungan kerja
Kenali lingkungan kerja yang berpotensi di dapat menimbulkan asthma
5. Merokok
a. Definisi Merokok
Kata merokok berasal dari suku kata yaitu rokok, rokok adalah silinder dari
kertas berukuran panjang antara 70 hingga 120 mm (bervariasi tergantung Negara)
dengan diameter sekitar 10 mm yang berisi daun-daun tembakau yang telah
dicacah. Merokok merupakan kegiatan yang menyebabkan efek kenyamanan.
Rokok memiliki antidepressant yang menimbulkan efek kenyamanan pada efek
pada perokok, walaupun perilaku merokok merupakan perilaku yang
membahayakan kesehatan karena terdapat 4000 racun dalam sebatang rokok
(Baharuddin, 2017).
b. Pengertian Rokok
Rokok adalah suatu bahan yang berasal dari tembakau yang sudah melewati
proses pengeringan secara alami tanpa menggunakan panas sinar matahari, dan
digulung dengan sebuah kertas dan berupa filter sebagai penyaring tar yang
terkandung dalam rokok. merupakan penyebab utama terbesar kematian yang sulit
dicegah dalam masyarakat. Kebiasaan merokok telah terbukti merupakan penyebab
terhadap kurang lebih 25 jenis penyakit yang menyerang berbagai organ tubuh
manusia. Penyakit-penyakit tersebut antara lain adalah kanker mulut, esophagus,
faring, laring, paru, pankreas, dan kandung kemih. Juga ditemukan penyakit paru
obstruktif kronis dan berbagai penyakit paru lainnya, yaitu penyakit pembuluh
darah. Apalagi kalau kebiasaan merokok ditambah lagi dengan meminum alkohol.
Berbagai temuan ilmiah menunjukkan bahwa menghentikan kebiasaan merokok
amat baik pengaruhnya terhadap pencegahan terjadinya penyakit-penyakit yang
telah diuraikan terdahulu (Anwar, 2004).
Kebiasaan merokok juga membawa pengaruh buruk terhadap kebiasaan
(habits) para individ, akan tetapi tidak berpengaruh erat dengan pembentukan
kepribadian seseorang. Sifat rokok yang menyebabkan kecanduan (adiktif) secara
permanen yang menyebabkan kebiasaan merokok menjadi sesuatu yang sangat sulit
untuk dihilangkan. Kebiasaan merokok menyebabkan seseorang menjadi lebih
egois, hal ini dapat ditunjukkan dengan kebiasaan merokok didepan umum atau
diruang publik. Perokok mengabaikan aturan-aturan (norma) dilarang merokok
ditempat umum. Kebiasaan ini sangat merugikan kesehatan orang lain karena
menjadikan orang lain sebagai perokok pasif yang jauh lebih berbahaya
dibandingkan dengan perokok aktif. Resiko terkena penyakit lebih besar pada
perokok pasif karena mereka tidak mempunyai filter dalam menyerap seluruh asap
rokok yang dikeluarkan perokok aktif.
c. Kandungan Senyawa Rokok
Tembakau dapat dibuat rokok, dikunyah dan dihirup. Nikotin dan asap rokok
akan keluar dari tembakau dalam proses merokok (menghirup) ataupun
mengunyah. Pada daun yang masih asli, nikotin terikat pada asam organik dan tetap
terikat pada asam bila daun dikeringkan perlahan-lahan. Kandungan senyawa
penyusun rokok yang dapat mempengaruhi pemakai adalah golongan alkaloid yang
bersifat perangsang (stimulant). Alkaloid yang terdapat dalam daun tembakau
antara lain: nikotin, nikotirin, anabasin, myosmin, dan lain-lain (Anwar, 2004).
Nikotin adalah senyawa yang paling banyak ditemukan dalam rokok sehingga
semua alkaloid dianggap sebagai bagian dari nikotin. Nikotin adalah senyawa
alkaloid toksis yang dipisahkan dari tembakau dan merupakan senyawa amin tersier
dengan rumus empiris C10H14N2 dan dalam kimia organik sebagai 1-metil-2-
pirolidin (3-piridin). Nikotin dalam keadaan murni tidak berwarna, berupa minyak
cair mudah menguap, larut dalam alcohol, eter dan petroleum eter. Mendidih pada
suhu 246-247 oC dan membeku pada suhu dibawah 80oC. pada suhu rendah, sedikit
berbau tetapi jika dipanaskan akan dihasilkan uap yang berbau merangsang dan
akanbereaksi dengan udara yang ditandai dengan perubahan warna menjadi coklat
(Anwar, 2004).
Nikotin bersifat alkali kuat dan terdapat dalam bentuk bukan ion sehingga
dapat melalui membrane sel saraf. Sifat racun keras yang dimiliki nikotin dapat
menyebabkan kelumpuhan saraf dan mudah diserap melalui kulit. Rata-rata kadar
nikotin dalam tembakau berkisar antara 0,5-4%. Kadar nikotin beberapa jenis
tembakau di Indonesia berkisar antara 0,5- 2,5%. Setelah daun mencapai sempurna
(tua) kadar nikotin semakin berkurang. Kadar air yang cukup tinggi menyebabkan
kadar nikotin pada daun yang telah diawetkan dan hasil olahan pabrik cenderung
berkurang. Berkurangnya kadar nikotin disebabkan terjadinya dekomposisi akibat
penguapan. Selain nikotin, tembakau juga mengandung karbohidrat, klorofil, asam-
asam organik, enzim, mineral, dan logam. Dalam asap rokok terkandung tiga zat
kimia yang paling berbahaya, yaitu tar, nikotin, dan karbon monoksida. Tar atau
getah tembakau adalah campuran beberapa zat hidrokarbon. Nikotin adalah
komponen terbesar dalam asap rokok dan merupakan zat aditif. Karbon monoksida
adalah gas beracun yang mempunyai afinitas kuat terhadap hemoglobin pada sel
darah merah sehingga membentuk karboksihemoglobin. Di samping ketiga
senyawa tersebut, asap rokok juga mengandung senyawa piridin, amoniak, karbon
dioksida, keton, aldehida, cadmium, nikel, zink, dan nitrogen oksida. Pada kadar
yang berbeda, semua zat tersebut bersifat mengganggu membran berlendir yang
terdapat pada mulut dan saluran pernafasan. Asap rokok bersifat asam (pH 5,5), dan
nikotin berada dalam bentuk ion tetapi tidak dapat melewati membran secara cepat
sehingga pada selaput lender (mukosa) pipi terjadi absorpsi nikotin dari asap rokok.
Perokok yang menggunakan pipa, cerutu, dan beberapa macam sigaret Eropa,
menghisap asap rokok yang bersifat basa dengan pH 8,5, dan nikotin yang terdapat
di dalam asap rokok tersebut tidak berada dalam bentuk ion sehingga dapat
langsung di absorpsi dengan baik melalui mulut (Anwar, 2004).
d. Dampak Merokok
Rokok mengandung setidaknya 4000 zat kimia antara lain nikotin,
karbonmonoksida, tar dan lain sebagainya. Ketiga zat tersebut merupakan zat kimia
yang paling membahayakan kesehatan manusia. Karbon monoksida merupakan gas
yang dapat langsung diserap pembuluh darah sehingga berpengaruh langsung pada
fungsi fisiologis seperti mengurangi kapasitas oksigen yang dibawa oleh darah. Tar
adalah partikel residu yang terdapat pada asap rokok. Sementara itu nikotin
merupakan zat yang menyebabkan ketergantungan seseorang pada rokok
(Frihartine, 2013)
Merokok merupakan penyebab 87% kematian akibat kanker paru. Pada wanita,
kanker paru melampaui kanker payudara yang merupakan penyebab utama
kematian akibat kanker. Hal ini disebabkan karena dalam tiga decade terakhir ini,
jumlah wanita yang merokok semakin bertambah banyak. Merokok saat ini juga
dianggap menjadi penyebab dari kegagalan kehamilan, meningkatnya kematian
bayi, dan penyakit lambung kronis. Merokok dapat mengganggu kerja paru-paru
yang normal karena hemoglobin lebih mudah membawa karbon dioksida
membentuk karboksihemoglobin daripada membawa oksigen. Orang yang banyak
merokok (perokok aktif) dan orang yang banyak mengisap asap rokok (perokok
pasif), dapat berakibat paru-parunya lebih banyak mengandung karbon monoksida
dibandingkan oksigen sehingga kadar oksigen dalam darah kurang lebih 15%
daripada kadar oksigen normal (Anwar, 2004).
Penyakit yang berhubungan dengan merokok adalah penyakit yang diakibatkan
langsung oleh merokok atau diperburuk keadaannya dengan merokok. Penyakit
yang menyebabkan kematian para perokok antara lain:
1. Penyakit jantung koroner. Setiap tahun kurang lebih 40.000 orang di Inggris
yang berusia dibawah 65 tahun meninggal karena serangan jantung dan sekitar
tiga perempat dari jumlah kematian ini disebabkan karena kebiasaan merokok.
Merokok mempengaruhi jantung dengan berbagai cara. Merokok dapat
menaikkan tekanan darah dan mempercepat denyut jantung sehingga
pemasokan zat asam kurang dari normal yang diperlukan agar jantung dapat
berfungsi dengan baik. Keadaan ini dapat memberatkan tugas otot jantung.
Merokok juga dapat menyebabkan dinding pembuluh darah menebal secara
bertahap yang menyulitkan jantung untuk memompa darah (Anwar, 2004).
2. Trombosis koroner. Trombosis koroner atau serangan jantung terjadi bila
bekuan darah menutup salah satu pembuluh darah utama yang memasok
jantung mengakibatkan jantung kekurangan darah dan kadang-kadang
menghentikannya sama sekali. Merokok membuat darah menjadi lebih kental
dan lebih mudah membeku. Nikotin dapat mengganggu irama jantung yang
normal dan teratur sehingga kematian secara tiba-tiba akibat serangan jantung
tanpa peringatan terlebih dahulu dan lebih sering terjadi pada orang yang
merokok daripada yang tidak merokok (Anwar, 2004).
3. Kanker. Kanker adalah penyakit yang terjadi di beberapa bagian tubuh akibat
sel-sel tumbuh mengganda secara tiba-tiba dan tidak berhenti, kadang-kadang
gumpalan sel hancur dan terbawa dalam aliran darah ke bagian tubuh lain
kemudian hal yang sama berulang kembali. Pertumbuhan sel secara tiba-tiba
dapat terjadi jika sel-sel di bagian tubuh terangsang oleh substansi tertentu
selama jangka waktu yang lama. Substansi ini bersifat karsinogenik yang
berarti menghasilkan kanker. Dalam tar tembakau terdapat sejumlah bahan
kimia yang bersifat karsinogenik. Selain itu terdapat juga sejumlah bahan kimia
yang bersifat ko-karsinogenik yang tidak menimbulkan kanker bila berdiri
sendiri tetapi bereaksi dengan bahan kimia lain dan merangsang pertumbuhan
sel kanker. Penyimpanan tar tembakau sebagian besar terjadi di paru-paru
sehingga kanker paru adalah jenis kanker yang paling umum terjadi. Tar
tembakau dapat menyebabkan kanker bila merangsang tubuh untuk waktu yang
cukup lama, biasanya di daerah mulut dan tenggorokan (Anwar, 2004).
4. Bronkitis atau radang cabang tenggorok. Batuk yang di derita perokok dikenal
dengan nama batuk perokok yang merupakan tanda awal adanya bronkhitis
yang terjadi karena paru-paru tidak mampu melepaskan mukus yang terdapat
di dalam bronkus dengan cara normal. Mukus adalah cairan lengket yang
terdapat di dalam tabung halus yaitu tabung bronchial yang terletak dalam
paru-paru. Batuk ini terjadi karena mucus menangkap serpihan bubuk hitam
dan debu dari udara yang di hirup dan mencegahnya agar tidak menyumbat
paru-paru. Mukus beserta semua kotoran bergerak melalui tabung bronchial
dengan bantuan rambut halus yang disebut silia. Silia terus bergerak
bergelombang seperti tentakel yang membawa mucus keluar dari paru-paru
menuju tenggorokan. Asap rokok dapat memperlambat gerakan silia dan
setelah jangka waktu tertentu akan merusaknya sama sekali dan menyebabkan
perokok harus lebih banyak Pengaruh Rokok terhadap Kesehatan dan
Pembentukan Karakter Manusia batuk untuk mengeluarkan mucus. Karena
sistem pernafasan tidak bekerja sempurna, maka perokok lebih mudah
menderita radang paru-paru yang disebut bronchitis. Penyakit paru-paru lain
yang diderita oleh penderita bronchitis disebut emfisema atau penyakit sulit
bernafas dimana sebagian dinding paru-paru rusak. Rusaknya dinding paruparu
mengakibatkan darah lebih sulit mengambil oksigen. Penyebab utama penyakit
emfisema adalah bernafas dalam udara yang tercemar. Asap rokok merupakan
udara tercemar yang terhisap setiap hari sehingga selain perokok juga dapat
menderita penyakit ini (Anwar, 2004).
6. Karies Gigi
a. Definisi
Menurut Tarigan, (1990), karies gigi adalah penyakit jaringan gigi yang
ditandai dengan kerusakan jaringan, dimulai dari permukaan gigi ( pits, fissure, dan
daerah interproksimal) meluas kearah pulpa.
Karies adalah hasil interaksi dari bakteri di permukaan gigi,plak, dan diet
(khususnya komponen karbohidrat yang dapat difermentasi oleh bakteri plak
menjadi asam, terutama asam laktat dan asetat) sehingga terjadi demineralisasi
jaringan karies gigi dan memerlukan cukup waktu untuk kejadiannya (Putri,Elisa
dan Neneng 2010).
Karies merupakan suatu penyakit jaringan karies gigi, yaitu emil, dentin, dn
sementum, yang disebabkan oleh aktifitas suatu jasad renik dalam suatu karbohidrat
yang dapat diragikan. Tandanya adalah adanya demineralisasi jaringan karies gigi
yang kemudian diikuti oleh kerusakan bahan organik. Akibatnya, terjadi invasi
bakteri dan kematian pulpa serta penyebaran infeksinya ke jaringn feriafeks yang
dapat menyebabkan nyeri ( Edwina,1992).
b. Penyebab
Karies merupakan penyakit multifaktorial yaitu adanya beberapa factor yang
menjadi penyebab terbentuknya karies. Ada empat factor utama yang memegang
pernan yaitu factor host atau tuan rumah, agen atau mikroorganisme, substrata tau
diet dn factor waktu, yang digmbarkan sebagai empat lingkaran yang bertumpang
tindih (tarigan,1990).

Gigi dan
Saliva
substrat Mikroorganis
Karies me

waktu

Sumber :Rasina Tarigan,1990


Gambar 1 Model Empat Lingkaran Penyebab Karies
Terjadinya karies, maka kondisi setiap factor tersebut harus saling mendukung
yaitu tuan rumah yang rentan, mikroorganisme yang kariogenik, substrat yang
sesuai dengan waktu yang lama.

c. Klasifikasi
Klasifikiasi karies menurut Black dalam Tarigan, (1990) di kelompokkan
menjadi lima bagian dan diberi tanda dengan nomor romawi, dimana kavitas
diklasifikasi berdasarkan permukaan gigi yang terkena karies. pembagian tersebut
adalah:
1) Karies kelas I
Karies yang terdapat pada bagian oklusal(pits dan fissure) dari gigi premolar
dan molar (gigi posterior). Dapat juga terdapat pada gigi anterior di foramen
caecum.
2) Karies kelas II
karies yang terdapat pada bagian approksimal dari gigi-gigi Molar atau
Premolar, yang umumnya meluas sampai kebagian oklusal.
3) Karies kelas III
karies yang terdapat pada bagian approximal dari gigi depan, tetapi belum
mencapai margo incisal (belum mencapai 1/3 incisal gigi).

4) Karies kelas IV
Karies yang terdapat pada bagian approxsimal dari gigi-gigi depan dan sudah
mencapai margo incisal (telah mencapai 1/3 incisal dari gigi).
5) Karies klas V
Karies yang terdapat pada bagian 1/3 leher dari gigi-gigi depan maupun gigi
belakang pada permukaan labial,lingual, palatal, ataupun bukal dari gigi.
Menurut Simon dalam Tarigan,(1990) ada juga kelas VI, yaitu:
Karies yang terdapat pada incisal edge dan cup occlusal pada gigi belakang yang
disebabkan oleh abrasi.

d. Pencegahan
Pencegahan karies gigi menurut Be (1989), dapat dilakukan dengan beberapa
cara yaitu:
1) Diet
Mengurangi makanan manis-manis (sukrosa)
2) Plak Kontrol
Menghilangkan plak dengan cara menggosok gigi maka proses karies(white
spot) terhenti disebut arrested caries( proses karies terkendali). Kadang-kadang
white spot yang berwarna putih buram berubah menjadi coklat.
3) Memperkuat larutan fluor
Memperkuat email dengan memberikan fluor. Fluor dapat diberikan secara
khusus baik sistemik maupun lokal. pemberian fluor secara sistemik misalnya:
a) Fluor dalam air minum
b) Fluor dalam bentuk tablet/obat tetes
c) Fluor dalam makanan/minuman seperti ikan,garam,susu dll.
Pemberian Fluor secara local misalnya:
a) Self aplikasi yaitu fluor diberikan pada seluruh gigi oleh pasien sendiri
misalnya pasta gigi.
b) Mouth rinsing (kumur-kumur) yaitu fluor digunakan sendiri oleh pasien
dengan cara berkumur-kumur.
c) Topikal aplikasi yaitu fluor diberikan seluruh gigi oleh dokter gigi/
perawat gigi misalnya pasta flour dioleskan, fluor dalam bentuk cairan/gel.
d) Spot aplikasi yaitu 1 tetes larutan fluor diberikan kepada white spot oleh
dokter gigi/perawat gigi.
e. Perawatan
Menurut Tarigan (1990), bahwa rasa sakit gigi tidak dapat hilang dengan
sendiri atau karies akan terus menerus meluas dengan cepat apabila karies tersebut
tidak diperhatikan,untuk menghindari hal tersebut maka karies gigi harus segera
dilakukan perawatan antara lain:
1) Penambalan
Gigi yang sakit atau berlubang yang tidak dapat sembuh hanya dengan
pemberian obat-obatan.Gigi tersebut hanya dapat diobati dan dikembalikan ke
fungsi semula dengan melakukan pengobatan. Gigi yang terkena infeksi sebaiknya
dib or atau dibuang sehingga dapat meniadakan kemungkinan infeksi ulang, setelah
itu baru diadakan penambalan untuk mengembalikan ke bentuk semula dari gigi
tersebut sehingga di dalam pengunyahan berfungsi kembali dengan baik.
2) Pencabutan
Gigi sudah sedemikian rusak atau sudah terasa akarnya saja sehingga untuk
penambalan sudah amat sukar dilakukan, maka tidak ada cara lain selain mencabut
gigi telah rusak tersebut.Pencabutan gigi merupakan tindakan terakir yang
dilakukan bila tidak ada lagi cara untuk mempertahankan gigi tersebut di dalam
rahang.
7. Kekurangan Energi Kronik
a. Pengertian
Menurut Depkes RI (2002) dalam Program Perbaikan Gizi Makro menyatakan
bahwa Kurang Energi Kronis merupakan keadaan dimana ibu penderita kekurangan
makanan yang berlangsung menahun (kronis) yang mengakibatkan timbulnya
gangguan kesehatan pada ibu. KEK dapat terjadi pada wanita usia subur (WUS)
dan pada ibu hamil (bumil). KEK adalah penyebabnya dari ketidak seimbangan
antara asupan untuk pemenuhan kebutuhan dan pengeluaran energi (Departemen
Gizi dan Kesmas FKMUI, 2007).
Istilah KEK atau kurang energi kronik merupakan istilah lain dari Kurang
Energi Protein (KEP) yang diperuntukkan untuk wanita yang kurus dan lemak
akibat kurang energi yang kronis. Pengertian ini diperkenalkan oleh World Health
Organization (WHO).
Kekurangan Energi Kronis (KEK) adalah keadaan dimana remaja putri/wanita
mengalami kekurangan gizi (kalori dan protein) yang berlangsung lama atau
menahun.Risiko Kekurangan Energi Kronis (KEK) adalah keadaan dimana remaja
putri/wanita mempunyai kecenderungan menderita KEK. Seseorang dikatakan
menderita risiko KEK bilamana LILA <23,5 cm.
b. Etiologi
Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi KEK
1) Faktor Sosial Ekonomi
Faktor sosial ekonomi ini terdiri dari:
a) Pendapatan Keluarga
Tingkat pendapatan dapat menentukan pola makanan. Orang dengan tingkat
ekonomi rendah biasanya akan membelanjakan sebagian besar pendapatan untuk
makan, sedangkan dengan tingkat ekonomi tinggi akan berkurang belanja untuk
makanan. Pendapatan merupakan faktor yang paling menentukan kualitas dan
kuantitas hidangan. Semakin banyak mempunyai uang berarti semakin baik
makanan yang diperoleh, dengan kata lain semakin tinggi penghasilan, semakin
besar pula persentase dari penghasilan tersebut untuk membeli buah, sayuran dan
beberapa jenis makanan lainnya.
b) Pendidikan Ibu
Latar belakang pendidikan seseorang merupakan salah satu unsur penting yang
dapat mempengaruhi keadaan gizinya karena dengan tingkat pendidikan tinggi
diharapkan pengetahuan / informasi tentang gizi yang dimiliki menjadi lebih baik.
c) Faktor pola konsumsi
Pola makanan masyarakat Indonesia pada umumnya mengandung sumber besi
heme (hewani) yang rendah dan tinggi sumber besi non heme (nabati), menu
makanan juga banyak mengandung serat dan fitat yang merupakan faktor
penghambat penyerapan besi (Departemen Gizi dan Kesmas FKMUI, 2007).
d) Factor perilaku
Kebiasaan dan pandangan wanita terhadap makanan, pada umumnya wanita
lebih memberikan perhatian khusus pada kepala keluarga dan anak-anaknya. Ibu
hamil harus mengkonsumsi kalori paling sedikit 3000 kalori / hari Jika ibu tidak
punya kebiasaan buruk seperti merokok, pecandu dsb, maka status gizi bayi yang
kelak dilahirkannya juga baik dan sebaliknya (Arisman, 2007).
2) Faktor Biologis
Faktor biologis ini diantaranya terdiri dari :
a) Usia Ibu Hamil
Melahirkan anak pada usia ibu yang muda atau terlalu tua mengakibatkan
kualitas janin/anak yang rendah dan juga akan merugikan kesehatan ibu. Karena
pada ibu yang terlalu muda (kurang dari 20 tahun) dapat terjadi kompetisi makanan
antara janin dan ibunya sendiri yang masih dalam masa pertumbuhan dan adanya
perubahan hormonal yang terjadi selama kehamilan. Sehingga usia yang paling baik
adalah lebih dari 20 tahun dan kurang dari 35 tahun, sehingga diharapkan status gizi
ibu hamil akan lebih baik
b) Jarak kehamilan
Ibu dikatakan terlalu sering melahirkan bila jaraknya kurang dari 2 tahun.
Penelitian menunjukkan bahwa apabila keluarga dapat mengatur jarak antara
kelahiran anaknya lebih dari 2 tahun maka anak akan memiliki probabilitas hidup
lebih tinggi dan kondisi anaknya lebih sehat dibanding anak dengan jarak kelahiran
dibawah 2 tahun.
Jarak melahirkan yang terlalu dekat akan menyebabkan kualitas janin/anak
yang rendah dan juga akan merugikan kesehatan ibu. Ibu tidak memperoleh
kesempatan untuk memperbaiki tubuhnya sendiri (ibu memerlukan energi yang
cukup untuk memulihkan keadaan setelah melahirkan anaknya). Dengan
mengandung kembali maka akan menimbulkan masalah gizi ibu dan janin/bayi
berikut yang dikandung.
c) Paritas
Paritas adalah seorang wanita yang pernah melahirkan bayi yang dapat hidup
(viable).(Mochtar, 1998). Paritas diklasifikasikan sebagai berikut:
 Primipara adalah seorang wanita yang telah pernah melahirkan satu kali
dengan janin yang telah mencapai batas viabilitas, tanpa mengingat
janinnya hidup atau mati pada waktu lahir.
 Multipara adalah seorang wanita yang telah mengalami dua atau lebih
kehamilan yang berakhir pada saat janin telah mencapai batas viabilitas.
 Grande multipara adalah seorang wanita yang telah mengalami lima atau
lebih kehamilan yang berakhir pada saat janin telah
mencapai batas kehamilan. Kehamilan dengan jarak pendek dengan
kehamilan sebelumnya kurang dari 2 tahun / kehamilan yang terlalu sering
dapat menyebabkan gizi kurang karena dapat menguras cadangan zat gizi
tubuh serta organ reproduksi belum kembali sempurna seperti sebelum
masa kehamilan (Departemen Gizi dan KesmasFKMUI,2007).
d) Berat badan saat hamil
Berat badan yang lebih ataupun kurang dari pada berat badan rata-rata untuk
umur tertentu merupakan faktor untuk menentukan jumlah zat makanan yang harus
diberikan agar kehamilannya berjalan dengan lancar. Di Negara maju pertambahan
berat badan selama hamil.sekitar 12-14 kg. Jika ibu kekurangan gizi
pertambahannya hanya 7-8 kg dengan akibat akan melahirkan bayi dengan berat
lahir rendah (Erna, dkk, 2004).

Pertambahan berat badan selama hamil sekitar 10 – 12 kg, dimana pada trimester
I pertambahan kurang dari 1 kg, trimester II sekitar 3 kg, dan trimester III sekitar 6
kg. Pertambahan berat badan ini juga sekaligus bertujuan memantau pertumbuhan
janin.
c. Tanda dan Gejala KEK
Ibu KEK adalah ibu yang ukuran LILAnya < 23,5 cm dan dengan salah satu atau
beberapa criteria sebagai berikut :
1) Berat badan ibu sebelum hamil < 42 kg
2) Tinggi badan ibu < 145 cm
3) Berat badan ibu pada kehamilan trimester III < 45 kg
4) Indeks masa tubuh ( IMT ) sebelum hamil < 17, 00
5) Ibu menderita anemia (Hb < 11 gr %)
d. Patogenesis
Kurang energi pada ibu hamil akan terjadi jika kebutuhan tubuh akan energy
tidak tercukupi oleh diet. Ibu hamil membutuhkan energi yang lebih besar dari
kebutuhan energy individu normal.Hal ini dikarenakan pada saat hamil ibu, ibu
tidak hanya memenuhi kebutuhan energy untuk dirinya sendiri, tetapi juga untuk
janin yang dikandungnya. Oleh sebab itu jika pemenuhan kebutuhan energy pada
ibu hamil kurang dari normal, maka hal itu tidak hanya akan membahayakan ibu,
tetapi juga janin yang ada di dalam kandungan ibu.
Dalam keadaan kekurangan makanan, tubuh selalu berusaha untuk
mempertahankan hidup dengan memenuhi kebutuhan pokok atau
energy.Kemampuan tubuh untuk mempergunakan karbohidrat, protein maupun
lemak merupakan hal yang sangat penting dalam usaha untuk mempertahankan
kehidupan.
Karbohidrat (glukosa) dapat dipakai oleh seluruh jaringan tubuh sebagai bahan
bakar, sayangnya kemampuan tubuh untuk menyimpan karbohidrat sangat sedikit,
sehingga setelah 25 jam sudah dapat terjadi kekurangan. Sehingga jika keadaan ini
berlanjut terus menerus, maka tubuh akan menggunakan cadangan lemak dan
protein amino yang digunakan untuk diubah menjadi karbohidrat. Jika keadaan ini
terus berlanjut maka tubuh akan mengalami kekurangan zat gizi terutama energi
yang akan berakibat buruk pada ibu hamil.
e. Upaya Penanggulangan KEK
1) KIE mengenai KEK dan faktor yang mempengaruhinya serta bagaimana
menanggulanginya.
2) PMT Bumil diharapkan agar diberikan kepada semua ibu hamil yang
ada. Kondisi KEK pada ibu hamil harus segera di tindak lanjuti sebelum usia
kehamilan mencapai 16 minggu. Pemberian makanan tambahan yang Tinggi
Kalori dan Tinggi Protein dan dipadukan dengan penerapan Porsi Kecil tapi
Sering, pada faktanya memang berhasil menekan angka kejadian BBLR di
Indonesia.Penambahan 200 – 450 Kalori dan 12 – 20 gram protein dari
kebutuhan ibu adalah angka yang mencukupi untuk memenuhi kebutuhan gizi
janin.
3) Konsumsi tablet Fe selama hamil. Kebutuhan bumil terhadap energi, vitamin
maupun mineral meningkat sesuai dengan perubahan fisiologis ibu terutama
pada akhir trimester kedua dimana terjadi proses hemodelusi yang
menyebabkan terjadinya peningkatan volume darah dan mempengaruhi
konsentrasi hemoglobin darah. Pada keadaan normal hal tersebut dapat diatasi
dengan pemberian tablet besi, akan tetapi pada keadaan gizi kurang bukan saja
membutuhkan suplemen energi juga membutuhkan suplemen vitamin dan zat
besi. Keperluan yang meningkat pada masa kehamilan, rendahnya asupan
protein hewani serta tingginya konsumsi serat / kandungan fitat dari tumbuh-
tumbuhan serta protein nabati merupakan salah satu faktor penyebab terjadinya
anemia besi. Penatalaksanaan KEK : Melaksanakan diet tinggi energy dan tiggi
protein.
a. Terapi Diet : Diet TETP (tinggi energy tinggi protein )
b. Tujuan Diet :
a) Untuk mencapai dan mempertahankan status gizi sesuai umur genre dan
kebutuhan fisik.
b) Untuk mencapai berat badan yang cukup, sesuai kebutuhan ibu hamil
c) Untuk memenuhi kebutuhan energy dan protein yang meningkat untuk
mencegah dan mengurangi kerusakan jaringan tubuh.
c. Syarat Diet
a) Energy tinggi, 40-45 % kkal/kg BB
b) Protein tiggi, 2,0-2,5% g/kg BB
c) Lemak cukup, 10-25% dari kebutuhan energy total
d) Karbohidrat cukup ,sisa dari kebutuhan energy total
e) Vitamin dan mineral cukup sesuai dengan kebutuhan.
d. Menu Sehari
Pagi Snack Pagi

Nasi putih Bubur kacang ijo

Ayam goring Bb.legkuas

Pepes tahu

Oseng-oseng jagung muda


+wortel

Susu

Siang Snack siang

Nasi putih Salad buah

Sop sayur

Ikan balado

Kripik tempe

Jeruk
Malam

Nasi putih

Telur balado

Perkedel tahu

Tumis tauge+baso

Pisang

e. Bahan yang dianjurkan dan tidak dianjurkan


Bahan makanan yang dianjurkan :
1. Sumber Karbohidrat : Beras, kentang, ubi, singkong, hunkwe, tapioka, sagu,
biskuit, bihun.
2. Sumber protein hewani : Daging sapi dan ayam tanpa kulit, ikan, telur ayam,
susu skim.
3. Sumber protein nabati : Semua kacang-kacangan dan produk olahan (Tahu,
tempe).
4. Sayuran : Bayam, wortel, kangkung, kacang panjang, labu siam, tomat,
taoge.
5. Buah-buahan : Buah segar, di jus ataupun di olah dengan cara di setup.
Seperti pisang, papaya, mangga, jambu biji, melon, semangka.
6. Sember lemak : minyak jagung dan minyak kedelai; margarine dan mentega
dikonsumsi dalam jumlah terbatas, Santan encer.
Bahan makanan yang tidak dianjurkan :
1. Sumber Karbohidrat : Mie, soda (Baking powder), kue-kue yang terlalu
manis.
2. Sumber protein hewani : Daging sapi dan ayam yang berlemak, jeroan, keju,
protein hewani yang diawetkan.
3. Sumber protein nabati : Pindakas, Produk kacang-kacangan olahan yang
diawetkan.
4. Sayuran : Sayur-sayuran yang mengandung gas seperti kol, sawi, kembang
kol, lobak.
5. Buah-buahan : Buah-buahan yang mengandung gas seperti durian, nangka,
dan buah-buah yang diawetkan (Buah kaleng).
6. Sumber lemak : santan kental dan produk goreng-gorengan.

8. Anemia Gizi besi


a. Pengertian Anemia Gizi Besi
Anemia merupakan keadaan dimana masa eritrosit dan atau masa hemoglobin
yang beredar tidak memenuhi fungsinya untuk menyediakan oksigen bagi jaringan
tubuh. Secara ilmu kedokteran, anemia diartikan sebagai penurunan kadar
hemoglobin serta hitung eritrosit dan hematokrit di bawah normal. Seseorang
dinyatakan termasuk anemia menurut kriteria WHO pada tahun 1968 bila:
1). Laki - laki dewasa: Hb < 13 gr/dl
2). Perempuan dewasa tidak hamil: Hb < 12 gr/dl
3). Perempuan hamil: Hb < 11 gr/dl
b. Etiologi
1) Kehilangan darah atau Perdarahan hebatseperti:
Perdarahan Akut (mendadak), Kecelakaan, Pembedahan, Persalinan,
Pecah pembuluh darah, perdarahan Kronik (menahun),
Perdarahan menstruasi yang sangat banyak, serta hemofilia.
2) Berkurangnya pembentukan sel darah merah seperti:
Defesiensi zat besi,defesiensi vitamin B12, defesiensi asam
folat,dan Penyakit kronik.
3) Gangguan produksi sel darah merah seperti:
Ketidaksanggupan sumsum tulang belakang membentuk sel-sel darah.
c. Klasifikasi Anemia
Ada 2 penggolongan Anemia yaitu:
1) Berdasarkan Morfologinya:
a). Anemia Mikrositik Hipokrom
 Anemia Defisiensi Zat besi: Adalah Anemia defisiensi besi adalah
anemia yang disebabkan oleh kurangnya persediaan besi untk
eritropoiesis, karena cadangan besi kosong (depleted iron store)
sehngga pembentukan hemoglobin berkurang.
 Anemia Penyakit Kronik: Adalah anemia pada penyakit ini merupakan
jenis anemia terbanyak kedua setelah anemia defisiensi yang dapat
ditemukan pada orang dewasa di Amerika Serikat.
b). Anemia Makrositik
 Defisiensi vitamin B12: Adalah Anemia yang diakibatkan oleh karena
kekurangan vitamin B12 dikenal dengan nama anemia pernisiosa.
 Defisiensi Asam folat: Adalah bahan esensial untuk sintesis DNA dan
RNA. Jumlah asam folat dalam tubuh berkisar 6-10 mg, dengan
kebutuhan perhari 50mg. Asam folat dapat diperoleh dari hati, ginjal,
sayur hijau, ragi. Asam folat sendiri diserap dalam duodenum dan
yeyenum bagian atas, terikat pada protein plasma secara lemah dan
disimpan didalam hati. Tanpa adanya asupan folat, persediaan folat
biasanya akan habis kira-kira dalam waktu 4 bulan.
c). Normositik Normokron
Anemia karena perdarahan: Adalah Perdarahan yang banyak saat trauma
baik di dalam maupun di luar tubuh akan menyebabkan anemia dalam
waktu yang relatif singkat. Perdarahan dalam jumlah banyak biasanya
terjadi pada maag khronis yang menyebabkan perlukaan pada dinding
lambung. Serta pada wanita yang sedang mengalami menstruasi dan post
partus.

2). Berdasarkan beratnya:


a) Anemia aplastik
Adalah anemia yang disebabkan oleh ketidaksanggupan sumsum tulang
belakang membentuk sel darah merah.
b). Anemia Hemolitik
Adalah anemia yang disebabkan oleh proses hemolisis, yaitu pemecahan
eritrosit dalam pembuluh darah sebelum waktunya.
d. Tanda dan Akibat Anemia
1) Tanda – tanda dari penyakit anemia yakni:
a) Lesu, lemah , letih, lelah, lalai (5L).
b) Sering mengeluh pusing dan mata berkunang-kunang, dan konjungtiva
pucat.
c) Gejala lebih lanjut adalah kelopak mata, bibir, lidah, kulit dan telapak
tangan menjadi pucat.
d) Nyeri tulang, pada kasus yang lebih parah, anemia
menyebabkantachikardi, dan pingsan.
e. Pencegahan Anemia
Banyak jenis anemia tidak dapat dicegah. Namun, Anda dapat membantu
menghindari anemia kekurangan zat besi dan anemia kekurangan vitamin dengan
makan yang sehat, variasi makanan, termasuk:
1) Besi: Sumber terbaik zat besi adalah daging sapi dan daging lainnya. Makanan
lain yang kaya zat besi, termasuk kacang-kacangan, lentil, sereal kaya zat besi,
sayuran berdaun hijau tua, buah kering, selai kacang dan kacang-kacangan.
2) Folat. Gizi ini, dan bentuk sintetik, asam folat, dapat ditemukan di jus jeruk
dan buah-buahan, pisang, sayuran berdaun hijau tua, kacang polong dan
dibentengi roti, sereal dan pasta.
3) Vitamin B-12. Vitamin ini banyak dalam daging dan produk susu.
4) Vitamin C. Makanan yang mengandung vitamin C, seperti jeruk, melon dan
beri, membantu meningkatkan penyerapan zat besi.
Makan banyak makanan yang mengandung zat besi sangat penting bagi
orang-orang yang memiliki kebutuhan besi yang tinggi, seperti anak-anak , besi
yang diperlukan selama ledakan pertumbuhan - dan perempuan hamil dan
menstruasi.
f. Penanggulanan Anemia
Tindakan penting yang dilakukan untuk mencegah kekurangan besi antara lain:
1) Konseling untuk membantu memilih bahan makanan dengan kadar besi
yang cukup secara rutin pada usia remaja.
2) Meningkatkan konsumsi besi dari sumber hewani seperti daging, ikan,
unggas, makanan laut disertai minum sari buah yang mengandung vitamin
C (asam askorbat) untuk meningkatkan absorbsi besi dan menghindari atau
mengurangi minum kopi, teh, teh es, minuman ringan yang mengandung
karbonat dan minum susu pada saat makan.
3) Suplementasi besi. Merupakan cara untuk menanggulangi ADB di daerah
dengan prevalensi tinggi. Pemberian suplementasi besi pada remaja dosis
1 mg/KgBB/hari.
4) Untuk meningkatkan absorbsi besi, sebaiknya suplementasi besi tidak
diberi bersama susu, kopi, teh, minuman ringan yang mengandung
karbonat, multivitamin yang mengandung phosphate dan kalsium.
5) Skrining anemia. Pemeriksaan hemoglobin dan hematokrit masih
merupakan pilihan untuk skrining anemia defisiensi besi.

Anda mungkin juga menyukai